81
PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK PELAYANAN INFORMASI OBAT DI APOTEK APOTEK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Tesis Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Farmasi (M.Farm.) Program Studi Magister Farmasi Diajukan oleh: Catharina Apriyani Wuryaningsih Heryanto S.Farm., Apt. NIM: 178122001 PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA

SOSIAL UNTUK PELAYANAN INFORMASI OBAT DI APOTEK – APOTEK DI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Farmasi (M.Farm.)

Program Studi Magister Farmasi

Diajukan oleh:

Catharina Apriyani Wuryaningsih Heryanto S.Farm., Apt.

NIM: 178122001

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

i

PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA

SOSIAL UNTUK PELAYANAN INFORMASI OBAT DI APOTEK – APOTEK DI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Farmasi (M.Farm.)

Program Studi Magister Farmasi

Diajukan oleh:

Catharina Apriyani Wuryaningsih Heryanto S.Farm., Apt.

NIM: 178122001

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

iii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Do not judge me by my successes,

Judge me by how many times I fell down,

and got back up again”

Nelson Mandela

Karya ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Papa, Mama, Arnold, Sylvia, Amanda dan Bertus

Sahabat-sahabat yang saya sayangi

Serta Almamater, Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

vii

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan pada Tuhan Yesus Kristus karena

hanya dengan anugerah, berkat, bimbingan, kasih dan pertolongan-Nya penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis berjudul “Persepsi Apoteker Mengenai

Penggunaan Internet dan Media Sosial untuk Pelayanan Informasi Obat di Apotek-

Apotek di Daerah Istimewa Yogyakarta” sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Magister Farmasi (M.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian untuk tesis ini merupakan bagian dari sebuah penelitian payung yang

bertema “Penggunaan internet dan media sosial untuk pelayanan kefarmasian di apotek”

dengan ketua peneliti Aris Widayati, M.Si., Apt., PhD. Penelitian payung tersebut

terselenggara dengan dukungan pendanaan dari Kemenristek DIKTI Skim Hibah Penelitian

Tesis Magister pendanaan tahun 2019 dengan No. kontrak 029/penel./LPPM-USD/IV/2019

(untuk penelitian utama) dan kontribusi pendanaan internal dari LPPM USD Skim Hibah

Internal Penelitian Skema Magister Doktor Tahun 2019 dengan No. kontrak

019/penel./LPPM-USD/III/2018 (untuk penelitian pendahuluan).

Penulis menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

banyak pihak yang mendukung penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyusun

naskah skripsi ini. Ungkapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. dan Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D.,

Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi saran dari

awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

3. Tim panelis tesis Prodi S2 Farmasi Fakultas Farmasi USD yang telah memberikan

banyak masukan berharga pada saat paparan proposal tesis dan paparan laporan

kemajuan tesis

4. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

viii

5. Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta

Wacana Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Apoteker yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Papa, Mama, Arnold, Sylvia, Amanda dan Bertus yang selalu memberikan doa,

kasih sayang, perhatian, semangat, dan dukungan secara moril maupun material

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

8. Teman-teman seperjuangan dalam melakukan penelitian serta penyusunan tesis

Sani, Ria, dan Nia yang selalu memberi dukungan

9. Sahabat penulis Mbak Ira, Mbak Nia, Kak Herta dan Indah yang secara tidak

langsung membantu dan selalu memotivasi dalam menyelesaikan tesis

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam proses

perkuliahan dan penyusunan tesis ini

Yogyakarta, 2 Desember 2019

Penulis,

(Catharina Apriyani Wuryaningsih Heryanto S.Farm., Apt.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................................ vi

PRAKATA ........................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xiii

INTISARI ............................................................................................................................ xiv

ABSTRACT ......................................................................................................................... xv

I. LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 3

2.1 Peranan Revolusi Industri 4.0, e-health, dan e-pharmacy......................................... 3

2.2 Pemahaman Masyarakat Terhadap e-health dan e-pharmacy ................................... 4

2.3 Peningkatan Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian Berbasis Teknologi

Informasi Komunikasi (TIK).................................................................................... 4

2.4 Perkembangan e-pharmacy di Negara Maju dan Negara Berkembang .................... 5

III. METODE ........................................................................................................................ 6

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 6

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ............................................................................ 6

3.3 Sampel dan Teknik Sampling .................................................................................... 7

3.4 Penyusunan Instrumen............................................................................................... 9

3.5 Pengambilan Data .................................................................................................... 10

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................................. 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

x

4.1 Demografi dan Karakteristik Responden Apoteker ................................................ 12

4.2 Internet dan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi Profesional....................... 15

4.3 Aktivitas Profesional Apoteker Berbantukan Internet ............................................ 16

4.4 Persepsi apoteker tentang penggunaan media sosial untuk berkomunikasi ............ 18

4.5 Hambatan dan Harapan Pemanfaatan Internet dan Media Sosial ........................... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 22

5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 22

5.2 Saran………… ........................................................................................................ 22

VI. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 23

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 27

Lampiran 1. Luaran Penelitian ...................................................................................... 28

Lampiran 2. Ethical Clearance ..................................................................................... 41

Lampiran 3. Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ......................................... 42

Lampiran 4. Pengambilan sampel apotek secara proporsional per wilayah

kabupaten/kota di lima wilayah di D.I. Yogyakarta ............................................... 43

Lampiran 5. Skoring kuesioner PIMSAN ..................................................................... 44

Lampiran 6. Kuesioner Penggunaan Internet dan Media Sosial untuk Pelayanan

Kefarmasian “PIMSAN” ........................................................................................ 53

BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................................... 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perhitungan pengambilan sampel apotek di wilayah D.I.

Yogyakarta per wilayah kabupaten/kota secara proporsional ……..

9

Tabel 2. Struktur kuesioner untuk penelitian tentang penggunaan internet

dan media sosial di apotek- apotek di D.I. Yogyakarta ……………

10

Tabel 3. Demografi dan karakteristik responden apoteker di D.I.

Yogyakarta ………………………………………………………...

14

Tabel 4. Penggunaan internet oleh apoteker sebagai sarana komunikasi

profesional ……………………………………………………….

15

Tabel 5. Penggunaan SMS (Short Message Service) sebagai sarana

komunikasi professional …………………………………………...

16

Tabel 6. Jenis aktivitas profesional apoteker dengan bantuan internet …..... 18

Tabel 7. Persepsi apoteker tentang penggunaan media sosial untuk

berkomunikasi ……………………………………………………..

20

Tabel 8. Hambatan apoteker tentang penggunaan internet dan media sosial

untuk berkomunikasi ………………………………………………

21

Tabel 9. Harapan apoteker tentang penggunaan internet dan media sosial

untuk berkomunikasi ………………………………………………

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Studi-studi terdahulu terkait perkembangan e-pharmacy

di negara maju dan negara berkembang (state of the art) ……….

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Luaran Penelitian ………………………………………………….. 29

Lampiran 2. Ethical Clearance …………………………………………………. 42

Lampiran 3. Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ……………………. 43

Lampiran 4. Pengambilan sampel apotek secara proporsional per wilayah

kabupaten/kota di lima wilayah di D.I. Yogyakarta ……………….

44

Lampiran 5. Skoring kuesioner PIMSAN ………………………………………. 45

Lampiran 6. Kuesioner PIMSAN ………………………………………………. 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

xiv

INTISARI

Pelayanan kesehatan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau e-

health telah berkembang pesat di berbagai negara. Pelayanan kefarmasian berbasis TIK

dikenal sebagai e-pharmacy. Namun demikian, penelitian mengenai persepsi apoteker

tentang penggunaan internet untuk pelayanan kefarmasian di Indonesia masih sangat

terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi apoteker

di D.I. Yogyakarta tentang penggunaan internet dan media sosial untuk pelayanan

kefarmasian.

Penelitian ini bersifat observasional deskriptif. Sebanyak 223 apoteker dipilih secara

purposive sampling dari lima kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta. Pengambilan data

dilakukan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Responden

mengisi kuesioner yang terdiri atas 45 butir pertanyaan setelah sebelumnya

menandatangani inform consent untuk kesediaan berpartisipasi secara sukarela. Data

dianalisis secara deskriptif berupa frekuensi dan persentase. Ethical clearance penelitian

telah diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Universitas Kristen Duta Wacana

dengan nomor 945/C.16/FK/2019.

Hasil penelitian menunjukkan 97,76% dari 223 responden memiliki fasilitas internet

di apotek. Peralatan yang digunakan meliputi komputer/laptop dan gadget/smartphone.

Responden mengandalkan internet untuk mencari informasi obat (61,43%), sedangkan

untuk informasi tentang penyakit (55,16%). Untuk berkomunikasi dengan pasien dilakukan

dengan menggunakan SMS (60,09%) dan whatsapp (87,00%). Selanjutnya, komunikasi

dengan tenaga kesehatan melalui SMS (30,94%) dan whatsapp (93,27%). Hambatan yang

dialami dalam menggunakan TIK adalah jaringan internet yang kurang baik (54,71%).

Harapan apoteker tentang TIK adalah dapat mempermudah komunikasi dengan pasien,

tenaga kesehatan lainnya, serta mempermudah pencarian informasi obat.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa apoteker mampu dan

siap melakukan e-pharmacy. Penggunaan internet dan media sosial oleh apoteker dilakukan

untuk Pelayanan Informasi Obat (PIO). Persepsi apoteker terhadap penggunaan internet dan

media sosial adalah positif. Internet digunakan untuk mencari informasi obat dan penyakit.

