Upload
hera-ragilita
View
41
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kulit dan kelamin
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
Pitiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,
dimulai dengan sebuah lesi perimer yang dikarakteristikkan dengan gambaran
herald patch berbentuk eritema dan skuama halus kemudian diikuti dengan lesi
sekunder yang mempunyai gambaran khas1.
Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan
pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860,
Gilbert memberi nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda
( rosea )2.
Insiden tertinggi pada usia antara 15 – 40 tahun.2 Pitiriasis rosea terjadi
pada seluruh ras yang ada di dunia. Prevalensi pitiriasis rosea adalah 0,13% pada
laki-laki dan 0,14% pada wanita per total penduduk dunia. Wanita lebih sering
terkena dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1. Penyakit ini lebih banyak
terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda jarang terjadi pada bayi dan orang
lanjut usia3.
Pitiriasis rosea dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis apabi-
la sulit menegakkan diagnosis pitiriasis rosea. Biasanya pitiriasis rosea didahului
dengan gejala prodromal ( lemas, mual, tidak nafsu akan, demam, nyeri sendi,
pembesaran kelenjar limfe ). Setelah itu muncul gatal dan lesi dikulit4.
Lesi primernya ialah lesi soliter berupa makula eritem atau papul eritem
yang akan membesar hingga kira-kira berukuran 2-10 cm berbentuk oval, berwar-
na kemerahan dengan skuama tipis dan bisa terdapat koleret di tepinya. Lesi
primer ini disebut sebagai Herald patch/Mother plaque/Medalion. Satu sampai
dua minggu setelah lesi primer timbul akan diikuti dengan munculnya lesi-lesi
lain berupa makula berbentuk oval hingga plak berukuran 0,5-2 cm berwarna ke-
!1
merahan atau dapat juga berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang berkulit
gelap, dengan koleret dari skuama di bagian tepinya4.
Pitiriasis rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, oleh kare-
na itu, pengobatan yang diberikan adalah pengobatan suportif. Obat yang
diberikan dapat berupa kortikosteroid, antivirus, dan obat topikal untuk mengu-
rangi pruritus4.
Pentingnya ketepatan menganalisa gejala klinis, mendiagnosis dan mem-
berikan penatalaksanaan pada kasus pitiriasis rosea serta diagnosis bandingnya
membuat penulis tertarik untuk menyajikan laporan kasus ini.
!2
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. FN
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2016
No. RM : 946521
B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 28 Maret 2016, pukul 10.00 WIB di poli
klinik kulit dan kelamin RS AK GANI, Palembang.
Keluhan Utama: bercak merah pada lengan kiri bagian atas. Sejak 2 minggu
yang lalu. Bercak berjumlah 1 berbentuk oval dengan diameter ±3cm. Sisik halus
juga didapatkan mengelilingi bercak kemerahan.
Keluhan Tambahan: bercak merah disertai gatal. Karena mengeluh gatal maka
pasien juga menggaruknya baik disengaja maupun tidak sengaja pada saat tidur.
!3
Riwayat Pejalanan Penyakit
Sejak 1 minggu SMRS, pasien mengeluh bercak kemerahan berskuama
mulai timbul pada daerah dada dan lengan kanan bagian atas namun berukuran
kecil. Gatal juga masih dirasakan pasien, namun tidak terlalu gatal maka pasien
tidak berobat ke dokter.
Sejak 4 hari SMRS bercak kemerahan berukuran kecil berskuama halus
muncul pada paha kanan dan kiri bagian dalam juga disertai gatal. Pasien berobat
ke dokter dan diberi tablet berwarna putih dan merah muda dan bedak Salicyl
yang digunakan pada bagian yang gatal. Bercak kemerahan tidak menghilang na-
mun rasa gatal berkurang setelah menggunakan obat dan bedak tsb.
Sejak 1 hari yang lalu, pasien datang berobat ke poli klinik kulit dan ke-
lamin RS AK Gani, Palembang dengan keluhan yang sama yaitu bercak kemera-
han pada daerah lengan kanan dan kiri bagian atas, dada dan paha kanan dan kiri
bagian dalam belum menghilang, gatal juga masih dirasakan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama se-
belumnya, gejala seperti ini baru dirasakan pertama kali. Pasien juga menyangkal
mempunyai riwayat penyakit kulit. Riwayat alergi seperti asma, alergi makanan
ataupun alergi obat-obatan juga disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga: Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang
mengalami hal seperti ini. Riwayat penyakit kulit dalam keluarga juga disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, memiliki
suami seorang tentara dan satu orang anak usia 1 tahun.
