Pitiriasis rosea

Embed Size (px)

Citation preview

PITIRIASIS ROSEA PENDAHULUAN Pitiriasis Rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesilesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit.(1) Pitiriasis Rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada wanita dan pria sama banyaknya. Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi.(1) Diagnosis didasarkan pada riwayat klinis, adanya herald patch (walaupun tidak selalu ditemukan) dan distribusinya yang khas, dan adanya skuama di tengahnya. tesuntuk menyingkirkan sifilis diindikasikan pada sebagian besar pasien, tanpa memandang umur atau status social. Preparat KOH harus disiapkan dari herald patch dan/atau lesi berskuama lainnya untuk menyingkirkan infeksi jamur.(2,4) Penatalaksanaannya bersifat simptomatik. Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan biasanya dalam waktu 3-8 minggu.(1,6) DEFINISI Pitiriasis Rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesilesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu.(1)

1

EPIDEMIOLOGI Pitiriasis Rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada wanita dan pria sama banyaknya.(1) ETIOLOGI Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan hipotesis bahwa penyebabnya virus, karena penyakit ini merupakan penyakit swasima (self limiting disease), umumnya sembuh sendiri dalam waktu 3-8 minggu.(1) Suatu studi terakhir menyebutkan kurangnya aktivitas sel NK (Natural Killer) dan limfosit B pada lesi Pitiriasis Rosea, mengesankan suatu dominasi imunitas yang dimediasi oleh limfosit T dalam perjalanan penyakit.(5) Beberapa studi menemukan relapsnya infeksi Human Herpes Virus type 7 (HH7), dengan diisolasinya virus ini dari darah, lesi kulit, dan limfosit pasien Pitiriasis Rosea. Pada umumnya, HH7 hanya ditemukan pada limfosit. Virus ini menyerang kebanyakan dari manusia pada saat kanak-kanak, dan saat itu tubuh telah membentuk imunitas terhadapnya. Inilah alasannya sangat langka menemukan beberapa orang dalam rumah yang sama menderita Pitiriasis Rosea pada saat yang bersamaan.(6) GAMBARAN KLINIS Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Lesi inisial (herald patch = medallion) biasanya solitar, bentuk oval anular, berdiameter 2-6 cm. Jarang terdapat lebih dari 1 herald patch. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di pinggir. Adanya skuama pada permukaan setiap lesi menunjukkan adanya kecenderungan untuk mengelupas dari bagian dalam keluar ke arah tepi, menghasilkan gambaran yang disebut kolaret perifer (peripheral collarette). (2,4)2

Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas. Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuama, Pitiriasis Rosea dapat juga berbentuk urtika, vesikel, dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.(1) PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Karena dapat menyerupai sifilis stadium II, perlu dilakukan pemeriksaan serologis. 2. Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%.(2) GAMBARAN HISTOPATOLOGI Tidak spesifik. Pada epidermis ditemukan spongiosis dan vesikel di atas lapisan malpigi dan subkornea, di samping itu terdapat juga parakeratosis.(2) DIAGNOSIS Diagnosis didasarkan pada riwayat klinis, adanya herald patch (walaupun tidak selalu ditemukan) dan distribusinya yang khas, dan adanya skuama di tengahnya. tesuntuk menyingkirkan sifilis diindikasikan pada sebagian besar pasien, tanpa memandang umur atau status social. Preparat KOH harus disiapkan dari herald patch dan/atau lesi berskuama lainnya untuk menyingkirkan infeksi jamur.(3) DIAGNOSIS BANDING 1. Tinea Korporis Perbedaannya pada Pitiriasis Rosea gatalnya tidak begitu berat seperti pada tinea korporis, skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis kasar. Pada tinea sediaan KOH akan positif.3

Hendaknya dicari pula lesi inisial yang adakalanya masih ada. Jika telah tidak ada dapat ditanyakan pada penderita tentang lesi inisial. Sering lesi inisial tersebut tidak seluruhnya eritematosa lagi, tetapi bentuknya masih tampak oval sedangkan di tengahnya terlihat hipopigmentasi.(1) 2. Sifilis Sekunder Terkenanya telapak tangan, telapak kaki, dan membran mukosa lebih khas pada sifilis. Tes serologi dapat dengan mudah membedakan keadaan ini. Biasanya ditutupi oleh skuama berwarana coklat tembaga. (2,3) 3. Dermatitis seboroika Biasanya gatal; lesi eritematosa difus yang ditutupi skuama halus/kasar.(2) 4. Erupsi Obat Anamnesis harus menunjukan agen etiologi. Herald Patch tidak ada, dan distribusi lesi berbeda. Cari skuama pada Pitiriasis Rosea.(3) PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaannya bersifat simptomatik, untuk gatalnya dapat diberikan antihistamin dan untuk imunitas diberikan roborantia misalnya vitamin B12 1000mg/hari, sedangkan

berbagai obat topikal dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol -1%. Untuk kasus yang berat dapat diberikan anti-inflamasi oral seperti prednisone selama beberapa hari untuk mempercepat penyembuhan. Untuk kasus yang ringan, tidak memerlukan pengobatan selama penyakit ini tidak membahaykan kondisi kesehatan kulit. (1,6)

4

Air yang sedikit hangat dibandingkan air yang cenderung panas disarankan untuk mandi. Kemudian aktivitas yang melelahkan yang memicu peningkatan suhu kulit sebaiknya dihindari.(6) PROGNOSIS Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan biasanya dalam waktu 3-8 minggu.(1)