Selanjutnya, media sosial cenderung digunakan untuk berkomunikasi dengan

pasien/keluarga pasien dan tenaga kesehatan. Dapat dikatakan internet dan media sosial

memiliki dampak yang signifikan, namun SMS tetap menjadi pilihan dalam berkomunikasi.

Kata kunci: apoteker, e-health, e-pharmacy, internet, media sosial, persepsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

xv

ABSTRACT

Information and Communication Technology (ICT) based health services or e-

health have developed rapidly in various countries. ICT-based pharmaceutical services are

known as e-pharmacy. However, research on pharmacist perceptions about the use of the

internet for pharmaceutical services in Indonesia is still very limited. Therefore, this study

aims to describe the perception of pharmacists in D.I. Yogyakarta about the use of the

internet and social media for pharmaceutical services.

This research is an observational descriptive. A total of 223 pharmacists were

selected by purposive sampling from five districts / cities in D.I. Yogyakarta. Data was

collected by a questionnaire that has been tested for validity and reliability. Respondents

filled out a questionnaire consisting of 45 items after previously signing an informed

consent for voluntary participation. Data were analyzed descriptively in the form of

frequency and percentage. Ethical clearance of research was obtained from the Research

Ethics Commission at the Duta Wacana Christian University Faculty with number 945 /

C.16 / FK / 2019.

The results showed 97.76% of 223 respondents had internet facilities at the

pharmacy. Equipment used includes computers / laptops and gadgets / smartphones.

Respondents relied on the internet to search for drug information (61.43%), while for

information about illness (55.16%). To communicate with patients using SMS (60.09%)

and whatsapp (87.00%). Furthermore, to communicate with health workers via SMS

(30.94%) and whatsapp (93.27%). The obstacle experienced in using ICTs is the internet

network that is not good (54.71%). Pharmacist hopes about ICT are able to facilitate

communication with patients, other health professionals, and facilitate the search for drug

information.

Based on the results of the study it can be concluded that pharmacists are capable

and ready to conduct e-pharmacy. Pharmacists use the internet and social media for Drug

Information Services (PIO). Pharmacists' perception of the use of the internet and social

media is positive. The internet is used to find information about drugs and diseases.

Furthermore, social media tends to be used to communicate with patients / patients' families

and health professionals. It can be said the internet and social media have a significant

impact, but SMS remains the choice of communication.

Keywords: pharmacists, e-health, e-pharmacy, internet, social media, perception

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

1

I. LATAR BELAKANG

Revolusi Industri 4.0 telah memicu kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) selama beberapa tahun terakhir. Teknologi Infotmasi dan Komunikasi (TIK)

memiliki banyak peran untuk meningkatkan efisiensi serta memperluas akses layanan

kesehatan. Saat ini, pelayanan kesehatan berbasis TIK disebut sebagai e-health, sedangkan

di bidang pelayanan kefarmasian disebut e-pharmacy1,2

.

Suatu keterampilan untuk memanfaatkan internet untuk mendapatkan informasi

kesehatan disebut sebagai literasi kesehatan3. Hasil studi di beberapa negara maju

menunjukkan bahwa masyarakat telah mempunyai literasi kesehatan yang cukup baik. Pada

tahun 2013, suatu survei memaparkan bahwa 82,8% masyarakat di Jepang dan 72%

masyarakat di Amerika Serikat (AS) menggunakan internet untuk mencari informasi

kesehatan4. Di Indonesia sebanyak 51,06% masyarakat menggunakan internet untuk

mencari informasi kesehatan dan sebanyak 14,05% untuk berkonsultasi dengan ahli

kesehatan5. Studi di Yogyakarta menunjukkan sebanyak 52% masyarakat mengakses

internet setiap hari dan sebanyak 99% mencari informasi kesehatan di internet6.

Penelitian mengenai pemanfaatan TIK untuk pelayanan kefarmasian di beberapa

negara telah dilakukan7–9

. Misalnya, penelitian di Kuala Lumpur memaparkan bahwa

internet digunakan oleh apoteker sebagai sumber informasi serta sarana pengembangan diri

dalam pelayanan kefarmasian10

. Apoteker di Texas, USA telah menggunakan media sosial

untuk berkomunikasi dengan pasien maupun tenaga kesehatan lainnya11

. Studi di Saudi

Arabia maupun Philadelphia juga memaparkan bahwa TIK memberikan dampak positif

terhadap pelayanan kefarmasian7–9

.

Saat ini TIK memiliki peranan penting untuk pelayanan kefarmasian. Berdasarkan

data Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) Indonesia pada tahun 2013,

D.I. Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki pengguna internet terbanyak di

Indonesia12

. Namun demikian, penelitian di Indonesia terkait pemanfaatan internet dan

media sosial oleh seorang apoteker untuk pelayanan kefarmasian masih terbatas. Oleh

karena itu, penelitian ini dilakukan di D.I Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menggambarkan persepsi, hambatan dan harapan penggunaan internet dan media sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

2

oleh apoteker untuk melakukan pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi yang lebih komprehensif mengenai pemanfaatan internet dan

media sosial sebagai acuan untuk merancang program-program pelayanan informasi obat di

apotek oleh apoteker. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian, sebagai berikut:

a. Seperti apa sarana dan prasarana teknologi informasi komunikasi (TIK) yang

dimiliki oleh apotek-apotek di D.I. Yogyakarta?

b. Apa sajakah jenis aktivitas apoteker yang memanfaatkan internet dan media sosial

di apotek-apotek D.I. Yogyakarta?

c. Sejauh manakah pemanfaatan internet dan media sosial oleh apoteker sebagai

sarana komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan di apotek-apotek D.I.

Yogyakarta?

d. Seperti apa persepsi apoteker di apotek D.I. Yogyakarta tentang media sosial untuk

berkomunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan?

e. Apakah yang menjadi hambatan dalam pemanfaatan internet dan media sosial untuk

komunikasi dan pelayanan informasi obat?

f. Apakah yang diharapkan apoteker dalam pemanfaatan internet dan media sosial

untuk komunikasi dan pelayanan informasi obat?

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Manfaat

teoritis, yaitu dapat memberikan tambahan informasi (sumber pustaka, literatur) mengenai

pemanfaatan internet dan media sosial oleh apoteker dalam pelayanan informasi obat di

apotek-apotek D.I. Yogyakarta; (2) Manfaat praktis, yaitu bagi apoteker dapat menjadi

acuan untuk mengembangkan program – program pelayanan informasi obat di apotek

dengan berbasis internet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Revolusi Industri 4.0, e-health, dan e-pharmacy

Industry 4.0 adalah “smart machines, storage systems and manufacturing facilities

in the form of cyber-physical production system (CPS)13,14

. Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Kemajuan dalam aspek pelayanan dirasakan dengan adanya penggunaan TIK. Pemberian

pelayanan menjadi lebih unggul, optimal, efisien dan berkembang secara terus-menerus.

Kebutuhan untuk mengembangkan dan mengatur cara-cara baru untuk menyediakan

layanan kesehatan yang efisien didampingi oleh kemajuan teknologi, menghasilkan

peningkatan dalam penggunaan aplikasi TIK dalam pelayanan kesehatan berupa e-

health14,15

.

Penerapan e-health oleh tenaga kesehatan telah berkembang baik di negara maju

maupun negara berkembang15

. e-health merupakan pelayanan kesehatan berbasis TIK yang

mempermudah konsultasi dengan praktisi medis serta berpotensi untuk mengubah

pengelolaan sistem perawatan kesehatan1,14–16

. Dalam arti yang lebih luas, e-health tidak

hanya mencirikan pengembangan teknis, tetapi juga pikiran, cara berpikir, sikap dan

komitmen secara global untuk meningkatkan pelayanan kesehatan lokal, regional dan di

seluruh dunia dengan menggunakan informasi dan komunikasi teknologi17

.

Internet dimanfaatkan di berbagai bidang kefarmasian mulai dari industri, penelitian

maupun rumah sakit. Pembelian obat secara online adalah salah satu bentuk perkembangan

pelayanan kefarmasian dengan menggunakan TIK9,18

. Suatu inovasi pelayanan kefarmasian

berbasis TIK disebut e-pharmacy yang merupakan salah satu bagian dari e-health1,2

. e-

pharmacy didefinisikan sebagai “a registered pharmacy which offers to sell or supply

medicines (or other pharmaceutical products) and/or provides other professional services

over the internet”19

. Manfaat signifikan dengan adanya e-pharmacy adalah menghemat

waktu, biaya dan tenaga kerja. Pelayanan kefarmasian di apotek dengan adanya TIK,

mempermudah dalam evaluasi stok obat dan audit tahunan. Selanjutnya, di sektor industri

farmasi adanya software mempermudah pengolahan huge data2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

4

2.2 Pemahaman Masyarakat Terhadap e-health dan e-pharmacy

Negara maju maupun negara berkembang mengalami pertumbuhan eksplosif di

bidang TIK, seperti di AS terjadi peningkatan sebanyak 83% untuk penggunaan internet

maupun berkomunikasi melalui email20

. Kemampuan seseorang dalam menggunakan TIK

untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi didefinisikan sebagai literasi21–23

.

