2
Pikiran Rakyat o Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu Minggu 1 2 3 4 5 (D 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb • Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes nggapai u da ya g Te budaya yang dimiliki sekaligus pewarisan kepada generasi setelahnya. Kedua, ke luar de- ngan cara mendialogkan bu- daya yang dimiliki dengan bu- daya orang lain untuk mencari kemungkinan terciptanya akul- turasi sehingga peluang penga- yaan sebuah budaya menjadi terbuka. Strategi dalam-luar ini mensyaratkan untuk dilakukan secara dialektis, sebab ketika salah satu saja yang digarap maka ketimpangan yang akan muncul. Ke dalam saja misal- nya maka akan mengemuka budaya kurung batokeun yang pada gilirannya tidak akan mampu mengantisipasi ser- buan budaya luar. Atau terns membuka jendela dari luar tan- pa ada pertahanan (ngamu- mule) budaya sendiri maka akan rentan terjangkit jati ki silih ku junti. Kalau kita membaca kearifan tradisional sesungguhnya ke dua agenda strategi ini dengan menakjubkan telah diperaga- kan manusia Sunda dahulu bahkan kebudayaan Sunda itu merupakan hasil pergulatan akulturatif dengan animisme, dinarnisme, Hindu, Buddha, tradisi Jawa dan Islam. J. C. van Leur menyebutkan, Hinduisme membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khusus- nya kepercayaan magis memili- ki nilai absolut dalam kosmolo- gi orang Sunda. Kalau kita se- pakat Haji Hasan Mustapa adalah filsuf Sunda terkemuka padahal sangat penting dalam sesungguhnya letak otentisitas melihat Ki Sunda, yakni strate- refleksi pikirannya itu tidak se- gi dialog kebudayaan dari dua mata digali dari budayanya arah: luar dan dalam. Ini men- sendiri (Sunda) tetapi adalah jadi penting supaya gambaran buah "dialog peradaban", kore- Ki Sunda ke depan menjadi je- spondensi dengan budaya luar las bukan sekadar terus "meng- dalam hal ini Arab yang kemu- gapai-gapai", apalagi terhipno- dian didaur ulang serta dise- tis kebanggaan masa lampau nyawakan dengan leuit budaya yang seolah mendapatkan tau- Sunda sehingga lahirlah makna tan " ilmiahnya" dari Prof. Ary- baru yang mencerahkan yang sio Santos dalamAtlantis The dapat kita klaim sebagai bu- lost Continent Finnaly Found, daya Sunda. serta buku Prof. Stephen Op- Multikulturalisme penheimer dari Oxford Univer- Multikulturalisme yang no- sity berjudul Eden in The East. tabene merupakan fakta sosial Kekayaan dan kejayaan se- yang tidak mungkin kita hin- buah budaya mengandaikan dari sesungguhnya adalah ke- terpenuhinya dua haloPertama sempatan bagi setiap kultur un- ke dalam dengan militansi per- tuk saling memberikan makna tahanan untuk melestarikan dengan pintu masuk dialog itu. ------------~--~ "PAPA Love's Mambo" 18oX140 cm arkrilik di atas kanvas karya Ariffin Neif. * M ENARIKmencer- mati tulisan Yayat Hendayana di HU Pikiran Rakyat (20/2), "Sunda, Menggapai-gapai Masa Depan" yang berangkat dari apresiasi terhadap latar diselenggarakan- nya seminar internasional ten- tang Reformasi dan Transfor- masi Kebudayaan Sunda, 9 dan 10 Februari 2011, di Jatinangor oleh Fakultas Sastra Unpad. Intinya Kang Yayat masih tetap melihat isu lama Ki Sunda se- bagai entitas suku yang masih berada dalam kondisi terpuruk padahal Sunda adalah suku terbesar kedua setelah Jawa. Catatan saya adalah tangga- pan tambahan dan ini nyaris absen dari telaah Kang Yayat Kllplng Humas {lnpad 2011

Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/pikiranrakyat-20110306... · bunyi hasrat salingmendomi-nasi dan beranggapan yang satu inferior

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/pikiranrakyat-20110306... · bunyi hasrat salingmendomi-nasi dan beranggapan yang satu inferior

Pikiran Rakyato Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu • Minggu

1 2 3 4 5 (D 7 8 9 10 11 12 13 14 1517 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31OJan OPeb • Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes

nggapai u da ya g Tebudaya yang dimiliki sekaliguspewarisan kepada generasisetelahnya. Kedua, ke luar de-ngan cara mendialogkan bu-daya yang dimiliki dengan bu-daya orang lain untuk mencarikemungkinan terciptanya akul-turasi sehingga peluang penga-yaan sebuah budaya menjaditerbuka. Strategi dalam-luar inimensyaratkan untuk dilakukansecara dialektis, sebab ketikasalah satu saja yang digarapmaka ketimpangan yang akanmuncul. Ke dalam saja misal-nya maka akan mengemukabudaya kurung batokeun yangpada gilirannya tidak akanmampu mengantisipasi ser-buan budaya luar. Atau ternsmembuka jendela dari luar tan-pa ada pertahanan (ngamu-mule) budaya sendiri makaakan rentan terjangkit jati kisilih ku junti.

Kalau kita membaca kearifantradisional sesungguhnya kedua agenda strategi ini denganmenakjubkan telah diperaga-kan manusia Sunda dahulubahkan kebudayaan Sunda itumerupakan hasil pergulatanakulturatif dengan animisme,dinarnisme, Hindu, Buddha,tradisi Jawa dan Islam.

J. C. van Leur menyebutkan,Hinduisme membantumengeraskan bentuk-bentukkultural suku Sunda. Khusus-nya kepercayaan magis memili-ki nilai absolut dalam kosmolo-gi orang Sunda. Kalau kita se-pakat Haji Hasan Mustapaadalah filsuf Sunda terkemuka

padahal sangat penting dalam sesungguhnya letak otentisitasmelihat Ki Sunda, yakni strate- refleksi pikirannya itu tidak se-gi dialog kebudayaan dari dua mata digali dari budayanyaarah: luar dan dalam. Ini men- sendiri (Sunda) tetapi adalahjadi penting supaya gambaran buah "dialog peradaban", kore-Ki Sunda ke depan menjadi je- spondensi dengan budaya luarlas bukan sekadar terus "meng- dalam hal ini Arab yang kemu-gapai-gapai", apalagi terhipno- dian didaur ulang serta dise-tis kebanggaan masa lampau nyawakan dengan leuit budayayang seolah mendapatkan tau- Sunda sehingga lahirlah maknatan " ilmiahnya" dari Prof. Ary- baru yang mencerahkan yangsio Santos dalamAtlantis The dapat kita klaim sebagai bu-lost Continent Finnaly Found, daya Sunda.serta buku Prof. Stephen Op- Multikulturalismepenheimer dari Oxford Univer- Multikulturalisme yang no-sity berjudul Eden in The East. tabene merupakan fakta sosial

Kekayaan dan kejayaan se- yang tidak mungkin kita hin-buah budaya mengandaikan dari sesungguhnya adalah ke-terpenuhinya dua haloPertama sempatan bagi setiap kultur un-ke dalam dengan militansi per- tuk saling memberikan maknatahanan untuk melestarikan dengan pintu masuk dialog itu.------------~--~

"PAPA Love's Mambo" 18oX140 cm arkrilik di atas kanvaskarya Ariffin Neif. *

MENARIKmencer-mati tulisan YayatHendayana di HU

Pikiran Rakyat (20/2), "Sunda,Menggapai-gapai Masa Depan"yang berangkat dari apresiasiterhadap latar diselenggarakan-nya seminar internasional ten-tang Reformasi dan Transfor-masi Kebudayaan Sunda, 9 dan10 Februari 2011, di Jatinangoroleh Fakultas Sastra Unpad.Intinya Kang Yayat masih tetapmelihat isu lama KiSunda se-bagai entitas suku yang masihberada dalam kondisi terpurukpadahal Sunda adalah sukuterbesar kedua setelah Jawa.

Catatan saya adalah tangga-pan tambahan dan ini nyarisabsen dari telaah Kang Yayat

Kllplng Humas {lnpad 2011

Page 2: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/pikiranrakyat-20110306... · bunyi hasrat salingmendomi-nasi dan beranggapan yang satu inferior

Dialog lintas kultural menjadikeniscayaan. Dialog seperti ituhanya dimungkinkan manakalaantarbudaya yang berbeda da-pat memperlakukan satu samalain secara setara, tidak tersem-bunyi hasrat saling mendomi-nasi dan beranggapan yangsatu inferior yang lain superior.Moderatisme (siger tengah)dalam keterbukaan dialog et-nis, inilah yang mesti dikede-pankan untuk menggapai Sun-da masa depan.