Riwayat Higiene: Pasien mandi dua kali sehari dengan air PAM dan menggu-
nakan sabun mandi batangan. Pasien tidak langsung mengganti pakaian saat
berkeringat.
!4
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 47kg
Keadaan gizi : baik
Tanda vital
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ° C
Pernapasan : 20 x/menit
KEPALA : Normocephali
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-),
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Kering (-), tonsil tenang, faring hiperemis (-)
Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)
Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar
tiroid
THORAKS
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris, ginekomastia
(-/-)
!5
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Sn vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
ABDOMEN
Inspeksi : Datar
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bising usus(+) normal
EKSTREMITAS
Ekstremitas superior :
Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)
Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);
Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);
Kulit : lihat status dermatologikus
Ekstremitas inferior :
Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);
Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);
Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);
Kulit : lihat status dermatologik
!6
Status Dermatologikus
Gambar 2.1. Regio Antebrachi dextra et sinistra. Efloresensi: makula eritematosa, multipel, bentuk oval dan anular, ukuran milier sampai lentikuler, berbatas tegas, skuama halus berwarna putih
Gambar 2.2. Regio Thorackalis anterior et posterior. Efloresensi: makula eritematosa, multipel, bentuk oval dan anular, ukuran milier sampai lentikuler, berbatas tegas, skuama halus berwarna
putih
!7
Gambar 2.3. Regio Abdomen. Efloresensi: makula eritematosa, multipel, bentuk oval dan anular, ukuran milier sampai lentikuler, berbatas tegas, skuama halus berwarna putih
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saran Pemeriksaan Penunjang: Dilakukannya kerokan kulit dengan KOH 10%
Pemeriksaan histopatologi sangat membantu dalam meyingkirkan diagnosa
banding. Gambaran histopatologi dari pitiriasis rosea meliputi:10
• Akantosis ringan
• Parakeratosis fokal
• Ekstravasasi eritrosit ke lapisan epidermis
• Spongiosis dapat ditemukan pada kasus akut
• Infiltrat perivaskular ringan dari limfosit ditemukan pada dermis.
!8
D. Diagnosis Banding
1. Pitiriasis Rosea
2. Tinea Korporis
3. Dermatitis Seboroik
F. Diagnosis Kerja
Pitiriasis rosea
G. Tatalaksana
UMUM ⦿ Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara pengob-
atannya
⦿ Bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena
dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder.
KHUSUS
⦿ Sistemik :
Kortikosteroid sistemik : metil prednisolon 2x4mg/hari
Antihistamin : Cetirizine 1x10mg/hari ⦿ Topikal :
Kortikosteroid topikal: 0.1% nerilon cream untuk pagi hari dan
malam hari dioleskan pada daerah yang terdapat bercak merah dan
gatal.
!9
H. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticum : dubia ad bonam
!10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pitiriasis Rosea berasal dari kata pityriasis yang berari skuama halus dan
rosea yang berarti berwarna merah muda4.
Pitiriasis Rosea adalah erupsi kulit yang dapat sembuh sendiri, berupa plak
berbentuk oval, soliter dan berskuama pada trunkus (herald patch) dan umumnya
asimptomatik.3 Menurut Andrew (2009), Pitiriasis Rosea adalah peradangan kulit
berupa eksantema yang ditandai dengan lesi makula-papula berwarna kemerahan (
salmon colored ) berbentuk oval, circinate tertutup skuama collarette, soliter dan
lama kelamaan menjadi konfluen.2 Ketika lesi digosok menurut aksis panjangnya,
skuama cenderung terlipat melewati garis gosokan ( hanging curtain sign ).2
EPIDEMIOLOGI
Pitiriasis Rosea terjadi pada seluruh ras yang ada di dunia. Prevalensi
Pitiriasis Rosea adalah 0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada wanita per total pen-
duduk dunia dengan usia antara 10-34 tahun.1
Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda
dengan rentang usia antara 15-40 tahun. Jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut
usia.2
ETIOLOGI
Watanabe et al melakukan penelitian dan mempercayai bahwa Pitiriasis
Rosea disebabkan oleh virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus
( HHV )-6 dan -7 pada sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi, kemudi-
an mengidentifikasi virus pada sampel serum penderita.3 Jadi, Pitiriasis Rosea ini
merupakan reaksi sekunder dari reaktivasi virus yang didapatkan pada masa lam-
pau dan menetap pada fase laten sebagai sel mononuklear.1 Pitiriasis Rosea juga
!11
dapat disebabkan oleh obat-obatan atau logam, misalnya arsenik, bismut, emas,
methopromazine, metronidazole, barbiturat, klonidin, kaptopril dan ketotifen.1,3
Hipotesis lain menyebutkan peranan autoimun, atopi dan predisposisi genetik
dalam kejadian Pitiriasis Rosea.7
GAMBARAN HISTOPATOLOGIK
Gambaran histopatologik dari Pitiriasis Rosea tidak spesifik sehingga pen-
derita dengan Pitiriasis Rosea tidak perlu dilakukan biopsi lesi untuk menen-
gakkan diagnosis. Pemeriksaan histopatologi dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis Pitiriasis Rosea dengan gejala atipikal. Pada lapisan epidermis dite-
mukan adanya parakeratosis fokal, hiperplasia, spongiosis fokal, eksositosis lim-
fosit, akantosis ringan dan menghilang atau menipisnya lapisan granuler. Sedan-
gkan pada dermis ditemukan adanya ekstravasasi eritrosit serta beberapa monosit.2,4
!
