Upload
dwie-jrfatt
View
33
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945 (Surabaya).
.
Gencatan senjata antara tentara Indonesia dan pihak
Sekutu justru berbuntut ke insiden Jembatan Merah. BrigJen
Mallaby yang kala itu berpapasan dengan milisi Indonesia
terlibat baku tembak karena kesalahpahaman semata.
Kematian Mallaby memicu kemarahan tentara Sekutu.
MayJen Robert Mansergh yang menggantikan Mallaby
lantas mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 yang
meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan semua
persenjataan dan mengibarkan bendera putih. Tidak
diindahkan, salah satu perang paling destruktif di
Indonesiapun tak terelakkan. Inggris mengerahkan 30.000
infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal
perang untuk mengepung Surabaya. Arek-arek Surabaya
tak mengenal kata menyerah. Dengan perlengkapan
seadanya, mereka memutuskan untuk memberi
perlawanan. 6.000 rakyat Indonesia tewas dan 200.000
lainnya harus mengungsi. Peristiwa Surabaya lantas
1
menjadi pemicu upaya pertahanan kemerdekaan di wilayah
lain.
2. Bandung Lautan Api (Bandung)
Ultimatum Tentara Sekutu kepada Tentara Rakyat
Indonesia untuk meninggalkan kota Bandung memicu salah
satu gerakan paling spektakuler di sejarah perang
Indonesia ini. Sadar bahwa kekuatan senjata tidak akan
berimbang dan kekalahan sudah pasti di depan mata, TRI
tidak rela jika Sekutu memanfaatkan Bandung sebagai
pusat militer untuk menginvasi wilayah yang lain.
Berdasarkan hasil musyawarah, sebuah tindakan bumi
hangus dipilih untuk memastikan hal ini tidak terjadi.
200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka
2
selama kurun waktu 7 jam dan bersama bergerak
mengungsi ke wilayah selatan.
3. Operasi Trikora (Irian Barat)
Operasi Trikora digelar dengan satu tujuan utama yang
sederhana namun jelas dengan berbagai usaha:
merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan
operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan
Indonesia. Belanda yang keras kepala dan tidak ingin
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia harus
merasakan konsekuensi yang tidak ringan dari
keputusannya tersebut. Berbekal persenjataan berat yang
3
baru saja didapatkan dari Uni Soviet, sebuah operasi militer
besar-besaran dikerahkan; terbesar yang pernah dilakukan
Indonesia sepanjang sejarah.
4. Serangan Umum 1 Maret 1949 (Yogyakarta)
Indonesia semakin berani ketika perlengkapan senjata
dan koordinasi militernya yang masih muda mulai
menunjukkan potensi pertahanan yang cukup kuat.
Belanda yang di kala itu sedang menjajal usaha invasi
keduanya datang seolah tak terbendung. Namun, TNI tidak
tinggal diam. Sebuah rencana serangan disusun untuk
menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya memiliki
sebuah kemampuan sebuah negara berdaulat, tetapi juga
eksistensi badan militer. Yogyakarta dipilih sebagai ajang
pembuktian. Selain sebagai ibu kota, Yogyakarta kala itu
juga memuat banyak wartawan asing yang signifikan untuk
publisitas dan memperkenalkan Indonesia. Serangan
dimulai saat fajar, berlangsung selama 6 jam, dan berhasil
memukul mundur Belanda.
4
5. Pertempuran Laut Aru (Maluku)
Tidak diragukan lagi, perang laut paling dramatis yang
pernah terjadi di Indonesia adalah Pertempuran Laut Aru
yang merupakan bagian dari operasi Trikora. Tiga kapal
perang tempur Indonesia yang ditugaskan melakukan
operasi penyusupan, RI Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang,
dan RI Harimau, harus berhadapan dengan sebuah takdir
buruk. Operasi yang seharusnya berjalan rahasia ini
ternyata terendus oleh pihak otoritas Belanda. Mereka
mengirimkan dua kapal jenis destroyer dan pesawat
tempur untuk menenggelamkan ketiga kapal perang
Indonesia. Namun, dengan heroiknya, RI Matjan Tutul
memutuskan untuk maju dan mengalihkan perhatian
musuh, memberikan kesempatan kepada dua kapal yang
lain untuk melarikan diri. Komodor Yos Sudarso wafat
dalam pertempuran ini.
5
6. Operasi Dwikora (Malaysia)
Kecemasan Soekarno bahwa Malaysia dan Kalimantan
Utara akan menjadi kaki tangan kolonial membuat operasi
Dwikora dikerahkan. Malaysia yang kala itu berada di
bawah wewenang kekuasaan Inggris diberikan kesempatan
untuk melakukan referendum dan menentukan nasibnya
sendiri. Namun, masyarakat Malaysia saat itu justru mulai
menghasilkan sikap anti-Indonesia dan "meludahi" Tanah
Air kita. Soekarno yang marah memutuskan untuk
6
berperang. Sebuah pidato terkenal, Ganyang Malaysia, juga
diproklamasikan saat itu. Perang agen rahasia, sabotase,
dan militer terbuka dikerahkan. Indonesia harus melawan
tiga negara sekaligus: Malaysia, Inggris, dan Australia.
7. Insiden Hotel Yamato
Instruksi Presiden Soekarno pada tanggal 31 Agustus
1945 untuk mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh
pelosok Nusantara tidak serta-merta membuat kedaulatan
Indonesia berjaya. Belanda tampaknya tak kehilangan akal
untuk terus menancapkan taringnya di atas Tanah Air.
Berkedok sebuah lembaga kemanusiaan, Intercross,
Belanda melakukan langkah-langkah politik dan berunding
dengan pihak Jepang di Hotel Yamato. Pada tanggal 18
September 1945, sekelompok orang Belanda W.V. Ch
Ploegman mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-
Biru) di atas hotel tersebut. Tentu saja ini memicu
7
kemarahan besar rakyat Surabaya. Para pemuda
berkumpul di luar hotel dalam jumlah masif, marah karena
kedaulatan Indonesia yang terinjak. Mereka merangsek
paksa, masuk ke dalam hotel dan memicu apa yang kita
kenal sebagai Insiden Hotel Yamato. Bagian biru bendera
Belanda tersebut dirobek. Bendera yang kini hanya
menyisakan warna merah dan putih dikibarkan kembali
dengan disertai pekik "Merdeka" para pemuda Surabaya.
8. Perang Gerilya Soedirman
Tidak ada masyarakat Indonesia yang tidak mengenal
sosok kharismatik, Jenderal Soedirman. Dalam kondisi
kesehatan yang bahkan tidak memungkinkan untuk
bergerak sendiri, Jenderal Soedirman tetap memimpin
pergerakan dari atas tandu. Taktik utamanya adalah
dengan bergerilya, menyerang pasukan musuh, dan
kemudian bersembunyi. Beliau adalah ahli strategi yang
mumpuni dan sering berhasil menyerang pasukan Belanda
dan Sekutu di titik-titik yang memang berdampak
8
signifikan. Sayangnya, beliau harus kalah kepada
ketidakberdayaan melawan penyakit tuberkolosis yang
semakin parah.
9. Perang Ambarawa (Semarang)
Sekutu memang tidak pernah berhenti berulah.
Kedatangan awal di Semarang untuk semata mengurus
tahanan perang Jepang justru berbuntut menjadi
kekacauan. Rakyat marah ketika melihat para tahanan
yang sebagian besar merupakan eks-tentara Belanda
tersebut justru dipersenjatai. Serangan dilancarkan oleh
Tentara Keamanan Rakyat yang berhasil memukul mundur
pasukan Sekutu hingga mereka terpaksa bertahan di
kompleks gereja. Tanggal 12 Desember 1945, kesatuan-
kesatuan TKR datang untuk menyerang dan memulai
9
perang selama 1,5 jam. Melalui strategi flanking, Indonesia
berhasil merebut Ambarawa dan memukul mundur Sekutu.
10. Puputan Margarana (Bali).
Bagi Anda yang belum mengenal sejarah Bali
sebelumnya, Puputan mungkin tampil sebagai sebuah
konsep yang masih asing terdengar. Namun, bagi yang
pernah mempelajarinya, Puputan merupakan tindakan
paling patriotik yang ada dalam sejarah Indonesia. Puputan
adalah tradisi masyarakat Bali untuk memberikan
perlawanan terhadap siapa pun agresor yang berani
menyentuh Tanah Air hingga titik darah penghabisan. Tidak
ada kata mundur, tidak ada kata menyerah. Salah satu
perang puputan paling dramatis adalah Puputan Margarana
yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. Dalam usaha
mempertahankan desa Marga dari serangan NICA, Ngurah
Rai yang berhasil merampas senjata api dari tentara
Belanda berkomitmen untuk mengobarkan perang
perlawanan hingga titik darah penghabisan. Tentara
10
Belanda yang sempat kewalahan dan kalah terpaksa
meminta bantuan sebagian besar pasukannya di Bali dan
pesawat pengebom dari Makassar untuk membasmi
perlawanan ini. 96 orang tewas, termasuk I Gusti Ngurah
Rai. Dari pihak Belanda? Kurang lebih 400 orang tewas.
11