32
PERJANJIAN ANTARA PT PERTAMINA (PERSERO) DAN PT BANTEN INTI GASINDO TENTANG JUAL BELI GAS UNTUK KONSUMEN CILEGON – BANTEN Nomor Pihak Pertama : Nomor Pihak Kedua : Perjanjian Jual Beli Gas (PERJANJIAN) ini dibuat dan ditandatangani pada hari___________ tanggal ___________________bulan ________________tahun Dua Ribu Tiga, oleh dan antara : I. PT PERTAMINA (PERSERO), dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina), perseroan yang didirikan berdasarkan Akta No.20 tanggal 17 September 2003, yang dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak, SH, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia No. C-24025 HT.01.01.TH.2003 tanggal 9 Oktober 2003, berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jalan Medan Merdeka Timur No. 1A, Jakarta Pusat, dalam hal ini diwakili oleh ARIFFI NAWAWI selaku Direktur Utama berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-279/MBU/2003 tanggal 17 September 2003, dengan demikian bertindak untuk dan atas nama perseroan tersebut di atas, yang selanjutnya dalam PERJANJIAN ini disebut PIHAK PERTAMA; dan I. PT Banten Inti Gasindo, __________________________, dengan demikian bertindak untuk dan atas nama PT Banten Inti Gasindo, yang selanjutnya dalam PERJANJIAN ini disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam PERJANJIAN ini dapat juga disebut sebagai PIHAK jika disebut secara sendiri-sendiri atau PARA PIHAK jika disebut secara bersama-sama, menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: 1

Pjbg Indo Banten1

  • Upload
    yoi123

  • View
    284

  • Download
    14

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Documen for pROJECT

Citation preview

Page 1: Pjbg Indo Banten1

PERJANJIAN

ANTARA

PT PERTAMINA (PERSERO)

DAN

PT BANTEN INTI GASINDO

TENTANG

JUAL BELI GAS UNTUK KONSUMEN CILEGON – BANTEN

Nomor Pihak Pertama : Nomor Pihak Kedua :

Perjanjian Jual Beli Gas (PERJANJIAN) ini dibuat dan ditandatangani pada hari___________ tanggal ___________________bulan ________________tahun Dua Ribu Tiga, oleh dan antara :

I. PT PERTAMINA (PERSERO), dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina), perseroan yang didirikan berdasarkan Akta No.20 tanggal 17 September 2003, yang dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak, SH, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia No. C-24025 HT.01.01.TH.2003 tanggal 9 Oktober 2003, berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jalan Medan Merdeka Timur No. 1A, Jakarta Pusat, dalam hal ini diwakili oleh ARIFFI NAWAWI selaku Direktur Utama berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-279/MBU/2003 tanggal 17 September 2003, dengan demikian bertindak untuk dan atas nama perseroan tersebut di atas, yang selanjutnya dalam PERJANJIAN ini disebut PIHAK PERTAMA;

dan

I. PT Banten Inti Gasindo, __________________________, dengan demikian bertindak untuk dan atas nama PT Banten Inti Gasindo, yang selanjutnya dalam PERJANJIAN ini disebut PIHAK KEDUA

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam PERJANJIAN ini dapat juga disebut sebagai PIHAK jika disebut secara sendiri-sendiri atau PARA PIHAK jika disebut secara bersama-sama, menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:

Bahwa PIHAK KEDUA akan membeli GAS dari PIHAK PERTAMA untuk memenuhi kebutuhan gas bagi pasar PIHAK KEDUA di kawasan Cilegon Propinsi Banten.

Bahwa berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 60 huruf (b) dan (c) Undang-undang No.22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, PT PERTAMINA (PERSERO) wajib melaksanakan kegiatan usaha Migas, mengatur dan mengelola kekayaan, pegawai dan hal penting lainnya yang diperlukan.

1

Page 2: Pjbg Indo Banten1

Bahwa untuk memenuhi keperluan tersebut di atas, PIHAK PERTAMA akan menyediakan GAS dari lapangan-lapangan minyak dan gas bumi yang dikembangkan oleh PIHAK PERTAMA di Daerah Operasi Jawa Bagian Barat dan sumber gas lainnya.

Bahwa PARA PIHAK telah menandatangani Pokok-Pokok Perjanjian tentang Jual Beli Gas untuk Konsumen di kawasan Cilegon Propinsi Banten No. ____/C00000/2004-S0 tanggal ____

Bahwa PARA PIHAK telah menandatangani Kesepakatan Bersama No.____ /C00000/ 2004-S1 tanggal ___________.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam PERJANJIAN ini dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal berikut:

PASAL 1DEFINISI

Definisi dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam PERJANJIAN ini adalah sebagai berikut:

1.1. ALAT UKUR adalah alat ukur yang disepakati oleh PARA PIHAK, terletak di saluran keluar STASIUN PENYERAHAN GAS, termasuk, tetapi tidak terbatas pada: tabung orifice meter yang dilengkapi dengan pressure transmitter, differential pressure transmitter, temperature transmitter, indikator-indikator, flow recorder, flow computer, common gas chromatograph dan peralatan gas sampling, serta peralatan-peralatan lain yang secara bersama-sama digunakan sebagai perangkat pengukur untuk menentukan jumlah GAS, dalam total BTU, yang diserahkan kepada PIHAK KEDUA di TITIK PENYERAHAN berdasarkan PERJANJIAN.

1.2. B adalah 1.000.000.000 (satu milyar) apabila dipakai dalam hubungan dengan satuan SCF atau BTU.

1.3. BANK adalah Bank Pemerintah atau Bank Devisa lainnya yang ditunjuk oleh salah satu PIHAK dan disetujui oleh PIHAK lainnya sebagai penjamin.

1.4. BRITISH THERMAL UNIT (BTU) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 (satu) pound air murni sebanyak 10F (satu derajat Fahrenheit) pada suhu 600F (enam puluh derajat Fahrenheit) dengan tekanan 14,7 Psi (empat belas dan tujuh per sepuluh pounds per square inch).

1.5. BULAN adalah kurun waktu yang dimulai pukul 00.00 WIB hari pertama dari suatu bulan kalender dan berakhir pada pukul 24.00 WIB hari terakhir dari bulan kalender yang sama.

1.6. GAS adalah gas bumi yang diserahkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam Lampiran-B PERJANJIAN ini.

1.7. GAS EKSES adalah GAS yang diterima oleh PIHAK KEDUA di atas JUMLAH PENYERAHAN HARIAN yang tidak tercantum dalam JUMLAH NOMINASI untuk GAS MAKE UP dan akan diperhitungkan secara bulanan serta mengurangi Jumlah Kontrak Keseluruhan yang dimaksud dalam Pasal 4.1 dan Lampiran-A PERJANJIAN ini.

2

Page 3: Pjbg Indo Banten1

1.8. GAS MAKE UP adalah GAS yang telah dibayar akan tetapi belum diambil oleh PIHAK KEDUA sesuai ketentuan Pasal 4.2 dan Pasal 4.6 PERJANJIAN ini.

1.9. GROSS HEATING VALUE (GHV) adalah jumlah panas dinyatakan dalam satuan BTU, yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna dari 1 SCF gas, pada suhu 60oF (enam puluh derajat Fahrenheit) dan tekanan 14,7 Psi (empat belas dan tujuh per sepuluh pounds per square inch), dengan udara pada suhu dan tekanan yang sama dengan gas tersebut, dan setelah pendinginan hasil pembakaran pada tingkat suhu gas dan udara awal dan uap air yang terbentuk dalam proses pembakaran itu terkondensasi kedalam bentuk cair.

1.10. HARI adalah kurun waktu yang lamanya 24 (dua puluh empat) jam terus menerus, yang dimulai pukul 00.00 WIB dan berakhir pada pukul 24.00 WIB hari yang sama.

1.11. JUMLAH KONTRAK TAHUNAN adalah jumlah GAS yang disediakan oleh PIHAK PERTAMA dan diperlukan oleh PIHAK KEDUA dalam setiap TAHUN kontrak, seperti yang tercantum pada Lampiran-A PERJANJIAN ini.

1.12. JUMLAH NOMINASI adalah perkiraan jumlah GAS yang diperlukan dan diberitahukan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 PERJANJIAN ini dengan menggunakan formulir pada Lampiran-C dan Lampiran-D PERJANJIAN ini.

1.13. JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN adalah jumlah pembelian minimum GAS dalam setiap TAHUN kontrak, dimana PIHAK KEDUA diwajibkan untuk membayar, baik GAS tersebut telah diambil atau tidak, yaitu sebesar 90% ( sembilan puluh persen) dari JUMLAH KONTRAK TAHUNAN seperti yang tercantum dalam Lampiran-A PERJANJIAN ini, setelah dikurangi, dengan jumlah GAS yang tidak diambil oleh PIHAK KEDUA yang disebabkan karena hal-hal yang disebutkan dalam Pasal 4.1 butir a dan c PERJANJIAN ini dan SHORTFALL serta GAS EKSES yang telah diambil oleh PIHAK KEDUA (jika ada).

