Upload
iskandar-mustofa
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurnal
Citation preview
PERSEPSI PASIEN TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN
(The Patients’ Perception towards Application of Principles of Nursing Ethics)
Sumijatun, Yuli Mulyanti, NurmilahJurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Email : [email protected]
ABSTRAK
Banyak keluhan masyarakat tentang perlakuan yang kurang baik dan diskriminatif terhadap pasien dari keluarga miskin oleh pihak rumah sakit di Indonesia. Hal tersebut dipersepsikan adanya penerapan prinsip etika profesi yang kurang optimal, dimana perawat belum menerapkan prinsip etika keperawatan dengan baik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien terhadap penerapan etika keperawatan di ruang rawat inap. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2010 sampai Januari 2011, menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 80 orang. Hasil penelitian menunjukkan, ada prinsip etika yang masih termasuk dalam kategori cukup. Uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara karakteristik pasien dengan persepsinya terhadap penerapan etika keperawatan. Penelitian ini menggambarkan kurang perhatiannya pasien terhadap permasalahan etika. Setiap pasien mempunyai alasan berbeda dalam memilih rumah sakit yang dikehendakinya. RSUD termasuk dalam kelompok Function busines, artinya pasien menyadari bahwa pelayanan yang diterima kurang memuaskan, hanya sebatas pelayanan medik dan pelayanan umum yang sering dilakukan. Implikasi penelitian ini, perlu adanya pelatihan etika pada perawat terutama yang terkait dengan prinsip keadilan, kerahasiaan, kesetiaan dan kejujuran.
Kata kunci : Persepsi pasien, Etika keperawatan, Perawat pelaksana
ABSTRACT
There are several numbers of public complains related to discrimination and dreadful behaviour of health personals of some hospitals in Indonesia towards poverty patients and their families. Nurses had not applied the principles of professional ethics yet. The purpose of this research was to determine patients’ perception of application of principles of professional ethics in the wards. This research use a descriptive correlation design with cross sectional approach and the numbers of samples were 80 respondents. The research result of the bivariat test showed there is no significant relation between patient characteristics with their perceptions related to the application of principles of professional ethics. This study described the lack of patient’s attention regarding to ethical problems. Every patient has different reasons to choose hospitals as their wishes. Government hospitals is the function busines group, means patients aware that the treatments are unsatisfied, limit to medical and general treatment which routinely have been done. The recommendation from this research is there is a needed to run training of ethics for nurses particularly related to principles of impartiality, confidentiality, fidelity and veracity.
Keywords: patient characteristics, perception and nursing ethics.
174
Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 175
PENDAHULUAN
Pelanggaran prinsip etika keperawatan
telah terjadi di beberapa Negara di dunia.
Pada laporan tahun 1999 tentang kesalahan
medis di Amerika Serikat, Instituite of
Medicine memperkirakan sebanyak 98.000
kematian terjadi setiap tahun akibat
kesalahan medis yang tak terelakkan.