Kemampuan memanfaatkan konsep dan aplikasi e-health merupakan salah satu bentuk

literasi kesehatan yang dipengaruhi status kesehatan dan keterampilan dalam

memanfaatkan media elektronik untuk mendapatkan informasi kesehatan24,25

. Pada bidang

kefarmasian juga dikenal istilah literasi e-pharmacy. Hasil studi menunjukkan sebanyak

47,4% masyarakat menggunakan internet untuk mencari informasi kesehatan. Oleh karena

itu, apoteker memiliki peran penting yakni sebagai pemandu dalam pemanfaatan TIK untuk

mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keselamatan pasien (patient

safety)26

.

2.3 Peningkatan Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian Berbasis Teknologi

Informasi Komunikasi (TIK)

Kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan manajemen

informasi secara fundamental telah mengubah persaingan di sebagian besar sektor industri

dan kesehatan. Apoteker merupakan profesi yang tak luput dari perkembangan teknologi.

Apotek telah menggunakan sistem komputer selama lebih dari tiga dekade. Sistem yang

pertama kali digunakan adalah dispensing, billing dan reimbursements. Di negara maju,

sistem ini memiliki berbagai manfaat, mulai dari manajemen dan pelayanan pengobatan.

Negara-negara maju telah mencapai banyak keberhasilan dengan TIK dalam pengiriman

layanan kesehatan dan ada peluang bagi negara berkembang untuk menggunakan TIK

dengan cara yang lebih terintegrasi27,28

. Studi Scherbakova di Texas, USA menemukan

bahwa sebagian besar apoteker telah menggunakan internet maupun media sosial untuk

pelayanan kefarmasian. Internet digunakan untuk pencarian informasi terkait obat (36%)

dan penyakit (28%), ketersediaan produk (53%), harga obat (38%). Selanjutnya,

pengelolaan akun resmi apotek terbanyak oleh apoteker adalah website dan Facebook. Baik

media sosial maupun website telah memberikan dampak yang positif bagi apoteker, yaitu

mempermudah dalam melakukan pelayanan kefarmasian11

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

5

2.4 Perkembangan e-pharmacy di Negara Maju dan Negara Berkembang

Studi di beberapa negara maju telah menunjukkan bahwa aplikasi TIK telah

digunakan oleh tenaga kesehatan, misalnya apoteker di komunitas, untuk berkomunikasi,

konseling, dan memantau kesehatan pasien29–31

. Gambar 1 menunjukkan beberapa studi

yang menunjukkan perkembangan e-pharmacy di negara maju maupun negara berkembang

dan memberikan gambaran posisi penelitian yang telah dilakukan ini (state of the art):

Gambar 1. Studi-studi terdahulu terkait perkembangan e-pharmacy di negara maju dan negara berkembang

(state of the art)

“Persepsi apoteker mengenai penggunaan

internet dan media sosial untuk pelayanan

informasi obat di apotek-apotek di

D.I. Yogyakarta”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

6

III. METODE

Penelitian ini bersifat observasional deskriptif, untuk menggambarkan persepsi

apoteker tentang penggunaan internet dan media sosial dalam pelayanan kefarmasian32,33

.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilakukan oleh sebuah Tim

Peneliti di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Prosedur yang dilakukan dalam

penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta No 945/C.16/FK/2019. Izin penelitian telah

diperoleh melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) D.I. Yogyakarta No.

074/2052/Kesbangpol/201.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2019. Tempat penelitian

adalah di apotek-apotek di lima wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu Kota Yogyakarta,

Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten

Sleman.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sarana dan prasarana teknologi informasi komunikasi (TIK) yang ada di

apotek-apotek di D.I. Yogyakarta.

b. Pemanfaatan internet dan media sosial sebagai sarana komunikasi di apotek-

apotek di D.I. Yogyakarta.

c. Jenis aktivitas yang memanfaatkan internet dan media sosial di apotek-

apotek di D.I. Yogyakarta.

d. Persepsi apoteker tentang media sosial untuk berkomunikasi dengan pasien

dan tenaga kesehatan di apotek-apotek di D.I. Yogyakarta.

e. Hambatan pemanfaatan internet dan media sosial untuk komunikasi dan

pelayanan informasi obat.

f. Harapan terhadap pemanfaatan internet dan media untuk komunikasi dan

pelayanan informasi obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

7

3.2.2 Definisi Operasional

a. Sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam

penelitian ini mencakup ketersediaan jaringan internet, jenis jaringan internet

yang digunakan serta ketersediaan komputer, laptop, atau gadget maupun

adanya website apotek.

b. Pemanfaatan internet dan media sosial yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah penggunaan internet dan media sosial oleh apoteker sebagai sarana

komunikasi baik dengan pasien maupun tenaga kesehatan yang berkaitan

dengan pelayanan informasi obat.

c. Jenis aktivitas oleh apoteker yang memanfaatkan internet dan media sosial

adalah pemanfaatan SMS, email ataupun media sosial (contoh: whatsapp,

line, facebook, twitter, instagram) oleh apoteker untuk berkomunikasi,

pemanfaatan website apotek oleh apoteker untuk menyediakan informasi

obat, pemanfaatan internet dan media sosial oleh apoteker untuk mencari

informasi mengenai administrasi terkait pengelolaan obat, dan penggunaan

internet dan media sosial oleh apoteker untuk mencari informasi obat dan

penyakit.

d. Persepsi apoteker tentang media sosial mencakup pemahaman responden

apoteker tentang manfaat internet dan media sosial untuk berkomunikasi

dengan pasien dan tenaga kesehatan.

e. Hambatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hambatan yang

dialami oleh responden apoteker dalam memanfaatkan internet dan media

sosial.

f. Harapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal yang diharapkan

oleh responden apoteker dalam memanfaatkan internet dan media sosial.

3.3 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel apotek dipilih secara non-random sampling di lima wilayah kabupaten /

kota dan dengan perhitungan jumlah sampel di masing – masing wilayah secara

proporsional. Jumlah populasi apotek pada tahun 2018 di D.I. Yogyakarta sebanyak 640

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

8

buah34

. Namun, setelah dikonfirmasi melalui telepon maupun berdasarkan sumber di

website sebanyak 105 apotek telah dinyatakan tidak aktif. Perhitungan sampel minumum

dilakukan berdasarkan rumus, dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 223 apotek34,35

.

Selanjutnya, pemilihan responden di tiap apotek dilakukan secara purposive sampling36

.

Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah Apoteker Pengelola Apotek (APA).

Pada Tabel 1 dan Lampiran 5 menjelaskan pengambilan sampel apotek secara proporsional

per wilayah di lima wilayah di D.I. Yogyakarta:

n = N Z2

1-α/2 (P) (1-P) x DEFF

(N-1) d2

+ Z2

1-α/2 (P) (1-P)

Keterangan :

DEFF = design effect

Z2

1-α/2 = nilai Z untuk interval kepercayaan 95% yaitu 1,96

P = perkiraan proporsi (50% karena belum diketahui)

d = ketepatan yang diinginkan (0,05 untuk ± 5%)

N = populasi

n = sampel

Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

n = (535) (1,962) (0,5) (1-0,5) x 1

(535-1) (0,052) + (1,96

2) (0,5) (1-0,5)

n = 223

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

9

Tabel 1. Perhitungan pengambilan sampel apotek di wilayah D.I. Yogyakarta per wilayah kabupaten/kota

secara proporsional

No Nama wilayah

Jumlah apotek

di D.I.

Yogyakarta

tahun 2018

Jumlah

apotek di

tiap

wilayah

Perhitungan sampel secara

proporsional di tiap wilayah

Jumlah sampel

di tiap wilayah

1 Kabupaten

Sleman

535 229 n =

x 100 % = 42,80% x 223 96

2 Kota

Yogyakarta

535 123 n =

x 100 % = 22,99 % x 223 51

3 Kabupaten

Bantul

535 108 n =

x 100 % = 20,18 % x 223 45

4 Kabupaten

Gunung Kidul

535 33 n =

x 100 % = 6,16 % x 223 14

5 Kabupaten

Kulon Progo

535 42

n =

x 100 % = 7,85 % x 223 17

TOTAL 223

3.4 Penyusunan Instrumen

Sebuah instrumen penelitian harus diuji kesahihannya sebagai alat pengambil data.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner33

. Penyusunan kuesioner

mengacu pada studi Shcherbakova dan Shepherd yang telah melakukan penelitian terkait

penggunaan internet dan media sosial oleh apoteker di Texas, USA11

. Oleh karena itu,

untuk menguji kesahihan suatu kuesioner dilakukan uji validitas isi, uji pemahaman bahasa

dan uji reliabilitas kuesioner36

. Hasil uji coba atau tes validitas dan reliabilitas instrumen

penelitian yang berupa “Kuesioner Pengunaan Internet dan Media Sosial di Pelayanan

Kefarmasian” atau disingkat kuesioner PIMSAN ini telah dipublikasikan di jurnal nasional

bereputasi SINTA-S2 (Green tick) yaitu Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 8

No.3 Tahun 2019.