Dalam tafsir Ignas Kleden,"Kebudayaan adalah satu pros-es linking dan delinking sekali-gus. Saya menghubungkan diridengan satu nilai, tetapi sayajuga bisa mengambil jarak darinilai itu untuk masuk ke dalamnilai yang lain. Sayamenghubungkan diri dengansistem nilai, tetapi saya jugaberusaha melepaskan diri darijebakan sistem nilai saya su-paya saya bisa mengerti sistemnilai yang lain sementara waktudengan benar." Ignas melan-jutkan, "Biar pun kita barn be-lajar di dalam kebudayaan kita,tetapi kalau kita memasuki ke-budayaan yang lain, sebetulnyakita dituntut untuk mempela-jari kembali. ltu berartimelakukan proses melupakandulu apa yang sudah kita pela-jari di dalam kebudayaan kita."Fenomena keagamaanTentu saja karena agama

merupakan bagian dari sistembudaya, agamajuga tidakkedap untuk didialogkan. Jus-tru intensitas dialog agamaharus ditingkatkan sebabdalam sejarahnya keragamanagama kerap menjadi pemantikmunculnya konflik.

Semakin sering dialog di-lakukan, kian lebar peluang ter-ciptanya keadaban. Sebaliknya,manakala absen maka kehidu-pan menjadi sangat tidak layakuntuk dirayakan karena akansangatsaratketidaksantunan,intoleran, radikalisme, danpenistaan kepada "mereka yangberbeda" dan akhirnya akanmuncul anggapan bahwa"orang/suku lain" yang berbe-da sebagai neraka seperti di-tulis Jean paul Sartre (L'eriferc'est les autres, neraka adalahorang lain). Dialoglah yangakan menjadi jendela bagi

tergelarnya apa yang disebutGabriel Marcel dengan"persekutuan tuntas" di manaaku bertemu engkau menjadikita di mana, "Kesempatan-ke-sempatan dan pertemuan de-ngan orang lain bukanlahmerupakan fakta yang kontin-gen (jadi yang bersifat ada danboleh tidak ada) melainkan fak-ta yang inheren pada cara kitabereksistensi yaitu berada didunia, hidup di dunia." (Math-ias Haryadi, 1999).

Dialoglah yang akan membu-at Ki Sunda bisa memahamialasan mengapa membutuhkansuku/orang lain untuk di-jadikan sekutu. Dialog menjadisyarat mutlak agar bisa berek-sistensi. Kita membutuhkanL'autrui supaya kita mampumenjadi diri sendiri. Maksud-nya, agar ki Sunda mengenaleksistensi dan keunikannya,perlulah ''keluar dari diri". Inihanya mungkin kalau kita tidakmenutup diri, melainkan harusberani mengenal dan dikenalsuku lain, harus saling mema-hami dengan sikap empatik.

Dalam sepuluh tahun ter-akhir, diakui atau tidak, di tatarSunda banyak terjadi kek-erasan termasuk yang men-gatasnamakan agama yang re-latif tidak memberi peluang ba-gi tumbuhnya sikap toleranbahkan cenderung mempo-sisikan "yang liyan" sebagaitersesat. Belum lagi aliran de-ngan agenda politik ideologistersembunyi yang bergerak di.bawah tanah yang lagi-lagimenjadikan Jabar sebagai basisperjuangannya.

Seandainya penelitian Santosdan Oppenheimer, yang me-nunjukkan tentang kehebatanmasa silam etnik Sunda benar,mengapa kini Ki Sunda meng-alami degradasi sedemikian ta-jam dalam pergaulan antaret-nis di tingkat nasional? Makasalah satu jawabannya, KangYayat, adalah absennya tradisidialog dan lebih luas lagipunahnya atmosfer intelektua-lisme di tanah Pasundan. ***

ASEP SAIAHUDINWakil Rektor IAIIM Pe-

santren Suryalaya Tasik-malaya, kandidat doktor Un-pad Bandung.