1.14. JUMLAH PENYERAHAN HARIAN adalah jumlah GAS yang akan diserahkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA setiap HARI sebagaimana tercantum dalam Lampiran-A PERJANJIAN ini.

1.15. JUMLAH PENYERAHAN MAKSIMUM HARIAN adalah jumlah maksimum GAS yang akan diserahkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA pada suatu HARI yaitu 110% (seratus sepuluh persen) dari JUMLAH PENYERAHAN HARIAN yang penggunaannya dipakai dalam rangka pengambilan GAS MAKE UP dan/atau GAS EKSES.

1.16. M adalah 1.000 (seribu) apabila dipakai dalam hubungan dengan satuan SCF atau BTU.

1.17. MM adalah 1.000.000 (satu juta) apabila dipakai dalam hubungan dengan satuan SCF atau BTU.

1.18. PERIODE UJI COBA adalah kurun waktu untuk melaksanakan UJI COBA maksimum 60 (enam puluh) hari sebelum TANGGAL DIMULAI.

1.19. SBLC adalah Standby Letter of Credit yang diterbitkan oleh BANK untuk kepentingan PIHAK PERTAMA.

3

Page 4: Pjbg Indo Banten1

1.20. SHORTFALL adalah kegagalan PIHAK PERTAMA untuk menyalurkan GAS kepada PIHAK KEDUA dalam memenuhi JUMLAH NOMINASI untuk setiap HARI, yang dibuktikan dengan penurunan laju alir GAS di STASIUN PENYERAHAN GAS selama waktu tertentu, namun kegagalan PIHAK PERTAMA untuk menyalurkan GAS kepada PIHAK KEDUA tidak akan merupakan SHORTFALL untuk hal-hal yang disebutkan dalam Pasal 4.1 butir a,b,c dan e PERJANJIAN ini serta kelalaian PIHAK KEDUA untuk memenuhi persyaratan pemberitahuan mengenai JUMLAH NOMINASI seperti yang dimaksud Pasal 8 PERJANJIAN ini.

1.21. SPECIFIC GRAVITY (SG) adalah nilai perbandingan antara berat molekul gas kering dengan udara normal yang mengisi tempat yang sama, yang diukur dalam kondisi atmosfir yang sama pula.

1.22. STANDARD CUBIC FOOT (SCF) adalah sejumlah GAS yang diperlukan untuk mengisi ruangan 1 ft3 (satu cubic foot), dengan tekanan sebesar 14,7 Psi (empat belas dan tujuh per sepuluh pounds per square inch) dan pada suhu 60°F (enam puluh derajat Fahrenheit) dalam kondisi kering.

1.23. STASIUN PENYERAHAN GAS adalah seluruh peralatan dan perangkat ALAT UKUR penyerahan GAS milik PIHAK PERTAMA yang terletak di Cilegon Propinsi Banten.

1.24. TAHUN adalah kurun waktu yang dimulai pukul 00.00 WIB hari pertama dari tahun kalender dan berakhir pukul 24.00 WIB hari terakhir dari tahun kalender yang sama, kecuali TAHUN pertama PERJANJIAN yang dimulai pada pukul 00.00 WIB pada TANGGAL DIMULAI dan berakhir pada pukul 24.00 WIB hari terakhir dari tahun kalender yang sama. Sedangkan TAHUN terakhir PERJANJIAN akan berakhir pada pukul 24.00 WIB tanggal 31 Desember 2025.

1.25. TANGGAL DIMULAI adalah tanggal yang disepakati oleh PARA PIHAK pada saat GAS mulai dialirkan oleh PIHAK PERTAMA dan diterima oleh PIHAK KEDUA di TITIK PENYERAHAN pada tanggal 1 Juli 2004 atau TANGGAL KESIAPAN dalam hal terjadi keterlambatan penyaluran GAS dan akan dituangkan dalam suatu Berita Acara.

1.26. TANGGAL KESIAPAN adalah tanggal yang disepakati oleh PARA PIHAK pada saat GAS telah siap dan mulai dialirkan oleh PIHAK PERTAMA dan siap diterima oleh PIHAK KEDUA di TITIK PENYERAHAN dalam hal penyaluran GAS tidak dapat dimulai pada tanggal 1 Juli 2004 , PARA PIHAK sepakat bahwa TANGGAL KESIAPAN akan menjadi TANGGAL DIMULAI selambat-lambatnya pada tanggal _________, untuk pelaksanaan ketentuan dalam PERJANJIAN ini dan akan dituangkan dalam suatu Berita Acara Penyerahan Gas.

1.27. TITIK PENYERAHAN adalah tempat penyerahan GAS, dimana kepemilikan dan tanggungjawab atas GAS beralih dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, yaitu pada flensa setelah kerangan terakhir dari ALAT UKUR yang terletak di STASIUN PENYERAHAN GAS.

1.28. UJI COBA adalah semua kegiatan pengujian terhadap fasilitas GAS PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK KEDUA untuk membuktikan bahwa peralatan tersebut berfungsi dengan baik dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini.

4

Page 5: Pjbg Indo Banten1

1.29. USAHA TERBAIK adalah standar pelaksanaan yang diharapkan dari salah satu PIHAK yang dengan itikad baik berusaha melaksanakan kewajiban kontraktualnya dengan membuat keputusan, tindakan dan/atau pelaksanaan secara berhati-hati dan dalam melaksanakan hal tersebut menerapkan keterampilan, ketekunan, ketelitian dan perkiraan dalam tingkat yang secara wajar dan umumnya diharapkan dari operator yang terampil dan berpengalaman yang terlibat dalam kewajiban serupa dibawah lingkungan dan kondisi yang serupa.

PASAL 2TUJUAN

PIHAK PERTAMA bersedia untuk menjual dan menyalurkan GAS kepada PIHAK KEDUA, dengan rincian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran-A PERJANJIAN ini, dengan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran-B PERJANJIAN ini. PIHAK KEDUA bersedia membeli dan menerima GAS yang disalurkan oleh PIHAK PERTAMA untuk kebutuhan gas bagi pasar PIHAK KEDUA di kawasan Cilegon Propinsi Banten.

PASAL 3SUMBER PENYEDIAAN GAS

Sumber penyediaan GAS dalam PERJANJIAN ini berasal dari lapangan minyak dan gas bumi di Daerah Operasi Hulu Jawa Bagiam Barat dan sekitarnya yang dikembangkan oleh PIHAK PERTAMA melalui fasilitas lapangan gas di Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat dan akan disalurkan melalui sistem transmisi milik PIHAK PERTAMA.

PASAL 4PENYALURAN GAS

4.1. PIHAK PERTAMA akan menyalurkan GAS dengan Jumlah 3.650 (tiga dan enampuluh lima per seribu) BSCF dalam 1.000 BTU/SCF untuk 10 (sepuluh) TAHUN pertama PERJANJIAN ini yang disesuaikan dengan kemampuan lapangan berdasarkan USAHA TERBAIK PIHAK PERTAMA dengan rincian seperti tercantum dalam Lampiran-A PERJANJIAN ini, secara terus menerus dan tidak akan dihentikan, kecuali karena:a. Adanya Keadaan Kahar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 PERJANJIAN

ini.b. Penghentian sementara untuk perawatan peralatan dan fasilitas GAS PIHAK

PERTAMA dan/atau PIHAK KEDUA, sebagaimana diatur dalam Pasal 10.6 PERJANJIAN ini.

c. PIHAK KEDUA menggunakan hak untuk menolak GAS yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.2 PERJANJIAN ini.

d. Adanya sebab-sebab lain yang disepakati oleh PARA PIHAK yang mengakibatkan terhentinya operasi fasilitas GAS PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK KEDUA dengan jangka waktu maksimal 7 (tujuh) HARI.

e. Penghentian sementara yang disebabkan oleh karena PIHAK KEDUA tidak menyerahkan SBLC yang telah diperbaharui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.3.7 PERJANJIAN ini.

4.2. Apabila dalam suatu TAHUN selama masa berlakunya PERJANJIAN ini, PIHAK KEDUA mengambil GAS kurang dari JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN, maka selisih antara jumlah GAS yang telah diambil dan JUMLAH PEMBELIAN

5

Page 6: Pjbg Indo Banten1

MINIMUM TAHUNAN, dapat diambil sebagai GAS MAKE UP. GAS MAKE UP tersebut dapat diambil pada TAHUN-TAHUN berikutnya apabila PIHAK KEDUA telah mengambil 90% (sembilan puluh per seratus) dari JUMLAH KONTRAK TAHUNAN untuk TAHUN dimana GAS MAKE UP tersebut akan diambil, dengan mengingat tidak melebihi JUMLAH PENYERAHAN MAKSIMUM HARIAN.

4.3. PIHAK PERTAMA dapat menjual dan menyalurkan GAS EKSES sesuai dengan permintaan PIHAK KEDUA, sepanjang ketersediaan GAS dan kapasitas peralatan serta alasan-alasan operasi memungkinkan untuk itu. PIHAK KEDUA harus memberitahukan mengenai permintaan GAS EKSES tersebut kepada PIHAK PERTAMA melalui JUMLAH NOMINASI bulanan. Jangka waktu penyaluran GAS EKSES maksimum 3 (tiga) BULAN berturut-turut.

4.4. Dalam hal penyaluran GAS melebihi JUMLAH PENYERAHAN HARIAN yang tidak dinominasikan oleh PIHAK KEDUA dan secara kumulatif bulanan diperkirakan dapat menjadi GAS EKSES, maka PARA PIHAK akan berusaha menyesuaikan jumlah penyaluran GAS menjadi sebesar nominasi pada bulan berjalan.

4.5. GAS EKSES yang dimaksud Pasal 4.3. dan Pasal 4.4 di atas akan dikenakan biaya (premium) sesuai Pasal 11.3 PERJANJIAN ini

4.6. GAS MAKE UP dapat diambil oleh PIHAK KEDUA dalam sisa masa berlakunya PERJANJIAN ini dan paling lambat 3 (tiga) BULAN setelah berakhirnya PERJANJIAN ini.

4.7. Selama PERIODE UJI COBA, PIHAK PERTAMA akan berusaha menyediakan GAS untuk tujuan UJI COBA dan PIHAK KEDUA akan berusaha menerima dan mengambil GAS tersebut.

4.8. Sejumlah GAS yang telah diterima oleh PIHAK KEDUA selama PERIODE UJI COBA dengan spesifikasi sebagaimana tercantum pada Pasal 6 PERJANJIAN ini akan dibuat dalam Berita Acara UJI COBA yang akan mengurangi Jumlah Kontrak Keseluruhan yang dimaksud dalam Pasal 4.1 dan Lampiran-A PERJANJIAN ini dan dibayar oleh PIHAK KEDUA dengan harga sebagaimana tercantum pada Pasal 11 PERJANJIAN ini.

4.9. Selama PERIODE UJI COBA, ketentuan-ketentuan yang menyangkut JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN, SHORTFALL dan penghentian sementara penyaluran GAS disebabkan perawatan peralatan yang dijadwalkan, tidak diberlakukan terhadap GAS yang diserahkan atau GAS yang gagal diserahkan.

4.10. GAS diserahkan oleh PIHAK PERTAMA di TITIK PENYERAHAN kepada PIHAK KEDUA dengan spesifikasi GAS sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran-B PERJANJIAN ini dan akan diatur lebih lanjut dalam Prosedur Penyerahan Gas yang disetujui oleh PARA PIHAK.

4.11. GAS diserahkan pada tekanan minimum ____ PSIG pada TITIK PENYERAHAN dengan pembatasan aliran sebanyak JUMLAH PENYERAHAN MAKSIMUM HARIAN dengan ketentuan sebagai berikut:

a. PIHAK PERTAMA berhak untuk tidak menyerahkan GAS lebih besar dari 1/24 (satu per dua puluh empat) dari JUMLAH PENYERAHAN MAKSIMUM HARIAN dalam setiap jam.

b. PIHAK PERTAMA berhak untuk tidak menyerahkan GAS lebih besar daripada JUMLAH PENYERAHAN MAKSIMUM HARIAN dalam setiap HARI.

6

Page 7: Pjbg Indo Banten1

PASAL 5KEGAGALAN PENYALURAN GAS PADA SAAT TANGGAL DIMULAI

5.1.Apabila PARA PIHAK tidak dapat memulai menyalurkan dan menerima GAS pada tanggal 1 Juli 2004 disebabkan keterlambatan pengembangan lapangan gas maupun penyelesaian pembangunan SISTEM TRANSMISI DAN DISTRIBUSI GAS dan fasilitas penunjangnya maka PARA PIHAK sepakat mengadakan pertemuan untuk membahas masalah tersebut.

5.2.Apabila penyaluran GAS tidak dapat dilakukan pada tanggal 1 Juli 2004 disebabkan karena keterlambatan pengembangan lapangan gas oleh PIHAK PERTAMA dan menyebabkan kerugian pada PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA diwajibkan untuk membayar denda keterlambatan sebesar US$______ (____________dollar Amerika Serikat) per HARI kepada PIHAK KEDUA setelah melewati masa tenggang pemberlakuan Denda Keterlambatan.

5.3.Apabila penerimaan GAS tidak dapat dilakukan pada tanggal 1 Juli 2004 disebabkan keterlambatan penyelesaian pembangunan SISTEM TRANSMISI DAN DISTRIBUSI GAS dan fasilitas penunjangnya oleh PIHAK KEDUA dan menyebabkan kerugian pada PIHAK PERTAMA maka PIHAK KEDUA diwajibkan untuk membayar denda keterlambatan sebesar US$_______ (__________ dollar Amerika Serikat) per HARI kepada PIHAK PERTAMA setelah melewati masa tenggang pemberlakuan Denda Keterlambatan.

5.4.Masa tenggang pemberlakuan Denda Keterlambatan penyaluran dan penerimaan GAS yang dimaksud pada Pasal 5.2 dan 5.3 PERJANJIAN ini adalah kurun waktu sejak TANGGAL DIMULAI sampai dengan tanggal berkhirnya PERJANJIAN ini.

5.5.Jangka waktu keterlambatan penyaluran dan penerimaan GAS sebagaimana dimaksud pada Pasal 5.1, 5.2 dan 5.3 PERJANJIAN ini selambat-lambatnya pada tanggal _______. PARA PIHAK sepakat untuk merundingkan kembali kelanjutan penyaluran dan penerimaan GAS apabila jangka waktu tersebut dilampaui.

5.6.Pelaksanaan pembayaran Denda Keterlambatan adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 12.1 PERJANJIAN ini.

PASAL 6SPESIFIKASI GAS

6.1. GAS yang akan disalurkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA akan sesuai dengan spesifikasi sebagaimana disebutkan dalam Lampiran-B PERJANJIAN ini.

6.2. Apabila GAS yang disalurkan oleh PIHAK PERTAMA tidak memenuhi persyaratan spesifikasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6.1 PERJANJIAN ini, PIHAK KEDUA berhak untuk menolak penyaluran GAS di TITIK PENYERAHAN hingga suatu saat dimana GAS telah kembali memenuhi persyaratan spesifikasi tersebut. Segera setelah PIHAK KEDUA menolak penyaluran GAS tersebut, PIHAK KEDUA harus memberitahukan PIHAK PERTAMA dengan menyebutkan penyimpangan spesifikasi GAS, dan penolakan berlaku setelah PIHAK PERTAMA menerima pemberitahuan. Apabila PIHAK PERTAMA dapat membuktikan bahwa GAS yang disalurkan ternyata memenuhi persyaratan spesifikasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6.1

7

Page 8: Pjbg Indo Banten1

PERJANJIAN ini, maka GAS yang ditolak oleh PIHAK KEDUA tersebut tidak akan dihitung sebagai pengurang dari JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN. Namun demikian apabila GAS yang ditolak oleh PIHAK KEDUA ternyata memang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi, maka GAS yang ditolak tersebut akan dihitung sebagai pengurang dari JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN, dan PIHAK KEDUA tidak diwajibkan untuk mengambil GAS yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi tersebut sampai suatu saat dimana GAS telah kembali memenuhi persyaratan spesifikasi.

6.3. Apabila GAS yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6.2 diatas ditolak oleh PIHAK KEDUA, maka PARA PIHAK akan mengadakan pertemuan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

6.4. Semua GAS yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran-B PERJANJIAN ini, namun telah diambil oleh PIHAK KEDUA, akan mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

6.4.1. Apabila GAS yang disalurkan oleh PIHAK PERTAMA berada pada salah satu dari Batas Toleransi Off Spec Gas di bawah ini, PIHAK KEDUA akan memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) HARI sejak pemberitahuan pertama diterima oleh PIHAK PERTAMA dan belum ada perbaikan, maka PIHAK KEDUA akan mengirimkan surat pemberitahuan kedua kepada PIHAK PERTAMA. Bilamana setelah 1 (satu) HARI dari pemberitahuan kedua belum ada perbaikan maka PIHAK KEDUA berhak menolak GAS yang disalurkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.2 PERJANJIAN ini.

6.4.2. Apabila GAS yang disalurkan melebihi salah satu dari Batas Toleransi Off Spec Gas di bawah ini, PIHAK KEDUA akan memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) HARI sejak pemberitahuan pertama diterima oleh PIHAK PERTAMA dan belum ada perbaikan, maka PIHAK KEDUA akan mengirimkan surat pemberitahuan kedua kepada PIHAK PERTAMA. Bilamana setelah 1 (satu) HARI dari pemberitahuan kedua belum ada perbaikan maka PIHAK KEDUA membayar harga GAS sesuai Pasal 11.1 PERJANJIAN ini dengan potongan sebesar 10% (sepuluh per seratus).

PASAL 7PROSEDUR PENYERAHAN GAS

7.1. PIHAK PERTAMA akan menyerahkan GAS kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA akan menerima GAS tersebut dari PIHAK PERTAMA di TITIK PENYERAHAN sejak TANGGAL DIMULAI.

7.2. PARA PIHAK akan menetapkan Prosedur Penyerahan Gas selambat-lambatnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) BULAN sejak penandatanganan PERJANJIAN ini.

8

Page 9: Pjbg Indo Banten1

7.3. Prosedur Penyerahan Gas akan ditetapkan dan ditandatangani oleh PARA PIHAK atau wakil masing-masing yang ditunjuk serta disahkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Prosedur Penyerahan Gas tersebut mencakup antara lain: pengambilan contoh GAS, pengukuran spesifikasi GAS, pengukuran jumlah GAS, penentuan JUMLAH NOMINASI dan penolakan serta prosedur pemberitahuan. Prosedur Penyerahan Gas ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini serta mengikat PARA PIHAK.

7.4. Dalam hal Prosedur Penyerahan Gas tersebut belum berhasil ditetapkan oleh PARA PIHAK dalam waktu sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7.2 PERJANJIAN ini, maka PARA PIHAK sepakat untuk menerapkan prosedur baku pengukuran gas yang berlaku umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.1.5 PERJANJIAN ini yang dalam hal tersebut PARA PIHAK akan tetap melaksanakan kewajiban masing-masing sebagaimana ditetapkan dalam PERJANJIAN ini sampai dengan ditetapkannya Prosedur Penyerahan Gas.

PASAL 8NOMINASI

8.1. PIHAK KEDUA harus memberitahukan JUMLAH NOMINASI kepada PIHAK PERTAMA untuk setiap BULAN dalam TAHUN berikutnya selambat-lambatnya 1 (satu) BULAN sebelum awal TAHUN berikutnya, dengan menggunakan formulir yang terlampir sebagai Lampiran-C PERJANJIAN ini. Untuk TAHUN pertama PERJANJIAN, PIHAK KEDUA harus memberitahukan JUMLAH NOMINASI kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 10 (sepuluh) HARI sebelum TANGGAL DIMULAI. Untuk PERIODE UJI COBA, PIHAK KEDUA harus memberitahukan kepada PIHAK PERTAMA perkiraan jumlah GAS yang diperlukan.

8.2. PIHAK KEDUA harus memberitahukan JUMLAH NOMINASI kepada PIHAK PERTAMA untuk setiap HARI dalam BULAN berikutnya selambat-lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) setiap BULAN dengan menggunakan formulir dalam Lampiran-D PERJANJIAN ini.

8.3. PIHAK KEDUA dapat mengubah JUMLAH NOMINASI sebagaimana disebut dalam Pasal 8.1. dan Pasal 8.2. PERJANJIAN ini melalui Pemberitahuan Perubahan Nominasi kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu tidak kurang dari 24 (dua puluh empat) jam sebelum perubahan dengan mengingat bahwa perubahan tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus) dari JUMLAH NOMINASI semula dan menyebutkan perkiraan jangka waktu pemberlakuan perubahan tersebut, dengan menggunakan formulir pada Lampiran-E PERJANJIAN ini.

8.4. Setiap JUMLAH NOMINASI yang diubah sesuai dengan ketentuan Pasal 8.3 PERJANJIAN ini akan merupakan JUMLAH NOMINASI yang baru untuk HARI pada BULAN yang bersangkutan hingga saat dimana PIHAK PERTAMA menerima Pemberitahuan Perubahan Nominasi yang lain dari PIHAK KEDUA.

8.5. PIHAK PERTAMA akan mengusahakan, tetapi tidak berkewajiban untuk menyalurkan GAS sebagaimana dimintakan perubahannya oleh PIHAK KEDUA dimana perubahan tersebut lebih dari 10% (sepuluh per seratus) dari JUMLAH NOMINASI semula.

8.6. Setiap Pemberitahuan Perubahan Nominasi yang diterima oleh PIHAK PERTAMA diluar jangka waktu yang ditentukan dalam Pasal 8.3 PERJANJIAN ini tidak akan merupakan perubahan JUMLAH NOMINASI untuk tujuan penghitungan JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN.

9

Page 10: Pjbg Indo Banten1

8.7. Apabila di setiap BULAN, PIHAK KEDUA tidak memberitahukan PIHAK PERTAMA mengenai jumlah GAS yang diperlukan sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan Pasal 8.2 PERJANJIAN ini, maka JUMLAH NOMINASI untuk setiap HARI di BULAN berikutnya dianggap sama dengan JUMLAH NOMINASI rata-rata harian BULAN berjalan.

PASAL 9ALAT UKUR

9.1. UMUM.

9.1.1. PIHAK PERTAMA akan mengadakan, memasang, mengoperasikan dan memelihara ALAT UKUR di STASIUN PENYERAHAN GAS, untuk menghitung jumlah penyerahan GAS sesuai dengan Prosedur Penyerahan Gas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 PERJANJIAN ini.

9.1.2. Pengadaan, pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan ALAT UKUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.1.1 PERJANJIAN ini, akan dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku.

9.1.3. Semua biaya yang berkaitan dengan pengadaan, pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan ALAT UKUR akan menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA.

9.1.4. ALAT UKUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.1.1 PERJANJIAN ini merupakan ALAT UKUR yang sah dan diakui oleh PARA PIHAK untuk pelaksanaan PERJANJIAN ini.

9.1.5. Metode pengukuran dan perhitungan jumlah penyaluran GAS dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan yang dijelaskan dalam American Gas Association/Gas Measurement Committee Report No.3, ANSI/API 2530 tahun 1992 atau revisi terakhir.

9.1.6. Apabila ALAT UKUR tidak berfungsi, atau jika hasil pengujian atau peneraan menunjukkan ketidaktepatan atau kerusakan, maka PARA PIHAK sepakat untuk menggunakan alat ukur lain yang disetujui oleh PARA PIHAK dan telah disahkan oleh instansi Pemerintah yang berwenang sampai dengan ALAT UKUR tersebut dapat dioperasikan secara normal kembali.

9.1.7. PIHAK KEDUA, atas beban dan tanggung jawabnya sendiri, dapat mengadakan, memasang, mengoperasikan dan memelihara alat ukur lain di tempat/lokasi yang ditentukan oleh PIHAK KEDUA. Pengadaan, pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan alat ukur PIHAK KEDUA ini, jika ada, akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan/ peraturan yang berlaku.

9.1.8. Prosedur pengukuran, perhitungan, inspeksi, analisa atau hal-hal lain yang bersifat teknis sehubungan dengan penggunaan ALAT UKUR akan diuraikan lebih lanjut dalam Prosedur Penyerahan Gas yang akan disetujui oleh PARA PIHAK.

9.2. PENERAAN ALAT UKUR.

10

Page 11: Pjbg Indo Banten1

9.2.1. Peneraan, pengujian, peneraan dan pengujian secara berkala terhadap ALAT UKUR akan dilaksanakan oleh instansi Pemerintah yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku.

9.2.2. Masing-masing PIHAK akan menunjuk petugasnya untuk mengadakan inspeksi bersama terhadap ALAT UKUR sesuai jadwal yang disetujui oleh PARA PIHAK.

9.2.3. Biaya peneraan, pengujian, peneraan dan pengujian secara berkala terhadap ALAT UKUR akan menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA.

9.2.4. PIHAK PERTAMA akan memberitahukan PIHAK KEDUA mengenai setiap rencana pelaksanaan peneraan atau pengujian ALAT UKUR, selambat-lambatnya 7 (tujuh) HARI sebelum pelaksanaan, untuk memungkinkan PIHAK KEDUA, atas biayanya sendiri, ikut menyaksikan pelaksanaan peneraan atau pengujian tersebut. Apabila PIHAK KEDUA tidak hadir dalam pelaksanaan peneraan atau pengujian maka hasilnya akan dianggap benar dan diakui oleh PARA PIHAK hingga saat pelaksanaan peneraan atau pengujian berikutnya.

9.2.5. Apabila PIHAK KEDUA meragukan ketepatan penghitungan ALAT UKUR, maka PIHAK KEDUA dapat meminta secara tertulis agar diadakan peneraan ulang oleh PIHAK PERTAMA, dan PIHAK PERTAMA harus mengadakan peneraan ulang tersebut dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) HARI sejak diterimanya permintaan tertulis tersebut. Apabila terdapat penyimpangan sebesar lebih dari 2% (dua per seratus), maka biaya yang timbul sehubungan dengan peneraan ulang tersebut akan menjadi tanggungan PIHAK PERTAMA. Sedangkan bila penyimpangan yang terjadi adalah sama dengan atau kurang dari 2% (dua per seratus), maka biaya yang timbul sehubungan dengan peneraan ulang tersebut akan menjadi tanggungan PIHAK KEDUA.

9.2.6. Selisih volume GAS yang timbul sebagai akibat penyimpangan pengukuran lebih dari 2% (dua per seratus) sejak diterimanya permintaan tertulis PIHAK KEDUA sampai dengan terbuktinya penyimpangan tersebut akan dikoreksi pada BULAN berikutnya dan dituangkan dalam Berita Acara Koreksi Penyimpangan.

9.3. PEMBACAAN DAN PENCATATAN ALAT UKUR.

9.3.1. Pembacaan dan pencatatan angka pada ALAT UKUR akan dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA atau wakil yang ditunjuknya pada pukul 00.00 WIB, tanggal 1 (satu) setiap BULAN, dengan disaksikan oleh PIHAK KEDUA atau wakil yang ditunjuknya untuk menghitung penyerahan GAS kepada PIHAK KEDUA pada BULAN sebelumnya.

9.3.2. Setiap pembacaan dan pencatatan ALAT UKUR sebagaimana dimaksud pada Pasal 9.3.1 PERJANJIAN ini, akan dibuatkan suatu Berita Acara Pembacaan dan Pencatatan disertai dengan Lampiran-lampiran yang berhubungan dengan pembacaan dan pencatatan tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Prosedur Penyerahan Gas seperti dimaksud pada Pasal 7 PERJANJIAN ini.

9.3.3. Masing-masing PIHAK menjamin bahwa Berita Acara Pembacaan dan Pencatatan sebagaimana dimaksud Pasal 9.3.2 PERJANJIAN ini akan ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA atau wakil yang ditunjuknya dan PIHAK KEDUA atau wakil yang ditunjuknya, dalam waktu 3 (tiga) HARI sejak

11

Page 12: Pjbg Indo Banten1

dilaksanakannya pembacaan dan pencatatan sebagaimana dimaksud Pasal 9.3.1 PERJANJIAN ini.

PASAL 10KEPEMILIKAN, PENGAWASAN DAN PERAWATAN FASILITAS

10.1 Semua instalasi yang diperlukan untuk penyaluran GAS pada sisi sebelum TITIK PENYERAHAN adalah milik dan menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA, dan semua instalasi pada sisi setelah TITIK PENYERAHAN adalah milik dan menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

10.2 PIHAK PERTAMA bertanggung jawab mengawasi fasilitas PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA bertanggung jawab mengawasi fasilitas PIHAK KEDUA.

10.3 PIHAK PERTAMA, dalam hal ini petugas-petugasnya atau wakil yang ditunjuknya dapat melalui atau memasuki jalan, halaman, daerah atau area PIHAK KEDUA setiap saat diperlukan selama masa berlakunya PERJANJIAN ini, untuk memeriksa, memindahkan, memperbaiki dan/atau mengganti seluruh atau sebagian dari instalasi milik PIHAK PERTAMA dengan mengikuti ketentuan dan tata cara yang berlaku di PIHAK KEDUA tersebut.

10.4 PIHAK KEDUA, dalam hal ini petugas-petugasnya atau wakil yang ditunjuknya dapat melalui atau memasuki jalan, halaman, daerah atau area PIHAK PERTAMA setiap saat diperlukan selama masa berlakunya PERJANJIAN ini, untuk memeriksa, memindahkan, memperbaiki dan/atau mengganti seluruh atau sebagian dari instalasi milik PIHAK KEDUA dengan mengikuti ketentuan dan tata cara yang berlaku di PIHAK PERTAMA tersebut.

10.5 Masing-masing PIHAK akan menunjuk petugasnya untuk melakukan pengawasan pelaksanaan penyaluran GAS di TITIK PENYERAHAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 PERJANJIAN ini.

10.6 Terlepas dari ketentuan-ketentuan lain dalam PERJANJIAN ini, masing-masing PIHAK berhak untuk menghentikan seluruh atau sebagian penyaluran GAS dalam rangka pelaksanaan pekerjaan perawatan dari fasilitas atau peralatan produksi, pengukuran atau penyaluran GAS milik masing-masing PIHAK dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Masing-masing PIHAK akan memberitahukan PIHAK lainnya secara tertulis dalam waktu tidak kurang dari 60 (enam puluh) HARI sebelum pelaksanaan penghentian tersebut, dengan menyebutkan perkiraan lamanya penghentian dan jangkauan penghentian seluruh atau sebagian penyaluran GAS selama masa perawatan tersebut.

b. Dalam waktu 30 (tiga puluh) HARI setelah salah satu PIHAK menerima pemberitahuan dari PIHAK lainnya tersebut, PIHAK yang menerima pemberitahuan akan mengirimkan surat persetujuan atau akan mengusulkan waktu lain, dan apabila PIHAK yang menerima pemberitahuan tidak memberikan jawaban maka dianggap telah menyetujui penghentian sementara tersebut.

12

Page 13: Pjbg Indo Banten1

c. PIHAK yang memberitahukan akan mengusahakan usulan PIHAK yang menerima pemberitahuan tersebut dan akan memberitahukan secara tertulis setiap perubahan terhadap jangka waktu pelaksanaan penghentian tersebut dalam waktu tidak kurang dari 5 (lima) HARI sebelum pelaksanaan pekerjaan perawatan.

d. Keseluruhan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan perawatan normal menurut Pasal 10.6 PERJANJIAN ini tidak melebihi 12 (dua belas) HARI, yaitu 8 (delapan) HARI untuk pekerjaan perawatan PIHAK PERTAMA dan 4 (empat) HARI untuk pekerjaan perawatan PIHAK KEDUA pada setiap TAHUN, dengan ketentuan waktu yang disediakan untuk setiap penghentian sementara penyaluran GAS adalah tidak lebih dari 4 (empat) HARI dan selebihnya merupakan SHORTFALL apabila dilakukan oleh PIHAK PERTAMA atau tidak mengurangi JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN apabila dilakukan oleh PIHAK KEDUA.

E. JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN tidak akan dipengaruhi oleh penghentian seluruhnya atau sebagian dari penyaluran GAS yang disebabkan karena pelaksanaan pekerjaan perawatan, sepanjang persyaratan mengenai pemberitahuan telah dipenuhi oleh masing–masing PIHAK.

PASAL 11HARGA GAS

11.1. PARA PIHAK sepakat bahwa harga jual GAS yang disalurkan oleh PIHAK PERTAMA dan diambil oleh PIHAK KEDUA di TITIK PENYERAHAN adalah sebagai berikut :

______________

Ketentuan harga GAS tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. ______________ tanggal _____________

11.2. Harga GAS tersebut pada Pasal 11.1 PERJANJIAN ini berlaku untuk JUMLAH PENYERAHAN HARIAN dan JUMLAH PENYERAHAN MAKSIMUM HARIAN dalam rangka pengambilan GAS MAKE UP.

11.3. PIHAK KEDUA bersedia membayar GAS EKSES dengan harga GAS sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.1 PERJANJIAN ini dan dikenakan biaya (premium) sebesar 25% (dua puluh lima per seratus) dari harga GAS.

11.4. Harga GAS pada Pasal 11.1 PERJANJIAN ini akan dibayar oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dalam mata uang US$ (Dollar Amerika Serikat) dan merupakan harga yang tidak termasuk pajak, iuran, bea atau pungutan-pungutan lain. Apabila di kemudian hari ada ketentuan perpajakan baru atau kebijakan Pemerintah, maka PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan ketentuan dan kebijakan tersebut.

11.5. PARA PIHAK dapat meminta diadakannya peninjauan terhadap harga GAS sebagaimana disebutkan dalam Pasal 11.1 PERJANJIAN ini, didasarkan pada indikator ekonomi yang wajar, termasuk tetapi tidak terbatas kepada:a. perubahan pada keadaan ekonomi yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

PERJANJIAN ini yang terjadi setelah TANGGAL DIMULAI, ataub. ditetapkan atau terjadi perubahan peraturan oleh Pemerintah mengenai harga

Gas.

11.6. PARA PIHAK setuju bahwa harga GAS yang tercantum dalam Pasal 11.1 PERJANJIAN ini dapat berubah dan perubahan harga dimaksud akan berlaku efektif

13

Page 14: Pjbg Indo Banten1

setelah ditetapkan oleh Pemerintah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini.

11.7. Apabila terjadi perubahan Peraturan Pemerintah mengenai harga GAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.6 PERJANJIAN ini, maka PARA PIHAK bersepakat untuk merundingkan kembali biaya (premium) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.3 PERJANJIAN ini.

PASAL 12CARA PEMBAYARAN DAN JAMINAN PEMBAYARAN

12.1. DENDA KETERLAMBATAN PENYALURAN DAN PENERIMAAN GAS

12.1.1. Besarnya Nota Tagihan Denda Keterlambatan penyaluran atau penerimaan GAS oleh salah satu PIHAK kepada PIHAK lainnya akan dihitung berdasarkan jumlah HARI keterlambatan penyaluran atau penerimaan GAS dikalikan dengan tarif Denda Keterlambatan per HARI sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5.2, Pasal 5.3 dan Pasal 5.5. PERJANJIAN ini.

12.1.2. Nota Tagihan Denda Keterlambatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12.1.1 PERJANJIAN ini akan disampaikan oleh salah satu PIHAK kepada PIHAK lainnya selambat-lambatnya 5 (lima) HARI setelah GAS mulai mengalir dengan dilengkapi Berita Acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.28 PERJANJIAN ini.

12.1.3. Pembayaran atas Nota Tagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.1.2 PERJANJIAN ini akan dilaksanakan oleh salah satu PIHAK dengan cara pemindah-bukuan ke rekening PIHAK lainnya, selambat-lambatnya dalam waktu 15 (lima belas) HARI setelah menerima Nota Tagihan dari PIHAK lainnya.

12.1.4. Apabila PIHAK PERTAMA gagal untuk membayar Denda Keterlambatan Penyaluran (dalam hal keterlambatan penyaluran GAS disebabkan oleh PIHAK PERTAMA) dalam jangka waktu yang disebutkan dalam Pasal 12.1.3 maka PIHAK PERTAMA harus melakukan offset atas Nota Tagihan penyaluran GAS kepada PIHAK KEDUA dengan dikenakan Denda Keterlambatan Pembayaran sesuai Pasal 12.5.1 PERJANJIAN ini.

12.2. PENYALURAN GAS SELAMA PERIODE UJI COBA

12.2.1. Besarnya Nota Tagihan GAS yang diserahkan untuk keperluan UJI COBA oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA akan dihitung berdasarkan jumlah GAS dalam MMBTU seperti yang tercatat dalam Berita Acara UJI COBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.8 PERJANJIAN ini dikalikan dengan harga GAS sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11.1 PERJANJIAN ini.

12.2.2. Nota Tagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.2.1 PERJANJIAN ini akan disampaikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 5 (lima) HARI setelah Berita Acara UJI COBA ditandatangani oleh PARA PIHAK dengan dilengkapi Dokumen Pendukung sesuai Pasal 12.8. PERJANJIAN ini.

14

Page 15: Pjbg Indo Banten1

12.2.3. Pembayaran atas Nota Tagihan GAS yang diserahkan untuk keperluan UJI COBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.2.2 PERJANJIAN ini akan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA dengan cara pemindahbukuan ke rekening PIHAK PERTAMA, selambat-lambatnya 15 (lima belas) HARI setelah PIHAK KEDUA menerima Nota Tagihan dan Dokumen Pendukung dari PIHAK PERTAMA.

12.3. PENYALURAN GAS SELAMA JANGKA WAKTU PERJANJIAN

12.3.1. Selama jangka waktu berlakunya PERJANJIAN ini PIHAK KEDUA wajib membuka SBLC dalam mata uang Dolar Amerika (US$) pada BANK yang disepakati PARA PIHAK sebagai jaminan pembayaran penyaluran GAS sebesar JUMLAH PENYERAHAN HARIAN dikalikan 45 (empat puluh lima) dikalikan harga GAS sebagaimana dimaksud Pasal 11.1. PERJANJIAN ini, untuk masa berlaku 1 (satu) TAHUN yang harus selalu diperpanjang atau diperbaharui selama masa berlakunya PERJANJIAN ini. Dalam hal terjadi perubahan harga GAS, maka nilai SBLC akan disesuaikan dalam waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) HARI terhitung sejak berlakunya perubahan harga GAS tersebut.

12.3.2. PIHAK KEDUA wajib menyerahkan SBLC kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 15 (lima belas) HARI kerja sebelum TANGGAL DIMULAI, dan perpanjangan atau pembaharuan SBLC harus diterima oleh PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 15 (lima belas) HARI kerja sebelum berakhirnya masa berlaku SBLC berjalan. Semua biaya yang timbul sehubungan dengan pembukaan dan perpanjangan atau pembaharuan SBLC menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA.

12.3.3. Besarnya Nota Tagihan Bulanan untuk GAS yang diserahkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA akan dihitung berdasarkan jumlah GAS dalam MMBTU seperti yang tercatat dalam Berita Acara Serah Terima GAS yang dibuat berdasarkan Berita Acara Pembacaan dan Pencatatan GAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.3.2 PERJANJIAN ini dikalikan dengan harga GAS sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11.1 PERJANJIAN ini dan Pasal 11.3 PERJANJIAN ini untuk GAS EKSES (jika ada).

12.3.4. Nota Tagihan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.3.3 PERJANJIAN ini akan disampaikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya tanggal 5 (lima) setiap BULAN, dengan dilengkapi Dokumen Pendukung sesuai Pasal 12.8 PERJANJIAN ini.

12.3.5. Pembayaran atas Nota Tagihan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.3.4 PERJANJIAN ini akan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA dengan cara pemindah-bukuan ke rekening PIHAK PERTAMA, selambat-lambatnya 15 (lima belas) HARI setelah PIHAK KEDUA menerima Nota Tagihan dan Dokumen Pendukung dari PIHAK PERTAMA.

12.3.6. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajiban pembayaran kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu yang disebutkan pada Pasal 12.3.5. PERJANJIAN ini, maka PIHAK PERTAMA akan melakukan penagihan kepada BANK pembuka SBLC untuk mencairkan SBLC dalam waktu 5 (lima) HARI setelah tanggal Jatuh Tempo, sebesar Nota Tagihan Bulanan berikut Denda Keterlambatan Pembayaran sesuai Pasal 12.5.2 PERJANJIAN ini,

15

Page 16: Pjbg Indo Banten1

kepada rekening PIHAK PERTAMA. Selanjutnya dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) HARI berikutnya, PIHAK KEDUA wajib memperbaharui dan menyerahkan SBLC kepada PIHAK PERTAMA sebesar sebagaimana ditentukan dalam Pasal 12.3.1 PERJANJIAN ini.

12.3.7. Apabila PIHAK KEDUA tidak menyerahkan SBLC yang telah diperbaharui sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 12.3.6 PERJANJIAN ini, maka PIHAK PERTAMA berhak menghentikan sementara penyaluran GAS kepada PIHAK KEDUA dalam waktu 5 (lima) HARI setelah berakhirnya batas waktu penyerahan pembaharuan SBLC tersebut, meskipun demikian penghentian sementara penyaluran GAS tersebut tidak menghilangkan kewajiban PIHAK KEDUA untuk melaksanakan kewajiban pembayaran yang terhutang berikut dendanya.

12.3.8. PIHAK PERTAMA akan kembali menyalurkan GAS kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 3 (tiga) HARI setelah menerima SBLC yang telah diperbaharui oleh PIHAK KEDUA sesuai ketentuan Pasal 12.3.6. PERJANJIAN ini.

12.4. JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN

12.4. 1. Sejak TANGGAL DIMULAI, untuk setiap TAHUN selama masa berlakunya PERJANJIAN ini, PIHAK KEDUA setuju untuk memberlakukan prinsip JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN.

12.4. 2. Apabila dalam suatu TAHUN, PIHAK KEDUA gagal untuk mengambil JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN, maka selisih antara JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN dalam MMBTU dengan jumlah GAS yang telah diserahkan dalam TAHUN yang bersangkutan dalam MMBTU yang selanjutnya disebut Jumlah Kekurangan akan dituangkan dalam suatu Berita Acara Jumlah Kekurangan yang ditandatangani oleh PARA PIHAK atau pejabat yang dikuasakan.

12.4. 3. Besarnya Nota Tagihan Jumlah Kekurangan untuk jumlah yang tercantum dalam Berita Acara Jumlah Kekurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.4.2. PERJANJIAN ini adalah Jumlah Kekurangan dikalikan dengan harga GAS sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11.1. PERJANJIAN ini untuk jangka waktu TAHUN yang bersangkutan.

12.4. 4. Nota Tagihan Jumlah Kekurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.4.3. PERJANJIAN ini akan disampaikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 7 (tujuh) HARI setelah dibuatnya Berita Acara Jumlah Kekurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.4.2. PERJANJIAN ini, dengan dilengkapi Dokumen Pendukung sesuai Pasal 12.8. PERJANJIAN ini.

12.4. 5. Pembayaran atas Nota Tagihan Jumlah Kekurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.4.4. PERJANJIAN ini akan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA dengan cara pemindah-bukuan ke rekening PIHAK PERTAMA, selambat-lambatnya 15 (limabelas) HARI setelah PIHAK KEDUA menerima Nota Tagihan dan Dokumen Pendukung dari PIHAK PERTAMA.

12.5. DENDA KETERLAMBATAN PEMBAYARAN

16

Page 17: Pjbg Indo Banten1

12.5.1. Apabila dalam batas waktu yang tersebut dalam Pasal 12.1.3 PERJANJIAN ini PIHAK PERTAMA belum melaksanakan pembayaran, maka kepada PIHAK PERTAMA dikenakan denda terhadap tunggakan dengan bunga sebesar 2% (dua per seratus) di atas LIBOR untuk penempatan 3 (tiga) BULAN yang dihitung mulai hari berikutnya setelah tanggal Jatuh Tempo sampai dengan pembayaran tersebut dilaksanakan sepenuhnya oleh PIHAK PERTAMA.

12.5.2. Apabila dalam batas waktu yang tersebut dalam Pasal 12.1.3., Pasal 12.2.3., Pasal 12.3.5. dan Pasal 12.4.5. PERJANJIAN ini PIHAK KEDUA belum melaksanakan pembayaran, maka kepada PIHAK KEDUA dikenakan denda terhadap tunggakan dengan bunga sebesar 2% (dua per seratus) di atas LIBOR per TAHUN untuk deposit 3 (tiga) BULAN yang dihitung mulai dari hari berikut setelah tanggal Jatuh Tempo sampai dengan pembayaran tersebut dilaksanakan sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA.

12.6. Apabila PIHAK KEDUA menemukan adanya suatu kesalahan administrasi, seperti kesalahan dalam penulisan angka maupun huruf, yang terdapat dalam Nota Tagihan yang dimaksud pada Pasal 12.1.2., Pasal 12.2.2., Pasal 12.3.4. dan Pasal 12.4.4. PERJANJIAN ini yang dikirim oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA maka Nota Tagihan tersebut akan dikembalikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) HARI sejak Nota Tagihan tersebut diterima oleh PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA akan menerbitkan Nota Tagihan baru yang telah dikoreksi dan PIHAK KEDUA wajib melaksanakan pembayaran selambat-lambatnya 15 (lima belas) HARI setelah PIHAK KEDUA menerima Nota Tagihan yang telah dikoreksi oleh PIHAK PERTAMA.

12.7. Apabila terdapat kesalahan perhitungan dalam Nota Tagihan dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA yang dimaksud pada Pasal 12.1.2., Pasal 12.2.2. Pasal 12.3.4. dan Pasal 12.4.4. PERJANJIAN ini yang disampaikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA akan membayar sesuai jumlah Nota Tagihan dan bilamana jumlah yang dipermasalahkan tersebut sudah dapat diselesaikan oleh PARA PIHAK, maka kelebihan atau kekurangan pembayaran akan disesuaikan pada pembayaran Nota Tagihan berikutnya yang dituangkan dalam Berita Acara Koreksi.

12.8. Tagihan dan Dokumen Pendukung dibuat oleh PIHAK PERTAMA dan dikirim kepada PIHAK KEDUA dalam 3 (tiga) rangkap, terdiri dari 1 (satu) rangkap asli dan 2 (dua) rangkap salinan sebagai berikut:a. Nota Tagihan.

b. Dokumen Pendukung:

(i) Berita Acara yang dimaksud dalam Pasal 12.1.2 PERJANJIAN ini,

(ii) Berita Acara UJI COBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.2.1 PERJANJIAN ini,

(iii) Berita Acara Pembacaan dan Pencatatan serta Berita Acara Serah Terima GAS yang dimaksud dalam Pasal 12.3.4 PERJANJIAN ini,

(iv) Berita Acara Jumlah Kekurangan yang dimaksud dalam Pasal 12.4.4. PERJANJIAN ini (jika ada),

(v) Berita Acara Koreksi yang dimaksud dalam Pasal 12.7 PERJANJIAN ini (jika ada).

PASAL 13

17

Page 18: Pjbg Indo Banten1

TANGGUNG JAWAB & GANTI RUGI

13.1. Masing-masing PIHAK bertanggung jawab atas semua kerugian, kerusakan atau resiko yang timbul terhadap PIHAK lainnya, sebagai akibat kesalahan atau kelalaian masing-masing PIHAK.

13.2. Masing-masing PIHAK bertanggung jawab terhadap semua material, peralatan kerja, perlengkapan kerja, fasilitas atau sarana pendukung lain dan tenaga kerja yang dipergunakan oleh masing-masing PIHAK dalam melaksanakan PERJANJIAN ini dan masing-masing PIHAK akan menjamin serta membebaskan PIHAK lainnya dari segala tuntutan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, yang timbul dari karyawan, tenaga kerja, sub kontraktor, mitra kerja atau pihak lain yang mempunyai hubungan hukum dengan masing-masing PIHAK dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini.

13.3. Apabila dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini masing-masing PIHAK menggunakan, atau menerapkan hak milik intelektual pihak lain, maka masing-masing PIHAK akan bertanggung jawab terhadap penggunaan hak milik intelektual tersebut serta membebaskan PIHAK lainnya dari segala kerugian dan/atau akibat hukum lain yang mungkin timbul sebagai akibat tuntutan dari pemilik hak milik intelektual yang bersangkutan.

PASAL 14PERPAJAKAN

Semua pajak-pajak, bea meterai maupun pungutan-pungutan lainnya yang timbul / dipungut sehubungan dengan PERJANJIAN ini menjadi beban dan tanggung jawab masing-masing PIHAK sesuai ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia.

PASAL 15BERLAKUNYA PERJANJIAN

PERJANJIAN ini berlaku sejak tanggal ditandatangani dan berakhir pada tanggal ______ atau telah terpenuhinya 3,650 BSCF (tiga dan enam limapuluh per seribu) TCF dalam 1.000 (seribu) BTU/SCF dan jumlah penyaluran GAS yang akan disesuaikan dengan kemampuan lapangan berdasarkan USAHA TERBAIK PIHAK PERTAMA, sebagaimana dimaksud Pasal 4.1 PERJANJIAN ini, dengan tambahan perpanjangan waktu jika perlu sesuai dengan ketentuan Pasal 4.6 dan Pasal 17.8 PERJANJIAN ini.

PASAL 16BERAKHIRNYA PERJANJIAN

18

Page 19: Pjbg Indo Banten1

16.1.PERJANJIAN ini akan berakhir sebagaimana dimaksud Pasal 15 PERJANJIAN akan tetapi tidak menghilangkan hak dan kewajiban PARA PIHAK yang belum diselesaikan dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini.

16.2.PARA PIHAK sepakat untuk mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya pemutusan perjanjian melalui Pengadilan.

16.3.Salah satu PIHAK dapat mengakhiri PERJANJIAN ini dengan memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya tidak lebih dari 30 (tiga puluh) HARI sebelum pengakhiran dan disetujui oleh PIHAK lainnya, apabila:

a. Salah satu PIHAK telah melanggar ketentuan dan syarat-syarat atau peraturan yang telah disetujui oleh PARA PIHAK dalam PERJANJIAN ini.

b. PIHAK KEDUA tidak melaksanakan pembayaran selama 3 (tiga) BULAN berturut-turut.

c. PIHAK PERTAMA tidak menyalurkan GAS selama 3 (tiga) BULAN berturut-turut kecuali yang disebabkan oleh keadaan kahar.

d. Salah satu PIHAK mengalami kepailitan atau bangkrut.

16.4.PERJANJIAN ini akan berakhir dengan sendirinya karena tindakan Pemerintah atau hal-hal diluar kekuasaan PARA PIHAK sebagaimana dimaksud Pasal 17 PERJANJIAN ini.

PASAL 17KEADAAN KAHAR

17.1. Yang dimaksud dengan Keadaan Kahar dalam PERJANJIAN ini adalah semua kejadian di luar kemampuan PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK KEDUA untuk mengatasinya termasuk didalamnya, tetapi tidak terbatas pada, kejadian atau peristiwa yang terjadi sebagai akibat hal-hal diluar kemampuan pihak yang bersangkutan yang tidak terduga, tidak dapat dipertanggung-jawabkan dan memaksa, kerusuhan, huruhara, pemberontakan, terorisme, peledakan, pemogokan, peperangan dinyatakan atau tidak, embargo, blokade, peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan PERJANJIAN ini, disambar petir, banjir, kebakaran, gempa bumi, bencana alam yang berakibat langsung terhadap tidak beroperasinya fasilitas PARA PIHAK, perubahan karakteristik atau kemampuan reservoir GAS yang tidak dapat diperkirakan yang kesemuanya itu berhubungan dengan pelaksanaan PERJANJIAN ini, dan kejadian-kejadian lainnya yang terjadi di luar kekuasaan atau kemampuan PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA.

19

Page 20: Pjbg Indo Banten1

17.2. Masing-masing PIHAK tidak bertanggung jawab untuk kegagalan memenuhi ketentuan-ketentuan manapun di dalam PERJANJIAN ini kepada PIHAK lainnya apabila kegagalan tersebut disebabkan oleh terjadinya Keadaan Kahar sebagaimana disebutkan dalam Pasal 17.1 PERJANJIAN ini, dan dimana PIHAK yang bersangkutan telah mengambil segala upaya yang wajar untuk menanggulangi penyebab peristiwa tersebut.

17.3. Kewajiban yang tidak dibebaskan bagi PARA PIHAK dengan adanya Keadaan Kahar adalah sebagai berikut:

a. Kewajiban pembayaran yang telah ada termasuk Denda Keterlambatan (jika ada) yang timbul sebelum terjadinya Keadaan Kahar.

b. Kewajiban pembayaran atas GAS yang telah diterima sebelum terjadinya Keadaan Kahar.

c. Ketidak mampuan atau kegagalan salah satu PIHAK terhadap PIHAK lainnya dalam melaksanakan PERJANJIAN ini.

17.4. PIHAK yang mengalami Keadaan Kahar harus memberitahukan PIHAK lainnya secara lisan selambat-lambatnya dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam dan diikuti secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 72 (tujuh puluh dua) jam setelah terjadinya Keadaan Kahar tersebut, disertai dengan bukti atau keterangan resmi instansi Pemerintah yang berwenang dan perkiraan atau upaya-upaya yang akan atau telah dilakukan dalam rangka mengatasi Keadaan Kahar tersebut.

17.5. PIHAK yang menerima pemberitahuan Keadaan Kahar dapat menolak atau menyetujui Keadaan Kahar selambat-lambatnya dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam setelah diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17.4 PERJANJIAN ini.

17.6. Apabila Keadaan Kahar ditolak oleh PIHAK yang menerima pemberitahuan Keadaan Kahar, maka PARA PIHAK harus meneruskan kewajibannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam PERJANJIAN ini. Jika Keadaan Kahar tersebut disetujui oleh PARA PIHAK, maka PARA PIHAK harus merundingkan kembali kelanjutan PERJANJIAN, termasuk antara lain menetapkan kembali jadwal pengiriman dan penerimaan GAS serta hal-hal lain yang dianggap penting dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini.

17.7. Apabila pada suatu TAHUN terjadi Keadaan Kahar, maka selambat-lambatnya dalam waktu 15 (lima belas) HARI sejak berakhirnya TAHUN tersebut, PARA PIHAK harus melaksanakan perundingan untuk menyepakati jumlah HARI Keadaan Kahar yang telah terjadi pada TAHUN yang bersangkutan untuk menghitung jumlah GAS yang tidak dapat disalurkan oleh PIHAK PERTAMA dan/atau tidak dapat diterima oleh PIHAK KEDUA.

20

Page 21: Pjbg Indo Banten1

17.8. Masa berlaku PERJANJIAN ini akan diperpanjang untuk waktu yang sama sesuai dengan lamanya Keadaan Kahar yang telah menyebabkan ditangguhkannya kewajiban masing-masing PIHAK, dengan tetap memperhatikan jumlah keseluruhan GAS yang harus diserahkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4.1 PERJANJIAN ini.

17.9. Apabila Keadaan Kahar berlangsung lebih dari 180 (seratus delapan puluh) HARI berturut-turut, maka PARA PIHAK dapat bersepakat untuk mengakhiri atau meneruskan PERJANJIAN ini sesuai ketentuan PERJANJIAN ini.

17.10. Dalam hal terjadi pemutusan PERJANJIAN maka masing-masing PIHAK tetap memenuhi kewajiban-kewajibannya yang belum dilaksanakan sebelum terjadinya Keadaan Kahar berdasarkan PERJANJIAN ini.

PASAL 18PENGALIHAN PERJANJIAN

18.1. Masing-masing PIHAK tidak berhak mengalihkan hak dan kewajibannya berdasarkan PERJANJIAN ini sebagian atau seluruhnya tanpa mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK lain, yang mana persetujuan tersebut diberikan secara beralasan.

18.2. Dalam hal terjadi pengalihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18.1 PERJANJIAN ini, PERJANJIAN ini tetap berlaku dan mengikat PARA PIHAK dan pengganti atau penerus masing-masing.

21

Page 22: Pjbg Indo Banten1

PASAL 19PERUBAHAN

19.1. Setiap perubahan PERJANJIAN hanya dapat dilakukan secara tertulis, disetujui dan ditandatangani PARA PIHAK, dan akan dibuat dalam suatu Addendum kecuali perubahan harga GAS yang dimaksud pada Pasal 11.6 PERJANJIAN ini.

19.2. Usulan perubahan terhadap PERJANJIAN ini, harus diajukan secara tertulis oleh salah satu PIHAK kepada PIHAK lainnya, sekurang-kurangnya dalam waktu 30 (tiga puluh) HARI sebelum berlakunya perubahan yang diusulkan tersebut.

19.3. Setiap perubahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 19.1 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini.

PASAL 20HUKUM YANG BERLAKU

PERJANJIAN ini tunduk dan diinterpretasikan berdasarkan ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia.

PASAL 21PENYELESAIAN PERSELISIHAN

21.1. Apabila terjadi perselisihan pendapat dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini, PARA PIHAK bersepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah dalam jangka waktu 60 (enam puluh) HARI terhitung sejak tanggal pemberitahuan perselisihan dari salah satu PIHAK kepada PIHAK lainnya.

21.2. Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.1 PERJANJIAN ini tidak tercapai, PARA PIHAK sepakat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui dan menggunakan peraturan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). Putusan yang ditetapkan oleh BANI merupakan putusan terakhir dan mengikat PARA PIHAK.

PASAL 22PEMBERITAHUAN

22.1. Setiap pemberitahuan yang diberikan oleh salah satu PIHAK kepada PIHAK lainnya berdasarkan PERJANJIAN ini akan dibuat secara tertulis dengan surat atau facsimile dialamatkan kepada :

PIHAK PERTAMA :PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARAJalan Medan Merdeka Timur No. 1AJakarta Pusat - 10110, Indonesia.Telepon : (021) 352-1557Facsimile : (021) 350-8021Untuk perhatian : Direktur Hulu

PIHAK KEDUA :PT BANTEN INTI GASINDO

22

Page 23: Pjbg Indo Banten1

Menara Sudirman Lt.14 DJl. Jend. Sudirman Kav.60Jakarta – 12190, Indonesia.Telepon : (021) 520-1009Facsimile : (021) 520-0985Untuk perhatian : Direktur Utama

Untuk keperluan dan kelancaran komunikasi yang bersifat operasional antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, masing-masing PIHAK akan memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya nama-nama pejabat yang menangani komunikasi.

22.2. Masing-masing PIHAK dapat mengganti atau mengubah alamat tersebut dengan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK lainnya.

22.3. Setiap pemberitahuan yang diberikan oleh salah satu PIHAK dianggap telah dikirim apabila dinyatakan telah diterima oleh PIHAK yang menerima.

PASAL 23KOORDINASI

23.1. PARA PIHAK akan membentuk Tim Koordinasi selambat-lambatnya 6 (enam) BULAN sejak PERJANJIAN ini ditandatangani untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan PERJANJIAN ini, termasuk aspek konstruksi, pengembangan, produksi, penyaluran GAS selama PERIODE UJI COBA dan selama jangka waktu PERJANJIAN serta pemanfaatan GAS.

23.2. PARA PIHAK akan mengusahakan agar pelaksanaan UJI COBA terhadap fasilitas masing-masing dapat dilakukan oleh PARA PIHAK secara bersama-sama.

23.3. Sejak terbentuknya Tim Koordinasi yang dimaksud dalam Pasal 23.1 PERJANJIAN ini, Tim Koordinasi akan terus melakukan koordinasi untuk kelancaran dan kesinambungan penyerahan GAS.

23.4. Tim Koordinasi terdiri dari wakil dari masing-masing PIHAK, dan ketua Tim Koordinasi akan ditentukan oleh PARA PIHAK.

23.5. Tim Koordinasi akan mengadakan pertemuan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu BULAN dengan waktu dan tempat yang disepakati oleh PARA PIHAK.

23.6. Agenda yang akan dibicarakan pada pertemuan Tim Koordinasi tersebut akan meliputi, tetapi tidak terbatas pada :a. Proyeksi pengambilan GAS oleh PIHAK KEDUA untuk masa 12 (dua belas)

BULAN mendatangb. Pemberitahuan resmi mengenai jadwal penghentian sementara penyaluran untuk

perawatan yang akan dilaksanakan oleh PARA PIHAK,c. Jadwal pekerjaan-pekerjaan lain yang mungkin mempengaruhi penyaluran atau

pengambilan GAS,d. Cara-cara untuk menanggulangi hambatan-hambatan teknis dan administratif

yang ada sekarang atau yang akan datinge. Penyebaran informasi yang perlu diketahui oleh PARA PIHAK,f. Perhitungan jumlah penyaluran GAS, termasuk volume yang dipermasalahkan;

bila ada,

23

Page 24: Pjbg Indo Banten1

g. Kesepakatan resmi mengenai pengurangan, jika ada, untuk BULAN yang sebelumnya, dari JUMLAH KONTRAK TAHUNAN untuk tujuan perhitungan JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN, dan

h. Jumlah GAS yang perlu diambil oleh PIHAK KEDUA di sepanjang sisa TAHUN berjalan dalam rangka memenuhi JUMLAH PEMBELIAN MINIMUM TAHUNAN.

23.7. Semua keputusan dan/atau persetujuan hasil pertemuan Tim Koordinasi yang mendukung pelaksanaan PERJANJIAN ini serta tidak bertentangan dengan isi ketentuan dalam PERJANJIAN ini, akan tetap mengikat dan harus dilaksanakan oleh PARA PIHAK.

23.8. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan koordinasi menjadi beban masing-masing PIHAK.

Demikianlah PERJANJIAN ini ditandatangani oleh pejabat yang berwenang untuk mewakili masing-masing PIHAK, dan dibuat dalam rangkap 2 (dua) asli, yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK PERTAMA dan 1 (satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA, dan setelah dibubuhi meterai yang cukup, ditandatangani di Jakarta, pada tanggal tersebut di awal PERJANJIAN ini.

PT Banten Inti Gasindo

Ir. Toni Mahyudin Direktur Utama

PT PERTAMINA (PERSERO)

Ariffi Nawawi Direktur Utama

24