Kutipan yang disampaikan oleh The
Chicago Tribune pada bulan September
2000, menyatakan bahwa setidaknya ada
1.720 pasien rumah sakit yang terbunuh
tanpa disengaja. Sejak tahun 1995
sejumlah 9.584 orang mengalami cedera
akibat tindakan atau kelambanan dari
perawat terdaftar (RN) di seluruh pelosok
negeri (Michael dalam Helm, 2003)
Pada tahun 1999, ada kurang lebih
160 organisasi perawat kesehatan yang
tergabung dalam United States based
Institute for safe Medication Practice
(ISMP), menyampaikan bahwa ada lima
kesalahan pengobatan yang sering terjadi
dan menyebabkan kematian atau cedera,
antara lain meliputi pemberian insulin,
narkotika, injeksi potassium chloride dan
juga pemberian intra vena heparin. Hal ini
bisa tetrjadi ketika perawat praktisi kurang
hati-hati dan tidak mematuhi standar yang
telah ditentukan (Mayaputri Riana, 2012 )
Data statistik kesehatan di Amerika
Serikat pada tahun 2003 menunjukkan ada
16.339 (7,9%) perawat dan praktisi
keperawatan yang dilaporkan melakukan
malpraktik dalam kurun waktu 1990–
2003. Sebanyak 18.165 ( 5,3% ) laporan
malpraktik dituduhkan kepada perawat dan
praktisi keperawatan di Amerika Serikat
(2003, Annual Report, National
Practitioner Data Bank, US DHHS dalam
Wijaksana, 2008). Indonesia sendiri belum
memiliki angka pasti yang menjelaskan
tentang kesalahan perawat yang
menyebabkan pasien cedera atau
meninggal, namun banyak kalangan
meyakini angkanya tidak kecil (Wijaksana,
2008). Ketua Komisi IX Dewan
Perwakilan Rakyat Indonesia, menyatakan
bahwa banyak pasien keluarga miskin
yang terlantar akibat adanya diskriminasi
oleh pihak rumah sakit di daerah-daerah di
Indonesia (Bali Post, 7/9/2007, dikutip dari
Wijaksana, 2008).
Pelaporan Keselamatan pasien di
Indonesia tahun 2007 menurut Iskandari
Yuliati, (2013), ditemukan DKI Jakarta
(37,9%), disusul provinsi lainnya sebagai
berikut : Jawa Tengah (15.9%),
D.I.Yogyakarta (13,8%), Jawa Timur
(11,7%), Aceh (10,7%), Sumatera Selatan
(6.9%), Jawa Barat (2,8%), Bali (1,4%)
dan Sulawesi Selatan (0,7%). Berdasarkan
unit kerja ditemukan paling banyak pada
unit penyakit dalam, bedah dan anak,
yakni sebesar 56,7%. Hal tersebut dapat
dipersepsikan sebagai dampak dari adanya
penerapan prinsip-prinsip etik profesi yang
kurang optimal.
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 176
Ahli filosofi mengungkapkan etik
adalah pembelajaran moral. Ahli sosiologi
melihat etik sebagai adat istiadat, perilaku
dan budaya (Darr Kurt, 1997). Etika juga
meliputi pengujian sistematis dalam
kehidupan moral dan mencari ketersediaan
suara pembenaran untuk keputusan moral
dan tindakan-tindakan yang dilakukan
seseorang (Beauchamp & Chlidress, 2001
dalam ICN, 2008). Hal ini akan
menimbulkan konflik, pilihan dan suara
hati. Pilihan etika juga harus
mempertimbangkan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan dan hak-hak
seseorang yang membuat sedikit rumit di
Indonesia karena banyaknya kultur atau
suku bangsa yang mempunyai adat istiadat
sendiri (Sumijatun, 2009).
Hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Sumijatun, dkk. (2009),
terbukti tidak ada hubungan yang
signifikan antara karakteristik individu
perawat dengan penerapan prinsip-prinsip
etika keperawatan yang dilakukan.
Meskipun demikian ternyata masih ada
55,7% perawat belum menerapkan prinsip-
prinsip etika keperawatan dengan baik.
