152
Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare pada Dewasa di Desa Langensari yang Berobat ke Puskesmas Langensari II Kota Banjar dengan Keluhan Diare Periode Januari – Maret 2015 LAPORAN PENELITIAN Diajukan sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik stase IKAKOM 1 pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Oleh : Luqmanul Hakim, S.Ked 200973002 7 Aina Ullafa, S.Ked 201073000 6 Ayu Indah Lestari, S.Ked 201073001 6 Nely Kartika, S.Ked 201073007 7 Bunga Tri Amanda, S.Ked 201173001 7 Gabriele Ramadhan R. D, 201173003

ph diare jadi.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ph diare jadi.doc

Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian

Diare pada Dewasa di Desa Langensari yang Berobat ke

Puskesmas Langensari II Kota Banjar dengan Keluhan Diare

Periode Januari – Maret 2015

LAPORAN PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik stase IKAKOM 1 pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Oleh :

Luqmanul Hakim, S.Ked 2009730027

Aina Ullafa, S.Ked 2010730006

Ayu Indah Lestari, S.Ked 2010730016

Nely Kartika, S.Ked 2010730077

Bunga Tri Amanda, S.Ked 2011730017

Gabriele Ramadhan R. D, S.Ked 2011730031

Laili Hasanah, S.Ked 2011730052

M. Thanthawi Jauhari, S.Ked 2011730151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

KESEHATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015

Page 2: ph diare jadi.doc
Page 3: ph diare jadi.doc

Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian

Diare pada Dewasa di Desa Langensari yang Berobat ke

Puskesmas Langensari II Kota Banjar dengan Keluhan Diare

Periode Januari – Maret 2015

LAPORAN PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik stase IKAKOM 1 pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Oleh :

Luqmanul Hakim, S.Ked 2009730027

Aina Ullafa, S.Ked 2010730006

Ayu Indah Lestari, S.Ked 2010730016

Nely Kartika, S.Ked 2010730077

Bunga Tri Amanda, S.Ked 2011730017

Gabriele Ramadhan R. D, S.Ked 2011730031

Laili Hasanah, S.Ked 2011730052

M. Thanthawi Jauhari, S.Ked 2011730151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

KESEHATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015

Page 4: ph diare jadi.doc

HUBUNGAN KETERSEDIAAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA DEWASA DI DESA LANGENSARI YANG BEROBAT KE PUSKESMAS LANGENSARI 2 KOTA BANJAR DENGAN KELUHAN

DIARE

PERIODE JANUARI-MARET 2015

Luqmanul Hakim, Ayu Indah Lestari, Aina Ullafa, Nely Kartika, Bunga Tri Amanda, Gabriele Ramadhan R. D., Laili Hasanah, M. Thanthawi Jauhari.

Dokter Muda, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu

penyebab utama kesakitan dan kematian. Hampir seluruh daerah geografis dunia dan

semua kelompok usia diserang diare. Menurut Riskesdas 2013, insiden diare (≤ 2

minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompok

umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada

balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

ketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare pada dewasa di Desa Langensari

yang berobat ke Puskesmas Langensari II Kota Banjar dengan keluhan diare Periode

Januari - Maret 2015.

Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

dengan desain cross sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 92 orang.

Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner dan melakukan kunjungan ke

setiap rumah responden. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan (α) = 0,05.

Hasil : Diketahui bahwa dari 92 responden, sebanyak 53 orang yang memiliki

ketersediaan jamban sehat yang baik, sedangkan warga yang memiliki ketersediaan

jamban sehat yang kurang baik sebanyak 39 orang.

Kesimpulan : Dari hasil analisa SPSS didapatkan bahwa terdapat hubungan antara

ketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare, dengan p = 0,005

Kata Kunci : Jamban sehat, Diare.

Page 5: ph diare jadi.doc

RELATIONSHIP BETWEEN AVAILABILITY OF HEALTHY LATRINES

WITH THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN ADULTS IN THE

LANGENSARI VILLAGE WHO WENT TO CLINIC LANGENSARI 2

BANJAR CITY, PERIOD JANUARY – MARCH 2015

Luqmanul Hakim, Ayu Indah Lestari, Aina Ullafa, Nely Kartika, Bunga Tri Amanda, Gabriele Ramadhan R. D., Laili Hasanah, M. Thanthawi Jauhari.

Faculty of Medicine and Health, Muhammadiyah Jakarta University

ABSTRACT

Background : Diarrheal disease is one of the major causes of morbidity and

mortality cases. Almost all geographical regions of the world and all age groups

attacked diarrhea. Based on Research 2013, the incidence of diarrhea (< 2 weeks

prior to the interview) based on symptoms in all age groups by 3,5 % (range by

provinces 1,6% - 6,3%) and the incidence of diarrhea in infants

Aim : This study aim to determine whether there is any relationship to the

availability of healthy latrines with the incidence of diarrhea in adults in the

langensari village who went to clinic langensari 2 banjar city, period January-March

2015.

Method : The method used is descriptive analytic with cross sectional approach.

Respondents in this study amounted to 92 people. The collections of data by

distributing questionnaires and home visits. Data analysis using chi square test with

significance level (α)=0,05.

Result: of the 92 people, 53 people have good healthy latrines and 39 people haven’t

good healthy latrines.

Conclusion: There is a relationship between the availability of healthy latrines with

incidens of diarrhea, with p = 0,005.

Key words : Healthy latrines, Diarrhea.

Page 6: ph diare jadi.doc

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil karya asli

kami yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir stase

IKAKOM di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan semua sumber yang digunakan

dalam penulisan ini telah dicantumkan dalam daftar pustaka.

Langensari, Mei 2015

Penulis, Dokter Muda FKK UMJ

Page 7: ph diare jadi.doc

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan penelitian dengan judul :

Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Dewasa Di

Desa Langensari Puskesmas Langensari II Kota Banjar Periode Januari - Maret

2015.

Telah disetujui dan layak untuk diajukan mengikuti seminar laporan penelitian

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pada hari : Senin

Tanggal : 11 Mei 2015

Pembimbing/Kepala Puskesmas

drg. Robyanto

Page 8: ph diare jadi.doc

PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Dewasa

Di Desa Langensari Puskesmas Langensari II Kota Banjar Periode Januari -

Maret 2015.

Telah disusun dan dipersiapkan oleh:

Luqmanul Hakim, S.Ked 2009730027

Aina Ullafa, S.Ked 2010730006

Ayu Indah Lestari, S.Ked 2010730016

Nely Kartika, S.Ked 2010730077

Bunga Tri Amanda, S.Ked 2011730017

Gabriele Ramadhan R. D, S.Ked 2011730031

Laili Hasanah, S.Ked 2011730052

M. Thanthawi Jauhari, S.Ked 2011730151

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI

TANGGAL, 11 MEI 2015

Pembimbing/Kepala Puskesmas

drg. Robyanto

Page 9: ph diare jadi.doc

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha segalanya. Karena pada akhirnya

penyusunan Laporan Penelitian yang berjudul Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat

dengan Kejadian Diare pada Dewasa di Desa Langensari Puskesmas Langensari II

Kota Banjar Periode Januari - Maret 2015 dapat diselesaikan untuk memenuhi salah

satu tugas kepaniteraan klinik bagian IKAKOM 1 di Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Sholawat serta salam tidak lupa kami sampaikan pada baginda Rasulullah SAW yang

telah membawa umatnya ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Dalam proses penyusunan Laporan penelitian ini, saya mendapat banyak

bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. dr. Toha Muhaimin, M.Sc, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan

izin untuk dapat melakukan penelitian.

2. dr. Tri Ariguntar Wikaningtyas, Sp.PK, selaku ketua Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta

3. drg. Robyanto selaku Kepala Puskesmas Langensari 2 dan juga

pembimbing yang telah menerima kami di Puskesmas Langensari 2 dan

dengan penuh kesabaran, telah meluangkan waktu, memberi bantuan,

petunjuk, serta masukan dalam pembuatan laporan penelitian ini.

4. dr. Pitut Aprilia, M.KK selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, dukungan serta saran kritik yang berguna untuk laporan

penelitian ini.

5. dr. Yudi dan dr. David, staf, dan karyawan di lingkungan Puskesmas

Langensari 2 atas bimbingan dan bantuannya selama ini.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan

penelitian ini.

Page 10: ph diare jadi.doc

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis selalu terbuka untuk menerima

kritik dan saran. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi

pembaca.

Langensari, Mei 2015

Penulis, Dokter Muda FKK UMJ

Page 11: ph diare jadi.doc

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel………………………… . ..………….45

Tabel 4.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare............................51

Tabel 4.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Jamban.........................................51

Tabel 4.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Jamban Sehat.........52

Page 12: ph diare jadi.doc

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Puskesmas

Lampiran 2 : Kuisioner Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Perhitungan SPSS

Lampiran 4 : Foto Kegiatan

Page 13: ph diare jadi.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu

penyebab utama kesakitan dan kematian. Hampir seluruh daerah geografis

dunia dan semua kelompok usia diserang diare. Di Indonesia, angka

kesakitan diare pada tahun 2002 sebesar 6,7 per 1.000 penduduk,

sedangkan tahun 2003 meningkat menjadi 10,6 per 1.000 penduduk dan

tingkat kematian akibat diare masih cukup tinggi. Menurut Riskesdas

2013, insiden diare berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur

sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada

balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).

Kejadian diare di Puskesmas Langensari II memberikan gambaran

bahwa dari 10 penyakit terbesar, diare masih masuk menempati urutan ke-

10 setelah penyakit arthritis rheumatoid. Data kesakitan diare yang tercatat

pada laporan tahunan Puskesmas Langensari II pada tahun 2014 diperoleh

sebanyak 1.201 kasus. Kasus diare yang cukup tinggi terjadi pada

kelompok umur 15-44 tahun sebesar 199 kasus (25%) (Puskesmas

Langensari II, 2014). Salah satu penyebab penyakit diare dikarenakan

selain kesehatan lingkungan yang masih kurang juga karena kurang

melaksanakan pola hidup dengan PHBS.

Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu

Page 14: ph diare jadi.doc

tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,

kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja Yang tidak

higienis), kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek,

penyiapan makanan kurang matang dan penyimpanan makanan masak

pada suhu kamar yang tidak semestinya (Duncan et al, 2002). Banyak

faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi pendorong

terjadinya diare yaitu faktor agent, penjamu, lingkungan dan perilaku.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan yaitu sarana

penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor berinteraksi

bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia

yang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian Juariah (2000), diketahui bahwa ada

hubungan bermakna antara kesakitan diare dengan sumber air bersih,

kepemilikan jamban, jenis lantai, pencahayaan rumah dan ventilasi rumah.

Serta menurut penelitian Rahadi (2005), menyimpulkan bahwa ada

hubungan antara kepemilikan jamban, jarak SPAL, jenis lantai dengan

kejadian diare. Berdasarkan pediment pengelolaan promosi kesehatan

DEPKES RI (2008) diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara

terjadinya diare dengan pembuangan tinja dan jenis sumber air minum.

Puskesmas Langensari II merupakan salah satu pusat pelayanan

kesehatan masyarakat di Kota Banjar yang jumlah penderita diarenya

mengalami peningkatan dari tahun 2012-2014 yaitu sebanyak 1308 orang

menjadi 1531 orang. Berdasarkan data laporan tahunan Puskesmas

Langensari II tahun 2014, jumlah penderita diare pada dewasa di

Page 15: ph diare jadi.doc

Wilayah Kerja Puskesmas Langensari II, yaitu Desa Langensari, Desa

Waringinsari, dan Kelurahan Muktisari sebanyak 427 orang, dan dengan

proporsi penderita diare terbanyak berasal dari rentang usia 15 - 44 tahun

sebanyak 199 orang (25%) serta Desa Langensari menjadi salah satu

wilayah dengan jumlah penderita diare terbanyak yaitu sebesar 259 orang

(35%).

Berdasarkan Uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan antara jamban sehat dengan kejadian diare

pada dewasa di Desa Langensari Puskesmas Langensari II Kota Banjar

Periode Januari - Maret 2015.

B. Perumusan Masalah

1. Masalah umum

Apakah ada hubungan antara ketersediaan jamban sehat dengan

kejadian diare pada dewasa di Desa Langensari yang berobat ke

Puskesmas Langensari II, Kota Banjar dengan keluhan diare Periode

Januari - Maret 2015?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui hubungan menggunakan jamban sehat dengan

kejadian diare pada dewasa di Desa Langensari yang berobat ke

Puskesmas Langensari II Kota Banjar dengan keluhan diare Periode

Januari - Maret 2015.

2. Tujuan khusus

Page 16: ph diare jadi.doc

a. Diketahui distribusi jamban sehat di Desa Langensari Periode

Januari - Maret 2015.

b. Diketahui distribusi penderita diare di Desa Langensari Periode

Januari - Maret 2015.

D. Manfaat

Penelitian

1. Bagi Puskesmas Langensari II

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu

sumber tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubungan

antara jamban sehat dengan kejadian penyakit diare.

2. Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan tentang hubungan antara jamban sehat

dengan kejadian penyakit diare sehingga masyarakat dapat lebih

menjaga kondisi sanitasi lingkungannya.

3. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung

dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

E. Batasan Masalah

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan

mengenai hubungan antara ketersediaan jamban sehat dengan kejadian

diare pada dewasa.

Page 17: ph diare jadi.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan

kualitas lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui

peningkatan sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun

terhadap bentuk atau wujudnya yang berupa fisik, kimia, atau biologis

termasuk perubahan perilaku.

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan

masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh

lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau

dirangsang oleh faktor - faktor lingkungan oleh karena itu lingkungan

hidup sangat berperan dalam mempengaruhi kelangsungan perikehidupan

dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup.

Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan

suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan

sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia

memerlukan daya dukung unsur - unsur lingkungan untuk kelangsungan

hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh kebutuhan

manusia harus diambil dari lingkungan hidupnya.

Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan

yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan

Page 18: ph diare jadi.doc

hidup manusia, melalui pemukiman antara lain rumah tinggal dan

asrama atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antara

perkantoran dan kawasan industri atau sejenis. Sedangkan upaya yang

harus dilakukan dalam menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan

adalah obyek sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal/bekerja

seperti: dapur, restoran, taman, tempat umum, ruang kantor, rumah dsb.

1. Definisi Kesehatan Lingkungan

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan

Indonesia) Mengemukakan bahwa “ Kesehatan Lingkungan adalah

Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan

ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk

mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan

bahagia”.

Menurut WHO (World Health Organization), bahwa “

Kesehatan Lingkungan adalah Suatu keseimbangan ekologi yang

harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin

keadaan sehat dari manusia”.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi

atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh

positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.

Kesehatan lingungan juga meliputi penyehatan air dan udara,

pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan

kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan makanan.

Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan, sangatlah diperlukan

Page 19: ph diare jadi.doc

adanya mutu disiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan

baik.

2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut UU No.36

tahun 2009 tentang Kesehatan, lingkungan sehat mencakup

lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta

tempat dan fasilitas umum. Lingkungan sehat sebagaimana bebas

dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan antara

lain: limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak

diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah,

binatang pembawa penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan

yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non

pengion, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan

yang terkontaminasi.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut

Notoatmodjo. S meliputi:

1. Faktor teknis

a. Penyediaan Air Bersih

Penyediaan air bersih bisa melalui sistem perpipaan dan non

perpipaan. Bilamana penyediaan air untuk masyarakat dengan sistem

perpipaan tidak praktis, maka sumber air tanpa pengolahan seperti

sumur gali, sumur pompa tangan dan perlindungan mata air (yang

mungkin secara alami tidak bersih) harus dipergunakan. Segala sesuatu

Page 20: ph diare jadi.doc

yang mungkin bisa dikerjakan untuk mencegah pencemaran air, sumber-

sumber pencemaran yang nyata harus dipindahkan dari daerah

penangkapan langsung. Perhatian khusus ditujukan kepada pengamanan

pembuangan kotoran (Dinkes RI, 1993).

Pada air yang pengambilannya tidak melalui perpipaan, air

yang berasal dari sumber air memiliki kualitasnya dapat menurun secara

drastis selama dalam pengangkatan atau penyimpanan sebelum

diminum. Tangki untuk mengangkut air harus selalu bersih dan tertutup.

Faktor paling penting untuk mencapai tujuan ini adalah menjaga

hubungan baik dengan masyarakat setempat, dan pendidikan tentang

hygiene dan sanitasi sederhana harus diutamakan. Secara bakterologis

tujuan harus diarahkan untuk mengurangi jumlah bakteri Escherichia

coli sampai kurang dari 10 per 100 ml tetapi yang lebih penting adalah

jaminan tidak adanya bakteri golongan Escherichia coli pada tinja. Jika

organisme ini berulang ditemukan atau pada inspeksi sanitasi

menunjukan dengan jelas sumber pencemaran yang tidak dapat

dihilangkan maka sumber air bersih lain sebagai alternatif harus dicari

bilamana memungkinkan. Pemanfaatan terhadap sumber air tanah dan

penampungan air hujan harus dilindungi agar air - air ini bisa memenuhi

persyaratan pedoman kualitas air bersih.

Walaupun sumber – sumber air bersih perorangan berada

diluar jangkauan wewenang instansi kesehatan unit pengolahan dan

penyediaan air seperti ini tetap harus memenuhi persyaratan air bersih.

Hasil tes bakteriologis dan inspeksi sanitasi harus dapat menumbuhkan

Page 21: ph diare jadi.doc

keinginan untuk perbaikan. Pengolahan perlu dilakukan untuk

menghilangkan kekeruhan, walaupun hitungan total golongan

Escherichia coli rendah, atau mungkin memerlukan pengolahan untuk

memperbaiki kualitas parameter lain.

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari

berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi

air hujan, air permukaan, dan air tanah.

1) Air Hujan

Air hujan merupakan sumber air utama air di bumi.

Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air

tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di

atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat

disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas,

misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia.

2) Air Permukaan

Air permukaan merupakan salah satu sumber penting

bahan baku air bersih. Faktor-faktor yamg harus diperhatikan,

antara lain: mutu atau kualitas baku, jumlah atau kuantitasnya,

dan kontinuitasnya. Dibandingkan dengan sumber air lain, air

permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat

kegiatan manusia, fauna, flora dan zat-zat lain.

Sumber-sumber air permukaan antara lain sungai,

selokan, rawa, parit, bendungan, danau, laut, dan air terjun. Air

terjun dapat dipakai untuk sumber air di kota-kota besar karena

air tersebut sebelumnya sudah dibendung oleh alam dan jatuh

Page 22: ph diare jadi.doc

secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak

membutuhkan purifikasi bakterial.

Sumber air permukaan yang berasal dari sungai,

selokan, dan parit mempunyai persamaan, yaitu airnya mengalir

dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar. Sumber air

permukaan yang berasal dari rawa, bendungan dan danau

memiliki air yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang

lama, dan mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnya

pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang, fungi, dan lain-lain.

Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar

garam yang tinggi sehingga jika akan digunakan untuk air

minum, air tersebut harus menjalani proses ion-exchange.

3) Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang

jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi

atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses fertilisasi

secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan

tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air

tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan

air permukaan.

Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan

sumber lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman

penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau

penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang

tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah

Page 23: ph diare jadi.doc

juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding

sumber lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam

konsentrasi yang tinggi. Kosentrasi yang tinggi dari zat-zat

mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti

besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk

mengisap dan mengalirkan air ke permukaan diperlukan pompa.

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan

kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk

hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup

kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003). Menurut

Kusnaedi (2004), syarat-syarat kualitas air bersih, antara lain:

1) Syarat Fisik

Persyaratan fisik untuk air bersih, antara lain: airnya jernih tidak

keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, suhunya

normal (20-260C), tidak mengandung zat padatan.

2) Syarat Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia,

antara lain: pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun,

tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam, kesadahan

rendah, tidak mengandung bahan kimia anorganik.

3) Syarat Biologis

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung

golongan Escherichia coli dianggap telah terkontaminasi dengan

Page 24: ph diare jadi.doc

kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan PERMENKES

RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis

air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air

dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.

Sementara itu, syarat-syarat sarana dalam penyediaan air bersih

adalah sebagai berikut (Depkes.RI, 1994):

1) Sumur pompa tangan dalam atau dangkal

Jarak SPT minimal 11 meter dari sumber pencemaran

antara lain: jamban, air kotor, tempat pembuangan

sampah, kandang ternak dan lain-lain.

Lantai harus kedap air, air minimal 1 meter dari sumur,

tidak retak atau bocor, mudah dibersihkan, dan tidak

tergenang air.

SPAL harus kedap air, tidak menimbulkan genangan,

panjang SPAL dengan sumur resapan minimal 11 meter.

Pipa penghisap di bagian atas dilindungi minimal 2 meter

dari lantai dengan pipa pelindung atau diberi cor rapat air.

Ujung bawah pipa saringan diberi kerikil sebesar biji

jagung.

Klep and kert penghisap harus bekerja dengan baik agar

tidak memerlukan air pancingan.

Dudukan pompa harus kuat, rapat air dan tidak retak.

2) Sumur gali (SGL)

Jarak SGL minimal 11 meter dari sumber pencemaran

Page 25: ph diare jadi.doc

antara lain : jamban, air kotor, tempat pembuangan

sampah, kandang ternak dan lain-lain.

Lantai harus kedap air, air minimal 1 meter dari sumur,

tidak retak atau bocor, mudah dibersihkan, dan tidak

tergenang air.

Tinggi bibir sumur minimal 80 centimeter dari lantai,

terbuat dari bahan yang kuat dan rapat air.

Dinding sumur minimal sedalam 3 meter dari lantai,

kedap air.

Jika pengambilan air dengan ember harus ada ember

khusus dan tali timba harus selalu berada dibagian atas

atau tergantung.

3) Perlindungan mata air (PMA)

Sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran air

yang berasal dari mata air tersebut yang kemungkinan

telah tercemar.

Jarak PMA minimal 11 meter dari sumber pencemaran

antara lain : jamban, air kotor, tempat pembuangan

sampah, kandang ternak dan lain-lain.

Tutup bak perlindungan dan dinding bak rapat air pada

bagian atas / belakang bak perlindungan dibuat saluran air

yang arahnya keluar dari bak agar tidak mencemari air

yang masuk.

Lantai bak harus rapat air dan mudah dibersihkan.

Kemiringan lantai mengarah pada pipa penguras.

Page 26: ph diare jadi.doc

b. Jamban

Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan

tinja. Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga

adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan

mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan

dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu

penyakit serta tidak mengotori permukaan.

Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan

kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan

bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan menganggu

estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurut Kementrian

Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja

yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit

(Kepmenkes, 2008: 852).

Jamban sangat berguna bagi manusia dan merupakan

bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah

berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang

disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan

baik.

Jamban sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut: (Depkes RI, 2004).

1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang

penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum

2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga

maupun tikus

Page 27: ph diare jadi.doc

3) Cukup luas dan miring ke arah lubang jongkok sehingga

tidak mencemari tanah disekitarnya

4) Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya

5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air

dan berwarna

6) Cukup penerangan

7) Lantai kedap air

8) Centilasi cukup baik

9) Tersedia air dan alat pembersih.

Jamban juga hendaknya selalu dijaga dan dipelihara

dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut

Depkes RI tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

2) Disekeliling jamban tidak ada genangan air

3) Tidak ada sampah berserakan

4) Rumah jamban dalam keadaan baik

5) Lantau selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

6) Lalat, tikus, dan kecoa tidak ada

7) Tersedia alat pembersih

8) Bila ada yang rusak segera diperbaiki.

b. Pembuangan Sampah

Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam

bentuk padat sebagai akibat aktifitas manusia yang dianggap

tidak bermanfaat dan tidak dikehendakinya dibuang sebagai

Page 28: ph diare jadi.doc

barang tidak berguna. Pengelolaan sampah adalah upaya

mengelola sampah yang memenuhi persyaratan kesehatan

sehingga terwujud mutu lingkungan yang sehat yang dapat

mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit dan gangguan

kesehatan. Tempat sampah adalah sarana yang digunakan untuk

membuang sampah atau membuang barang yang sudah tidak

dibutuhkan. Adapun yang perlu diperhatikan dalam mengelola

sampah rumah tangga adalah:

Tersedianya tempat pengumpul sampah di dalam rumah

yang terbuat dari bahan kedap air dan tertutup

Sampah basah dapat segera ditanam pada lubang galian

dengan ukuarn 1 meter x 1 meter x 1 meter dalam 3

sampai 6 bulan

Sampah kering seperti botol kertas dan lainnya dapat

dimanfaatkan kembali sedang kaleng bekas digepengkan

kemudian dibuang ke tempat sampah atau ditanam.

Sampah bekas bahan beracun (pestisida, pupuk,

insektisida) ditanam di tempat yang aman dan jauh dari

sumber air.

Sampah diangkut ke tempat pembuangan sementara

maksimal 1 minggu sekali.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Sarana Pembuangan Air Limbah adalah suatu

bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan dari

Page 29: ph diare jadi.doc

kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain, bukan dari jamban

atau perturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi syarat

sebagai berikut :

Tidak mencemari sumber air bersih dengan jarak minimal

11 meter.

Tidak menimbulkan genangan air yang dapat digunakan

untuk sarang nyamuk dengan cara ditutup yang cukup

rapat.

Tidak menimbulkan bau dengan cara diberi tutup yang

cukup rapat.

Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak

menyenangkan (tidak bocor sampai meluap).

2. Faktor non teknis

a. Tingkat Pendidikan

Dengan makin bertambah luasnya kesempatan

mendapatkan pendidikan, akan tercipta norma dan nilai

yang mengarah kepada sikap dan perilaku terhadap hidup

sehat yang menguntungkan upaya kesehatan (Indonesia,

Depkes, 1984).

b. Tingkat Penghasilan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi telah meningkat sampai

saat ini dan diperkirakan akan terus meningkat.

Kecenderungan tersebut akan mempengaruhi pula dibidang

Page 30: ph diare jadi.doc

kesehatan. Sebaliknya dengan meningkatnya derajat

kesehatan akan meningkatkan produktivitas kerja, yang

mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dengan

semakin meningkatnya usaha pembangunan diharapkan

pendapatan perkapita akan meingkat dan pembagian

pendapatan masyarakat akan lebih merata. Hal ini akan

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencapai

derajat kesehatan yang lebih baik (Depkes, 1984).

Marsum Ghozali (1984) menyatakan bahwa

tingkat ekonomi masyarakat berpengaruh dalam segi

pembiayaan dan perawatan program pada pelaksanaan cara

pembuangan tinja. Jika tingkat ekonomi masyarakat tinggi

akan menunjang program yang ada, tetapi jika tingkat

ekonomi masyarakat rendah maka akan berakibat :

1) Sulit menciptakan pembaharuan tinja yang lebih baik

dari cara lama yang mereka pakai.

2) Mengakibatkan masih terbatasnya atau sama sekali

belumt ersedianya sarana fisik yang dapat merangsang

pembaharuan sikap tentang cara-cara pembuangan tinja

yang baik.

Udin Djabu et.al. (1991, h. 39) menyatakan bahwa

dalam perencanaan dan pemilihan tipe jamban, hanya

tidak boleh dijadikan faktor dominan tapi perlu

dicarikan jalan tengah berdasarkan pertimbangan yang

seksama atas semua unsur yang terkait, sehingga dapat

Page 31: ph diare jadi.doc

menciptakan lingkungan yang saniter dan dapat

diterima oleh keluarga.

Menurut Hendrik L. Blum terdapat empat faktor yang

berpengaruh terhadap kesehatan yaitu keturunan, lingkungan (fisik

alamiah buatan manusia dan sosial budaya), perilaku, dan fasilitas

kesehatan (pelayanan kesehatan). Dari empat faktor tersebut, terlihat

bahwa perilaku manusia memiliki kontribusi yang apabila dianalisa

lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping berpengaruh

tidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisik

buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Bahwa

faktor perilaku ini juga dapat berpengaruh terhadap faktor keturunan

karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadi

pengaruh yang negatife terhadap kesehatan dan karena perilaku

manusia pula maka fasilitas kesehatan disalahgunakan oleh manusia

yang akhirnya berpengaruh kepada status kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Definisi PHBS

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan

perilaku yang dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan katif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Kemenkes RI, 2011):.

Page 32: ph diare jadi.doc

a. Sasaran PHBS Menurut Tatanan

1) PHBS di tatanan rumah tangga.

2) PHBS di tatanan sekolah.

3) PHBS di tatanan institusi kesehatan.

4) PHBS di tatanan tempat kerja.

5) PHBS di tatanan tempat-tempat umum.

b. PHBS di Tatanan Rumah Tangga

1) Pengertian PHBS rumah tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

melakukan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Kemenkes RI,

2011):.

2) Manfaat PHBS rumah tangga

Dengan melaksanakan PHBS di rumah tangga akan

diperoleh beberapa manfaat secara langsung maupun tidak

langsung sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011):

1) Bagi rumah tangga

Setiap anggota keluarga menungkat kesehatannya

dan tidak mudah sakit.

Pertumbuhan dan perkembangan anak lebih baik.

Produktifitas kerja anggita keluarga meningkat.

Pengeluaran biaya rumah tangga yang semula

untuk biaya lain yang tidak bermanfaat bagi

kesehatan, dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi

Page 33: ph diare jadi.doc

keluarga, biaya pendidikan, dan modal usaha

untuk peningkatan pendapatan keluarga.

Mengurangi atau meniadakan biaya pengobatan

dalam keluarga.

2) Bagi masyarakat

Masyarakat mampu mengupayakan terciptanya

lingkungan yang tertata rapi dan sehat.

Masyarakat mampu mencegah dan mengatasi

masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.

Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang ada untuk penyembuhan penyakit dan

peningkatan kesehatannya.

c. 10 Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga:

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2) Memberi asi ekslusif

3) Menimbang balita setiap bulan

4) Menggunakan air bersih

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6) Menggunakan jamban sehat

7) Memberantas jentik dirumah sekali seminggu

8) Makan buah dan sayur setiap hari

9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari

10) Tidak merokok di dalam rumah

d. Pembuangan Kotoran Manusia dan Pengelolannya

Jamban atau kakus (latrine) adalah tempat pembuangan

Page 34: ph diare jadi.doc

kotoran manusia berupa tinja dan air seni. Yang dimaksud

dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak

dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam

tubuh (Notoatmodjo, 2007).

Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kotoran manusia

merupakan masalah yang sangat penting. Pembuangan tinja

secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang paling

diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan

sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah,

atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya

bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne

disease akan mudah berjangkit. Yang termasuk waterborne

disease adalah tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit

cacing, hepatitis viral dan sebagainya.

Di negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan

tinja secara sembarangan akibat tingkat sosial ekononi yang

rendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yang

kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja yang

diturunkan dari generasi ke generasi.

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi

kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan

kotoran manusia harus dikelola dengan baik, pembuangan

kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

Menurut Notoatmodjo (2007), suatu jamban disebut sehat

apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

Page 35: ph diare jadi.doc

1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban

tersebut

2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan

kecoa, dan binatang-binatang lainnya.

5) Tidak menimbulkan bau

6) Mudah digunakan dan dipelihara

7) Sederhana desainnya

8) Murah

9) Dapat diterima oleh pemakainya

Menurut Soeparman (2002), jamban sehat juga harus

mempertimbangkan pada pemenuhan berbagai keiinginan

berikut:

1) Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan

tenang tanpa terganggu privasinya.

2) Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan dengan

nyaman (comfort) dalam posisi dan suasana yang disukainya.

3) Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan oleh

orang yang sedang menderita penyakit saluran pencernaan

dengan tidak menimbulkan risiko bahaya penularan bagi

orang lain.

4) Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan orang

dengan semaksimal mungkin memperoleh manfaat dari tinja

yang dibuang, yang dapat diproses menjadi kompos atau bio

Page 36: ph diare jadi.doc

gas.

5) Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan orang di

berbagai daerah dengan teknik yang sesuai dengan kondisi

setempat.

e. Jamban Sehat

1) Definisi Jamban

Sanitasi sesuai nomenkaltur MDGs adalah pembuangan

tinja. Termasuk dalam penelitian ini meliputi jenis

pemakaian atau pengguanaan tempat buang air besar, jenis

kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir

tinja. Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan

tinja. Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jamban

keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk

membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran

tersebut tersimoan dalam suatu tempat tertentu dan tidak

menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori

permukaan. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa

pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia

disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit

yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.

Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara

lain dapat berkembangnya berbagai penyakit yang

disebabkan oleh kotoran manusia.

Page 37: ph diare jadi.doc

2) Jenis jamban

Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa

pilihan. Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidak

menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang

tercakupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat di

bedakan atas beberapa macam (Azwar, 1996).

Jamban cemplung adalah jamban yang tempat

penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan

atau di bawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang

adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak

di mungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung

ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung

masuk ke jamban dan tidak terlalu lama karena tidak

terlalu dalam karena akan mengotori air tanah,

kedalamannya 1,5-3 meter.

Jamban empang (Overhung Latrine) adalah jamban yang

di bangun di atas empang, sungai ataupun rawa. Jamban

model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang

bisanya di pakai untuk ikan, ayam.

Jamban kimia (chemical toilet)

Jamban model ini biasanya di bangun pada tempat-

tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api,

pesawat terbang dan lain-lain. Disini tinja disenfaksi

dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan

pembersihannya di pakai kertas tisue (toilet piper).

Page 38: ph diare jadi.doc

Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang

telah terkumpul perlu dibuang lagi.

Jamban leher angsa (angsa latrine)

Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet

berbentuk lengkung, dengan demikian akan terisi air

gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau

busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban

model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan

dalam kesehatan lingkungan.

3) Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Depkes RI, 2004).

a) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang

penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

b) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh

serangga maupun tikus.

c) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok

sehingga tidak mencemari tanah sekitar.

d) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.

e) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap

air dan warna.

f) Cukup penerang

g) Lantai kedap air

h) Ventilasi cukup baik

Page 39: ph diare jadi.doc

i) Tersedia air dan alat pembersih.

4) Manfaat dan Fungsi Jamban

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari

lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat

kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

a) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit

b) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan

sarana yang aman.

c) Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor

penyakit.

d) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan

lingkungan.

5) Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaklah selalu dijaga dan di pelihara dengan

baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes

RI 2004 adalah sebagai berikut :

a) Lantai jamban hendaklah selalu bersih dan kering.

b) Di sekeliling jamban tidak tergenang air

c) Tidak ada sampah berserakan

d) Rumah jamban dalam keadaan baik

e) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

f) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

g) Tersedia alat pembersih

Page 40: ph diare jadi.doc

h) Bila ada yang rusak segera di perbaiki.

Selain itu di tambahkan juga pemeliharaan jamban

keluarga dapat di lakukan dengan (Simanjuntak, P : 1999) :

a) Air selalu tersedia dalam bak atau ember

b) Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus di

siram bersih agar tidak bau dan mengundang lalat

f. Pemanfaatan Jamban

Pemanfaatan jamban berarti penggunaan atau

pemakaian jamban oleh masyarakat untuk menciptakan

lingkungan yang sehat. Kata pemanfaatan berasal dari kata

„manfaat‟. Dalam kamus bahasa Indonesia pemanfaatan

diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memanfaatkan

(2005: 711).

Berdasarkan pengertian di atas maka pemanfaatan

jamban adalah perbuatan masyarakat dalam memanfaatkan

atau menggunakan jamban ketika membuang air besar. Atau

dengan kata lain pemanfaatan adalah penggunaan jamban

oleh masyarakat dalam hal buang air besar.

Pemanfaatan jamban berhubungan erat dengan bahaya

yang dapat diakibatkan oleh penyebaran penyakit yang

diakibatkan oleh adanya kotoran tinja manusia yang dapat

menjadi sumber penyakit.

Page 41: ph diare jadi.doc

Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup dan

aman dapat menyebabkan beberapa penyakit menular seperti

polio, kholera, hepatitis A dan lainnya. Merupakan penyakit

yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti

penyediaan jamban. Bakteri Escherichia coli dijadikan

sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui

bahwa bakteri

Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang di

keluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru

dapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan,

serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Proses

penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :

1) Kuman penyebab penyakit

2) Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab

3) Cara keluar dari sumber

4) Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang

potensial

5) Cara masuk ke inang yang baru

6) Inang yang peka (suscaptible).

Bahaya buang air besar sembarangan oleh

Notoatmodjo (2003: 159) digambarkan melalui rantai

penyebaran penyakit melalui kotoran tinja dan urine.

Peranan tinja dalam penyebaran penyakit cukup besar, selain

dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman,

Page 42: ph diare jadi.doc

sayuran dan sebagainya juga mencemari air, tanah, serangga

dan bagian tubuh manusia. Beberapa penyakit yang dapat

disebarkan oleh kotoran tinja manusia antara lain: tipus,

disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi,

tambang dan pita), schistosomiasis, dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2003: 159-160)

C. Diare

1. Definisi Diare (Depkes RI, 1990/1991)

Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti

mengalir terus. Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit

diare. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit

diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari pada

normal. Menurut WHO diare adalah buang air besar cair lebih dari

tiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitikberatkan pada konsistensi

tinja daripada menghitung frekuensi buang air besar. Ibu-ibu

biasanya mengetahui kapan anaknya menderita diare, mereka

biasanya mengatakan bahwa tinja anaknya encer atau cair. Ibu-ibu

biasanya menggunakan istilah local antara lain di Indonesia adalah

mencret, berak-berak, mabyur, muntaber, beser dan lain-lain.

Menurut Dirjen PPM dan PLP, diare adalah penyakit yang ditandai

dengan perubahan bentuk, konsistensi tiinja melembek sampai

mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari

biasanya \tiga kali dalam sehari).

Page 43: ph diare jadi.doc

2. Klasifikasi Diare

Berdasarkan hasil seminar nasional pemberantasan

diare tahun 1990, diputuskan bahwa penentuan diagnose penyakit

diare digunakan dengan klasifikasi sebagai berikut :

a. Diare akut, yaitu apabila diare berlangsung kurang dari 14 hari

tanpa diselang seling berhenti lebih dari 2 hari.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita,

gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat

kategori yaitu :

1) diare tanpa dehidrasi

2) diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 5%

dari berat badan

3) diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang

berkisar 6% sampai 10% dari berat badan,

4) Diare dengan dehidrasi berat, cairan yang hilang lebih dari

10%

b. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

c. Diare berdarah, yaitu diare yang dalam tinja penderita terdapat

darah.

d. Diare dengan penyakit penyerta yaitu penyakit ISPA.

3. Penyebab Diare (Noerasid, Haroen,dkk, 1999)

Penyebab penyakit diare dibagi menjadi enam kelompok antara

lain : a. Infeksi

- Bakteri : Shigella, Salmonella, Escherichia coli,

Page 44: ph diare jadi.doc

vibrio.sp

- Virus : Rotavirus, Adenovirus

- Parasit : Protozoa, E. histolityca, Giardia lamblia

b. Malabsorpsi

c. Alergi

d. Keracunan ( Keracunan bahan-bahan kimia and keracunan oleh

racun yang dikandung dan diproduksi)

e. Imunodefisiensi

f. Sebab lain

Penyebab penyakit diare bisa berupa virus, bakteri, protozoa atau

dapat pula oleh faktor makanan, alergi, serta malnutrisi. Oleh

karena itu manifestasi penyakit di masyarakat juga bervariasi.

Menurut Simanjuntak dalam Seminar Nasional Pemberantasan

Diare tahun 1990, beberapa mikroba penyebab penyakit beserta

insidensi, pathogenesis, caar penularan, serta gejala-gejalanya

adalah sebagai berikut :

a. Rotavirus

Merupakan 25% dari episode diare pada anak umur 6-

24 bulan. Di masyarakat diperkirakan hanya 5-10% dan

terdapat di daerah cosmopolitan. Rotavirus menyebabkan

kerusakan tak beraturan pada epitelium usus. Penularan

berlangsung secara orofaecal, mungkin juga secara droplet

di udara. Gejala yang muncul adalah diare, muntah-muntah,

dan demam, dehidrasi bervariasi dari yang tanpa gejala

hingga berat.

Page 45: ph diare jadi.doc

b. Escherichia coli

Menyebabkan sekitar 5% dari diare di negara

berkembang. Penularan secara orofaecal serta melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi Escherichia

coli. gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi, tergantung

dari tipe Escherichia coli-nya. Pada infeksi EPEC

(Enteropathogenic Escherichia coli), biasanya sembuh

sendiri, tetapi bisa fatal atau menjadi diare persisten,

terutama pada anak berumur kurang dari 6 bulan. Pada

ETEC (Entterotoxigenic Escherichia coli), biasanya juga

sembuh sendiri. Bakteri ini sering menyerang wisatawan

dari negara maju ke negara berkembang. EAEC

(Enteroadheren E.coli) menyebabkan diare encer, kadang-

kadang menjadi diare persisten. EIEC (Enteroinvasive

Escherichia coli) memperlihatkan gejala seperti pada orang

yang terinfeksi Shigella. Sedangkan pada EHEC

(Enterohaemorhatic Escherichia coli), biasanya penderita

mengalami sakit perut mendadak, demam subfebris, diare

cair dan kemudian terdapat darah.

c. Shigella

Insidensi diare yang disebabkan Shigella diperkirakan

10-15% dari diare akut. Pada infeksi Shigella, bakteri

menembus dan bersarang di bawah sel epitel dan membuat

borok pada usus. Penularan terjadi melalui kontak langsung

dengan penderita atau melalui makanan dan minuman yang

Page 46: ph diare jadi.doc

tercemar Shigella.

Gejala yang timbul meliputi diare agak encer, sakit

perut, dan tenesmus, tinja berlendir dan berdarah. Gejala

akan lebih berat bila penderita mengalami malnutrisi.

d. Compylobacter jejuni

Insidensi penyakit adalah 5-10% penderita diaer di

daerah cosmopolitan. Di negara berkembang biasanya

diderita anak berusia dibawah satu tahun. Pathogenesis,

kemungkinan menembus ileum dan usus besar,

mengeluarkan dua jenis toksin, yaitu sitotoksin dan

enterotoksin. Penularan terjadi melalui kontak langsung

dengan penderita atau melalui tinja orang atau hewan

terinfeksi. Gejalanya meliputi diare encer, tetapi sebagian

seperti disentri dengan tinja berdarah dan berlendir.

e. Vibrio cholera

Di Asia dan Afrika merupakan endemis penyakit

V.cholerae dan merupakan 5-10% penderita diare yang

dirawat di pelayanan kesehatan. Petogenesis penyakit ini

adalah bakteri yang melekat dan berkembang pada mukosa

usus dan menghasilkan enterotoksin. Penularan berlangsung

melalui mekanan dan minuman yang terkontaminasi.

Penularan melalui kontak langsung jarang terjadi. Dikenal

dua biotipe V.cholerae yaitu El Tor dan Klasik, serta dua

serotype, yaitu Ogawa dan Inaka. Gejalanya sangat berat,

yaitu mendadak dan dehidrasi, shock dan dapat meniggal

Page 47: ph diare jadi.doc

dalam beberapa jam.

f. Salmonella sp (non tifoid)

Di negara berkembang jarang ditemukan. Di daerah

urban, 10% penderita disebabkan oleh salmonella.

Patogenesis : Salmonella menembus epithellium dan

menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare encer.

Bila mukosa usus mengalami kerusakan maka tinja akan

berdarah. Penularan terjadi melalui daging unggas, susu,

dan telur yang terkontaminasi.

g. Yersinia sp

Menyebabkan 10% diare akut. Patogenesis penyakit

belum diketahui secara jelas, demikian juga penularannya,

tetapi diperkirakan terjadi secara fecal-oral. Gejala yang

timbul meliputi diare agak ringan, sakit perut, sakit kepala

sub febris.

h. Vibrio parahaemolyticus

Kurang dari 10% dari penyebab diare. Patogenesis

mirip V. cholerae. Penularan terjadi melalui ikan laut yang

terkontaminasi.

i. Giardia lamblia

Terdapat didaerah cosmopolitan. Patogenesis: infeksi

terdapat di usus halus, tetapi, mekanismenya belum

diketahui secara jelas. G. lamblia menyebabkan diare akut

dan kadang persisten. Terjadi malabsorpsi dengan adanya

lemak dalam tinja.

Page 48: ph diare jadi.doc

j. Entamoeba hystolytica

Insidensinya sangat bervariasi dari satu tempat ke

tempat lain, terutama di daerah cosmopolitan. Sekitar 90%

penderita tidak menunjukkan adanya gejala. Yang

menunjukkan gejala berkisar dari diare persisten ringan

hingga berat yang dapat menyebabkan abses hati.

k. Cyptosporadium

Menyebabkan kurang lebih 5-15% dari diare yang

terjadi di negara berkembang. Cyptosporadium melekat

pada permukaan microvili dari eritrosit, yang menyebabkan

malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus.

4. Penularan Diare

Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti

virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur

fekal oral yang terjadi karena:

a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari

sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke

rumah - rumah, atau tercemar pada saat disimpan di

rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan

tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh

air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi,

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah

Page 49: ph diare jadi.doc

besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan

kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka

makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang

memakannya (Widoyono, 2008). Sedangkan menurut

(Depkes RI, 2005) kuman penyebab diare biasanya

menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan

atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak

langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku

yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik

dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidak

memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan

pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu,

menyimpan makanan masak pada suhu kamar,

menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci

tanga dengan sabun sesudah buang air besar, tidak mencuci

tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan

sebelum atau sesudah menyuapi anak dan tidak membuang

tinja termasuk tinja bayi dengan benar.

5. Penanggulangan diare

Menurut Depkes RI (2005), penanggulangan diare antara lain:

a. Pengamatan intensif dan pelaksanaan SKD (Sistem

Kewaspadaan Dini)

Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data

tentang jumlah penderita dan kematian serta penderita

baru yang belum dilaporkan dengan melakukan

Page 50: ph diare jadi.doc

pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan

daerah sekitarnya yang diperkirakan mempunyai

risiko tinggi terjangkitnya penyakit diare. Sedangakan

pelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan dari

surveilance epidemiologi yang kegunaanya untuk

mewaspadai gejala akan timbulnya KLB (Kejadian Luar

Biasa) diare.

b. Penemuan kasus secara aktif

Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian

di lapangan karena diare pada saat KLB di mana

sebagian besar penderita berada di masyarakat.

c. Pembentukan pusat rehidrasi

Tempat untuk menampung penderita diare yang

memerlukan perawatan dan pengobatan pada keadaan

tertentu misalnya lokasi KLB jauh dari puskesmas atau

rumah sakit.

d. Penyediaan logistik saat KLB

Tersedianya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh

penderita pada saat terjadinya KLB diare.

e. Penyelidikan terjadinya KLB

Kegiatan yang bertujuan untuk pemutusan mata

rantai penularan dan pengamatan intensif baik terhadap

penderita maupun terhadap faktor risiko.

f. Pemutusan rantai penularan penyebab KLB

Upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare

Page 51: ph diare jadi.doc

pada saat KLB diare meliputi peningkatan kualitas

kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.

6. Pencegahan Terjadinya Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif

yang dapat dilakukan adalah (Kemenkes RI, 2011):

a. Perilaku Sehat.

1) Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.

Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan

seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi,

ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertunbuhan sampai

umur 6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan

selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber

susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan

dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam

botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau

makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan

anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan

menyebabkan daire. Keadaan seperti ini disebut memberikan

ASI eksklusif.

Bayi harus diberi ASI secara penuh sampai mereka

berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya,

pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan

makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat

Page 52: ph diare jadi.doc

preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zat-

zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan

perlindungan terhadap diare. Pada bayi baru lahir, pemberian

ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar

terhadap daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu

botol.

2) Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI.

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi

secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang

dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang

baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana

makanan pendamping ASI diberikan.

3) Penggunaan air bersih yang cukup.

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui Fecal-Oral. Kuman tersebut dapat ditularkan bila

masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atu benda

yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,

makanan yang wadah atau tempat makanan dan minum yang

dicuci dengan air tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang

benar-benar bersih memiliki risiko menderita diare lebih kecil

disbanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air

bersih. Masyrakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan

diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih

Page 53: ph diare jadi.doc

dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari

sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Hal yang harus

diperhatikan oleh keluarga:

a) Ambil air dari sumber air yang bersih.

b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta

gunakan gayung khusus untuk mengambil air.

c) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan

untuk mandi anak-anak.

d) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai

mendidih).

e) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan

dengan air bersih yang cukup.

4) Kebiasaan Cuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare

adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi

makanan anak dan sebelum makan mempunyai dampak

dalam kejadian diare, yaitu menurunkan angka kejadian

diare sebesar 47%.

5) Penggunaan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa

upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar

dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga

Page 54: ph diare jadi.doc

yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan

keluarga harus buang air besar di jamban. Hal yang harus

diperhatikan oleh keluarga:

a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik

dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

b) Bersihkan jamban secara teratur.

c) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

6) Pembuangan Tinja Bayi yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak

berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula

menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.

Tinja bayi harus dibuang secara benar. Hal yang harus

diperhatikan oleh keluarga:

a) Kumpulkan segara tinja bayi dan buang di jamban.

b) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan

mudah dijangkau olehnya.

c) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang

tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian

ditimbun.

d) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan

cuci tangan dengan sabun. 7)

Memberikan Imunisasi Campak.

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting

untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga

Page 55: ph diare jadi.doc

pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.

Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah

bayi berumur 9 bulan.

b. Penyehatan lingkungan

a. Penyediaan air bersih.

b. Pengelolaan sampah.

c. Sarana pembuangan air limbah.

D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

Kerangka Teori

Faktor penyebab diare: Perilaku kesehatan:Diare

Faktor lingkungan dan perilaku Perilaku hidupsehat

Perilaku hidup bersih danUpaya pencegahan diare: Sehat (PHBS) Rumah

Menggunakan jamban Tangga:

*Menggunakan jamban

Sehat

Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel

DependentMenggunakan jamban sehat Diare

Page 56: ph diare jadi.doc

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hubungan antara menggunakan jamban sehat dengan

kejadian diare pada dewasa di Desa Langensari.

Ha : Ada hubungan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian

diare pada dewasa di Desa Langensari.

Page 57: ph diare jadi.doc

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

desain cross sectional untuk mengetahui hubungan variabel bebas yaitu

penggunaan jamban sehat terhadap variabel terikat yaitu kejadian diare pada

dewasa di desa Langensari yang berobat dengan keluhan diare ke Puskesmas

Langensari 2 Kota Banjar periode Januari 2015 – Maret 2015.

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 92 responden, terhitung dari bulan

Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015. Sampel dalam penelitian ini

adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total

sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100,

maka seluruh populasi harus dijadikan sampel penelitian.

Data diperoleh melalui kuesioner. Analisis data dilakukan secara bertahap

meliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini di desa Langensari Kota Banjar.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah warga dewasa desa Langensari yang pernah

menderita diare dan berobat ke Puskesmas Langensari 2 kota Banjar periode

bulan Januari – Maret 2015.

Page 58: ph diare jadi.doc

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga dewasa

yang bertempat tinggal di desa Langensari dan pernah menderita diare

serta berobat ke Puskesmas Langensari 2 kota Banjar yaitu sebanyak

92 orang.

2. Besar sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah yang memenuhi

kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat

dimasukkan atau layak untuk diteliti. Adapun cara pengambilan sampel

adalah total sampling.

Menurut Sugiyono (2007), total sampling adalah tehnik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dalam

penelitian ini yang menjadi sampel yaitu seluruh warga dewasa yang

bertempat tinggal di desa Langensari dan pernah menderita diare serta berobat

ke Puskesmas Langensari 2 kota Banjar sebanyak 92 orang.

Kriteria inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak

untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah:

a. Warga dewasa yang berdomisili di desa langensari yang pernah

menderita diare dan berobat ke Puskesmas Langensari 2 kota Banjar.

b. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.

Kriteria eksklusi :

Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat

Page 59: ph diare jadi.doc

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Bukan merupakan warga dewasa yang berdomisili (tinggal menetap) dan

memiliki rumah di desa Langensari.

b. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.

E. Variabel dan Definisi Operasional Tabel

3.1 Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Operasional Skala

1. Jamban Kemampuan responden menjawab pertanyaan yang Ordinal

Sehat meliputi kriteria penggunaan jamban sehat.

1) Kategori :

a. Baik : bila total nilai skor 7-8

b. K u r a n g b a i k : b i l a t o t a l n i l a i s k o r < 7

2. Diare Diare adalah buang air besar lebih dari 3x dalam 24 jam Ordinal

dengan konsistensi cair.

1) Kategori :

A. Diare, jika BAB cair > 3x sehari.

B. Tidak diare, jika BAB < 3x sehari.

Page 60: ph diare jadi.doc

Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian

1. Kejadian diare

Suatu peristiwa yang menerangkan jumlah penderita diare dalam 1 bulan

terakhir.

2. Ketersediaan jamban sehat

Ketersediaan jamban sehat diukur melalui pertanyaan-pertanyaan

seputar jamban sehat yang tersedia di rumah masing-masing warga. Untuk

kepentingan analisis bivariat ketersediaan jamban sehat dibuat menjadi 2

kategori dengan cut off poin:

a. Mean bila distribusi data normal, atau

b. Median bila distribusi data tidak normal

Ditentukan berdasarkan frekuensi:

a. Tidak baik

b. Baik

F. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yang diperoleh

dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi secara langsung

mengenai kriteria penggunaan jamban sehat.

2. Sumber Data a.

Data primer

Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara menggunakan

kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada responden

Page 61: ph diare jadi.doc

mengenai kriteria penggunaan jamban sehat.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data laporan bulanan di Puskesmas

Langensari 2 Kota Banjar.

3. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan

kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada responden pada

mengenai kriteria penggunaan jamban sehat.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner

Kuesioner diambil dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

sehingga tidak dilakukan kembali dengan uji validitas dan reliabilitas.

b. Alat tulis

Page 62: ph diare jadi.doc

5. Kerangka Penelitian

Total sampling

G. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah (editing, coding, entry,

dan taulating data).

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,

konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan

data dengan memberikan angka nol atau satu.

Page 63: ph diare jadi.doc

3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti

guna memudahkan analisis data.

H. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

I. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk

menggambarkan atau mendiskripsikan dari masing-masing variabel, baik

variabel bebas dan variabel terikat dan karakteristik responden.

J. Analisis Bivariat

Dilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas dan variabel

terikat dengan uji statistik chi square (χ2) untuk mengetahi hubungan yang

signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Uji

chi square dilakukan dengan mengunakan bantuan perangkat lunak berbentuk

komputer dengan tingkat signifikan p > 0,05 (taraf kepercayaan 95%). Dasar

pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95% :

1. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

2. Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima (Budiarto, 2001).

Page 64: ph diare jadi.doc

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Payaroba dengan mengacu pada jumlah

populasi penderita diare terbanyak periode Januari – Maret 2015. Jumlah

populasi sasaran total sebanyak 203 orang yang berasal dari tiga wilayah kerja

Puskesmas Langensari 2, dengan proporsi penderita diare pada tiap-tiap wilayah

kerja puskesmas yaitu Desa Langensari 92 orang, Muktisari 49 orang, dan

Waringinsari 62 orang.

Desa Langensari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat. Desa Langensari berbatasan dengan

Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Warga di Desa Langensari berjumlah 10.252

orang dengan warga laki-laki sebesar 5.282 orang dan warga perempuan sebesar

4.970 orang.

B. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk melihat gambaran distribusi variabel-

variabel yang diteliti meliputi variabel dependen (kejadian diare) dan variabel

independen (ketersediaan jamban sehat).

Page 65: ph diare jadi.doc

1. Distribusi Frekuensi Variabel Dependen

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Pada Dewasa di Desa

Langensari Yang Berobat Ke Puskesmas Langensari 2 Kota Banjar Periode Januari

– Maret tahun 2015

Diare N %

Tidak 26 28.3

Ya 66 71.7

Total 92 100.0

Dari tabel diatas, didapatkan bahwa jumlah responden yang menderita

diare 66 orang (71,7%), sedangkan responden yang tidak menderita diare

26 orang (28,3%).

2. Distribusi Frekuensi Variabel

Independen a. Jamban sehat

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jamban Pada Dewasa di Desa Langensari Yang

Berobat Ke Puskesmas Langensari 2 Kota Banjar Periode Januari – Maret tahun 2015

Skoring Jamban Sehat N %

3 2 2.2

4 6 6.5

5 8 8.7

6 24 26.1

7 18 19.6

8 34 37.0

Total 92 100.0

Page 66: ph diare jadi.doc

Dari tabel diatas, didapatkan warga yang menjawab pertanyaan

dengan nilai 8 sebanyak 34 orang (37%), selanjutnya yang menjawab

pertanyaan dengan nilai 6 sebanyak 24 orang (26,1%), dengan nilai 7

sebanyak 18 orang (19,6%), dengan nilai 5 sebanyak 8 orang (8,7%),

dengan nilai 4 sebanyak 6 orang (6,5%) dan dengan nilai 3 sebanyak 2

orang (2,2%).

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariate ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Yang termasuk kedalam variabel

independen dalam penelitian ini adalah ketersediaan jamban sehat. Sedangkan,

variabel dependennya adalah kejadian diare warga desa Langensari Kota Banjar.

1. Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat Dengan Kejadian Diare

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Jamban Sehat dan Hubungannya

Dengan Kejadian Diare Pada Dewasa di Desa Langensari Yang Berobat Ke

Puskesmas Langensari 2 Kota Banjar Periode Januari – Maret tahun 2015

DiareTotal

Ketersediaan Jamban Tidak Diare Diare

N % N % N %

Kurang Baik 5 12,8% 34 87,2% 39 100%

Baik 21 39,6% 32 60,4% 53 100%

Total 26 28,3% 66 71,7% 92 100%

Page 67: ph diare jadi.doc

Dari hasil penghitungan didapatkan median nilai pertanyaan-

pertanyaan ketersediaan jamban sehat adalah 7 kemudian dilakukan uji

hubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare. Dilakukan

pengujian menggunakan uji chi square, hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat dinilai berdasarkan p value 95% (≤ α 0.05).

Hasil analisis antara ketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare

menunjukkan bahwa sebanyak 53 orang yang memiliki ketersediaan jamban

sehat yang baik, yang menderita diare sebanyak 32 orang dan yang tidak

menderita diare sebanyak 21 orang. Sedangkan warga yang memiliki

ketersediaan jamban sehat yang kurang baik sebanyak 39 orang, yang

menderita diare sebanyak 34 orang dan yang tidak menderita diare sebanyak

5 orang. Diperoleh p value adalah 0.005.

Page 68: ph diare jadi.doc

BAB V

PEMBAHASAN

A. Penafsiran dan Pembahasan Temuan Hasil Penelitian

1. Distribusi Jamban Sehat

Dari hasil tabel 4.3 dapat diketahui jumlah rumah yang memiliki

jamban sehat sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh Depkes (2004) yaitu

sebanyak 53 unit dan jamban yang tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat

dari Depkes sebanyak 39 unit. Hal ini dapat mencerminkan bahwa

masyarakat sudah mulai menyadari jenis jamban yang selayaknya dapat

dipergunakan sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah. Jamban

dapat dikatakan jamban sehat apabila memenuhi beberapa syarat berikut:

a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampungan

(septic tank) berjarak 10-15 meter dari sumber air minum

Jarak minimal sumber air dengan lubang penampungan (septic tank)

10-15 meter bertujuan untuk mencegah adanya pencemaran air oleh

limbah manusia (Myrnawati, 2004). Pada penelitian ini di temukan

jumlah rumah yang memiliki jarak septic tank dengan sumber air

minimal 10 meter ada 53 rumah dan ada 39 rumah yang jarak minimal

saptic tank dengan sumber air kurang dari 10 meter dari total 92 rumah.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun

tikus

Menurut Myrnawati (2004) dan Azwar (1990) dianjurkan untuk

menggunakan jamban leher angsa karena memiliki cukup air atau lubang

Page 69: ph diare jadi.doc

jamban yang selalu tertutup yang memiliki fungsi untuk mencegah bau

busuk dan masuknya binatang-binatang kecil.

c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok

Depkes (2004) jamban sehat harus memiliki ruang yang cukup luas

dan landai/miring kea rah lubang jongkok dengan tujuan untuk

menhindari pencemaran tanah di sekitarnya. Dari hasil penelitian ini

sebanyak 55 rumah memenuhi kriteria di atas dan 37 rumah tidak

memenuhi kriteria diatas dai total 92 rumah.

d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya

Jamban sehat harus mudah dibersihkan dan aman agar tidak

menimbulkan gangguan bagi pemakainya (Myrnawati, 2004).

e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan

berwarna

Bertujuan untuk menghindari pemandangan yang kurang sopan dan

menimbulkan rasa aman dari pemakainya (Myrnawati, 2004). Terdapat

84 dari total 92 rumah sudah memenuhi syarat diatas dan sisanya 8 rumah

masih memiliki jamban tanpa dindin dan atap pelindung.

f. Tersedia air dan alat pembersih

Tersedianya air untuk digunakan sebagai pembersih setelah orang

menggunakan jamban dan alat pembersih harus ada untuk mempermudah

dalam menjaga jamban agar tetap bersih. Total ada 67 rumah yang

jambannya memiliki ketersediaan air dan alat pembersih dan 25 rumah

belum memiliki ketersediaan air dan alat pembersih di jamban dari total

92 rumah yang diteliti.

Page 70: ph diare jadi.doc

2. Distribusi Penderita Diare

Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan distribusi penderita diare pada

dewasa di Desa Langensari sebanyak 32 orang dan yang tidak menderita

diare sebanyak 21 orang dari total 53 orang yang memiliki jamban sehat. Dan

ditemukan distribusi penderita diare di desa langensari sebanyak 34 orang

dan yang tidak menderita diare sebanyak 5 orang dari total 39 orang yang

memiliki jamban yang tidak sehat dirumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

penderita diare di Desa Langensari masih tinggi dan hal tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa faktor menurut Widoyono (2008):

a. Keadaan lingkungan

b. Perilaku masyarakat

c. Pelayanan masyarakat

d. Gizi

e. Kependudukan

f. Pendidikan

g. Keadaan sosial ekonomi

3. Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ditemukan hubungan

yang bermakna antara ketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare di

Desa Langensari. Dari hasil analisa dengan spss didapatkan hasil p = 0,005

yang menunjukan bahwa hubungan ketersediaan jamban sehat dengan

kejadian diare bermakna. Hal tersebut sesuai dengan (Lely, 2011) dalam

penelitiannya tentang hubungan PHBS dengan kejadian diare di Desa

Pardede Onan Kecamatan Balige pada tahun 2011 didapatkan hasil uji chi-

Page 71: ph diare jadi.doc

square p 0.004 (berdasarkan fisher’s exact test), yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan PHBS dengan kejadian diare. Dan salah satu komponen

dalam PHBS, khususnya PHBS rumah tangga adalah menggunakan jamban.

Page 72: ph diare jadi.doc

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Langensari

Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat terhadap warganya yang

berobat ke Puskesmas Langensari 2, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini terlihat bahwa responden yang mengalami diare

sebanyak 66 orang (71,7%).

2. Responden yang memiliki jamban sehat sebanyak 53 orang (57.6%).

3. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan P value = 0.005, artinya ada

hubungan ketersediaan jamban sehat dengan kejadian diare.

B. Saran

1. Untuk Dinas Kesehatan

Diharapkan bagi instansi kesehatan agar lebih dapat memanfaatkan

kegiatan rutin puskesmas (posyandu, posbindu, dsb) untuk dapat

mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai karakter serta perilaku

masyarakat di wilayah kerja setiap puskesmas dengan mendayagunakan

kader-kader yang ada untuk melakukan curah pendapat (diskusi) terkait

dengan rencana kegiatan puskesmas berikutnya.

Agar kegiatan atau program puskesmas selanjutnya yang akan diterapkan

dalam masyarakat lebih dapat diterima dan dilaksanakan tanpa adanya

Page 73: ph diare jadi.doc

pembatas, baik akibat masalah agama, sosial, budaya serta adat istiadat

masyarakat setempat.

2. Bagi Masyarakat

Menerapkan tindakan pencegahan penyakit diare dengan menjaga

kebersihan lingkungan dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS).

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sama,

namun dengan variabel – variabel lain dalam hubungannya dengan

kejadian diare.

Page 74: ph diare jadi.doc

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat Di Indonesia.

Jakarta : Rineka cipta.

Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-dasar penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta :

Rajawali Pers.

Azwar, A. 1989. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber

Widya

Budiarto, Eko. 2011. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC.

Depkes R I. 2004. Kriteria, Standard, dan Komponen Sanitasi Jamban.

Depkes R I 2007. Perilaku Penyebab Diare.

Depkes R I. 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan.

Depkes, R. I. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen Ppm

Dan Pl;

Duncan et. Al. 2002. Preventive Medicine. Boston.

Hanafiah,J. Amir,A. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Ed 4. Jakarta :

EGC

Juariah. 2000. Hubungan Antara Kesakitan Diare Dengan Sumber Air Bersih,

Kepemilikan Jamban, Jenis Lantai, Pencahayaan Rumah dan Ventilasi Rumah.

Page 75: ph diare jadi.doc

Kemenkes RI. 2011. Situasi diare di Indonesia.

Kusnoputranto. 1997. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Lely. 2011. Hubungan PHBS dengan Kejadian Diare di Desa Pardede Onan

Kecamatan Balige pada Tahun 2011.

Myrnawati. 2004. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Fakultas Kedokteran

YARSI.

Notoatmodjo,S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta :

Rineka Cipta

Notoatmodjo,S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Rahadi. 2005. Hubungan antara Kepemilikan Jamban, Jarak SPAL, Jenis Lantai

dengan Kejadian Diare.

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung : CV

Alfabeta.

Widoyono. 2008. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya.

Erlangga.

Page 76: ph diare jadi.doc

LAMPIRAN

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :

Tempat, Tgl Lahir :

Alamat :

No. Telepon :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan dari peneliti tentang

“Hubungan Ketersediaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare pada Dewasa di Desa

Langensari yang Berobat ke Puskesmas Langensari II Kota Banjar dengan Keluhan

Diare Periode Januari – Maret 2015”, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Langensari, April 2015

Peserta Penelitian

(……………………)

KUESIONER PENELITIAN

Page 77: ph diare jadi.doc

HUBUNGAN KETERSEDIAAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN

DIARE PADA DEWASA DI DESA LANGENSARI YANG BEROBAT KE

PUSKESMAS LANGENSARI II KOTA BANJAR DENGAN KELUHAN

DIARE PERIODE JANUARI-MARET 2015

BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG SESUAI

KETERSEDIAAN JAMBAN

1. Apa jenis jamban yang digunakan di rumah saudara/i?

a. Leher Angsa

b. WC cemplung

2. Apakah jamban mempunyai septic tank?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah seluruh anggota keluarga menggunakan jamban?

a. Ya

b. Tidak

*Jika tidak, dimanakah anggota keluarga BAB (Buang Air Besar)?

a. Parit/ Sungai/ Kolam

b. Pekarangan

4. Apakah pada jamban saudara/I tersedia air yang cukup?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah jamban mempunyai ventilasi?

a. Ya

Page 78: ph diare jadi.doc

b. Tidak

6. Kondisi Jamban saudara/ I?

a. Lantai dan dinding jamban bersih, tidak licin dan tidak berbau

b. Lantai dan dinding jamban tidak bersih, licin, dan berbau

7. Berapa kali saudara/I membersihkan jamban?

a. Seminggu sekali

b. Sebulan sekali

8. Apakah menurut saudara/I penyakit diare dapat disebabkan karena tidak

menggunakan jamban yang sehat?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah ada anggota keluarga dalam satu bulan terakhir ini terkena diare (BAB

lebih dari 3 kali sehari dengan tinja cair)?

a. Ya

b. Tidak

Page 79: ph diare jadi.doc

LAMPIRAN

A. Uji univariat

1. Kejadian diare Diare

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak diare 26 28.3 28.3 28.3

Diare 66 71.7 71.7 100.0

Total 92 100.0 100.0

2. Ketersediaan jamban sehat

Ketersediaan jamban

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang baik 39 42.4 42.4 42.4

Baik 53 57.6 57.6 100.0

Total 92 100.0 100.0

B. Uji bivariat 1. Ketersediaan jamban dengan kejadian diare

Ketersediaan jamban * Diare Crosstabulation

Diare

Tidak Ya Total

Ketersediaan jamban Kurang baik Count 5 34 39

% within Ketersediaan12.8% 87.2% 100.0%

jamban

Baik Count 21 32 53

% within Ketersediaan39.6% 60.4% 100.0%

jamban

Total Count 26 66 92

% within Ketersediaan28.3% 71.7% 100.0%

jamban

Chi-Square Testsc

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point

Value df (2-sided) sided) sided) Probability

Page 80: ph diare jadi.doc

Pearson Chi-Square 7.961a1 .005 .005 .004

Continuity Correctionb6.694 1 .010

Likelihood Ratio 8.509 1 .004 .005 .004

Fisher's Exact Test .005 .004

Linear-by-Linear7.874d

1 .005 .005 .004 .003Association

N of Valid Cases 92

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.02.

b. Computed only for a 2x2 table

c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

d. The standardized statistic is -2.806.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for

Menggunakan jamban .224 .075 .665

(Kurang baik / Baik)

For cohort Diare = Tidak.324 .134 .783

diare

For cohort Diare = Diare 1.444 1.126 1.852

N of Valid Cases 92

Page 81: ph diare jadi.doc
Page 82: ph diare jadi.doc
Page 83: ph diare jadi.doc
Page 84: ph diare jadi.doc
Page 85: ph diare jadi.doc