Gambar histologik non spesifik tipikal dari Pitiriasis Rosea,
menunjukkan parakeratosis, hilangnya lapisan granular, akantosis ringan, spongiosis, dan infiltrat limfohistiosit pada dermis superficial2
GAMBARAN KLINIS
Tempat predileksi Pitiriasis Rosea adalah badan, lengan atas bagian proksimal
dan paha atas sehingga membentuk seperti gambaran pakaian renang.2 Sinar
matahari mempengaruhi distribusi lesi sekunder, lesi dapat terjadi pada daerah
yang terkena sinar matahari, tetapi pada beberapa kasus, sinar matahari melindun-
!12
Akantosis
Infiltrat limfo-histiosit
Spongiosis
gi kulit dari Pitiriasis Rosea. Pada 75% penderita biasanya timbul gatal didaerah
lesi dan gatal berat pada 25% penderita.1
1. Gejala klasik
Gejala klasik dari Pitiriasis Rosea mudah untuk dikenali. Penyakit dimulai
dengan lesi pertama berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau
anular dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah
ditutupi oleh skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang
ditutupi oleh skuama tipis yang berasal dari keratin yang terlepas yang
juga melekat pada kulit normal ( skuama collarette ). Lesi ini dikenal den-
gan nama herald patch.1,2,3
!
Gambar herald patch3
!
Gambar plak primer tipikal ( herald patch ) menunjukkan bentuk lonjong dengan skuama halus di tepi bagian dalam plak4
!13
skuama
Herald Patch
Pada lebih dari 69% penderita ditemui adanya gejala prodromal berupa
malaise, mual, hilang nafsu makan, demam, nyeri sendi, dan pem-
bengkakan kelenjar limfe.4 Setelah timbul lesi primer, 1-2 minggu kemu-
dian akan timbul lesi sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan dite-
mukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri dari lesi dengan bentuk yang sama dengan
lesi primer dengan ukuran lebih kecil ( diameter 0,5 – 1,5 cm ) dengan ak-
sis panjangnya sejajar dengan garis kulit dan sejajar dengan kosta sehing-
ga memberikan gambaran Christmas tree. Lesi lain berupa paul-papul ke-
cil berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan garis kulit dan
jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan tersebar perifer.
Kedua lesi ini timbul secara bersamaan.2
!
Gambaran menyerupai pine tree (http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM00515 )
2. Gejala atipikal
Terjadi pada 20% penderita Pitiriasis Rosea. Ditemukannya lesi yang tidak
sesuai dengan lesi pada Pitiriasis Rosea pada umunya. Berupa tidak dite-
mukannya herald patch atau berjumlah 2 atau multipel. Bentuk lesi lebih
bervariasi berupa urtika, eritema multiformis, purpura, pustul dan
!14
vesikuler.3 Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila, inguinal,
wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat
diagnosis dari Pitiriasis Rosea menjadi lebih sulit untuk ditegakkan se-
hingga diperlukan pemeriksaan lanjutan.
!
!
!
!
!
Gambar Diagram skematik plak primer ( herald patch ) dan distribusi tipikal plak sekunder sepan-jang garis kulit pada trunkus dalam susunan Christmas tree3
DIAGNOSIS BANDING
a. Tinea korporis
Adalah lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofit Trichophyton rubrum
pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala klinisnya
adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan pinggir berskuama dan
penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah
!15
pada Tinea korporis, skuama berada di tepi, plak tidak berbentuk oval, dari
pemeriksaan penunjang didapatkan hifa panjang pada pemeriksaan KOH
10%.10
b. Dermatitis Seboroik
Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama
dan ruam kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi
tempat di sternum, regio intercapsular, dan permukaan fleksor dari
persendian-persendian11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Umumnya untuk menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea tidak dibutuhkan
pemeriksaan penunjang. Namun dalam hal diagnosis susah ditegakkan, kita mem-
butuhkan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding lain.
Biasanya seorang dermatologis dapat menegakkan diagnosis secara klinis
tetapi bila ada keraguan dan fasilitasnya memungkinkan akan dilakukan pemerik-
saan kerokan kulit dengan KOH6.
PENATALAKSANAAN
1. Umum
Walaupun Pitiriasis Rosea bersifat self limited disease ( dapat sembuh
sendiri ), bukan tidak mungkin penderita merasa terganggu dengan lesi
yang muncul. Untuk itu diperlukan penjelasan kepada pasien tentang :
- Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama
- Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian menetap
selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2 ming-
gu. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis Rosea berlang-
sung hingga 3-4 bulan
!16
- Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah dengan
mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang
mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat menyebabkan lesi
menjadi bertambah berat.
2. Khusus
- Topikal
Untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida, kalamin
losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat dengan lesi
yang luas dan gatal yang hebat dapat diberikan glukokortikoid topikal
kerja menengah ( bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali
sehari ).2,9
- Sistemik
Pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa
gatal.4 Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat diberikan
kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau ase-
tonid 20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler.
Penggunaan eritromisin masih menjadi kontroversial. Eritromisin oral
pernah dilaporkan cukup berhasil pada penderita Pitiriasis Rosea yang
diberikan selama 2 minggu3. Dari suatu penelitian menyebutkan bahwa
73% dari 90 penderita pitiriasis rosea yang mendapat eritromisin oral
mengalami kemajuan dalam perbaikan lesi. Eritomisin diduga mem-
punyai efek sebagai anti inflamasi5,6. Namun dari penelitian di
Teheran, Iran yang dilakukan oleh Abbas Rasi et al menunjukkan tidak
ada perbedaan perbaikan lesi pada pasien yang menggunakan eritro-
misin oral dengan pemberian plasebo.7
Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis
yang dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.2 Pemakaian sinar
radiasi ultraviolet B atau sinar matahari alami dapat mengurangi rasa
!17
gatal dan menguranngu lesi.2 Penggunaan sinar B lebih ditujukan pada
penderita dengan lesi yang luas, karena radiasi sinar ultraviolet B
( UVB ) dapat menimbulkan hiperpigmentasi post inflamasi.2
PROGNOSIS
Prognosis pada penderita Pitiriasis Rosea adalah baik karena
penyakit ini bersifat self limited disease sehingga dapat sembuh spontan
dalam waktu 3-8 minggu.
!18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pitiriasis Rosea berasal dari kata pityriasis yang berari skuama halus dan
rosea yang berarti berwarna merah muda4. Menurut Andrew (2009), Pitiriasis
Rosea adalah peradangan kulit berupa eksantema yang ditandai dengan lesi maku-
la-papula berwarna kemerahan ( salmon colored ) berbentuk oval, circinate tertut-
up skuama collarette, soliter dan lama kelamaan menjadi konfluen.2
Pada anamnesis terdapat seorang pasien perempuan ibu rumah tangga usia
27 tahun datang ke RS AK Gani dengan keluhan bercak merah pada lengan kiri
bagian atas sejak 2 minggu yang lalu disertai gatal. Menurut literatur, gejala klasik
dari Pitiriasis Rosea mudah untuk dikenali. Penyakit dimulai dengan lesi pertama
berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau anular dengan ukuran yang
bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh skuama halus dan
bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama tipis. Lesi ini dise-
but Herald Patch.123
Keluhan tersebut menyebabkan rasa kurang nyaman pada pasien yang
merupakan wanita dengan usia produktif sehingga pasien berobat ke klinik ter-
dekat, pasien diberi obat berwarna puth dan merah muda namun setelah mengon-
sumsi obat tersebut pasien belum juga merasakan perubahan pada bercak merah-
nya, namun keluhan gatal sedikit berkurang. Menurut literatur, pitiriasis rosea
akan lebih sering mengenai wanita dibanding pria dengan prevalensi adalah
0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada wanita per total penduduk dunia dengan
usia antara 10-34 tahun1.
Semakin hari bercak merah bertambah dan menyebar ke lengan kanan
atas, dada, punggung, perut dan kedua paha bagian atas dan gatal masih dirasakan.
Menurut literatur, tempat predileksi Pitiriasis Rosea adalah badan, lengan atas
bagian proksimal dan paha atas sehingga membentuk seperti gambaran pakaian
renang.2
!19
Keluhan ini menyebabkan terganggunya aktivitas pasien sehari-hari karna rasa
gatal akan semakin dirasakan bila tubuhnya berkeringat. Gatal yang dirasakan
merupakan salah satu tanda dari adanya inflamasi.
Menurut literatur, gejala akan berkembang setelah 2 minggu, dimana men-
capai puncaknya. Fase penyebaran ini secara perlahan-lahan akan mengilang sete-
lah 2-4 minggu. Lesi-lesi ini muncul terutama pada batang tubuh dengan sumbu
panjang sejajar pelipatan kulit. Tampilannya tampak seperti pohon natal terbalik
(inverted christmas tree appeareance. Tapi bagaimanapun terlepas dari tampilan
lesi yang mirip dengan pohon natal, terbalik atau pun tidak, tidak diragukan lagi
Herald Patch merupakan lesi patognomonik dari pitiriasis rosea6. Sehingga mucul
dugaan bahwa pasien kali ini mengalami pitiriasi rosea.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada thoracalis anterior et posterior,
antebrachii dextra et sinistra, abdomen, dan femoralis dekstra et sinistra: makula
eritematosus, multipel, berbatas tegas dengan ukuran milier sampai lentikuler,
bentuk oval dan anular, skuama halus berwarna putih (+). Menurut literatur, lesi
makula-papula berwarna kemerahan ( salmon colored ) berbentuk oval, circinate
tertutup skuama collarette, soliter dan lama kelamaan menjadi konfluen.2 Ketika
lesi digosok menurut aksis panjangnya, skuama cenderung terlipat melewati garis
gosokan ( hanging curtain sign ).2 Tempat predileksi Pitiriasis Rosea adalah
badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas sehingga membentuk seperti
gambaran pakaian renang2. Tanda-tanda tersebut memperkuat dugaan pitiriasis
rosea.
Pasien tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan sehingga ini
jelas bukan merupakan reaksi alergi. Sebelum ini, pasien tidak pernah menderita
penyakit seperti sekarang ini, orang-orang disekitar pasienpun tidak ada yang
sedang sakit seperti ini. Maka penyakit pasien ini bukan merupakan penularan
dari orang lain. Sebelum ini, pasien juga belum pernah menderita penyakit kulit
lain.
!20
Untuk mendiagnosis pitiriasis rosea sebenarnya tidak ada pemeriksaan
khusus bahkan dengan tanda klinis yang ditemukan sudah dapat menegakkan di-
agnosis ptiriasis rosea namun bila ada keraguan dan fasilitas memadai disarankan
dilakukan kerokan kulit dengan KOH 10%.6
Pemeriksaan histopatologi juga sangat membantu dalam meyingkirkan diagnosa
banding.10
Diagnosis banding pada kasus ini antara lain adalah tinea korporis didap-
atkan gambaran herald patch atau bercak merah yang dapat menyerupai gambaran
yang biasanya ditemukan pada tinea korporis. Tinea korporis juga memiliki lesi
makula eritema skuamosa yang bentuknya anular. Namun pada tepinya bisa ter-
dapat papul, pustul dan skuamanya kasar. Bagian tepi lesi yang lebih aktif pada
infeksi jamur ini menunjukan adanya hifa pada pemeriksaan kultur. Pada tinea
korporis gatal yang dirasakan sangat hebat dan jarang menyebar luas pada seluruh
tubuh, Hal ini melemahkan hipotesis bahwa pasien terkena tinea korporis dan se-
makin memperkuat dugaan pitiriasis rosea.
Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama
dan ruam kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi tempat di
sternum, regio intercapsular, dan permukaan fleksor dari persendian-persendian11.
Sedangkan pada pitiriasis rosea skuamanya halus dan tak berminyak. Sumbu pan-
jang lesi sejajar dengan garis kulit5. Pasien mendapatkan tatalaksana secara umum dan khusus, secara umum terutama
pasien mendapatkan Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang pitiriasis rosea
yaitu memberikan penjelasan pada pasien tentang penyakit yang diderita. Pitiriasis rosea
merupakan penyakit kulit yang penyebabnya masih belum diketahui jelas, tetapi
banyak yang mengemukakan bahwa penyebabnya adalah virus. Hal ini didasarkan
pada sifat penyakit ini yang dapat sembuh sendiri dalam 3-8 minggu (self limit-
ting disease). Hanya diperlukan imunitas yang baik untuk mempercepat penyem-
buhan. Adapun obat-obatan yang diberikan, hanya untuk menghilangkan rasa
gatal, agar tidak digaruk. Karena garukan akan menyebabkan infeksi sekunder.
!21
Secara sistemik, pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk
mengurangi rasa gatal. Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat
diberikan kortikosteroid sistemik. Pada pasien ini diberikan kortikosteroid sis-
temik berupa metil prednisone 2x4mg. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin
pada pasien ini diberikan Cetirizine 1x10mg untuk mengurangi gatalnya sehingga
pasien tidak menggaruk-garuk badannya.
Secara topikal, untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink ok-
sida, kalamin losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat dengan lesi
yang luas dan gatal yang hebat dapat diberikan glukokortikoid topikal kerja
menengah ( bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali sehari. Pada
pasien ini, Kortikosteroid topikal: 0.1% nerilon cream untuk pagi hari malam hari di-
oleskan pada daerah yang terdapat bercak merah dan gatal.
Prognosis pada penderita Pitiriasis Rosea adalah baik karena penyakit ini
bersifat self limited disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8
minggu.
!22
BAB V
KESIMPULAN
Pitiriasis rosea adalah kelainan kulit yang termasuk dalam golongan der-
matosis papuloeritroskuamosa, sifatnya akut, self limiting disease, tidak menu-
lar. Etiologinya masih belum diketahui, namun partikel HHV telah terdeteksi pada
70% pasien penderita pitiriasis rosea. Lesi primernya berupa soliter makula eritem
atau papul eritem. Lesi primer ini disebut sebagai herald patch / mother plaque /
medallion. Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang
tubuh, lengan atas dan paha atas. Pitiriasis rosea memiliki berbagai macam varian,
dapat dibedakan berdasarkan predileksi tempatnya serta efloresensi yang domi-
nan, contohnya pitiriasis rosea inversa,giganta, irritate, vesicular, papular dan lain
sebagainya. Tidak ada tes laboratorium yang menunjang diagnosa pitiriasis rosea.
Beberapa penyakit yang menyerupai gambaran klinis pitiriasis rosea yaitu tinea
korporis dan dermatitis seboroik. Diagnosa pitiriasis rosea dapat ditegakkan
melalui anamnesa dan pemeriksaan klinis.
!23
DAFTAR PUSTAKA
1. James, William D., Timothy G.B, Dirk M. Epityriasis Rosea. In: James WD Berger TG, Eston DM. Andrews’ diseases of the skin, 10th ed. WB Saun-ders Company, Canada.2006; 207-216.
2. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea In: Dermatology in General Medicine Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008; 362-265.
3. Sterling, J.C. Viral Infections. In : Rook’s textbook of dermatology.—7th ed. 2004. 25.79-82.
4. Lichenstein, A. Pityriasis Rosea. Diunduh dari www. Emedicine.com pada tanggal 15 Agustus 2010.
5. Broccolo F, Drago F, Careddu AM, et al. Additional evidence that pityria-sis rosea is associated with reactivation of human herpesvirus-6 and -7. J Invest Dermatol. 2005; 124:1234-1240.
6. S t u l b e r g , D . L . , J e f f W. P i t y r i a s i s R o s e a . A m F a m Physician. 2004 Jan 1;69(1):87-91. Diunduh dari www.aafp.org/20040101/p47.html pada tanggal 15 Agustus 2010.
7. Chuh, A et al. 2004. Pityriasis Rosea – evidence for and against at infec-tious disease. Cambridge University Press :Cambridge Journal 132:3:381-390.
8. Galvan, S V et al. 2009. Atypical Pityriasis Rosea in a black child : a case report. Cases Journal Vol 2 : 6796.
9. Zawar, Vijay. 2010. Giant Pityriasis Rosea. Indian Journal Dermatology. Aprl-Jun; 55(2): 192–194.
10. McPhee, S J, Maxine A P. 2009. Current Medical Diagnosis and Treat-ment forty eighth edition. Mc Graw Hill Companies:USA.
!24