122
i PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG PRAWIRATAMAN, YOGYAKARTA 1920-1975 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah Disusun Oleh: Khotifah 064314004 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

i

PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNGPRAWIRATAMAN, YOGYAKARTA

1920-1975

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Ilmu Sejarah

Disusun Oleh:

Khotifah

064314004

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan

karya saya sendiri dan tidak diambil dari karya orang lain, kecuali disebutkan

dalam kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.

Yogyakarta, 01 Agustus 2013

Penulis

Khotifah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

vi

Motto

“Not All Those Who Wander Are Lost”J.R.R, Tolkien – The Fellowship of the Ring

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

vii

Skripsi ini dipersembahkan untuk ibu, bapak, dan adik saya,

In Consideration of Love and Affection

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

viii

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Perubahan Sosial dan Ekonomi KampungPrawirataman Yogyakarta (1920-1975) ini bertujuan untuk menjawab tigapermasalahan. Pertama, Mengapa Kampung Prawirataman mengalami perubahandari pemukiman prajurit menjadi sentra industri batik namun pada akhirnyamenekuni bidang pariwisata. Kedua, Bagaimana proses berlangsungnyaperubahan-perubahan tersebut dalam rentang waktu 1920 - 1975. Ketiga, Apa sajakah dampak sosial dan ekonomi yang timbul akibat perubahan-perubahantersebut. Ketiga permasalahan tersebut kemudian akan dijelaskan dalam beberapabab.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakandalam melakukan penulisan ini adalah dengan studi pustaka, dan juga wawancaradengan warga Prawirataman dan sekitarnya yang mengetahui tentang topik yangmenjadi bahasan dalam skripsi ini. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan,mengkaitkan, dan interpretasi terhadap data yang telah berhasil dikumpulkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan sosial dan ekonomi yangterjadi di daerah Prawirataman tidak hanya dipandang sebagai perubahan lokalsetempat saja tetapi juga mencerminkan dinamika politik, sosial dan ekonomiyang terjadi pada tingkat nasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

ix

ABSTRACT

Thesis titled Social and Economic Changes in Kampung Prawirataman,Yogyakarta (1920 – 1975) aimed to answers three issues. First, Why doesKampung Prawirataman changed from being palace’s troop residence to center ofbatik industry, but ultimately engaged in the tourism industry. Second, How doesthe process of these changes. Third, What are the social and economic impactsarising from these changes. These three issues will be explained in severalchapters.

This study is a qualitative research. The method used in conducting thisstudy are literature reviews, as well as interviews with the residents of KampungPrawirataman and surroundings who know about the topic discussed in this thesis.The analysis were performed by grouping, linking, and interpretation of the datathat has been collected.

The results showed that the social and economic changes that occurred inthe Prawirataman’s area not only seen as a local change, but also reflects thedynamics of political, social and economic at the national level.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

x

KATA PENGANTAR

Eindelijk! It’s such a big relief that these years of wander has finally come

to its end. Tentunya penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari

banyak pihak, karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak

terima kasih to whom who have made the years of writing this thesis fun,

miserable, exciting, frustrating, challenging, weird, and most of all legendary:

1. Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Silverio R. L. A Sampurno, M. Hum,

terima kasih banyak atas bimbingan, kesediaan waktu, tenaga dan telinga

untuk selalu mendengar, memberikan motivasi serta kesabaran yang telah

diberikan dalam menghadapi kemalasan saya baik saat-saat masih kuliah

atau pun selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Pak Hery Santosa, yang bersedia membuang waktu untuk mendengar dan

memberikan feedback dan saran-saran demi kelancaran penulisan ini.

Banyak terima kasih juga untuk setiap cerita dan pengalaman yang

inspiratif, serta untuk jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan konyol

saya.

3. Pak Sandiwan, Pak Purwanta, Rm. G. Budi Subanar, SJ, Rm. FX. Baskara

T. Wardaya, SJ, terimakasih banyak atas kesabaran, pencerahan, motivasi,

dan waktu-waktu kuliah yang rasanya sudah tidak terhitung berapa

semester banyaknya.

4. Bapak, ibu warga Kampung Prawirataman dan sekitarnya yang telah

bersedia menjadi nara sumber dalam penelitian ini. Kepada Ibu Edi, Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

xi

Lulu, Pak Slamet, Pak Hartono, Pak Prapto, Pak Soegiran, Pak Sarijan,

Pak Ayik, Pak Tri, Mas Aryo, Mas Agung dan Mba Anjar dihaturkan

bnayak terimakasih. Tidak lupa juga miss Betty yang bersedia meluangkan

waktu untuk menemani.

5. My parents, mukke dan babe – for being my number one supporter since

day one, for always believing in me and for allowing me the freedom of

pursuing whatever dreams i have.

6. My sister, Fammy A. and my cousin, Nuzul Dwi – for being the greatest

part of family anyone could ever have. I do appreciate all the support, as

well as the abundance of help from time to time.

7. My mates of the year 2006, Theo, Tati dan Ismi – for all good times, for

the class assignments to the slackers periode, for the the good food and

karaoke moments.

8. My seniors whose helped a lot through this writing process: Mas Darwin

and miss Tanaya - atas kebaikan hati, serta waktu yang dihabiskan untuk

membantu. Maaf selalu merepotkan! Mas Agus, Mas Sempal, Mas Tri di

Sekretariat, Mba Adda - for the willingness and kindness to help.

9. Jeng Vannie, Oom Greg dan keluarga besar Ketjil Bergerak, terima kasih

untuk setiap kesempatan yang diberikan untuk terus belajar bertumbuh,

mempelajari dan mencoba hal-hal yang baru.

10. Those whom i called friends: Lutfi and the Mbak Uuk’s family, Yessi

Widy, Citra Ayu, miss Raita, Ignasia Oyo, Dyah Eko, Lucia Retno, Teguh

Eki, Lee ‘May’ Seung-ju, Cha-cha & Jeng Isti, The Poeloeng Redjo’s

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

xii

family and all the great people i met during the guiding experiences – for

the friendship and all the time we have spent together, for the laugh and

the tears, the fun, the weird and crazy moments, for the calmness and

patience in dealing such a weirdos like me. I could thank you all for zillion

things during our friendship.

11. My Xanax: Oskar, Alex, Sebastian, Joren and some other names – for

always being the best isolated bubbles which keeps me in a great distance

from the world around me. Thank you guys for everyday that you have

made my life easier!

12. These unbelievable persons i met the last minutes when i’m about to

giving up, Mba Lisis – for being a great mentor. M. Schlund – especially

for the 17 hours we’ve spent together and those conversation about

nothing and everything. Media Hutabarat – simply for being the coolest

person who happend to be the best partner in crime during all those shitty

times dealing with the so-called ‘hell-stuff.’

13. All the beautiful people who helped, but i couldn’t mention one by one

(believe me, i’m shouting your names by heart).

14. Last but not least: caffeine, confections, yoghurt, movies, Chris Martin,

Arkarna, Silverchair, and many other, P. Coelho, I. Natassa, S. Kinsella,

and friends – for always being the best companion who help me through

all the rough. You’re indeed my best Ritalin.

Karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu feed back, kritikan dan

saran sangat diharapkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………...……………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………… iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................. v

HALAMAN MOTTO..................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………… vii

ABSTRAK…………………………………………………………………. viii

ABSTRACT………………………………………………………………… ix

KATA PENGANTAR……………………………………………………… x

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. xiii

DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xvii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1A. Latar Belakang......................................................................................... 1B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah...................................................... 8

1. Identifikasi Masalah.......................................................................... 82. Pembatasan Masalah......................................................................... 10

C. Rumusan Permasalahan........................................................................... 10D. Tujuan Penelitian..................................................................................... 11

1. Tujuan Akademis.............................................................................. 112. Tujuan Praktis................................................................................... 12

E. Manfaat Penelitian................................................................................... 121. Manfaat Teoretis............................................................................... 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

xiv

2. Manfaat Praktis................................................................................. 13F. Kerangka Teori........................................................................................ 14G. Tinjauan Pustaka...................................................................................... 21H. Metode Penelitian.................................................................................... 24I. Sistematika Penulisan.............................................................................. 25

BAB II PRAWIRATAMAN KAMPUNG PEMUKIMAN PRAJURITPRAWIRATAMA........................................................................................... 27A. Letak Geografis Kampung Prawirataman................................................ 27B. Tinjauan Historis Kampung Prawirataman.............................................. 29

1. Menelusuri Riwayat Prajurit Kasultanan Yogyakarta....................... 292. Prawiratama Sebagai Prajurit Kasultanan Yogyakarta..................... 403. Prawirataman Sebagai Kampung Pemukiman Prajurit..................... 41

BAB III KAMPUNG PEMUKIMAN PRAJURIT YANG MENEKUNIDUNIA BATIK.............................................................................................. 47A. Daerah Prawirataman dan Perkenalan dengan Dunia Batik.................... 50B. Usaha Batik di Yogyakarta dan Daerah Prawirataman Tahun 1920-

an............................................................................................................. 53C. Pasca Depresi Ekonomi, Proklamasi, dan Awal Kebangkitan Kembali

Usaha Batik............................................................................................. 58D. Perkembangan Usaha Batik di Yogyakarta dan Daerah Prawirataman

Tahun 1950-an........................................................................................ 62E. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha Batik di Daerah

Prawirataman........................................................................................... 68F. Kemerosotan Usaha Batik dan Perkenalan dengan Dunia Pariwisata..... 72

BAB IV DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI DIPRAWIRATAMAN....................................................................................... 78A. Proses Perkembangan Industri Pariwisata Terutama Usaha Jasa

Penginapan di Kampung Prawirataman................................................... 80B. Dampak Ekonomi dari Perubahan di Prawirataman................................ 85C. Dampak Sosial dari Perubahan di Prawirataman..................................... 93

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Perusahaan dan Pekerja Batik di Wilayah Yogyakarta Pada

Tahun 1920-1924…………………………………………………….. 55

Tabel 2 Jumlah Perusahaan Batik di Yogyakarta dan Sekitarnya Pada Tahun

1927…………………………………………………………………... 57

Tabel 3 Nama Cap Dagang dan Alamat Produsen Batik Daerah Prawirataman

Pada Tahun 1950-an…………………………………………………... 67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Narasumber dari Penelitian Lapangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi sejarah tidak semata-mata berhenti pada peristiwa yang terjadi

pada masa lampau saja, tetapi juga terkandung berbagai dimensi dan kompleksitas

di dalamnya, baik dimensi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya.

Bukan hanya umat manusia yang terlibat dalam babakan peristiwa masa lampau

itu, akan tetapi juga dinamika dan fenomena-fenomena alam yang terjadi di

dalamnya. Iklim, letak geografis atau kondisi lingkungan alam suatu wilayah

tertentu juga dapat memberikan pengaruh pada kondisi sosio-kultural suatu

kelompok manusia, dan sebaliknya. Keterkaitan-keterkaitan ini tentunya sangat

berperan bagi perkembangan sejarah umat manusia.

Salah satu contoh bentuk keterkaitan itu terjadi dalam sejarah persebaran

umat manusia. Tuntutan pemenuhan kebutuhan pangan dengan cara berburu

binatang telah menuntun manusia purba untuk menjadi nomaden. Aktivitas ini

sering kali membuat mereka tidak sadar bahwa mereka sebenarnya telah berada di

belahan bumi lainnya. Berkurangnya hewan buruan juga memaksa mereka

mengkonsumsi bahan pangan yang lain dari tumbuh-tumbuhan. Pola kehidupan

yang berpindah-pindah pun akhirnya berubah. Manusia mulai menetap di suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

2

daerah tertentu serta mulai bercocok tanam. Lambat laun, berbagai macam

keterampilan dan keahlian serta kehidupan berkelompok juga mulai berkembang.

Selain itu, ketakutan dan kepercayaan akan kekuatan yang lebih besar di

alam semesta membawa mereka pada suatu bentuk upacara dan pemujaan-

pemujaan. Tanda, gambar, dan simbol-simbol mulai dibuat, huruf-huruf mulai

diciptakan, tradisi tulis menulis mulai berkembang. Dari sinilah catatan dan

pengetahuan tentang bagaimana mereka memaknai hidup serta dunia yang mereka

tinggali ataupun peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan mereka dapat

diketahui. Inilah sebuah masa dimana sejarah tercipta. Dan mempelajari sejarah

pun menjadi sebuah hal yang signifikan untuk dilakukan agar kita dapat

memahami konteks masa kini.

Selain mempelajari sejarah itu sendiri, cara menuangkan peristiwa-

peristiwa masa lalu itu secara tertulis juga tidak kalah penting karena dari tulisan-

tulisan tersebut dapat diketahui banyak hal, misalnya bagaimana kehidupan para

generasi-generasi sebelumnya, peristiwa-peristiwa yang terjadi, apa yang mereka

rasakan, bagaimana mereka memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan

sebagainya. Harus diakui bahwa kehidupan sekarang memang sudah sangat

berbeda dengan generasi terdahulu. Akan tetapi, mempelajari kehidupan masa lalu

dapat dijadikan sebagai semacam tolak ukur bagi kehidupan yang sekarang,

sehingga manusia dapat belajar menyikapi segala sesuatunya dengan lebih

bijaksana dan dapat merancang masa depan yang lebih baik.

Seiring bergulirnya waktu, penulisan sejarah di Indonesia juga mengalami

perkembangan. Historiografi Indonesia modern dimulai sekitar tahun 1957, saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

3

diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia Pertama di Yogyakarta.

Tahun itu dianggap sebagai titik tolak kesadaran sejarah yang baru dimana

nasionalisasi historiografi Indonesia dimulai.1 Selanjutnya, perkembangan

penulisan sejarah bukan hanya sejarah naratif yang sekedar menceritakan masa

lalu semata tetapi juga penulisan sejarah analitis. Penulisan sejarah analitis ini

membutuhkan ilmu-ilmu sosial yang lain sebagai pendekatannya. Dampak yang

kemudian muncul adalah bahwa corak penulisan sejarah Indonesia menjadi

semakin beragam, bukan hanya sejarah politik, sejarah perang, sejarah tentang

peristiwa besar, ataupun sejarah orang-orang besar semata. Akan tetapi juga

sejarah sosial, sejarah kebudayaan, sejarah ekonomi, sejarah lokal, sejarah

pedesaan, sejarah kota, dan lain sebagainya.

Berbicara mengenai sejarah sosial, Sartono Kartodirdjo mengungkapkan

bahwa arti istilah dan konsep yang ditunjukkannya selama perkembangan

historiografi sangat beragam. Sejarah sosial ini bisa mencakup segala aspek

kehidupan dalam bermasyarakat. Salah satu contoh cakupannya adalah tentang

sejarah demografis, yaitu pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi dan

sebagainya. Tema ini berkaitan erat dengan sejarah kota sebagai pusat pemukiman

dengan berbagai kompleksitas di dalamnya.2

Sementara itu, Kuntowijoyo menegaskan bahwa sejarah kota belum

banyak mendapat perhatian kalangan sejarawan akademis. Padahal kalau mau

1Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara WacanaYogya. 1994, hal. 1

2Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah,Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993, hal. 157 - 158.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

4

digali lebih dalam, tata pemukiman kota lahir bukan hanya berdasar alasan

ekonomis semata, akan tetapi juga dikarenakan suatu pola sosio-kultural.

Selanjutnya, Sartono juga berpendapat bahwa sejarah kota bertalian erat dengan

penampilan golongan sosial yang tinggal di kota: kaum pedagang, pengusaha,

kaum buruh, rakyat jelata, serta golongan elite.3 Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa kota juga menyimpan berbagai macam kekayaan historis yang layak

dijadikan bahan pertimbangan dalam penulisan sejarah.

Kota Yogyakarta misalnya, selain terdiri atas pedesaan, perkampungan di

dalam kotanya juga menyimpan berbagai fenomena kehidupan dan keunikan

tersendiri. Wilayah Yogyakarta memang relatif kecil dibandingkan dengan kota-

kota penting lainnya di Indonesia, namun demikian kedudukannya sebagai kota

pendidikan, kebudayaan, dan tujuan pariwisata, baik secara nasional maupun

internasional tidak bisa dianggap remeh. Selain itu, kota Yogyakarta juga

memiliki nilai-nilai historis, serta semangat perjuangan yang bergema dalam skala

nasional. Oleh karenanya, mengikuti dinamika perubahan-perubahan sosial yang

terjadi di dalam kehidupan perkampungan di dalam kota Yogyakarta akan

menjadi sangat menarik untuk dilakukan.

Istilah ‘kampung’4 sendiri tentu bukan merupakan sesuatu yang baru

dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Meskipun seiring dengan

3Sartono Kartodirdjo, Ibid., hal. 158.

4Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar BahasaIndonesia Edisi Ketiga Jakarta: Balai Pustaka. 2007. Hal. 498. Istilah kampungdalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: 1) kelompok rumah yangmerupakan bagian kota (biasanya dihuni orang berpenghasilan rendah); 2) desa;dusun; 3) kesatuan administrasi terkecil yang menempati wilayah tertentu, terletak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

5

perkembangan zaman sekarang ini istilah perumahan, apartemen, ataupun rumah

susun juga sudah mulai dikenal di kalangan masyarakat luas, namun dari segi

jumlah, kampung tetap mendominasi. Artinya bahwa sebagian besar wilayah

pemukiman penduduk di Indonesia terdiri atas kampung-kampung. Hal yang sama

juga berlaku di kota Yogyakarta.

Di samping tradisi dan budayanya masih kental, Yogyakarta juga

mempunyai Kraton sebagai pusat kota yang memiliki kedudukan sentral, bahkan

sampai sekarang. Kuntowijoyo mengungkapkan bahwa di sekitar Kraton dapat

dibangun rumah-rumah para sentana dan abdi dalem, tempat ibadah, dan pasar.5

Hal ini menjadi suatu keistimewaan tersendiri bagi kota Yogyakarta. Keunikan

lain yang menyelimuti kota Yogyakarta juga dapat ditilik dari nama-nama

kampungnya. Adanya beberapa kesamaan dalam proses penamaan sejumlah

kampung menjadi menarik karena dari situ kita bisa mengetahui dan bahkan

mencoba membayangkan bagaimana kira-kira kehidupan masyarakatnya pada

masa lampau.

Kampung-kampung di kota Yogyakarta dulunya dibagi ke dalam dua

wilayah berdasarkan letaknya, yaitu yang berada di dalam kompleks Kraton atau

disebut “Jero/Jeron Beteng” (Dalam Benteng) dan “Jaba/Jaban Beteng” (Luar

Benteng). Pemberian nama kampung baik di dalam benteng atapun di luar

benteng pada umumnya didasarkan pada profesi yang banyak ditekuni oleh

di bawah kecamatan; 4) terkebelakang (belum modern); berkaitan dengankebiasaan di kampung; kolot.

5 Kuntowijoyo, op. cit., hal. 53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

6

warganya, keahlian yang dimiliki, kedudukan dalam pemerintahan, hingga nama

kesatuan pasukan prajurit. Dalam perkembangan selanjutnya, keberagaman

penduduk yang mendiami kota Yogyakarta membawa dampak pada munculnya

nama-nama baru pada wilayah luar benteng.

Saat ini kondisi sebagian kampung-kampung tersebut mungkin tidak lagi

menunjukkan kesesuaian dengan namanya. Namun demikian, perubahan-

perubahan yang terjadi justru menjadi sangat menarik untuk dikaji. Salah satu

contohnya adalah Kampung Prawirataman. Pada mulanya, nama kampung

tersebut merupakan nama salah satu Kesatuan Pasukan Prajurit Kraton

Ngayogyakarta Hadiningrat. Bregada atau kesatuan prajurit yang dimaksud

bernama “Kesatuan Prajurit Prawiratama.”6

Sebagaimana pejabat Kraton lainnya, Kesatuan Prajurit Prawiratama juga

mendapatkan tanah lungguh7 yang kemudian digunakan sebagai daerah

pemukiman bagi seluruh anggota bregada dan keluarganya. Nama Prawiratama

kemudian digunakan sebagai nama daerah pemukiman mereka, yaitu

Prawirataman. Sistem penamaan seperti ini berlaku juga untuk wilayah

6Kata “Prawiratama” dan “Prawirataman” ditulis dengan ejaan dalambahasa Jawa.

7Suhartono, Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta1830-1920. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 1991. Sistem tanah lungguhatau apanage timbul dari suatu konsep bahwa penguasa adalah pemilik tanahseluruh kerajaan. Di dalam menjalankan pemerintahannya penguasa dibantu olehseperangkat pejabat dan keluarganya, dan sebagai imbalannya mereka diberi tanahapanage atau tanah lungguh yang merupakan tanah jabatan sementara, sebagaiupah atau gaji seorang priyayi atau bangsawan. Tanah apanage dapatdieksploitasikan sehingga menghasilkan pajak yang berupa uang, barang dantenaga kerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

7

pemukiman Kesatuan Prajurit Kraton yang lain, misalnya Kesatuan Prajurit

Wirabraja kemudian menempati pemukiman yang disebut Wirabrajan, Kesatuan

Prajurit Bugis tinggal di Kampung Bugisan, dan seterusnya.

Sebagai sebuah kampung pemukiman, Kampung Prawirataman tidak

hanya berperan sebagai tempat tinggal para anggota Kesatuan Prajurit

Prawiratama semata. Namun juga merupakan kampung yang mengembangkan

usaha batik. Pada awalnya batik merupakan kerajinan rumah tangga yang

dikembangkan sebagai usaha meningkatkan penghasilan keluarga, lambat laun

berubah menjadi industri. Banyaknya jumlah pengrajin serta perusahaan batik

yang kemudian muncul, menjadikan Kampung Prawirataman ini terkenal sebagai

kampung batik sejajar dengan kampung kota di sekitarnya seperti Karangkajen,

Mantrijeron, Kotagede, dan lain-lain.

Pasang surut perjalanan industri batik di kota Yogyakarta turut memberi

pengaruuh pada Kampung Prawirataman. Industri batik yang sangat berkembang

pada tahun 1920-an, tiba-tiba mengalami penurunan sekitar tahun 1930, baik

karena krisis ekonomi dunia. Akan tetapi, berbagai usaha yang kemudian

dilakukan salah satunya dengan mendirikan koperasi untuk para pengusaha batik,

memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan industri batik,

sehingga pada kisaran tahun 1950-an, Prawirataman kembali menjadi sentra

industri batik.

Namun sangat disayangkan, kebangkitan kembali industri batik tersebut

sekali lagi harus dihadapkan pada berbagai hambatan. Ketatnya persaingan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

8

industri perbatikan dan munculnya teknologi baru, seperti teknik printing

disinyalir sebagai penyebab yang mulai menggeser kedudukan batik tradisional.

Di Kampung Prawirataman sendiri, masa kejayaan industri batik ini mulai

mengalami titik kemunduran pada kisaran tahun 1960-an. Meredupnya industri

batik itu, memberikan dampak yang besar. Para pengusaha batik mulai gulung

tikar dan banting setir ke bidang usaha yang lain. Di lain pihak, sektor pariwisata

yang mulai berkembang di Indonesia pada saat itu membawa peluang baru bagi

para pengusaha batik tersebut. Jasa-jasa penginapan bagi wisatawan mulai banyak

dibuka. Banyak dari pengusaha batik itu yang mulai beralih profesi dengan

menjadi pengusaha jasa hotel dan penginapan. Berawal dari situlah di masa kini

Kampung Prawirataman mulai dikenal luas sebagai kampung turis.

Berdasarkan uraian di atas, kiranya penelitian tentang perubahan sosial

masyarakat di Kampung Prawirataman pada tahun 1920-1975 menjadi menarik

untuk dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana sejarah

Kampung Prawirataman dan dinamika perubahan yang terjadi di dalamnya,

perkembangan atau kemunduran yang dialami, serta dampak-dampaknya bagi

masyarakat, terutama dalam ranah sosial dan ekonomi pada kurun waktu 1920-

1975.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Prawirataman merupakan salah satu daerah perkampungan yang ada di

dalam wilayah kota Yogyakarta. Kampung ini terletak sekitar 3 kilometer di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

9

sebelah tenggara Kraton Yogyakarta. Awalnya kampung ini merupakan suatu

tanah pemberian dari Kraton sebagai pemukiman Kesatuan Prajurit Prawiratama.

Pemberian nama Prawirataman untuk kampung pemukiman tersebut mengacu

pada nama kesatuan prajurit itu.