Uji validitas isi kuesioner dilakukan sebanyak dua kali pengujian dan dinyatakan

valid pada putaran kedua. Kuesioner yang dinyatakan valid terdiri atas 45 pertanyaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

10

Tahap selanjutnya adalah uji pemahaman bahasa terhadap expert dan user. Uji pemahaman

bahasa kepada expert lolos dalam satu putaran, sedangkan kepada user lolos dalam dua

putaran. Selanjutnya, uji reliabilitas dilakukan terhadap kuesioner yang valid dan lolos uji

pemahaman bahasa. Nilai reliabilitas dinyatakan baik dengan nilai Chronbach Alpha yang

berkisar antara 0,7 sampai 0,9537

. Nilai Chronbach Alpha yang diperoleh adalah sebesar

0,852 dan dinyatakan reliabel. Suatu kuesioner yang reliabel dapat mengukur secara akurat

serta memberikan hasil yang sama setiap dilakukan pengukuran38

. Struktur kuesioner

PIMSAN dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Struktur kuesioner untuk penelitian tentang penggunaan internet dan media sosial untuk

komunikasi dan pelayanan informasi obat di apotek-apotek D.I. Yogyakarta

3.5 Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi tiap apotek yang dipilih secara

purposive dan dilakukan kesepakatan mengenai waktu pengisian kuesioner. Responden

diberi penjelasan terkait tujuan penelitian, dan diminta mengisi dan menandatangani

informed consent sebagai bukti bahwa responden sukarela berpartisipasi dalam penelitian

ini. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden dengan waktu sekitar 20-30 menit.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pertama dari pengolahan data adalah melakukan cleaning. Kuesioner yang

sudah diisi oleh responden diperiksa kelengkapan datanya. Selanjutnya, melakukan skoring

Bagian

kuesioner Struktur pertanyaan pada bagian kuesioner

A Data diri apoteker dan sarana prasarana teknologi informasi dan komunikasi di

apotek

B Penggunaan internet oleh apoteker sebagai sarana komunikasi profesional

dengan pasien, keluarga pasien dan tenaga kesehatan lain

C Jenis aktivitas profesional apoteker yang menggunakan internet

D Persepsi apoteker mengenai penggunaan media sosial untuk berkomunikasi

secara profesional

E Hambatan terhadap pemanfaatan internet dan media sosial untuk berkomunikasi

secara profesional

F Harapan terhadap pemanfaatan internet dan media sosial untuk berkomunikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

11

terhadap jawaban responden (Lampiran 6). Entry data dilakukan dengan komputer setelah

selesai melakukan skoring. Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dengan

bantuan software Ms.Excell. Hasil analisis berupa frekuensi dan persentase (proporsi) yang

disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik39

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Demografi dan Karakteristik Responden Apoteker

Sejumlah 223 responden apoteker ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Tabel 3

menerangkan rangkuman hasil berupa data demografi dan karakteristik responden, serta

sarana dan prasarana yang tersedia di apotek. Dari 223 responden apoteker, usia apoteker

terbanyak adalah pada usia <30 tahun (50,67%) dengan mayoritas perempuan (88,79%).

Informasi ini sama dengan sebuah penelitian yang melibatkan apoteker di Kabupaten

Sleman yang melaporkan 91,5% respondennya adalah perempuan dan dapat dikatakan

mewakili gambaran umum profil apoteker di Indonesia, yaitu lebih banyak apoteker

perempuan40

. Selanjutnya, responden memiliki latar belakang pendidikan apoteker

(94,62%) dan seluruh responden terdaftar di organisasi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

Sebagian besar responden menyatakan telah lulus <5 tahun dari pendidikan apoteker

(41,70%) dan bekerja <5 tahun (45,74%).

Akses internet yang mudah merupakan modal utama bagi apoteker untuk

melakukan pelayanan kefarmasian berbasis internet. Sebanyak (82,51%) Apoteker

Pengelola Apotek (APA) yang terlibat dalam penelitian ini bukan sebagai pemilik sarana

apotek tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan di Texas USA yang dilaporkan

melalui penelitian Shcherbakova dan Shepherd, yaitu dari 284 responden hampir 60,00%

merupakan pemilik apotek11

. Status kepemilikan sarana apotek akan memberi keleluasaan

bagi apoteker dalam pengelolaan apotek tersebut, termasuk jika akan melakukan pelayanan

kefarmasian berbasis internet. Namun demikian, temuan dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa tiap apotek (99,55%) telah memiliki jaringan internet. Selanjutnya, responden

menyatakan dapat dengan mudah mengakses internet melalui komputer/laptop dan

gadget/smartphone. Disisi lain, hasil penelitian menunjukkan keberadaan website resmi

apotek masih rendah yaitu hanya 26,46%. Hal ini berbeda dengan penelitian di Texas, USA

dimana 54,00% dari 284 apotek memiliki website resmi11

.

Berdasarkan hasil penelian ini, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak apoteker

yang berusia <30 tahun. Survei tahun 2017 menyatakan bahwa sebanyak 49,52% pengguna

internet terbanyak adalah masyarakat yang berusia antara 19-34 tahun5. Studi Widyastuti

dan Santoso (2014), memaparkan bahwa perempuan cenderung lebih dominan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

13

mengakses internet41

. Status kepemilikan sarana tidak menghalangi apoteker untuk tetap

melakukan e-pharmacy. Hal ini dibuktikan dengan tersedianya komputer/laptop atau

gadget/smartphone untuk mengakses internet. Oleh karena itu, dengan mayoritas apoteker

berusia muda dan perempuan diharapkan e-pharmacy dapat berlangsung secara optimal

dengan memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia. Informasi ini membuktikan bahwa

apoteker di Indonesia telah mengikuti perkembangan pelayanan kefarmasian yang berbasis

internet, yakni e-pharmacy. Informasi ini menunjukkan hasil yang serupa dengan keadaan

di Texas, USA dan Taiwan11,42

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

14

Tabel 3. Demografi dan karakteristik responden apoteker

Demografi dan karakteristik n (%)

(N=223)

Usia (dalam tahun)

< 30

30 - 40

41 - 50

> 50

113 (50,67%)

85 (38,12%)

23 (10,31%)

2 (0,90%)

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

198 (88,79%)

25 (11,21%)

Pendidikan terakhir

Profesi apoteker

S2

S3

211 (94,62%)

12 (5,38%)

0 (0%)

Keanggotaan organisasi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)

Terdaftar

Belum terdaftar

233 (100%)

0 (0%)

Lama kelulusan setelah menempuh pendidikan apoteker

(dalam tahun)

< 5

5 - 10

11 - 15

> 15

93 (41,70%)

66 (29,60%)

37 (16,59%)

27 (12,11%)

Pengalaman bekerja sebagai apoteker (dalam tahun)

< 5

5 - 10

11 - 15

> 15

102 (45,74%)

66 (29,60%)

34 (15,25%)

21 (9,42%)

Status kepemilikan apotek

Dimiliki oleh APA

Tidak dimiliki oleh APA

39 (17,49%)

184 (82,51%)

Ketersediaan fasilitas internet di apotek

Tersedia

Tidak tersedia

222 (99,55%)

1 (0,45%)

Status kepemilikan jaringan internet di apotek

Milik apotek

Milik pribadi

Milik apotek dan pribadi

Tidak ada

141 (63,23%)

62 (27,80%)

19 (8,52%)

1 (0,45%)

Jenis peralatan yang digunakan untuk mengakses internet

Komputer/ laptop

Gadget/ smartphone

Komputer/ laptop dan gadget/ smartphone

Tidak ada

59 (26,46%)

86 (38,57%)

77 (34,53%)

1 (0,45%)

Ketersediaan website apotek

Tersedia

Tidak tersedia

59 (26,46%)

164 (73,54%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

15

4.2 Internet dan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi Profesional

Hampir semua responden apoteker pada penelitian ini menyatakan telah

menggunakan media sosial, yakni sebanyak 87,89%, dan 93,27% untuk berkomunikasi

dengan pasien/keluarga pasien dan tenaga kesehatan. Hasil pada Tabel 4 menggambarkan

penggunaan media sosial oleh apoteker untuk berkomunikasi dengan pasien/keluarga

pasien dan tenaga kesehatan. Media sosial yang populer digunakan oleh responden adalah

Whatsapp. Hanya sebesar 28,25% responden yang menyatakan lebih nyaman menggunakan

email untuk berkomunikasi dengan tenaga kesehatan. Demikian pula, hanya sedikit

responden yang memiliki akun Twitter untuk berkomunikasi dengan pasien/keluarga pasien

(1,35%) dan tenaga kesehatan (0,45%).

Tabel 4. Penggunaan internet oleh apoteker sebagai sarana komunikasi profesional

Penggunaan

media sosial

sebagai sarana

komunikasi

n (%)

(N=223)

Facebook Twitter Line Instagram Whatsapp Email Lainnya

(Telegram)

Pasien/keluarga

pasien

196 (87,89%)

15

(6,73%)

3

(1,35%)

11

(4,93%)

31

(13,90%)

194

(87,00%)

29

(13,00%)

8

(3,59%)

Tenaga kesehatan

208 (93,27%)

26

(11,66%)

1

(0,45%)

13

(5,83%)

30

(13,45%)

208

(93,27%)

63

(28,25%)

6

(2,69%)

Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan tentang perbandingan penggunaan

media sosial dan SMS (Short Message Service) oleh apoteker sebagai sarana komunikasi

profesional. Responden menyatakan bahwa media sosial (87,89%) maupun SMS (60,09%)

digunakan sebagai sarana komunikasi kepada pasien/keluarga pasien. Hasil ini

menunjukkan bahwa internet memiliki dampak yang signifikan terhadap cara

berkomunikasi secara daring, namun SMS tetap menjadi pilihan dalam berkomunikasi.

Sesuai dengan survei tahun 2018 yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat

Indonesia (53,85%) masih menggunakan telepon seluler yang tidak menggunakan data

internet atau hanya menggunakan jaringan 2G43

. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

16

SMS tetap menjadi pilihan utama selain media sosial lainnya untuk berkomunikasi dengan

pasien/tenaga kesehatan. Informasi ini cukup berbeda dengan penelitian Shcherbakova dan

Shepherd di Texas. Penelitian tersebut memaparkan bahwa hanya sedikit apoteker yang

menggunakan SMS untuk berkomunikasi dengan pasien atau tenaga kesehatan11

. Pada

Tabel 5 dibawah menunjukkan penggunaan SMS sebagai sarana komunikasi profesional.

Tabel 5. Penggunaan SMS (Short Message Service) sebagai sarana komunikasi profesional

Penggunaan SMS

sebagai sarana komunikasi

n (%)

(N=223)

Pasien/keluarga pasien 134 (60,09%)

Tenaga kesehatan 69 (30,94%)

Lainnya 7 (3,14%)

Tidak menggunakan SMS 13 5,83%)

4.3 Aktivitas Profesional Apoteker Berbantukan Internet

Pada bagian penelitian ini ditanyakan mengenai aktivitas apoteker yang berbantukan

internet. Hasil penelitian seperti yang tertulis pada Tabel 6 menunjukkan bahwa responden

menyatakan “beberapa kali dalam sehari” menggunakan internet untuk mencari informasi

terkait obat (61,43%), mencari informasi terkait penyakit (55,16%), mencari informasi

tentang harga suatu obat (35,87%), mengecek kesesuaian obat pasien dengan formularium

(33,63%), mencari informasi terkait ketersediaan suatu obat di distributor (30,49%),

berkomunikasi dengan pasien tentang informasi obat dan terapi (26,46%). Selanjutnya,

responden menyatakan “tidak pernah” menggunakan internet untuk mencari informasi

terkait penawaran khusus harga obat (35,87%), mencari informasi terkait ketersediaan suatu

obat di distributor farmasi (19,28%), mencari informasi yang berkaitan dengan kebijakan

dan prosedur layanan kesehatan (13,90%), mencari informasi tentang obat yang sedang

langka (13,00%), mencari informasi penarikan obat (10,31%).

Hasil tersebut memaparkan bahwa hampir seluruh responden mengakses internet

untuk mencari informasi terkait obat dan penyakit. Selanjutnya, responden cenderung

menggunakan internet untuk mengetahui ketersediaan dan harga suatu obat. Informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

17

tentang ketersediaan dan harga suatu obat tersedia di website distributor obat44–47

. Disisi

lain, hampir seluruh responden menyatakan tidak menggunakan internet untuk mencari

informasi tentang harga khusus obat, penarikan obat dan obat langka. Hal dapat terjadi

karena untuk penawaran harga khusus obat, penarikan obat dan obat langka memiliki alur

tersendiri. Misalnya, pemesanan obat dengan harga khusus di PT. Ratna Intan Kusuma

dilakukan melalui sales obat48

. Selanjutnya, penarikan obat dilakukan sesuai dengan

prosedur dan oleh pihak berwenang49

. Publikasi oleh pihak berwenang akan dilakukan

melalui media cetak maupun elektronik. Informasi tentang penarikan obat oleh pihak

berwenang akan diberikan secara langsung kepada responden.

Dapat disimpulkan bahwa apoteker menggunakan internet dan media sosial untuk

pelayanan farmasi klinik, yakni Pelayanan Informasi Obat (PIO). Apoteker menggunakan

internet untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan pasien. Sesuai dengan hasil yang

didapatkan, apoteker cenderung mencari informasi tentang obat dan penyakit. Selanjutnya,

tentang persepsi penggunaan media sosial oleh apoteker tertulis pada Tabel 7. Media sosial

mempermudah apoteker untuk berkomunikasi dengan pasien/keluarga pasien dan tenaga

kesehatan. Pada hasil sebelumnya yang tertulis pada Tabel 4 menunjukkan persentase yang

tinggi terhadap penggunaan Whatsapp sebagai sarana komunikasi. Harapannya, dalam

jangka panjang internet dan media sosial dapat menjadi suatu fasilitas untuk

penatalaksanaan terapi obat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

18

Tabel 6. Jenis aktivitas profesional apoteker dengan bantuan internet

Pertanyaan

Frekuensi n (%)

(N=223)

Beberapa

kali

dalam

sehari

Sekali

sehari

3 - 4 kali

dalam

seminggu

1 - 2 kali

dalam

seminggu

Kurang

dari 1 - 2

kali dalam

seminggu

Tidak

pernah

Saya menggunakan internet untuk

berkomunikasi dengan pasien tentang

informasi obat dan terapinya (misal

melalui email dan media sosial).

59

(26,46%)

13

(5,83%)

37

(16,59%)

45

(20,18%)

50

(22,42%)

19

(8,52%)

Saya menggunakan internet untuk

mencari informasi yang berkaitan dengan

kebijakan dan prosedur layanan

kesehatan (misal: BPJS).

39

(17,49%)

14

(6,28%)

33

(14,80%)

34

(15,25%)

72

(32,29%)

31

(13,90%)

Saya menggunakan internet untuk

mengecek kesesuaian obat pasien dengan

formularium atau daftar acuan

pengobatan yang berlaku.

75

(33,63%)

15

(6,73%)

36

(16,14%)

42

(18,83%)

41

(18,39%)

14

(6,28%)

Saya menggunakan internet untuk

mencari informasi penarikan obat.

29

(13,00%)

10

(4,48%)

20

(8,97%)

36

(16,14%)

105

(47,09%)

23

(10,31%)

Saya menggunakan internet untuk

mencari informasi tentang obat yang

sedang langka di pasaran.

35

(15,70%)

14

(6,28%)

42

(18,83%)

28

(12,56%)

75

(33,63%)

29

(13,00%)

Saya menggunakan internet untuk

mencari informasi tentang harga suatu

obat.

80

(35,87%)

20

(8,97%)

43

(19,28%)

36

(16,14%)

36

(16,14%)

8

(3,59%)

Saya mencari informasi terkait

penawaran khusus harga obat (misal: e-

catalogue).

27

(12,11%)

12

(5,38%)

22

(9,87%)

27

(12,11%)

55

(24,66%)

80

(35,87%)

Saya mencari informasi terkait

ketersediaan suatu obat di distributor

farmasi melalui internet.

68

(30,49%)

19

(8,52%)

46

(20,63%)

21

(9,42%)

26

(11,66%)

43

(19,28%)

Saya mencari informasi terkait obat

melalui internet.

137

(61,43%)

20

(8,97%)

53

(23,77%)

6

(2,69%)

5

(2,24%)

2

(0,90%)

Saya mencari informasi tentang suatu

penyakit melalui internet.

123

(55,16%)

18

(8,07%)

51

(22,87%)

20

(8,97%)

10

(4,48%)

1

(0,45%)

4.4 Persepsi apoteker tentang penggunaan media sosial untuk berkomunikasi

Pengukuran persepsi responden yang tertulis pada Tabel 7 tentang penggunaan

media sosial untuk berkomunikasi. Hasil menunjukkan bahwa responden menyatakan

“Sangat Setuju” bahwa media sosial dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan

komunikasi dengan pasien (69,09%), media sosial perlu lebih banyak digunakan di tempat

praktik sebagai sarana komunikasi dengan pasien (49,33%) maupun tenaga kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

19

(48,88%), media sosial memiliki potensi untuk menjadi sarana komunikasi yang baik

(36,32%), dan media sosial dapat meningkatkan pengetahuan pasien (36,77%). Selanjutnya,

hasil menunjukkan bahwa hampir seluruh responden cenderung “Setuju” tentang

penggunaan media sosial. Contohnya, media sosial dapat berperan sebagai sarana untuk

meningkatkan hubungan profesional (65,92%) maupun mengubah cara interaksi pasien

(66,82%). Media sosial dapat digunakan sebagai media penatalaksanaan terapi obat pasien

(58,30%) dan meningkatkan kualitas hidup seorang pasien (61,88%).

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa apoteker mampu dan siap

melakukan e-pharmacy. Hampir seluruh apoteker menyatakan media sosial perlu lebih

banyak digunakan di tempat praktik. Selanjutnya, apoteker menyatakan media sosial

mampu meningkatkan hubungan profesional antara apoteker dengan pasien. Sebelumnya,

hasil di Tabel 4 menunjukkan media sosial telah digunakan sebagai sarana komunikasi.

Pada Tabel 6 menjelaskan bahwa internet digunakan untuk aktivitas profesional apoteker.

Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa apoteker di Indonesia memiliki persepsi yang

positif terhadap e-pharmacy. Beberapa contoh penerapan sistem berbasis internet yang

telah ada di Indonesia antara lain: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS),

Electronic Medical Record (EMR), sistem resep elektronik (e-Prescription), sistem stasiun

medis di puskesmas50–52

. Disisi lain, dampak negatif penggunaan media sosial adalah

penyebaran informasi hoaks. Sebanyak 62,33% responden penelitian ini menyatakan bahwa

media sosial memungkinkan mengakses informasi kesehatan hoaks. Studi Pakpahan (2017)

memaparkan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh karakter masyarakat Indonesia53

.

Masyarakat cenderung lebih cepat mempercayai sebuah berita tanpa mengetahui

kebenarannya dan langsung menyebarkannya di media sosial. Oleh karena itu, utamanya

sebagai tenaga kesehatan penting untuk meningkatkan literasi informasi untuk

mengantisipasi peradaran hoaks di media sosial54

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

20

Tabel 7. Persepsi apoteker tentang penggunaan media sosial untuk berkomunikasi

Pertanyaan

Sangat

Setuju

(SS)

n (%)

(N=223)

Setuju

(S)

n (%)

(N=223)

Ragu-

Ragu

(RR)

n (%)

(N=223)

Tidak

Setuju

(TS)

n (%)

(N=223)

Sangat

Tidak

Setuju

(STS)

n (%)

(N=223)

Media sosial dapat digunakan secara efektif oleh

apoteker untuk meningkatkan komunikasi dengan

pasien.

154

(69,06%)

65

(29,15%)

3

(1,35%)

1

(0,45%)

0

(0,00%)

Media sosial perlu lebih banyak digunakan di tempat

praktik apoteker sebagai sarana komunikasi dengan

pasien.

110

(49,33%)

95

(42,60%)

16

(7,17%)

2

(0,90%)

0

(0,00%)

Media sosial perlu lebih banyak digunakan di tempat

praktik apoteker sebagai sarana komunikasi dengan

tenaga kesehatan lain.

109

(48,88%)

105

(47,09%)

8

(3,59%)

1

(0,45%)

0

(0,00%)

Media sosial tidak bermanfaat untuk melakukan

komunikasi secara profesional antara apoteker dan

pasien.

0

(0,00%)

4

(1,79%)

9

(4,04%)

116

(52,02%)

94

(42,15%)

Penggunaan media sosial untuk berkomunikasi dengan

pasien membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. 3

(1,35%)

20

(8,97%)

28

(12,56%)

137

(61,43%)

35

(15,70%)

Media sosial memiliki potensi untuk menjadi sarana

komunikasi yang baik antara apoteker dengan pasien. 81

(36,32%)

121

(54,26%)

17

(7,62%)

3

(1,35%)

1

(0,45%)

Penggunaan media sosial dapat membantu upaya

peningkatan kualitas hidup seorang pasien. 66

(29,60%)

138

(61,88%)

18

(8,07%)

1

(0,45%)

0

(0,00%)

Penggunaan media sosial dapat meningkatkan

pengetahuan seorang pasien. 82

(36,77%)

133

(59,64%)

8

(3,59%)

0

(0,00%)

0

(0,00%)

Penggunaan media sosial dapat memfasilitasi

penatalaksanaan terapi obat bagi pasien. 60

(26,91%)

130

(58,30%)

28

(12,56%)

4

(1,79%)

1

(0,45%)

Penggunaan media sosial memungkinkan pasien

mendebat penguasaan pengetahuan seorang apoteker. 21

(9,42%)

106

(47,53%)

43

(19,28%)

45

(20,18%)

8

(3,59%)

Media sosial dapat meningkatkan hubungan

profesional antara apoteker dengan pasien. 54

(24,22%)

147

(65,92%)

17

(7,62%)

3

(1,35%)

2

(0,90%)

Media sosial dapat mengubah cara interaksi pasien

dengan apoteker. 34

(15,25%)

149

(66,82%)

27

(12,11%)

13

(5,83%)

0

(0,00%)

Penggunaan media sosial memungkinkan mengakses

informasi kesehatan yang diragukan kebenarannya

(misal: informasi hoaks).

66

(29,60%)

139

(62,33%)

15

(6,73%)

3

(1,35%)

0

(0,00%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

21

4.5 Hambatan dan Harapan Pemanfaatan Internet dan Media Sosial

Hambatan dan harapan yang dialami oleh apoteker dalam memanfaatkan internet

dan media sosial tertulis dalam Tabel 8 dan Tabel 9. Responden cenderung mengalami

hambatan berupa jaringan internet yang kurang baik.

Tabel 8. Hambatan apoteker tentang penggunaan internet dan media sosial untuk berkomunikasi

Tabel 9. Harapan apoteker tentang penggunaan internet dan media sosial untuk berkomunikasi

Berdasarkan hasil penelitian, apoteker menunjukkan respon yang positif terhadap

penggunaan internet dan media sosial. Apoteker mampu dan siap melakukan e-pharmacy.

Sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa internet dan media sosial telah digunakan apoteker

untuk aktivitas maupun komunikasi profesional. Selanjutnya, harapan utama apoteker

terhadap penggunaan internet dan media sosial adalah dapat mempermudah komunikasi

dan pencarian informasi terkait obat.

Hambatan yang dialami oleh apoteker dalam

memanfaatkan internet dan media sosial

n (%)

(N=223)

Jaringan internet kurang baik 54,71%

Tidak memiliki paket data internet 18,39%

Kurang terampil memanfaatkan TIK 8,07%

Tidak ada akses WIFI/internet 13,00%

Kurang terampil memilah informasi 8,52%

Lainnya 8,07%

Harapan oleh apoteker dalam memanfaatkan internet

dan media sosial

n (%)

(N=223)

Mempermudah komunikasi dengan pasien 93,27%

Mempermudah komunikasi dengan tenaga kesehatan 93,72%

Mempermudah pencarian sumber informasi obat 98,65%

Lainnya 6,28%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini memaparkan tentang penggunaan internet dan media sosial untuk

pelayanan kefarmasian. Sarana dan prasarana yang tersedia di apotek-apotek yang berada di

D.I. Yogyakarta adalah komputer/laptop atau gadget/smartphone. Apoteker memanfaatkan

internet untuk mencari informasi terkait obat dan penyakit. Pelayanan kefarmasian ini

termasuk dalam pelayanan farmasi klinik, utamanya Pelayanan Informasi Obat (PIO).

Media sosial cenderung digunakan apoteker untuk berkomunikasi dengan pasien/keluarga

pasien dan tenaga kesehatan lain. Dengan demikian, dapat dikatakan komunikasi menjadi

lebih efektif. Dapat disimpulkan bahwa persepsi apoteker terhadap penggunaan internet dan

media sosial adalah positif. Hal tersebut merupakan dukungan untuk siap dan mampu untuk

melakukan e-pharmacy. Hambatan yang dialami apoteker dalam menggunakan internet dan

media sosial adalah jaringan internet yang kurang baik. Selanjutnya, harapan apoteker

terhadap penggunaan internet dan media sosial adalah dapat mempermudah komunikasi

serta mempermudah pencarian informasi terkait obat.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian serupa, untuk mengeksplorasi penggunaan internet dan

media sosial terhadap apoteker yang berpraktek di tempat pelayanan kefarnasian yang lain,

misalnya di rumah sakit dan puskesmas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

23

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Cordina M. Medicines and the internet. J Malta Collage Pharm Pract. 2010;(16

Summer 2010):8-9.

2. Jadhav S, Nikam K, Gandhi A, Shinde N, Salunkhe K. Applications of computer

science in pharmacy: An overview. Natl J Physiol Pharm Pharmacol. 2012;2(1):1-9.

3. Norman CD, Skinner HA. eHEALS: The eHealth literacy scale. J Med Internet Res.

2006. doi:10.2196/jmir.8.4.e27

4. Mitsutake S, Shibata A, Ishii K, Oka K. Associations of eHealth literacy with health

behavior among adult internet users. J Med Internet Res. 2016;18(7).

doi:10.2196/jmir.5413

5. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet. Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet

Indonesia Survey 2017. Teknopreneur. 2018;2018(31 August 2018):Hasil Survey.

6. Cahyono LA, Winarno W wahyu, Nugroho HA. Virtualisasi medis: analisis

kecenderungan masyarakat mencari informasi kesehatan di internet. Semnas

Teknomedia Online. 2015;3(1):1-2.

http://ojs.amikom.ac.id/index.php/semnasteknomedia/article/view/1005.

7. Mazer M, Deroos F, Shofer F, et al. Medications from the web: Use of online

pharmacies by emergency department patients. J Emerg Med. 2012;42(2):227-232.

doi:10.1016/j.jemermed.2010.05.035

8. Abanmy N. The extent of use of online pharmacies in Saudi Arabia. Saudi Pharm J.

2017;25(6):891-899. doi:10.1016/j.jsps.2017.02.001

9. Chaturvedi A, Kumar A, Noida G. Online pharmacy: an e-strategy for medication.

2015;(April).

10. Ong SW, Hassali MA, Saleem F. Community pharmacists’ perceptions towards

online health information in Kuala Lumpur, Malaysia. Pharm Pract (Granada).

2018;16(2):1166. doi:10.18549/PharmPract.2018.02.1166

11. Shcherbakova N, Shepherd M. Community pharmacists, Internet and social media:

An empirical investigation. Res Soc Adm Pharm. 2014;10(6):75-85.

doi:10.1016/j.sapharm.2013.11.007

12. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Data dan Statistik

Kementrian Komunikasi dan Informatika RI.

https://statistik.kominfo.go.id/site/data?idtree=424&iddoc=1186. Published 2019.

Accessed January 6, 2019.

13. Crnjac M, Veža I, Banduka N. From concept to the introduction of industry 4.0. Int J

Ind Eng Manag. 2017;8(1):21-30.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

24

14. Zhou K, Liu T, Zhou L. Industry 4.0: Towards future industrial opportunities and

challenges. 2015 12th Int Conf Fuzzy Syst Knowl Discov FSKD 2015. 2016:2147-

2152. doi:10.1109/FSKD.2015.7382284

15. Conradie DP, Ruxwana NL, Herselman ME. ICT Applications as e-Health Solutions

in the Rural Eastern Cape Province of South Africa. Heal Inf Manag J.

2010;39(1):17-29.

16. WHO. e-Health. https://www.who.int/ehealth/about/en/. Published 2018. Accessed

November 18, 2018.

17. Eysenbach G. What is e-health? J Med Internet Res. 2001;3(2):1-5.

doi:10.2196/jmir.3.2.e20

18. Montoya ID, Jano E. Online Pharmacies: Safety and Regulatory Considerations. Int

J Heal Serv. 2007;37(2):279-289. doi:10.2190/1243-P8Q8-6827-H7TQ

19. Pharmaceutical Society of Northern Scotland. Professional Standards and Guidance

for Internet Pharmacy Services Professional Standards and Guidance for Internet.

2009;(June).

20. Ball M& L. E-health: Transforming the Physician/Patient Relationship. 2017;61:1-

10.

21. Unesco. Understandings of literacy. Educ All Glob Monit Rep. 2006:147-159.

22. UNESCO. Literacy, a UNESCO perspective. 2003.

http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001318/131817eo.pdf.

23. Haas L, Lee D, Higdon M, et al. Texas Journal of Literacy. 2013;1(1).

24. Neter E, Brainin E. eHealth literacy: extending the digital divide to the realm of

health information. J Med Internet Res. 2012;14(1). doi:10.2196/jmir.1619

25. Norman CD, Skinner HA. eHealth literacy: Essential skills for consumer health in a

networked world. J Med Internet Res. 2006;8(2):1-11. doi:10.2196/jmir.8.2.e9

26. Shiferaw KB, Mehari EA. Internet use and eHealth literacy among health-care

professionals in a resource limited setting : a cross-sectional survey. Dove Press J

Adv Med Educ Pract. 2019:1-8. doi:10.2147/AMEP.S205414

27. Bigirimana S, Chinembiri M. Towards E-Pharmacy: The Future Information and

Communication Technologies Needs for Community Pharmacies in Harare,

Zimbabwe. Int J Econ Commer Manag. 2015;III(4):1-26.

28. Olufunmilola O, Chui M. E-Prescribing: A Focused Review and New Approach to

Addressing Safety in Pharmacies and Primary Care. 2015;85(0 1):1-27.

doi:10.1016/j.neuroimage.2013.08.045.The

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

25

29. Cavaco AMDN, Schaafsma E, Bicer BK, et al. Internet and computer use amongst

european pharmacy undergraduates: Exploring similarities and differences.

Farmacia. 2017;65(3):407-413.

30. Crilly P, Hassanali W, Khanna G, et al. Community pharmacist perceptions of their

role and the use of social media and mobile health applications as tools in public

health. Res Soc Adm Pharm. 2018;(February):1-8.

doi:10.1016/j.sapharm.2018.02.005

31. Nailil Fadhilah and, Putriana NA. Farmaka Farmaka. Farmaka. 2003;4(November

2017):1-15.

32. Pratiknya AW. Dasr-Dasar Metodologi Penelitian Kedokterteran & Kesehatan.

Cetakan ke. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada; 2001.

33. Sugiyono. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif Dan R&D. Cetakan ke. Bandung:

ALFABETA; 2014.

34. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Daftar Sarana Apotek

Provinsi D.I. Yogyakarta.

http://apif.binfar.depkes.go.id/index.php?req=view_services&p=pemetaanApotek&i

d=18971. Published 2018. Accessed November 21, 2018.

35. Naing L, Winn T, Rusli BN. Practical Issues in Calculating the Sample Size for

Prevalence Studies. Arch Orofac Sci. 2006;1(Ci):9-14.

doi:10.1146/annurev.psych.60.110707.163629

36. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ke. Jakarta: PT Asdi

Mahasatya; 2005.

37. Tavakol M, Dennick R. Making Sense of Cronbach’s Alpha. Int J Med Educ.

2011;2:53-55. doi:10.5116/ijme.4dfb.8dfd

38. Bolarinwa OA. Principles and methods of validity and reliability testing of

questionnaires used in social and health science researches. Niger Postgrad Med J.

2015;22(4):195-201. doi:10.4103/1117-1936.173959

39. Dahlan S. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Keedokteran

Dan Kesehatan. Seri 3 Edi. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2018.

40. Aditama H, Saputri A, Fadhilah D, et al. Gambaran Jasa Profesi Apoteker di Apotek

Kabupaten Sleman. J Manaj Pelayanan Farm. 2018;8(2):51-58.

41. Widyastuti R, Santoso R. Perilaku Remaja Pengguna Facebook Berdasarkan

Perspektif Gender Dhyah Ayu Retno Widyastuti dan Nobertus Ribut Santoso. J

Interak. 2014;III(Januari 2014):24-33.

42. Chen YY, Li CM, Liang JC, Tsai CC. Health information obtained from the internet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

26

and changes in medical decision making: Questionnaire development and cross-

sectional survey. J Med Internet Res. 2018;20(2):1-10. doi:10.2196/jmir.9370

43. Agung B. Pelanggan Seluler 2G Masih Dominasi Pasar Telekomunikasi.

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180208120510-185-274773/pelanggan-

seluler-2g-masih-dominasi-pasar-telekomunikasi. Published 2018. Accessed

November 22, 2019.

44. PT. Indofarma. Portofolio PT.Indofarma. https://igm.co.id/e-katalog/. Accessed

November 24, 2019.

45. Sentosa PPMJ. Produk Podo Mekar Jaya Sentosa.

https://www.indotrading.com/podomekarjayasentosa. Accessed November 25, 2019.

46. Kalbe P. Product & Service Kalbe. https://www.kalbe.co.id/product-and-services.

Accessed November 24, 2019.

47. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. e-catalouge Belanja Cepat

Cara Tepat. https://e-katalog.lkpp.go.id/id/katalog/produk/obat-

2018/74?authenticityToken=daf6333f6f9d86f2c748233c658a81775c08a0ee&cat=&

q=&nama_produk=&prid=16&pid=242924&mid=&gt=&lt=. Published 2018.

Accessed November 22, 2019.

48. Wijayanti S, Widianik D. Perancangan Aplikasi Web Mobile Pemesanan Obat (Studi

Kasus di Pedagang Besar Farmasi PT.Ratna Intan Kusuma). In: Seminar Nasional

Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011. Semantik; 2011:1-6.

49. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kriteria dan Tata Cara Penarikan Obat yang

Tidak Memenuhi Standar dan/atau Persyaratan. 2011:1-9.

50. Soegijoko S. Perkembangan Terkini Telemedika dan E-health Serta Prospek

Aplikasinya di Indonesia. Sist Inf. 2010;2010(SNATI).

51. Widiyastuti I. Analisa Aplikasi E-Health Berbasis Website di Instansi Kesehatan

Pemerintah dan Swasta serta Potensi Implementasinya di Indonesia. J Penelit Ilmu

Pengetah dan Teknol Komun. 2008;10(2):113-128.

52. Odelia EM. Pengembangan Kapasitas Organisasi Melalui Penerapan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit ( SIMRS ) Untuk Meningkatkan Mutu

Pelayanan Kesehatan di RSUD dr . Mohamad Soewandhie Surabaya. J Kebijak dan

Manaj Publik. 2018;6(April):1-8.

53. Pakpahan R. Analisis Fenomena Hoax Diberbagai Media Sosial dan Cara

Menanggulangi Hoax. In: Konferensi Nasional Ilmu Sosial&Teknologi (KNiST).

KNiST; 2017:479-484.

54. Juditha C. Literasi Informasi Melawan Hoaks Bidang Kesehatan di Komunitas

Online. J Ilmu Komun. 2019;Volume 16,:77-90.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

27

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

28

Lampiran 1. Luaran Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

41

Lampiran 2. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

42

Lampiran 3. Surat Ijin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

43

Apotek D.I. Yogyakarta

535 apotek

Kabupaten Sleman:

229 apotek

96 apotek

Kota Yogyakarta:

123 apotek

51 apotek

Kabupaten Bantul:

108 apotek

45 apotek

Kabupaten Gunung Kidul:

33 apotek

14 apotek

Kabupaten Kulon Progo:

42 apotek

17 apotek

Lampiran 4. Pengambilan sampel apotek secara proporsional per wilayah kabupaten/kota di

lima wilayah di D.I. Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

44

Lampiran 5. Skoring kuesioner PIMSAN

Bagian

kuesioner

Struktur pertanyaan pada bagian

kuesioner Labelling dan Skoring Data

A Karakteristik responden dan sarana

prasarana teknologi informasi di apotek

1. Usia

a. < 30 tahun = 1

b. 31 - 40 tahun = 2

c. 41 - 50 tahun = 3

d. > tahun = 4

2. Jenis Kelamin

a. Laki- laki = 1

b. Perempuan = 2

3. Pendidikan Terakhir

a. Profesi Apoteker = 1

b. S2 = 2

c. S3 = 3

4. Keikusertaan di organisasi IAI

a. YA = 1

b. TIDAK = 2

5. Lama lulus dari Program Studi Profesi Apoteker

a. < 5 tahun = 1

b. 5 - 10 tahun = 2

c. 11 –15 tahun = 3

d. > 15 tahun = 4

6. Lama praktik sebagai apoteker

a. < 5 tahun = 1

b. 5 - 10 tahun = 2

c. 11 –15 tahun = 3

d. > 15 tahun = 4

7. Status kepemilikan sarana Apotek

a. YA = 1

b. TIDAK = 2

8. Ketersediaan internet

a. Ya = 1

b. Tidak = 2

9. Jika jawaban pertanyaan no.8 adalah YA, sebutkan jenis status

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

45

kepemilikan fasilitas internet Anda

a. Milik apotek = 1

b. Milik Pribadi (Apoteker) = 2

10. Jenis peralatan untuk mengakses internet

a. komputer/ laptop = 1

b. gadget/ smartphone = 2

11. Ketersediaan website apotek

a. Ya = 1

b. Tidak = 2

12. Informasi yang tersedia di website apotek

a. Tips cara menggunakan obat-obatan = 1

b. Tips meningkatkan kepatuhan menggunakan obat-obatan = 2

c. Informasi cara – cara pembayaran obat yang dibeli, misalnya:

tunai, asuransi kesehatan (termasuk BPJS kesehatan), tanggungan

perusahaan, dll = 3

d. Link ke sumber – sumber informasi kesehatan lain = 4

e. Informasi tentang program penjualan khusus obat bebas / OTC,

misalnya: pengurangan harga obat = 5

f. Program penjualan khusus alat kesehatan, misalnya: pengurangan

harga tensimeter = 6

g. Program penjualan khusus lainnya = 7

h. Jadwal janji konsultasi obat dengan Apoteker = 8

i. Lainnya = 9

13. Akun resmi apotek

a. Email = 1

b.Facebook = 2

c. Instagram = 3

d. Whatsapp = 4

f. Line = 5

e. Blog = 6

f. Lainnya = 7

B

Penggunaan internet oleh apoteker

sebagai sarana

komunikasi profesional dengan pasien,

keluarga pasien, tenaga kesehatan lain

1. Apakah Anda pernah melakukan komunikasi profesional dengan

pasien atau keluarganya menggunakan fasilitas internet?

a. YA = 1

b. TIDAK = 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

46

(*terdapat pertanyaan khusus tentang

penggunaan SMS/Short Message

Service)

2. Jika jawaban pertanyaan no.1 adalah YA, sebutkan sarana

komunikasi melalui internet yang Anda gunakan, jawaban boleh

lebih dari satu.

a. Facebook = 1

b.Twitter = 2

c. Line = 3

d. Instagram = 4

f. Whatsapp = 5

e. Email = 6

f. Lainnya = 7

3. Apakah Anda pernah melakukan komunikasi profesional dengan

tenaga kesehatan lainnya menggunakan fasilitas internet?

a. YA = 1

b. TIDAK = 2

4. Jika YA, sebutkan jenisnya, jawaban boleh lebih dari satu

a. Facebook = 1

b.Twitter = 2

c. Line = 3

d. Instagram = 4

f. Whatsapp = 5

e. Email = 6

f. Lainnya = 7

5. Apakah Anda pernah melakukan komunikasi profesional

menggunakan fasilitas SMS (Short Message Service)?

a. YA = 1

b. TIDAK = 2

6. Jika jawaban pertanyaan no.5 adalah YA, kepada siapakah Anda

pernah melakukan komunikasi profesional menggunakan fasilitas

SMS?

a. Pasien / keluarganya = 1

b. Tenaga kesehatan lainnya = 2

c. Lainnya = 3

C Frekuensi dan jenis aktivitas yang

menggunakan internet dan media sosial

oleh apoteker

1. Saya menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan pasien

tentang informasi obat dan terapinya (misal melalui email dan media

sosial).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

47

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

2. Saya menggunakan internet untuk mencari informasi yang

berkaitan dengan kebijakan dan prosedur layanan kesehatan (misal:

BPJS).

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

3. Saya menggunakan internet untuk mengecek kesesuaian obat

pasien dengan formularium atau daftar acuan pengobatan yang

berlaku.

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

4. Saya menggunakan internet untuk mencari informasi penarikan

obat.

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

5. Saya menggunakan internet untuk mencari informasi tentang obat

yang sedang langka di pasaran.

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

48

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

6. Saya menggunakan internet untuk mencari informasi tentang harga

suatu obat.

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

7. Saya mencari informasi terkait penawaran khusus harga obat

(misal: e-catalogue)

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

8. Saya mencari informasi terkait ketersediaan suatu obat di

distributor farmasi melalui internet.

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

9. Saya mencari informasi terkait obat melalui internet.

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

49

f. Tidak pernah = 6

10. Saya mencari informasi tentang suatu penyakit melalui internet.

a. Beberapa kali dalam sehari = 1

b. Satu kali sehari = 2

c. 3-4 kali dalam seminggu = 3

d. 1-2 kali dalam seminggu= 4

e. Kurang dari 1-2 kali dalam seminggu = 5

f. Tidak pernah = 6

D

Persepsi apoteker mengenai penggunaan

media sosialuntuk berkomunikasi secara

profesional. Contoh Media Sosial: line,

whatsapp,

facebook, twitter, Instagram.

1. Media sosial dapat digunakan secara efektif oleh apoteker untuk

meningkatkan komunikasi dengan pasien..

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

2. Media sosial perlu lebih banyak digunakan di tempat praktik

apoteker sebagai sarana komunikasi dengan pasien

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

3. Media sosial perlu lebih banyak digunakan di tempat praktik

apoteker sebagai sarana komunikasi dengan tenaga kesehatan lain.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

4. Media sosial tidak bermanfaat untuk melakukan komunikasi

secara profesional antara apoteker dan pasien.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

50

e. STS = 1

5. Penggunaan media sosial untuk berkomunikasi dengan pasien

membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

6. Media sosial memiliki potensi untuk menjadi sarana komunikasi

yang baik antara apoteker dengan pasien.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

7. Penggunaan media sosial dapat membantu upaya peningkatan

kualitas hidup seorang pasien.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

8. Penggunaan media sosial dapat meningkatkan pengetahuan

seorang pasien.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

9. Penggunaan media sosial dapat memfasilitasi penatalaksanaan

terapi obat bagi pasien.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

51

e. STS = 1

10. Penggunaan media sosial memungkinkan pasien mendebat

penguasaan pengetahuan seorang apoteker.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

11. Media sosial dapat meningkatkan hubungan profesional antara

apoteker dengan pasien.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

12. Media sosial dapat meningkatkan hubungan profesional antara

apoteker dengan pasien.

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

13. Penggunaan media sosial memungkinkan mengakses informasi

kesehatan yang diragukan kebenarannya (misal: informasi hoaks).

a. SS = 5

b. S = 4

c. RR = 3

d. TS = 2

e. STS = 1

E

Hambatan terhadap pemanfaatan internet

dan sosial untuk berkomunikasi secara

profesional

1. Apakah Anda pernah mengalami hambatan dalam memanfaatkan

internet dan media sosial sebagai sarana komunikasi dan pelayanan

informasi obat?

a. YA = 1

b. TIDAK = 2

2. Jika YA, sebutkan jenisnya, jawaban boleh lebih dari satu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

52

a. Jaringan internet kurang baik/akses lambat= 1

b. Tidak memiliki paket data internet= 2

c. Kurang terampil memanfaatkan teknologi informasi= 3

d. Tidak ada WIFI / akses internet nirkabel di apotek= 4

e. Kurang terampil dalam memilah dan memilih informasi yang

tersedia = 5

f. Lainnya, mohon jelaskan = 6

F Harapan terhadap pemanfaatan internet

dan media sosial untuk berkomunikasi

Apakah yang Anda harapkan sebagai apoteker dalam memanfaatkan

internet dan media sosial sebagai sarana komunikasi dan pelayanan

informasi obat?

a. Dapat mempermudah komunikasi antar apoteker dengan pasien= 1

bDapat mempermudah komunikasi dengan tenaga kesehatan

lainnya= 2

c. Dapat mempermudah pencarian sumber informasi obat dan

kesehatan= 3

d. Lainnya, mohon jelaskan = 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

53

Lampiran 6. Kuesioner Penggunaan Internet dan Media Sosial untuk Pelayanan

Kefarmasian “PIMSAN”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PERSEPSI APOTEKER MENGENAI PENGGUNAAN INTERNET …

65

BIOGRAFI PENULIS

Penulis naskah tesis yang berjudul “Persepsi Apoteker Mengenai

Penggunaan Internet dan Media Sosial untuk Pelayanan

Informasi Obat di Apotek-Apotek di Daerah Istimewa

Yogyakarta” bernama lengkap Catharina Apriyani Wuryaningsih

Heryanto, dilahirkan di Magelang pada tanggal 29 April 1992,

merupakan putri pertama dari empat bersaudara dari pasangan

Aloysius Ook Heryanto dan Caecilia Wuryani. Penulis

menempuh pendidikan di SD Katholik Santa Thresia Balikpapan (1998-2004), SMP

Katholik Santo Mikael Balikpapan (2004-2007), SMA Negeri 5 Balikpapan (2007-2010),

Pendidikan Sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2010-

2014), Pendidikan Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(2015-2016). Pada tahun 2016, penulis memulai karir sebagai apoteker di Rumah Sakit

St.Carolus Jakarta Pusat. Penulis melanjutkan Magister Farmasi di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2017. Selama masa perkuliahan, penulis

juga mengikuti kegiatan seminar seperti seminar KITHISFARMA IAI sebagai presenter

oral (2019). Tulisan penulis dengan judul “Pengembangan dan Validasi Kuesioner untuk

Mengukur Penggunaan Internet dan Media Sosial dalam Pelayanan Kefarmasian” telah

diterbitkan oleh International Journal of Clinical Pharmacy pada tahun 2019.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI