Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN
VAKSINASI CAMPAK RUBELLA BERDASARKAN HUKUM POSITIF
DI INDONESIA
JURNAL ILMIAH
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
untuk mencapai derajat S-1 pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
IDZHOM UMMY ATTYYAH MARANTI
D1A113109
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
2
HALAMAN PENGESAHAN
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN
VAKSINASI CAMPAK RUBELLA BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI
INDONESIA
Oleh :
IDZHOM UMMY ATTYYAH MARANTI
D1A113109
Menyetujui :
Pembimbing Pertama,
(Dr. Kurniawan., SH., M.Hum)
NIP. 197703032003121001
3
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN
VAKSINASI CAMPAK RUBELLA BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI
INDONESIA
Idzhom Ummy Attyyah Maranti
D1A 113 109
Fakultas Hukum Universitas Mataram
Abstrak
Adapun tujuan dalam penyusunan ini yang dapat penyusun kemukakan
berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas yaitu Untuk mengetahui
pengaturan peredaran campak rubella oleh pelaku usaha terhadap konsumen di
Indonesia.Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen dalam
penggunaan vaksin campak rubella menurut hukum positif di Indonesia. Metode
penelitian yang digunakan adalah normatif dan empiris. Pengaturan peredaran campak
vaksinasi rubella berdasarkan hukum positif di Indonesia adalah di atur dalam UUD
1945 Amandemen terakhir (dalam alinea 4 pembukaan UUD 1945, Undang-Undang
Nomor 33 tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Undang-Undang Nomor 23
tahun 1992 Tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pengunaan vaksin
campak rubella yaitu upaya perlindungan hukum dapat diberikan melalui dua
perlindungan hukum yaitu perlindungan hukum Preventif dan perlindungan hukum
Represif. Perlindungan hukum Preventif yaitu perlindungan terhadap konsumen yang
diselenggarakan oleh dinas kesehatan Kota Mataram
Kata Kunci : Perlindungan, Hukum, Vaksin, Rubella
PROTECTION OF CONSUMER LAW IN THE USE OF MIXED RUBELLA
VACCINATION BASED ON POSITIVE LAW IN INDONESIA
ABSTRACT
The purpose of this compilation is that the authors can propose based on the
background and the formulation of the problem above, namely to determine the
regulation of circulation of rubella measles by businesses to consumers in Indonesia. To
find out the legal protection of consumers in the use of the rubella measles vaccine
according to positive law in Indonesia. The research methods used are normative and
empirical. The regulation of circulation of rubella vaccination measles based on
positive law in Indonesia is regulated in the last Amendment 1945 Constitution (in
paragraph 4 of the opening of the 1945 Constitution, Law Number 33 of 2014
concerning Guaranteed Halal Products, Law Number 23 of 1992 concerning Health,
Law Law Number 23 of 2002 concerning Child Protection Legal protection against
consumers in the use of the rubella measles vaccine, namely legal protection efforts can
be provided through two legal safeguards namely Preventive legal protection and
Repressive legal protection Preventive legal protection namely protection of consumers
held by the health office of the City of Mataram
i
I. PENDAHULUAN
Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh
karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkan
hubungan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha maupun
pemerintah. Setiap orang berkeinginan untuk selalu aman dan nyaman dalam
menggunakan barang dan jasa.Sejalan dengan itu, setiap orang berkeinginan untuk
selalu aman dan nyaman dalammengeluarkan barang dan jasa yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, bahwa tujuan penyelenggaraan,
pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen yang direncanakan adalah
untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen yang secara tidak langsung
mendorong pelaku usaha di dalam penyelenggaraan kegiatan usahanya di lakukan
dengan penuh rasa tanggung jawab.1
Adanya hukum untuk memberikan perlindungan konsumen dewasa ini
mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan
masyarakat, bukan saja masyarakat selaku konsumen saja yang mendapat
perlindungan, tetapi pelaku usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat
perlindungan, masing-masing mempunyai hak dan kewajiban.
Vaksin MMR bertujuan untuk melindungi tubuh dan beragam virus yang dapat
menyebabkan penyakit.Namun, beragam kontroversi atau kasus yang muncul di
permukaan terkadang dapat membuat konsumen ragu.Tapi, konsumen harus
mempertimbangkan pula manfaat penting vaksinasi untuk anak-anak.Penelitian
1Husni Syawali dan Nemi Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju,Bandung,
2000, hlm 7
ii
tentang kaitan vaksin MMR dan autisme masih terus dilakukan, jadi orang tua harus
tetap aktif bertanya dan mencari informasinya terbaru dari dokter yang terpercaya.
Campak dan Rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran
nafas yang disebabkan oleh Virus Campak dan Rubella2.Batuk dan bersin dapat
menjadi jalur masuknya virus campak maupun rubella.Campak merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus genus Morbillivirus.Gejala campak muncul
sekitar 14 hari setelah infeksi.Gejala penyakit campak diantaranya demam tinggi,
bercak kemerahan pada kulit (rash) dapat disertai batuk atau pilek maupun
konjungtiviti serta dapat mengakibatkan kematian apabila terdapat komplikasi
penyerta seperti pneumonia, diare, dan miningitis.
Penyakit campak dan rubella dapat memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan anak di Indonesia, sehingga pemerintah melaksanakan kampanye
vaksinasi MR. Vaksin MR (Measles Rubella) memberikan manfaat seperti dapat
melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat komplikasi pneumonia, diare,
kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan. Terdapat 83 kasus
pasti CRS pada tahun 2015-2016 diantaranya 77% menderita kelainan jantung,
67,5% menderita katarak dan 47% menderita ketulian.
Vaksin MR merupakan vaksin hidup yang sudah dilemahkan dalam bentuk serbuk
dan pelarutnya. Vaksin MR diberikn pada anak usia 9 bulan sampai dengan 15 tahun.
Millenium development goal 4 mempunyai tujuan khusus yaitu mengurangi angka
kematian bayi dibawah usia 5 tahun. Terdapat beberapa kelompok yang termasuk
antivaksin, umumnya mengabaikan pencegahan penyakit dan hanya mengutamakan
kuratif. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan adanya kelompok.
Mengalami autisme. Pada dasarnya, vaksin MMR tergolong gabungan vaksin
yang cukup efektif dan aman dalam melawan gondong, campak, dan rubella
2 Ahmad Ridwan, http:///penyakitcampak dan rubella, (Ditjen P2P, 2016)
iii
sekaligus. Vaksin ini diberikan hanya dalam dua kali sesi penyuntikan untuk dosis
penuh. Suntikan ini mengandung virus dari ketiga penyakit tersebut yang sudah
dilemahkan terlebih dahulu.
Vaksin MMR bertujuan untuk melindungi tubuh dan beragam virus yang dapat
menyebabkan penyakit. Namun, beragam kontroversi atau kasus yang muncul di
permukaan terkadang dapat membuat konsumen ragu. Tapi, konsumen harus
mempertimbangkan pula manfaat penting vaksinasi untuk anak-anak. Penelitian
tentang kaitan vaksin MMR dan autisme masih terus dilakukan, jadi orang tua harus
tetap aktif bertanya dan mencari informasinya terbaru dari dokter yang terpercaya.
Campak dan Rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran
nafas yang disebabkan oleh Virus Campak dan Rubella3. Batuk dan bersin dapat
menjadi jalur masuknya virus campak maupun rubella. Campak merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus genus Morbillivirus. Gejala campak muncul
sekitar 14 hari setelah infeksi. Gejala penyakit campak diantaranya demam tinggi,
bercak kemerahan pada kulit (rash) dapat disertai batuk atau pilek maupun
konjungtiviti serta dapat mengakibatkan kematian apabila terdapat komplikasi
penyerta seperti pneumonia, diare, dan miningitis.
3 Ahmad Ridwan, http:///penyakit campak dan rubella, (Ditjen P2P, 2016)
iv
II. PEMBAHASAN
Pengaturan Peredaran Campak Vaksinasi Rubella Berdasarkan Hukum Positif di
Indonesia.
Kampanye imunisasi MR yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia pada
bulan Agustus dan September 2017 telah menimbulkan reaksi yang luar biasa dari
masyarakat. Banyak rakyat yang menyambut gembira adanya program ini, tetapi
ternyata tidak sedikit pula yang menolak imunisasi MR karena berbagai isu yang
beredar. Salah satu yang diangkat adalah mengenai “kehalalan” vaksin MR, dikaitkan
dengan hak orangtua untuk menolak imunisasi karena dianggap sebagai hak asasi
orangtua atas kesehatan anaknya. Mari kita telaah dasar hukum yang dijadikan acuan
oleh tulisan tersebut.
1. UUD 1945 Amandemen terakhir
Aturan tertinggi di Negara ini adalah UUD 1945 (dengan amandemen
terakhir yang telah ditetapkan oleh MPR). Selanjutnya diuraikan satu persatu
aturan yang berhubungan dengan kesehatan ini.
Dalam alinea 4 pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: ”Kemudian daripada
itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
v
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Bagian kalimat yang dicetak tebal merupakan perhatian penulis. Bahwa salah
satu tujuan pembentukan pemerintah Indonesia adalah untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Apa hubungannya dengan
imunisasi? Imunisasi sudah terbukti secara ilmiah dapat memberikan
perlindungan terhadap penyakit yang spesifik. Perlindungan terhadap penyakit ini
sangat sejalan dengan tujuan pemerintah Indonesia. Selanjutnya, dalam Pasal 28A
UUD 1945 Bab XA Tentang Hak Asasi Manusia, diatur bahwa :“Setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
Sedangkan dalam Pasal 28B ayat 2 yang berbunyi :”Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.”
Aturan di atas menjelaskan bahwa hak untuk hidup merupakan hak asasi
setiap manusia. Dengan demikian, imunisasi merupakan hak anak untuk dapat
hidup dengan baik, terhindar dari penyakit yang dapat dicegah dan menikmati
kesehatan sebagai hak asasinya. Janin yang belum lahir pun telah memiliki hak
untuk hidup dan terhindar dari kemungkinan keguguran atau lahir dengan sindrom
rubella kongenital akibat ibunya tertular virus rubella ketika hamil muda. Dalam
aturan Pasal 28G ayat 1 yang berbunyi; “Setiap orang berhak atas perlindungan
diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Dan pada ”Pasal 28J ayat 1 yang mengatakan :“Setiap orang wajib menghormati
vi
hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. ”Pasal 28J ayat2 :“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,
setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
Apabila masyarakat memilih untuk tidak memberikan imunisasi kepada anak,
kemudian seorang anak sakit dan menulari ibu hamil muda, sehingga terjadi
keguguran atau sindrom rubella kongenital pada bayi yang dilahirkannya,
sejatinya telah melanggar hak orang lain untuk hidup, masyarakat ( konsumen )
juga dilindungi UUD 1945 Pasal 29 yang berbunyi: Tentang Kebebasan
Beragama dan kebebasan setiap penduduknya untuk menjalankan ibadahnya.
Imunisasi juga merupakan amal sholeh yang dapat diniatkan untuk beribadah,
maka aturan ini tidak dapat dijadikan acuan untuk menolak imunisasi.
2. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
Dalam Pasal 1 ayat 2 disebutkan, “Produk halal adalah produk yang telah
dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam. ”Dalam Ayat 5 yang berbunyi;
“Jaminan produk halal yang selanjutnya disingkat JPH adalah kepastian hukum
terhadap kehalalan suatu Produk yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal.
Sedangkan ketentuan ”Ayat 10; “Sertifikat Halal adalah pengakuan kehalalan
suatu Produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal tertulis
yang dikeluarkan MUI. Pasal 4 menentukan bahwa :” Produk yang masuk,
beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.”
vii
Untuk definisi tersebut di atas, sudah cukup jelas pengertiannya. pasal selanjutnya
mengenai bahan dan proses produk halal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal
17 sampai dengan 20.
Pasal 20, ayat 2 yang berbunyi bahwa; “Bahan yang berasal dari mikroba dan
bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses
rekayasa genetik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c dan
huruf d diharamkan jika proses pertumbuhan dan/atau pembuatannya tercampur,
terkandung, dan/atau terkontaminasi dengan bahan yang diharamkan.”
Pasal 33 ayat 1; “Penetapan kehalalan Produk dilakukan oleh MUI. Dan itu dalam
sidang Fatwa.” Kami sepakat bahwa sertifikasi halal akan vaksin MR ini
merupakan hal yang penting dan pokok untuk dilakukan mengingat mayoritas
warga Negara Indonesia merupakan umat Islam yang membutuhkan kepastian
tersebut.
Namun, untuk dapat memperoleh sertifikat halal dari MUI, diperlukan
dokumen administrasi, dan pemeriksaan langsung ke produsen vaksin ini untuk
menilai dengan teliti mulai dari bahan, zat yang digunakan, proses pembuatan
hingga produk akhir yang diluncurkan. Proses pengajuan hingga didapatkannya
sertifikat halal untuk produk vaksin MR dapat memakan waktu bulanan hingga
tahunan.
Lantas, apakah masyarakat (konsumen) harus menunda pemberian vaksinasi
MR sampai sertifikat halal dikeluarkan? Tentu tidak, ada prioritas yang harus di
lakukan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit campak,
dan angka kecacatan pada bayi baru lahir akibat penyakit rubella pada ibu hamil.
viii
Ketiadaan sertifikat halal untuk saat ini, tidak berarti vaksin menjadi haram,
karena pada hakikatnya seluruh zat yang ada di alam dan dapat digunakan oleh
manusia adalah halal, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Lalu mengapa
pemerintah seperti terkesan terburu-buru dan mendadak sekali memberikan vaksin
MR dengan kisaran usia yang begitu lebar dan jumlah sasaran yang mencapai
total 70 juta anak dalam waktu 1 tahun? Ini karena sebenarnya Indonesia sudah
sangat terlambat ikut serta rencana strategis WHO yang eliminasi kasus campak
pada tahun 2020. Indonesia seharusnya sudah dapat mencapai target ini di tahun
2015.
Vaksin rubella yang kemudian dimasukkan kedalam kampanye MR ini juga
bukan hal yang baru, karena adanya WHO Position Paper on Rubella Vaccines
sejak tahun 2011 merekomendasikan semua Negara yang belum memasukkan
vaksin rubella dan telah menggunakan 2 dosis vaksin campak untuk memasukkan
vaksin rubella dalam imunisasi rutin.
Daripada memasukkannya ke dalam program imunisasi rutin, pemerintah
memilih untuk melakukan kampanye imunisasi MR dengan tujuan mencapai
cakupan imunisasi yang tinggi dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Apabila
program MR langsung masuk ke dalam imunisasi rutin, akan banyak terjadi
“kehilangan” sasaran karena rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai
imunisasi ini selain target usia yang sudah tidak pernah lagi datang ke layanan
kesehatan untuk imunisasi.
Dikhawatirkan dapat terjadi outbreak (kejadian luar biasa/KLB) campak dan
sindrom rubella kongenital pada kantong-kantong daerah yang cakupan
imunisasinya rendah.
ix
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 : “Setiap
tindakan kesehatan harus persetujuan keluarga.” UU yang sama tentang kesehatan
telah diterbitkan oleh pemerintah bersama DPR yaitu UU Nomor 36 tahun 2009,
otomatis UU Nomor 23 tahun 1992 sudah dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 1 (1) menentukan bahwa :“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Pasal 1 (13) yang menentukan bahwa : “Pelayanan kesehatan preventif adalah
suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.” Imunisasi
telah terbukti merupakan satu-satunya upaya kesehatan preventif yang spesifik
terhadap suatu penyakit. Kemudian ketentuan dalam Pasal 4 : “ Setiap orang
berhak atas kesehatan.”
Adapun ketentuan selanjutnya dalam Pasal 7:“Setiap orang berhak untuk
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab.” Patut digarisbawahi mengenai informasi dan edukasi yang
seimbang dan bertanggung jawab. Banyaknya hoax tentang kesehatan, khususnya
fitnah terhadap vaksin dan imunisasi membuat kalangan masyarakat menjadi
galau dan meragukan program imunisasi.
Selanjutnya mengenai hak kewajiban ini dapat ditulis dalam ketentuan Pasal 9
ayat (1) : “Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.”
x
Pasal 9 (2): “Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaannya
meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan
pembangunan berwawasan kesehatan.”
Pada Bab hak dan kewajiban, jelaslah bahwa setiap orang memiliki hak atas
kesehatan, dan disisi lain juga harus melaksanakan kewajiban untuk menghormati
hak orang lain. Imunisasi bukanlah program egois, yang manfaatnya hanya
dirasakan oleh orang yang menerima vaksin, tetapi juga turut memenuhi
kewajibannya untuk ikut mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan adanya herd immunity. Istilah yang disebutkan terakhir bisa
berarti "imunitas atau kekebalan lingkungan". Yaitu ketika jumlah anak yang
diimunisasi di satu wilayah cukup banyak, maka kekebalan terhadap penyakit
spesifik yang ditimbulkannya pun mampu melindungi anak-anak lain yang belum
atau tidak diimunisasi.
Pasal 19 : “Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya
kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.” Dibandingkan dengan
biaya pengobatan melalui jaminan sosial yang harus ditanggung pemerintah untuk
penyakit menular, berbahaya dan mematikan, imunisasi merupakan metode yang
jauh lebih murah, mudah dan efisien.
Mengenai perlindungan pasien, UU ini pun mengaturnya, yaitu dalam Pasal
56 ayat 1 yang berbunyi : “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian
atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap.”
xi
Bagian kalimat yang dicetak tebal menjadi penting karena ternyata banyak
masyarakat yang menolak tindakan imunisasi karena menerima informasi yang
tidak benar dan belum memahami manfaat imunisasi dengan baik. Namun dalam
keadaan tertentu, hak untuk menolak ini tidak berlaku, sebagaimana bunyi ayat 2
Pasal 56 yaitu : “Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku pada: a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat
menular ke dalam masyarakat yang lebih luas.” Penyakit campak dapat menyebar
secara cepat sehingga menimbulkan kejadian luar biasa yang selalu berulang di
beberapa daerah di Indonesia. Infeksi rubella yang secara diam-diam menyerang
ibu hamil telah menyebabkan tingginya kasus Sindrom Rubella Kongenital pada
bayi-bayi yang tidak berdosa. Secara khusus mengenai imunisasi dapat kita lihat
pada Pasal 132 (3) yaitu : “Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat
dihindari melalui imunisasi.”
Hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah, seperti yang tertulis pada Pasal
130 : “Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan
anak.” Mengenai aspek keamanan vaksin pun telah tercantum dalam Pasal 153:
“Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu, efektif,
terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit
menular melalui imunisasi.”
4. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga
berkaitan dengan imunisasi
Pasal 4 : “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang serta
mendapat perlindungan.”
xii
Pasal 8 : “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
Kedua pasal ini secara khusus membahas kesehatan pada anak, hal ini sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
Pasal 77: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan: (b)
penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami
sakit/penderitaan baik fisik, mental maupun sosial (c) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,-
(Seratus Juta Rupiah).
5. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah,
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Pasal 5 ayat (1) yaitu
berbunyi : “ Upaya penanggulangan wabah meliputi: pencegahan dan pengebalan.
”Satu-satunya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan imunisasi. Dalam Pasal 14 tentang ketentuan pidana disebutkan bahwa,
(1) :“Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan
wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah).”
(2): “Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan
penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam
dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau denda setinggi-
tingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Ternyata ada banyak sekali
payung hukum yang melandasi program imunisasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Sebagai warga Negara yang baik, tentu kita ingin mendukung
xiii
pemerintah mewujudkan masyarakat yang sehat. Vaksin yang digunakan oleh
pemerintah telah terstandar secara internasional, dibawah pengawasan ketat oleh
WHO dan telah teruji keamanan, efektivitas serta manfaatnya. Berdayakan diri
kita menjadi masyarakat dengan kecerdasan literasi yang tinggi dengan
kemampuan untuk memilih dan memilah informasi yang benar, dapat dipercaya,
ilmiah dan sesuai dengan bukti yang telah ada dalam penelitian. Jangan mudah
termakan isu yang belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Penggunaan vaksin Campak
Rubella Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia.
1. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang bahwa perlindungan
terhadap konsumen sangat penting dalam peredaran barang dan/atau jasa dalam
lintas perdagangan. Perlindungan konsumen haruslah menjadi perhatian serius
dari pemerintah khususnya di dalam peredaran produk obat-obatan yang beredar
kepada konsumen atau masyarakat yang menjadi korban dari para pihak
produsen yang tidak bertanggung jawab. Selama masih banyak konsumen yang
dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah
perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Konsumen sebagai
pemakai barang atau jasa memerlukan suatu perlindungan hukum yang jelas
dalam mendapatkan kepuasan serta kelayakan dalam mengkonsumsi barang atau
jasa. Perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999,
Pasal 1 butir 1 adalah “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. Dalam hal ini maka dalam
xiv
segala pemakaian produk atau jasa oleh konsumen, konsumen berhak
mendapatkan suatu kepastian hukum. Perlindungan bagi konsumen banyak
macamnya, seperti perlindungan kesehatan dan keselamatan konsumen, hak atas
kenyamanan, hak dilayani dengan baik oleh produsen maupun pasar, hak untuk
mendapatkan barang atau jasa yang layak dan lain sebagainya. Banyaknya hak
dalam perlindungan konsumen disebabkan oleh faktor bahwa konsumen adalah
pelaku ekonomi yang penting, karena tanpa adanya konsumen dalam produksi
brang atau jasa, maka suatu perekonomian tidak akan berjalan.
Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 berisi tentang asas
perlindungan konsumen dimana dalam pasal tersebut menyatakan bahwa
“Perlindungan konsumen berdasarkan manfaat, keadilan, keseimbangan,
keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum”. Oleh karena itu,
dalam perlindungan konsumen, seharusnya setiap aspek baik produsen maupun
pasar serta peran pemerintah sangat diperlukan dan selalu mengacu kepada asas
tersebut. Selain harus mengacu pada asas, perlindungan konsumen dilaksanakan
unruk berbagai macam tujuan. Tujuan perlindungan konsumen menurut Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri ;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari akses negatif pemakai barang dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
xv
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
Dengan diberikan hak-hak dalam perlindungan hukum diharapkan konsumen
dapat berperilaku yang baik serta dapat memilih pemakaian barang/jasa dengan
bijak.
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit
campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai
dengan batu dan/atau pilek dan/atau konjungtivitas akan tetapi sangat berbahaya
apabia disertai dengan komplikai pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat berpotensi menjadi wabah apabila
cakuan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok/herd immunity tidak
terbentuk. Ketika seseorang terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat
dengan penderita dapat tertular jika mereka belum kebal terhadap campak.
Seseorang dapat kebal jika telah diimunisasi atau terinfeksi virus campak.
Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh
dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian imunisasi campak
xvi
dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada tahun 2014 kematian
akibat campak menurun menjadi 115.000 pertahun, dengan perkiraan 314 anak
per hari atau 13 kematian setiap jamnya.
Imunisasi atau vaksinasi merupakan satu-satunya upaya pencegahan untuk
mengurangi angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat berbagai penyakit.
Namun, tidak semua masyarakat Indonesia menyadari hal ini, bahkan
sekelompok orang menolak dengan beragam alasan. Mungkin sebagian besar
masyarakat pun belum tahu bahwa mereka yang menolak mengimunisasi
anaknya ternyata bisa dipidana. Karena imunisasi bukan hanya sebuah program
pemerintah, tetapi merupakan hak seluruh anak di Indonesia.
Direktur Surveilens dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan
(Kemkes), dr Elisabeth Jane Soepardi, mengatakan, hak anak untuk memperoleh
layanan kesehatan, termasuk imunisasi ini dilindungi dalam UUD 1945, UU
Perlindungan Anak, dan UU kesehatan serta turunannya. Aturan-aturan ini pada
intinya mengamanatkan agar memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan
ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui
imunisasi.4
Pasal 131 pada BAB VII UU Kesehatan disebutkan pemeliharaan kesehatan
anak sudah harus dimulai sejak dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan
dan sampai usia 18 tahun. Di Pasal 131 ayat 3 disebutkan, pihak pertama yang
bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan kesehatan pada anak,
adalah orang tua. Bila tidak ada orang tua, jadi tanggung jawab keluarga,
pemerintah, masyarakat dan seterusnya. Jadi, kalau ada orang tua yang tidak
4 Ahmad Mulyadi, http:///www.searo.who.int/imunization diakses pada tanggal 20 januari
2019 pukul 18 : 22 WITA
xvii
mengimunisasi anaknya, apalagi dengan sengaja maka bisa dipidana atas 2 UU,
dan bisa dipenjara.
Elisabeth mengatakan, semua negara di dunia melakukan imunisasi. Hanya
bedanya, di Indonesia imunisasi sifatnya mandatori. Di Indonesia, harus
diwajibkan oleh pemerintah karena kesadaran masyarakat masih rendah. Lebih
buruknya, sebagian orang sebetulnya paham pentingnya imunisasi ini, tetapi
dipolitisasi karena kepentingan pribadi atau kelompok.
Elisabeth5 mengatakan, jika masyarakat dibiarkan melakukan imunisasi
sendiri dengan kesadaran yang masih rendah, maka yang rugi adalah bangsa
Indonesia sendiri karena terancam wabah penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi. Vaksinasi terbukti banyak manfaat. Dari segi biaya, imunisasi sebagai
upaya kesehatan masyarakat yang paling hemat biaya, seberapa pun mahalnya
vaksin, jauh lebih untung dibanding ketika masyarakat sudah sakit dan diobati.
Imunisasi juga berhasil membasmi berbagai wabah penyakit di dunia maupun
Indonesia. Misalnya penyakit cacar berhasil dihilangkan atau dieradikasi di
Indonesia. Dengan imunisasi, Indonesia berhasil menurunkan AKB dari 61 per
1000 kelahiran hidup pada 1991 menjadi 23 pada akhir 2015. Pada 1991 itu, 10
penyakit penyebab AKB tinggi antara lain diare, pneumonia, campak serta
Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT). Pada 2007, AKB berhasil diturunkan ke 34
per 1000 kelahiran hidup dengan penyebab tertinggi adalah pneumonia dan
diare, sedangkan DPT tidak lagi menjadi penyebab utama. “Keuntungan
imunisasi sudah terbukti. Tapi sebagian masyarakat kita lebih memilih anaknya
5 Elisabeth, http:///www.searo.who.berita/diakses pada tanggal 20 januari 2019 pukul 18:30
WITA
xviii
sakit, diobati, diberikan antibiotik, dan kalau sesak nafas dipasang ventilator”,
kata Elisabeth.
GAVI adalah organisasi atau aliansi vaksinasi internasional yang
mendukung ketersediaan vaksinasi di Indonesia. Di antaranya vaksin Hepatitis,
dan 70 juta suntikan vaksin Measles Rubella (MR) untuk mencegah penyakit
campak Jerman pada anak-anak.6
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan
dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan
masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita
hamil pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan
selama awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau
sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang
dilahirkan.
Di Indonesia, rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data survelians selama lima tahun
terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok <15 tahun. Selain
itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada
tahun 2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia
ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.
6 Ihwan Kamil, https:///www.beritasatu.com diakses pada tanggal 20 januari 2019 pukul 18 : 22
WITA
xix
III. PENUTUP
Kesimpulan
Untuk memberikan kemudahan dalam pemahaman terhadap pokok dari skripsi ini
dan menjadi intisari uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat di simpulkan
bahwa :
1. Pengaturan peredaran campak vaksinasi rubella berdasarkan hukum positif di
Indonesia adalah di atur dalam UUD 1945 Amandemen terakhir (dalam alinea 4
pembukaan UUD 1945, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal, Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak khususnya
yang berkaitan dengan imunisasi yang mengatakan “Setiap anak berhak untuk
dapat hidup, tumbuh, berkembang serta mendapatkan perlindungan dan setiap
anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan Undang-Undang Nomor 4
tahun 1984 tentang Wabah yaitu berbunyi: “Upaya penanggulangan wabah
meliputi pencegahan dan pengebalan dan satu-satunya yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah dengan imunisasi.”
2. Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pengunaan vaksin campak rubella
yaitu upaya perlindungan hukum dapat diberikan melalui dua perlindungan
hukum yaitu perlindungan hukum Preventif dan perlindungan hukum Represif.
Perlindungan hukum Preventif yaitu perlindungan terhadap konsumen yang
diselenggarakan oleh dinas kesehatan Kota Mataram yaitu
dengan melakukan sosialisasi dan kampanye-kampanye vaksin MR. Sedangkan
perlindungan hukum Represif yaitu upaya hukum untuk melindungi konsumen
terhadap barang yang diproduksi dan diperdagangkan oleh pelaku usaha agar
xx
tidak merugikan pihak konsumen yang dapat dilakukan baik secara hukum
perdata dengan tujuan ganti rugi atau penggantian dan pemulihan terhadap
kerugian yang dialami oleh konsumen, ataupun melalui mekanisme hukum pidana
dengan menetapkan hukum sebagaimana ditentukan dalam hukum pidana.
Saran
1. Pengaturan peredaran campak vaksinasi rubella berdasarkan hukum positif di
Indonesia adalah di atur dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak khususnya yang berkaitan dengan imunisasi yang mengatakan
“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang serta mendapatkan
perlindungan dan setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan dalam
peredaran vaksin yang ada dalam masyarakat harus dilakukan keseluruhan agar
dapat mengurangi angka cacat dan kematian bagi anak, sehingga dalam
perkembangannya anak dapat terhindar dari penyakit campak rubella.
2. Diharapkan agar perlindungan konsumen terhadap rubella lebih mengembangkan
program yang bersifat promotif dan preventif yaitu menambah media informasi
seperti spanduk, baliho dan brosur tentang imunisasi dan lebih aktif lagi dalam
memberikan penyuluhan dan kunjungan ke rumah-rumah tentang imunisasi
vaksin MR (Measles Rubella) dan mengingatkan ibu-ibu yang belum
mengimunisasi anaknya.
xxi
DAFTAR PUSTAKA
Buku
1Husni Syawali dan Nemi Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar
Maju,Bandung, 2000, hlm 7
Internet 1 Ahmad Ridwan, http:///penyakitcampak dan rubella, (Ditjen P2P, 2016)
1 Ahmad Ridwan, http:///penyakit campak dan rubella, (Ditjen P2P, 2016)
Ahmad Mulyadi, http:///www.searo.who.int/imunization diakses pada tanggal 20 januari
2019 pukul 18 : 22 WITA
Elisabeth, http:///www.searo.who.berita/diakses pada tanggal 20 januari 2019 pukul
18:30 WITA 1 Ihwan Kamil, https:///www.beritasatu.com diakses pada tanggal 20 januari 2019
pukul 18 : 22 WITA