Kesimpulan dari penelitian tersebut
menggambarkan bahwa penerapan prinsip-
prinsip etika keperawatan dalam praktik
tidak hanya tergantung dari faktor internal
karakteristik perawat saja tetapi juga ada
variabel lain yang ikut berkontribusi tetapi
tidak diteliti yaitu faktor eksternal yang
meliputi: kepemimpinan, kebijakan
organisasi dan tim kerja serta persepsi dari
pasien yang menjadi fokus pelayanan itu
sendiri.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan karakteristik
individu pasien yang dirawat di rumah
sakit dengan persepsinya tentang
penerapan prinsip-prinsip etika
keperawatan oleh perawat pelaksana di
ruang rawat inap non intensif di salah satu
rumah sakit di wilayah Bogor.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada
Nopember 2010 sampai dengan Januari
2011, merupakan penelitian deskriptif
korelasi dengan menggunakan pendekatan
potong lintang (cross sectional) yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas yakni karakteristik
individu pasien dengan variabel terikat
yaitu persepsinya terhadap penerapan
prinsip-prinsip etika keperawatan yang
dilakukan oleh perawat pelaksana di ruang
rawat inap.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat
inap dewasa non intensif RSUD Cibinong
pada waktu penelitian dilakukan. Jumlah
sampel ditentukan dengan
mempertimbangkan penggunaan tempat
tidur. Dari profil tahun 2008, didapatkan
jumlah tempat tidur di Instalasi Rawat Inap
Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 177
Dewasa Non Intensif sebanyak 181 tempat
tidur, diasumsikan BOR 70%, maka
jumlah responden sebanyak 127 orang,
untuk memudahkan hitungan jumlah
pasien dinaikkan menjadi 130 orang.
Sampel penelitian ditentukan dengan
menggunakan Nomogram Harry King
(Sugiyono 2010), dengan tingkat
kepercayaan 95%, sehingga didapatkan
sampel sebanyak 84 orang. Kriteria
eksklusif adalah pasien yang sedang tidak
ada ditempat dan pasien yang tidak dapat
berbicara/berkomunikasi pada waktu
penelitian dilakukan sedangkan kriteria
inklusif adalah pasien yang sedang berada
ditempat dan dapat diajak berkomunikasi
secara baik. Pada pelaksanaannya
responden dalam penelitian ini adalah 80
orang pasien yang sedang dirawat di
ruang rawat inap non intensif. Instrumen
dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner terstruktur yang dimodifikasi
dari penelitian Sumijatun, dkk, tahun
2009, tentang hubungan karakteristik
individu perawat dengan penerapan
prinsip-prinsip etika keperawatan di ruang
rawat inap RSUD Cibinong. Data
diperoleh dengan meng gunakan kuesioner
yang mencakup kedelapan prinsip etika
keperawatan. Pengisian data dilakukan
pada waktu sore hari dengan harapan tidak
mengganggu jam istirahat pasien. Tenaga
pengumpul data adalah petugas pendidikan
dan pelatihan (Diklat) rumah sakit yang
telah diberikan penjelasan sebelumnya
oleh tim peneliti. Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan secara kuantitatif
menggunakan uji Chi-Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Etika keperawatan merujuk pada
standar etik yang menentukan dan
menuntun perawat dalam praktik sehari-
hari seperti respek dan otonomi,
beneficence dan non-maleficence, kejujur
an, kerahasiaan, kesetiaan dan keadilan.
Secara unik perawat melakukan praktik
sebagai perantara antara pasien-dokter,
pasien-keluarganya, pasien-tenaga kese
hatan lain, perawat-perawat, dan juga
antara dokter-dokter. Dengan demikian
kedudukan kode etik menjadi sangat
penting. Eksistensi kode etik merupakan
salah satu karakteristik profesi yang
digunakan untuk mengidentifikasi,
mengorganisasikan, memeriksa dan
membenarkan tindakan-tindakan
kemanusiaan dengan menerapkan prinsip–
prinsip tertentu, selain itu juga
menegaskan kewajiban - kewajiban yang
secara sukarela diemban oleh perawat dan
mencari informasi mengenai dampak dari
keputusan – keputusan perawat yang
mempengaruhi kehidupan pasien dan
keluarganya (Sumijatun, 2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas pasien berusia diatas 35 tahun,
sebagian besar menikah, pendidikan
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 178
dibawah SLTA, tidak bekerja dan lama
rawat kurang dari 2 minggu. Adapun
penerapan prinsip-prinsip etika
keperawatan dalam praktik yang
dipersepsikan oleh pasien sebagai berikut:
Penerapan prinsip respek dan otonomi
ditemukan hampir seluruh pasien
menyatakan telah dipanggil dengan nama
yang disenangi. Hal ini menunjukkan
bahwa pasien mengharapkan pengakuan
dari orang lain dan diakui keberadaannya,
dipanggil dengan nama kesayangan
merupakan suatu penghargaan dari orang
lain terhadap dirinya. Sebanyak 13.7%
pasien menganggap bahwa penghargaan
terhadap keputusannya masih belum
dihargai oleh perawat. Hal ini
dipersepsikan bahwa perawat masih ada
yang menganggap keputusan pasien
kurang tepat, sehingga segala tindakan
lebih berorientasi pada tugas yang harus
dijalankannya dari pada keinginan pasien
sendiri. Sebanyak 16.2% tidak meng
hendaki adanya teguran keras dari perawat
meskipun telah melakukan suatu kesalahan
yang akan membahayakan dirinya, artinya
teguran perawat perlu tetapi harus
disampaikan dengan santun
Sebagian besar pasien mendukung
adanya ulama yang dapat dihadirkan
sewaktu-waktu apabila pasien
membutuhkan, tetapi sebagian lainnya
tidak setuju apabila pasien dan
keluarganya mengadakan doa bersama
diluar jam besuk. Hal ini dipersepsikan
bahwa pasien dan keluarga yang
berkumpul di ruangan rawat, dimana ada
pasien lain yang berada dalam satu ruang
tersebut akan mengganggu ketenangan dan
istirahatnya.
Penerapan prinsip beneficence dan
non-maleficence menggambarkan hampir
seluruh pasien (80%) menyatakan bahwa
keluhannya telah diperhatikan oleh
perawat. Artinya pasien ingin
mendapatkan perhatian khusus dari
perawat dengan cara perawat dapat
mendengarkan apa yang ingin
disampaikan. Sebanyak 48.7% pasien
juga menyatakan tidak setuju apabila
perawat menolak untuk merawat pasien
karena telah disakiti hatinya. Pandangan
ini terkait dengan keyakinan pasien
terhadap kontrak profesi perawat yang
artinya, perawat harus tetap melaksanakan
peran dan fungsinya untuk tetap
melaksanakan tugas meskipun pasien
tersebut telah menyakitinya. Hampir
seluruh pasien menyatakan bahwa perawat
yang ada sudah merupakan sosok profesi
yang erat kaitannya dengan pemberian
motivasi pada pasien agar tidak putus asa
dalam menjalani pengobatan dan
perawatan. Selain itu juga dinyatakan
bahwa perawat selalu mengidentifikasi
keadaan lingkungan yang dapat
mengganggu keamanan pasien, termasuk
dalam hal menjaga ketertiban rumah sakit
Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 179
dan akan menahan pasien pulang jika tahu
bahwa keputusan yang diambil pasien
tidak tepat
Penerapan prinsip kesetiaan
ditemukan sebanyak 10% pasien
menyatakan bahwa perawat belum
menunjukkan sikap kasih sayang dengan
baik karena masih dijumpai adanya
perawat yang sering memutus pembicaraan
pasien karena terlalu lama menyita
waktunya. Hal ini bisa dimengerti karena
kesibukan perawat di rumah sakit tersebut
yang kemungkinan disebabkan terbatasnya
jumlah tenaga perawat yang ada
dibandingkan dengan jumlah pasien yang
harus dirawat. Sebanyak 32.5% pasien
juga menyatakan bahwa perawat terlihat
kesal waktu pasien menanyakan diagnosa
penyakitnya. Selain itu juga masih ada
sekitar 16,2% perawat yang jarang datang
untuk menanyakan kebutuhannya. Hal ini
dipersepsikan bahwa kebanyakan pasien
ditunggu oleh keluarganya, sehingga
masalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang masih dapat dilakukan oleh pasien
dan keluarganya akan dilakukan sendiri
tanpa minta bantuan perawat. Tetapi
apabila kebutuhan tersebut tidak dapat
dipenuhi dan memerlukan bantuan, maka
keluarga akan datang kepada perawat
untuk memintanya membantu.
Perawat juga telah menginforma
sikan kondisinya yang terkait dengan
pengobatan dan perawatan pada dokter
yang mengobatinya. Hal ini terkait dengan
kolaborasi profesi dimana semua profesi
yang ada di rumah sakit akan bekerjasama
secara berkesinambungan guna
kepentingan pasien.
Penerapan prinsip Keadilan ditemu
kan sebanyak 16.2% menyatakan bahwa
masih ada perawat yang terlihat tidak
ramah meskipun pasien telah
menghormati dan menghargai
pekerjaannya. Sebanyak 38.8% pasien juga
mempunyai persepsi bahwa perawat akan
meningkatkan kinerjanya jika dia
dipindahkan ke ruang VIP. Hampir seluruh
pasien (97.5%) menyatakan bahwa
perawat tetap akan melakukan asuhan
keperawatan dengan baik meskipun tahu
kalau pasiennya tidak mampu membayar.
Hal ini terkait dengan pandangan bahwa
perawat akan berlaku adil pada setiap
pasiennya. Sebanyak 17.5% pasien
menyatakan bahwa perawat akan memberi
kebebasan pada pasien dalam hal
melakukan ritual agama. Hal ini
dipersepsikan bahwa perawat akan
melakukan tata tertib di rumah sakit
dengan baik meskipun harus mengurangi
kebebasan pasien dan keluarganya untuk
melakukan ritual agama. Sebanyak 71.3%
pasien menyatakan bahwa perawat lebih
patuh terhadap peraturan rumah sakit dari
pada memenuhi kebutuhan pasien terbukti
dengan menolak keluarga/pengunjung
pasien yang akan berkunjung diluar jam
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 180
besuk. Sebanyak 47.5% pasien mempunyai
persepsi bahwa perawat akan
mendahulukan pelayanannya pada pasien
yang mempunyai asuransi
kesehatan/jaminan kesehatan. Hal ini
terkait dengan ketersedian alat kesehatan
atau obat dimana pengguna asuransi lebih
cepat untuk mendapatkannya dari pada
yang tidak, sehingga tindakan yang
diberikan oleh perawat juga lebih cepat.
Penerapan prinsip kejujuran
menggambarkan sebanyak 42.5% pasien
dalam menyatakan setuju bahwa perawat
telah membohongi pasien ketika mencari
dokter. Hal ini terkait dengan pandangan
perawat bahwa membohongi pasien dalam
hal-hal tertentu terkadang terpaksa
dilakukan dengan alasan untuk
memberikan ketentraman dan kebaikan
pasien. Sebanyak 62% pasien
menyatakan tidak setuju apabila perawat
menganggap bahwa pasien tidak perlu
tahu dampak dari pengobatan penyakitnya
yang terkait dengan penampilan diri,
karena akan membuat pasien menjadi lebih
menderita. Artinya pasien memerlukan
kejujuran perawat meskipun akan
membuatnya kecewa atau sedih karena
penyakitnya. Sebanyak 82.5% menyatakan
setuju apabila perawat memberikan
keyakinan pada pasien bahwa penyakitnya
pasti sembuh. Artinya perawat juga perlu
menyiapkan strategi jawaban yang tepat
dan sesuai dengan kondisi pasien karena
pasien memerlukan dukungan dalam
proses penyembuhan dari penyakitnya
Penerapan prinsip kerahasiaan
menunjukkan sebanyak 93.8% pasien
menyatakan bahwa perawat tidak akan
menceriterakan penyakit pasien pada orang
lain yang tidak berkepentingan. Hal ini
terkait dengan pandangan bahwa perawat
harus dapat menyimpan rahasia pasien dan
tidak akan menyampaikannya pada orang
yang tidak berwenang. Sebanyak 47.5%
menyatakan bahwa perawat selalu
meletakkan status pasien ditempat tidur
sehingga dipersepsikan bahwa status dapat
dibaca oleh orang lain. Sebanyak 31.2%
pasien menyatakan bahwa perawat
sebaiknya tidak menjawab pertanyaan
pengunjung/ keluarga pasien yang terkait
penyakit. Hal ini dikaitkan dengan
kewajiban perawat untuk merahasiakan
hal-hal yang sangat pribadi tentang pasien
termasuk penyakit yang dideritanya.
Sebanyak 71.3% pasien menyatakan
setuju apabila perawat menjawab secara
jujur jika pasien menanyakan
perkembangan penyakitnya. Hal ini terkait
dengan hak pasien bahwa pasien berhak
untuk mengetahui apa yang sedang dan
akan terjadi pada dirinya termasuk tentang
perkembangan penyakit.
Rekapitulasi hasil kumulatif
penerapan prinsip-prinsip etika
keperawatan bahwa prinsip kesetiaan,
kejujuran dan kerahasiaan merupakan
Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 181
nilai yang berada dibawah 70% (lihat tabel
1.) sehingga masih termasuk dalam
kategori cukup. Artinya responden masih
menganggap bahwa prinsip tersebut masih
dapat diperbaiki. Dari penelitian terdahulu
persepsi perawat terhadap penerapan
prinsip-prinsip etika ditinjau dari seluruh
kategori masih mendapatkan hasil yang
kurang baik. Jadi pendapat responden
maupun pasien hampir sama yakni adanya
perbaikan dalam pelayanan.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan
No Persepsi pasien terhadap penerapan
prinsip-prinsip etika keperawatan
Jawaban Pasien
Setuju % Kategori
1 Prinsip respek dan otonomi 66 82.5 Baik
2 Prinsip beneficence dan non-
maleficence
64 80 Baik
3 Prinsip kesetiaan 55 68.8 Cukup
4 Prinsip keadilan 56 70 Baik
5 Prinsip kejujuran 53 66.3 Cukup
6 Prinsip kerahasiaan 50 62.5 Cukup
Rata-rata 57 71.3 Baik
Hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan Sumijatun, dkk. (2009),
menemukan bahwa perawat yang bermoral
baik termotivasi untuk menunjukkan
kepedulian dan menghargai pasien sebagai
individu yang utuh dan akan meningkatkan
kerjasama untuk kesejahteraan pasien.
Dengan demikian ilmu pengetahuan dan
ketrampilan keperawatan terintegrasi
dengan praktik kepedulian dan
memusatkan pada kesejahteraan pasien.
Perawat mengemban identitas profesional
dengan berikrar untuk mengerti,
menterjemahkan dan memperluas pohon
pengetahuan, mengkritik dan mengatur diri
dengan disiplin yang sama serta
membudayakan sikap dan tingkah laku
terpuji kemudian dijadikan sebagai acuan.
Ciri profesional yang menonjol adalah
komitmen terhadap kepedulian individu,
khususnya kesehatan fisik, kesejahteraan
dan kebebasan pribadi, sehingga dalam
praktik selalu melibatkan hubungan yang
bermakna seorang profesional dengan
kliennya. Oleh karena itu perawat harus
memiliki orientasi pelayanan, standar
praktik dan kode etik untuk melindungi
masyarakat serta memajukan profesi.
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 182
Tabel 2 . Hubungan Karakteristik Individu Pasien dengan Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan
Karakteristik individu pasien
Uji Chi Square, dengan P Value
Kesetiaan Keadilan Kejujuran KerahasiaanRespek dan otonomi
Beneficence dan Non-maleficence
1. Usia < 35 tahun 0,802 1,000 1,000 0,442 1,000
Tdk bisa DianalisisKarenaDataKonstan
> 35 tahun2. Jenis Kelamin
Pria0,430 0,720 0,495 0,703 0,495
Wanita
3. Status perkawinan
Menikah1,000 0,103 0,421 0,188 0,421Belum
Menikah4. Pendidikan
< SMA 0,337 1,610 1,000 1,000 1,000
≥ S-1
5. PekerjaanTidak bekerja
0,125 0,763 0,547 0,418 0,547
Bekerja6. Lama rawat
< 2 minggu0,746 0,332 1,000
0,348 1,000> 2 minggu
Seluruh hasil uji bivariat dengan Chi
Square didapatkan nilai signifikansi p
value lebih besar dari alpha (p>0.05), oleh
karena itu dikatakan semua kategori
variabel tidak ada hubungan atau dengan
kata lain penerapan prinsip-prinsip etika
keperawatan tidak dipengaruhi oleh
variabel usia, jenis kelamin, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan
lama rawat. Hal ini dipersepsikan bahwa
temuan tersebut menggambarkan kurang
perhatiannya pasien terhadap
permasalahan penerapan etika dan hal ini
sesuai dengan pendapat Subanegara.H.
(2001), bahwa pasien sebagai pelanggan
institusi pelayanan kesehatan mempunyai
alasan yang berbeda-beda dalam memilih
rumah sakit yang dikehendakinya. Pada
pasien yang datang berkunjung ke RSUD
Cibinong termasuk dalam kelompok
Function business, yakni datang ke rumah
sakit karena dengan pilihan biaya rumah
sakit yang murah, khususnya pelanggan
rumah sakit daerah, pada umumnya
mereka menyadari bahwa pelayanan yang
diterima kurang memuaskan, artinya
pertimbangan datang ke rumah sakit
tersebut karena biaya yang terjangkau.
Lebih lanjut menurut Subanegara (2001)
pada RSUD terkadang hanya melakukan
bisnis fungsi yang hanya sebatas
pelayanan medik dan pelayanan lain yang
umum dilakukan dan seringkali kurang
atau bahkan tidak memperhatikan
keramahan dan sopan santun, bisnis ini
merupakan bisnis yang paling dasar,
karena baru memfokuskan pada
pengobatan dokter saja, sedangkan
pelayanan kesehatan lain masih dapat
diabaikan (Subanegara, 2001)
Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 183
Pendapat ini sejalan dengan sejarah
pertumbuhan rumah sakit di Indonesia
yang disampaikan oleh Yacobalis Samsi
(2000), bahwa rumah sakit merupakan
tumpuan rujukan medis spesialistik dan
subspesialistik, khususnya dalam masalah
penyembuhan dan pemulihan kesehatan
perorangan. Sebagai dampak dari tuntutan
lingkungan dan kebijakan pemerintah,
muncul beberapa karakteristik rumah sakit,
antara lain : belum sampai 15%
masyarakat yang tercakup oleh asuransi
kesehatan/YPKM, pelayanan rumah sakit
sebagian besar dibayar oleh
pasien/keluarganya sendiri, mulai terjadi
stratifikasi dan penggolongan rumah sakit
sesuai dengan segmen pasar yakni kelas
atas untuk yang mampu membayar dan
kelas bawah untuk yang kurang mampu.
Mutu, service, kenyamanan, kepuasan
pasien dan tehnologi tinggi menjadi
andalan dalam pelayanan rumah sakit,
terutama untuk kelas atas. Dengan
demikian seolah-olah telah terjadi
percabangan kedua arah yang berbeda dari
rumah sakit,yakni rumah sakit pemerintah
yang menjadi komponen sistem rujukan
nasional sesuai dengan stategi WHO serta
rumah sakit swasta yang telah berubah
menjadi industri unit usaha yang sarat
dengan perdagangan jasa yang kompetitif.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
karakteristik pasien yang datang ke rumah
sakit pemerintah, termasuk RSUD
Cibinong adalah kelompok kelas bawah
yang masih bertujuan mencari kesembuhan
dan pemulihan kesehatan, sehingga
penerapan prinsip etika oleh petugas
kesehatan, termasuk perawat tidak menjadi
tuntutan utama
SIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian
menunjuk kan bahwa mayoritas pasien
berusia diatas 35 tahun, sebagian besar
menikah, pendidikan dibawah SLTA, tidak
bekerja dan lama rawat kurang dari 2
minggu. Dari penelitian terdahulu persepsi
perawat terhadap penerapan prinsip-
prinsip etika ditinjau dari seluruh kategori
masih mendapatkan hasil yang kurang
baik. Jadi pendapat responden maupun
pasien hampir sama yakni adanya
perbaikan dalam pelayanan. Temuan
penelitian menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara variabel bebas yakni
karakteristik individu pasien dengan
persepsinya terhadap penerapan prinsip-
prinsip etika keperawatan di ruang rawat
inap RSUD Cibinong. Pasien sebagai
pelanggan institusi pelayanan kesehatan
mempunyai alasan yang berbeda-beda
dalam memilih rumah sakit yang
dikehendakinya. Pada Rumah Sakit Umum
Daerah termasuk dalam kelompok
Function busines. Saran dari penelitian ini
adalah adanya pelatihan etika pada
perawat pelaksana terutama yang terkait
JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 184
dengan prinsip keadilan, kerahasian,
kesetiaan dan kejujuran
DAFTAR RUJUKAN Bertens, K. 2000. Etika, Seri Filsafat Atma
Jaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Darr, K. 1997. Ethics in Health Services Management. Third Edition. Baltimore : Health Professions Press.
Gomes, F.C. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Helm, A. 2003. Nursing Malpractice, Sidestepping Legal Minefields. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Huber, D. 2000. Leadership and Nursing Care Management. 2nd ed, WB Philadelphia : Saunders Company.
Hood, L.J., & Leddy, S.K. 2006. Conceptual Bases of Professional Nursing. Philadelphia : Lipincott.
International Council of Nurses (ICN). 2008. Ethics in Nursing Practice : A Guide to Ethical Decision Making. Blackwell Publishing, Printed in Singapore by Utopia Press Pte Ltd
Iskandari yuliati. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Iklim Organisasi Terhadap Budaya Keselamatan Pasien (Patient Safety Culture) Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Krawang, Tesis, tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia, Jakarta
Jacobalis Samsi. 2000. Kumpulan tulisan terpilih tentang Rumah Sakit Indonesia dalam Dinamika Sejarah, Transformasi, Globalisasi, dan Krisis Nasional, Yayasan Penerbitan IDI Bekerja Sama Dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Jakarta
Jones, R.A.P., & Beck, S.E. 1996. Decision Making in Nursing. Delmar Publisher. An International Thomson Publishing Company
Kozier, B. Erb G., & Blais, K. 1997. Professional Nursing Practices. third edition. California : Addison, Wesley.
Matzo, M.L.P., & Sherman, D.W. 2001. Palliative Care Nursing Quality Care to The End of Life. Canada : Springer Publishing Company.
Mariner-Tomey. 1996. Nursing Mana gement and Leadership. St. Louis : Mosby Company.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2004. Konsep Dasar Etika Keperawatan. Jakarta
Mayaputri Riyani. 2012. Analisis Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Patient Safety Pada Perawat di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Kuningan, Jawa Barat, Tesis tidak dipublikasikan. Program Studi Administrasi Rumah sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.
Subanegara, H.P. 2001. Remuneration Sistems Perawat berbasis kompetensi. makalah, disajikan dalam pertemuan IRSPI di Bali.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. cetakan 9. Bandung : Alfabet.
Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 185
Sumijatun. 2009. Konsep Dasar dan aplikasi Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta : Trans Info Media.
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta : Trans Info Media.
Syaefudin, D. 2006. Hubungan Karakteristik Individu Perawat dengan Pemenuhan Hak-hak Pelayanan Pasien Di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Salak Bogor. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia, Jakarta
Wijaksana, R. H. 2008. Analisis Pelaksanaan Prinsip-prinsip Etika Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Dewasa Non Intensive Care Kelas II dan III RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Tesis tidak dipublikasikan. Program Studi Administrasi Rumah sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.