5

DAFTAR PUSTAKA1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Pitiriasis Rosea. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. 2007. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 197. 2. Siregar RS. Pitiriasis Rosea. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. 2005. Jakarta : EGC. Hal: 100-101. 3. Goldstein BG, Goldstein AO. Pitiriasis Rosea. Dermatologi Praktis. Hal :181-182. 4. Graham-Brown R, Burns T. Pitiriasis Rosea. Lecture Notes Dermatologi. 2005. Erlangga. Jakarta. Hal : 158-159. 5. http://emedicine.medscape.com/article/762725-overview#a0104 6. http://www.aocd.org/skin/dermatologic_diseases/pityriasis_rosea.html

6

LAPORAN KASUS Telah datang seorang pasien laki-laki berumur 4 tahun ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU dr. Pirngadi Medan dengan keluhan utama bercak-bercak kemerahan disertai rasa gatal di sekujur badan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Awalnya timbul suatu bercak merah yang besar dan agak gatal pada punggung, lama-kelamaan bercak kemerahan tersebut menyebar ke dada, perut, ketiak, tangan, dan paha, tetapi ukurannya lebih kecil dibandingkan bercak pertama. Bercak-bercak di badan di badan yang sebelumnya merah berubah menjadi putih. Sebelumnya os telah dibawa oleh ibunya ke dokter spesialis kulit dan kelamin, kemudian diberi terapi obat salep dan obat tablet tetapi tidak ada perubahan sehingga ibu os memutuskan untuk membawa os berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU dr. Pirngadi Medan. Riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai dan riwayat pemakaian obat yaitu obat salep dan obat tablet tetapi tidak jelas namanya. Dari pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi baik, pada inspeksi dijumpai ruam berupa makula eritematosa dengan skuama halus di permukaannya pada region axillaris, femoralis posterior, dan subinguinalis, kemudian makula hipopigmentasi, papula eritematosa dan skuama halus pada region skapularis, subskapularis, epigatrika, hipokondriaka, umbilikalis, dan antebrachii posterior. Pada pemeriksaan KOH 10% tidak ditemukan hifa dan spora. Diagnosa banding pada kasus ini adalah Pitiriasis Rosea, Tinea korporis et kruris, dan dermatitis seboroika. Diagnosa kerjanya adalah Pitiriasis Rosea. Pengobatan pada pasien ini hanya bersifat simptomatis. Penatalaksanaan terbagi atas penatalaksanaan secara umum dan khusus. Secara umum yaiut dengan menjaga kebersihan diri dan menghindari mandi dengan air yang panas. Secara khusus yaitu dengan pengobatan

7

topikal berupa pemberian smeerse dan pengobatan sistemik yaitu dengan pemberian Cetirizine HCl syrup 1Xcth I dan Echinacea syrup 1Xcth I. Prognosis pada pasien ini baik karena penyakit ini umumnya dapat sembuh secara spontan dalam waktu 3-8 minggu. DISKUSI Diagnosa Pitiriasis Rosea pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik di mana pada anamnesa ditemukan bercak pertama yang kemerahan dan agak gatal pada punggung yang beberapa hari kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti dada, perut, ketiak, tangan dan paha dengan ukuran yang lebih kecil dan beberapa bercak berubah warna menjadi lebih putih. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa pada Pitiriasis Rosea gambaran klinisnya dimulai dengan lesi inisial (herald patch) berupa makula eritematosa dengan skuama halus di pinggirnya. Kemudian disusul oleh lesi-lesi kecil di badan dengan ukuran yang lebih kecil dan dijumpai pula papula eritematosa yang dapat dijumpai pada pasien anak-anak.(2,4) Pada kasus ini, lesi terdapat pada daerah punggung, dada, perut, ketiak, dan paha. Hal ini sesuai dengan kepuatakaan yang menyebutkan bahwa tempat predileksi dari Pitiriasis Rosea ini adalah tempat-tempat yang tertutupi oleh pakaian seperti leher, punggung, dada, lengan bagian atas, dan paha bagian atas.(1) Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis, maka diagnosa banding pada kasus ini adalah Pitiriasis Rosea, Tinea korporis et kruris, dan dermatitis seboroika. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa diagnosa banding Pitiriasis Rosea adalah tinea korporis, sifilis sekunder, dermatitis seboroika, dan erupsi obat.(1,2,3)

8

Prinsip pengobatan pada pasien ini bersifat simptomatis. Penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan secara umum dan khusus. Secara umum diberikan nasihat seperti menjaga kebersihan diri dan menghindari mandi dengan air yang panas. Secara khusus, penatalaksanaan terbagi atas terapi topikal yaitu pemberian smeersel dan terpai sistemik yaitu pemberian Cetirizine HCl syrup 1Xcth I dan Echinacea 1Xcth I. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan penatalaksanaan Ptiriasis Rosea bersifat simptomatis. Secara topikal dengan memberikan bedak tabor atau bedak kocok yang mengandung asam salisilat 2% dan menthol 0,5%-1%, sedangkan secara sistemik dengan memberikan antihistamin untuk mengurangi gatal.(1,6) Prognosis pada pasien ini baik karen penyakit ini sembuh sendiri dalam waktu 3-8 minggu.(1)

9

GAMBARAN RUAM LAPORAN KASUS

Gambar 1. Gambaran lesi inisial (herald patch) berupa makula yang telah mengalami hipopigmentasi pada bagian punggung

Gambar 2. Gambaran lesi berupa makula hipopigmentasi pada regio umbilikalis yang timbul beberapa hari setelah lesi inisial10

Gambar 3. Ruam makula eritematosa pada regio axillaris

Gambar 4. Ruam makula hipopigmentasi pada region antebrachii posterior yang ukurannya jauh lebih kecil daripada ukuran lesi inisial.

Gambar 5. Ruam makula hipopigmentasi, makula eritematosa, dan papul eritematosa yang dapat dijumpai pada pasien anak-anak.

11