Sebagaimana kampung lain di Yogyakarta, Kampung Prawirataman ini

juga mempunyai berbagai peran penting dalam membela Kraton Yogyakarta,

salah satunya adalah turut berperan dalam perang kemerdekaan. Tidak hanya

mengandalkan profesi sebagai prajurit Kraton, usaha-usaha yang lain untuk

pemenuhan kebutuhan hidup mulai dikembangkan. Industri batik dipilih sebagai

sasaran sumber penghasilan. Industri batik ini sangat berkembang dan pada tahun

1920-an Kampung Prawirataman menjadi salah satu sentra industri batik di

Yogyakarta.

Namun sayangnya pada rentangan tahun tahun 1960 – 1970-an, usaha

batik mereka mulai mengalami kemunduran karena ketatnya persaingan. Untuk

itu usaha-usaha lain yang dapat meningkatkan perekonomian mulai

dikembangkan. Meningkatnya sektor pariwisata Indonesia berimbas besar pada

kota Yogyakarta. Banyaknya jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke

Yogyakarta dimanfaatkan sebagai peluang usaha yang baru. Besar dan luasnya

rumah-rumah para pengusaha batik menjadi aset penting yang kemudian

dimanfaatkan sebagai lahan penginapan, sehingga sampai sekarang banyak

terdapat penginapan dan hotel di kawasan ini.

Terdapat empat gang di kawasan Kampung Prawirataman ini. Gang-gang

tersebut terkenal dengan sebutan Prawirataman I, II, III, dan IV. Namun demikian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

10

hanya Prawirataman I dan II saja yang masih banyak mengembangkan usaha jasa

pariwisata. Terdapat banyak penginapan, hotel, restoran serta biro pariwisata baik

di Prawirataman I dan II. Sementara itu, meskipun masih terdapat satu atau dua

hotel ataupun restoran di Prawirataman III dan IV, namun kawasan ini lebih

banyak dikenal sebagai perkampungan penduduk saja.

2. Pembatasan Masalah

Dengan berbagai kompleksitas dan perubahan-perubahan yang terdapat di

Kampung Prawirataman tersebut, serta rentangan waktu yang cukup panjang

yakni antara tahun 1920 - 1975, maka agar penelitian ini lebih fokus,

permasalahannya akan dibatasi pada:

a. Tinjauan historis Kesatuan Prajurit Prawiratama yang bermukim di

Kampung Prawirataman.

b. Proses perubahan yang berlangsung di dalam kampung tersebut. Suatu

perkampungan yang awalnya merupakan pemukiman prajurit, kemudian

dikenal sebagai sentra usaha batik namun dalam perkembangannya justru

menjadi kampung wisata.

c. Dampak sosial dan ekonomi di Kampung Prawirataman setelah terjadinya

perubahan.

C. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan

setelah dilakukan identifikasi serta pembatasan permasalahan, terdapat beberapa

pertanyaan yang kemudian muncul. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

11

suatu rangkaian permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya perubahan sosial dan ekonomi yang

terjadi di Kampung Prawirataman dalam rentang waktu 1920 - 1975?

2. Bagaimanakah proses perubahan yang terjadi pada kampung tersebut,

yaitu dari pemukiman prajurit, menjadi sentra industri batik dan pada

akhirnya mengembangkan usaha pariwisata?

3. Bagaimanakah dampak sosial dan ekonomi yang timbul sebagai akibat

dari perubahan tersebut?

D. Tujuan Penelitian

Sebagaimana permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai dari penulisan tentang Perubahan Sosial dan ekonomi di

Kampung Prawirataman Yogyakarta Tahun 1920-1975 adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Akademis

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisa dan

menguraikan sejarah serta perubahan sosial ekonomi yang terjadi di Kampung

Prawirataman. Kampung yang pada awalnya merupakan pemukiman prajurit

Kraton Yogyakarta yang mengembangkan industri batik dan sangat berhasil

dalam bidang yang digeluti tersebut, namun pada akhirnya justru dikenal sebagai

kampung wisatawan.

Penulisan ini juga ingin melihat dampak yang kemudian timbul dari

perubahan yang terjadi di Kampung Prawirataman. Dampak yang timbul tentu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

12

akan sangat beragam dan melingkupi berbagai bidang. Namun demikian, agar

pembahasannya tidak terlalu melebar, maka fokus penulisannya hanya akan

dibatasi pada lingkup sosial dan ekonomi saja.

2. Tujuan Praktis

Perubahan sosial yang terjadi di Kampung Prawirataman, termasuk

berbagai faktor baik yang memperlancar atau menghambat terjadinya perubahan

tersebut, setidaknya dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang

kesejarahan. Sebagaimana diketahui bahwa kajian sejarah yang berkembang lebih

banyak berbicara tentang politik, tentang peristiwa-peristiwa atau orang besar.

Maka dari itu penulisan tentang sejarah dan perubahan sosial yang terjadi di

Kampung Prawirataman diharapkan dapat menyuguhkan pelajaran dan variasi

baru dalam penulisan sejarah. Lebih jauh lagi, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kesadaran baru bagi masyarakat, bahwa tiap-tiap daerah baik

kampung kota atau pedesaan memiliki banyak keunikan dan kekayaan yang

terkandung di dalamnya.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para

pembacanya, baik manfaat akademis ataupun praktis yang dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis

Donald G. MacLeod (1977) mengatakan bahwa terdapat tiga sektor yang

terlibat langsung dalam pemanfaatan hasil penelitian, yaitu akademisi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

13

pemerintah, dan masyarakat. Selain itu, manfaat hasil penelitian juga dapat

ditujukan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu

pengetahuan dan kebudayaan.8 Oleh karena itu, manfaat teoretis dari penulisan ini

terkait dengan pemberian informasi, pengetahuan dan gambaran yang lebih jelas

tentang perubahan-perubahan sosial dalam suatu masyarakat khususnya di

Kampung Prawirataman Yogyakarta. Selanjutnya, dari informasi-informasi

tersebut diharapkan dapat menambah dan memberi sumbangan baru pada ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang sejarah, terutama sejarah kampung.

Sumbangan yang dimaksud berkaitan dengan perubahan-perubahan sosial yang

terjadi di Kampung Prawirataman dalam kurun waktu 1920-1975.

2. Manfaat Praktis

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang perubahan

sosial yang terjadi di Kampung Prawirataman tahun 1920-1975. Dari hasil

penelitian ini diharapkan bahwa nantinya dapat memberikan masukan tentang

masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, terutama yang terkait dengan

terjadinya suatu perubahan. Perkembangan atau kemunduran yang terjadi dalam

suatu lingkup pemukiman masyarakat tentu membawa dampak yang tidak sedikit.

Pengetahuan akan perubahan, hambatan dan dampak yang ditimbulkan tersebut

dapat menjadi pengetahuan dan pelajaran agar para masyarakat atau instansi yang

terkait menjadi lebih sadar akan pola-pola yang ada, sehingga nantinya dapat

mengambil kebijakan-kebijakan yang lebih baik bagi kampungnya.

8 Mohammad Chawari, “Bangunan Tradisional Jawa Di Kampung KaumanYogyakarta Sebuah Model Pengelolaan”. Tesis: Yogyakarta: Program PascaSarjana Universitas Gadjah Mada.2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

14

F. Kerangka Teori

Sejarah yang analitis bukan sekedar memaparkan suatu peristiwa masa

lalu dan hanya bersifat naratif yang hanya mengandalkan common sense semata,

tetapi juga membutuhkan pendekatan dari ilmu-ilmu sosial yang lain.9 Dengan

demikian penelitian suatu peristiwa sejarah yang dihasilkan nantinya merupakan

suatu penjelasan yang analitis dan mendalam.

Pendekatan ilmu-ilmu sosial sangat dibutuhkan dalam penulisan sejarah.

Rapproachement atau proses saling mendekati antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu

lain salah satunya disebabkan karena penulisan sejarah deskriptif-naratif sudah

tidak lagi memuaskan untuk menjelaskan pelbagai masalah atau gejala yang serba

kompleks.10 Ilmu-ilmu sosial yang dimaksud dapat berupa Ilmu Politik, Sosiologi,

Antropologi, Psikologi, Geografi, Ekonomi, dan lain sebagainya. Selain untuk

memperkaya khasanah pemikiran, ilmu bantu dari cabang-cabang ilmu sosial

yang lain tersebut juga dapat membantu dalam memberikan eksplanasi dan

penjelasan yang lebih mendalam atas suatu peristiwa sejarah yang sedang menjadi

9 Sartono Kartodirjo, op. cit. hal. 121

10 Ibid,. hal. 120- 121. Terkait dengan proses saling mendekati antara ilmusejarah dan ilmu-ilmu sosial yang lain itu, Sartono memaparkan bahwa penyebabyang lainnya antara lain; (1) pendekatan multidimensional atau social scientificadalah yang paling tepat untuk dipergunakan sebagai cara menggarappermasalahan atau gejala yang ada. (2) ilmu-ilmu sosial telah mengalamiperkembangan pesat, sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yangmerupakan alat analitis yang relevan sekali untuk keperluan analisis historis, (3)Lagi pula, studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informatif tentangapa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana, tetapi juga ingin melacak pelbagaistruktur masyarakat, pola kelakuan, kecenderungan proses dalam pelbagai bidang,dan lain-lain. Kesemuanya itu menuntut adanya alat analitis yang tajam danmampu mengekstrapolasikan fakta, unsur, pola, dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

15

bahan kajian. Sehingga pada akhirnya tulisan sejarah yang akan dihasilkan pun

lebih bersifat analitis dan ilmiah.

Terkait dengan masalah di atas, maka tulisan ini juga mencoba untuk

menggunakan pendekatan dari ilmu sosial yang lain. Sebagaimana telah

dijabarkan sebelumnya bahwa tema besar yang diambil sebagai fokus dalam

penelitian ini adalah tentang perubahan sosial. Oleh karena itu, pendekatan yang

akan digunakan adalah teori-teori yang relevan dengan perubahan sosial.

Ada begitu banyak teori yang telah dihasilkan oleh para ahli baik dari

dalam atau luar negeri sehubungan dengan perubahan sosial. Sebagaimana

diungkapkan oleh Sartono Kartodirdjo bahwa perubahan sosial merupakan tema

yang luas cakupannya. Kedatangan agama Islam beserta sistem politiknya ke

wilayah Indonesia, masuknya bangsa Barat dengan proses modernisasi

(westernisasi); dan peningkatan proses modernisasi sejak abad ke-19 merupakan

peristiwa-peristiwa yang sarat akan perubahan sosial. Hal ini berdampak pada

berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, dan budaya.11

Salah satu lapisan kehidupan masyarakat yang terkena dampak dari proses

modernisasi yang melanda bangsa Indonesia sejak abad ke-19 tersebut adalah

kampung. Kata kampung sendiri tentu saja tidak asing dan sudah sangat lazim

digunakan. Dalam penulisan karya ini pun subyek yang menjadi obyek penelitian

adalah Kampung Prawirataman di Yogyakarta, dalam kurun waktu 1920-1975.

Oleh karena itu, terlebih dahulu akan diuraikan tentang definisi kampung itu

sendiri.

11 Ibid., hal. 145.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

16

Sebagaimana dipaparkan oleh Sullivan dan Murray dalam Hans-Dieter

Evers Urbanisme di Asia Tenggara, bahwa istilah kampung setidaknya

memperlihatkan sesuatu yang terkait dengan desa dan komunitas-komunitas.

Namun istilah tersebut sebenarnya tidak bisa didefinisikan sebagai komunitas

usaha (corporate community) karena ikatan sosial yang ada umumnya adalah

antar tetangga saja. Aspek komunitas dalam kampung itu telah ditunjukkan

dengan baik, yaitu dalam urusan bertetangga atau neighbourship. Sullivan juga

menyatakan bahwa terdapat tekanan kuat pada orang kampung agar menjadi

tetangga yang baik. Tetangga yang baik (neighbourliness) persisnya ditetapkan

dalam kampung, begitu juga sanksi-sanksi berat yang berfungsi untuk membuat

anggota komunitas berperilaku sejalan dengan konvensi-konvensi yang berlaku.

Sedangkan Murray dalam Evers berpendapat bahwa kampung bukanlah suatu

entitas yang mampu merencanakan strategi, tetapi suatu komunitas dari orang

perorang yang menyesuaikan diri mereka dengan situasi perkotaan dan kian hari

kian banyak orang yang datang untuk bekerja sama dan bersaing.12

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa corak kehidupan

kampung kota juga memiliki suatu kekhasan tersendiri yang tentu berbeda dengan

pedesaan. Lebih lanjut lagi hal ini juga akan berpengaruh pada ciri dan

karakteristik masyarakat di dalamnya. Oleh karena itulah masyarakat yang

berdiam di perkampungan kota dikenal dengan istilah masyarakat kota. Namun

demikian, terlepas dari berbagai perbedaan yang ada, perubahan sosial merupakan

12 Hans-Dieter Evers dan Rudiger Korff, Urbanisme Di Asia TenggaraMakna dan Kekuasaan Dalam Ruang-Ruang Sosial, Jakarta: Yayasan OborIndonesia. 2002. Hal. 408 – 409.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

17

suatu proses yang terjadi baik di desa ataupun di kota. Berbagai pengaruh yang

masuk dalam suatu komunitas pemukiman baik di desa ataupun di kota juga turut

mendorong terjadinya perubahan, baik yang sifatnya kemajuan (progress) ataupun

kemunduran (regress).

Perubahan sosial tersebut biasanya terjadi tidak dalam jangka waktu yang

singkat. Sebagaimana dipaparkan oleh Darwis Khudori bahwa homogenitas

penduduk kampung mulai terkikis, baik dari segi agama, suku bangsa, aliran

politik, mata pencaharian maupun tingkat pendapatan. Keterikatan terhadap

kampung dan kehidupan pertetanggaan bagi sebagian penduduk juga berkurang

seiring dengan tuntutan modernisasi. Namun ada dua kenyataan yang belum akan

berubah dalam jangka waktu yang lama, yaitu pertama, bahwa kampung

merupakan satu-satunya jenis pemukiman yang bisa menampung golongan

penduduk Indonesia yang tingkat perekonomian dan pendidikannya paling

rendah, meskipun tidak tertutup bagi penduduk dengan penghasilan dan tingkat

pendidikan yang tinggi. Kedua, bahwa terdapat organisasi sosial di setiap

kampung yang mengatur dan mengawasi tata tertib kehidupan kemasyarakatan

warga kampung yang bersangkutan.13

Lebih jauh lagi, Sartono berpendapat bahwa apabila dipandang dari

perspektif sejarah sosial, proses sejarah dalam keseluruhannya merupakan proses

13 Darwis Khudori, Menuju Kampung Pemerdekaan MembangunMasyarakat Sipil dari Akar-akarnya Belajar dari Romo Mangun di PinggiranKali Code. Yogyakarta: Yayasan Podok Rakyat. 2002. Hal. 7-8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

18

perubahan sosial dalam berbagai dimensi. Dipandang sebagai proses modernisasi,

perubahan sosial mencakup permasalahan-permasalahan sebagai berikut:14

1. Proses akulturasi, artinya proses yang mencakup usaha masyarakat

menghadapi pengaruh kultural dari luar dengan mencari bentuk

penyesuaian berdasarkan kondisi, disposisi, dan referensi kultural yang

menentukan sikap terhadap pengaruh baru.

2. Berkaitan dengan proses akulturasi itu kemudian muncul adanya proses

seleksi dan diferensiasi berdasarkan lokasi sosiohistoris pelbagai golongan

sosial. Variasi sikap kultural dan heterogenitas baik yang sifatnya

penolakan atau penerimaan mulai muncul. Di sini konflik sosial

merupakan dampak yang menyertai terjadinya perubahan sosial.

3. Perubahan dari heterogenitas yang inkoheren ke heterogenitas yang

koheren.

4. Proses modernisasi yang merupakan proses pokok dalam transformasi

struktural.

5. Adanya proses integrasi dan desintegrasi, atau disorganisasi dan

reorganisasi yang silih berganti sebagai bentuk transformasi sosial.

6. Munculnya jaringan sosial yang mencakup interdependensi antara

pelbagai sektor atau fungsi masyarakat yang dalam keseluruhannya

mewujudkan suatu sistem sebagai akibat dari kompleksitas stukturasi

hubungan sosial masyarakat.

14 Sartono Kartodirjo, op. cit. hal.160.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

19

7. Perubahan sosial adalah gejala yang inheren dalam setiap perkembangan

atau pertumbuhan (development). Penting diketahui bahwa proses

perkembangan itu tidak dengan sendirinya menunjukkan arah

pertumbuhan serta tujuan. Berdasarkan kerangka teoretisnya,

evolusionisme, fungsionalisme, positivisme, pelbagai paradigma

menunjukkan bahwa masing-masing memandang arah dan tujuan

perkembangan secara berbeda-beda.15

Teori perubahan sosial lain yang turut mendukung datang dari Selo

Soemardjan yang berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan

pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang

mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola

perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.16

Masih menurut Selo Soemardjan, bahwa jenis dari perubahan sosial

penting untuk diketahui agar dapat mengetahui pelopor perubahannya. Pelopor

perubahan adalah seseorang atau sekelompok orang yang dipercayai oleh

masyarakat sebagai pemimpin dalam salah satu atau beberapa lembaga sosial.

Orang atau kelompok itu mempelopori jalan meninggalkan masa lampau menuju

zaman baru, yakni menetapkan kaidah sistem sosial baru atau yang diperbaharui.

Perubahan-perubahan yang terjadi di Yogyakarta sendiri sejak akhir masa

penjajahan Belanda dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu perubahan yang

15 Ibid., hal. 160-162

16 Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Jakarta: KomunitasBambu. 2009. Hal. 147.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

20

disengaja/direncanakan sebelumnya (intended) dan perubahan yang tidak

disengaja/tidak diketahui dan direncanakan (unintended). Proses perubahan yang

disengaja dan tidak disengaja tersebut memiliki kecenderungan untuk saling

memperkuat satu dengan yang lainnya.17

Dengan demikian, perubahan yang terjadi di Kampung Prawirataman,

yaitu yang pada awalnya merupakan kampung pemukiman prajurit, kemudian

mengembangkan usaha batik dan berhasil menjadi salah satu sentra industri batik

di Yogyakarta, namun pada akhirnya justru bergerak dalam sektor pariwisata

dengan mengembangkan usaha penginapan, dapat digolongkan pada jenis

perubahan yang tidak disengaja dan tidak direncanakan. Situasi dan kondisi yang

terjadi di lingkungan sekitar didukung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah

membawa dampak terjadinya perubahan tanpa direncanakan sebelumnya.

G. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian dan tulisan yang telah dibuat oleh beberapa

orang sebelumnya. Tulisan-tulisan tersebut antara lain:

“Sejarah Kauman Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah” karya

Ahmad Adaby Darban. Merupakan buku yang membahas tentang sejarah lokal

dan perubahan sosial suatu daerah tertentu, yaitu Kampung Kauman. Kampung

Kauman Yogyakarta sendiri dulunya juga merupakan salah satu kompleks hunian

bagi para abdi dalem pamethakan, yang bertugas dalam bidang keagamaan,

khususnya urusan kemasjidan. Di dalam buku tersebut diungkapkan bahwa terjadi

17 Ibid., hal. 448 – 449.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

21

banyak perubahan di kampung tersebut dalam kurun waktu 1900 – 1950. Namun

demikian perubahan yang terjadi bukan pada tatanan nilai tetapi lebih banyak

pada ranah tatanan norma kehidupan masyarakat. Daerah yang menjadi obyek

penelitian dalam buku tersebut memang bukan Kampung Prawirataman

melainkan Kampung Kauman, namun demikian obyek pembahasan yang fokus

pada satu wilayah tertentu merupakan referensi yang bagus dan berguna dalam

tulisan ini.

Karya tulis yang membahas tentang Kampung Prawirataman sendiri

memang tidak sedikit. Salah satunya adalah makalah hasil penelitian terhadap

kampung wisata Prawirataman yang pernah dilakukan oleh Retno Kumolohadi,

Nugroho Dwi Priyohadi, dan Th. Agung M. Harsiwi dengan judul “Studi

Terhadap Kampung Wisata Prawirotaman Yogyakarta.” Studi tersebut dilakukan

untuk mengetahui pengaruh sosial budaya dan ekonomi serta perilaku akibat

pariwisata di Kampung Prawirataman. Di dalam makalah hasil penelitian itu

dipaparkan bahwa perubahan dari kampung batik menjadi kampung pariwisata

yang mengalami perkembangan pesat membawa dampak positif maupun negatif.

Dampak positifnya terjadi dalam bidang ekonomi dengan berkembangnya

berbagai bidang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakatnya baik

secara formal maupun informal, misalnya dalam bidang jasa. Sedangkan dampak

negatifnya dirasakan dari segi sosial budaya dan perilaku yaitu timbulnya sikap

individualistis, pragmatis dan profit oriented. Selain itu juga sikap dan perilaku

yang cenderung lebih mengagung-agungkan wisatawan mancanegara dan perilaku

konsumtif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

22

Hasil penelitian tentang Prawirataman di atas baik, akan tetapi titik berat

penelitiannya lebih pada bidang kepariwisataan. Bagaimana pariwisata di

Kampung Prawirataman memberi dampak pada bidang ekonomi juga terhadap

perilaku masyarakat di Prawirataman. Namun demikian, belum banyak aspek-

aspek historis yang diungkapkan.

Lebih spesifik lagi tesis dari Chiyo Inui Kawamura yang berjudul

“Peralihan Usaha dan Perubahan Sosial di Prawirotaman, Yogyakarta 1950 –

1900-an.” Di dalam karya tulisnya tersebut Chiyo Inui Kawamura

merekonstruksikan perubahan sosial dan proses peralihan usaha dari industri batik

tradisional ke industri pariwisata yang bersifat modern masyarakat Prawirataman

pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

Fokus penulisan yang diambil Kawamura lebih pada proses peralihan

usaha yang terjadi di daerah Prawirataman, yaitu dari usaha batik yang

berkembang pesat pada tahun 1950-an menjadi usaha pariwisata pada tahun 1990-

an. Kawamura menyimpulkan bahwa dalam kurun waktu 1950 – 1990-an telah

terjadi perubahan drastis di daerah Prawirataman, dimana “zaman batik” yang

berlangsung pada tahun 1950-an mengalami kemerosotan karena perubahan-

perubahan yang terjadi di tingkat nasional maupun di dalam lingkungan kampung

sejak awal tahun 1960. Dan karena pengaruh dari kebijakan pemerintah industri

pariwisata kemudian berkembang di Prawirataman sehingga tidak terdapat lagi

rumah industri batik di jalan Prawirataman pada tahun 1990-an.

Penelitian Kawamura tersebut memberikan cukup banyak informasi dan

dapat digunakan sebagai sumber referensi yang baik. Meskipin topik bahasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

23

yang menjadi subyek penelitian hampir sama, akan tetapi periode penelitiannya

berbeda. Melalui pendekatan sosial-ekonomi, penelitian ini bermaksud melihat

sedikit lebih jauh ke belakang, yaitu pada tahun 1920-an dimana pada saat itu

usaha batik telah begitu berkembang di Jawa termasuk di Prawirataman.

Kedudukan Kampung Prawirataman yang pada mulanya merupakan kampung

pemukiman prajurit, dan hubungannya dengan perkembangan usaha batik di

daerah tersebut.

Kemudian titik akhir yang diambil dalam penelitian ini adalah pada tahun

1975, dimana pada kisaran tahun 1970-an itu merupakan masa-masa transisi bagi

Kampung Prawirataman. Dengan kata lain, apabila penelitian Chiyo Inui

Kawamura dilakukan dalam kurun waktu dimana usaha yang berkembang di

Prawirataman sudah matang dan mantap, maka dalam tulisan ini ingin melihat

kembali masa awal perkembangan usahanya, berbagai dinamika dan perubahan

sosial di Kampung Prawirataman sendiri, baik dari pemukiman prajurit yang

merupakan akar dan cikal bakal munculnya masyarakat Prawirataman, proses

serta usaha-usaha yang dilakukan sampai kemudian menjadi salah satu sentra

industri batik, namun pada akhirnya justru merintis dan mulai mengembangkan

usaha pariwisata.

H. Metode Penelitian

Dalam penulisan sejarah yang bersifat deskriptif-analisis diperlukan suatu

metode penelitian sejarah. Demikian halnya dalam penelitian tentang perubahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

24

sosial di Kampung Prawirataman ini. Metode penelitian yang dipakai dalam

penulisan ini adalah studi pustaka dan studi lapangan.

Dalam meneliti melalui studi pustaka, menggunakan sumber tertulis dari

buku-buku, artikel-artikel, laporan dan hasil penelitian, juga melalui situs-situs di

internet yang relevan dengan topik yang akan dibahas. Sumber yang akan dicari

sebisa mungkin adalah sumber primer yang dapat menerangkan dinamika sejarah

yang terkait dengan sejarah Kampung Prawirataman sebagai topik pembahasan.

Sumber primer memaparkan kata-kata yang sebenarnya dari seseorang yang

berpartisipasi atau menyaksikan peristiwa-peristiwa yang digambarkan atau dari

seseorang yang memperoleh informasi dari yang ikut berpartisipasi. Sedangkan

sumber sekunder mencatat penemuan dari seseorang yang tidak mengamati

peristiwa tetapi menyelidiki bukti-bukti primer.18

Proses pengumpulan data lain yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah studi lapangan dengan melakukan wawancara. Wawancara akan dilakukan

dengan kriteria sebagai berikut: penduduk asli Prawirataman ataupun pendatang,

baik laki-laki ataupun perempuan yang sekiranya mengetahui dan dapat

menjelaskan tentang sejarah daerahnya, pemilik penginapan atau usaha perjalanan

pariwisata, karyawan, tukang becak dan atau orang-orang yang telah

berkecimpung di wilayah Prawirataman dan tahu banyak tentang perkembangan

kampung tersebut. Studi lapangan ini sebenarnya bersifat terbuka, dalam artian

bahwa peneliti tidak akan membatasi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan,

18 Jules R. Benjamin, A Student’s Guide to History, Boston: BedfordBooks. 1994. Hal. 6-9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

25

akan tetapi tetap harus bisa memenuhi tuntutan jawaban yang diperlukan,

sehubungan dengan perubahan yang terjadi di Kampung Prawirataman.

Setelah data-data diperoleh, langkah selanjutnya adalah menganalisa dan

mengolahnya. Pada tahapan ini, penafsiran dan pemberian tanggapan atas data

dilakukan sesuai dengan persoalan yang dibahas. Hal ini dilakukan agar

subjektivitasnya dapat dikurangi. Sehingga tulisan yang dihasilkan walaupun

bersifat ilmiah dan analitis tetapi hendaknya dapat dipahami berbagai kalangan.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini rencananya akan dibagi kedalam 5 bab yang

sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab I berisi Pendahuluan yang memuat sembilan subbab. Subbab itu

terdiri atas: Latar Belakang, Identifikasi dan Pembatasan Masalah, Rumusan

Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan

Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Inti dari Bab I adalah latar

belakang penelitian dan permasalahan yang mendorong untuk mengadakan

penelitian dan penyusunan tulisan ini.

Bab II akan menguraikan tentang latar belakang Kampung Prawirataman.

Latar belakang yang dimaksud disini adalah tinjauan historis Kesatuan Prajurit

Prawiratama yang bermukim di Kampung Prawirataman.

Bab III akan membahas tentang faktor-faktor dan proses terjadinya

perubahan sosial dan ekonomi di Kampung Prawirataman dalam kurun waktu

1920 – 1975.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

26

Bab IV merupakan paparan yang berisi tentang dampak sosial dan

ekonomi yang muncul sebagai akibat dari perubahan yang terjadi di Kampung

Prawirataman.

Bab V merupakan bagian akhir atau penutup dari tulisan ini. Bab ini berisi

Kesimpulan yang merupakan jawaban dan pernyataan penulis mengenai hasil

penelitian sekaligus jawaban atas rumusan permasalahan yang diuraikan pada

bagian pendahuluan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

BAB II

PRAWIRATAMAN KAMPUNG PEMUKIMAN

PRAJURIT PRAWIRATAMA

A. Letak Geografis Kampung Prawirataman

Kampung Prawirataman merupakan satu dari lima kampung yang berada

dalam wilayah Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota

Yogyakarta.1 Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya, Kampung

Prawirataman terletak sekitar 3 km di sebelah tenggara Kraton Yogyakarta dan

kurang lebih 600 meter dari Pojok Beteng Wetan. Kampung ini diapit oleh dua

ruas jalan besar yang keduanya merupakan akses menuju wilayah Kabupaten

Bantul, yaitu Jalan Parangtritis yang berada di sebelah barat dan Jalan

Sisingamangaraja yang terletak di sebelah timur.

1 Djoko Suryo Penduduk dan Perkembangan Kota Yogyakarta 1900-1990dalam Freek Colombijn, dkk. (Ed). Kota Lama Kota Baru Sejarah Kota-kota DiIndonesia Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2005. Hal. 32. Kedudukan KotaYogyakarta sejak kemerdekaan hingga masa kini ialah menjadi Ibu Kota ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta yang dipimpin oleh Gubernur, dan saat ini dijabatoleh Sultan Hamengku Buwono X. Selain itu Kota Yogyakarta masa kini jugamenjadi Ibu Kota Pemerintah Kota Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang WaliKota. Wilayah Pemerintah Kota Yogyakarta terbagi atas 14 Wilayah Kecamatan,45 Kelurahan, 617 RW (Rukun Warga) dan 2.532 RT (Rukun Tetangga).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

28

Secara umum, Kampung Prawirataman dibagi menjadi empat kawasan

berdasarkan ruas jalan utama yang kemudian juga disebut dengan gang. Keempat

jalan atau gang utama yang terdapat di dalam kampung tersebut dikenal dengan

istilah Prawirataman I, II, III dan IV.

Di sepanjang gang I terdapat banyak fasilitas akomodasi dan penginapan

baik yang berbintang ataupun melati, restoran dan kafe, kantor biro perjalanan

pariwisata, persewaan sepeda, sepeda motor serta mobil, ATM, art shop/gallery,

salon kecantikan, jasa penukaran mata uang asing, dan berbagai fasilitas

penunjang kegiatan pariwisata yang lainnya. Hal itulah yang menjadikan kawasan

ini jauh lebih ramai dikunjungi oleh wisatawan dibandingkan dengan tiga gang

lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya nama Prawirataman I ini lebih banyak

dikenal sebagai Jalan Prawirataman atau sering disebut sebagai Prawirataman

saja.

Beberapa fasilitas yang berhubungan dengan pariwisata juga dapat

dijumpai di Prawirataman II yang terletak di sebelah selatan Prawirataman I.

Sebuah pasar tradisional yang sering disebut sebagai Pasar Prawirataman berada

di ujung barat gang ini tepatnya di ruas Jalan Parangtritis. Namun demikian,

dalam kaitannya dengan wisatawan kawasan ini masih belum seramai Jalan

Prawirataman I. Sementara itu, di kawasan Prawirataman III dan Prawirataman IV

juga terdapat beberapa penginapan dan restoran, tetapi jumlahnya tidak banyak

sehingga kawasan ini lebih dikenal sebagai perkampungan penduduk saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

29

B.Tinjauan Historis Kampung Prawirataman

1. Menelusuri Riwayat Prajurit Kasultanan Yogyakarta

Latar belakang dan perjalanan sejarah keberadaan prajurit Kraton sudah

berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama, bahkan cikal bakalnya telah

ada sebelum berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada waktu itu,

Pangeran Mangkubumi yang merupakan adik dari Paku Buwana II menentang

perjanjian yang disepakati oleh kakaknya tersebut dengan VOC. Protes akan

ketidaksetujuan tersebut dilakukan dengan meninggalkan istana dan kemudian

melakukan pemberontakan.2

Pemberontakan tersebut dilakukan dengan menyusun kekuatan prajurit

yang beranggotakan baik dari kalangan bangsawan (Tumenggung, Pangeran,

Bupati) ataupun rakyat biasa. Pasukan itu kemudian melakukan penyerangan ke

berbagai daerah. Serangan yang dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi beserta

pasukannya itu membawa dampak pada bertambah besarnya jumlah kekuatan

prajuritnya.

2 Alamsyah, Kajian Arkeomusikologi Terhadap Alat Musik PrajuritKraton Yogyakarta, Skripsi: Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta. 2005. Pangeran Mangkubumi adalah putra dariAmangkurat IV (1719-1796) yaitu generasi keempat dari Sultan Agung rajapertama kerajaan Mataram Islam, dan dilahirkan oleh Mas Ayu Tedjowati yangmerupakan permaisuri kedua. Khairuddin H, Filsafat Kota YogyakartaYogyakarta: Penerbit Liberti. 1995. Hal.21. menambahkan bahwa PangeranMangkubumi terlahir dengan nama Raden Mas Sujono. Selain sebagai ahlistrategi perang, ahli tirakat, juga merupakan arsitek yang handal. Karena jasa-jasanya dalam ikut serta di bidang pemerintahan, kemudian diberi gelar KanjengPangeran Harya Mangkubumi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

30

Prajurit Pangeran Mangkubumi berjumlah 13.000 yang terdiri dari 2.000

pasukan kavaleri dan sisanya merupakan pasukan infantri. Jumlah tersebut

merupakan akumulasi dari gabungan antara prajurit Mangkubumi sendiri dan

prajurit dari Raden Mas Said. Desa Ayogya yang terletak di antara Kraton

Kotagede dan Plered dijadikan sebagai markas/basis dalam menyusun strategi

perang.3

Bertambahnya jumlah kekuatan pasukan Pangeran Mangkubumi serta

keberhasilannya menaklukkan berbagai daerah, menimbulkan kekhawatiran yang

besar di pihak VOC. Upaya perundingan pun dilakukan. Akhirnya kesepakatan

dicapai dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari

1755 oleh Sunan Paku Buwana III dan Pangeran Mangkubumi. Kesepakatan

dalam perjanjian tersebut diantaranya adalah tentang Palihan Nagari atau

Pembagian Dua Kerajaan, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan

Ngayogyakarta.

Setelah perjanjian tersebut, Pangeran Mangkubumi kemudian mendirikan

Kota Istana atau Kota Kraton. Pendirian pusat pemukiman dilakukan dengan

konsep “Babad Alas” atau membuka hutan dan kemudian menempatkan istana

sebagai pusat pemerintahan kerajaan.4 Kota Istana tersebut kemudian diberi nama

Ngayogyakarta Hadiningrat, dengan ibukota Ngayogyakarta yang berarti baik dan

3Ibid., hal 17.

4 Djoko Suryo, op.cit. hal. 33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

31

rahayu. Dengan artian yang lebih dalam yaitu masyarakat yang tinggal di

Ngayogyakarta ini sebagai orang yang berakhlak baik dan berhati tulus.5

Pangeran Mangkubumi kemudian bertahta sebagai raja yang pertama.

Gelar yang digunakan adalah Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati Ing Ngalaga, Abdurrahman Sayidin

Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping I ing Ngayogyakarta

Hadiningrat,6 atau kemudian lebih dikenal dengan Sri Sultan Hamengku Buwana

I. Gelar tersebut menunjukkan bahwa raja Kasultanan Yogyakarta secara simbolis

dan filosofis mencerminkan kerangka konseptual tentang raja, kerajaan, sifat

keilahian dalam pandangan Islam.7

Dalam hubungannya dengan masalah keprajuritan, Sri Sultan Hamengku

Buwana I ini tidak begitu saja membubarkan pasukan prajurit bersenjata yang

turut berjuang bersamanya. Akan tetapi, merupakan pilar penting berdirinya

5 Dwi Ratna Nurhajarini, dkk Yogyakarta: Dari Hutan Beringan KeIbukota Daerah Istimewa, Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan NilaiTradisional. 2002. Hal. 9. Pembahasan yang lain terdapat dalam Tim Penyusun,“Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”Yogyakarta: Tim Penyusun Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi DaerahIstimewa Yogyakarta. 1990. Hal. 62. Di dalam buku tersebut disebutkan bahwaYogyakarta berarti (kota) Yogya yang “karta” atau kota Yogya yang makmur.Sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat maksudnya adalah kota yang makmur danyang paling utama atau yang merupakan keindahan di bumi.

6 Tim Penulis, Prajurit Kraton Yogyakarta Filosofi dan Nilai BudayaYang Terkandung di Dalamnya, Yogyakarta: Dinas Pariwisata dan KebudayaanYogyakarta.2009. Hal. 6.

7 Dwi Ratna Nurhajarini, dkk. op cit. hal. 9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

32

Kasultanan Ngayogyakarta yang menjadi perangkat strategis dan taktik

pertahanan kerajaan, serta representasi dari kekuatan politik seorang raja.

Selain sebagai pasukan pertahanan dan pengamanan Kraton, pasukan-

pasukan prajurit yang ada dibagi ke dalam kesatuan (bregada) yang memiliki

tugas dan fungsi masing-masing. Misalnya, terdapat pasukan khusus yang sangat

handal dalam berperang, kemudian selain mengamankan kerajaan, terdapat juga

pasukan prajurit yang bertanggung jawab sebagai pengawal raja pada saat

melakukan kegiatan dan tugas-tugas di luar istana, berburu, dan lain-lain.

Sebagai pasukan militer kerajaan, sarana dan prasarana prajurit serta

persenjataan yang dimiliki menjadi sangat penting. Persenjataan prajurit terdiri

atas beberapa jenis senjata api, serta senjata tradisional, seperti tombak, keris,

panah, pedang dan alat pelindung badan berupa tameng. Selain itu juga beberapa

alat musik (unen-unen) yang dibunyikan sebagai pertanda dimulainya kegiatan

keprajuritan.8

Namun demikian, pada masa pemerintahan Hamengku Buwana II (1792 –

1811), perubahan yang besar terjadi. Kekuatan asing yang menguasai wilayah

Nusantara bukan lagi kongsi dagang (VOC), akan tetapi berada langsung di

bawah kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.9 Perubahan tersebut juga turut

memberikan pengaruh yang tidak sedikit bagi perjalanan sejarah Kraton

Kasultanan Yogyakarta dan seluruh elemen yang terkandung di dalamnya.

8 Tim Penulis, op cit. hal. 8 - 9

9 Tim Penyusun, Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi DaerahIstimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Tim Penyusun Sejarah PerkembanganPemerintahan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1990. Hal. 63.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

33

Saat Pemerintah Kolonial Belanda menggantikan kedudukan VOC di

Yogyakarta, mereka juga terus berusaha menciptakan persekongkolan untuk

mendapatkan peluang serta melancarkan campur tangannya di dalam

pemerintahan kerajaan. Salah satunya, melalui campur tangan Daendels, Sultan

Hamengku Buwana II dipaksa untuk menyerahkan tahtanya kepada putra

mahkota. Putra mahkota kemudian bertahta sebagai Hamengku Buwana III (1810-

1811). Hamengku Buwana III juga dikenal sebagai Sultan Raja.10

Sultan Hamengku Buwana II sendiri masih diperbolehkan tinggal di dalam

Kraton meskipun tidak lagi memerintah. Dengan demikian ada dua raja di dalam

istana, yaitu Sultan Raja dan Sultan Sepuh. Selain itu, meskipun resminya sudah

mengundurkan diri, tetapi Sultan Sepuh masih memiliki banyak pengaruh.

Melalui pengaruhnya, Sultan Sepuh berhasil merebut kembali tahta kerajaan dan

berkuasa.

Pada saat yang bersamaan, pemerintah Inggris telah berhasil menguasai

pulau Jawa. Kebijakan Kraton yang menentang kekuasaan Inggris, membawa

akibat pada serangan pasukan Inggris ke dalam kerajaan. Pihak Kraton

mengalami kekalahan. Hamengku Buwana II diasingkan dan putra mahkota atau

Hamengku Buwana III kembali naik tahta (1812-1814). Selain itu, Inggris juga

menyita harta kekayaan Kraton.11

10 G. Moedjanto, Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman,Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1994. Hal. 16.

11 Sutrisno Kutoyo, dkk Sejarah Daerah Daerah Istimewa YogyakartaJakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Pusat Direktoratdan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1997. Hal 118-119. Raja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

34

Tidak hanya itu, Inggris juga melakukan pengurangan jumlah prajurit

Kraton. Sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang ditandatangani Hamengku

Buwono III dengan Rafless, prajurit Kraton tidak boleh lagi berada dalam format

sebagai angkatan perang dan pasukan militer yang kuat sebagaimana sebelumnya.

Kualitas kesatuan prajurit Kraton itu diperlemah sehingga tidak mungkin lagi

menjadi kekuatan militer, dan selanjutnya fungsi prajurit hanya sebatas pengawal

Sultan dan penjaga Kraton. Tidak berhenti sampai di situ saja, para prajurit ini

juga mendapatkan pengawasan yang ketat dari pasukan Inggris.12

Ketentuan tersebut juga masih berlaku ketika Inggris menyerahkan

kembali kekuasaannya atas wilayah Nusantara ke tangan Pemerintah Kolonial

Hindia Belanda tahun 1816. Praktek sewa tanah yang mulai diberlakukan Inggris

pada masa pemerintahan Hamengku Buwana IV (1814-1822) masih tetap

dipertahankan. Akan tetapi, karena pihak swastalah yang lebih diuntungkan, maka

kemudian pada tahun 1823, larangan atas usaha tersebut mulai diberlakukan.

Surakarta yang juga dianggap bersalah mendapatkan hukuman yang sama daripihak Inggris. Kedua kerajaan tersebut diharuskan menyerahkan tanah-tanahkerajaan yang kemudian disebut sebagai Karesidenan Kedu, dan sebagian dariKaresidenan Semarang, Rembang, dan Surabaya. Menurut ketentuan-ketentuanlain sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang tertanggal 1 Agustus 1812, rajaSurakarta dan Yogyakarta berkewajiban mendirikan pos-pos polisi yangpermanen dan mengadili kawula Gubernur yang berdasar hukum yang benar.Kedua orang raja itu harus mengakui kekuasaan tertinggi orang Eropa atas PulauJawa, menyerahkan hutan-hutan jati, menyerahkan sarang burung, menyerahkanpasar dan rumah-rumah cukai, menghilangkan semua hukuman siksaan danmenurut nasehat-nasehat. Perlu dicatat bahwa dalam hal penyerahan rumah-rumahcukai, raja mendapat ganti rugi berupa uang. Maka sejak itu kekuasaan tertinggiEropa di atas kerajaan Surakarta dan Yogyakarta dikokohkan. Kalau dua kerajaanJawa itu melanggar perjanjian yang ada, dapat ditindak dengan kekuatan senjata.

12 Tim Penulis, op. cit. hal 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

35

Kebijakan ini yang kemudian menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya

Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830).

Meskipun kemenangan ada di pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda,

namun perang yang berlangsung selama 5 tahun tersebut membawa ketakutan

yang besar bagi pihak Belanda. Ketakutan akan munculnya pemberontakan

serupa, berakibat pada berkurangnya sebagian besar wilayah kekuasaan

Kasultanan.

Berbagai tekanan politik yang terjadi di dalam kerajaan tersebut, juga turut

memberi dampak dalam bidang keprajuritan. Berdasarkan kesepakatan dengan

pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, terjadi pengurangan prajurit secara

besar-besaran. Kesatuan prajurit Kraton yang awalnya berjumlah 26, dipangkas

dan hanya tersisa setengahnya saja. Pada setiap kesatuan diperkirakan terjadi

pelucutan kekuatan bersenjata sampai 75%, sehingga hanya menyisakan sekitar

1625-3250 dengan asumsi setiap kesatuan terdiri dari 125-250 orang.13

13 Alamsyah, op. cit., hal. 24. Kesatuan prajurit yang berjumlah 26 tersebutterdiri dari Kesatuan Prajurit Mantri Lebet, Mantri Panilih, Ketanggel,Sumatmaja, Blambangan, Bugis, Daeng, Demang, Jagakarya, Nyutra, Mandhung,Miji Pranakan, Anirmala, Suranggama, Kawandasa, dan Wirabraja. Kemudianprajurit di Kadipaten yang terdiri dari Prawiratama, Jayengastra, Langenastra,Pancasura dan Surakarsa. Selanjutnya adalah Prajurit Pangrembe yaitu, Suranata,Sesela, Juru Sabin, Ngasrama, dan Arahan. Kemudian berdasarkan kesepakatandemiliterasi dengan pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, pada masapemerintahan Hamengku Buwana V terjadi pengurangan pasukan prajuritsehingga hanya tersisa 13 kesatuan yang terdiri atas, Mantri Lebet/Mantri Jero,Ketanggel/Ketanggung, Nyutra, Miji Pranakan, Prawitratama, Patangpuluh,Jagakarya, Daeng, Wirabraja, Suranata, Bugis, Surakarsa, dan Arahan. Dalambuku Prajurit Kraton Yogyakarta Filosofi dan Nilai Budaya yang Terkandung di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

36

Tidak hanya berkurang dalam hal jumlah, fungsi dan pemaknaan prajurit

Kraton pun ikut mengalami perubahan. Dalam fungsinya, prajurit Kraton bukan

lagi prajurit perang, tetapi lebih merupakan prajurit pasif (tidak berperang) yang

aktivitasnya hanya sebagai obyek simbol politis dalam beberapa upacara

seremonial, tugas pengawalan, dan penjagaan benteng Kraton.14 Hal ini terus

berlangsung sampai masa pemerintahan sultan selanjutnya.

Pada masa pemerintahan GRM Dorojatun yang bergelar Sultan Hamengku

Buwana IX (1940-1988), perubahan dalam bidang keprajuritan kembali terjadi.

Sebelum dilantik, GRM Dorojatun sudah dihadapkan pada tiga pokok masalah

yang menjadi kebuntuan dalam perundingan dengan Gubernur Jendral Belanda

yang saat itu dijabat oleh Dr. Lucian Adam. Ketiga pokok permasalahan tersebut

yaitu:

1. Jabatan Patih berdasarkan keinginan Belanda yaitu mengemban Dwi

Kesetiaan yang dalam tugasnya memiliki dua tanggung jawab yaitu,

kepada pihak Belanda dan Kesultanan Yogyakarta, yang digambarkan

dalam topi yang digunakan Patih. Dua lambang menjadi satu, yaitu

lambang Singa dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, dan lambang

Lar Praba (sayap bersinar) milik Kasultanan. Hal ini tidak disepakati

oleh GRM Dorojatun karena alasan politis bahwa akan sangat sulit

mendapatkan loyalitas dari dua majikan dalam satu jabatan.

Dalamnya, ditambahkan bahwa pada masa pemerintahan Sultan HamengkuBuwana VII dan VIII, jumlah pasukan tinggal 12 bregada.

14 Alamsyah, op. cit., hal. 25.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

37

2. Dewan Penasihat menurut Belanda adalah sepenuhnya atas persetujuan

pihak Belanda yang diwakili oleh Gubernur Jendral Belanda dan tidak

lagi mempunyai kebebasan bicara, walaupun pada prakteknya Sultan

diberi kebebasan untuk mengajukkan separuh dari jumlah anggota

dewan dari pihak Kasultanan Yogyakarta. GRM Dorojatun tidak

menyetujui kesepakatan ini karena monopoli Belanda terhadap

keputusan Dewan Penasihat mengakibatkan kebuntuan aspirasi rakyat.

3. Prajurit Kraton menurut keinginan Belanda adalah legiun di bawah

komand KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Legere/Tentara

Kerajaan Hindia Belanda) yang tidak dapat diperintah oleh Kasultanan

Yogyakarta, akan tetapi di lain sisi Kasultanan Yogyakarta

bertanggung jawab atas perekrutan dan gaji prajurit kraton. Dalam hal

ini GRM Dorojatun menyetujui asalkan langsung berada di bawah

komandonya.

Perundingan tersebut berjalan sangat alot dan berlangsung sekitar 4 bulan.

Kesepakatan atas ketiga permasalahan tersebut akhirnya tercapai dengan

pertimbangan-pertimbangan yang disetujui oleh kedua belah pihak. Untuk

permasalahan Patih disepakati sesuai dengan permintaan pihak Pemerintah

Kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dua permintaan lain yang berhubungan

dengan Dewan Penasihat dan Prajurit Kraton Yogyakarta berhasil digagalkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

38

Kesepakatan ini secara resmi dicapai pada tanggal 18 Maret 1940 bersamaan

dengan penobatan GRM Dorojatun sebagai Sultan ke IX.15

Dalam dua tahun masa kepemimpinanya, Jepang datang ke wilayah

Nusantara dan berhasil menaklukan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Masa

pendudukan Jepang ini berlangsung sekitar 3 tahun (1942-1945). Namun

demikian dampak yang ditimbulkan sangat besar dan mencakup berbagai aspek

kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, dan

sebagainya.

Dampak yang timbul di wilayah pemerintahan Kasultanan Yogyakarta

sendiri juga tidak sedikit. Berbagai macam perubahan, efisiensi, dan penghematan

dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengatasi bencana kekurangan pangan

yang timbul pada masa pendudukan Jepang itu. Berbagai macam kebiasaan dan

formalitas disederhanakan, salah satunya pelaksanaan upacara dan ritus yang

mahal dan rumit tanpa mengurangi makna kultural, keagamaan dan nilai

magisnya. Selain itu, fungsi patih juga dihapuskan dan prajurit Kraton dibubarkan

sesuai dengan perjanjian dengan pihak Jepang yang tidak memperbolehkan

adanya prajurit di dalam Kraton Kasultanan Yogyakarta.16 Pembubaran ini juga

dilakukan Sultan Hamengku Buwana IX untuk menghindarkan keterlibatan para

prajurit dalam Perang Asia Timur Raya.

Masa vakum dalam bidang keprajuritan terus berlangsung hingga masa

kemerdekaan, bahkan beberapa tahun sesudahnya. Namun kemudian pada tanggal

15 Alamsyah, op. cit, hal. 27-28

16 Ibid. hal. 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

39

7 Oktober 1956, prajurit Kraton kembali dimunculkan atas prakarsa Camat

Mantrijero dan KRT. Brajanegara serta disetujui oleh Sultan Hamengku Buwana

IX. Satu bregada atau kompi prajurit Daeng turut dalam acara karnaval untuk

menyemarakkan HUT Kota Yogyakarta yang ke-200. Hal itu memicu munculnya

gagasan akan revitalisasi. Selanjutnya, atas prakarsa kerabat Sultan (warga RK

Ngasem) dan seorang putera Hamengku Buwana IX yaitu BRM Harjuno Dalpito

(sekarang Sri Sultan Hamengku Buwana X), RM. Mudjanat Tistomo, serta RM.

Tirun Marwito, revitalisasi prajurit kraton diadakan.

Pada awal revitalisasi, prajurit Kraton hanya terdiri dari Kesatuan

Wirabraja, Daeng, Nyutra, dan Ketanggung. Namun demikian revitalisasi terus

berlangsung hingga kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Jumlah

total anggota prajurit pada tahun 1994 sekitar 700-an orang dengan perincian

sebagai berikut: Prajurit Wirabraja 86 orang, Prajurit Daeng 85 orang, Prajurit

Patangpuluh 83 orang, Prajurit Jagakarya 85 orang, Prajurit Prawiratama 81

orang, Prajurit Nyutra 64 orang, Prajurit Ketanggung 83 orang, Prajurit gabungan

Mantrijero-Langenastra 83 orang, Prajurit Bugis 65 orang dan Prajurit Surakarsa

55 orang.17

Revitalisasi tersebut juga dilakukan untuk melengkapi fungsi berbagai

upacara adat dan seremonial serta atraksi budaya bagi kepentingan pariwisata

budaya. Prajurit Kraton dilibatkan dan berfungsi pada upacara Gerebeg Syawal

17 Alamsyah, op. cit, hal. 30.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

40

(Idul Fitri), Gerebeg Besar (Idul Adha), dan Gerebeg Mulud (Rabi'ulawal) serta

acara-acara budaya lainnya.18

Saat ini, bregada atau kesatuan prajurit yang masih ada berjumlah

sepuluh, antara lain prajurit Wirabraja, Jagakarya, Daeng, Patangputuh,

Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis dan Surakarsa. Kesatuan

prajurit tersebut berada di bawah Pengageng Tepas Keprajuritan.19 Saat Upacara

Gerebeg atau acara adat dan seremonial Kraton yang lain sedang berlangsung,

bregada-bregada Prajurit ini selalu tampil dengan urutan dan formasi tertentu

sesuai peran dan fungsi masing-masing. Sama halnya dengan kesatuan Prajurit

Prawiratama.

2. Prawiratama Sebagai Prajurit Kasultanan Yogyakarta

Secara etimologis, nama Prawiratama berasal dari kata “prawira” dan

“tama.” Kata “prawira” berasal dari bahasa Kawi yang berarti “berani,”

“perwira,” “prajurit,” sedangkan “tama” atau “utama” merupakan kata dari

bahasa Sansekerta yang berarti “utama,” “lebih” dan dalam bahasa Kawi berarti

“ahli,” “pandai.” Jadi secara filosofis Prawiratama bermakna pasukan yang

pemberani dan pandai dalam setiap tindakan, selalu bijak walau dalam suasana

perang.20

Struktur prajuritnya terdiri atas 2 orang Panji, 2 orang Sersan, seorang

pembwa panji-panji, serta prajurit yang membawa senapan serta tombak yang

18 Tim Penulis, op. cit, hal. 11

19 Ibid. hal. 14

20 Ibid. hal. 51.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

41

disebut dengan nama Kangjeng Kyai Trisula. Sedangkan istrumen yang

dipergunakan terdiri atas Slompret, Tambur dan Seruling.21

Panji/benderanya berwarna dasar hitam dengan bulatan berwarna merah

tepat di tengah. Bendera itu disebut Geniroga. Geniroga terdiri atas dua kata yaitu

“geni” yang berarti “api” dan “roga” yang merupakan kata dari bahasa

Sansekerta yang berarti “sakti.” Secara filosofis bermakna pasukan yang

diharapkan dapat selalu mengalahkan musuh dengan mudah.22 Masing-masing

bregada memiliki bendera sendiri dan seorang Kapten sebagai pemimpin, yang

kekuasaannya di bawah komandan prajurit yang bertanggungjawab langsung

kepada Sultan.23

3. Prawirataman Sebagai Kampung Pemukiman Prajurit Kasultanan

Yogyakarta

Pasca Perjanjian Giyanti, proses membuka hutan, pembangunan Kraton

serta pembangunan fisik kota berlangsung secara bertahap dan

berkesinambungan. Sebagai kota kerajaan, Kraton dibangun dengan konsep tata

ruang berdasarkan aspek kosmologis yang memadukan makrokosmos-

mikrokosmos, dengan wujud tata ruang sumbu filosofis Kraton, yaitu Gunung

Merapi – Tugu – Kraton – Panggung Krapyak – Laut Selatan. Kemudian aspek

ekologis yang diwujudkan dengan berbagai tanaman bernilai filosofis di sekitar

21 Ibid. hal. 33

22 Ibid, hal 51.

23 Sutrisno Kutoyo, dkk., op.cit, hal 171. Pada hari besar kraton (misalnyaGrebeg, penobatan Sri Sultan) prajurit keluar dan sebelumnya diadakan persiapanselama 10 hari di Alun-alun Selatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

42

Kraton, di sepanjang garis atau sumbu filosofis Kraton. Terakhir adalah aspek

konsentris yang dapat diketahui dari keberadaan tata letak wilayah maupun

toponim yang mengacu, berorientasi dan memiliki koherensi dengan Kraton.24

Aspek strategis, dan keamanan juga tidak luput dari perhatian. Belajar dari

pengalaman Kraton Surakarta yang dengan mudah dapat jatuh ke tangan musuh

karena tidak memiliki benteng pertahanan, maka Pangeran Mangkubumi

merancang pembangunan Kraton ini dengan seksama. Cepuri kedathon

merupakan ring pertahanan utama. Kemudian sebagai ring pertahanan pertama

dibangun benteng (baluwarti) beserta parit yang mengelilingi benteng tersebut.

Sungai Code dan Sungai Winongo menjadi pertahanan yang kedua. Ring

pertahanan ketiga adalah Sungai Gajah Uwong dan Sungai Bedhog, sedangkan

Sungai Opak serta Sungai Progo merupakan ring pertahanan keempat.25

Sebagai strategi pertahanan yang lain juga dibangun sebuah taman rekreasi

yang berada di tengah-tengah danau buatan juga dibangun. Pembangunan taman

24 Aditya Kusumawan, Dari Kampung Menjadi Kelurahan: Patehan 1940-an – 1970-an, Skripsi: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas GadjahMada. Yogyakarta. 2009.

25 Dwi Ratna Nurhajarini, dkk, op. cit, hal 11. Sementara itu, Tim Penulisbuku Prajurit Kraton Yogyakarta Filosofi dan Nilai Budaya yang Terkandung diDalamnya, juga ditambahkan bahwa benteng Kraton tersebut dibangun pada masapemerintahan Hamengku Buwono I oleh Putra Mahkota (kelak naik tahta menjadiHamengku Buwono II) pada tahun Jimakir, 1706 Jw. Benteng itu didirikandengan candrasengkala "Rasa Sunyo Lenggahing Panunggal" atau tahun 1782 Mdengan suryasengkala "Paningaling Kawicaksanan Salingga Bathara". Sebagaipenanggungjawab kegiatan pembangunan benteng adalah patih putra mahkota,yaitu Tumenggung Wiraguna. Keberadaan benteng dalam strategi pertahananmerupakan salah satu fasilitas penting yang menyatu dengan tugas-tugaskeprajuritan untuk perlindungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

43

yang dikenal dengan nama Tamansari tersebut dilengkapi dengan lorong-lorong

bawah tanah yang merupakan jalan rahasia ketika Kraton tiba-tiba diserang

musuh. Taman ini dilengkapi dengan pintu air yang dapat dibuka dan ditutup.

Di samping itu, struktur dan tata ruang Kraton yang sarat akan makna

simbolis juga turut mewarnai perkembangan dan pertumbuhan pemukiman di

Yogyakarta. Berdasarkan kajian mengenai toponim atau nama tempat dan asal

usulnya dapat diketahui bahwa pemukiman-pemukiman yang nantinya akan

membentuk suatu perkampungan tersebut menunjukkan keberagaman kelompok-

kelompok sosial masyarakat, jabatan dan kedudukan maupun profesi yang

digeluti. Dari kajian tentang toponim tersebut juga kemudian dapat diketahui

nama-nama kampung yang memiliki keterkaitan erat dengan Kraton.

Prawirataman menjadi salah satu dari sekian banyak kampung yang

memiliki keterkaitan dengan Kraton meskipun letaknya berada di luar benteng

istana (Jaba/Jaban Benteng).26 Secara historis, kampung ini merupakan salah satu

26 Djoko Suryo, op. cit., hal. 35-36. Istana atau Kraton yang terletak dipusat kota dikelilingi oleh bangunan benteng dan wilayah yang ada di dalamnyadikenal sebagai daerah “Jero/Jeron Benteng” atau “Dalam Benteng.” Daerah initerdiri atas Alun-alun Utara, Tratag, Pagelaran, Sitihinggil, Prabayaksa, KeratonKilen, tempat tinggal raja, dan Alun-alun Kidul. Selain keluarga kerajaan sertakerabatnya, juga terdapat sejumlah kampung tempat tinggal para abdi dalem yangbertugas melayani kebutuhan sehari-hari kraton, misalnya Kampung Kemitbumenmerupakan tempat tinggal abdi dalem kemit bumi yang bertugas membersihkankraton, Kampung Patehan, menjadi tempat tingal abdi dalem yang bertugasmenyiapkan minuman di kraton, dll. Sedangkan kampung yang tumbuh di daerahluar benteng (Jaba/Jaban Benteng) kebanyakan merupakan tempat tinggal hambaistana lainnya, kelompok profesional seperti petugas dalam bidang administrasipemerintahan, prajurit, tukang, pengrajin, serta kaum bangsawan. Beberapacontohnya adalah sebagai berikut; Kampung Pajeksan merupakan tempat tinggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

44

pemukiman anggota prajurit Kraton Yogyakarta yang bernama Prawiratama. Pada

awalnya Sri Sultan memang menghendaki agar para prajurit dapat bertempat

tinggal di dalam benteng istana, namun karena wilayah serta situasi pada saat itu

dipandang kurang memadai, maka hanya mereka yang dianggap sangat penting

saja yang tinggal di dalam benteng.27

Penempatan pemukiman prajurit di luar benteng istana itu terjadi bukan

tanpa sebab dan latar belakang. Setelah serbuan besar-besaran yang dilakukan

oleh Inggris pada tahun 1812, tata ruang Kraton juga mengalami perombakan.

Penataan pemukiman di dalam benteng pertahanan dibenahi. Kedudukan strategis

Kesatuan Prajurit di dalam benteng mulai dipindah. Hal ini dilakukan untuk

melindungi intervensi dan kepentingan pihak Inggris dan menghindarkannya dari

kemungkinan pemberontakan. Selanjutnya, pemukiman kesatuan prajurit dipindah

keluar benteng atau berada di sekeliling benteng.

Sebagaimana terpapar dalam Serat Rerenggan, Sinom, Pupuh XXIV

disebutkan sebagai berikut:

"Ya ta ingkang winurcita, karsa dalem Sri Bupati, kang jumeneng pingsekawan, byantu lan pamrentah nagri, ing mangke ngewahi, pemahan jronbeteng agung, prajurit wismanira, gelondhong dadya satunggil, mantrijero,ketanggung, nyutra disuda".

"Pra prajurit wismanira, tancep lama kanan kering, sakilen sawetan pura,samangke dadya sawiji, reh niyaka jro jawi, byantu ngusung griyanipun,weneh ngulon mangetan, ler ngidul pundi den broki, pan gumerah swaranyawong ngusung griya."

para jaksa, Kampung Dagen adalah tempat kediaman petugas tukang kayu,Kampung Wirabrajan, Patangpuluhan, Daengan, Jogokaryan, Ketanggungan,Bugisan, Nyutran, Mantrijeron, Surakarsan serta Prawirataman merupakan tempattinggal para anggota prajurit kraton.

27 Aditya Kusumawan, op. cit., hal 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

45

(Sebagaimana dikisahkan, atas kehendak Sri Bupati yang keempat (SultanHamengku Buwono IV), dibantu penguasa negeri, terjadi perubahan pentingmenyangkut prajurit yang bermukim di dalam benteng rumahnya dipindah jadisatu di luar benteng, jumlah Prajurit Mantrijero, Ketanggung, Nyutradikurangi. Terjadi gerakan pemindahan rumah para prajurit dari dalam bentengmenuju ke segala arah di luar benteng. Ramai sekali suara orang memindahkanrumah-rumah prajurit ini.

Beberapa kesatuan prajurit bersama perumahan mereka dipindahkan kebagian sisi sebelah barat, selatan, dan timur benteng Kraton. Kesatuan prajurityang ditempatkan di sisi sebelah barat benteng Kraton dari arah paling utara keselatan adalah Prajurit Wirabraja, Ketanggung, Patang Puluh, Bugis, danSuranggama. Kesatuan Prajurit yang ditempatkan di sisi sebelah selatanbenteng Kraton dari arah barat ke timur adalah Prajurit Dhaeng, Jagakarya,Mantrijero, Prawiratama, dan kesatuan Prajurit yang ditempatkan di sisisebelah timur benteng dari arah utara ke selatan adalah Prajurit Surakarsa danNyutra.”)28

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa alasan pemberian tanah

lungguh atau apanage bagi para prajurit Kraton yang juga merupakan abdi dalem

tersebut, bukan hanya sebagai upah atau gaji semata. Pemindahan kampung

prajurit di luar istana dengan penempatan di berbagai arah yang berbeda, dapat

dilihat sebagai suatu bentuk pertahanan kerajaan dari serangan musuh. Namun

demikian, pemindahan tersebut juga tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dan

unsur-unsur politis. Dalam artian bahwa di dalam konsep dan struktur kebudayaan

Jawa yang menempatkan Kota Istana Kerajaan sebagai pusat politik pemerintahan

dengan raja sebagai penguasa tertinggi, ternyata juga mengalami berbagai bentuk

intervensi, pengaruh, tekanan dan campur tangan kekuatan asing, baik dari

Inggris, Pemerintah Kolonial Belanda ataupun Jepang sekalipun, dan pengaruh

tersebut memberikan dampak yang tidak sedikit bagi perkembangan kota istana

tersebut.

28 Tim Penulis, op.cit. hal. 10-11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

46

Di samping itu, asal usul munculnya Kampung Prawirataman juga ikut

terkuak. Berdasarkan keputusan dan perintah raja, Kesatuan Prajurit Prawiratama

ditempatkan di selatan benteng Kraton. Sebagaimana tetap diakui oleh masyarakat

di daerah tersebut bahwa asal muasal tanah yang mereka tinggali merupakan

pemberian raja kepada nenek moyang mereka yang bekerja sebagai prajurit

Kraton. Kemudian daerah yang ditinggali oleh Kesatuan Prajurit Prawiratama

tersebut kemudian diberi nama berdasarkan nama kesatuan mereka. Dengan kata

lain dapat dikatakan bahwa Prajurit Prawiratama menempati suatu kampung yang

bernama Prawirataman.29

Hal dan ketentuan yang sama juga berlaku untuk Kesatuan-kesatuan prajurit

Kraton yang lainnya seperti misalnya, Kesatuan Prajurit Wirabraja kemudian

menempati kampung yang disebut sebagai Wirabrajan, Kesatuan Prajurit

Ketanggung bertempat di kampung yang disebut Ketanggungan, kemudian

Kesatuan Prajurit Bugis tinggal di Kampung Bugisan, dan seterusnya.

29 Chiyo Inui Kawamura, Peralihan Usaha dan Perubahan Sosial diPrawirotaman, Yogyakarta 1950 - 1900-an, Tesis: Program Pasca SarjanaUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2004. Hal: 34. Disebutkan bahwa terdapatdua pembahasan yang berbeda mengenai nama daerah Prawirataman ini.Pembahasan pertama menyebutkan bahwa nama Prawirataman terdiri dari duaunsur kata, yaitu Prawira dan Utama yang merupakan nama bregada prajuritKraton Yogyakarta, dan ditambahkan akhiran “-an” yang dalam bahasa Jawabermakna daerah. Pembahasan kedua mengungkapkan bahwa nama Prawiratamanberasal dari kata Prawira dan Taman. Prawira berarti prajurit Kraton, sedangkankata Taman berarti tempat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

BAB III

KAMPUNG PEMUKIMAN PRAJURIT YANG

MENEKUNI DUNIA BATIK

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang adiluhung atau

bernilai tinggi.1 Terdapat banyak perdebatan di kalangan para ilmuwan mengenai

asal usul batik ini. Beberapa dari mereka berpendapat bahwa seni batik berasal

dari India atau Srilanka, namun demikian seorang arkeolog Belanda, J.L.A

Brandes membantah pendapat tersebut. Brandes mengatakan bahwa batik sudah

dikenal sejak jaman prasejarah, dan bahkan menjadi salah satu kemampuan asli

Indonesia sebelum masuknya budaya asing.2

Sejarah batik di Yogyakarta sendiri sudah dikenal sejak kerajaan Mataram,

dan desa Plered merupakan daerah pembatikan pertama.3 Saat itu, kegiatan dan

ketrampilan membatik terbatas dalam lingkungan keluarga Kraton yang

1 Ila Keller, Batik: The Art and Craft Japan: Charles E. Tuttle CompanyCo., Inc. 1966. Hal.14. Kata Batik berasal dari kata ambatik, yang artinya kaindari bintik atau titik-titik kecil. Kata tik-nya sendiri menyerupai kata tritik atautaritik dalam bahasa Jawa.

2 Hafda Zuraida, “Sejarah Batik Tradisional Imogiri 1935 – 1942”,Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta. 2010. Hal. 1.

3 Siska Narulita, “Sejarah Koperasi Batik PPBI Yogyakarta 1950 – 1980”,Skripsi: Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada.Yogyakarta. 2004.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

48

dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Kegiatan membatik ini juga banyak

dilakukan oleh putri-putri Kraton sebagai kegiatan yang membutuhkan

konsentrasi, kesabaran dan pembersihan pikiran melalui doa-doa. Putri Kraton

tersebut melakukan pekerjaan membatik dengan cara menutup permukaan kain

dengan lilin, sedang proses pewarnaan dan finishing dilakukan oleh abdi dalem.4

Keterampilan membatik tersebut, lambat laun meluas ke kerabat istana

yang lain. Pengetahuan dan ketrampilan abdi dalem istana juga tidak lagi hanya

sebatas pada proses pewarnaan semata. Istri para abdi dalem yang tinggal di

sekitar kerajaan, tentara kerajaan, juga mulai mengenal ketrampilan membatik.

Kemudian saat keluarga kerajaan sedang menghadiri upacara-upacara resmi

kerajaan, kain batik sering kali dipergunakan. Rakyat yang berkesempatan

4 Chusnul Hayati, Gender dan Perubahan Ekonomi: Peranan PerempuanDalam Industri Batik di Yogyakarta 1900-1965, Pdf file:http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/chusnul_hayati.htm. Diakasespada 10 Oktober 2011. Menurut sejarahnya, batik merupakan barang seni yangmemiliki nilai-nilai kultural yang unik. Di Jawa ada beberapa motif batik yangberhubungan dengan pemakai dan pengaruh lingkngan sosial budaya yaitu BatikKraton, batik Sudagaran, Batik Petani, Batik Belanda, dan Batik Cina. BatikKraton berasal dari kerajaan-kerajaan di Jawa yang berakar dari KerajaanMataram dan telah berkembang sejak masa Sultan Agung Hanyakrakusuma padaawal abad ke-17. Batik Kraton secara eksklusif digunakan untuk keluargakerajaan dan berkembang di Kesunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, PuraMangkunegara, Pura Pakulaman, Kraton Cirebon, dan Kraton Sumenep. Di tiapkerajaaan tersebut masing-masing batik mempunyai ciri khas tersendiri. Batiksudagaran adalah batik untuk kaum pedagang yang mendapat pengaruh dari citarasa masyarakat pedagang. Sementara itu batik pertani merupakan hasil adaptasidari desain tradisional yang dipadu dengan lingkungan desa. Batik Belanda baikpola maupun warna mendapat pengaruh kuat dari bangsa Belanda dengan cirikhas buket, sedang batik Cina merupakan refleksi dari pengaruh budaya Cina.Batik kemudian berkembang secara luas dan digunakan oleh berbagai lapisanmasyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

49

mengunjungi upacara dan perayaan-perayaan tersebut mulai tertarik, dan kegiatan

ini mulai dikenal luas oleh kalangan di luar istana.5

Batik yang awalnya dikerjakan dan dikenakan keluarga Kraton dan

bangsawan kemudian berkembang menjadi industri rumah tangga yang banyak

dikelola baik oleh kerabat kerajaan ataupun abdi dalem. Namun demikian industri

kerajinan rumah tangga itu tidak serta merta berjalan dengan lancar dan mulus.

Situasi politik dan perekonomian yang terjadi pada saat itu memiliki andil besar

dalam perjalanan perkembangan batik ini. Terlebih lagi saat kekuatan asing mulai

menunjukkan campur tangan serta monopoli mereka di dalam kerajaan. Kekangan

dan belenggu penjajahan yang berdampak buruk bagi kondisi ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat juga dirasakan oleh para pejabat dan abdi dalem

Kraton. Sumber penghasilan yang lain harus diciptakan agar dapat mencukupi

ekonomi keluarga. Dari situlah kemudian para istri abdi dalem semakin giat

menekuni ketrampilan membatik dan membatu mencukupi kebutuhan keluarga.

Lambat laun kegiatan membatik tersebut menjadi semakin berkembang dan

perkampungan di Kota Yogyakarta yang mengembangkan usaha batik, seperti

Prawirataman, Karangkajen, Kotagede, Kauman, dan lain sebagainya berubah

menjadi sentra industri batik. Bahkan kemudian daerah-daerah pedesaan seperti di

Bantul dan Kulon Progo juga mulai menekuni ketrampilan membatik sebagai

5 Siska Narulita, op. cit. hal. 3. Pada abad ke-18 persebaran batik inimeluas sampai ke daerah-daerah yang lain, sebagai akibat dari pernikahan ataupunpeperangan antar kerajaan serta serangan Belanda yang mengharuskan keluarga-keluarga raja mengungsi dan menetap di daerah baru, seperti Banyumas,Pekalongan, Tulungagung, dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya,daerah-daerah tersebut kemudian juga menjadi sentra-sentra industri batik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

50

sumber penghasilan tambahan. Di samping itu, kain batik yang dihasilkan bukan

hanya untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan Kraton semata, tetapi menjadi

komoditi dagang yang pasarannya meluas ke berbagai daerah.

Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan

batik sebagai komoditi dagang di wilayah Yogyakarta, dimulai dari kampung-

kampung para abdi dalem Kraton atau orang-orang yang pekerjaannya

berhubungan erat dengan Kasultanan Yogyakarta. Pembuatan batik tersebut pada

awalnya dilakukan sebagai pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan, di

samping pekerjaan utama mereka sebagai abdi dalem Kraton. Lambat laun

pekerjaan sambilan tersebut merambat menjadi sumber penghasilan utama

sehingga banyak pengusaha batik yang bermunculan.

A. Daerah Prawirataman dan Perkenalan dengan Dunia Batik

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa kegiatan membatik pada

awalnya dikerjakan terbatas pada lingkungan istana, kemudian usaha batik

tersebut menyebar ke luar istana dengan dipelopori oleh orang-orang yang

pekerjaannya masih berhubungan dengan Kraton. Demikian halnya dengan

daerah Prawirataman, perkenalan dengan dunia batik di kampung Prawirataman

juga terkait erat dengan usaha-usaha istri abdi dalem prajurit Kraton yang tinggal

dan menempati kawasan tersebut.6

6 Wawancara dengan Ibu Sri Fitriyati, 52 tahun, tanggal 11 Maret 2013. DiPrawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

51

Sehubungan dengan perkembangan batik di daerah Prawirataman tersebut,

Chiyo Inui Kawamura mengungkapkan bahwa salah satu faktor pendorong usaha

dan perkembangan industri batik di Prawirataman tidak dapat dilepaskan dari

peran kelompok kekerabatan yang tergabung dalam trah keluarga. Trah keluarga

tersebut merupakan pemilik tanah besar di daerah Prawirataman. Lima trah

keluarga tersebut adalah Suraprawira, Werdajaprawira, Mangunprawira,

Pideksaprawira dan Gandaprawira.7

Ki Ng. Suraprawira yang ayahnya merupakan anak dari seorang pembuat

cap batik yang berasal dari daerah Pleret dan kemudian membuat batik di daerah

Karangkajen, merupakan pelopor usaha batik di daerah Prawirataman. Tidak jauh

dari tempat tinggalnya, merupakan kediaman adiknya yang bernama Ki

Werdajaprawira dan pamannya Ki Mangunprawira, yang juga mengembangkan

usaha batik. Ketiga orang tersebut juga tergabung dalam kesatuan Prajurit

Prawiratama dan bekerja untuk Kraton. Selain ketiga orang tersebut, anggota

keluarga lain yang juga ikut mengembangkan usaha batik adalah Nyi

Pideksaprawira. Nyi Pideksaprawira merupakan sepupu dari Ki Ng. Suraprawira.

Dan selanjutnya, Nyi Hendrawerdaja yang merupakan anak dari Ki

Werdajaprawira, dan merupakan cikal bakal trah Gandaprawira ikut

7Chiyo Inui Kawamura, op. cit. hal. 35. Trah Gandaprawira merupakancabang keluarga/branch family keluarga trah Werdajaprawira. Selain kelima trahbesar tersebut, terdapat pula beberapa trah lain pada sosial masyarakatPrawirataman, yaitu trah Atmohantolo, Muchtarom, dan Sukartono(Mertaprawira).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

52

mengembangkan usaha batik di ujung barat jalan yang pada masa kini dikenal

sebagai Jalan Prawirataman.8

Ki Ng. Suraprawira menikah dengan anak pertama dari Mas Ng. Lurah

Natadinama yang tinggal di daerah Kumendaman. Dari pernikahan ini lahir

sebelas anak, namun empat diantaranya meninggal dunia. Ketujuh anak Ki Ng.

Suraprawira ini kemudian mengikuti jejak orang tuanya sebagai pengusaha batik.

Usaha batik yang mereka kembangkan tersebut terus berlangsung ke generasi

berikutnya meskipun tidak semua keturunan dari Ki Suraprawira itu tinggal di

daerah Prawirataman.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperluas jaringan usaha batik

ini adalah dengan ikatan perkawinan. Pada saat itu, ikatan perkawinan yang terjadi

di kalangan pengusaha batik merupakan suatu jaminan untuk mempertahankan

status sosial dan kekayaan, menjaga kemajuan usaha, serta memperluas

perkembangan usaha batiknya. Oleh karena itu, ikatan perkawinan terjadi tidak

hanya antar anggota kekerabatan trah-trah yang berasal dari Prawirataman saja,

akan tetapi juga dari kalangan pengusaha batik yang berada di daerah yang lain.

Jadi, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa semakin luas ikatan perkawinan dan

pertalian darah yang terjadi sama artinya dengan semakin berkembangnya usaha

batik mereka.9

8 Ibid., hal. 40 - 41

9 Ibid., hal 43.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

53

B. Usaha Batik di Yogyakarta dan Daerah Prawirataman Tahun

1920-an

Kegiatan membatik mengalami perkembangan yang sangat pesat pada

awal abad ke-20. Teknik baru pada proses pembuatan batik yang mulai dikenal

pada kisaran tahun 1910 menjadi salah satu pemicu perkembangan ini. Tidak lama

setelah munculnya teknik cap ini, kain mori batik yang hasil produksi dari Inggris

dan Belanda, serta zat-zat pewarna kimia yang diimpor dari Inggris dan Jerman

mulai banyak beredar.10 Kemajuan ini menjadi memberikan dampak yang besar

bagi pengusaha batik. Batik tulis yang dalam pembuatannya memakan waktu

yang lama, dapat dipersingkat dengan teknik cap ini, selain itu produksinya juga

dapat ditingkatkan secara massal. Produksi massal ini juga berakibat pada

penurunan biaya produksi yang artinya harga pasaran batik juga ikut turun,

sehingga permintaan batik di pasaran menjadi semakin meningkat.

Itu berarti bahwa batik yang mulai dikenal luas oleh masyarakat kemudian

menjadi semacam komoditi massal. Tingginya permintaan pasar memunculkan

kelompok masyarakat baru yang disebut sebagai pengusaha atau juragan-juragan

batik. Di samping itu, kebutuhan tenaga kerja yang semakin banyak, berdampak

pada perluasan lapangan pekerjaan. Selain mempekerjakan perajin atau buruh

10 Siska Narulita. op. cit, hal. 21-22. Pada awalnya pengusaha batik diYogyakarta menggunakan zat pewarna lokal yang berasal dari nila, tinggi dansoga. Kain putihnya juga merupakan hasil tenunan sendiri. Obat pewarna yangdikenalkan dari luar negeri adalah indigo dan ergansoga. Obat-obat kimiawi dariluar negeri tersebut lebih mudah dan cepat meresap ke dalam kain sehingga lebihbanyak dipilih dan dipergunakan oleh kalangan pengusaha batik di Yogyakarta.Akibatnya, obat dan zat pewarna lokal sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

54

batik, para juragan tersebut juga memborongkan sebagian dari proses pembuatan

batiknya kepada penduduk sekitar, bahkan sampai ke pelosok desa. Para juragan

tersebut yang bertanggung jawab dalam mengatur pembagian kerja, menetapkan

upah serta mengatur penjualan hasil penduduk desa yang mengerjakan batik.11

Lambat laun industri rumah tangga ini menjadi semakin besar. Sehingga

terdapat banyak daerah di kota Yogyakarta yang kemudian berkembang menjadi

sentra industri batik. Berdasarkan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa pada

tahun 1920-an merupakan masa-masa gemilang bagi industri batik di Yogyakarta.

Adapun gambaran tentang jumlah perusahaan dan pekerja batik pada tahun 1920-

an tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Dan Pekerja Batik Di Wilayah Yogyakarta PadaTahun 1920 - 1924

Tahun Jumlah Perusahaan Jumlah Pekerja1920 212 3.4281921 207 2.2891922 166 1.5391923 129 9791924 147 1.634

Sumber: Abdurrachman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta 1880 – 1930: SejarahPerkembangan Sosial, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000. Hal. 39.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun pertama ke

tahun-tahun berikutnya, terjadi penurunan jumlah perusahaan yang tentu saja juga

berdampak pada turunnya jumlah perekrutan tenaga kerja. Namun pada tahun

1924 jumlah perusahaan dan tenaga kerjanya kembali mengalami peningkatan

jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Keadaan itu juga dipengaruhi

11 Abdurrachman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta 1880 – 1930: SejarahPerkembangan Sosial, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000. Hal. 38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

55

berbagai faktor, seperti kondisi fluktuatif harga dan situasi pasar perdagangan

bahan baku saat itu. Kemunduran batik tulis tradisional, dan berkembang pesatnya

teknik batik cap, secara tidak langsung memberi pengaruh pada ketergantungan

para pengusaha batik pada bahan baku impor.

Di samping itu juga karena kebijakan dan anjuran Pemerintah Kolonial

Belanda untuk menggunakan kain mori sebagai upaya meningkatkan kualitas

batik. Kebijakan itu diwujudkan dengan mendirikan Cambric and Grey

Covenants, yaitu semacam sistem impor oligopoli untuk kain mori dan obat

pewarna batik, dengan sistem penyalurannya mempergunakan para pedagang Cina

dan Arab.12 Dengan kata lain, pengusaha batik harus membeli segala

kebutuhannya dari para pengecer Cina setempat yang merupakan distributor

tunggal perusahaan-perusahan Belanda. Sistem pengaturan ini membuat

pengusaha batik menjadi sangat tergantung pada pedagang Cina dan Arab yang

telah ditunjuk sebagai perantara. Hal ini sangat merugikan pengusaha batik karena

pedagang perantara tersebut banyak melakukan permainan harga.

Monopoli dan permainan harga yang dilakukan oleh pedagang Cina dan

Arab atas bahan baku pembuatan batik, lemahnya permodalan, serta pengetahuan

akan perdagangan dari para pengusaha batik yang bisa dibilang masih tertinggal

dibandingkan dengan pedagang Cina ataupun Arab, membuat para pengusaha

batik itu terlilit hutang. Kemudian karena hutang yang semakin menumpuk,

pengusaha batik yang pada awalnya merupakan produsen, jatuh dan menjadi

12 Siska Narulita, op. cit, hal. 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

56

buruh batik atau pengorganisir tenaga buruh batik, bahkan tidak sedikit yang

akhirnya menjadi bangkrut dan menghentikan kegiatan usahanya.

Pada tahun 1927, Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Pusat

Penelitian Batik di Yogyakarta. Badan ini melakukan penelitian mengenai proses

produksi batik dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas batik,

sehingga kemudian mampu bersaing dan memperluas pasaran batik baik di dalam

ataupun di luar negeri. Selain itu, fasilitas kredit juga diberikan oleh Pemerintah

Kolonial Belanda kepada para pengusaha batik.13

Pada tahun yang sama, 1927, P. de Kat Angelino melakukan penelitian

dengan menghitung kembali jumlah perusahaan batik di kota Yogyakarta dan

desa-desa terdekat dan di Kota Gede. Berdasarkan penelitian tersebut, tercatat ada

169 perusahaan, yang 20 diantaranya merupakan tempat kerja milik orang Cina.14

Rincian dari pencatatan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Perusahaan Batik Di Yogyakarta dan Sekitarnya Tahun 1927Nama Kampung Jumlah Perusahaan

Kauman 26Prawirataman 10Karangkajen 14Brantakusuman 5Mantrijeron 11Tugu 32Tempat lain di kota 57Kota Gede (Yogyakarta) 11Kota Gede (Sala) 3

Jumlah 169Sumber: Abdurrachman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta 1880 – 1930: Sejarah

Perkembangan Sosial, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000. Hal. 39.

13 Ibid.

14 Abdurrachman Surjomihardjo, loc. cit, hal. 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

57

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Kampung

Prawirataman sendiri telah menjadi salah satu sentra industri batik pada tahun

1927, dan sudah terdapat 10 perusahaan batik di daerah tersebut. Hasil laporan

tersebut menjadi semacam bukti bahwa kegiatan usaha batik yang pada awalnya

dipelopori oleh kelompok kekerabatan, dan dikerjakan sebagai pekerjaan sambilan

bagi para abdi dalem, telah berkembang menjadi industri yang juga mampu

memberikan penghasilan bagi para masyarakat sekitarnya.

Namun demikian, maraknya impor bahan baku pembuatan batik yang

dilakukan oleh pengusaha batik, secara tidak langsung meletakkan keberadaan

industri batik di Yogyakarta pada titik ketergantungan pada situasi perekonomian

dunia. Dalam artian bahwa ketika terjadi suatu kegoncangan dan perubahan

situasi di luar negeri, juga akan turut memberikan dampak pada keberlangsungan

industri batik di dalam negeri. Jadi ketika terjadi krisis ekonomi dunia pada

sekitar tahun 1930, impor bahan-bahan baku pembuatan batik menjadi turun

drastis sehingga banyak pengusaha batik yang terpaksa gulung tikar dan

menghentikan kegiatan usahanya.

Sebagaimana hasil penelitian P. de Kat Angelino tentang industri batik di

wilayah Indonesia. P. de Kat Angelino mengindikasikan bahwa hal yang menjadi

faktor penyebab bangkrutnya perusahaan batik di wilayah Indonesia pada

umumnya adalah ketidakmampuan para pengusaha batik membayar hutang

kepada pedagang-pedagang Cina dan Arab yang ditunjuk oleh Pemerintah

Kolonial Belanda sebagai pedagang perantara. Meskipun demikian, masih ada

beberapa pengusaha batik di Yogyakarta yang tetap dapat bertahan dan menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

58

pedagang “tangan pertama” dalam penjualan kain-kain batik karena memiliki

ketersediaan modal yang kuat.15

C. Pasca Depresi Ekonomi, Proklamasi dan Awal Kebangkitan

Kembali Usaha Batik

Depresi ekonomi yang melanda dunia turut berimbas besar pada industri

batik di Yogyakarta. Pasca krisis tersebut, Jepang mulai memasukkan produk

morinya ke pasaran Indonesia melalui sistem dumping.16 Akibatnya, Pemerintah

Kolonial Belanda mengalami kesulitan dalam membendung pesatnya produk

Jepang tersebut, sehingga kemudian pada tanggal 1 Maret 1934, Pemerintah

Kolonial Belanda mulai memberlakukan Undang-undang Contingenteering yang

membatasi masuknya mori impor dari Jepang. Harga kain mori melambung

sangat tinggi sehingga bahan-bahan baku pembuatan batik menjadi sulit

didapatkan. Keadaan ini semakin memperburuk kondisi industri batik di

Yogyakarta.17

15 Siska Narulita, op. cit, hal. 27

16 Sistem dumping merupakan suatu strategi pemasaran dimana suatunegara eksportir menjual barangnya lebih murah daripada di dalam negeri bahkanlebih murah daripada biaya produksinya sendiri. Hal ini dilakukan untukmemenuhi target pemasaran, atau untuk menguasai pangsa pasar atau kawasantertentu di luar negeri. Sistem ini diciptakan untuk menciptakan ketergantunanakan suatu produk, sehingga kemudian ketika suatu negara sudah sangattergantung pada produk tersebut, maka negara produsen akan mulai melakukanberbagai trik politik yang pada akhirnya menguntungkan negaranya. Jepangmerupakan salah satu pencetus politik dumping ini, dan politik dumping tersebutmerupakan salah satu bagian dari politik penjajahan Jepang di Asia.

17 Ibid., hal. 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

59

Diberlakukannya peraturan dalam Undang-undang Contingenteering

tersebut tidak disambut secara antusias oleh para pengusaha batik di Yogyakarta.

Para pengusaha batik tersebut merasa bahwa mereka lah yang terancam

mengalami kerugian sangat besar akibat perubahan kualitas kain yang digunakan.

Oleh karena itu, aksi protes mulai dilancarkan. Pertemuan demi pertemuan

diadakan baik dari delegasi Jepang, Pemerintah Kolonial Belanda dan perwakilan

dari pengusaha batik. Sebagai jawabannya, didirikanlah suatu organisasai sebagai

wadah dan alat perjuangan yang dinamakan “Persatuan Perusahaan Batik Bumi

Putera (PPBBP).”18 Pada mulanya jumlah anggota koperasi batik PPBBP terdiri

dari 74 pengusaha batik, dan seiring berjalannya waktu anggotanya mulai

betambah banyak dan diikuti dengan pendirian koperasi sejenis di berbagai daerah

yang lain, seperti Solo, Cirebon, dll.

Tujuan didirikannya batik PPBBP antara lain adalah untuk mendapatkan

bahan baku batik, baik kain mori ataupun bahan pewarna batik tanpa melalui

perantara, mendirikan badan kredit untuk menolong dan melindungi anggotanya

dari jeratan lintah darat, serta untuk mencari pemasaran batik dan penjualan

bersama. Namun demikian, kendala yang ditemui koperasi batik PPBBP dalam

praktek dan pelaksanaannya masih banyak, salah satunya dalam hal harga,

18 Ibid. hal. 32. Organisasi Persatuan Perusahaan Batik Bumi Puteratersebut berjiwa koperasi dan didasarkan pada Undang-undang No. 91/1927 yaituReglement Voor de Oprichting Van Inlandse Cooperative (Peraturan PendirianPerkumpulan Koperasi Bumiputera). Pelopor berdirinya koperasi PPBBP iniantara lain, M. Djajengkarso, H. Bilal, M. Mangunprawira, Zarkasi, H. Abubakar,Saebani, Ronosentiko, ramelan, H. Muchadi, H. Romowiruno dan M. Ng.Suraprawira. M. Djajengkarso dan M. Mangunprawira kemudian diangkat sebagaiKetua I dan II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

60

pedagang Cina menjual bahan baku batik dengan lebih murah daripada koperasi.

Kemudian keharusan membeli secara kontan di koperasi, padahal selama ini para

pengusaha batik tersebut melakukan pembelian secara kredit melalui pedagang

Cina. Sehingga pembelian melalui pedagang Cina masih lebih disukai, dan hal ini

berdampak pada kurang lancarnya pertumbuhan koperasi batik PPBBP itu.19

Meskipun demikian, koperasi batik PPBBP ini masih tetap bertahan.

Pada waktu pemerintah militer Jepang masuk dan menduduki wilayah

Jawa pada tahun 1942, perkembangan koperasi batik PPBBP ini semakin

memburuk dan mengalami berbagai kemunduran karena Jepang membekukan

seluruh kegiatan koperasi, dan menganjurkan jenis koperasi yang baru yang

disebut Kumiai. Namun sayangnya koperasi ini hanya merupakan alat bagi

pemerintah militer Jepang untuk mengumpulkan hasil-hasil produksi rakyat bagi

pemenuhan kebutuhan logistik mereka.20

Kekurangan bahan baku batik juga berlangsung selama masa perjuangan

dan revolusi. Berbagai usaha dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan

usaha batik. Salah satunya dengan menyembunyikan kain batik setengah jadi.

Selain itu, ada pula penjual batik yang menjual kain batik bekas yang dibatik

ulang dan dikenal dengan sebutan batik lawasan/sengguhan.21

19 Ibid., hal 34 - 36

20 Ibid., hal. 37.

21 Chiyo Inui Kawamura, op. Cit. Hal. 49 - 50. Sebutan itu berasal darikata sengguh dan maksudnya batik yang disengguhke dalam Bahasa Jawa.Artinya sama dengan batik yang dianyarke yang dalam Bahasa Jawa bermaknadiperbaharui.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

61

Kemudian setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia perubahan kembali

terjadi. Proklamasi Kemerdekaan tersebut secara politis membawa banyak

dampak positif dalam berbagai bidang, termasuk dalam sektor ekonomi dan

perkembangan industri batik. Pemerintah berupaya untuk menciptakan sistem

perekonomian yang dimaksudkan untuk menumbuhkan nasionalisme ekonomi.

Sehingga kebijakan yang kemudian muncul lebih mengarah kepada pembangunan

perekonomian masyarakat dan bangsa Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga turut memberikan dukungan dalam

perkembangan usaha perkoperasian. Namun demikian agresi militer yang

dilancarkan Pemerintah Kolonial Belanda menyulitkan perkembangan gerakan

koperasi tersebut. Terlebih lagi dengan dilakukannya blokade ekonomi oleh

Pemerintah Kolonial Belanda, kesulitan untuk mendapatkan bahan baku

pembuatan batik menjadi semakin meningkat. Melihat situasi yang demikian,

semangat dan antusiasme berkoperasi muncul kembali. Koperasi-koperasi

kemudian mengambil peran sebagai distributor barang-barang kebutuhan rakyat,

termasuk koperasi batik PPBBP yang ikut berjuang untuk mendatangkan kain

mori dari luar negeri.

Besarnya antusiasme dan semangat perjuangan koperasi batik PPBBP itu

juga diikuti dengan perubahan namanya karena nama Bumi Putera tidak sesuai

lagi dengan semangat dan jiwa nasionalisme Indonesia yang sedang berkobar

pada saat itu. Sebagai gantinya kemudian didirikan Persatuan Pengusaha batik

Indonesia atau PPBI.22

22 Ibid., hal. 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

62

Perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh PPBI di kemudian hari,

memberikan andil besar terhadap berdirinya sebuah organisasi gabungan yang

bersifat nasional. Tujuannya adalah sebagai wadah untuk mengorganisasi

koperasi-koperasi batik di seluruh wilayah Indonesia yang telah berdiri pada

tahun-tahun sebelumnya. Organisasi tersebut diberi nama Gabungan Koperasi

Batik Indonesia (GKBI) dan didirikan pada tanggal 18 September 1948 bertempat

di kantor Kementrian Kemakmuran, Jalan Malioboro no. 85 Yogyakarta.23 Sejalan

dengan pemindahan kembali ibu kota RI dari Yogyakarta ke Jakarta, kantor pusat

GKBI juga ikut dipindahkan ke Jakarta. Dengan berdirinya GKBI tersebut,

seluruh koperasi batik yang berada pada tingkat lokal menjadi berstatus koperasi

batik primer yang digabungkan pada GKBI. Organisasi ini juga yang kemudian

akan menjadi wadah dan basis bagi kejayaan industri batik pada masa-masa

berikutnya.24

D. Perkembangan Usaha Batik di Yogyakarta dan Daerah

Prawirataman Tahun 1950-an

Pasca kemerdekaan RI, pemerintah mencoba menumbuhkan semangat

nasionalisme dalam berbagai bidang. Salah satu kebijakan utama yang dibuat

pada saat itu dikenal dengan istilah “Indonesianisasi” yang tujuan pentingnya

adalah untuk mengubah struktur ekonomi Indonesia, dari sistem ekonomi kolonial

ke sistem ekonomi nasional. Pelaksanaan perubahan sistem ekonomi tersebut

23 Ibid., hal. 40 – 42.

24 Chiyo Inui Kawamura, op. cit, hal. 51.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

63

dilakukan dengan jalan membantu dan membina para pengusaha dalam negeri.

Salah satu yang termasuk di dalamnya adalah perlindungan terhadap usaha batik

tradisional.

Dalam pelaksanaan “Indonesianisasi” terutama yang bertalian dengan

masalah batik, pada tahun 1951, pemerintah membuat kebijakan yang

membebaskan para pengusaha batik dari pajak penjualan dan melarang impor

tekstil yang bermotif batik serta kain batik imitasi.25 Satu tahun kemudian, atau

pada tahun 1952, pemerintah mulai mengontrol impor dan distribusi kain mori

yang pada saat itu masih didatangkan dari luar negeri. Tahun berikutnya, dibentuk

JPP atau Jajasan (Yayasan) Perbekalan Bahan-bahan Perindustrian yang

merupakan importir tunggal kain mori dengan harga murah dan

mendistribusikannya kepada para pengusaha batik melalui GKBI dan koperasi-

koperasi primer lokal di masing-masing daerah. Hak monopoli untuk mengimpor

25 Ibid. hal. 53 -54. Kain batik imitasi merupakan kain bermotif batik.Siska Narulita dalam Sejarah Koperasi Batik PPBI Yogyakarta 1950 – 1980,Skripsi: Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada.Yogyakarta. 2004, menambahkan bahwa kain batik imitasi ini diproduksi olehperusahaan percetakan tekstil di Inggris dengan menggunakan zat pewarnasintetis. Tujuan pembuatan batik imitasi ini adalah untuk menyediakan danmenawarkan kain batik buatan pabrik dengan harga yang murah dan mutu yangrendah untuk pasaran Jawa. Ketika Pemerintah Kolonial Belanda berhasilmengambil alih kekuasaan atas Jawa dari tangan Inggris, produksi batik imitasi inipun diambil alih oleh perusahaan Belanda. Tidak lama kemudian beberapaperusahaan batik imitasi yang lain juga didirikan di berbagai kota di Belanda,yang selanjutnya menyebar dan diikuti oleh negara-negara Eropa yang lainnya,salah satunya Swiss. Perusahaan-perusahaan tersebut kemudian mengekspor hasilproduksi mereka ke Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

64

kain mori tersebut kemudian diserahkan kepada GKBI setelah JPP dibubarkan

pada tahun 1955.26

Kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah tersebut berdampak pada

meningkatnya jumlah permintaan akan kain batik, yang artinya produksi kain

batik juga meningkat. Jumlah anggota koperasi batik di Jawa juga mengalami

peningkatan, termasuk jumlah anggota PPBI di Yogyakarta. Jumlah anggota PPBI

Yogyakarta pada tahun 1950 mencapai 522 pengusaha batik, dan dari jumlah

tersebut 46 orang diantaranya tinggal di daerah Prawirataman.27 Jumlah anggota

PPBI tersebut tersebar di seluruh wilayah Yogyakarta dan terus mengalami

peningkatan pada tahun-tahun berikutnya.

Mengingat jumlah anggota koperasi yang terus mengalami peningkatan,

maka kemudian dibentuk lima unit koperasi yang berada di bawah naungan GKBI

sebagai koperasi batik primer di wilayah kota Yogyakarta. Lima unit koperasi

batik tersebut dibentuk berdasarkan lima blok (blok I – V) yang telah ada dan

dibuat pada tahun sebelumnya.28

Tujuan dibentuknya koperasi-koperasi primer ini adalah untuk mendukung

kelancaran penyaluran bahan baku pembuatan batik, dan memberikan pelayanan

26 Ibid. hal. 53.

27 Ibid. hal. 60

28 Blok I - V yang ada pada saat itu dibentuk dan diatur berdasarkan letakwilayah atau daerah pengembang usaha batik, yang kemudian digabungkan kedalam suatu blok tertentu. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untukmendekatkan hubungan koperasi PPBI dengan jumlah anggotanya yang sangatbanyak dengan letaknya yang tersebar di berbagai wilayah kota Yogyakarta.Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, didirikan sebuah koperasi yangmenjadi koperasi primer di tiap-tiap blok yang ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

65

yang lebih baik kepada seluruh anggotanya. Kelima koperasi primer tersebut

antara lain, Koperasi Batik Mataram, Koperasi Batik Senopati, Koperasi Batik

Baratha yang kemudian berganti nama menjadi Koperasi Batik PPBI, Koperasi

Batik Tamtama, dan Koperasi Batik Karang Tunggal.29

Koperasi Batik Tamtama yang menaungi para pengusaha batik daerah

Prawirataman dan sekitarnya didirikan pada tahun 1964. Saat itu jumlah

anggotanya tercatat 158 orang, dan 68 di antaranya merupakan pengusaha batik

yang berasal dari daerah Prawirataman.30

Dalam mengembangkan usaha batiknya, para pengusaha batik

Prawirataman juga membuat cap dagang batik yang menggambarkan ciri khas

perusahaannya. Cap dagang batik ini merupakan merek dagang atau tanda yang

dipakai dalam perdagangan batik. Di daerah Prawirataman sendiri paling tidak

29 Siska Narulita, op. cit. hal. 60 – 61. Blok I merupakan Koperasi BatikMataram yang daerah kerjanya meliputi Wirabrajan, Nataprajan, Kauman,Gandamanan (Kecamatan Wirabrajan, Ngampilan, Kraton dan Gandamanan) danberkantor di Jl. P. Tendean Yogyakarta. Sementara itu Blok II beralih menjadiKoperasi Batik Senopati yang wilayah kerjanya meliputi Panembahan, Siliran,Langenarjan, Suryoputran, Gamelan (Kecamatan Kraton dan Gandakusuman).Kemudian Blok III menjadi Koperasi Batik PPBI, yang semula berkantor di Jl.Bridgen Katamso 59 Yogyakarta, namun kemudian pindah ke Jl.Suryadiningratan 39 Yogyakarta. Wilayah kerjanya meliputi Tirtodipuran,Mangkuyudan, Jagakaryan, Suryadiningratan, Pugeran (Kecamatan Mantrijeron).Blok IV merupakan Koperasi Batik Tamtama, yang berkantor di Jl. KolonelSugiyono Yogyakarta, dan daerah kerjanya meliputi Prawirataman,Brantakusuman, Timuran, Pujakusuman (Kecamatan Mergangsan bagian utara).Blok yang terakhir, yaitu Blok V kemudian beralih menjadi Koperasi BatikKarang Tunggal yang daerah kerjanya meliputi Karangkajen, Karangkunti,Karanganyar (Kecamatan Mergangsan bagian selatan), dan berkantor di Jl.Karangkajen Yogyakarta.

30 Chiyo Inui Kawamura, op.cit, hal. 62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

66

terdapat 38 cap dagang batik yang dihasilkan dan dipasarkan tahun 1950-an.31

Adapun perincian dari 38 cap dagang batik tersebut dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 3. Nama Cap Dagang dan Alamat Produsen BatikDaerah Prawirataman Pada Tahun 1950-an

No Nama Cap Dagang Batik Alamat Produksi Batik1 Cap Abimanyu Prawirataman 9A2 Cap Anak Prawirataman 24B3 Cap Baji Prawirataman 28, 684 Cap Baji Kembar Prawirataman 345 Cap Berlian Prawirataman 226 Cap Betet Prawirataman 317 Cap Bintang Prawirataman 308 Cap Bunga Anggrek Prawirataman 8, 99 Cap Bunga Mawar Prawirataman 7410 Cap Dea Prawirataman 6811 Cap Dewi Sinto Prawirataman 9812 Cap Garuda Prawirataman 6-813 Cap Gunting Prawirataman 714 Cap Jatayu Prawirataman 2615 Cap Jeep Prawirataman 516 Cap Kemonggo Prawirataman 24B17 Cap Kidang Mas Prawirataman 5518 Cap Kupu Prawirataman 2619 Cap Menjangan Prawirataman 2620 Cap Murni Prawirataman 4421 Cap Mustika Prawirataman 63322 Cap Narodo Prawirataman 9A23 Cap Oenta Prawirataman 5624 Cap Onta Mas Prawirataman 61325 Cap Parikesit Prawirataman 24B25 Cap Payung Prawirataman 6-827 Cap Permadi Prawirataman 2928 Cap Prabu Romo Prawirataman 68

31 Ibid. hal. 62.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

67

29 Cap Puntodewo Prawirataman 10730 Cap Ringin Prawirataman 1631 Cap Shinta Prawirataman 532 Cap Songsong Emas Prawirataman 6833 Cap Sri Wisnoe Prawirataman 10834 Cap Subali Prawirataman 9835 Cap Tjiptoning Prawirataman 10B36 Cap Traju Mas Prawirataman 2237 Cap Tuti Prawirataman 438 Cap Werkudoro Prawirataman 34

Sumber: Chiyo Inui Kawamura, “Peralihan Usaha dan Perubahan Sosial di Prawirotaman,Yogyakarta 1950 – 1900-an”, Tesis: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta. 2004. Hal. 64.

Masing-masing cap dagang batik yang tertera dalam tabel di atas mewakili

seorang pengusaha batik. Jumlah pengrajin batik dan buruh borongan yang

dipekerjakan oleh masing-masing pengusaha atau juragan batik bisa sangat

berbeda satu dengan yang lainnya. Jumlah tersebut tidak dapat dibayangkan hanya

dengan melihat jumlah cap dagang batik yang ada di daerah tersebut. Oleh

karenanya Chiyo Inui Kawamura menggambarkan strukturnya seperti sebuah

piramida. Dalam piramida tersebut para buruh dan pengrajin batik berada pada

tingkat yang bawah, juragan penerima borongan batik berada pada tingkat

menengah, dan kemudian sang pengusaha batik berada dipuncaknya.32

Berdasarkan jumlah anggota Koperasi Tamtama yang khususnya berasal

dari daerah Prawirataman, serta jumlah cap dagang batik sebagaimana diuraikan

dalam tabel di atas dapat dilihat bahwa usaha batik di daerah Prawirataman pada

tahun 1950-an mengalami perkembangan yang cukup pesat. Usaha batik yang

dirintis sebagai kegiatan rumah tangga itu berkembang menjadi suatu industri

32 Ibid. hal 62.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

68

yang menguntungkan. Dalam situasi seperti itu lah daerah Prawirataman

kemudian berkembang kembali menjadi salah satu sentra usaha dan industri batik

di kota Yogyakarta.

E. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha Batik di Daerah

Prawirataman

Keberhasilan kembali daerah Prawirataman menjadi salah satu sentra

usaha batik di Yogyakarta pada tahun 1950-an sangat didukung oleh berbagai

faktor. Selain faktor-faktor eksternal seperti kebijakan-kebijakan pemerintah baik

pusat ataupun daerah yang cenderung memberikan perlindungan terhadap

perkembangan industri batik, faktor internal seperti orang-orang yang terlibat

langsung dalam proses pembuatan dan produksi batik juga memegang perananan

yang sangat penting.

Tentunya terdapat banyak pihak yang terlibat dalam proses produksi kain

batik di daerah Prawirataman ini. Mulai dari proses pembelian bahan baku

pembuatan batik sampai dengan proses pendistribusian kain batik yang siap pakai.

Kain mori sebagai bahan baku pembuatan batik dapat diperoleh dari Koperasi

Batik Tamtama dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan yang

beredar di pasaran karena subsidi dari pemerintah. Namun ketika stok kain mori

di Koperasi Tamtama atau koperasi primer yang lain sedang mengalami

kekurangan atau keterlambatan pasokan, para pengusaha batik di Prawirataman

juga bisa membelinya di tempat yang lain seperti misalnya Pasar Beringharjo.

Sama halnya dengan bahan baku batik yang lainnya seperti zat pewarna, malam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

69

atau parafin. Selain itu masih ada tenaga yang terlibat secara langsung dalam

proses pembuatan batik, yaitu para pengrajin dan buruh batik, serta para

pemborong batik.

Di daerah Prawirataman sendiri, proses produksi batiknya masih banyak

dikerjakan secara manual. Produk batik tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga

kategori sesuai dengan teknik pembuatannya, yaitu teknik batik tulis, teknik batik

cap dan kombinasi. Teknik batik kombinasi merupakan perpaduan antara teknik

batik tulis dan cap. Di antara ketiga kategori tersebut, batik cap menduduki tempat

pertama dalam skala prioritas produksi batik atau dengan kata lain yang paling

banyak dibuat dan diproduksi di daerah Prawirataman.33 Dalam proses produksi

batik cap ini diperlukan alat-alat khusus, antara lain meja cap serta berbagai

macam cap. Pekerjaan mereka ini biasanya dilakukan di rumah para juragan atau

pengusaha batik. Proses produksi batik cap yang karena pekerjaannya

dikategorikan sebagai pekerjaan berat, maka lebih banyak dikerjakan oleh laki-

laki.34

Sementara untuk pekerja yang mengerjakan proses produksi batik tulis

lebih banyak perempuan. Pada umumnya mereka berasal dari desa-desa dari

daerah Imogiri dan beberapa daerah lain di Kabupaten Bantul. Mereka datang

33Wawancara dengan Ibu Sri Fitriyati, 52 tahun, tanggal 11 Maret 2013dan Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, tanggal 12 Juni 2013. Sebagaimana dipaparkanpada halaman 67 dalam tesisnya Chiyo Inui Kawamura, menyebutkan bahwaperusahaan-perusahaan yang khusus memproduksi batik cap di daerahPrawirataman, antara lain perusahaan batik Cap Anggrek, Cap Betet, dan Cap BajiKembar.

34 Wawancara dengan Ibu Sri Fitriyati, 52 tahun, tanggal 11 Maret 2013dan Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, tanggal 12 Juni 2013, di Prawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

70

pada pagi hari dan berbondong-bondong pulang pada sore harinya, baik dengan

menggunakan sepeda atau berjalan kaki.35 Selain pekerja tetap yang memang

bekerja untuk rumah produksi batik, buruh batik sambilan juga memiliki peranan

yang sangat penting. Buruh batik tersebut membatik hanya sebagai pekerjaan

sambilan untuk menambah penghasilan keluarga, pekerjaannya dilakukan pada

waktu luang di rumah masing-masing. Jumlah pekerja sambilan ini sangat banyak,

pada tahun 1958 diperkirakan terdapat 25.000 orang pekerja sambilan di seluruh

rumah industri batik di daerah Yogyakarta. Sedangkan orang yang menjadi

pekerja tetap di rumah para pengusaha batik hanya sekitar 9.000 orang.36

Pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh buruh sambilan tersebut antara

lain ngerok, mbironi,37 atau membatik tulis kain mori yang telah didesain oleh

para juragan batik yang tinggal di Prawirataman. Membatik menjadi pekerjaan

sambilan karena bagi mereka sektor pertanian adalah bidang pekerjaan utama

yang mereka geluti. Jadi, para pekerja sambilan ini hanya membatik ketika sedang

tidak memiliki kesibukan pada sektor pertanian. Pekerjaan membatik tersebut

dikerjakan di rumah masing-masing, kemudian setelah selesai diantarkan kembali

ke tempat juragan batik di Prawirataman, sekaligus mengambil upah yang

35 Wawancara dengan Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, tanggal 12 Juni 2013,di Prawirataman.

36 Chiyo Inui Kawamura, op. cit. hal 68.

37 Ibid. hal. 69. Istilah pada proses pembuatan batik. Ngerok adalahkegiatan menghilangkan lilin, terutama lilin klowong pada bagian-bagian yangkemudian dikehendaki berwarna merah (coklat pada waktu disoga). Sedangkanmbironi bermaksud menutup dengan lilin bagian yang berwarna biru agarwarnanya tetap biru ketika disoga; karena kalo tidak demikian, warna birutersebut akan berubah menjadi hitam ketika disoga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

71

diperhitungkan sesuai dengan jumlah helai kain yang telah diselesaikan, serta

mengambil bahan lagi untuk dikerjakan di rumah. Hasil pekerjaan dari para

pekerja sambilan ini biasanya masih berupa batik yang setengah jadi.

Pada tahap selanjutnya, yaitu penyelesaian atau finishing seperti

pemberian warna dan proses menghilangkan lilin yang melekat pada kain batik

dengan cara mencelupkannya ke dalam air panas secara berulang-ulang, biasanya

dikerjakan oleh para pekerja tetap yang bekerja di rumah pengusaha batik.

Dengan demikian, proses produksi batik tradisional yang rumit dan memakan

waktu cukup lama itu dilakukan melalui kerjasama antara para pengusaha dengan

pekerja tetapnya serta pekerja sambilan dari daerah pedesaan yang bekerja dengan

sistem kontrak.38

Kemudian pada tahap pemasaran dan distribusinya, para pengusaha batik

tersebut melakukannya dengan berbagai macam cara. Baik dengan menjualnya

secara langsung kepada konsumen yang datang ke rumah, menjual produknya

melalui koperasi-koperasi primer, menjual atau menitipkannya kepada toko-toko

atau pedagang di pasar, serta memasarkan dan menjual produknya ke daerah-

daerah lain, baik di Jawa ataupun di luar Jawa seperti Bali, Sumatera, dan

Kalimantan, baik dikirim langsung kepada pemesan ataupun melalui pedagang

perantara. Sejumlah kecil pengusaha juga mempunyai pasar di luar negeri,

terutama di Belanda.39

38 Ibid. Hal. 70.

39 Ibid. hal 72.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

72

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasca Proklamasi Kemerdekaan

RI, daerah Prawirataman menjadi salah satu sentra industri batik yang cukup

penting di Yogyakarta. Kegiatan para juragan atau pengusaha batik di daerah

Prawirataman tersebut juga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan

usaha batik di Indonesia pada tahun 1950-an. Jaringan produksi dan distribusi

batik Prawirataman tidak hanya terbatas pada tingkatan lokal setempat tetapi juga

pada skala nasional bahkan internasional.

F. Kemerosotan Usaha Batik dan Perkenalan dengan Dunia

Pariwisata

Kesuksesan yang dicapai dalam industri batik di daerah Prawirataman

tidak berlangsung lama. Usaha batik yang berhasil bangkit kembali dan

mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 1950-an tersebut, sekali lagi

harus menghadapi tekanan pada kisaran awal tahun 1960-an. Tekanan yang

dimaksud di sini adalah kesiapan dan kesigapan para pengusaha batik untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya. Inflasi ekonomi yang terjadi di

Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, dan berlangsung terus menerus

sampai akhir masa kepemimpinan Presiden Soekarno, membawa pengaruh yang

tidak sedikit pula. Oleh karena itu, dalam subbab ini akan diuraikan faktor-faktor

yang menjadi penyebab dari kemerosotan usaha batik di Prawirataman.

Berdasarkan hasil studi lapangan yang telah dilakukan, hampir semua dari

responden yang diwawancarai mengatakan bahwa perkembangan dan ekspansi

batik printing dipandang sebagai penyebab utama runtuhnya usaha batik di daerah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

73

Prawirataman.40 Batik printing adalah batik yang proses pembuatannya

menggunakan sistem sablon, atau hand-print dan bukan tekstil bermotif batik

yang dibuat dengan mesin. Walaupun proses pembuatannya dikerjakan dengan

tangan, tetapi kain tersebut dapat diproduksi secara besar-besaran dalam waktu

singkat, sehingga harganya menjadi lebih murah dibandingkan dengan batik

tradisional yang berupa batik tulis dan batik cap.41

Batik printing ini pertama kali muncul pada tahun 1960-an, dengan mutu

printing dan motif yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan batik tradisional.

Tetapi kemudian dengan bantuan teknologi dan bahan pewarna baru, mutunya

dapat ditingkatkan hingga menyamai kualitas batik tradisional. Hal ini menjadi

ancaman bagi batik tradisional karena meskipun kualitasnya sama, tetapi harga

batik printing jauh lebih rendah. Oleh karena itu, lambat laun pasar industri batik

tradisional menjadi semakin sempit.

Situasi sosial dan kebiasaan masyarakat yang pada saat itu lebih banyak

menggunakan pakaian modern dan bukan batik sebagai pakaian sehari-hari,

menjadi salah satu faktor pendorong pesatnya perkembangan batik printing ini.

Sama halnya dengan masyarakat di daerah Prawirataman. ‘Modernisasi’ dalam

hal berpakain menjadi semacam alasan bagi keengganan menggunakan pakaian

batik tradisional yang terkesan lebih ribet, sehingga akhirnya batik menjadi tidak

40 Wawancara dengan Ibu Sri Fitriyati, 52 tahun, tanggal 11 Maret 2013,Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, tanggal 12 Juni 2013, Bapak Suprapto, 65 tahun,tanggal 13 Juli 2013 di Prawirataman.

41 Ibid. hal. 84.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

74

laku.42 Perkembangan batik printing juga didukung dengan kebijakan pemerintah

yang mengharuskan kalangan pegawai negeri untuk mengenakan seragam batik

pada hari-hari tertentu, akibatnya jumlah permintaan batik printing meningkat,

sementara pemasaran batik tradisional menjadi semakin sulit.

Pada saat Soeharto resmi menjadi presiden pada tahun 1968, kebijakan-

kebijakan perekonomian yang diberlakukan pada masa pemerintahannya juga

turut memberi pengaruh pada perkembangan usaha batik printing ini. Di bawah

bendera pemulihan dan rehabilitasi perekonomian Indonesia pasca inflasi,

kebijakan ekonomi yang melindungi pengusaha lokal dicabut dan subsidi kain

mori melalui koperasi batik dihentikan. Selain itu peraturan yang sebelumnya

membatasi kegiatan perekonomian dan perusahaan milik orang asing juga dicabut,

akibatnya tekstil buatan luar negeri dan bahan tekstil lain yang sebelumnya

dilarang masuk ke Indonesia, mulai banyak beredar di pasaran. Maraknya tekstil

impor ini semakin memperparah posisi batik tradisional.

Dengan dihapuskannya berbagai program nasionalisasi yang telah

dikembangkan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, maka dengan

sendirinya industri batik tradisional menjadi kehilangan pelindungnya. Industri

batik tradisional harus berjuang sendiri dalam melawan derasnya arus persaingan

dengan industri batik printing pada khususnya dan bahan-bahan tekstil baru pada

umumnya, sehingga kemunduran dan kemerosotan pasar batik tradisional menjadi

tidak dapat dihindarkan.

42 Wawancara dengan Bapak Heriyadi Ayik, 54 tahun, tanggal 17 Juli2013, di Prawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

75

Meredup dan merosotnya usaha batik tradisional yang melanda sentra-

sentra industri batik di Jawa dan seluruh Indonesia pada umumnya, tentunya juga

terjadi di daerah Prawirataman. Namun demikian, kemerosotan usaha batik di

Prawirataman ini tidak terjadi serentak secara bersamaan, maksudnya dari 38

perusahaan batik yang ada, tidak semuanya menutup usahanya secara bersamaan.

Pengusaha berskala besar yang memiliki jaringan serta modal yang kuat dapat

bertahan sampai sekitar tahun 1970. Namun demikan, banyak di antara pengusaha

batik yang sudah gulung tikar tersebut mulai menjajaki dan mencoba

peruntungannya dengan mengembangkan usaha yang lain. Banyak usaha-usaha

baru yang dikembangkan, misalnya art shop yang menjual lukisan-lukisan batik,

peternakan ayam, rumah kos-kosan, rumah penginapan, dan lain sebagainya.

Di lain pihak, Pemerintah Indonesia mulai giat mengembangkan sektor

pariwisata. Perkembangan sektor pariwisata itu mendapatkan dukungan penuh

dari pemerintah dengan dikeluarkannya kebijakan yang secara formal

menempatkan sektor pariwisata dalam Rencana Pembangunan Semesta 8 tahun

dari tahun 1960 – 1968, serta dalam REPELITA I pada tahun 1969.43 Daerah

Yogyakarta menjadi terkenal sebagai daerah tujuan wisata selain karena obyek-

obyek wisatanya yang memang menarik untuk dikunjungi, juga didukung oleh

akses yang mudah, baik melalui transportasi darat, ataupun udara sehingga

kemudian Yogyakarta terkenal sebagai daerah tujuan wisata kedua setelah Bali.

Semakin banyaknya jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta,

43 Ibid., hal. 103-105.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

76

artinya semakin membuka jalan bagi perkembangan usaha yang baru dalam

bidang hotel dan penginapan.

Bagi sebagian pengusaha batik di Prawirataman, perkembangan industri

pariwisata tersebut juga dimaknai sebagai peluang usaha yang baru. Letak daerah

Prawirataman yang strategis, dan tidak begitu jauh dari Kraton Yogyakarta

sebagai pusat kota memudahkan akses bagi para wisatawan yang datang

berkunjung. Selain itu, salah satu modal besar yang sangat mendukung dan

dimiliki oleh para pengusaha batik Prawirataman adalah rumah dengan ukurannya

sangat besar dan bagus, ditambah dengan tanah pekarangan yang luas. Oleh

karena itu, dari berbagai bidang usaha yang coba dikembangkan pasca industri

batik meredup, jasa penginapan menjadi salah satu pilihan.

Usaha jasa penginapan di daerah Prawirataman itu dimulai dari salah

seorang pengusaha batik yang menyewakan kamarnya kepada wisatawan yang

tertarik dengan batik. Saat itu hanya terdapat beberapa perusahaan batik yang

bertahan, juga beberapa art shop yang menjual lukisan batik. Dari mulut ke mulut

berita tentang Prawirataman tersebar sehingga jumlah wisatawan yang datang

bertambah. Pengusaha batik yang pada awalnya hanya menyewakan kamar di

rumahnya, kemudian mulai membangun penginapan yang bersifat homestay44

pada sekitar tahun 1968, di Prawirataman sebelah barat, dekat dengan Jalan

Parangtritis.

44 Chiyo Inui Kawamura, op. cit. hal. 102. Homestay adalah rumahkeluarga yang digunakan untuk menerima tamu atau wisatawan yang inginmenginap. Hubungan antara keluarga di rumah itu dengan tamunya tidak bersifatkomersial semata, tetapi juga bersifat kekeluargaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

77

Usaha jasa penginapan tersebut berjalan sangat baik dan banyak

peminatnya. Melihat potensi tinggi yang dimiliki sektor pariwisata Yogyakarta,

dan jumlah wisatawan yang terus bertambah, banyak pengusaha batik lain yang

kemudian tertarik dan ikut merintis usaha yang sama. Beberapa dari mereka yang

pada awalnya memanfaatkan rumah mereka sebagai kos-kosan dan dikontrakkan,

mulai banting setir mengalihkan usaha mereka. Bangunan rumah kos-kosan

tersebut kemudian di renovasi menjadi kamar-kamar dengan fasilitas yang lebih

baik dan layak disewakan kepada para wisatawan. Berawal dari sinilah usaha

akomodasi dan penginapan di daerah Prawirataman mulai berkembang, dan

menjadi sangat ramai dan pesat pada tahun-tahun selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

BAB IV

DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI DI

PRAWIRATAMAN

Setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik yang

disengaja atau pun tidak disengaja, secara langsung atau tidak langsung,

sebagian atau menyeluruh, tentu membawa konsekuensi, dampak, dan pengaruh

bagi masyarakatnya. Ketika berbicara mengenai dampak, tentu tidak dapat lepas

dari dampak yang sifatnya primer dan sekunder. Dampak yang bersifat primer

disini maksudnya adalah perubahan suatu lingkungan tertentu yang disebabkan

secara langsung oleh suatu kegiatan. Sedangkan dampak sekunder merupakan

perubahan yang terjadi secara tidak langsung dari suatu kegiatan, artinya

perubahan yang terjadi sebagai kelanjutan dari dampak yang sifatnya primer.

Dampak yang timbul baik primer maupun sekunder tersebut dapat bersifat negatif

maupun negatif.1

Cepat atau lambat dan besar kecilnya pengaruh yang kemudian timbul

dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat suatu tempat, akan sangat tergantung

1 Sudarmo Ali Murtopo, dkk, Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar)Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta(Studi Kasus Pertanian Salak Pondoh Desa Bangunkerto). Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995/1996. Hal. 87-88.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

79

pada keadaan dan kesiapan masyarakat tersebut. Meskipun demikian, dorongan

dan tekanan dari luar, juga dapat memberikan pengaruh yang tidak terduga. Satu

hal yang perlu dijadikan catatan bahwa perubahan yang terjadi itu tidak selamanya

memberikan dampak yang sifatnya kemajuan (progress), namun juga dapat

mengakibatkan kemunduran (regress).

Sama halnya dengan perubahan yang terjadi di Prawirataman. Berbagai

perubahan yang terjadi di daerah tersebut, sampai kemudian industri pariwisata

masuk sebagai alternatif baru yang dipilih sebagai usaha perekonomian

masyarakat setelah industri batik mengalami kemunduran, disadari atau pun tidak,

pasti akan membawa pengaruh bagi masyarakat yang tinggal di Prawirataman

sendiri dan juga masyarakat yang tinggal lingkungan di daerah sekitar. Lambat

laun perubahan tersebut sedikit banyak juga akan memberikan pengaruh terhadap

perkembangan usaha pariwisata di wilayah Yogyakarta.

Oleh karena itu, dalam bab ini akan coba dibahas tentang dampak dan

akibat yang ditimbulkan oleh perubahan yang terjadi di daerah Prawirataman,

dalam hubungannya dengan perkembangan industri pariwisata terutama dalam

bidang usaha jasa penginapan sebagai solusi yang dipilih akibat merosotnya usaha

batik di daerah tersebut. Dampak-dampak yang muncul sudah tentu dapat

melanda berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, ataupun

budaya. Namun demikian agar pembahasannya tidak melebar kemana-mana,

maka dalam penelitian ini dampak yang akan dilihat akan lebih banyak berfokus

pada bidang sosial dan ekonomi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

80

Untuk memberi gambaran terperinci tentang awal mula usaha jasa

penginapan di daerah Prawirataman dan dampak yang ditimbulkan sebagai akibat

dari perkembangan usaha jasa penginapan yang menggantikan merosotnya usaha

batik tersebut, pembahasan dalam bab ini akan dibagi ke dalam tiga subbab, yaitu

proses muncul dan berkembangannya usaha jasa penginapan di Prawirataman,

dampak ekonomi yang timbul sebagai akibat dari berbagai perubahan yang

terjadi, dan kemudian pengaruh dan dampak sosial yang muncul di Kampung

Prawirataman.

A. Proses Perkembangan Industri Pariwisata Terutama Usaha

Jasa Penginapan di Kampung Prawirataman

Industri pariwisata dapat dilihat sebagai salah satu upaya pemerintah

dalam memperkenalkan nilai-nilai baru kepada masyarakat. Upaya tersebut

merupakan suatu proses mempertemukan dan saling penyesuaian antara nilai-nilai

baru dengan nilai-nilai yang selama ini menjadi pedoman hidup masyarakat. Oleh

karena itu, sikap masyarakat yang bakal timbul nantinya, dapat diprediksi menjadi

(1) menerima nilai-nilai baru tersebut dan menghilangkan nilai yang lama, (2)

nilai baru dan nilai-nilai lama berjalan seiring, (3) menolak nilai-nilai baru dan

mempertahankan nilai-nilai yang lama. Jadi, keikutsertaan masyarakat pada

pembangunan pariwisata dipandang turut memsukseskan program pemerintah,

namun bisa jadi keterlibatan tersebut justru membawa pengaruh terhadap nilai-

nilai yang selama ini dipertahankan. Dengan kata lain, konsekuensi logis dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

81

pengembangan pariwisata, cepat atau atau lambat dapat membawa dampak bagi

masyarakat.2

Produk yang dihasilkan dari industri pariwisata tersebut dapat dikatakan

memang bukan merupakan produk nyata yang berupa benda, akan tetapi

merupakan rangkaian jasa yang tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga

memiliki segi-segi yang bersifat sosial, psikologis, dan lain sebagainya. Jadi,

ketika berbicara tentang kata ‘industri’ dalam pengertian industri pariwisata

artinya adalah suatu rangkaian perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk

jasa.3 Rangkaian perusahaan yang termasuk dalam industri wisata tersebut antara

lain, penginapan, restoran, agen perjalanan wisata, perusahaan penukaran uang,

perusahaan penyewaan sarana transportasi, dan lain sebagainya. Perusahaan-

perusahaan tersebut kemudian saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk

menghasilkan produk wisata.

Sejalan dengan proyek pembangunan pariwisata Yogyakarta yang diawali

dengan proyek seni drama tari Ramayana di Candi Prambanan pada tahun 1961,

jumlah kunjungan wisatawan baik domestik ataupun asing ke wilayah Yogyakarta

mengalami peningkatan. Walaupun sempat mengalami penurunan pada sekitar

tahun 1965/1966 karena kerusuhan politik yang terjadi pada masa itu, namun pada

tahun-tahun berikutnya jumlahnya terus mengalami peningkatan. Misalnya pada

2 Zulyani Hidayat, ed. Dampak Pariwisata Terhadap Pola PemukimanPenduduk Cipanas Garut, Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan. 1994/1995. Hal. 46.

3 Spillane, James J. Pariwisata Indonesia: sejarah dan Prospeknya.Yogyakarta: Kanisius. 1987. Hal. 88-89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

82

tahun 1968, jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Kraton Yogyakarta

mencapai 2.191 orang, dan 28.961 orang wisatawan domestik.4 Proyek

pembangunan pariwisata di Yogyakarta itu kemudian dikaitkan dengan

pembangunan berbagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata yang

lain termasuk akomodasi perhotelan.

Bagi banyak kalangan termasuk sejumlah anggota masyarakat di

Kampung Prawirataman, hal itu dipandang sebagai kesempatan yang

menguntungkan karena pada saat itu usaha batik yang mereka tekuni juga sedang

mengalami masa suram. Sehingga kemudian kesempatan yang ada itu

dimanfaatkan sebagai alternatif untuk mengembangkan usaha yang baru. Dan

batik printing yang walaupun pada saat itu sedang mengalami perkembangan

pesat namun justru tidak dipilih sebagai alternatif usaha.5

Di samping itu, para pengusaha batik tersebut juga memiliki modal berupa

tanah yang luas dan rumah besar yang dilengkapi dengan tempat produksi dan

pembuatan batik serta kamar-kamar untuk pegawai tetap di pekarangan belakang

rumahnya. Terlebih lagi, uang dan kekayaan yang diperoleh dari usaha

sebelumnya, serta lokasi yang cukup strategis karena dekat dengan tempat-tempat

4 Chiyo Inui Kawamura, op. cit. hal. 104 – 106.

5 Wawancara dengan Bapak H.R. Suhartono, tanggal 19 Juli 2013 diPrawirataman. Bapak Suhartono juga mengungkapkan bahwa “faktor permodalanbesar yang bila para pengusaha waktu itu akan mengikuti dengan proses printing,maka akan mengalami kesulitan di dalam finansialnya. Dan juga faktor alihperalatan dari tradisional menjadi modern, akan berubah sistem dan proses-prosesselanjutnya. Juga perlu diingat, para pengrajin batik waktu itu adalah turuntemurun dari para kakek dan neneknya, juga faktor pendidikannya tidak terlalutinggi.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

83

wisata di Kota Yogyakarta. Jadi secara fisik, dapat dikatakan bahwa semua modal

yang dibutuhkan sudah tersedia.

Kemudian pada tahun 1968, salah satu juragan batik di Prawirataman

mengalihfungsikan rumahnya dan mulai merintis usaha penginapan dengan

menyewakan kamar-kamarnya kepada wisatawan yang datang. Usaha tersebut

dipandang menguntungkan, dan karena jumlah wisatawan yang datang semakin

banyak namun fasilitas penginapan yang ada masih terlalu sedikit, maka

kemudian sejumlah orang lainnya yang berasal dari kelima trah keluarga besar

Prawirataman mulai ikut mengembangkan usaha yang sama.

Kesempatan yang baik untuk mengembangkan usaha pariwisata dan lebih

spesifiknya usaha jasa penginapan tersebut juga diungkapkan oleh Bapak H.R.

Suhartono yang merupakan salah satu keturunan dari trah keluarga tersebut,

sebagai berikut:

“Pada waktu pemerintahan Orde Baru/Soeharto sebagai Presiden RI ke-2,mempunyai program-program pemerintah dibidang kepariwisataan,digalakkan karena bidang kepariwisataan bisa mendatangkan devisa yangbesar. Jadi pada waktu kami mulai merintis usaha jasa perhotelan itu,dipermudah mencari ijin-ijin pariwisata.”6

Berdasarkan pernyataan Bapak Suhartono tersebut dapat diketahui bahwa

masyarakat Prawirataman juga memandang bahwa dukungan yang diberikan

pemerintah dalam bidang kepariwisataan memang besar. Sebagaimana diuraikan

oleh Selo Soemardjan bahwa pariwisata terutama pariwisata internasional

termasuk dalam program pembangunan nasional Indonesia sebagai salah satu

6 Wawancara dengan Bapak H.R Suhartono, tanggal 19 Juli 2013, diPrawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

84

sektor pembangunan ekonomi. Dari pariwisata diharapkan dapat diperoleh devisa,

baik dari pengeluaran para wisatawan di negara kita, maupun sebagai penanaman

modal asing dalam industri pariwisata. Secara garis besar inti dari peranan

pariwisata dalam pembangunan negara dapat dikategorikan menjadi tiga segi,

yaitu segi ekonomis sebagai sumber devisa dan pajak-pajak, segi sosial yang

berupa penciptaan lapangan kerja, dan segi kebudayaan yang memperkenalkan

kebudayaan Indonesia kepada wisatawan asing yang datang berkunjung.7

Oleh karena itu perkembangan usaha-usaha pariwisata di Indonesia dan

Yogyakarta pada khususnya mendapatkan perhatian dan dukungan penuh dari

pemerintah. Keikutsertaan daerah Prawirataman dalam industri pariwisata ini

ditandai dengan banyaknya penginapan yang bersifat homestay atau guest house

di daerah tersebut. Sebagian besar dari penginapan tersebut adalah milik

perorangan yang berskala kecil sehingga banyak yang belum terdaftar dalam

statistik pemerintah.8

Namun demikian, usaha jasa penginapan tersebut terus berkembang secara

luas. Potensi dalam bidang kepariwisataan yang dipandang sangat potensial

membukakan jalan baru bagi para mantan pengusaha batik di Prawirataman serta

kerabat keluarga dari kelima trah Prawirataman yang tinggal di daerah lain,

misalnya di Dagen, dan Taman Siswa. Sehingga kemudian mereka juga turut

mengembangkan usaha jasa penginapan di daerah masing-masing.

7 Gatut Murniatmo dan Tshadi, Dampak Pengembangan PariwisataTerhadap Kehidupan Sosial Budaya daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Hal 78-78

8 Chiyo Inui Kawamura, op. cit. hal. 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

85

Dengan demikian, faktor-faktor yang mendorong perkembangan usaha

jasa penginapan di daerah Prawirataman setelah usaha batiknya mengalami

kemerosotan tidak hanya datang dari kondisi pengusaha batik sendiri, akan tetapi

juga turut didukung oleh kebijakan pemerintah sehubungan dengan pembangunan

pariwisata. Usaha jasa penginapan di daerah Prawirataman yang pada mulanya

diawali oleh trah keluarga besar mantan pengusaha batik, berangsur-angsur

diikuti banyak kalangan dan berkembang luas sehingga pada masa kini Kampung

Prawirataman dikenal sebagai kampung turis.

B. Dampak Ekonomi dari Perubahan di Prawirataman

Dalam kurun waktu 1920 – 1975, masyarakat Prawirataman telah

mengalami berbagai perubahan bidang perekonomian. Kelompok masyarakat

yang pada awalnya merupakan abdi dalem keprajuritan Kraton yang

mengembangkan usaha batik untuk memenuhi kebutuhan batik di kalangan istana,

kemudian berkembang menjadi komoditi dagang dengan pangsa pasar yang lebih

luas, mengalami masa kejayaan dalam bidangnya pada tahun 1920-an, dan sempat

mengalami kemunduran usaha pada tahun 1930-an karena depresi ekonomi yang

melanda dunia, namun pada akhirnya berhasil meraih kesuksesannya kembali

pada tahun 1950-an. Sekitar sepuluh tahun kemudian, industri batik tersebut

kembali collapse yang salah satu penyebabnya adalah terjadinya ekspansi dan

perkembangan batik printing. Berbagai macam potensi kegiatan perekonomian

yang baru coba dikembangkan, misalnya peternakan ayam, rumah kos-kosan,

galeri lukisan batik, dll. Namun sekitar tahun 1968, salah seorang juragan batik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

86

membuka penginapan untuk wisatawan. Usaha baru tersebut mendapatkan

sambutan yang baik sehingga kemudian pada tahun 1970-an, usaha penginapan-

penginapan yang lain mulai bermunculan. Pada saat yang bersamaan, pemerintah

sedang gencar-gencarnya menggalakkan program pariwisata sebagai penghasil

devisa negara, sehingga usaha penginapan di daerah Prawirataman juga ikut

berkembang dan lambat laun menjadi kegiatan perekonomian yang utama.

Dari segi ekonomi, kegiatan perekonomian utama di daerah Prawirataman

itu telah mengalami suatu perubahan, yaitu dari industri sekunder yang

memproduksi batik menjadi industri tersier yang menyediakan jasa terutama

dalam bidang pariwisata. Perubahan tersebut praktis membawa pengaruh pada

cara hidup warga masyarakat setempat, yang secara pasti ditunjukkan dengan alih

profesi para juragan batik menjadi pengusaha penginapan, guesthouse atau

homestay dengan memfungsikan rumahnya sebagai tempat penginapan.

Selanjutnya, perubahan dan alih profesi yang dilakukan oleh para juragan batik

tersebut juga akan menimbulkan konsekuensi dan pengaruh terhadap pola

kehidupan masyarakat Prawirataman pada umumnya.

Alih profesi yang dilakukan oleh juragan batik tersebut kemudian diikuti

oleh beberapa perubahan yang lain, antara lain dalam bidang ketenagakerjaan.

Sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya bahwa pada saat

Prawirataman menjadi sentra industri batik, masyarakat yang tinggal di di

Prawirataman, dan lingkungan sekitarnya bahkan di daerah pedesaan juga turut

terlibat sebagai tenaga kerja, baik yang tetap ataupun musiman (borongan). Dan

kemudian ketika industri tersebut berubah menjadi penginapan, tidak semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

87

tenaga kerjanya mendapatkan keuntungan yang sama sebagaimana dirasakan oleh

para juragan batik.

Akibat yang paling dirasakan dari sikap para juragan batik tersebut adalah

timbulnya pengangguran. Memang ada beberapa dari mantan perajin batik yang

kemudian juga ikut beralih menekuni bidang jasa penginapan di bawah juragan

yang sama. Bahkan agar dapat mendukung kelancaran usahanya, ada juragan

batik yang memberikan kesempatan kepada para bekas perajin batik tersebut

untuk belajar bahasa asing, terutama Bahasa Inggris. Hal ini dilakukan dengan

harapan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada tamu-tamu asing yang

menginap.9 Namun bagi sebagian dari perajin batik yang kurang beruntung,

mereka mulai menekuni bidang pekerjaan yang lain, misalnya sebagai tukang

becak, buruh bangunan, dan lain sebagainya.

Perkembangan usaha jasa penginapan pada khususnya dan pariwisata pada

umumnya, juga merupakan faktor pendorong berubahnya pola mata pencaharian

penduduk. Hal itu berjalan beriringan dengan perubahan lingkungan kegiatan

perekonomian di daerah Prawirataman sendiri. Maksudnya, sejalan dengan

berkembangnya usaha jasa penginapan di daerah itu, tumbuh pula berbagai usaha

penunjang pariwisata lainnya, antara lain restoran dan rumah makan, money

changer, tempat penyewaan moda transportasi, biro perjalanan wisata, toko

9 Wawancara dengan Bapak Heriyadi Ayik, 54 tahun, tanggal 17 Juli 2013,dan Bapak Suprapto, 65 tahun, tanggal 13 Juli 2013, di Prawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

88

kerajinan tangan dan suvenir, toko yang menjual barang keperluan pribadi, dan

lain sebagainya.

Namun demikian, pemilik usaha-usaha tersebut tidak semuanya berasal

dari Kampung Prawirataman, walaupun tanah dan bangunan yang mereka tempati

disewa dari orang setempat. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan

situasi ketika usaha batik sedang sangat berkembang. Pada masa kejayaan industri

batik, kegiatan usaha batik merupakan bisnis rumah tangga yang dimiliki dan

dijalankan oleh penduduk Prawirataman sendiri, meskipun tenaga kerjanya

berasal dari berbagai daerah. Sedangkan yang terjadi kemudian terutama pada saat

usaha penginapan berkembang, para pengusaha dari luar Prawirataman datang dan

membuka suatu bisnis tertentu yang berhubungan dengan kegiatan kepariwisataan

dengan menyewa tanah dan bangunan dari mantan pengusaha batik dan penduduk

setempat.

Perubahan pada lingkungan kegiatan perekonomian tersebut merupakan

suatu hubungan yang saling menguntungkan. Artinya bukan hanya pemilik usaha

penunjang pariwisata yang mendapatkan keuntungan, akan tetapi juga sebagian

anggota masyarakat di Prawirataman karena mereka dapat menyewakan tanah

kosong atau bangunan rumahnya kepada para pengusaha tersebut, sehingga secara

teratur mendapatkan uang sewa dari pihak penyewa.

Selain itu, sebagian dari penduduk Prawirataman yang letak rumahnya

agak masuk ke dalam dan tidak berada di sepanjang utama atau Jalan

Prawirataman menjalankan usaha kos-kosan dan kontrakan. Kamar-kamar kosong

di rumah mereka disewakan kepada para karyawan yang bekerja di guest house,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

89

restoran, biro perjalanan wisata serta usaha-usaha penunjang pariwisata lainnya

yang berasal dari daerah pedesaan atau luar kota.

Perkembangan usaha jasa penginapan tersebut juga memberi dampak dan

manfaat bagi sebagian dari masyarakat setempat yang ingin turut ambil bagian

dalam mencari celah yang diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk

memperbaiki taraf perekonomiannya. Hal ini dapat dipandang sebagai salah satu

bentuk perluasan kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang tidak hanya

diperuntukkan bagi penduduk setempat, tetapi juga dapat menarik pendatang-

pendatang baru dari luar daerah.

Sebagai salah satu contohnya adalah tukang becak. Ketika usaha

penginapan mulai berkembang dan banyak wisatawan yang datang untuk

menginap di daerah Prawirataman, pekerjaan sebagai penarik becak menjadi

sangat populer. Banyak warga sekitar Prawirataman dan dari pedesaan yang

berbondong-bondong mengadu peruntungan sebagai tukang becak di

Prawirataman.

Pekerjaan sebagai penarik becak secara fisik memang tidaklah ringan.

Namun demikian, pekerjaan ini dirasa sangat menguntungkan terutama ketika

mereka mendapat pelanggan wisatawan asing. Harga yang dipatok untuk

wisatawan asing biasanya lebih tinggi, sehingga mereka mendapatkan penghasilan

lebih. Selain mengantarkan para wisatawan ke obyek-obyek wisata terdekat, para

tukang becak tersebut juga akan menawarkan program belanja batik atau suvenir

ke toko-toko yang menawarkan sistem komisi. Artinya, ketika wisatawan yang

dibawa tukang becak tersebut membeli sesuatu, pihak toko akan memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

90

sekian persen dari total pembeliannya kepada tukang becak sebagai komisi. Dari

situlah para tukang becak tersebut akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih

besar.

Oleh karena itu lah, banyak sekali orang yang datang untuk mengadu nasib

sebagai tukang becak di Prawirataman. Sehingga untuk mendata jumlah tukang

becak dan menghindari konflik dibentuk suatu paguyuban. Paguyuban atau

perkumpulan yang disebut P2BPJ atau Perkumpulan Pengemudi Becak

Prawirataman Jogjakarta itu bertujuan untuk memberikan pelayanan transportasi

lokal bagi para wisatawan. Melalui perkumpulan tersebut, para tukang becak

tersebut mendapatkan pembagian tempat ‘mangkal’ untuk menunggu kedatangan

tamu. Mereka juga membuat sistem pengaturan agar setiap tukang becak

mendapatkan jatah penumpang secara bergiliran. Dari perkumpulan tersebut para

tukang becak juga mendapatkan pelatihan Bahasa Inggris, baik dari wisatawan

asing yang sering datang ke Prawirataman ataupun petugas-petugas dari Dinas

Pariwisata.10

Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan, tidak sedikit cerita

tentang tukang becak yang mendapatkan bantuan secara finansial dari para turis

dan wisatawan asing yang datang berkunjung. Bapak Sarijan, salah satu tukang

becak, sudah menjalankan pekerjaannya selama lebih dari 35 tahun di

Prawirataman. Setelah mencoba berbagai macam pekerjaan akhirnya memutuskan

untuk menjadi tukang becak karena banyaknya jumlah wisatawan yang datang

10 Wawancara dengan Bapak Sarijan, 67 tahun, dan Bapak Soegiran, 62tahun, di Prawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

91

berkunjung di Yogyakarta. Prawirataman dipilih karena letaknya dekat dengan

tempat tinggalnya. Pada saat menarik becak dan mengantarkan wisatawan asing,

tidak sedikit dari wisatawan itu yang berbelanja batik ataupun kerajinan perak

sehingga selain ongkos becak, Bapak sarijan sering mendapatkan komisi. Di

samping itu, berdasarkan pengalamnnya hampir setiap wisatawan yang datang

dari Belanda dan naik becaknya selalu memberikan pakaian sebagai tanda terima

kasih. Ketika sedang beruntung, tidak jarang pula wisatawan asing yang

memberikan uang tambahan atau tip dalam jumlah besar. Selain itu, tidak jarang

pula wisatawan yang menawarkan bantuan finansial kepada para tukang becak.

Salah satu bantuan besar yang diterima Bapak sarijan datang dari turis asal

Amerika yang membantu biaya sekolah anak-anaknya. Bapak Sarijan memiliki

tujuh orang anak, dan berhasil menyekolahkan ketujuh anaknya. Salah satu dari

ketujuh anaknya, yaitu anak perempuan yang nomer tiga mendapatkan

kesempatan untuk sekolah di Amerika berkat bantuan salah satu pelanggan

becaknya. Saat ini anaknya tersebut bekerja di sebuah bank, sudah berkeluarga

dan menetap di Amerika. Meskipun mendapatkan kiriman uang dari sang anak

setipa bulannya, tetapi Bapak Sarijan masih mencintai pekerjaannya sebagai

tukang becak.11

Kasus seperti Bapak Sarijan di atas cukup sering terjadi dan dialami oleh

beberapa tukang becak. Terdapat banyak cerita tentang tukang becak

Prawirataman yang mendapatkan berbagai bantuan finansial dari wisatawan asing

11 Wawancara dengan Bapak Sarijan, 67 tahun, pada tanggal 16 Juli 2013,di Prawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

92

yang datang menginap di daerah tersebut. Ada yang dibelikan tanah, rumah, uang

sebagai modal usaha, dibelikan becak dan kemudian menjadi juragan becak di

Prawirataman, dan lain sebagainya. Cerita tentang kesuksesan para tukang becak

tersebut juga diakui oleh penduduk setempat.12

Selain pemilik penginapan dan usaha-usaha penunjang pariwisata, serta

tukang becak seperti telah disebutkan di atas, perluasan lapangan pekerjaan juga

terjadi dengan bertambahnya jumlah orang yang menekuni profesi guide atau

pemandu wisata. Kehadiran pemandu wisata lokal berguna karena selain

memandu wisatawan ke obyek-obyek wisata, juga mengantarkan wisatawan ke

tempat penginapan milik orang yang dikenal baik. Sama halnya dengan toko-toko

cinderamata, tidak jarang pula para pemandu wisata yang meminta komisi sebagai

balas jasa karena telah membawa tamu menginap ke penginapan tersebut.

Sebagian pemuda dari Prawirataman dan daerah-daerah sekitarnya juga turut

merasakan keuntungan dari pesatnya perkembangan industri pariwisata di

Prawirataman sebagai pemandu wisata tersebut.13

Perubahan dalam bidang ekonomi tersebut, pada satu sisi memang

memberikan keuntungan bagi sebagian anggota masyarakat Prawirataman dan

daerah sekitarnya. Namun demikian, kecenderungan para tukang becak dan

pemandu wisata untuk membawa wisatawan ke toko-toko suvenir dimana mereka

12 Wawancara dengan Ibu Sri Fitriyati, 52 tahun, tanggal 11 Maret 2013,Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, tanggal 12 Juni 2013, Bapak Sarijan, 67 tahun, danBapak Soegiran, 62 tahun, pada tanggal 16 Juli 2013 di Prawirataman.

13 Wawancara dengan Bapak Aryo, 55 tahun, tanggal 7 Juli 2013, diPrawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

93

mendapatkan komisi, bisa menjadi hal yang sangat merugikan pihak wisatawan.

Lambat laun, hal semacam ini akan sangat berpengaruh pada pencitraan dunia

pariwisata di Yogyakarta pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya.

C. Dampak Sosial dari Perubahan di Prawirataman

Selain dampak-dampak dalam bidang ekonomi sebagaimana telah

diuraikan di atas, berbagai perubahan dan pergantian bidang usaha yang ditekuni

juga menimbulkan pengaruh pada bidang kehidupan yang lain. Persinggungan

dengan dunia pariwisata dan pertemuan dengan kebudayaan-kebudayaan yang

baru yang dibawa oleh wisatawan asing yang datang berkunjung dan menginap di

Prawirataman, sedikit banyak turut memberikan pengaruh dan pergeseran pada

kehidupan masyarakat setempat. Daerah Prawirataman yang kemudian menjadi

salah satu pusat penginapan dapat dikategorikan sebagai daerah yang intensitas

hubungan antara wisatawan dan penduduk lokal relatif tinggi. Jika berlangsung

terus menerus, hal itu tentu saja akan memunculkan pergeseran-pergeseran yang

pada akhirnya akan mendorong timbulnya perubahan sosial pada masyarakat.

Perubahan yang terjadi di daerah Prawirataman, khususnya setelah terjadi

alih profesi dari juragan batik menjadi pengusaha dalam bidang penginapan dan

pariwisata, juga membawa pengaruh pada kebiasaan dan adat yang dulunya

dikembangkan. Salah satunya adalah dalam hal pernikahan. Terdapat perubahan

pada pola pernikahan yang terjadi di kalangan para pengusaha penginapan yang

dulunya merupakan mantan juragan batik yang menjalankan usahanya secara

turun-temurun. Runtuhnya usaha batik, membawa perubahan pada jenis usaha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

94

yang mereka kembangkan, sehingga ikatan pernikahan yang didasarkan pada

jaringan usaha batik tidak lagi terjadi.

Pada masa lalu sering terjadi pernikahan antar individu yang masih

memiliki hubungan kekerabatan, dalam hal ini adalah anggota kekerabatan

pengusaha batik di daerah Prawirataman. Hal ini merupakan suatu ekspresi yang

dilakukan dengan harapan untuk tetap menjaga ruang lingkup kekeluargaannya,

dan atau ketakutan mendapatkan pasangan yang kurang baik bagi keturunan

keluarga tersebut. Sebagian memandang pernikahan sekerabat antar keluraga

juragan batik tersebut dilakukan untuk menghindarkan terjadinya perpindahan

kekayaan atau ‘ndak bandane keliyan’.14 Jadi anak-anak dari juragan batik

tersebut dicarikan jodoh yang tingkat atau status sosial dan ekonominya sederajat.

Dan terkadang juga terjadi pernikahan sekerabat agar harta kekayaan yang telah

dimiliki oleh trah-trah keluarga di Prawirataman tersebut tidak berpindah tangan.

Namun kemudian, kebiasaan mencarikan jodoh dan pernikahan berdasarkan

kekerabatan dan jaringan batik tersebut ikut memudar seiring dengan meredupnya

usaha batik dan berbagai perubahan yang terjadi.

Selain dalam hal pernikahan, kebebasan juga diberikan dalam pilihan

mengembangkan usaha. Dahulu pada masa kejayaan industri batik, usaha tersebut

merupakan usaha turun temurun dan anak-anaknya sudah belajar tentang dunia

membatik sejak masih muda, namun ketika usaha baru mulai dikembangkan dan

14 Wawancara dengan Ibu Dalulu Wanisa, 50 tahun, pada tanggal 12 Juni2013, di Prawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

95

faktor pendidikan serta pengetahuan yang lebih luas, mereka mendapatkan

kebebasan untuk menentukan pilihan. “Ada anak yang mau meneruskan usaha

keluarganya, ada yang tidak mau lalu memilih menjadi pegawai negeri, sekolah

tinggi, dan lain-lain.”15

Kebebasan pilihan tersebut secara tidak langsung juga memiliki pengaruh

pada perubahan lingkungan di Prawirataman dalam hubungannya dengan hak

kepemilikan tanah dan bangunan. Juragan batik yang memiliki rumah dan

bangunan besar beserta tanah pekarangan yang sangat luas, kemudian

membaginya untuk diberikan kepada anaknya sebagai warisan. Dari beberapa

anak yang dimiliki tersebut, ada yang tetap bertahan dan meneruskan usaha

peninggalan orang tuanya dan menetap di Prawirataman. Akan tetapi tidak sedikit

pula yang menyewakan bahkan malah menjual tanah yang diwariskan kepadanya,

serta memilih tinggal di daerah yang lain. Keadaan yang seperti itu tidak lagi

menunjukkan kesesuaian dengan situasi yang terjadi di masa lalu ketika usaha

batik begitu berkembang di Prawirataman, baik pada tahun 1920-an ataupun

1950-an.

Pada saat daerah Prawirataman menjadi sentra industri batik, para pekerja

tetap mendapatkan kamar untuk menginap. Di samping itu, para perajin batik

yang bukan merupakan karyawan tetap dan datang dari tempat yang cukup jauh

dari Prawirataman, dapat menumpang tinggal atau ‘ngindung’16 di pekarangan

15 Wawancara dengan Bapak Suprapto, 65 tahun, tangga 13 Juli 2013, diPrawirataman.

16 Ngindung adalah kata dalam Bahasa Jawa yang berarti induk. Ngindungadalah penduduk yang turut menghuni rumah atau tanah dari pemilik rumah atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

96

yang dimiliki juragan-juragan batik tempat mereka bekerja ataupun penduduk asli

Prawirataman yang memiliki tanah pekarangan yang luas. Seiring dengan

perkembangan zaman, dan ketika rumah-rumah besar milik juragan batik dan

pekarangannya dialih fungsikan menjadi penginapan, otomatis para pengindung

tersebut harus meninggalkan tempat yang mereka tinggali. Selanjutnya seiring

dengan tumbuh dan berkembangnya usaha jasa penginapan, tanah-tanah kosong

atau sebagian dari bangunan yang dimiliki mulai disewakan kepada para

pendatang yang berkeinginan untuk membuka usaha-usaha penunjang pariwisata.

Hal ini dilakukan untuk tujuan komersial dan memperoleh keuntungan

Konsekuensi lain yang kemudian timbul dari perubahan dan

perkembangan usaha jasa penginapan di Prawirataman ini adalah timbulnya

persaingan yang terkadang berlebihan dan kurang sehat. Para pemilik usaha-usaha

jasa penunjang wisatawan itu tidak semuanya merupakan keluarga atau memiliki

hubungan kekerabatan selayaknya terjadi pada masa Prawirataman menjadi sentra

industri batik. Oleh karena itu persaingan, terutama dalam menentukan harga dan

fasilitas antara satu pengusaha dan yang lainnya menjadi semakin jelas.

Persaingan itu juga muncul dalam hubungannya dengan perluasan

lapangan kerja. Maksudnya adalah kesempatan dan lapangan pekerjaan yang

muncul seiring dengan berkembangnya usaha jasa penginapan di daerah

Prawirataman menjadi semakin luas sehingga tidak hanya dinikmati oleh

tanah tersebut. Para pengindung ini tidak memiliki hak milik atas tanah,melainkan hanya hak pakai saja. Adat ngindung ini pada prinsipnya hampir samadengan sewa menyewa tanah. Namun demikian, dalam prakteknya, adat ngindungini juga sangat tergantung adari pemilik tanah, ada dari mereka yang menuntutuang sewa ada yang tidak dan hanya didasarkan pada hubungan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

97

penduduk setempat. Akan tetapi, ketersediaan lapangan pekerjaan tersebut juga

dapat menarik pendatang-pendatang dari luar daerah. Para pendatang yang masuk

ke wilayah Prawirataman ini tentu saja juga membawa adat dan kebiasaan

masing-masing, yang tidak selalu sama dengan sifat, adat dan kebiasaan penduduk

setempat. Penerimaan, perlawanan ataupun penolakan terhadap kebaruan yang

muncul tersebut tentu sangat tergantung pada keterbukaan masyarakat daerah

Prawirataman sendiri.

Sikap yang sama juga diperlukan dalam menghadapi derasnya gelombang

wisatawan asing yang berkunjung dan menginap di Prawirataman. Pandangan dan

persepsi yang keliru tentang para pendatang dan wisatawan itu, lambat laun dapat

memberikan dampak pada perubahan pola hidup masyarakat setempat. Misalnya

saja, besarnya pengeluaran dan uang yang dibelanjakan para wisatawan, di satu

sisi memberikan keuntungan bagi penduduk setempat, namun demikian

peningkatan pendapatan tersebut juga dapat mendorong timbulnya pola hidup

yang konsumtif. Meskipun demikian, keterbukaan sikap yang ditunjukan oleh

masyarakat Prawirataman terhadap unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk ke

daerah mereka, tidak begitu saja menghilangkan nilai-nilai tradisional yang sudah

ada di daerah tersebut. Namun justru dapat dikatakan bahwa nilai yang lama dapat

berjalan beriringan dengan nilai baru yang datang. Hal ini dapat dilihat dari masih

banyaknya kegiatan kampung yang dijalankan di Prawirataman, misalnya

siskamling, pengajian, perkumpulan RT, perkumpulan pemuda-pemudi, kerja

bakti, dan lain sebagainya. Dan ketika masyarakat ingin mengadakan kegiatan

tertentu, misalnya pembangunan gapura, lomba takbiran dan lain-lain, mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

98

juga melibatkan para pengusaha jasa pariwisata di Prawirataman, baik untuk

berpartisipasi aktif dalam rapat dan pertemuan ataupun sebagai penyumbang dana.

Kegiatan-kegiatan dalam masyarkat tersebut juga dapat menjadi salah satu daya

tarik bagi wisatawan yang tinggal di Prawirataman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

BAB V

PENUTUP

Dalam rentang waktu 1920 – 1975 pemukiman Prajurit Prawiratama yang

dikenal dengan nama Kampung Prawirataman telah mengalami berbagai proses

perubahan. Di dalam proses perubahan tersebut, Kampung Prawirataman

mengalami perkembangan, kemajuan, kemunduran dan pergantian dalam bidang

usaha yang ditekuni, yaitu dari industri batik menjadi industri pariwisata.

Perubahan tersebut terjadi bukan hanya karena faktor internal dari dalam

masyarakatnya sendiri, yaitu tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Akan

tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika dan situasi yang terjadi pada tingkat

nasional, baik dalam bidang ekonomi, sosial ataupun politik. Berbagai kebijakan

yang dikeluarkan pemerintah, baik lokal ataupun nasional juga turut memberikan

pengaruh.

Proses perubahan yang terjadi di Kampung Prawirataman pada kurun

waktu 1920 – 1975 tersebut adalah sebagai berikut, kampung Prawirataman

awalnya merupakan suatu pemukiman yang tanahnya diberikan oleh Kraton

kepada abdi dalem dengan profesi prajurit yang tergabung dalam Kesatuan

Prajurit Prawiratama, sehingga kemudian nama kampungnya disebut

Prawirataman. Para istri dari abdi dalem prajurit tersebut menekuni usaha batik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

100

untuk memenuhi kebutuhan batik istana, dan juga sebagai sumber penghasilan

tambahan. Lambat laun peminat kain batik semakin meluas bukan hanya untuk

kalangan istana saja, sehingga batik menjadi komoditi dagang yang sangat

populer. Permintaan pasar yang tinggi bersamaan dengan berkembangnya

penemuan teknik cap yang memudahkan proses pembuatan batik dalam waktu

yang relatif singkat, daerah Prawirataman tumbuh menjadi salah satu sentra

industri batik yang penting di Yogyakarta.

Industri batik tersebut mengalami kemunduran pada saat krisis ekonomi

melanda dunia pada kisaran tahun 1930. Namun kemudian, perjuangan melawan

keterpurukan yang dilakukan para pengusaha batik di Yogyakarta mendapatkan

dukungan dari pemerintah pasca Proklamasi Kemerdekaan RI. Kebijakan

pemerintah yang membatasi impor kain bermotif batik dan melindungi industri

dalam negeri, membawa nama Prawirataman kembali pada tingkat kesuksesan,

meskipun tidak berlangsung lama. Situasi dan dinamika sosial, politik serta

ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1960-an, membawa pengaruh yang

besar. Situasi itu diperparah dengan berbagai kebijakan baru dari pemerintahan

yang baru pula. Di samping itu juga adanya ekspansi batik printing secara besar-

besaran. Kemunduran dan kemerosotan industri batik tidak dapat dihindarkan,

banyak pengusaha batik yang terpaksa menutup usaha mereka, dan mencoba

peruntungan dengan mengembangkan berbagai jenis usaha yang baru misalnya

rumah kos, peternakan ayam, dan lain sebagainya.

Pada tahun 1968, salah satu mantan pengusaha batik di Prawirataman

memulai usaha baru dengan mengalihfungsikan rumah bekas usaha batiknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

101

sebagai tempat penginapan. Usaha tersebut dipandang berhasil karena pada saat

itu pemerintah sedang gencar-gencrnya menggalakkan program pariwisata sebagai

penghasil devisa negara. Keberhasilan usaha penginapan tersebut kemudian

diikuti dengan munculnya penginapan-penginapan yang lain, sehingga kemudian

dan bahkan sampai sekarang, daerah industri batik Prawirataman beralih menjadi

daerah yang menekuni sektor pariwisata.

Bidang sosial dan ekonomi merupakan dampak yang paling dirasakan

masyarakat sebagai akibat dari perubahan tersebut. Masyarakat yang dulunya

menekuni usaha batik berkenalan dengan dunia pariwisata melalui usaha jasa

penginapan. Usaha baru dalam bidang pariwisata itu disatu sisi membawa

kerugian bagi para buruh batik yang kehilangan pekerjaan, namun kemudian

eksternalisasi positif yang berupa perluasan kesempatan kerja yang baru kembali

muncul bagi masyarakat. Bukan hanya dalam bidang penginapan, akan tetapi juga

usaha penunjang pariwisata lainnya, misalnya rumah makan, tempat penyewaan

moda transportasi, biro perjalanan wisata, tukang becak, pemandu wisata, dan lain

sebagainya. Sebagian dari penduduk Prawirataman juga memperoleh penghasilan

dari usaha mereka menyewakan tanah dan bangunan yang dimiliki kepada para

pendatang.

Perubahan sosial yang signifikan juga dialami oleh sebagian masyarakat

terutama mantan pengusaha batik yang berasal dari lima trah kekerabatan yang

dipandang sebagai pelopor usaha batik di Prawirataman. Pola pernikahan

berdasarkan pada jaringan usaha batik yang dulu terjadi di kalangan para

pengusaha yang menjalankan usahanya batiknya secara turun-temurun, tidak lagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

102

terjadi seiring dengan merosotnya usaha batik tersebut. Keturunan para pengusaha

batik tersebut diberi kebebasan dalam menentukan pasangan hidupnya serta usaha

perekonomian yang dijalankan.

Meskipun telah terjadi perubahan yang signifikan di daerah Prawirataman

seperti telah diuraikan di atas, namun masih ada hal yang sampai sekarang masih

bertahan, yaitu ikatan masyarakat setempat yang masih kuat. Ikatan yang

dimaksud di sini adalah bahwa meskipun daerah Prawirataman telah berkembang

menjadi industri tersier dalam bidang kepariwisataan dan merupakan daerah

domisili bagi wisatawan lokal ataupun asing dari berbagai negara dan

kebudayaan, tidak serta merta merubah perilaku dan gaya hidup masyarakatnya.

Dengan kata lain, walaupun budaya asing dan nilai-nilai baru masuk ke daerah

Prawirataman namun nilai-nilai tradisional yang hidup di masyarakatnya masih

tergolong kuat. Hal ini tercermin dari kegiatan-kegiatan kampung yang masih

tetap dilaksanakan, misalnya kerja bakti, siskamling, pengajian, pertemuan RT,

dan lain-lain.

Batik sebagai cikal bakal usaha di daerah Prawirataman juga tidak

sepenuhnya hilang dan mati. Masih ada satu perusahaan yang tetap menekuni

bidang usaha batik, meskipun dengan skala produksi yang kecil. Usaha pelestarian

batik ini juga bisa dilihat dengan adanya beberapa biro perjalanan wisata yang

menjual paket kursus membatik bagi para wisatawan. Di samping itu ikatan

kekerabatan yang didasarkan pada trah-trah kekerabatan yang juga merupakan

pelopor dalam industri batik Prawirataman masih tetap dihargai oleh masyarakat

setempat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdurrachman Surjomiharjo, Kota Yogyakarta 1880-1930: SejarahPerkembangan Sosial. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000.

Aditya Kusumawan, Dari Kampung Menjadi Kelurahan: Patehan 1940-an–1970-an, Skripsi: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta. 2009.

Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman Menguak Identitas KampungMuhammadiyah. Yogyakarta: Tarawang. 2000

Alamsyah, Kajian Arkeomusikologi Terhadap Alat Musik Prajurit KratonYogyakarta, Skripsi: Jurusan Arkeologi fakltas Ilmu Budaya, UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta: 2005.

Darwis Khudori, Menuju Kampung Pemerdekaan Membangun Masyarakat Sipildari Akar-akarnya Belajar dari Romo Mangun di Pinggiran Kali Code.Yogyakarta: Yayasan Podok Rakyat. 2002.

Djoko Suryo, Penduduk dan Perkembangan Kota Yogyakarta 1900 – 1990, dalamFreel Colombijn, dkk. (ed), Kota lama Kota Baru Sejarah Kota-Kota diIndonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2005.

Dwi Ratna Nurhajarini, dkk. Yogyakarta: Dari Hutan Beringan Ke IbukotaDaerah Istimewa. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan NilaiTradisional. 2002.

Evers, Hans-Dieter dan Korff, Rudiger, Urbanisme di Asia Tenggara Makna danKekuasaan Dalam Ruang-ruang Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.2002.

Gatut Murniatmo dan Tshadi, Dampak Pengembangan Pariwisata TerhadapKehidupan Sosial Budaya daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993.

Hafda Zuraida, Sejarah Batik Tradisional Imogiri 1935 – 1942, Skripsi: JurusanIlmu Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta:2010.

Keller, Ila, Batik: The Art and Craft, Japan: Charles E. Tuttle Company Co, Inc.1966.

Jules R. Benjamin, A Student’s Guide to History, Boston: Bedford Books. 1994.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

104

Kawamura, Chiyo Inui, Peralihan Usaha dan Perubahan Sosial di KampungPrawirotaman 1950-1990-an. Tesis: Program Pasca Sarjana UniversitasGadjah Mada Yogyakarta. 2004.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 1994.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka. 2005.

Mohammad Chawari, Bangunan Tradisional Jawa Di Kampung KaumanYogyakarta Sebuah Model Pengelolaan. Tesis: Program Pasca SarjanaUniversitas Gadjah Mada. 2008.

Moedjanto, G, Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta:Penerbit Kanisius. 1994.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993.

Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Jakarta: Komunitas Bambu.2009.

Siska Narulita, Sejarah Koperasi Batik PPBI Yogyakarta 1950 -1980, Skripsi:Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta: 2004.

Spillane, James J, Pariwisata Indonesia: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:Kanisius. 1987.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali. 1982.

Sudarmo Ali Murtopo, dkk, Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar) TerhadapKehidupan Sosial Budaya Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (StudiKasus Pertanian Salak Pondoh Desa Bangunkerto). Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995/1996.

Suhartono, Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 1991.

Sutrisno Kutoyo, dkk. Sejarah Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta:Proyek Pengkajian dan Pembinan Nilai-nilai Budaya Pusat Direktorat danNilai Tradisional, Direktorat Jendral Kebudayaan. 1997.

Tim Penulis, Prajurit Kraton Yogyakarta Filosofi dan Nilai Budaya yangTerkandung di Dalamnya. Yogyakarta: Dinas Pariwisata dan KebudayaanYogyakarta. 2009.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

105

Tim Penyusun, Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta. Yogyakarta: Tim Penyusun Sejarah PerkembanganPemerintahan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 1990.

Zulyani Hidayat, (ed). Dampak Pariwisata Terhadap Pola Pemukiman PendudukCipanas Garut, Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan. 1994/1995.

Pdf files:

Chusnul Hayati, Gender dan Perubahan Ekonomi: Peranan Perempuan DalamIndustri Batik di Yogyakarta 1900-1965.http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/chusnul_hayati.htm.Diakses pada 10 Oktober 2011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI KAMPUNG …

LAMPIRAN 1

Data Narasumber dari Penelitian LapanganNo. Nama Umur Pekerjaan Alamat

1. Dalulu Wasina 50 Tahun Perawat Prawirataman

2. Heriyadi Ayik 54 Tahun Ketua RT 06 Prawirataman

3. HR. Hartono Tidak dijawab Pemilik Penginapan Prawirataman

4. Sarijan 67 Tahun Tukang Becak Prawirataman

5. Soegiran 65 Tahun Tukang Becak Prawirataman

6. Sri Fitriyati 52 Tahun Wiraswasta Prawirataman

7. Suprapto 65 Tahun Pemilik Penginapan Prawirataman

Catatan: Jumlah narasumber yang diwawancarai untuk penelitian ini kurang lebih

ada sepuluh orang dan tujuh diantaranya tercatat di dalam daftar ini.

Ketujuh orang tersebut merupakan narasumber yang perkataannya

dipakai sebagai sumber lisan dalam skripsi ini.

Sumber: Hasil penelitian lapangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI