Upload
others
View
4
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
DESAIN PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS X SEMESTER II
KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR
BERDASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Nama: Hendrikus
NIM: 061424018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
MOTO
Harapan yang tertunda menyedihkan hati,
Tetapi keinginan yang terpenuhi Adalah pohon kehidupan
Amsal 13: 12
”Lihatlah ke atas ’tuk meneladan kesuksesan,
lihatlah ke bawah ’tuk menikmati kebahagiaan”
Terus naik bukan turun,
Jadilah kepala bukan ekor.
(sebuah refleksi di akhir masa studi)
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
Ayah, Ibu dan Seluruh Keluargaku
Bangsa dan Negaraku Tercinta, INDONESIA
Kabupaten Kutai Barat (Kaltim) Tercinta
Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
ABSTRAK
Desain Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Semester II Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur Berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Oleh:
Hendrikus
Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi, maka kurikulum sebelumnya dinyatakan tidak berlaku dan sebagai gantinya ditetapkanlah suatu kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebagai akibat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah harus membuat sendiri kurikulum di sekolahnya.
Penulisan desain ini bertujuan bahwa pembelajaran fisika sebaiknya kontekstual dengan daerah tempat sekolah itu bernaung. Penulisan desain ini berdasarkan konteks di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur yang bertujuan mengaktifkan siswa dalam belajar fisika dan mengajak siswa berpikir kritis dalam memecahkan soal-soal fisika.
Desain ini didukung oleh beberapa teori yaitu filsafat konstruktivisme, teori berpikir kritis, multiple intelligences, dan KTSP. Filsafat konstruktivisme mengatakan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil kontsruksi dari individu yang belajar. Teori berpikir kritis menekankan pentingnya kemampuan membuat kesimpulan dan menilai keaslian serta kebenaran terhadap sesuatu dengan berdasarkan pada pengetahuan sikap yang telah dimiliki. Multiple intelligences dalam peroses pembelajaran penyajian materi belajar disesuaikan dengan inteligensi yang paling banyak dipunyai siswa. KTSP yang menekankan sekolah mempunyai peranan penting dalam mengatur segala sesuatunya.
Desain ini telah memenuhi tujuan penulisan seperti yang tercantum pada Bab I. Selain itu desain ini telah memenuhi teori pendukung desain pembelajaran fisika seperti pada Bab II. Sebagai realisasinya dapat terlihat pada Bab III.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
ABSTRACT
Physics Learning Design of Tenth Graders of Second Semester of Senior High School in West Kutai of East Kalimantan Based on the Curriculum of Education Unit Level
By
Hendrikus
Based on the decision of National Education Minister Number 22 of 2006 on Content Standard and Competence Standard, prior curriculum has been considered invalid and replaced by the new curriculum, which is the Curriculum of Education Unit Level (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan [KTSP]). Consequently, schools have to compile their own curriculum.
The design writing aims to make physics learning contextual considering the local condition in which the schools are located. The design is written in the context of West Kutai district of East Kalimantan province and aims to activate the students in learning physics and stimulating them to critically think in solving physics problems.
The design is supported by some philosophical theories such as constructivism, critical thinking theory, multiple intelligences, and KTSP. The constructivism suggests that knowledge results from the construction of learning individuals. The critical thinking theory emphasise on the importance of the ability to draw conclusions and to evaluate the originality and the truth of something on the basis of the attitude knowledge that has been aquired. The multiple intelligences in the learning process, especially in presenting the leraning materials must be adjusted to the intelligence of the majority of the students. The KTSP emphasizes that the schools play an important role in regulating everythings.
The design has met the objective of the writing as stated in Chapter I. Additionaly, it has met the supporting theories of the physics larning design as stated in Chapter II and the realization can be found in Chapter III.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sangat luar biasa besar penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus yang telah memberikan segalanya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Desain Pembelajaran Fisika SMA Kelas X
Semester II Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur berdasar Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam masa studi dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing dalam penulisan
skripsi ini.
2. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan dan wawasan serta seluruh karyawan JP.
MIPA yang telah memfasilitasi selama proses masa studi di Universitas Sanata
Dharma.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan beasiswa kepada
penulis.
4. Keluarga besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Kutai Barat (IPMDKB) Yogyakarta,
sebagai wadah untuk mengembangkan diri di luar tempat akademik.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
5. Bapak dan Ibu serta keluarga yang selalu memberi dukungan doa dan pengorbanan
demi penulis menyelesaikan studi.
6. Teman-teman keluarga besar Gereja Kristen Nazaren Gloria Yogyakarta yang telah
memberikan dukungan doa dan motivasi.
7. Pak Obaja Sigit selaku pendeta di gereja GKN Gloria Yogyakarta yang selalu
memberikan doa, semangat, dan motivasi.
8. Pacar saya tersayang “Intan Purnamasari” yang selalu setia menemani dan memberi
semangat, serta doa selama penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2006 yang selalu memberi semangat dan bantuan selama
studi.
Penulisan skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penulisan selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga desain fisika ini bisa berguna untuk semua pihak.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN MOTO DAN PESEMBAHAN ..................................................... iv
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. vi
ABSTRAK........................................................................................................ vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR....................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 22
A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 22
B. PERUMUSAN MASALAH .................................................................. 25
C. TUJUAN PENULISAN ......................................................................... 26
D. KERANGKA ISI ................................................................................... 26
E. MANFAAT PENULISAN ..................................................................... 28
BAB II. DASAR TEORI ................................................................................... 29
A. MEMAHAMI HAKEKAT KTSP .......................................................... 29
1. Pengertian KTSP ............................................................................... 29
2. Landasan Penyusun KTSP................................................................. 30
3. Karakteristik KTSP ........................................................................... 30
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
4. Prinsip Pengembangan KTSP ............................................................ 31
5. Komponen KTSP .............................................................................. 36
6. Kekuatan dan Kelemahan KTSP ....................................................... 37
B. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, DAN
KOMPETENSI LULUSAN FISIKA ..................................................... 40
1. Standar Kompetensi dan Kompetemsi Dasar Fisika ........................... 40
2. Kompensi Lulusan ............................................................................ 42
C. BEBAN BELAJAR DAN ALOKASI WAKTU ..................................... 48
1. Beban Belajar .................................................................................... 48
2. Alokasi Waktu .................................................................................. 49
D. KONTEKS KABUPATEN KUTAI BARAT ......................................... 50
1. Kutai Barat Secara Umum ................................................................. 50
2. Ciri Khas Kutai Barat ........................................................................ 51
3. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 51
4. Kebiasaan Belajar Siswa ................................................................... 53
5. Lingkungan Sekitar ........................................................................... 54
6. Lingkungan Keluarga ........................................................................ 54
7. Guru Fisika ....................................................................................... 54
8. Cara Berpikir Siswa .......................................................................... 55
9. Harapan............................................................................................. 55
E. BEBERAPA TEORI PENDIDIKAN IPA .............................................. 56
1. Teori Kontruktivisme Belajar ............................................................ 56
a. Dampak Kontruktivisme Bagi Siswa ............................................ 57
b. Dampak Kontruktivisme Bagi Guru .............................................. 60
2. Teori Multiple Intelligences ............................................................... 65
a. Dampak Multiple Intelligences Bagi Siswa ................................... 68
b. Dampak Multiple Intelligences Bagi Guru .................................... 69
F. KONSEP BEPIKIR KRITIS .................................................................. 70
1. Berpikir Kritis ................................................................................... 70
2. Pentingnya Berpikir Kritis ................................................................. 71
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3. Strategi Pembelajaran Berpikir Kritis ................................................ 72
G. METODE MENGAJAR ........................................................................ 74
1. Metode Demonstrasi ......................................................................... 75
2. Metode Eksperimen atau Laboratorium ............................................. 80
3. Metode Ceramah Siswa Aktif ............................................................ 82
4. Model Diskusi Kelompok .................................................................. 84
5. Peta Konsep ...................................................................................... 87
H. EVALUASI ........................................................................................... 89
I. KESESUAIAN TEORI DENGAN DESAIN ......................................... 94
BAB III. DESAIN PEMBELAJARAN ............................................................. 95
A. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS .............................. 95
1. Ilmiah................................................................................................ 95
2. Relevan ............................................................................................. 96
3. Sistematis .......................................................................................... 96
4. Konsisten .......................................................................................... 96
5. Memadai ........................................................................................... 97
6. Aktual dan Kontektual....................................................................... 97
7. Fleksibel ........................................................................................... 98
8. Menyeluruh ....................................................................................... 98
B. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS .................... 98
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ....................... 98
2. Mengindentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran ................................. 99
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran .......................................... 100
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi ................................ 100
5. Penentuan Jenis Penilaian .................................................................. 101
6. Menentukan Alokasi Waktu .............................................................. 101
7. Menentukan Sumber Belajar ............................................................. 102
C. SILABUS FISIKA SMA KELAS X SEMESTER II ........................... 102
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
D. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
FISIKA SMA KELAS X SEMESTER II ............................................... 110
1. RPP 1. Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar (Pertemuan ke- 1). 111
2. RPP 2. Pemamntulan Cahaya pada Cermin Cekung
dan Cembung (Pertemuan ke- 2). .................................................... 120
3. RPP 3. Pembiasan Cahaya (Pertemuan ke- 3) ................................. 129
4. RPP 4. Pembiasan pada Lenda (Pertemuan ke- 4). ......................... 140
5. RPP 5. Alat-Alat Optik (Pertemuan ke- 5). ..................................... 150
6. RPP 6. Suhu dan Pemuaian (Pertemuan ke- 6) ............................... 165
7. RPP 7. Kalor dan Perubahan Wujud (Pertemuan ke- 7). ................. 176
8. RPP 8. Perpindahan Kalor (Pertemuan ke- 8) ................................. 186
9. RPP 9. Asas Black (Pertemuan ke- 9). ........................................... 194
10. RPP 10. Alat Ukur Listrik (Pertemuan ke- 10). ................................ 200
11. RPP 11. Sumber Arus Listrik searah (Pertemuan ke- 11). ................. 207
12. RPP 12. Arus Listrik Searah (Petemuan ke- 12). .............................. 214
13. RPP 13. Arus Listrik Bolak-balik (Pertemuan ke- 13). ..................... 222
14. RPP 14. Energi dan Daya Listrik (Pertemuan ke- 14) ....................... 229
15. RPP 15. Spektrum Gelombang Elektromagnetik
(Pertemuan ke- 15).......................................................................... 239
16. RPP 16. Karakteristik dan Penerapan Gelombang
Elektromagnetik (Pertemuan ke- 16)....................................................... 246
BAB IV. PENUTUP ......................................................................................... 260
A. RANGKUMAN .................................................................................... 260
B. KETERBATASAN PENULISAN ......................................................... 261
C. SARAN-SARAN................................................................................... 261
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 263
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1. Kompetensi dan Kompetensi Dasar ..................................................... 42
Tabel 2. Sumbangan Pendidikan Fisika pada Kompetensi Lulusan SMA ........... 44
Tabel 3. Beban Belajar Siswa ............................................................................ 49
Tabel 4. Alokasi Waktu ..................................................................................... 51
Tabel 5. Lembar Penilaian Sikap dan Minat ...................................................... 90
Tabel 6. Lembar Penilaian Tes Keterampilan dan Pengamatan
Melakukan Eksperimen ...................................................................... 91
Tabel 7. Lembar Pengamatan Keaktifan ............................................................ 92
Tabel 8. Lembar Pengamatan tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika. .... 92
Tabel 9. Silabus Optika Geometris .................................................................... 103
Tabel 10. Silabus Suhu dan Kalor...................................................................... 104
Tabel 11. Silabus Listrik Dinamis ..................................................................... 107
Tabel 12. Silabus Gelombang Elektromagnetik ................................................. 108
Tabel 13. RPP Lembar Pengamatan Keaktifan .................................................. 116
Tabel 14. RPP Lembar Pengamatan Sikap dan Minat Siswa .............................. 117
Tabel 15. RPP Lembar Penilaian Keterampilan dan Pengamatan
Melakukan Eksperimen ...................................................................... 117
Tabel 16. RPP Pengamatan tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika. ....... 118
Tabel 17. Indeks bias mutlak beberapa medium................................................ 131
Tabel 18. Kalor jenis berbagai zat. .................................................................... 179
Tabel 19. Pengelompokan gelombang radio ...................................................... 248
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Diagram sinar dari ........................................................................... 112
Gambar 2. Peralatan untuk menyelidiki pemantulan cahaya. ............................ 112
Gambar 3. Jalannya sinar dalam hukum pemantulan........................................ 112
Gambar 4. Pada pemantulan terhadap cermin datar .......................................... 113
Gambar 5. Lukisan pembentukan bayangan benda berbentuk garis. .................. 114
Gambar 6. Medan penglihatan sebuah kaca spion mobil .................................... 114
Gambar 7. Medan penglihatan sebuah cermin datar. ......................................... 114
Gambar 8. Cermin cekung dan cermin cembung. .............................................. 120
Gambar 9. Pemantulan pada cermin cekung. .................................................... 121
Gambar 10. Pemantulan pada cermin cembung. ............................................... 121
Gambar 11. (a) Benda di depan M (s > 2f),
(b) benda di antara F dan O (0 < s < f)............................................ 122
Gambar 12. Titik fokus F terletak pada sumbu utama dan
di tengah-tengah antara M dan O.................................................... 123
Gambar 13. Tiga sinar istimewa pada cermin cembung. ................................... 124
Gambar 14. (a) Lukisan pembentukan bayangan pada
cermin cembung; (b) Cermin cembung selalu
menghasilakan bayangan lebih kecil dari pada bendanya ............... 125
Gambar 15. Cahaya datang dari udara masuk ke dalam air. ............................... 129
Gambar 16. Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium rapat ......... 130
Gambar 17. Sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat ....... 130
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 18. Cahaya datang dari kaca menuju ke air melalui lapisan udara. ........ 131
Gambar 19. Geometri dan diagram sinar untuk koin di dasar kolam .................. 133
Gambar 20. Koin berada di dasar wadah yang berisi 4 jenis cairan. ................... 134
Gambar 21. Jika sinar dengan sudut datang lebih besar daripada sudut kritis ..... 135
Gambar 22. Pemantulan sempurna dalam prisma .............................................. 136
Gambar 23. Berkas cahaya menempuh saluran serat optik ................................. 136
Gambar 24. (a) lensa cembung bersifat mengumulkan cahaya;
(b) lensa cekung bersifat memencarkan cahaya. ............................. 141
Gambar 25. (a) Tiga bentuk lensa cembung atau lensa konveks dan
(b) Tiga bentuk lensa cekung atau lensa konkaf.............................. 141
Gambar 26. Sinar istimewa pada (a) lensa cembung (b) lensa cekung. ............... 142
Gambar 27. Diagram sinar dengan benda di 2F2. ............................................... 143
Gambar 28. Bayangan-bayangan dari benda nyata dari depan
lensa cekung pada berbagai kedudukan. ....................................... 143
Gambar 29. Sebuah lensa yang tipis yang disusun
dua bidang lengkung dengan jari-jari R1 dan R2 .............................. 144
Gambar 30. Bayangan lensa I merupakan benda lensa II ................................... 145
Gambar 31. Diagram mata manusia ................................................................... 151
Gambar 32. (a) mata relaks; (b) mata menegang. ............................................... 151
Gambar 33. Jangkuan penglihatan ..................................................................... 152
Gambar 34. Mata normal (emetropi) ................................................................. 152
Gambar 35. Mata rabun jauh (miopi). ................................................................ 153
Gambar 36. Rabun jauh ..................................................................................... 153
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gambar 37. Mata rabun dekat ........................................................................... 153
Gambar 38. Mata prebiopi ................................................................................. 154
Gambar 39. Sebuah lensa silinderis membentuk suatu bayangan garis ............... 154
Gambar 40. Diagram sebuah kamera. ................................................................ 155
Gambar 41. Makin besar ukuran angular benda,
makin besar bayangan yang dibentuk pada retina. ......................... 156
Gambar 42. (a) Sebuah mikroskop optik; (b) diagram sinar
pementukan bayangan pada mikroskop optik. ............................... 157
Gambar 43. Bayangan objektif merupakan benda okuler ................................... 158
Gambar 44. Pembentukan bayangan pada teropong bintang. ............................ 159
Gambar 45. Diagram sinar teropong bumi. ........................................................ 159
Gambar 46. Diagram sinar toropong prisma ..................................................... 160
Gambar 47. Diagram sinar teropong panggung. ................................................. 160
Gambar 48. Diagram sinar teropong pantul astronomi. ...................................... 161
Gambar 49. Cara menentukan titik tetap (a) bawah, dan (b) atas. ....................... 169
Gambar 50. Hubungan linear antara panjang kolom raksa X
dan suhu dalam skala Celsius. ........................................................ 168
Gambar 51. Skala Fahrenheit dan Celsius pada sebuah termometer. .................. 169
Gambar 52. Keping bimetal............................................................................... 170
Gambar 53. Pemuaian luas ................................................................................ 171
Gambar 54.Pemuaian volum. ............................................................................ 177
Gambar 55. Ilustrasi perbedaan suhu dan kalor .................................................. 177
Gambar 56. Energi termal dipindahkan ............................................................. 178
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 57. Peralatan untuk menentukan persaman kalor .................................. 178
Gambar 58. Diagram perubahan wujud zat. ....................................................... 179
Gambar 59. Grafik pemanasan dan pendinginan lilin. ........................................ 180
Gambar 60. Grafik suhu-kalor untuk es yang dipanaskan .................................. 182
Gambar 61. Kalor berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah. ........................... 186
Gambar 62. Partikel-partikel pada ujung ........................................................... 187
Gambar 63. Laju konduksi kalor ....................................................................... 188
Gambar 64. Perpindahan kalor secara konveksi ................................................. 189
Gambar 65. Konveksi paksa pada sistem pendingin........................................... 189
Gambar 66. Penyerap Kalor Radiasi yang Baik dan Buruk ................................ 190
Gambar 67. Menuangkan air dingin ke dalm air panas....................................... 195
Gambar 68. Kolorimeter aluminium .................................................................. 196
Gambar 69. Kalorimeter elektrik ....................................................................... 196
Gambar 70. Multimeter (a) analog dan (b) digital .............................................. 200
Gambar 71. Merangkai ampermeter untuk mengukur kuat arus. ........................ 201
Gambar 72. Basicmeter. .................................................................................... 202
Gambar 73. Mengamati skala terkecil basicmeter. ............................................. 203
Gambar 74. Pembacaan skala ............................................................................ 203
Gambar 75. Menggunakan voltmeter untuk mengukur tegangan listrik. ............. 204
Gambar 76. Mengukur beda potensial ............................................................... 204
Gambar 77. Baterai ........................................................................................... 208
Gambar 78. Aki ................................................................................................. 209
Gambar 79. (a) dua lampu disusun seri .............................................................. 209
Gambar 80. (a) dua lampu R1 dan R2 disusun parallel ........................................ 210
Gambar 81. Jika suhu dijaga tetap, untuk seutas kawat listrik, R=∆V/∆I ............ 215
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Gambar 82. Hambatan kawat sebanding dengan L dan A. .................................. 215
Gambar 83. Rangkaian untuk menyelidiki pengaru suhu. .................................. 216
Gambar 84. Rangkaian mengukur kuat arus menggunakan ampermeter............. 216
Gambar 85. Suatu rangkaian listrik dengan kuat arus tetap ................................ 217
Gambar 86. Arah loop searah jarum jam ........................................................... 218
Gambar 87. Polaritas sumber tegangn AC ......................................................... 223
Gambar 88. Suplai listrik dari dua jalur kawat menuju ke rumah-rumah ............ 224
Gambar 89. Rangkaian arus listrik disuplai ke rumah-rumah. ............................ 224
Gambar 90. Kotak pelayanan rumah dengan beberapa circuit breaker ............... 225
Gambar 91. Pemasangan sebenarnya hantaran L dan N ..................................... 225
Gambar 92. Bagan pengawatan ......................................................................... 225
Gambar 93. Bagaimana memasang sakelar dan sekring. .................................... 226
Gambar 94. Suatu rangkaian penerangan tertentu. ............................................. 227
Gambar 95. Rangkaian tertutup. ........................................................................ 230
Gambar 96. Daya pada baterai V adalah VI ........................................................ 231
Gambar 97. Lampu pijar, teko listrik, dan pengering rambut listrik ................... 232
Gambar 98. Lampu yang diberi tegangan .......................................................... 234
Gambar 99. Diagram skematik percobaan celah ganda Young ........................... 240
Gambar 100. Gelombang elektromagnetik di medan listrik ............................... 242
Gambar 101. Rentang spectrum gelombang elektromagnetik............................. 243
Gambar 102. Pemancar radio berukuran kecil ................................................... 247
Gambar 103. Penerima radio dapat berukuran sangat besar. .............................. 247
Gambar 104. Gelombang televisi (UHF) dan VHP ............................................ 249
Gambar 105. Modulasi dari gelombang radio bisa AM atau FM. ....................... 250
Gambar 106. Microwaves .................................................................................. 251
Gambar 107. Informasi yang ditampilkan pada layar sebuah osiloskop.............. 252
Gambar 108. M = merah, J = jingga, K = kuning, H = hijau, B = biru. .............. 253
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar 109. Foto jari tangan dengan sinar-X.................................................... 255
Gambar 110. (a) Tabung sinar-X; (b) dalam tubuh manusia dengan sinar-X .... 257
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang ada seputar sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia
telah menjadi suatu bahan yang hangat untuk diperbincangkan, terutama bagi
kalangan yang mempunyai perhatian pada dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan
memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia, yang
nantinya akan menentukan perkembangan bangsa ini. Suatu solusi untuk mengatasi
permasalahan pendidikan di Indonesia melalui terobosan baru dalam sistem
pendidikan diperlukan. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
Nasional melakukan beberapa perubahan dalam jangka waktu kurang lebih lima tahun
terakhir ini agar dapat memberikan perubahan.
Perubahan yang dilakukan pada sistem pendidikan di Indonesia dilakukan
melalui kurikulum yang berlaku. Sejak tahun 2004 dunia pendidikan Indonesia
menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dipayungi oleh
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Namun pada tahun ajaran 2006/2007
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diberlakukan menggantikan KBK
tahun 2004.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka
memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Dalam penyusunannya, Kurikulum Tingkat Satuan`Pendidikan (KTSP)
jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Konpetensi.
Akibat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru yang
sebelumnya tidak perlu membuat sendiri kurikulum yang ada di sekolahnya harus
membuat sendiri kurikulum di sekolahnya dan berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pekerjaan guru semakin
bertambah karena selain harus membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sendiri, guru fisika juga akan dihadapkan dengan belum adanya buku
panduan pelajaran fisika yang berpatokan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Adanya keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun
2006 mengakibatkan pembelajaran di masing-masing sekolah di Indonesia bervariasi
khususnya pembelajaran fisika. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), menuntut sekolah-sekolah di masing-masing wilayah di Nusantara membuat
kurikulum sendiri sesuai dengan konteks siswa yang berada wilayah itu sendiri. Hal
ini penting supaya proses pembelajaran selalu menyesesuaikan dengan dinamika
masyarakat. Artinya proses atau model serta teknik dalam pembelajaran senantiasa
menyesuaikan dengan tuntutan dan dinamika kehidupan masyarakat.
Konsekuensinya, pembelajaran kontekstual merupakan terobosan baru bagi setiap
guru dan lembaga pendidikan (Muchith, 2008: 4). Pembelajaran kontekstual
membantu siswa-siswi memahami pelajaran fisika lebih gampang, sehingga potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
siswa-siswi bisa tersalurkan secara maksimal dan minat belajar terhadap fisika makin
meningkat.
Kalimantan Timur khususnya Kabupaten Kutai Barat (KUBAR), merupakan
Kabupaten yang baru berdiri dua periode. Salah satu hal yang harus diperhatikan
adalah bidang pendidikan. Dalam pembelajaran fisika SMA kelas X semester II yang
patut menjadi perhatian adalah, model pembelajaran yang kurang memperhatikan
konteks pembelajaran fisika itu sendiri dengan konteks siswa dan wilayah tempat
sekolah itu berada. Memang tidak semua materi pembelajaran fisika dapat disesuikan
dengan konteks wilayah tempat sekolah itu berada. Tetapi setidaknya dari beberapa
bagian materi atau pokok bahasan tertentu yang dapat disesuaikan dengan lingkungan
sekolah itu sendiri. Misalnya saja saat guru menjelaskan tentang pemantulan cahaya
yang berkaitan dengan medan penglihatan. Untuk menjelaskan hal ini akan lebih baik
guru mengambil contoh spion pada kendaraan bermotor. Mengapa kita dapat melihat
benda-benda di belakang saat kita mengendarai mobil atau sepeda motor. Peristiwa
tersebut terjadi karena adanya pemantulan cahaya dari kaca spion ke mata. Contoh
seperti di atas sangat mudah diperoleh di lingkungan tersebut.
Kemampuan guru untuk mengerti kesulitan siswa dalam belajar fisika juga
kurang. Terjadi demikian karena kurangnya komunikasi yang baik antara siswa dan
guru, bahkan penampilan guru yang cenderung menakutkan bagi siswa-siswi seperti
tidak dapat melucu, cuek, tidak punya rasa humor, dan mudah marah. Beberapa guru
mengajar hanya mencatat teori dan soal-soal dari buku. Maka tidak mustahil bila
siswa menjadi bosan dan tidak tertarik belajar fisika. Dalam pelaksanaan
pembelajaran guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan
ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh (Mex Wertheimenr, 1880-1943, dikutip
oleh Riyanto, 2009: 11). Pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
obyek-obyek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru
berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan
dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan
telinga, sehingga dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang lebih aktif.
Metode pengajaran guru kurang mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Akibatnya siswa seperti bejana kosong yang harus selalu diisi. Ini
tentu tidak baik untuk perkembangan pengetahuan siswa. Dalam belajar fisika yang
terpenting sebenarnya adalah siswa yang aktif belajar fisika. Maka semua usaha guru
harus diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika
sendiri (Suparno, 2007: 2).
B. Perumusan Masalah
Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP yang merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah
(Muslich, 2007). KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan pendidikan
hampir senada dengan prinsip implementasi KBK, perlu dipayungi oleh Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Artinya, hal tersebut merupakan pelimpahan wewenang
yang besar kepada sekolah untuk memperbaiki mutu pendidikannya, baik dengan
menyusun dan mengembangkan kurikulum.
KTSP yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum
sebelumnya memegang peranan penting dalam menentukan kualitas output
pendidikan Indonesia. Melalui penyempurnaan kurikulum, diharapkan permasalahan
sistem pendidikan di Indonesia dapat teratasi, namun perubahan kurikulum
pendidikan di Indonesia tidak akan berarti jika implementasi di lapangan berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dengan yang telah dirumuskan pada KTSP. Baru-baru ini beberapa SMA di
Kabupaten Kutai Barat kesulitan dalam membuat desain pembelajaran fisika SMA
kelas X semester 2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang kontekstual
dengan daerah di Kalimantan Timur khususnya Kabupaten Kutai Barat. Siswa-siswi
cenderung malas dalam belajar fisika dan kemampuan memecahkan soal-soal.
Berkenaan dengan hal tersebut barangkali dengan kurikulum yang kontekstual
siswa dapat lebih dibantu untuk belajar fisika dengan senang dan mudah, maka
permasalahan yang akan dikaji adalah bagaimana membuat desain pembelajaran fisika
SMA kelas X semester II berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
yang bercirikan:
1. Kontekstual dengan daerah di Kalimantan Timur (Kab. Kutai Barat).
2. Mengaktifkan siswa dalam belajar fisika.
3. Mengajak siswa berpikir lebih kritis dalam memecahkan soal-soal fisika.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah membuat desain pembelajaran fisika yang
berdasarkan KTSP pada siswa SMA kelas X semester 2 di Kabupaten Kutai Barat
(Kaltim), yang bercirikan: kontekstual dengan daerah di Kalimantan Timur (Kab.
Kutai Barat), mengaktifkan siswa dalam belajar fisika dan mengajak siswa berpikir
lebih kritis dalam memecahkan soal-soal fisika.
D. Kerangka Isi
Adapun kerangka isi penulisan skripsi ini sebagai berikut.
Bab II. Dasar Teori
A. Memahami Hakekat KTSP
7. Pengertian KTSP
8. Landasan Penyusun KTSP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
9. Karakteristik KTSP
10. Prinsip Pengembangan KTSP
11. Komponen KTSP
12. Kekuatan dan Kelemahan KTSP
B. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Kompetensi Lulusan Fisika
3. Standar Kompetensi dan Kompetemsi Dasar Fisika
4. Kompensi Lulusan Fisika
C. Beban Belajar dan Alokasi Waktu
3. Beban Belajar
4. Alokasi Waktu
D. Konteks Kabupaten Kutai Barat
10. Kutai Barat Secara Umum
11. Ciri Khas Kutai Barat
12. Sarana dan Prasarana
13. Kebiasaan Belajar Siswa
14. Lingkungan Sekitar
15. Lingkungan Keluarga
16. Guru Fisika
17. Cara Berpikir Siswa
18. Harapan
E. Beberapa Teori Pendidikan IPA
3. Teori Kontruktivisme Belajar
4. Teori Multiple Intelligences
F. Konsep Bepikir Kritis
4. Berpikir Kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5. Pentingnya Berpikir Kritis
6. Strategi Pembelajaran Berpikir Kritis
G. Metode Mengajar
6. Metode Demonstrasi
7. Metode Eksperimen atau Laboratorium
8. Metode Ceramah Siswa Aktif
9. Model Diskusi Kelompok
10. Peta Konsep
H. Evaluasi
I. Kesesuaian Teori Dengan Desain Pembelajaran Yang Dibuat
BAB III. Desain Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Semester II
A. Prinsip-prinsip
B. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
C. Silabus Fisika SMA Kelas X Semester II
D. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Semester II
BAB IV. Penutup
A. Rangkuman
B. Saran-Saran
E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil melalui penulisan ini, antara lain:
1. Guru dapat menggunakan untuk mengajar mata pelajaran fisika di Kabupaten
Kutai Barat (Kaltim) khususnya siswa-siswi SMA kelas X semester 2.
2. Membuka wawasan dan dorongan untuk diadakannya desain pembelajaran
lanjutan tentang fisika SMA, khususnya untuk kelas XI dan XII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB II
DASAR TEORI
A. Memahami Hakikat KTSP.
Tanggung jawab lembaga pendidikan dalam menyukseskan pendidikan anak
didiknya di era globalisai sekarang ini sangat besar. Seluruh potensi anak didik harus
digali dan dikembangkan untuk membantu aktualisasi dan profesinya di masa depan.
Lembaga pendidikan formal atau sekolah dirancang untuk mengemban fungsi produk,
penyadaran dan media secara simultan. Fungsi-fungsi sekolah diwadahi melalui
proses pendidikan dan pembelajaran. Pada proses pendidikan dan pembelajaran itulah
terjadi aktivitas kemanusiaan dan pemanusiaan sejati. Tidak ada cara lain untuk
menyembuhkan penyakit pendidikan di negeri ini kecuali kita harus benar-benar
berani dan kuat membangun bangsa dan mengunakan kekuatan dari dalam dan tidak
menggantungkan dari luar (Asmani, 2010: 16). Untuk itu terobosan baru yang bisa
dilakukan adalah membangun sistem pendidikan yang kreatif dan inovatif, jauh
menjangkau ke depan, untuk semua anak bangsa, tanpa ada diskriminasi. Upaya
membangun sistem pendidikan yang ini harus dilakukan secara terus menerus tanpa
mengenal kata berhenti.
1. Pengertian KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Sekolah
dipercayakan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka. Dalam KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) hal terpenting adalah pembelajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
berdasarkan konteks wilayah. Pembelajaran fisika yang berdasarkan konteks yaitu
pembelajaran fisika yang mengenal potensi daerah dan peserta didiknya (Asmani,
2010 :42). Hal ini penting agar motivasi belajar siswa terhadap fisika semakin
meningkat.
2. Landasan Penyusunan KTSP
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) disusun dalam rangka
memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah
mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan
Menteri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi. Untuk Standar
kompetensi lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri
Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, dan
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
3. Karakteristik KTSP
Menurut (Mulyasa, 2008 dikutip Asmani, 2010 :65) KTSP merupakan bentuk
operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan
dan otonomi daerah, diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan
efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam peningkatan kualitas
pembelajaran. Mengingat peserta didik datang dari berbagai latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kesukuan dan tingkat sosial, maka salah satu perhatian sekolah harus ditujukan
pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Di sisi
lain, sekolah harus meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu, serta
bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan uraian di
atas, dapat dikemukakan karakteristik KTSP sebagai berikut (Asmani, 2010 :65).
a. Pemberian Otonomi Luas kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan.
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan,
disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan kondisi setempat.
b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh patisipasi masyarakat dan
orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat
tidak hanya mendukung sekolah dengan bantuan keuangan, tetapi melalui
komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan
program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan
orang yang memiliki kemampuan dan integritas tinggi.
d. Tim-Kerja yang kompak dan Transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran
didukung oleh kinerja yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang
terlibat dalam pendidikan.
4. Prinsip Pengembangan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai perwujudan dari
kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai relevansinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah dibawah
koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Provinsi, dan berpedoman pada
Standar Isi, Standar Kompetensi, dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan
Penyusunan yang disusun oleh (BSNP, 2006 :314). Satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi
dari Standar Isi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidkan Dasar dan
Menengah serta Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2006 :305).
Adapun prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(BSNP, 2006 :314) sebagai berikut:
a. Berpusat pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, Kepentingan dan
Lingkungan Peserta Didik
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapain tujuan tersebut, pengembangan potensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi
sentral yang berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi, daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta
menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri terpadu, serta tersusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
c. Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan
teknologi, seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat
dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
d. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan kejuruan (vocational) merupakan
keniscayaan. Semakin sulitnya perekonomian yang dialami setiap rakyat
seperti saat ini maka tidak heran kalau anak usia sekolah sudah bekerja.
Untuk mendukung hal itu maka guru fisika perlu menekankan sikap ilmiah
kepada siswanya dan setiap mengambil keputusan sebaiknya dipikirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dengan teliti. Siswa diajarkan untuk belajar dalam kelompok untuk
memecahkan beberapa soal yang relevan dengan beberapa hal yang terkait.
e. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi KTSP mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. Artinya
kurikulum itu sendiri harus terus-menerus diperbaiki demi tujuan
pembelajaran fisika yang lebih baik dan sedapat mungkin harus dikaitkan
dengan berbagai jenjang pendidikan.
f. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah perkembangan manusia
seutuhnya. Maka hendaknya sejak awal, siswa perlu diarahkan untuk terus
belajar dan memahami berbagai segi keilmuan untuk hidup di masa
mendatang. Sebaiknya siswa juga mulai diarahkan belajar untuk mengajar,
minimal siswa bisa membantu adiknya yang masih SD untuk mengerjakan
pekerjaan rumah adiknya apabila adiknya kesulitan.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka
selayaknya penyusunan kurikulum tetap memperhatikan kepentingan
nasional agar dalam diri siswa-siswanya tumbuh semangat nasionalisme
yang tinggi. Desain yang dibuat minimal dapat memenuhi standar nasional
agar perbedaan pendidikan tidak terlalu mencolok.
Selain itu KTSP juga disusun dengan memperhatikan acuan
operasional sebagai berikut:
Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Artinya
kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran
dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
Keragaman potensi dan karakteristik daerah serta lingkungan
Daerah memilki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan,
keragaman karakterisrik lingkungan. Oleh karena itu, kurikulum
harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan
yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian keragaman budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
5. Komponen KTSP
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) mempunyai empat komponen sebagai (Muslich, 2009 :12-16) berikut:
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dasar yang meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahklak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lannjut yaitu pendidikan menengah
selanjutnya agar kemampuan makin meningkat.
b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dan
menengah tertuang dalam standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok
mata pelajaran.
c. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai denagn
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Standar Isi.
d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus ini guru dapat
mengembangkannya menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi peserta
didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
6. Kekuatan dan Kelemahan KTSP
Tidak ada sesuatu yang sempurna, selalu ada kelebihan dan kekurangan.
Begitu juga dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Walaupun
pemerintah sudah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membuat kurikulum
baru sempurna, namun tetap saja muncul kelemahan di sana-sini. Berikut adalah
kelebihan KTSP menurut (Asmani, 2010: 90-97).
a. Kelebihan KTSP
Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Dengan semangat otonomi, sekolah bersama dengan komite sekolah
dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah. Sebagai sesuatu yang
baru, sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan KTSP. Oleh
karena itu, jika diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi baik secara vertikal
maupun horisontal.
Secara vertikal sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan
Daerah Kabupaten atau Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional.
Sedangkan secara horisontal, sekolah dapat bermitra dengan stakeholder
pendidikan dalam merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri, kerajinan,
pariwisata, petani, dan nelayan dan sebagainya agar kurikulum yang dibuat
benar-benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di mana sekolah itu
berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan Pihak Manajemen Sekolah untuk
semakin Meningkatkan Kreativitas Dalam Penyelengaraan Program-Program
Pendidikan
Dengan berpijak pada panduan kurikulum satuan pendidikan dasar dan
menengah yang dibuat oleh BSNP, sekolah diberi keleluasaan untuk
merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah
sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa
dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan standar yang lebih
tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
KTSP sangat memungkinkan Bagi Setiap Sekolah untuk Menitikberatkan
dan mengembangkan Mata Pelajaran Tertentu yang Acceptable Bagi
Kebutuhan Siswa
Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang
dalam Perturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun kurikulum sendiri. Kurikulum
Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) itu memungkinkan sekolah
menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling
dibutuhkan. Sebagai contoh misalnya, sekolah yang berada dalam kawasan
pariwisata dapat memfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata
pelajaran di bidang kepariwisataan lainya. Sekolah-sekolah tersebut tidak
hanya menjadikan meteri bahasa Inggris dan kepariwisatawan saja, tetapi
lebih dari itu, menjadikan mata pelajaran tersebut sebuah keterampilan.
Sehingga kelak, jika peserta didik di lingkungan ini telah menyelesaikan
studinya dan mereka tidak berkeinginan melanjutkan ke jenjang perguruan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tinggi, mereka dapat langsung bekerja menerapkan ilmu dan keterampilan
yang telah diperoleh dibangku sekolah.
b. Kekurangan KTSP
Kelemahan KTSP adalah aebagai berikut (Asmani, 2010 :98-100).
Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Pola penerapan KTSP atau
kurikulum 2006 terbentur masih minimnya kualitas guru dan sekolah.
Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberiksn kontribusi
pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu
(KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas.
Kurangnya ketersedian sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP. Sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif
merupakan salah satu syarat yang paling mutlak bagi pelaksanaan KTSP.
Sementara kondisi di lapangan menunjukan masih banyak satuan pendidikan
yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi
syarat utama pemberlakuan KTSP.
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara konprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun praktiknya di lapangan. Masih
rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan
menguasai KTSP dapat disebabkan pelaksaan sosialisasi belum terlaksana
secara menyeluruh. Jika tahapan sosialisai tidak dapat terlaksana secara
menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP secara nasional yang targetnya
hendak dicapai paling lambat tahun 2009 tidak memungkinkan untuk dapat
dicapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
B. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Kompetensi Lulusan
Fisika.
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika
Standar kompetensi dan kompetensi dasar hanya memberikan garis besar
standar kompetensinya, yang oleh guru fisika atau pembuat kurikulum harus
dilengkapi dan dikembangkan untuk menjadi kurikulum yang lengkap.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar lebih menjadi arah landasan dan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian. Guru perlu melengkapi sendiri sehingga menjadi kurikulum yang
lengkap.
Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran fisika dan juga merencanakan
penilaian, diharapkan guru memperhatikan standar proses dan standar penilaian
yang ditentukan oleh BSNP (Permen 22 tahun 2006, dikutip oleh Suparno, 2008:
81).
Standar kompetensi dan kompetensi dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kelas X (sepuluh) semester II (satu) sangat penting untuk diperhatikan karena hal
ini merupakan panduan saat guru ingin merencanakan penyusunan kurikulum.
Kompetensi dasar dan standar kompetensi untuk mata pelajaran fisika SMA kelas
X semester II dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini (Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Indonesia Nomor 22 Tahun 2006, dikutip oleh Suparno, 2008 ):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 1. Kompetensi dan kompetensi dasar fisika kelas X, semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. menerapkan prinsip kerja
alat-alat optik.
1.1 Menganalisis alat-alat optik kualitatif
dan kuantitatif.
1.2 Menerapkan alat-alat optik dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Menerapkan konsep kalor
dan prinsip konservasi
energi pada berbagai
perubahan energi.
2.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadaf
suatu zat.
2.2 Menganalisis cara perpindahahan
kalor.
2.3 Menerapkan asas Black dalam
pemecahan masalah.
3. Menerapkan konsep
kelistrikan dalam berbagai
penyelesaian masalah dan
berbagai produk teknologi
3.1 Memformulasikan besaran-besaran
listrik rangkaian tertutup sederhana
(satu loop).
3.2 Mengidentifikasi penerapan listrik
AC dan DC dalam kehidupan sehari-
hari.
3.3 Menggunakan alat ukur listrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1.
2. Kompetensi Lulusan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ( Permen No. 23 tahun 2006 ) menetapkan
ada tiga standar kompetensi lulusan yang harus digunakan sebagai salah satu
acuan dalam menyusun dan mengembangkan KTSP ( Suparno, 2008 :87 ). Ketiga
kompetensi lulusan itu untuk tarap SMA sebagai berikut:
a. Standar Kompetensi Lulusan Satuan pendidikan.
Standar kompetensi lulusan satuan pendidikan untuk SMA umum
disamakan disamakan dengan untuk MA/A\ SMALB / paket C. Standar
kompetensi ini lebih menekankan kompetensi yang diterapkan oleh lulusan
SMA secara umum, baik lulusan itu baik dari jurusan bahasa, IPS, atau IPA.
Jadi kompetensinya lebih menyangkut siswa sebagai pribadi yang pernah
mengalami pendidikan di SMA, tanpa membedakan apakah dia jurusan mana.
Maka yang ditekankan adalah persoalan prilaku sebagai pribadi yang bertakwa,
percaya diri, tanggung jawab dengan segala keterampilan berkomunikasi, dan
berpikir logis. Secara khusus kompetensi yang dapat disumbangkan oleh
pendidikan fisika (Permen No. 23, 2006 dikutip Suparno, 2008 : 90) adalah
sebagai berikut:
4. Memahami konsep dan
prinsip gelombang
elektromagnetika
4.1 Mendeskripsikan spektrum
gelombang elektromagnetik.
4.2 Menjelaskan aplikasi gelombang
elektromagnetik pada kehidupan
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 2. Sumbangan Pendidikan Fisika Pada kompetensi Lulusan SMA No Unsur Kompetensi yang Disumbangkan.
1 Mengembangkan diri secara secara optimal dengan memanfaatkan
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.
2 Menunjukan sikap percaya diri dan tanggung jawab atas prilaku,
perbuatan, dan pekerjaannya.
3 Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkup global.
4 Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis,
kritis, kreatif, dan inovatif.
5 Menunjukan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri.
6 Menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks.
7 Menunjukan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
8 Memanfaatkan lingkungan secara produtif dan bertanggung jawab.
9 Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok.
10 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta
kebersihan lingkungan.
11 Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
12 Menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
dalam pengambilan keputusan.
13 Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang
lain.
14 Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
tinggi.
Mengingat desain pembelajaran yang bersifat kontekstual wilayah maka
penulis hanya akan mengambil beberapa pokok pemikiran seperti yang tercantum
Peraturan Menteri Nomor 23 di atas ( tabel 2 ). Untuk desain pembelajaran fisika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
SMA kelas X semester II yang ingin penulis buat, standar kelulusannya minimal
memenuhi beberapa hal berikut ini:
1) Siswa-siswi mampu menerapkan ilmu fisika yang telah dipelajari.
Setidaknya tidak menjadi perusak alam sekitarnya sebagai wujud syukur
kepada Sang Pencipta alam semesta serta dapat menunjukkan kemampuan
menganalisis persoalan fisika dan memecahkan soal-soal dalam fisika
yang kompleks.
2) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaaan diri.
3) Siswa mempunyai pengetahuan awal untuk dikembangkan pada tingkat
jenjang pendidikan di masa depan, misalnya ingin mengikuti pendidikan
ke perguruan tinggi.
b. Standar Kompetensi Kelompok Mata pelajaran
Standar kompetensi kelompok mata pelajaran lebih menekankan komptensi
yang diharapkan dimiliki setelah siswa menyelesaikan suatu kelompok mata
pelajaran tertentu. Disini diambil kompetensi untuk kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana mata pelajaran fisika menjadi
bagiannya. Kompetensi ini memang menjadi hasil dari lulusan bila mereka telah
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara rinci kompetensi itu (
Peraturan Menteri pendidikan Nasional No. 23, tahun 2006 dikutip Suparno
2008, : 90-91 ) sebagai berikut:
1) Membangun dan menerapakan informasi, pengetahuan, dan
teknologi secara logis, kritis, kreatif dan inovatif.
2) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
secara mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri.
4) Menunjukkan kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan
hasil yang terbaik dalam bidang iptek.
5) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks.
6) Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial
sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing.
7) Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab.
8) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui
berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi.
9) Menunjukan kegemaran membaca dan menulis.
10) Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan
berbicara dalam bahasa indonesia dan inggris.
11) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti
pendidikan di perguruan tinggi.
Melihat kompetensi kelompok mata pelajaran IPTEK di atas, kita sebagai
guru fisika atau penyusun kurikulum fisika SMA, perlu bertanya, apa
sumbangan pelajaran fisika secara khusus dalam kompetensi di atas.
Kalau kita simak lebih teliti, tampak bahwa lewat pelajaran fisika, kita
dapat membantu siswa untuk mempunyai kompetensi pelajaran IPTEK di atas.
Semua butir kompetensi yang ditulis dapat dipenuhi dan dikembangkan lewat
pendidikan fisika. Tentu ini dengan pengandaian guru fisikanya mengerti
kompetensi ini dan juga mau menekankan kompetensi tesebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Mengingat keterbatasan penulis maka sumbangan pelajaran fisika yang
cocok dan sesuai dengan desain pembelajaran yang bercirikan kontekstual
sebagai berikut:
- Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri.
- Menujukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial
sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing.
- Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
di perguruan tinggi.
c. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Fisika SMA
Standar kompetensi lulusan mata pelajaran fisika SMA memuat kompetensi
yang harus dipunyai bila siswa lulus pelajaran fisika selama SMA. Maka
kompetensi ini berlainan dengan kompetensi yang dipunyai siswa yang belajar
bahasa Inggris, Sejarah, ataupun Matematika. Kompetensi sendiri memang
berisi sikap, pengertian, perilaku yang khas siswa yang belajar fisika. Jelas
bagi guru fisika, kompetensi ini perlu dicermati dalam menyusun dan
mengembangkan KTSP bidang fisika. Kompetensi ini adalah minimal, yang
tentunya bagi sekolah yang mampu, dapat membuat kompetensi lebih tinggi.
Secara rinci kompetensi itu ( Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23
tahun 2006 dikutip Suparno 2008 : 92-93) sebagai berikut:
1) Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel,
merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan
menafsirkan data, menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan
hasil percobaan secara lisan dan tertulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2) Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran
besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat,
teliti dan obyektif
3) Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan
mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum.
4) Mendeskripsikan konsep dan prinsip konservasi kalor sifat gas ideal,
fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika
serta penerapanya dalam mesin kalor.
5) Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam
berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi.
6) Menerapkan kosep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam
berbagai masalah dan produk teknologi.
Standar kelulusan ini isinya lebih sedikit dari pada standar kompetensi yang
dikuasai olah oleh siswa. Dengan demikian maka bila siswa telah tuntas dengan
standar kompetensi selama pelajaran fisika, siswa tidak usah takut dengan standar
kelulusan, karena yang telah mereka pelajari jauh lebih banyak dari yang di
harapkan dalam kelulusan ( Suparno, 2008 : 93 ).
Karena desain pembelajaran bersifat kontekstual maka penulis hanya akan
mengambil hanya satu pokok pemikiran yang dapat diterapkan di Kabupaten
Kutai barat. Yaitu siswa-siswi diharapkan dapat mengerjakan berbagai macam
soal fisika dan dapat mengetahui beberapa gejala alam di sekitar konteks yang ada
kaitannya dengan fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
C. Beban Belajar dan Alokasi Waktu
1. Beban Belajar
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (BSNP, 2006 :317).
Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar untuk kegiatan tatap
muka per jam pembelajaran pada tingkat SMA berlangsung selama 45 menit dan
beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan
jam pembelajaran (BSNP, 2006 :118). Beban belajar kegiatan tatap muka secara
keseluruhan seperti tampak pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Beban Belajar Siswa
Satuan
Pendidikan
Kelas Satu jam
pembelajaran
tatap muka
(menit)
Jumlah jam
pembelajaran
Per minggu
(jam)
Minggu efektif
per tahun ajaran
SMA X 45 3 34-38
Penugasan tertruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman
materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk
mencapai standar kompetensi. Penugasan terstruktur yang dimaksudkan dapat
berupa penyelesaian soal-soal yang telah disiapkan guru untuk dikerjakan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pada jam pelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
siswa menguasai pelajaran yang telah disampaikan.
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik
untuk mencapai standar kompetensi. Kegiatan mandiri tidak terstruktur yang
dimaksudkan adalah berupa menyelesaikan soal-soal di buku yang telah guru
rekomendasikan untuk dikerjakan oleh siswa baik secara mandiri ataupun dalam
kelompok.Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik. Beban belajar
penugasan terstruktur dan kegiatan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMA
maksimum 60% dari jumlah kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan. Penyelesaian program pendidikan dengan mengunakan sistem paket
selama tiga tahun. Program percepatan dapat diselenggarakan untuk
mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Namun untuk sekolah-sekolah yang berada di daerah biasanya sangat
jarang adanya program percepatan dalam menyelesaikan studi kecuali sekolah
tersebut memang merupakan sekolah unggulan dan prestasinya sama dengan
sekolah unggulan di kota-kota besar seperti Jakarta.
2. Alokasi Waktu
Alokasi waktu untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah selengkapnya seperti tabel 4 berikut (Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006: 14) :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 4. Alokasi Waktu
No Kegiatan Alokasi waktu Keterangan
1. Minggu efektif
belajar
Minimum 34 minggu dan
maksimum 38 minggu
Digunakan untuk kegiatan
pembelajaran efektif pada
setiap satuan pendidikan
2. Jeda tengah
semester
Maksimun 2 minggu Satu minggu setiap semester
3. Jeda antar
semester
Maksimun 2 minggu Antara semester I dan II
4. Libur akhir tahun
pelajaran
Maksimun 3 minggu Digunakan untuk
mempersiapkan kegiatan dan
administrasi akhir.
D. Konteks Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur.
1. Kutai Barat Secara Umum
Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten baru hasil pemekaran
Kabupaten Kutai Kartanegara yang dibentuk berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999
(www.kubarkab.go.id). Letak desa-desa pada umumnya berada di daerah tepian
sungai (119 desa), di daerah dataran (86 desa) dan di lereng/punggung bukit (18
desa). Mayoritas Penduduk Kabupaten Kutai Barat adalah Masyarakat Adat yang
terdiri dari bermacam suku, bahasa, adat-istiadat serta kultur dan budayanya.
Konsepsi kepemilikan wilayah-wilayah Adat (kawasan kelola) dipahami mereka
secara utuh dalam satu kesatuan berdasarkan faktor genealogis dan teritorial yang
ada, berdasarkan asal-usul (sejarah) yang sudah ada secara turun-temurun jauh
sebelum Repulik Indonesia ada. Kabupaten Kutai Barat dibagi menjadi beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kecamatan dan setiap kecamatan dibagi menjadi beberapa kampung atau setingkat
desa/kelurahan (dalam, http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kutai_Barat).
2. Ciri khas Kutai Barat
Dari kecil hingga dewasa penulis tumbuh dan berkembang di wilayah tercinta
di kabupaten Kutai Barat. Lingkungan alam dan budaya yang beraneka ragam
menjadi ciri khas yang menonjol di masyarakat. Alam yang asri merupakan
lambang kemakmuran bagi masyarakat Kutai Barat saat ini, di mana telah
menyediakan hasil bumi yang luar biasa berupa hutan rimba, yang menghasilkan
beraneka ragam kebutuhan masyarakat yang melimpah seperti kayu, rotan, damar,
babi hutan yang selalu diburu oleh masyarakat desa, buah-buahan hutan, serta
sungai yang menjadi transpotasi utama masyarakat pedalaman. Masyarakat Kutai
Barat kebanyakan menjadi petani ladang yaitu menanam padi yang hanya setahun
sekali panen, tidak seperti di Jawa petaninya membuat sawah hingga panennya
dua sampai tiga kali dalam setahun.
3. Sarana dan Prasarana
Untuk sarana dan prasarana Kabupaten Kutai Barat secara umum sudah
lumayan mendukung. Tapi ada bagian yang sangat penting untuk diperhatikan
seperti sarana dan prasana untuk pendidikan. Alat bantu pendidikan untuk proses
kegiatan belajar mengajar fisika bisa dikatakan terbatas dan perlu dikembangkan
seperti alat pelajaran, alat peraga, dan media pendidikan. Fasilitas yang memadai
dalam suatu sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
karena ini semua berhubungan langsung dalam kegiatan belajar mengajar di suatu
sekolah. Bahkan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah satu kunci
sukses dalam suatu pembelajaran fisika. Oleh karena itu, hal ini harus selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menjadi perhatian oleh semua pihak. Sarana dan prasana yang dimaksudkan
adalah menyangkut lingkungan fisik dan non fisik.
Dari pengalaman penulis semenjak sekolah yang namanya lingkungan fisik
secara umum sudah menunjang untuk proses belajar fisika. Secara umum
gambaran untuk sarana dan prasarana belajar di Kabupaten Kutai Barat sudah ada
meskipun terbatas tapi jika dibanding dengan sarana dan prasarana belajar di
pulau Jawa sangat ketinggalan. Hal ini dapat terlihat tidak semua sekolah di
Kabupaten Kutai Barat memiliki Lab. Dari pengalaman yang penulis pernah tahu,
kalaupun sarana dan prasarananya ada jumlahnya sangat terbatas dan pada
umumnya hampir tidak layak lagi digunakan buat belajar fisika karena alatnya ada
yang rusak. Misalnya di sekolah tempat penulis dulu sekolah, seharusnya kita
praktikum tapi karena keterbatasan alat atau tidak punya sama sekali akhirnya
siswa-siswi tidak jadi praktikum.
4. Kebiasaan Belajar Siswa
Kebiasaan belajar siswa merupakan hal yang menarik untuk dipelajari lebih
mendalam karena sukses atau tidaknya seorang siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar di sekolah ataupun di rumah sangat ditentukan oleh kebiasaan
belajarnya. Berdasarkan pengalaman penulis dan pemantauan penulis selama
menempuh pendidikan di SMA, hal mencolok yang sering kita lakukan adalah
sistim belajar yang kurang tertata dengan baik. Maksudnya siswa-siswi pada
umumnya hanya menunggu tugas ataupun penjelasan dari guru baru kita belajar.
Yang namanya mengkonstruksi pengetahuan sendiri sangat jarang kita lakukan
akibatnya dalam pola pikir kita terbentuk belajar itu harus ada guru dan penjelasan
darinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
5. Lingkungan Sekitar
Khusus untuk lingkungan sebenarnya belum banyak gangguannya dibanding
kota-kota besar seperti di Jawa, karena dunia internet dan dunia permainan seperti
play staysion, tempat-tempat hiburan lainnya belum banyak. Kalaupun ada
gangguan paling-paling kebiasaan nonton TV yang berlebihan tanpa mengenal
batas waktu. Namun dengan perkembangan jaman hal ini harus menjadi perhatian
serius oleh para guru dan orang tua. Karena saat ini perkembangan dunia
teknologi informasi semakin cangih dari tahun – tahun sebelumnya.
6. Lingkungan Keluarga
Keluarga pada umumnya cukup mendukung kita dalam belajar. Hal ini dapat
terlihat dengan dorongan semangat yang selalu mereka berikan agar kita rajin
belajar. Selain itu mereka juga sangat menaruh harapan besar kalau suatu hari
nanti kitalah yang akan memimpin diri sendiri, keluarga dan masyarakat dalam
kehidupan kita kelak.
7. Guru Fisika
Guru fisika pada umumnya sudah mampu menjelaskan setiap materi dengan
baik. Mengingat jumlah guru fisika yang sangat terbatas, siswa sering
diperlakukan sebagai bejana kosong yang siap di isi. Bahkan ada beberapa sekolah
tidak ada guru fisika sama sekali tapi ada kelas IPAnya, sedangkan fisika sudah
mulai diajarkan dari kelas X. Dengan demikian maka guru-guru yang ada harus
mengajar fisika meskipun bukan bidangnya. Dari pengalaman penulis guru fisika
terkadang cenderung lebih mementingkan terselesaikannya materi sebelum ujian
dimulai tanpa mempertimbangkan dengan seksama apakah siswa sudah mengerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
8. Cara Berpikir Siswa
Dari pengalaman penulis, cara berpikir siswa pada umumnya masih sangat
terbatas. Hal ini terlihat dengan kebingungan-kebingungan dari para siswa saat
ditanya oleh guru. Di sini terlihat sekali kalau siswa kurang siap untuk belajar dan
menerima penjelasan dari guru. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan belajar siswa
yang cenderung menunggu komando atau perintah dari guru baru belajar.
Kebiasaan seperti inilah yang harus dirubah oleh siswa-siswi itu sendiri dengan
didukung oleh semua pihak baik keluarga, lingkungan dan guru.
9. Harapan
Kabupaten Kutai Barat Kaltim mengalami banyak kendala dalam
mengahadapi kemajuan zaman saat ini antara lain dalam dunia pendidikan yang
masih bisa dikatakan tertinggal dibandingkan dengan pendidikan di luar seperti di
pulau Jawa ini. Pendidikan memang modal utama untuk memajukan suatu daerah.
Dengan melihat begitu besarnya harapan masyarakat terutama pada dunia
pendidikan saat ini maka penulis merasa tergerak untuk membuat desain
pembelajaran ini. Penulis juga sangat berharap dengan terselesaikannya skripsi
ini, kedepannya karya ini dapat dipergunakan untuk dijadikan sebagai salah satu
pedoman dalam mendesain pembelajaran fisika yang lebih baik demi mutu
pendidikan yang harus semakin berkualitas. Penulis juga berharap guru fisika bisa
lebih kreatif lagi dalam mengajar dan jumlah guru fisika di suatu sekolah segera
bertambah jumlahnya. Hal ini menjadi penting karena dari pengalaman penulis
guru-guru cenderung tergesa-gesa dalam mengajar agar materinya cepat selesai
karena satu orang guru tidak hanya bertanggungjawab pada satu kelas atau satu
mata pelajaran saja namun lebih dari itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
E. Beberapa Teori Pendidikan IPA
1. Teori Konstruktivisme Belajar
Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan
dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut filsafat konstruktivisme,
pengetahuan itu adalah bentukan (konstruksi) kita yang sedang menekuninya (von
Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989; Piaget 1971; Mattews, 1994 dalam Suparno,
2007 :8). Anak mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri tentang dunia, bahwa
mereka harus menghubungkan pengalaman-pengalaman baru dengan hal-hal
yang mereka harus ketahui, dan bahwa perjumpaan dengan fenomena yang
membingungkan terkadang dapat mendorong mereka untuk merubah pemahaman
mereka (Indianti, dkk, 2009 :50) . Bila yang menekuni siswa, maka penegetahuan
itu adalah bentukan siswa itu sendiri. Maka pengetahuan bukanlah sesuatu yang
sudah jadi, yang ada di luar kita, tetapi sesuatu yang harus kita bentuk sendiri
dalam pikiran kita. Pengetahuan seseorang akan suatu benda, bukanlah tiruan
benda itu, melainkan kontruksi pemikiran sesorang akan benda tersebut (Suparno,
2001: 122). Tanpa keaktifan siswa mencerna dan membentuknya, seseorang tidak
akan mempunyai pengetahuan. Pengetahuan bukanlah suatu yang lepas dari
subyek tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman
ataupun dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus
dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman
yang baru (Piaget, 1971 dalam Suparno, 2007: 8). Oleh sebab itu Piaget
menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang
dianggap tahu bila murid mengolah dan membentuknya sendiri (Piaget, 1967
dikutip Suparno, 2001 : 123).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Oleh karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang yang sedang
mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang telah jadi
dan mutlak. Pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu. Suatu proses
yang terus berkelanjutan menjadi lebih luas, lengkap dan sempurna. Pembentukan
pengetahuan bukanlah sesuatu yang langsung jadi tapi merupakan proses.
Misalnya pengetahuan kita akan listrik, awalnya kita tahu tentang listrik dari
melihat mengunakan listrik sehari-hari yang kita temukan di rumah, lalu di SD
mulai didalami mengapa terjadi seperti itu, dan selanjutnya di SMP dan SMA
semakin mendalam dan sempurna. Inipun baru lengkap setelah kita berada di
perguruan tinggi mengambil jurusan fisika. Dan meskipun kita sudah diperguruan
tinggi mengambil jurusan fisika kalau kita hanya mengambil S1 (sarjana
pendidikan fisika) penulis kira hal ini belumlah cukup jelas secara sempurna. Di
sini kita bisa mengetahui bahwa yang namanya pengetahuan itu tidak akan ada
habisnya.
a. Dampak Kontruktivisme Bagi Siswa
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah proses yang aktif di mana siswa
membangun pengetahuannya sendiri. Siswa mencari sendiri arti sendiri dari yang
mereka pelajari. Dalam proses itu siswa menyesuaikan konsep dan ide-ide baru
yang mereka pelajari dengan kerangka berpikir yang yang telah mereka punyai
(Betterncourt, 1989; Shymansky, 1992; Watts & Pope, 1989 dikutip Suparno,
2007: 13). Siswa sangat penting perannya karena mereka sendirilah yang harus
berbuat untuk dirinya sendiri. Mereka sendiri yang membuat penalaran dengan
apa yang dipelajarinya, dengan cara mencari makna, membandingkan dengan apa
yang telah mereka ketahui dengan pengalaman baru. Sangat jelas bahwa tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
keaktifan kognitif yang sungguh-sungguh, siswa tidak akan berhasil dalam proses
belajar mereka dalam hal apapun.
Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi suatu
perkembangan berpikir dengan membuat kerangka pengertian yang baru. Siswa
harus punya pengalaman dengan membuat hipotesa, meramalkan, mengetes
hipotesa, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban,
mengambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan
pertanyaan, dan mengekspresikan gagasan. Namun belajar yang sungguh-sungguh
akan terjadi apabila siswa mengadakan refleksi, pemecahan konflik pengertian,
dan selalu memperbaharui tingkat pemikiran yang tidak lengkap (Fosnot, 1989
dikutip Suparno, 2007: 13).
Setiap siswa mempunyai cara sendiri-sendiri untuk mengerti pelajaran fisika.
Setiap siwa mempunyai cara yang cocok untuk dia bisa memahami pelajaran
fisika. Maka penting bahwa setiap siswa mengerti kekhasan, keunggulan, dan
kelemhannya dalam mengerti bahan fisika. Dalam kerangka ini sangat penting
siswa dimungkinkan untuk mencoba bermacam-macam cara belajar yang cocok.
Dan bagi pengajar sangat penting untuk menciptakan bermacam-macam situasi
dan metode yang membantu siswa (Suparno, 2007 : 13).
Hal yang hendaknya guru sadari adalah siswa sudah membawa konsep-konsep
fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran formal di sekolah (Suparno, 2007 :14).
Misalnya mereka telah membawa konsep gerak, listrik, gaya dan magnet yang
mereka ketahui dalam kehidupannya sehari-hari. Permasalahannya adalah konsep
yang mereka punyai terkadang tidak cocok dengan para ahli fisika. Itulah yang
disebut dengan miskonsepsi (Suparno, 2007 :14). Pengetahuan awal itulah yang
perlu dikembangkan dan diluruskan dalam belajar fisika di sekolah. Mereka juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
membawa perbedaan intelektual, personal, emosional, sosial, kultural saat mereka
masuk di kelas. Ini semua mempengaruhi pemahaman mereka akan konsep-
konsep dalam fisika. Sebagai pengajar latar belakang itu sangat berguna untuk
dapat membantu siswa bisa belajar dengan baik.
Oleh karena pengetahuan dibentuk baik secara individual maupun sosial, maka
studi kelompok dapat dikembangkan dalam belajar fisika (Shymansky, 1992; Watt
& Pope, 1989 dikutip Suparno, 2007: 14). Menurut von Glaserfeld (1989 dikutip
Suparno, 2007: 14), dalam studi kelompok siswa yang bekerja bersama pada suatu
persoalan, harus mengungkapkan bagaimana mereka melihat persoalan itu dan apa
yang ingin ia buat dengan persoalan itu. Dengan kata lain meskipun siswa dalam
studi kelompok, namun setiap siswa harus memperlajari bahan yang akan
didiskusikan agar mereka bisa saling mengungkapkan gagasan yang mereka
punyai. Dan setiap gagasan yang terungkap apabila salah segera dibenarkan. Bagi
beberapa siswa belajar kelompok sangat menarik apalagi bagi mereka yang punya
inteligensi interpersonal, yaitu kemampuan memecahkan persoaalan dalam kaitan
hubungan antar manusia.
Konstruktivisme sosial menekankan bahwa belajar menyangkut
dimasukkannya seseorang dalam suatu dunia simbolik dan budaya orang-orang
terdidik yang terkait dengan bidang yang dipelajari (Driver dkk, 1994 dikutip
Suparno 2007: 14). Maka untuk membantu belajar siswa, mereka perlu
dimasukkan dalam situasi yang bergulat dan mengembangkan pengetahuan fisika
seperti musium fisika, laboratorium fisika, permainan-permainan yang
menggunakan prinsip fisika. Mereka juga perlu ditemukan atau dialog dengan
para ahli fisika, para penemu fisika yang dapat dijumpai di daerah mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dengan berkomunikasi dan mendengar langsung dari para ahli itu mereka
diharapkan lebih tertantang untuk menekuni fisika.
b. Dampak Kontruktivisme Bagi Guru
Kaum konstruktivisme beranggapan bahwa mengajar bukan memindahkan
pengetahuan dari otak guru ke siswa. Kaum ini mengatakan bahwa mengajar
adalah lebih merupakan kegiatan yang membantu siswa sendiri membangun
pengetahuannya. Maka peran guru fisika zaman ini seharusnya adalah hanya
sebagai mediator dan fasilitator, tidak lagi mentransfer pengetahuan yang ia
miliki ke siswanya. Dengan kata lain tugas guru hanya sebagai pembantu siswa
dalam proses mengkonstruksi pengetahuannya sendiri demi hasil yang lebih baik.
Tugas guru sebagai mediator dan fasilitator (Suparno, 2007: 15) adalah
sebagai berikut:
a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa ambil
tanggungjawab dalam membuat perencanaan belajar, melakukan proses
belajar dan membuat penelitian. Dengan kata lain guru hanya sebagai
penyedia berbagai hal yang di luar jangkauan siswa misalnya dengan
mengajarkan cara belajar fisika yang baik itu adalah dengan memperbanyak
latihan.
b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan mengkomunikansikan ide ilmiahnya (Watt &
Pope, 1989 dikutip Suparno, 2007:15). Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajak siswa berpergian kesuatu tempat yang dapat dijangkau dengan
tidak mengorbankan pelajaran yang lainnya. Misalnya siswa diminta naik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
perahu bersama untuk menyeberangi sungai Mahakam. Kemudian guru
lansung bisa mengkaitkan kegiatan ini dengan topik pelajaran fisika tentang
vektor.
c. Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.
Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung belajar
siswa. Guru dapat memotivasi siswa untuk belajar fisika karena fisika
sebenarnya merupakan salah satu ilmu alam semesta ini yang sangat dekat
dengan siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik (Tobin,
Tippins & Gallard, 1994 dikutip Suparno 2007: 15). Pengalaman konflik
yang bisa guru sediakan misalnya dengan bertanya kepada siswa mengapa
sinar matahari seakan-akan tidak pernah berakhir?
d. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa itu
jalan atau tidak. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana
perkembangan belajar siswa. Dengan demikian guru dapat melihat
kelemahan dan kelebihan yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga segera
melakukan perbaikan untuk mengatasi kelemahan siswa dan terus
meningkatakan kelebihan yang telah dimiliki siswa.
Secara ringkas pendekatan mengajar yang konstruktivis dapat diungkapkan
dalam sikap dan praktik berikut (Suparno, 2007: 17).
Sebelum guru mengajar
a. Guru mempersiapkan bahan yang mau diajarkan dengan saksama. Dengan
mempelajari isi bahan secara mendalam dan juga latar belakang historis dan
beberapa teknologi terkait. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
tanpa ini kita sebagai guru pasti tidak bisa berbuat banyak saat kita
berhadapan dengan siswa.
b. Guru mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan digunakan agar
pembelajaran lancar. Untuk guru yang berada di daerah kita harus belajar
lebih kreatif untuk merancang alat sederhana dalam menjelaskan topik yang
memang butuh alat. Namun hal yang mesti diingat alat itu harus masuk akal
atau realistis.
c. Guru mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif
belajar. Persoalan konkrit sehari-hari dapat digunakan untuk meransang
siswa berpikir. Misalnya bertanya kepada siswa saat siswa pergi ke sekolah
naik apa? Coba kalian (bagian yang pakai motor/bagi yang tidak naik
angkot coba kalian lihat jarum spidometer mobil yang kamu tumpang
berapa) amati berapa kecepatan rata-rata motor yang kamu kendarai hingga
kamu sampai di sekolah?
d. Guru perlu mempelajari pengetahuan awal siswa. Lewat pengetahuan awal
ini dia bisa membantu siswa mengembangkan pengertiannya. Hal ini dapat
dilakukan dengan bertanya hal-hal dasar kepada siswa contohnya apakah
definisi gaya itu dan bagaimana persamaanya? Dari jawaban ini guru dapat
mengetahuan sedikit kelemahan dan kelebihan siswannya sehingga guru
dapat menyesuaikan pengejaran fisika dengan metode yang paling cocok
untuk dipilih.
Selama proses pembelajaran
a. Siswa dibantu aktif belajar, menekuni bahan. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan pertanyaan di awal pelajaran. Kemudian siswa diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
waktu beberapa menit untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan guru
tersebut.
b. Siswa dipacu bertanya. Misalnya guru berkata ‘‘apakah siswa sudah
mengerti dengan penjelasan bapak atau ibu’’ kalau belum mengerti silahkan
bertanya.
c. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya sehingga guru
mengerti apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Saat siswa
mengungkapkan gagasannya guru hendaknya tidak lansung memberikan
tanggapan yang berlebihan apabila gagasan siswa kurang benar. Siswa
perlu diberi kesempatan beberapa menit untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan yang mereka dapat. Biarkan mereka memahami pelajaran
dengan caranya sendiri.
d. Guru perlu mengadakan evaluasi yang terus-menerus dan menyertakan
proses belajar dalam evaluasi itu. Evalusi ini penting dilakukan karena
sebagai tolak ukur keberhasilan guru mengajar pada hari bersangkutan. Ini
dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis
setelah pelajaran selesai. Misalnya apakah yang kalian ketahui tentang
gerak lurus beraturan? (Suparno, 2007: 18).
Sesudah proses pembelajaran
a. Guru perlu memberikan pekerjaan rumah, mengumpulkannya serta
mengoreksinya. Tanpa koreksi PR tidak banyak gunanya, karena siswa
yang keliru tetap keliru bila tidak ditunjukkan dimana dia keliru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
b. Guru memberikan tugas lain untuk pendalaman materi. Misalnya dengan
menugaskan siswa untuk mencari tahu di lingkungan mereka yang ada
kaitannya dengan pelajaran hari ini.
c. Tes yang membuat siswa berpikir, bukan hafalan perlu dikembangkan guru.
Misalnya menugaskan siwa untuk menganalisis kejadian disekitar
lingkungan mereka sesuai dengan pemahaman yang mereka punyai.
Sikap yang perlu dipunyai guru
a. Siswa dianggap bukan tabularasa, tetapi sebagai subyek yang sudah tahu
sesuatu.
b. Bila ditanya dan tidak dapat menjawab, guru tidak perlu marah dan
mencerca mereka. Lebih baik mengakuinya dan mencoba mencari bersama.
Perlu diingat oleh semua pengajar bahwa pada umumnya manusia tidak
suka dikritik ataupun disalahkan apalagi kalau dicerca.
c. Guru mengerti konteks bahan yang mau diajarkan sehingga dapat
menjelaskan secara kontekstual. Hal ini penting dilakukan karena
pengajaran yang mau diterapkan berdasarkan pada KTSP, di mana guru
diberi keleluasaan dalam menentukan proses belajar mengajar yang mau
dipakai.
d. Dalam belajar yang terpenting bukan bahan selesai, tetapi siswa belajar
untuk belajar sendiri. Siswa perlu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
agar mereka mempunyai pengalaman untuk belajar ketahap yang lebih
mendalam lagi atau untuk melatih mereka dalam berpikir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
e. Guru memberi ruang untuk boleh salah bagi siswanya. Siswa masih dalam
proses belajar, maka mereka boleh membuat kesalahan. Dari kesalahan itu
mereka mereka dapat dibantu berkembang (Suparno, 2007: 19).
2. Teori Multiple Intelligences
Teori multiple intelligences (inteligensi ganda) ditemukan dan dikembangkan
oleh Howard Gardner seorang profesor pendidikan dari Harvard University,
Amerika Serikat. Inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan situasi
yang nyata (Gardner, 1983 ; 1993 dikutip Suparno 2007 :21). Jelas bahwa
inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang menjawab suatu test IQ dalam
suatu kamar yang lepas dari konteks lingkungannya. Inteligensi dalam pengertian
Gardner bukan hanya kemampuan untuk memecahkan persoalan teoritis, tetapi
juga dalam pengalaman nyata dan dalam berbagai situasi. Misalnya, orang yang
ber IQ tinggi belum pasti sukses dalam menjalin hubungan dengan teman-teman
atau sukses dalam pertandingan olah raga atau bermain musik. Hal ini sisebabkan
karena pengukuran IQ lebih ditekankan pada inteligensi matematis-logis da
linguistik dan kurang memperhatikan inteligensi-inteligensi yang lain. Ini
menunjukan bahwa inteligensi itu merupakan kemampuan yang masih dapat
ditingkatkan. Disinilah pendidikan mempunyai fungsi, membantu agar setiap
inteligensi pada diri seseorang berkembang secara optimal.
Ada sembilan inteligensi yang dipunyai manusia sebagai berikut (Gardner,
1983 ; 1993 dikutip Suparno, 2004: 25-42).
1) Inteligensi Linguistik adalah kempuan untuk mengunakan dan mengolah kata-
kata secara efektif baik secara lisan atau tertulis seperti yang dimiliki para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, satrawan, pemain sandiwara,
maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa secara
umum dan khusus. Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan bebahasa
lancar, baik, dan lengkap.
2) Inteligensi Matematis-Logis adalah kemampuan yang berkaitan dengan
penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti yang dipunyai
mamatikus, saintis, programer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi
tersebut adalah kepekaan dalam pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan
perhitungan. Orang yang mempunyai inteligen matematis-logis sangat mudah
membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka
bekerja.
3) Inteligensi Ruang-Visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-
visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan
dekorator. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk
dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya
dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran
dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkapkannya dalam suatu
grafik.
4) Inteligensi Kinestik-Badani adalah kemampuan menggunakan tubuh atau
gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada
aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah. Dalam inteligensi ini termasuk
koordinasi dan fleksibilitas tubuh. Orang yang mempunyai inteligensi
kinestik-badani dengan mudah dapat menungkapkan diri dengan gerak tubuh
mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah diekspresikan
dengan tubuh gerak tubuh, dengan tarian dan ekspresi tubuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
5) Inteligensi Musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan,
mengeksprasikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Di
dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi; kemampuan
memainkan alat musik; kemampuan menyanyi; kemampuan untuk mencipta
lagu; kemampuan untuk menikmati lagu, musik, dan nyanyian. Orang yang
menonjol inteligensi musikalnya dengan peka terhadap suara dan musik.
Mereka dengan mudah belajar dan main musik secara baik.
6) Inteligensi Interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka
terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan
akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain termasuk juga dalam
inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai
orang. Inteligensi ini banyak dipunyai oleh para komunikator, fasilitator, dan
penggerak massa. Orang yang kuat dalam inteligensi interpersonal biasanya
sangat mudah bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan
orang lain.
7) Inteligensi Intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara
adaptatif berdasar pengenalan diri itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah
kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. Orang ini punya kesadaran
tinggi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk
mengambil keputusan pribadi. Iaa sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat
mengatur perasaan dan emosinya sehingga kalihatan sangat tenang. Oarang
yang menonjl dalam inteligensi intrapersonal biasanya mudah berknentrasi
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
8) Inteligensi Lingkungan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengerti
flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain
dalam alam natural; kemampuan memahami dan menikmati alam; dan
menggunakan kamampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan
mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang inteligensi lingkungan
tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan
dengan alam, mudah membuat identifikasi dan klasifikasi tanaman dan
binatang.
9) Inteligensi Eksistensial adalah seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan
terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya
menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba
menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Orang yang yeng punya
inteligensi eksistensial tinggi biasanya lebih suka bertanya akan segala
sesuatu.
a. Dampak Multiple Inteligences Bagi Siswa.
Siswa ternyata lebih mudah atau menangkap bahan yang diajarkan guru bila
bahan itu disajikan sesuai dengan inteligensi siswa yang menonjol (Gardner, 1983
dikutip Suparno 2007 : 24). Misalnya, bila siswa menonjol dalam inteligensi
musikal, supaya siswa mudah belajar bahan fisika, bahan tersebut dijelaskan
dengan menggunakan banyak bentuk musik, ritme, atau nyanyian. Bila siswa
menonjol dalam inteligensi kinestik-badani, bahan fisika dapat disajikan lebih
banyak menggunakan gerakan, dramatisasi, dan role playing. Bila siswa menonjol
dalam inteligensi interpesonal, bahan fisika dapat lebih disajikan dengan metode
belajar kelompok bersama teman-teman lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dalam membantu siswa belajar, sangat baik jika siswa dibantu untuk mengerti
inteleligensinya. Setelah itu, dia dibantu untuk menemukan cara belajar yang
cocok dengan inteligensinya. Dengan demikian, ia akan dapat belajar lebih
senang. Beberapa metode untuk mengerti inteligensi siswa antara lain dengan
cara: (1) tes inteligensi ganda; (2) mengamati reaksi siswa waktu guru mengajar
dengan berbagai inteligensi ganda; (3) mengamati gerak dan aktivitas siswa di
luar kelas; (4) nilai rapor dan portofolio kegiatan siswa.
Oleh karena inteligensi siswa berbeda-beda, maka cara belajar pun dapat
berbeda-beda, dan bervariasi. Maka sangat penting bagi guru untuk memberikan
kebebasan siswanya belajar fisika dengan berbagai cara. Siswa jangan hanya
diharuskan bekajar fisika dengan satu macam cara, misalnya problem solving. Hal
ini akan mematikan siswa yang inteligensinya yang kurang cocok. Yang juga
tidak kalah penting adalah, agar evaluasi pun disesuaikan dengan inteligensi
siswa. Misalnya, bila siswa kuat dalam inteligensi interpersonal, evaluasi dapat
disajikan dalam bentuk wawancara, dan bukan evaluasi tertulis (Suparno, 2007:
25).
b. Dampak Multiple Intelligences Bagi Guru.
Guru kebanyakan lebih suka mengajar dengan metode yang sesuai dengan
inteligensinya yang menonjol (Gardner 1983, dikutip Suparno 2007 : 25). Bila
guru itu menonjol dalam inteligensi matematis-logis, ia akan suka mengajar
dengan skematis, rasional, dan logis. Kalau guru kuat dalam inteligensi linguistik,
ia akan banyak mengajar dengan cerita, dan menjelaskan dengan kalimat.
Yang jadi soal kadang inteligensi yang kuat pada guru tidak sama dengan yang
ada pada siswa. Maka cara yang digunakan guru tidak disukai siswa. Untuk ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
karena tujuan guru adalah membantu siswa belajar, maka guru perlu
mengambangkan inteligensi yang sesuai dengan siswa, dan mengunakan cara
belajar yang sesuai dengan inteligensi siswa.
Oleh karena itu dalam satu kelas, dapat terjadi inteligensi siswa berbeda-beda,
maka guru perlu mengajar dengan berbagai model, sehingga setiap siswa merasa
dibantu. Tentu inteligensi yang paling banyak dipunyai siswa, akan lebih banyak
digunakan (Suparno, 2007: 26)
F. Konsep Berpikir Kritis
1. Berpikir kritis.
Menurut Johnson (2010) berpkir kritis adalah kemampuan untuk mengatakan
sesuatu dengan penuh percaya diri, “ Ide saya bagus karena berdasarkan alasan
yang logis,” atau “Ide anda bagus karena didukung oleh bukti yang kuat.” Berpikir
kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir
kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis
adalah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan
mengevaluasikan keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah
sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti,
asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain berdasarkan
kemampuan yang telah dimiliki. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai
pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud di balik
ide yang mengarahkan hidup kita setiap hati. Pemahaman mengungkapkan makna
di balik suatu kejadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2. Pentingnya Berpikir Kritis.
Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikit kreatif
menghadapi persoala-persoalan penting, serta menanamkan kebiasaan untuk
berpikir (Sizer, 1992 dikutip Johnson 2010 : 181). Mengingat pentingnya
melatihkan berpikir kritis selama pembelajaran, guru-guru seharusnya
memberikan perhatian pada keterampilan tersebut selama pembelajaran karena
siswa yang memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka baik pula
kemampuannya dalam menyusun strategi dan taktik agar dapat meraih kesuksesan
dalam persaingan global di masa depan. Melalui berpikir kritis, siswa diajak
berperan serta secara aktif dan efektif untuk membangun pengetahuannya sendiri
(King, 1994; Mayborn dan Lesher, 2000; Sullenger et al., 2000 dalam NN, 2011).
Peranan guru untuk mengembangkan berpikir kritis dalam diri siswa adalah
sebagai pendorong, fasilitator, dan motivator. Tidak ada kata terlambat bagi guru
untuk melakukannya karena berpikir kritis dapat dipelajari dan ditingkatkan
bahkan pada usia dewasa. Agar proses berpikir kritis terjadi dalam pembelajaran
diperlukan adanya perencanaan yang spesifik pada materi, konstruk, dan kondisi.
Materi dalam kurikulum disusun secara sistematis agar dapat dengan mudah
diasimilasi. Konstruk bertujuan agar siswa dapat membangun struktur kognitifnya.
Kondisi dimaksudkan agar siswa belajar sesuai dengan urutan untuk
mengembangkan struktur kognitifnya dan menggunakan struktur kognitifnya
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Berpikir kritis dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman siswa
yang bermakna. Pengalaman tersebut dapat berupa kesempatan berpendapat
secara lisan maupun tulisan layaknya seorang ilmuwan (Curto dan Bayer, 2005
dikutip Feldman, 2010 :21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Bila didasarkan kepada tingkat perkembangan kognitif (Piaget, 1981 dikutip
Triyanto, 2010 : 70) maka usia siswa sekolah menengah termasuk ke dalam
tingkat berpikir operasional formal, dimana seorang anak dapat berpikir logis,
berpikir dengan pemikiran teoritis, dan dapat mengambil kesimpulan. Maka pada
tahap ini, proses berpikir kritis sudah dapat dikembangkan.
3. Stategi Pembelajaran Berpikir Kritis.
Teaching Resource Center Universitas Tennessee di Chattanooga
(Walker,1997 dikutip Katamso, 2009: 41-43) menawarkan ada delapan strategi
yang berpotensi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berikut ini
merupakan gambaran kedelapan strategi tersebut:
a. CATS (Classroom Assessment Techniques), Strategi ini menekankan
perlunya sistem penilaian untuk memonitor dan memfasilitasi berpikir kritis
siswa. Caranya adalah dengan memberikan tugas menulis singkat kepada
siswa yang isinya merespons pertanyaan sebagai berikut : Adakah sesuatu
yang penting saat siswa belajar fisika hari ini ? Pada materi yang telah
disampaikan bagian manakah yang menggugah pikiran siswa? Hal lainnya
adalah dengan memberikan siswa soal quis.
b. CLS (Cooperative Learning Strategies). Strategi ini menekankan pada
pengaturan siswa agar berlajar bekerja sama dalam kelompok. Dalam
kelompok-kelompok itu siswa mendapat kesempatan untuk aktif dan
mendapat respons langsung dengan frekuensi tinggi dari siswa lain.
Misalnya dengan memberi siswa tugas mengukur panjang lebar meja
belajar siswa.
c. Metode Diskusi dan Studi Kasus. Strategi ini ditandai dengan mengajukan
kasus atau cerita yang disampaikan guru tanpa kesimpulan atau jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
keluar. Siswa ditantang untuk mencari kesimpulan dan akhir cerita melalui
diskusi dengan teman-temannya. Misalnya mengapa kedua benda saat
dijatuhkan dari ketinggian yang sama memiliki waktu jatuh yang sama
pula?
d. Penggunaan pertanyaan. Strategi ini ditandai dengan adanya pertanyaan-
pertanyaan yang disusun baik oleh siswa perkelompok maupun pribadi.
Pertanyaan yang telah mereka buat saling mereka tanyakan kepada siswa
atau kelompok lain. Hal ini bisa diterapkan kalau siswa sudah paham materi
yang telah diajarkan agar pertanyaan siswa tidak mengambang. Guru
mengajukan pertanyaan pancingan misalnya, benarkah grafik kecepatan
tetap terhadap waktu lurus sepanjang sumbu x positif jika di gambar pada
salib sumbu kartesius?
e. Conference Style Learning. Strategi ini berisi kegiatan semisal konferensi.
Siswa diberi bahan yang harus mereka pahami kemudian
mempresentasikannya di depan kelas. Tanya jawab dilangsungkan setelah
presentasi tersebut. Sesekali siswa di minta mencatat suatu materi pelajaran
fisika dari sumber yang telah guru persiapkan misalnya, rangkumlah pokok
materi besaran dan satuan dari buku panduan.
f. Pemberian tugas menulis. Strategi ini didasari pemikiran bahwa menulis
adalah dasar pengembangan keterampilan berpikir kritis. Dengan
penugasan menulis, guru dapat menggugah penalaran dialektik siswa ketika
membuat argumen dari beberapa segi tentang suatu isu. Misalnya dengan
menugaskan siswa mencatat dari internet tentang kejadian yang baru
terjadi, misalnya gerhana matahari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
g. Dialog. Strategi ini dikemukakan oleh Robertson dan Rane Szostak (dalam
Katamso, 2010: 43) dalam dua bentuk yaitu dialog bahan tertulis dan dialog
spontan. Pada dialog bahan tertulis, tiap siswa harus mengidentifikasi
perbedaan sudut pandang dari setiap partisipan. Dari dialog tersebut mereka
dilatih menemukan bias, penggunaan bukti, dan alternatif penafsiran. Hal
ini bisa dilakukan dengan eksperimen di kelas.
h. Ambigu. Strategi ini dikemukan Strohm dan Baukus (dalam Katamso, 2009
:34) yang ditandai penciptaan situasi ambigu di dalam kelas. Siswa tidak
diberi materi yang tuntas. Ketidaktuntasan materi mengakibatkan konflik
informasi yang menuntut siswa mencari jalan keluarnya. Dalam pelajaran
fisika misalnya dengan menyisakan rumus-rumus tertentu untuk siswa
selesaikan.
G. Metode Mengajar
Berdasarkan pengalaman penulis selama belajar fisika di SMA (Kutai Barat
Kaltim), model pengajaran yang sering digunakan guru adalah ceramah. Guru sendiri
menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan prinsip atau bahan fisika kepada siswa.
Model ceramah tersebut disebut model ceramah klasik (Suparno, 2007: 160).
Biasanya siswa hanya menjadi pendengar atau guru mengajar namun siswa pasif.
Guru lebih banyak mengunakan model ceramah klasik tidak sepenuhnya salah
karena kondisi sekolah di daerah cukup memprihatikan baik dari kemampuan guru
yang mengajar fisika, dan fasilitasnya yang disediakan oleh sekolah. Terkadang
siswa-siswi hanya disuruh meringkas materi fisika secara mandiri tanpa penjelasan
lebih lanjut. Selain itu, Guru di daerah sangat terbatas jumlahnya sehingga metode
ceramahlah yang sering digunakan untuk mengajar. Model ceramah tidak
sepenuhnya tidak baik dalam mengajar fisika, yang terpenting model ceramah harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
digabung dengan model yang lainya seperti model ceramah siswa aktif supaya siswa
tidak pasif. Guru sering bertanya kepada siswa dan siswa diminta berpikir sebentar
atau menjawab pertanyaan itu. Kadang guru mengajak siswa-siswi berdiskusi di
dalam sebentar, atau siswa mengerjakan persoalan terkait. Dengan demikian siswa-
siswi tidak melulu mendengarkan saja, tetapi aktif mengolah bahan lewat menjawab
pertanyaan, dan mengerjakan persoalan yang ditawarkan oleh guru (Suparno,
2007:160).
Dari pengalaman yang penulis jumpai selama belajar di SMA (kabupaten kutai
barat kaltim), maka penulis mencoba merumuskan beberapa metode mengajar fisika
yang sesuai dengan konteks wilayah sebagai berikut:
1. Metode Demontrasi.
a. Pengertian
Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang artinya
pertunjukkan. Model pembelajaran dengan mengunakan metode
demonstrasi diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual
supaya siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam
pelajaran fisika. Tujuannya sangat jelas agar siswa lebih memahami bahan
yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah
dimengerti. Model demonstrasi dapat menolong siswa untuk mengamati
sesuatu yang nyata dan bagaimana cara bekerjanya proses tersebut
(Suparno, 2007: 142).
Model demonstrasi ini dapat bersifat konstruktivis bila dalam
demonstrasi guru tidak hanya menunjukkan proses atau alatnya, tetapi
disertai banyak pertanyaan yang mengajak siswa berpikir dan menjawab
persoalan yang diajukan. Maka demonstrasi yang baik selalu diawali oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga siswa berpikir dan membuat
hipotesis ataupun ide awal. Setelah itu baru guru menunjukkan
demontrasinya dan siswa dapat mengamati apakah yang mereka pikirkan
dan jawabkan itu sama dengan yang mereka amati. Selama proses
demonstrasi berlangsung baik di awal ataupun di akhir demonstrasi guru
tetap boleh terus bertanya kepada siswa dengan pertanyaan yang terus
berkesinambungan itu, siswa diharapkan dapat terbantu untuk
mengembangkan gagasannya dan aktif berpikir. Dengan demikian, siswa
bukan hanya melihat, tetapi aktif memikirkan, mengolah proses itu dalam
pikirannya, dan mengambil kesimpulan. Hal ini penting dilakukan agar
siswa tidak pasif dan pembelajaran yang konstruktivis dapat terwujud.
b. Bagaimana merencanakan demonstrasi yang baik
Agar demonstrasi sungguh berjalan dengan baik sesuai dengan yang
direncanakan dan sungguh dapat membantu siswa mengerti, perlulah guru
mempersiapkan apa yang mau didemonstrasikan, peralatannya dan juga
kesiapan menyajikannya. Hal-hal yang dapat guru persiapkan antara lain
(Suparno, 2007: 143-144) sebagai berikut:
Guru mengidentifikasi prinsip atau konsep fisika yang mau
diajarkan. Kemudian membuat design demonstrasi macam apa
yang mau digunakan untuk menjelaskan prinsip atau konsep fisika
yang mau diajarkan.
Bila prinsip yang mau dijelaskan panjang, sebaiknya dipotong
menjadi lebih pendek dan kecil sehingga mudah dijelaskan. Namun
terkadang demonstrasi perlu perbagian makanya guru harus pandai
membaca situasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Rencanakan agar siswa sungguh terlibat dalam proses demonstrasi,
misalnya siswa diminta maju ke depan kelas untuk melakukan
pengukuran sendiri.
Rencanakan peralatan yang digunakan secara teliti. Bila kelas kita
luas, maka peralatan demonstrasi dipilih yang lebih besar sehingga
nampak dari belakang.
Cobalah peralatan demonstrasi itu sebelum pelajaran dimulai,
sehingga guru siap dan tidak grogi dalam pelajaran sesungguhnya
karena alat tidak berfungsi dengan baik.
Persiapkan pertanyaan bagi siswa agar lebih terarah.
Demonstrasi sebaiknya tidak lamban sehingga dapat membuat
siswa bosan; juga tidak terlalu cepat sehingga siswa tidak mengerti
apa-apa. Yang terpenting guru mengerti situasi siswa.
c. Hal yang perlu diperhatikan selama demonstrasi berlangsung
Secara rinci ditekankan apa yang perlu diperhatikan selama guru
melakukan demonstrasi, (Trowbridge & Bybee, 1996 dikutip Suparno,
2007: 144) yaitu:
Sebaiknya siswa yang duduk di kursi bagian belakang diminta
maju ke depan agar demonstrasi dapat mereka lihat dengan jelas.
Bicaralah yang keras agar siswa dapat mendengar apa yang guru
katakan.
Libatkan siswa dalam proses, misalnya ikut mengamati, mengukur,
mencatat hasil dan lain-lain.
Mulailah dengan pertanyaan awal, suruh siswa membuat hipotesis,
baru mulai ditunjukkan demonstrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Jelaskan apa yang guru lakukan, tujuannya dan prosesnya.
Bila guru bertanya kepada siswa, beri waktu mereka untuk berpikir
terlebih dahulu.
Gunakan papan tulis untuk menulis tujuan dari demo ini sehingga
siswa menjadi jelas dan lebih terfokus.
Dalam mengambil kesimpulan, biarkan siswa menyimpulkan lebih
dulu.
Kadang demonstrasi perlu diulang beberapa kali agar jelas bagi
siswa.
Dalam pelaksanaan demonstrasi perlu step by step, jangan loncat-
loncat sehingga siswa dapat menangkap apa yang guru
demonstrasikan.
d. Beberapa model demonstrasi
Berdasarkan siapa yang aktif melakukan demonstrasi, apakah guru
atau siswa, dapatlah dikelompokkan beberapa model demonstrasi (Suparno
2007: 145), yaitu:
Guru yang berdemonstrasi dan siswa sebagai pengamat. Di sini
siswa kurang berpartisipasi.
Demonstrasi dilakukan bersama oleh guru dan siswa. Misalnya
siswa ikut mengukur, mengamati, mengumpulkan data, menjawab,
menunjukkan alatnya dan lain sebagainya.
Dilakukan oleh sekelompok siswa, yaitu mereka yang telah
ditunjuk sebelumnya sehingga mereka dapat mempersiapkan diri
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Dilakukan oleh siswa secara pribadi, yaitu siswa yang telah
ditunjuk dan siswa yang menawarkan diri namun guru harus
membimbing sebelumnya agar kesalahan tidak mencolok saat
presentasi dapat diminimalisir.
Dilakukan oleh tamu undangan yang telah ditunjuk sebelumnya
untuk mendemonstrasikan peralatan yang berhubungan dengan
topik yang sedang dipelajari.
e. Kelebihan metode demonstrasi
Banyak guru suka menggunakan metode ini untuk mengajar fisika
karena mereka beranggapan bahwa metode ini (Katamso, 2010 :50):
Murah karena peralatan yang disediakan sedikit, sedangkan dalam
praktikum biayanya lebih mahal karena peralatannya banyak.
Untuk sekolah-sekolah yang ada di daerah khususnya di Kabupaten
Sintang maka metode ini cukup baik untuk diterapkan.
Sekolah di daerah sangat terbatas peralatannya sehingga praktikum
sepertinya sulit untuk dilakukan. Selain itu peralatan untuk
praktikum belum tentu ada dijual di pasaran tedekat.
Dalam pelaksanaan demontrasi waktunya cukup singkat
dibandingkan dengan praktikum karena demonstrasi biasanya guru
sendiri yang melakukannya.
Keamanan alat untuk demonstrasi cukup terjamin walaupun
demonstrasinya harus menggunakan peralatan yang mudah pecah
karena yang melakukan guru sendiri.
Guru tetap dapat memberikan pertanyaan rangsangan kepada siswa
untuk berpikir kristis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
f. Kelemahan metode demonstrasi dan cara mengatasinya
Beberapa kelemahan metode demonstrasi (Sund, 1973 dikutip
Katamso, 2010 :51) sebagai berikut:
Demonstrasi tidak selamanya berhasil atau sukses meskipun sudah
diuji sebelumnya. Dengan kata lain kemungkinan gagalnya cukup
besar. Dengan demikian sebaiknya guru yang melakukan
demonstrasi.
Tidak semua topik dalam mata pelajaran fisika dapat diajarkan ke
siswa dengan metode demonstrasi.
Tidak semua guru mau repot karena demonstrasi perlu kreativitas
yang tinggi.
Jika merangkai alat dan membaca skalanya bisa salah.
Demonstrasi perlu skill dan ketelitian yang cukup memadai
Dari hal yang telah disebutkan di atas maka terlihat jelas bahwa faktor
guru sangat menentukan berjalan atau tidaknya demonstrasi. Namum
demikian sebaiknya demonstrasi dilakukan oleh guru dan siswa agar siswa
tidak hanya jadi penonton, minimal libatkan mereka untuk mencatat data
ataupun mengamati dengan seksama agar mereka mengerti dan bisa
menarik kesimpulan.
2. Metode Ekperimen atau Laboratorium
Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar yang
mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan
bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Jadi lebih untuk
mengecek supaya siswa semakin yakin dan jelas akan teorinya. Metode ini
sering disebut metode laboratorium (praktikum) karena percobaan biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dilakukan di laboratorium (Suparno, 2007 :77). Biasanya metode ekperimen
bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum
yang sudah ditemukan oleh para ahli. Namun dalam praktek guru dapat pula
melakukan ekperimen untuk menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal
ini dianggap teori atau hukum itu belum ditemukan, dan siswa diminta untuk
menemukannya. Tentu guru sudah tahu teori atau hukum sebelumnya dan bagi
guru arah eksperimen jelas! Dengan metode ini siswa dapat merasa bangga
dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri.
Metode eksperimen dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
eksperimen yang terencana atau terbimbing dan eksperimen bebas (Suparno,
2007 :78). Dalam banyak pembelajaran fisika di SMA kebanyakan eksperimen
dipilih yang terbimbing atau terencana. Alasan utamanya dengan model
eksperimen terbimbing hasilnya akan cepat selesai dan lebih teratur dan
terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung. Terlebih siswa-siswi di daerah
terpencil, kalau metode ini dipakai maka harus mengunakan ekeperimen
terbimbing. Dalam eksperimen hal yang semestinya diketahui guru adalah
seluruh jalan percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan
dilakukan oleh siswa. Langkah – langkah yang harus dibuat siswa, peralatan
yang harus digunakan, apa yang harus diamati dan diukur semuanya sudah
ditentukan sejak awal. Tentu hasil kesimpulan tergantung data yang mereka
lakukan. Biasanya ada petunjuk langkah-langkah yang harus dilaksanakan
oleh siswa, ada lembar kerja siswa (LKS). Lain halnya dengan eksperimen
bebas, pada eksperimen bebas guru tidak memberikan petunjuk pelaksanaan
percobaan secara rinci. Dengan kata lain siswa harus banyak berpikir maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
eksperimen bebas ini kurang efektif kalau memang mau diterapkan pada anak
SMA di daerah terpencil.
3. Metode Ceramah Siswa Aktif
a. Pengertian
Model ceramah adalah model pembelajaran di mana guru sendiri
menerangkan dengan kata-kata, mejelaskan prinsip atau bahan fisika
kepada siswa. Biasanya siswa hanya mendengarkan apa yang
diceramahkan guru (Suparno, 2007 :160). Terkadang guru sambil ceramah
menjelaskan dengan menulis di papan tulis, sehingga dapat lebih pelan-
pelan menerangkan prinsip fisika kepada siswa.
Dengan model ceramah siswa aktif, guru bukan ceramah seperti di atas
saja, tetapi di antara ceramah atau penjelasannya, guru sering bertanya
kepada siswa dan siswa diminta sebentar berpikir atau menjawab
pertanyaan itu (Suparno, 2007 :160). Kadang guru bisa mengajak siswa
berdiskusi di dalamnya sebentar, atau siswa diminta mengerjakan
persoalan yang terkait. Dengan demikian maka siswa tidak melulu
mendengarkan saja, tetapi juga aktif mengolah bahan lewat menjawab
pertanyaan, diskusi, dan mengerjakan persoalan yang ditawarkan guru.
Pada umumnya metode ceramah harus digabung dengan metode mengajar
yang lainnya, supaya siswa mau aktif belajar dan berpikir membangun
pengetahuannya. Dengan demikian model ini masih dapat dikatakan
konstruktivis.
b. Unsur-unsur ceramah siswa aktif
Adapun unsur-unsurnya sebagai berikut (Suparno, 2007 :160)
Ceramah, guru menjelaskan suatu materi pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Diselingi pertanyaan, diskusi, mengerjakan soal.
Agar ceramah menarik perlu digunakan media lain seperti power point
bagi sekolah yang fasilitasnya memenuhi. Namun untuk sekolah di
daerah guru harus cari media lain yaitu back to nature. Semua ini
tentunya harus dilakukan sesuai dengan konteks materi yang diajarkan
pada saat itu.
Yang sangat penting: berbicara keras, jelas, sistematis, menarik siswa,
dan memberikan beberapa contoh yang sesuai dengan keadaan siswa.
c. Keuntungan metode ceramah siswa aktif
Keuntungan menggunakan metode ceramah aktif (Katamso, 2009 :57):
Waktu mengajar lebih efektif
Guru tidak terlalu repot
Tidak terhalangi oleh faktor apapun juga karena hanya ceramah.
Kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit.
Metode yang paling aman untuk guru yang baru mulai mengajar.
d. Kerugian metode ceramah siswa aktif
Kerugian menggunakan metode caramah aktif (Katamso, 2009 : 57):
Siswa cepat bosan dan ngantuk apalagi penyampaian materi oleh guru
monoton.
Tidak semua penjelasan dari guru dapat ditangkap siswa secara jelas.
Karena berdasarkan penelitian manusia pada umumnya hanya dapat
belajar dengan 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita
dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan
kita dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
katakan dan lakukan (Budi, 2004 dikutip Katamso, 2009: 57). Untuk
itu kreativitas guru menyampaikan materi sangat menentukan.
4. Model Diskusi Kelompok
Model diskusi adalah model pembelajaran dengan pembicaraan
kelompok yang bersifat edukatif, reflektif, terstruktur dengan dan bersama
siswa lain (Kindvatter dan teman-teman, 1990: 278 dikutip Suparno, 2007:
129) intinya adalah pembicaraan, di antara siswa dengan siswa mengadakan
pembicaraan, saling tukar gagasan dan ide dengan yang lain; bahkan dapat
juga saling bertukar perasaan.
Diskusi adalah pembicaraan yang bersifat edukatif, artinya demi tujuan
tertentu sesuai dengan arah yang ingin dicapai. Maka biasanya ada persoalan
yang akan dibicarakan bersama atau yang ingin dipecahkan bersama.
Berpikir reflektif artinya agar siswa berpikir kritis dan kreatif dalam
pembicaraan tentang persoalan yang ada. Jadi bukan hanya asal bicara, tetapi
kritis dalam menanggapi persoalan yang sedang didiskusikan. Maka akan
keluar gagasan yang lebih mendalam dan rasional.
Terstruktur artinya jalannya diskusi itu diatur, diarahkan oleh seorang
pemimpin dalam hal ini adalah guru sendiri. Jadi bukan hanya asal ngomong,
tetapi diarahkan ke hasil yang ingin dicapai. Makanya harus ada notulen dalam
diskusi. Dalam grup yaitu dalam kelompok siswa, dalam kebersamaan dengan
teman .
Diskusi dengan siswa-siswa lain adalah cara yang baik untuk
mengungkapkan pengetahuan siswa (Farmer, 1985 dikutip Suparno, 2007:
129). Diskusi dengan teman lain tentang konsep yang baru saja dipelajari akan
membuat mereka tertantang mengerti lebih dalam. Mereka saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mengungkapkan konsep dan gagasan mereka masing-masing, mendengarkan
gagasan teman lain, memperdebatkannya secara argumentatif rasional gagasan
mereka yang berbeda. Dari perdebatan itu, mereka yang mempunyai gagsan
tidak benar, dapat memperbaiki gagasannya dengan mengambil gagasan
teman lain yang benar. Sedangkan kalau gagasan mereka benar, mereka
menjadi lebih yakin akan kebenaran gagasan itu.
Yang diperlukan dalam diskusi kelompok adalah bahwa mereka dipacu
untuk terlibat aktif dalam diskusi. Siswa perlu dibiasakan mengekspresikan
apa yang mereka pikirkan. Agar mereka semua ikut aktif, jumlah anggota
kelompok perlu dibatasi misalnya maksimal lima orang dalam satu kelompok.
Bila jumlahnya terlalu banyak kemungkin siswa lain akan pasif sangat besar,
makanya harus dibuat demikian.
Diskusi sebaiknya banyak digunakan oleh para guru karena hal ini
dapat memacu siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi dapat
tersalurkan dengan benar. Selain dari itu, diskusi dapat mengajarkan kepada
siswa tentang berdemokrasi yang benar dan ini sangat berguna untuk hidupnya
di masyarakat. Karena dalam diskusi siswa diajarkan saling menghargai dan
belajar untuk saling mendengarkan pendapat orang lain demi hasil yang lebih
baik.
a. Manfaat diskusi
Gall dan Gall (1990, dalam Kinsvatter dkk, hal 238, dikutip Suparno,
2007: 130) berpendapat bahwa diskusi sangat berguna dan efektif dalam
pembelajaran, termasuk pembelajaran fisika antara lain:
Siswa dapat menguasai bahan fisika yang diajarkan guru bukan hanya
sekedar hafalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Siswa dapat memecahkan berbagai persoalan fisika secara bersama.
Perkembangan moral siswa. Dengan diskusi, siswa dilatih
mengembangkan nilai moral seperti saling menghargai nilai orang lain,
gagasan orang lain, saling bekerjasama dan terbuka.
Dapat mengubah tingkah laku siswa, yaitu mereka bisa jadi lebih
sopan, lebih menghargai teman, ngomong secara benar dan rasional.
Dapat menambah keterampilan komunikasi siswa, karena dalam
diskusi masing-masing siswa mempunyai kesempatan yang sama
untuk mengeluarkan ide mereka.
b. Kerugian diskusi kelompok
Sebaik apapun suatu metode pembelajaran tetap ada kerugiannya.
Metode diskusi kelompok juga mempunyai beberapa kerugian atau
kelemahan antara lain (Katamso, 2009:55):
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua siswa dalam
diskusi berani mengeluarkan idenya. Makanya guru harus tetap
mengontrol jalannya diskusi.
Biasanya dalam diskusi kelompok siswa bukannya mengerjakan
persoalan yang mereka harus selesaikan tapi ngomong masalah yang
lainnya.
Diskusi kelompok memakan banyak waktu karena dalam diskusi
kelompok siswa biasanya suka menunda-nunda untuk menyelesaikan
diskusinya.
Guru kesulitan dalam penilaian karena guru tidak mengetahui
kemampuan siswa secara personal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Untuk mengatasi berbagai kelemahan diskusi di atas maka guru sebagai
peminpin tertinggi dalam diskusi kelompok harus pandai membaca situasi dan
kondisi. Hal terpenting yang harus dibuat guru untuk mengendalikan situasi
dan kondisi diskusi kelompok adalah dengan ngomong di awal sebelum
diskusi’’ misalnya, saya akan memberikan nilai tambahan kepada siswa dan
kelompok yang berdiskusi secara maksimal, dan saya juga tidak segan untuk
menegur siswa sekalian kalau memang itu perlu saya lakukan kepada siswa ’’.
Hal ini perlu dilakukan karena dalam keadaan sadar atau tidak sadar bahwa di
dalam otak primitif manusia hanya mengenal dua kebutuhan mendasar yaitu
menghindari sengsara dan mencari nikmat (Katamso, 2009 : 55).
5. Peta Konsep
Peta konsep (concept map) adalah suatu gambaran skematis untuk
mempresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitan antar konsep-konsep.
Peta ini mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara konsep-
konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok (Novak & Govin, 1984
dikutip Suparno, 2007 : 147). Peta konsep disusun hirarkis, konsep yang lebih
umum berada di atas dalam peta itu, sedangkan yang khusus di bawah. Dalam
peta konsep, konsep-konsep disusun hirarkis dan relasi antar konsep
diletakkan diantara konsep-konsep dengan anah panah.
Peta konsep dengan jelas menunjukan konsep pokok dari suatu bahan
atau topik dan bagaiman relasi dan hubungan antara konsep-konsep yang ada.
Dari peta itu kita dapat mengerti secara garis besar inti dari sesuatu topik atau
bahan yang kita ajarkan kepada siswa.
Peta konsep ini dapat digunakan untuk mengajarkan fisika kepada
siswa. Bila guru dapat membantu siswa mengerti konsep dasar dari suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
bahan, maka kita dapat yakin bahwa siswa menguasai bahan itu secara garis
besar. Keunggulan peta konsep terletak pada pemahaman yang terwakili di
dalam peta konsep yang dihasilkan, proses pembuatan peta konsep, dan
potensi proses memfasilitasi satu hubungan yang wajar antar guru dan siswa
(Munthe, 2009 :23).
Ada beberapa cara untuk mengajarkan bahan fisika dengan peta
konsep (Suparno, 2007 :148) yaitu:
c. Guru menerangkan suatu bahan fisika dengan memakai peta
konsep. Dari peta konsep itu guru menjelaskan masing-masing
konsep yang ada dan kaitan satu dengan yang lain dengan segala
contohnya. Dengan cara ini, peta konsep digunakan sebagai suatu
rangkuman keseluruhan. Peta konsep membantu guru untuk
dengan mudah menjelaskan bahan fisika kepada siswa denagn
jelas dan terarah. Kelemahan model ini adalah siswa pasif dan
guru sendiri yang aktif.
d. Siswa yang membuat peta konsep dan guru yang membantu.
Dalam cara ini, siswa diminta oleh guru secara bebas membuat
peta konsep suatu bahan. Misalnya sebelum bahan itu dibahas,
siswa diminta membaca dirumah. Pada saat di sekolah, siswa
diminta membuat peta konsep sendiri. Setelah itu guru meminta
agar siswa menjelaskan peta konsepnya dan relasi yang ada. Bila
ada konsep yang tidak tepat dan relasi yang tidak tepat, guru
mempertanyakan mengapa itu terjadi? Lalu guru membantu agar
siswa memperbaiki peta konsepnya. Dengan cara membuat peta
konsep sendiri, siswa ditantang untuk berpikir mengenai konsep-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
konsep fisika yang ada dan relasi yang ada. Disinilah siswa
sungguh belajar membangun pengetahuan mereka (Suparno, 2007
:149).
e. Peta konsep dibangun dengan metode lain. Peta konsep dapat juga
digunakan dalam mengajar dan digabungkan dengan metode lain
sehingga lebih tepat dan membuat siswa sungguh belajar lebih
mendalam dan baik. Misalnya digabungkan denagan metode
diskusi, metode presentasi, dan metode ceramah dari guru.
H. Evaluasi Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) salah satu komponen
kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenan dengan proses dan hasil
belajar siswa (Amri & Ahmadi, 2010 :117) karena penilaian merupakan suatu unsur
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Dengan demikian proses
penilaian perlu diatur sendiri oleh gurunya. Telah dijelaskan bahwa penulisan desain
ini akan melakukan pembelajaran fisika yang kontekstual dengan daerah di
Kabupaten Kutai Barat (Kaltim), mengaktifkan siswa dan melatih siswa berpikir lebih
kritis dalam memecahkan soal-soal fisika, maka beberapa aspek penilaian yang
penulis buat setelah siswa mengikuti proses pembelajaran fisika adalah sebagai
berikut: a). Pengamatan sikap dan minat siswa terhadap pelajaran fisika. b).
Pengamatan keaktifan tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi. c). Penilaian tes
keterampilan dan pengamatan melakukan eksperimen atau praktikum. d) Pengamatan
tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika.
a. Pengamatan sikap dan minat siswa terhadap pelajaran fisika
Beberapa hal yang layak untuk diperhatikan dari sikap dan minat siswa adalah
apakah siswa punya antusias dalam belajar fisika atau tidak antusias dalam belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
fisika. Guru mesti memberikan kredit yang lebih kepada siswa yang bersikap
antusias dan kurang kepada yang tidak antusias. Untuk lebih jelasnya penilaian
sikap minat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Lembar penilaian sikap dan minat.
No Nama Siswa
Sangat antusias
Skor (4)
Antusias
Skor (3)
Cukup
Skor (2)
Kurang
Skor (1)
Keterangan berupa catatan khusus untuk
siswa.
1
Intan
4
Perlu ditingkatkan sikap dan minatnya.
2
Sari
2
Diberi motivasi.
Total
Dari nilai total dapat dilihat kebanyakan siswa antusias atau tidak dalam
belajar fisika. Guru dalam menilai dan mengevaluasi memperhatikan kejadian-
kejadian yang menonjol yang berkaitan dengan sikap dan minat siswa. Kajadian-
kejadian yang menonjol adalah kejadian-kajadian yang perlu mendapat perhatian,
atau perlu diberi peringatan dan penghargaan dalam rangka pembinaan peserta
didik.
b. Penilaian tes keterampilan dan pengamatan melakukan eksperimen atau
praktikum
Penilaian tes keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Seperti pemberian
kredit kepada kelompok siswa yang telah maksimal dalam melakukan tugasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Atas dasar itulah guru dapat memberikan kredit lebih pada kelompok yang sudah
bekerja maksimal demikian sebaliknya.
Tabel 6. Lembar penilaian tes keterampilan dan pengamatan melakukan eksperimen.
No Nama Kelompok
MengambilAlat Benar
Cara Kerja Benar
PembacaanAlat Benar
Data Benar
Analisis Data
Benar
KesimpulanBenar
1 A 4 4 4 4 4 4
2 B 1 1 1 1 1 1
3 C 4 2 2 1 1 2
Total
Dari nilai total dapat dilihat kelompok mana yang sungguh-sungguh
melaksanakan tugasnya.
c. Pengamatan keaktifan tanya jawab, demonstrasi dan diskusi
Adapun hal-hal yang menjadi dasar penulis untuk melakukan penilaian ini
adalah keaktifan siswa dalam tanya jawab misalnya ada siswa yang sangat aktif
bertanya dan pertanyaannya masuk akal maka siswa tersebut diberi kredit lebih tinggi
dibanding dengan teman yang kurang aktif. Demikian halnya dengan demontrasi dan
diskusi. Untuk demonstrasi dan diskusi saat demonstrasi dan diskusi sudah boleh di
mulai, ada sedikit perbedaannya dengan tanya jawab yaitu penilaiannya lebih
mengarah kepada ke aktifan siswa untuk mengambil inisiatif dalam melakukan
demontrasi ataupun diskusi. Berikut adalah contoh lembar penilaianya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel 7. Lembar pengamatan ke aktifan
No Nama siswa Sangat aktif
(4)
Aktif
(3)
Cukup aktif
(2)
Tidak aktif
(1)
1 Herdian 4
2 Enthu 1
.. …… … … …. ….
Keterangan : Kolom diisi nilai 4; 3; 2; atau 1.
4 : Sangat aktif
3 : Aktif
2 : Cukup aktif
1 : Tidak aktif
d. Pengamatan tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika
Maksud dari bagian ini adalah perlu ada penilaian terus menerus atas
tindakkan apapun yang berhubungan dengan mengerjakan soal fisika baik dalam
rangka latihan soal sehari-hari atau dalam ujian harian dan ujian akhir semester.
Tabel 8. Lembar Pengamatan tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika.
No Nama Nilai Catatan khusus untuk siswa
1 Evi 4 Tingkatan (Dalam hal ini siswa dimotivasi terus)
2 Andul 1 Dipanggil ke kantor
… …….. ….. ………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Keterangan : Kolom diisi nilai 4; 3; 2; atau 1.
4 : Sangat Baik
3 : Baik
2 : Cukup Baik
1 : Kurang Baik
Dari semua lembar penilaian di atas, maka ditetapkanlah skor akhir atau skor
finalnya. Cara perhitungannya adalah
Skor Final = %1004
xdskorcSkorbSkoraSkor
Catatan: Untuk ujian kahir semester, karena sekolah-sekolah di daerah
biasanya melakukan ujian bersama maka untuk skor final dapat di rumuskan sebagai
berikut:
Skor Final = %1005
xeSkordskorcSkorbSkoraSkor
Keterangan :
Untuk skor antara 85 – 100% mendapat nilai A
Untuk skor antara 69 – 84% mendapat nilai B
Untuk skor antara 53 – 68% mendapat nilai C
Untuk skor antara < 53% mendapat nilai D
Dalam memberikan soal-soal atau tes kepada siswa guru tetap harus
mengacu pada kriteria pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu
minimal memenuhi pengajaran fisika yang kontekstual dengan Kabupaten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Sintang Kalimantan Barat, mengaktifkan siswa dan dapat melatih siswa untuk
berpikir kritis dalam memecahkan soal-soal fisika serta tetap mengarah kepada
standar nasional pendidikan.
I. Kesesuaian Teori Dengan Desain Pembelajaran Yang Dibuat 1) Dalam KTSP hal terpenting adalah pembelajaran yang berdasarkan konteks
wilayah yaitu pembelajaran yang mengenal potensi dan peserta didiknya. Jadi
dalam desain diperhatikan konteks anak-anak dan budaya Kalimatan Timur
khususnya Kutai Barat. Pilihan contoh-contoh dalam pembelajaran
disesuaikan dengan keadaan siswa.
2) Teori konstruktivisme belajar, ceramah siswa aktif dan inteligensi ganda
mempengaruhi penilaian dalam peroses pembelajaran yang aktif, siswa
melakukan sesuatu dan variasi pembelajaran, supaya siswa sungguh mau aktif
belajar dan berpikir membangun pengetahuannya.
3) Teori berpikir kritis mengacu pada kemampuan siswa membuat kesimpulan
dan menilai keaslian serta kebenaran berdasarkan pada pengetahuan yang
dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
BAB III
DESAIN PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS X
SEMESTER II
Salah satu bagian terpenting dalam KTSP adalah silabus. Silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompentensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar (Susanto, 2008:15). Agar silabus dapat dikembangkan
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi peserta didik, potensi daerah maka
diperlukan petunjuk teknis penyusunannya sebagai berikut:
E. Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus
Petunjuk ini diambil dari buku tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
Untuk SD/MI Beserta Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006 Tentang
Standar Isi dan Standar Kompetensi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
halaman 320.
1. Ilmiah
Keseluruhan materi yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Maksudnya ialah sumber-sumber yang
dijadikan sebagai bahan rujukan dalam memilih materi dan kegiatan pembelajaran
fisika, serta penetapan penilaian memiliki landasan teori yang sudah teruji
keabsahannya. Oleh karena itu materi pelajaran yang masih diperdebatkan
misalnya, tidak boleh digunakan karena belum teruji kebenarannya. Begitu juga
dalam mengembangkan bahan ajar, sumber referensi yang digunakan harus jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dan otentik. Dengan kata lain buku-buku panduan apapun bentuknya selama
buku-buku tersebut mau dijadikan sebagai pedoman mata pelajaran untuk
mengajar tidak boleh salah.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan spiritual peserta didik. Artinya sebagai pendidik guru hendaknya cermat dan
teliti merancang kegiatan pembelajaran, indikator, dan materi pembelajaran sesuai
dengan tingkat berpikir peserta didik. Misalnya standar kompetensi mekanika di
kelas X dirancang secara sederhana dibandingkan dengan kelas XI. Perlu di ingat
siswa kelas X masih dalam tahap penyesuaian, selain itu siswa kelas X belum
tentu semuanya mampu masuk program IPA.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi. Hubungan antara kompetensi dasar dengan materi dan
kegiatan pembelajaran serta penilaian harus sistematis dan sejalan, atau dengan
kata lain jangan dipisah-pisah. Pemilihan materi pembelajaran, indikator, kegiatan
pembelajaran serta penilaian harus merupakan kesatuan yang utuh agar kita
sebagai guru dapat melakukan penilaian dengan lebih cermat.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator dan materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem
penilaian. Maksudnya adanya hubungan yang terus-menerus terjalin saat
melakukan penilaian terhadap aspek yang akan dinilai. Konsistensi diperlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dalam semua langkah pengembangan silabus terutama dalam kegiatan
pembelajaran dan penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, dan sistem penilaian cukup
untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Karena itu indikator haruslah
memadai sehingga mencapai kompetensi yang diperlukan. Keseluruhan indikator
dalam satu kompetensi dasar (KD) minimal harus mencapai tingkat kompetensi
dalam KD, meskipun dapat dikembangkan jika kondisinya memungkinkan.
Kemudian materi harus memadai dari kedalamannya dan keluasannya.
Maksudnya jangan hanya mengajar suatu pokok materi ala kadarnya saja.
Misalnya guru hanya bertanya apa itu vektor, tetapi mencoba dikembangkan lebih
lanjut. Pengalaman belajar juga harus memadai dalam keragaman dan
kekayaannya. Maksudnya pengalaman aktif di kelas melalui praktik dan bersentuh
langsung dengan objek atau miniatur objek yang dipelajari. Misalnya saat
mengukur siswa hendaknya disuruh menggunakan langsung alat yang dipakai
untuk mengukur. Penilaian juga harus memadai sehingga diharapkan keseluruhan
indiktor dan KD terukur keberhasilannya baik dari aspek pengetahuan, praktik
dan/atau sikap. Pemanfaatan sumber belajar harus memadai baik referensi, media
atau alat yang digunakan termasuk lingkungan sebagai sumber belajar. Misalnya
siswa diajak belajar di luar kelas atau diminta untuk mencari suatu bahan di
internet dengan berkelompok.
6. Aktual dan kontektual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni muktakhir
dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi misalnya tanah longsor. Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
sebaiknya fleksibel terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi baik dari alam atau
kemajuan teknologi untuk dikaitkan saat mengajar materi tertentu. Hal ini perlu
dilakukan untuk memotivasi siswa untuk belajar lebih giat dalam mencapai
pemahaman materi secara maksimal.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi atau menyesuaikan variasi
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat. Artinya guru hendaknya menyesuaikan gaya belajar siswa
dalam menjelaskan suatu materi pelajaran kepada siswa.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotorik). Rumusan indikator dikembangkan sebaiknya mencakup ke tiga
ranah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan kegiatan maupun materi
pembelajaran yang dapat menampilkan indikator kompetensi.
F. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
Sacara teknis, langkah-langkah pengembangan silabus mengikuti tahapan sebagai
betikut (Muslich, 2009 :28-30).
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana
tercantum pada standar isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Urutan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di silabus. Artinya
guru dapat memilah-milah mana materi yang sulit mana materi yang mudah
dan itu sebaiknya diajarkan terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran. Maksudnya guru selalu memperhatikan adanya keterkaitan antara
materi yang satu dengan materi yang lainnya, selanjutnya diberitahukan
kepada siswa agar siswa juga tahu keterkaitannya dan mereka tidak
melupakannya.
c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran. Guru sanantiasa memperhatikan hal ini dengan selalu melihat isi
mata pelajaran secara keseluruhan.
d. Keterkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Fisika,
kelompok mata pelajaran dan teknologi, serta Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) Satuan Pendidikan Tingkat SMA.
Hasil kajian terhadap SK, KD dan SKL dijadikan pertimbangan dalam
mengembangkan silabus yang mencakup kegiatan pembelajaran, materi
pembelajaran, dan penilaian. Artinya hasil kajian ini benar-benar dijadikan
sebagai tolak ukur untuk melihat kemampuan peserta didik dalam memahami
mata pelajaran fisika karena dari situlah silabus bisa disusun dengan baik.
2. Mengindentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosioanal, sosial, dan spritual
peserta didik
b. Kebermanfaatan bagi peserta didik
c. Struktur keilmuan
d. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran
e. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
f. Alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara peserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar dapat terwujud melalui
pengunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh
peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pebelajaran
secara profesional
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hirarki
konsep materi pembelajaran
d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung
dua unsur perinci yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
siswa, yaitu kegiatan siswa (PR) dan materi.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah yang dirumuskan dalam kata
kerja operasioanal yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan
sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes, dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas rumah, proyek dan/atau produk, pengunaan portofolio dan penilaian
diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam mengambil keputusan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, kelulusan, kedalaman, tingkat
kesulitan dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi yang dicantumkan
dalam silabus merupakan alokasi perkiraan rerata untuk menguasai kompetensi
dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Alokasi waktu per semester untuk mata pelajaran fisika kelas X (sepuluh)
berjumlah minimal 36 jam pelajaran yang diperoleh dari alokasi 3 jam pelajaran
perminggu dikalikan 18 minggu efektif dalam satu semester. Dengan demikian
maka hendaknya guru fisika dapat memanfaatkan waktu yang ada dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
menyesuaikan materi pokok yang harus disampaikan kepada siswa agar tidak
terjadi keterlambatan materi atau terkesan tergesa-gesa.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam sosial dan budaya. Namun untuk kabupaten Kutai Barat
yang dapat digunakan adalah lingkungan fisik, alam sosial dan budaya karena
masih terbatasnya fasilitas yang lainnya termasuk uang untuk membeli setiap
peralatan buatan pabrik. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Bahan ajar disusun dan
dikembangkan oleh guru sebagai acuan peserta didik maupun materi yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Penentuan bahan ajar didasarkan pada
standar kompetensi, kompetensi dasar dan kegiatan pembelajaran baik dalam
bentuk cetak (buku, modul, lembar kerja siswa, hands out, foto, atau gambar)
maupun non cetak (VCD,CD interaktif atau bahan presentasi).
G. Silabus Fisika SMA Kelas X Semester II
Berikut ini adalah silabus yang penulis buat untuk pembelajaran Fisika SMA Kelas I
semester II berdasarkan pada KTSP.
a. Secara keseluruhan pokok bahasan mata pelajaran Fisika di kelas X semester II
adalah sebagai berikut (Kanginan, 2002).
1. Optika Geometris 2. Suhu dan Kalor
3. Listrik Dinamis 4. Gelombang Elktromagnetik
b. Silabus dan jabaran tiap-tiap kompetensi dan kompetensi dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Silabus Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Kutai Barat Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/Semester : X/2 Standar Kompetensi : 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik Tabel 9 : Silabus Optika Geometris
No.
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran Indikator Penilain Alokasi
Waktu Sumber Belajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3.1
Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif.
Pemantula
n Cahaya
Cermin
PembiasanCahaya
Melakukan diskusi kelas untuk
mengungkap kembali jenis dan hukum pemantulan cahaya. pemantulan cahaya contohnya pada lampu tempat berburu yang namanya Suwer (bahasa di sana).
Melakukan peragaan untuk menunjukkan letak titik fokus cermin, jarak benda, dan jarak bayangan yang disertai dengan tanya jawab.
Melakukan diskusi kelas untuk melukiskan jalannya sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung.
Melakukan diskusi kelas untuk merumuskan perbesaran pada cermin cekung dan cembung.
Melakukan pengamatan
demonstrasi yang disertai dengan tanya jawab untuk menunjukkan pembiasan pada bidang batas dua medium yang berbeda. Kemudian, merumuskan besarnya indeks bias. pembiasan cahaya contohnya di air tempat mandi atau bahasa orang disana Lemonk.
Melakukan peragaan untuk menunjukkan hubungan sudut datang dan sudut bias pada perbatasan udara dengan cairan dan mengukur indeks bias cairan.
Melakukan diskusi kelas untuk merumuskan hubungan jari-jari kelengkungan, indeks bias, jarak benda, dan jarak bayangan pada bidang batas yang indeks biasnya berlainan.
Melakukan percobaan dengan menggunakan prisma untuk menunjukkan sudut deviasi dan sudut deviasi minimum.
Melakukan diskusi kelas untuk
merumuskan hubungan antara f, R, dan n pada lensa tebal.
Melakukan diskusi kelas untuk merumuskan hubungan antara f, s, s’ dan n pada lensa tipis.
Melakukan diskusi kelas untuk menunjukkan hubungan nomor ruang benda dan sifat-sifat
Menjelaskan
pemantulan cahaya secara kualitatif dan kuantitatif.
Menjelaskan pemantulan cahaya pada cermin datar dan cermin lengkung.
Menghitung perbesaran lup, mikroskop, dan teleskop.
Menjelaskan
pembiasan yang terjadi pada permukaan bidang datar.
Menganalisis pembiasan cahaya pada kaca planparalel.
Menganalisis
pembiasan cahaya pada permukaan lengkung.
Menganalisis
pembiasan cahaya padaprisma.
Menghitung indek
bias, jarak benda dan jarak bayangan.
Kuis Tes tertulis Pengamatan:
1. Aktivitas siswa dalam mengikuti tanya jawab dan diskusi di dalam kelas
2. Sikap dan tingkah laku siswa.
Tugas mandiri dan kelompok
Laporan eksperimen
Presentasi
12 jam pelajaran
Buku Fisika SMA 1B dan lingkungan sekitar. Alat-Alat: cermin datar, cekung, suwer cembung, pointer, layar, kaca planparalel, prisma, kertas, jarum pentul, bak air kecil, lensa cembung, cekung, papan optik, lilin, macam-macam kacamata baca, teropong, lup, mikroskop, macam-macam lensa, dan papan optik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
3.2
Menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan seharihari.
Pembiasan
pada Lensa Alat-Alat
Optik
bayangan pada lensa cembung dan cekung.
Melakukan diskusi kelas untuk merumuskan kuat lensa.
Melakukan diskusi kelas untuk
menyebutkan dan menjelaskan macam-macam alat optik.
Melakukan diskusi kelas untuk menunjukan bagian-bagian mata dan menjelaskan fungsinya dengan antuan alat peraga.
Melakukan diskusi kelas untuk mengidentifikasi cacat mata dan cara mengatasi dengan kacamata yang sesuai.
Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan konsep mata berakomodasi dan mata tak berakomodasi dengan bantuan alat peraga dan gambar.
Melakukan pengamatan demonstrasi dengan alat (kamera lama) angambar, untuk mengetahui pola kerja kamera.
Melakukan demonstrasi untuk mengetahui fungsi dan penggunaan lup (kaca pembesar).
Melakukan diskusi kelas untuk menentukan perbesaran anguler lup.
Melakukan pengamatan dengan bantuan mikroskop dan gambar untuk menjelaskan fungsi dan susunan mikroskop.
Melakukan diskusi kelas untuk mengidentifikasi macam-macam teropong dan cara kerja serta fungsinya masing-masing.
Melakukan pengamatan langsung dengan menggunakan teropong yang ada.
Melakukan peragaan/ demonstrasi yang disertai tanya jawab untuk mengetahui cara memasang lensa atau merangkai lensa agar berfungsi sebagai: lup, teropong bumi, teropong panggung, dan teropong bintang.
Menjelaskan dan
menganalisis sifat-sifat lensa.
Menjelaskan dan menganalisis pembentukan bayangan yang terjadi pada lensa.
Menghitung jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus, dan indeks bias lensa.
Menghitung perbesaran bayangan dan kuat lensa.
Menjelaskan
konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari.
Menghitung perbesaran anguler (perbesaran sudut) lup, perbesaran mikroskop, dan perbesaran teropong.
Standar Kompetensi : 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi Tabel 10 : Silabus Suhu dan Kalor
No. Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran Indikator Penilain Alokasi
Waktu Sumber Belajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 4.1
Menganalisis pengaruh kalor terhadap suaru zat
Suhu dan
pemuaian
Melakukan diskusi kelas tentang
suhu dan macam-macam skala termometer.
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan perubahan
Melakukan
pengukuran suhu dengan berbagai skala termometer, yaitu skala Celcius,
Kuis Tes tertulis Laporan
Praktikum Presentasi
8 jam pelajaran
Buku Fisika SMA 1B dan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
4.2
Menganalisis cara perpindahan kalor
Kalor dan
perubahan wujud
Perpindahan
Kalor
kalor dan perubahan wujud karena adanya perubahan suhu.
Melakukan peragaan yang disertai Tanya jawab untuk menjelaskan sifat termal benda apabila suhunya dinaikkan.
Melakukan diskusi kelompok untuk membahas persoalan yang berkaitan dengan pengukuran suhu.
Melakukan pengamatan peragaan yang disertai Tanya jawab untuk menunjukkan benda (padat, cair, dan gas) akan memuai apabila dipanaskan. Contoh pemuaian zat padat yaitu sarung Parang atau Mandau jika terkena panas Parang atau Mandau tersebut susah untuk ditari keluar karena ruang dalam menyempit. dan pemuaian besi ketika orang nempa besi (pandai besi)membuat parang, lingga, dan isau (sejenis pisau raut).
Melakukan percobaan untuk menentukan koefisien muai panjang dan koefisien muai ruang cairan.
Melakukan diskusi kelas untuk
mengungkap kembali konsep kalor dan pengaruhnya pada temperatur benda atau pada wujud benda.
Menentukan dan merumuskan besar kalor yang masuk atau keluar dari suatu benda karena adanya perubahan suhu.
Menjelaskan konsep kalor jenis. Melakukan demonstrasi yang
disertai tanya jawab untuk menunjukkan terjadinya peristiwa perubahan wujud atau fase (padat – cair), (cair – uap) , (uap – cair), (padat – uap). Contohnya pembuatan gula merah dari air Aren (cair-padat).
Melakukan diskusi kelas untuk merumuskan jumlah kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk mengubah wujud zat.
Melakukan percobaan atau
eksperimen untuk menunjukkan adanya perambatan kalor secara konduksi. Contohnya besi yang disepuh saat nempa.
Melakukan diskusi kelas untuk merumuskan jumlah kalor yang merambat per satuan waktu pada perambatan kalor.
Melakukan pengamatan pada eksperimen yang disertai tanya jawab untuk menunjukkan terjadinya peristiwa konveksi. Contohnya yaitu saat membakar ladang.
Melakukan peragaan yang disertai Tanya jawab untuk menunjukkan adanya peristiwa
Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin.
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi besar pemuaian zat padat, zat cair, dan gas dan merumuskan besar pemuaian zat secara kuantitatif.
Menghitung kalibrasi termometer dan besar pemuaian zat padat dan cair.
Menjelaskan dan
merumuskan kalor jenis dan kapasitas kalor.
Menganalisis adanya perubahan wujud zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menunjukkan perubahan wujud zat.
Menghitung peruhan suhu dan kalor.
Menghitung kalor lebur dan kalor uap suatu zat.
Menganalisis dan
menjelaskan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Menghitung laju kalor konduksi, kalor konveksi, dan kalor radiasi.
Pengamatan: 1. Aktivitas
siswa dalam mengikuti tanya jawab dan diskusi di dalam kelas
2. sikap dan tingkah laku siswa
Tugas mandiri dan kelompok
sekitar. Alat-Alat: macam-macam termometer, gelas beker, air, batang logam, dan labu gelas, pemanas, Mandau, Parang dan es.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
4.3
Menganalisis asas Black dalam pemecahan masalah
Asas Black
radiasi. Contohnya orang yang menghangatkan badannya dekat api saat malam hari misalnya ketika jaga durian di hutan dan jaga sarang burung walet di gua serta menjelaskan panas matahari dapat sampai di permukaan bumi melalui ruang hampa.
Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan pemanfaatan sinar matahari bagi kehidupan kita seharihari.
Melakukan peragaan yang disertai tanya jawab untuk member contoh-contoh bagaimana cara untuk mengurangi radiasi sinar matahari yang masuk dalam suatu ruangan.
Menunjukkan manfaat isolator untuk mencegah perambatan panas pada pemegang setrika listrik.
Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan pemanfaatan pemasangan film kaca pada mobil untuk mencegah atau mengurangi cahaya atau panas masuk dalam mobil.
Melakukan percobaan untuk
menunjukkan dan membuktikan asas Black.
Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan asas Black: 1. pencampuran dua cairan
yang berbeda suhunya; contohnya air panas yang dicampur dengan air dingin yang kemudian menjadi hangat untuk memandikan bayi.
2. pencampuran zat pada dengan zat cair. Contohnya pandai besi saat nempa mencelupkan besi panas ke dalam air yang dingin.
Menganalisis dan
merumuskan asas Black.
Mengamati dan menyelidiki asas Black dengan eksperimen.
Menghitung kalor yang diserap dan yang di terima suatu zat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Standar Kompetensi : 5. Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi Tabel 11: Silabus Listrik Dinamis
No. Kompetensi Dasar
Materi Pembelajara
n
Kegiatan pemebelajaran Indikator Penilain Alokasi
Waktu Sumber Belajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 5.1
Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop).
Sumber
Arus Listrik Searah
Arus
Listrik Searah
Melakukan diskusi kelas untuk
menjelaskan sumber-sumber arus listrik.
Melakukan pengamatan demonstrasi yang disertai tanya jawab untuk menyusun sumber tegangan secara seri dan parallel.
Melakukan pengamatan peragaan yang sisertai tanya jawab untuk menunjukkan cara mengukur arus listrik dan tegangan listrik.
Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan konsep arah kuat arus listrik, hambatan dan hambatan jenis. Contohnya untuk arah kuat arus listrik adalah air sungai mahakam yang mengalir, untuk hambatan listrik dianalogikan dengan hambatan trasportasi kapal,sepit, dan ces di sungai Mahakam. Beberapa bahan hambatan jenis yaitu berupa isolator seperti kentalan ( getah karet yang sudah membeku dari hasil sadapan)
Melakukan diskusi kelas yang disertai dengan peragaan untuk menunjukkan rangkaian tertutup.
Melakukan percobaan untuk menentukan hubungan R, l, dan V sehingga ditemukan hubungan V = I R (hukum Ohm).
Melakukan percobaan atau peragaan untuk menunjukkan bahwa arus yang masuk dalam suatu titik cabang sama dengan arus yang keluar dari titik cabang (hukum I Kirchhoff).
Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan dan menentukan bahwa pada rangkaian tertutup, jumlah aljabar tegangan sama dengan jumlah aljabar arus dikalikan hambatan (hukum II Kirchhoff). Contoh rangkaian terturup bisa dianalogikan jalur orang menari tarian Ngerangkau.
Melakukan diskusi kelas untuk menentukan besar hambatan pengganti pada rangkaian hambatan seri dan paralel.
Melakukan percobaan dengan
menggunakan alat-alat listrik untuk mengukur besaran listrik bolak-balik.
Menjelaskan besar tegangan bolak-balik yang terukur oleh voltmeter.
Menunjukkan kelebihan dan kekurangan sumber tegangan
Menjelaskan sumber
arus listrik searah. Menghitung besar
arus listrik . Memformulasikan
hukum ohm. Memformulasikan
hokum Kirchhoff. Menjelaskan dan
memformulasikan rangkaian hambatan.
Menjelaskan dan memformulasikan rangkaian sumber tegangan listrik searah.
Menjelaskan dan memformulasikan besar dan arah kuat arus listrik dalam rangkaian.
Menentukan kuat arus dan beda tegangan pada rangkaian majemuk.
Menghitung kuat arus listrik, hambatan listrik dan besar tegangan listrik.
Menghitung kuat arus listrik, hambatan listrik dan besar tegangan listrik pada rangkaian seri dan paralel.
Kuis Tes tertulis Praktikum Presentasi Pengamatan:
1. Aktivitas siswa dalam mengikuti tanya jawab dan diskusi di dalam kelas.
2. sikap dan tingkah laku siswa .
Tugas mandiri dan kelompok
12 jam pelajaran
Buku Fisika SMA 1B dan lingkungan sekitar Alat-Alat: baterai, aki, sumber arus listrik (power supply), hambatan, voltmeter, amperemeter, multimeter, bohlam, kabel, kawat nikelin, penggaris, getah Karet, dan mikrometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
5.2 5.3
Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari Menggunakan alat ukur listrik
Arus
Listrik Bolak balik
Alat ukur
listrik Energi dan
Daya listrik
bolak-balik dibanding dengan sumber tegangan searah.
Menjelasakn jaringan listrik di rumah dan membandingkan dengan rangkaian arus searah.
Melakukan diskusi kelas untuk menunjukkan penerapan listrik AC dan DC pada kehidupan sehari-hari.
Melakukan diskusi kelompok untuk membahas persoalan yang berkaitan dengan listrik arus bolak-balik secara sederhana.
Diskusi kelas menjelaskan tentang beberapa macam alat ukur listrik.
Demonstrasi singkat cara menggunakan alat ukur listrik serta menjelaskan cara membaca skala.
Siswa berkelompok mencoba menggunakan alat ukur di lab dibantuk oleh guru.
Melakukan diskusi kelas untuk
menjelaskan bahwa dalam suatu rangkaian listrik, energi listrik dapat diubah menjadi berbagai bentuk energy lain serta merumuskan besarnya energi listrik.
Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan pengertian daya listrik dan merumuskan besarnya.
Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan hubungan antara daya yang tertera pada alat–alat listrik dengan daya yang terpasang.
Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan konversi satuan daya watt, joule, dan kWh.
Melakukan diskusi kelas untuk mengaplikasikan daya listrik pada pemakaian alat-alat listrik rumah tangga sesuai dengan batas daya yang dibatasi sekering (pengaman).
Menjelaskan
rangkaian arus listrik bolak-balik.
Mengetahui hubungan antara kuat arus listrik dan tegangan listrik.
Menyelidiki besar arus listrik yang masuk sama dengan jumlah besar arus listrik yang keluar pada titik percabangan (hukum Kirchhoff)
Menghitung arus listrik yang masuk dan keluar pada rangkaian.
Menentukan kuat arus
dan kuat tegangan pada suatu rangakain dengan menggunakan alat ukut berbeda jenis.
Menentukan energi
listrik pada suatu hambatan listrik.
Menunjukkan daya listrik yang dipakai pada suatu alat listrik.
Memanfaatkan dan menemukan sumber energi listrik dalam kehidupan sehari-hari.
Menghitung energi listrik dan daya listrik.
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep Tabel 12: Silabus Gelombang Elektromagnetik
No. Kompetensi Dasar
Materi Pembelajara
n
Kegiatan pemebelajaran Indikator Penilain Alokasi
Waktu Sumber Belajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 6.1
Mendeskripsikan spektrum Gelombang
Spektrum
Gelombang
Melakukan diskusi kelas untuk
menunjukkan bahwa cahaya merupakan suatu gelombang
Mengelompokkan
berbagai Gelombang elektromagnetik
Kuis Tes tertulis Pengamatan:
4 jam pelajaran
Buku Fisika SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
6.2
elektromagnetik. Menjelaskan menjelaskan aplikasi Gelombang elektromagnetik pada kehidupan sehari-hari.
Elektromag-netik
Karakterist
ik dan penerapan gelombang elektromag-netik
menurut teori cahaya Huygens. Hal ini dapat ditunjukkan dengan percobaaan: pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, dan polarisaasi (demonstrasi atau eksperimen seperti di atas memperkuat teori Huygens).
Melakukan diskusi kelas untuk
menyebutkan contoh-contoh gelombang elektromagnetik.
Melakukan diskusi kelas untuk mengelompokkan gelombang elektromagnetik berdasarkan pada panjang gelombang atau besarnya frekuensi yang merupakan spekstrum gelombang elektromagnetik.
Melakukan diskusi kelas untuk menunjukkan manfaat masing-masing gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang panjang, meliputi: gelombang radio dan TV, gelombang pendek, meliputi: sinar-X sinar gama, gelombang dan mikro.contoh gelombang radio dan Tv bisa dianalogikan dengan gelombang air danau ketika dilempari batu ke tengahnya.
Melakukan demonstrasi untuk menunjukkan karakteristik beberapa bagian spektrum gelombang elektromagnetik.
dalam spectrum. Menjelaskan
karakteristik khusus masing-masing gelombang elektromagnetik di dalam spekstrum tersebut.
Menjelaskan contoh dan penerapan masing-masing gelombang elektromagnetik dalam kehidupan sehari-hari.
Menghitung frekuansi dan panjang gelombang.
1. Aktivitas siswa dalam mengikuti tanya jawab dan diskusi di dalam kelas.
2. sikap dan tingkah laku siswa
Tugas mandiri dan kelompok.
1B dan lingkungan sekitar. Alat-Alat: radio, televisi, microwave,HP.
Mengetahui,
………, ……………….. Kepala Sekolah Guru Fisika
NIP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Fisika SMA Kelas X, Semester II.
Sebagai perwujudan silabus pada halaman sebelumnya, maka dibuatlah rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berikut. Disini dibuat masing-masing RPP tiap pokok
materi pelajaran dengan urutan sebagai berikut:
RPP 1 Pemantulan Cahaya pada cermin datar (Pertemuan ke- 1).
RPP 2 Pemamntulan Cahaya pada Cermin Cekung dan Cembung (Pertemuan ke- 2).
RPP 3 Pembiasan Cahaya (Pertemuan ke- 3).
RPP 4 Pembiasan pada Lensa (Pertemuan ke- 4).
RPP 5 Alat-Alat Optik (Pertemuan ke- 5).
RPP 6 Suhu dan Pemuaian (Pertemuan ke- 6).
RPP 7 Kalor dan Perubahan Wujud (Pertemuan ke- 7).
RPP 8 Perpindahan Kalor (Pertemuan ke- 8).
RPP 9 Asas Black (Pertemuan ke- 9).
RPP 10 Alat Ukur Listrik (Pertemuan ke- 10).
RPP 11 Sumber Arus Listrik Searah (Pertemuan ke- 11).
RPP 12 Arus Listrik Searah (Petemuan ke- 11).
RPP 13 Arus Listrik Bolak-balik (Pertemuan ke- 13).
RPP 14 Energi dan Daya Listrik (Pertemuan ke- 14).
RPP 15. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Pertemuan ke- 15).
RPP 16. Karakteristik dan Penerapan Gelombang Elektromagnetik (Pertemuan ke- 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
RPP 1. Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik
Kompetensi Dasar : Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif
Indikator : 1. Menjelaskan pemantulan cahaya secara kualitatif dan kuantitatif.
2. Menjelaskan pemantulan cahaya pada cermin datar.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan hukum pemantulan cahaya.
- Siswa dapat menjelaskan pemantulan cahaya pada cermin datar.
II. Materi Ajar
Pemantulan Cahaya
1. Jenis dan Hukum Pemantulan
a. Apa Bedanya Pemantulan Teratur dan Pemantulan Baur ?
Pemantulan cahaya oleh permukaan-permukaan halus seperti cermin
datar disebut pemantulan teratur dan Pemantulan cahaya oleh permukaan-
permukaan kasar seperti kertas ini disebut pemantulan baur atau pemantulan
difus (Kanginan, 2002 :2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
(Kanginan, 2002) Gambar 1. Diagram sinar dari (a) pemantulan teratur, (b) pemantulan baur atau difus,
(c) dan (d) adalah foto pemantulan teratur dan pemantulan baur dengan memakai sinar laser.
b. Hukum pemantulan
1) Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan
terletak pada satu bidang datar.
2) Sudut datang (z) sama dengan sudut pantul (r).
(Kanginan, 2002)
Gambar 2. Peralatan untuk menyelidiki Gambar 3. Jalannya sinar dalam pemantulan cahaya. hukum pemantulan.
i = r
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
2. Pemantulan pada Cermin Datar
a. Sifat-Sifat Bayangan pada Cermin Datar (Kanginan, 2002 :5)
Apa yang Anda lihat sewaktu Anda berdiri di depan sebuah cermin
datar? Pasti terlihat bahwa bayangan Anda sama besar dengan diri Anda dan
jarak Anda terhadap cermin sama dengan jarak bayangan Anda terhadap
cermin. Tampak juga bahwa bayangan Anda berlawanan arah terhadap diri
Anda. Jika Anda menghadap ke selatan, maka bayangan Anda menghadap ke
utara.
Empat Sifat Bayangan pada Cermin Datar
1. Maya.
2. Sama besar dengan bendanya (perbesaran = 1).
3. Tegak.
4. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan dari cermin.
(Kanginan, 2002)
Gambar 4. Pada pemantulan terhadap cermin datar, ukuran benda sama dengan ukuran bayangan dan jarak benda sama dengan jarak bayangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
b. Melukis Pemmbentukan Bayangan Pada Cermin
Di sini benda berbentuk garis (misalnya lilin) memiliki dua ujung, yaitu
titik A dan titik B. Pertama, Anda lukis dahulu bayangan titik A sehingga
dihasilkan bayangan A1. Kemudian, Anda lukis bayangan benda titik B
dengan cara yang sama, sehingga dihasilkan bayangan B1. Akhirnya,
bayangan lilin AB adalah A1B1 dan dilukis dengan garis putus-putus karena
merupakan bayangan maya.
(Kanginan, 2002)
Gambar 5. Lukisan pembentukan bayangan benda berbentuk garis.
c. Medan Penglihatan
Dengan menggunakan sebuah cermin, kita dapat melihat benda-benda
yang ada di belakang kita. Sebagai contoh, pengendara mobil dapat melihat
benda-benda di belakang mobil dengan melihat kaca spion.
(Kanginan, 2002) Gambar 6. Medan penglihatan Gambar 7. Medan penglihatan sebuah
sebuah kaca spion mobil cermin datar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah siswa aktif dan Peta Konsep
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan memberikan motivasi belajar kepada siswa agar
dalam semester ini prestasinya dapat meningkat. Kemudian, diteruskan dengan tanya
jawab tentang pemantulan cahaya dan cermin.
Kegiatan Inti
Guru membantu siswa membuat peta konsep pokok dari suatu bahan atau topik dan
bagaiman relasi dan hubungan antara konsep-konsep yang ada serta mengungkap
kembali hukum pemantulan cahaya.
Siswa melakukan demonstrasi pemantulan cahaya dengan menggunakan kotak
cahaya bercelah dan cermin datar yang diletakan pada selembar kertas putih HVS
(gambar 2) yang dipimpin oleh guru untuk membuktikan hukum pemantulan
cahaya pada cermin datar.
Siswa berdiskusi secara berkelompok dipimpin oleh guru untuk menggambarkan
sinar-sinar pada cermin datar.
Siswa diskusi kelompok untuk memecahkan persoalan (soal-soal) yang diberikan
guru atau soal-soal dari buku siswa yang berkaitan dengan pemantulan cahaya.
Siswa mengerjakan soal kuis yang diberikan guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, guru menyimpulkan dan memberi penekanan pada
materi pemantulan cahaya dan cermin, diteruskan dengan pemberian tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mandiri berupa PR, serta membaca materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Cermin datar, ketas HVS, Suwer, dan Sumber cahaya
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, slide, dan VCD, (jika memungkinkan)
Lingkungan sekitar..
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan pada proses pembelajaran,
tanya jawab/diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan percobaan dan peragaan
serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa
Berikut ini adalah contoh penilaian untuk siswa:
a. Lembar pengamatan keaktifan tanya jawab, pengamatan demonstrasi, dan
diskusi.
Tabel 13. RPP Lembar pengamatan keaktifan Nama Sekolah : Mata pelajaran :
Kelas/semester : Nama Guru :
Pertemuan ke : Hati/Tanggal :
No Nama Siswa Sangat Aktif (4)
Aktif (3)
Cukup (2)
Tidak Aktif (1)
1
2
3
4
………………
………………
………………
……………..
Keterangan : Kolom diisi nilai 4; 3; 2; atau 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
4 : Sangat aktif ; 3 : Aktif ; 2 : Cukup aktif, dan 1 : Tidak aktif
Sekor maksimum : 4 (sekor maks tiap pengambilan nilai) x 5 (jumlah pengabilan nilai) = 20.
푘표푛푣푒푟푠푖 푛푖푙푎푖 =푠푘표푟 푡표푡푎푙 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푢푚 푥 100 푗푎푑푖, 푛푖푙푎푖 퐴 =
1820푥 100 = 90
b. Lembar pengamatan sikap dan minat siswa
Tabel 14. RPP Lembar pengamatan sikap dan minat siswa Nama Sekolah : Mata pelajaran :
Kelas/semester : Nama Guru :
Pertemuan ke : Hati/Tanggal :
No Nama Siswa Sangat Antusias (4)
Antusias (3)
Cukup (2)
Kurang (1)
Catatan
1
2
3
……………
……………
……………
Keterangan : Kolom diisi nilai 4; 3; 2; atau 1.
Sekor maksimum : 4 (sekor maks tiap pengambilan nilai) x 5 (jumlah pengabilan nilai) = 20.
푘표푛푣푒푟푠푖 푛푖푙푎푖 =푠푘표푟 푡표푡푎푙 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푢푚 푥 100 푗푎푑푖, 푛푖푙푎푖 퐵 =
1820푥 100 = 90
c. Lembar penilaian keterampilan dan pengamatan melakukan eksperimen/praktikum di
laboratorium.
Tabel 15. RPP Lembar penilaian keterampilan dan pengamatan melakukan eksperimen
Nama Sekolah : Mata pelajaran :
Kelas/semester : Nama Guru :
Pertemuan ke : Hati/Tanggal :
No Nama Siswa
atau kelompok
Mengambil Alat Benar
Cara Kerja Benar
Pembacaan Alat Benar
Data Benar
AnalisisData
Benar
Kesim-pulan Benar
1 ……………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
2
3
4
……………
……………
……………
Ketrangan : kolom diisi nilai 4; 3; 2; atau 1.
4: Sangat Baik 3: Baik
2: Cukup Baik 1: Kurang Baik
Sekor maksimum : 4 (sekor maks tiap pengambilan nilai) x 5 (jumlah pengabilan nilai) = 20.
푘표푛푣푒푟푠푖 푛푖푙푎푖 =푠푘표푟 푡표푡푎푙 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푢푚 푥 100 푗푎푑푖, 푛푖푙푎푖 퐶 =
1820푥 100 = 90
d. Lembar pengamatan tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika.
Tabel 16. RPP Pengamatan tes keterampilan mengerjakan soal-soal fisika.
No. Nama siswa Nilai Catatan
1 ………………… ………………… …………………
2 ………………… ………………… …………………
3 ………………… ………………… …………………
4 ………………… ………………… …………………
Sekor maksimum : 4 (sekor maks tiap pengambilan nilai) x 5 (jumlah
pengabilan nilai) = 20.
푘표푛푣푒푟푠푖 푛푖푙푎푖 =푠푘표푟 푡표푡푎푙 푠푖푠푤푎푠푘표푟 푚푎푘푠푖푚푢푚 푥 100 푗푎푑푖, 푛푖푙푎푖 퐷 =
1820푥 100 = 90
Dari semua lembar penilaian, maka ditetapkan skor akhir atau skor finalnya
untuk masing-masing siswa. Cara perhitungannya adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Sekor maksimum disini adalah jumlah nilai maksimum yang bisa
dicapai dari tiap lembar penilaian siswa.
Skor final =
x 100
skor inal = 90 + 90 + 90 + 90
400 푥 100 = 90
2) Kuis tertulis
Contoh Soal Kuis
1. Sifat bayangan benda yang berada di depan cermin datar adalah ...(Jawabanya
maya).
2. Pemantulan cahaya oleh permukaan-permukan yang halus seperti cermin datar
disebut….(Jawabnya pemantulan teratur).
3. Sebutkan empat sifat bayangan pada cermin datar…(Jawabnya maya, sama
besar, tegak dan berlawanan arah, dan jarak benda ke cermin sama dengan jarak
bayangan ke cermin).
3) Tugas rumah
Contoh tugas rumah (PR)
Amatilah kenapa saat kita berdiri di tepi danau yang airnya jernih bayangan
kita bisa kelihatan padahal kita tahu itu bukan cermin dan bagaimana bentuk
bayangan kita apakah tampak lebih besar atau kecil dari kita. Jelaskan!
Mengetahui, ………..,……………. Kepala Sekolah Guru Fisika –––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
RPP 2. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cekung dan Cermin Cembung.
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik
Kompetensi Dasar : Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif
Indikator : 1. Menjelaskan pembiasan yang terjadi pada permukaan bidang datar.
2. Menjelaskan pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin
cembung.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan hukum pemantulan cahaya.
- Siswa dapat menjelaskan pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung.
II. Materi Ajar
Pemantulan Cahaya
1. Pemantulan pada Cermin Lengkung (Kanginan, 2002 : 7)
Ada 2 jenis cermin lengkung sederhana, yaitu cermin silinder dan cermin
bola. Cermin yang akan kita pelajari adalah cermin bola. Jika permukaan bola
bagian dalam mengilap, jenis cermin adalah cermin cekung (concave mirror)
(Gambar 8a). Jika permukaan bagian luar yang mengilap, jenis cermin adalah
cermin cembung (convex mirror) (Gambar 8b).
(Kanginan, 2002)
Gambar 8. (a) cermin cekung; (b) cermin cembung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Hukum pemantulan, yaitu sudut datang sama dengan sudut pantul, berlaku
untuk cermin lengkung. Pada cermin lengkung, garis normal adalah garis yang
menghubungkan titik pusat lengkung cermin M dan titik jatuh sinar. Jadi, garis
normal pada cermin lengkung berubah-ubah, bergantung pada titik jatuh sinar.
Misal sinar pertama dari K mengenai cermin cekung di B (Gambar.9),
maka garis normalnya adalah garis MB dan sudut datangnya adalah sudut KBM =
α. Sesuai hukum pemantulan, maka sudut pantulnya, yaitu sudut MBC = α dan
sinar pantulnya adalah sinar BC. Sinar kedua dari K mengenai cermin cekung di D,
maka garis normalnya adalah garis MD dan sudut datangnya adalah sudut KDM =
β Sesuai hukum pemantulan, maka sudut pantulnya, yaitu sudut MDC = β,
sedangkan sinar pantulnya adalah sinar DC. Hal yang sama berlaku juga pada
cermin cembung (lihat Gambar.10).
(Kanginan, 2002) Gambar 9. Pemantulan pada cermin cekung.
(Kanginan, 2002)
Gambar 10. Pemantulan pada cermin cembung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
2. Pemantulan pada Cermin Cekung (Kanginan, 2002 : 10-13)
a. Tiga sinar istimewa pada cermin cekung
1) Sinar datang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan melalui titik fokus
(F).
2) Sinar datang melalui titik fokus F dipantulkan sejajar sumbu utama.
3) Sinar datang melalui titik pusat lengkung M dipantulkan kembali ke titik
pusat lengkung.
b. Melukis Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung
1) Lukis dua buah sinar istimewa.
2) Sinar selalu datang dari bagian depan cermin dan dipantulkan kembali ke
bagian depan. Perpanjangan sinar-sinar di belakang cermin dilukis sebagai
garis putus-putus.
3) Perpotongan kedua buah sinar pantul yang dilukis pada langkah (1)
merupakan letak bayangan. Jika perpotongan didapat dari perpanjangan
sinar pantul, bayangan yang dihasilkan adalah maya, dan dilukis dengan
garis putus-putus.
(Kanginan, 2002)
Gambar 11. (a) Benda di depan M (s > 2f), (b) benda di antara F dan O (0 < s < f)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
c. Hubungan Jarak Fokus dan Jari-jari Lengkung Cermin
Titik fokus F terletak di sumbu utama dan di tengah-tengah antara
titik pusat lengkung cermin M dan titik tengah O (Gambar 12). Jarak titik
pusat lengkung M ke titik tengah cermin O, yaitu MO, disebut jari-jari
lengkung cermin (diberi lambang R). Jarak titik fokus F ke titik tengah
cermin O, yaitu FO, disebut jarak fokus (diberi lambing ƒ). Oleh karena itu,
pada cermin lengkung berlaku jarak fokus sama dengan setengah jari-jari
lengkung cermin 푓 = 12푅.
(Kanginan, 2002)
Gambar 12. Titik fokus F terletak pada sumbu utama dan di tengah-tengah antara M dan O.
d. Perbesaran Bayangan
Misalkan benda kita tampilkan sebagai sebuah anak panah, maka
ukuran benda dinyatakan oleh tinggi anak panah yang mewakili tinggi benda.
Perbesaran linear didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan
dan tinggi benda. Jika perbesaran linear diberi lambang M, tinggi benda h, dan
tinggi bayangan h', rumus perbesaran linear adalah
푀 =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Rumus Umum Cermin Lengkung
Rumus umum cermin menyatakan hubungan antara jarak benda (s) dan
jarak bayangan (s') dari cermin, yang dinyatakan + = persamaan….(3)
Perjanjian tanda untuk menggunakan rumus umum cermin lengkung.
s bertanda + jika benda terletak di depan cermin (benda nyata).
s bertanda - jika benda terletak di belakang cermin (benda maya).
s' bertanda + jika bayangan terletak di depan cermin (bayangan nyata).
s' bertanda - jika bayangan terletak di belakang cermin (bayangan maya).
ƒ dan R bertanda + jika pusat lengkung cermin terletak di depan cermin
(cermin cekung).
ƒ dan R bertanda - jika pusat lengkung cermin terletak di belakang cermin
(cermin cembung).
3. Pemantulan pada Cermin Cembung (Kanginan, 2002 : 15-17)
Titik fokus cermin cembung terletak di bagian belakang cermin. Karena itu,
titik fokusnya adalah titik fokus maya. Sinar-sinar pantul pada cermin cembung
(lihat sinar dan pada Gambar 13) bersifat divergen (memancar).
(Kanginan, 2002) Gambar 13. Tiga sinar istimewa pada cermin cembung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
a. Tiga sinar istimewa pada cermin cembung:
1) Sinar datang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan seakan-akan
datang dari titik fokus F.
2) Sinar datang menuju titik fokus F dipantulkan sejajar sumbu utama.
3) Sinar datang menuju titik pusat lengkung M dipantulkan kembali
seakan-akan datang dari titik pusat lengkung tersebut.
b. Melukis Pembentukan Bayangan cermin Cembung
Melukis pembentukan bayangan pada cermin cembung diperlukan dua
buah sinar istimewa. Pada Gambar 14, digunakan sinar 1 dan 3.
a b
(Kanginan, 2002) Gambar 14. (a) Lukisan pembentukan bayangan pada cermin cembung; (b) Cermin cembung selalu menghasilakan bayangan lebih kecil dari pada bendanya
c. Rumus cermin cembung
Rumus-rumus yang berlaku untuk cermin cekung, yaitu Persamaan (1),
(2), dan (3) berlaku juga untuk cermin cembung. Hanya saja perlu Anda
perhatikan, titik fokus F dan titik pusat lengkung cermin untuk cermin
cembung terletak di belakang cermin. Oleh karena itu, dalam menggunakan
persamaan di atas, jarak fokus (ƒ) dan jari-jari lengkung cermin (R)
dimasukkan bertanda negative
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah siswa aktif dan Peta Konsep
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan sedikit mengingatkan materi sebelumnya yang
diteruskan dengan pemberian kuis tentang cermin cekung dan cermin cembung.
Kegiatan Inti
Guru membantu siswa membuat peta konsep materi pemantulam pada cermin
cekung dan cermin cembung.
Siswa melakukan diskusi kelompok dipimpin`guru untuk menggambarkan sinar-
sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung.
Siswa mengamati bayangan yang terbentuk pada gambar cermin cembung dan
cermin cekung, kemudian memberikan kesimpulan sifat-sifat bayangan yang
terbentuk dari cermin tersebut.
Siswa mencari contoh penerapan atau fungsi dari cermin cekung dan cembung
pada kehidupan sehari-hari.
Diskusi kelas menghitung jarak fokus cermin, jarak benda, jarak bayangan pada,
dan perbesaran pada cermin cekung dan cermin cembung.
Memberikan soal latihan untuk dikerjakan dan bagi siswa yang merasa bisa
dipersilahkan maju untuk mengerkan di papan tulis kemudian diberi sekor nilai.
Siswa mengerjakan soal kuis yang diberikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Kegiatan Akhir
Guru melakukan tanya jawab untuk menyimpulkan dan memberi penekanan pada
materi pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung, diteruskan dengan
pemberian tugas mandiri atau tugas kelompok, serta menyuruh membaca dan memahami
materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : cermin cekung, cermin cembung, sumber cahaya, dan papan optik
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, dan papan tulis
Lingkungan sekitar.
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam proses tanya jawab
atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) dan
penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP 1, namun harus memperhatikan lembar-
lembar penilaian disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan siswa. Misalnya siswa
tidak pernah melakukan demontrasi maka lembar penilaian praktikum tidak dipakai.
2) Kuis
Contoh Soal Kuis
1. Sebuah cermin cekung mempunyai titik fokus 15 cm. Jari-jari kelengkungan
cermin tersebut adalah ....(jawabnya 30 cm)
2. Sinar datang sejajar sumbu utama cermin cekung. Sinar tersebut akan
dipantulkan melalui ....(Jawabnya titik fokus)
3. Sebuah benda diletakkan 20 cm di depan cermin cekung yang mempunyai jarak
fokus 20 m. Besar jarak bayangannya adalah ....(Jawabnya tak berhingga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
4. Kaca spion pada kendaraan bermotor merupakan cermin ...(Jawabnya cembung)
3) Contoh PR (bisa juga digunakan untuk kuis)
1. Jarak fokus cermin cekung 8 cm dari benda yang terletak di depan cermin
sejauh 20 cm.. Tentukanlah:
a. Letak bayangan,
b. Perbesaran, dan sifat bayangan.
2. Jarak fokus sebuah cermin cembung 10 cm. sebuah benda setinggi 6 cm
diletakan 26 cm di depan cermin. Tentukanlah:
a. Letak bayangan,
b. Perbesaran bayangan,
c. Tinggi bayangan.
Jawaban
1. a. Letak bayangan 13,3 cm di depan cermin
b. Perbesaran (M) bayangan 0,6 dan sifatnya nyata.
2. a. letak bayangan -7,14 cm di belakang cermin
b. perbesaran bayangan (M) 0,28
c. tinggi bayangan 1.68 cm
Mengetahui, ..............., ..........................
Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
RPP 3. Pembiasan Cahaya
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik
Kompetensi Dasar : Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif
Indikator : 1. Menjelaskan pembiasan yang terjadi pada permukaan bidang datar.
2. Menganalisis pembiasan cahaya pada kaca planparalel.
3. Menganalisis pembiasan cahaya pada prisma.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan terjadinya pembiasan dan hukum Snellius pada permukaan
bidang datar.
- Siswa dapat menjelaskan dan menganalisis pembiasan cahaya pada kaca planparalel.
- Siswa dapat menjelaskan dan menganalisis pembiasan cahaya pada prisma.
II. Materi Ajar
Pembiasan Cahaya (Kanginan, 2002: 20)
Apa itu pembiasan cahaya ? Ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua
medium (misalnya udara dan air), cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan cahaya
saat mengenai bidang batas antara dua medium inilah yang disebut pembiasan cahaya.
(Kanginan, 2002)
Gambar 15. Cahaya datang dari udara masuk ke dalam air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
1. Konsep Dasar Pembiasan Cahaya (Kanginan, 2002: 21-29).
a. Hukum Snellius tetang pembiasan
Hukum I Snellius berbunyi: sinar datang, sinar bias, dan garis normal
terletak pada bidang datar. Pada Gambar 15, ketiganya terletak pada busur
derajat sebagai bidang datar.
Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium kurang rapat ke
medium rapat (misalnya dari udara ke air atau dari udara ke kaca) maka sinar
dibelokkan mendekati garis normal (Gambar 16); jika kebalikannya, sinar datang
dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat (misalnya dari air ke udara)
maka sinar dibelokkan menjauhi garis normal (Gambar 17).
(Kanginan, 2002)
b. Persamaan Snellius dan Indeks Bias Mutlak
Ketika seberkas cahaya bergerak dari udara ke air dengan sudut datang θi,
cahaya dibelokkan mendekati garis normal dengan sudut bias θr.
푠푖푛휃 = 푡푒푡푎푝푎푛 푥 푠푖푛휃
푠푖푛휃푠푖푛휃 = 푡푒푡푎푝푎푛
Tetapan ini merupakan sifat khas kaca yang disebut indeks bias mutlak kaca.
Lambang indeks bias mutlak adalah n. Jadi, indeks bias mutlak n untuk cahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
yang bergerak dari vakum (atau udara menuju ke suatu medium tertentu
dinyatakan dengan persamaan berikut: 푛 =
Tabel 17. Indeks bias mutlak beberapa medium Medium Indeks bias
Gelas Intan
Gliserin Karbon disulfit
Air Udara
Vakum
1.5-1.9 2.42 1.47 1.63 1.33
1.0003 1.0000
c. Indeks Bias Relatif
Persamaan Snellius dapat kita pakai untuk meramalkan apa yang terjadi jika
cahaya datang dari kaca menuju air. Anggap terdapat lapisan udara antara
permukaan kaca dan air.
(Kanginan, 2002) Gambar 18. Cahaya datang dari kaca menuju ke air melalui lapisan udara.
Pertama, sinar datang dari kaca (sudut datang = θk ) dibiaskan ketika masuk
ke udara (sudut bias = θu). Kedua, sinar datang dari udara (sudut datang = θu)
dibiaskan ketika masuk ke dalam air (sudut = θa).
Persamaan Snellius 푛 sin휃 = 푛 sin휃
sin휃sin휃 =
푛푛 = 푛
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Dengan: 푛 , 푛 = 푖푛푑푒푘푠 푏푖푎푠 푚푢푡푙푎푘 푚푒푑푖푢푚 1,푚푒푑푖푢푚 2,
휃 , 휃 , 푠푢푠푢푡 푑푎푡푎푛푔 푑푎푙푎푚 푚푒푑푖푢푚 1,푚푒푑푖푢푚 2,
푛 = 푖푛푑푒푘푠 푏푖푎푠 푚푒푑푖푢푚 2 푟푒푙푎푡푖푓 푡푒푟ℎ푎푑푎푝 푚푒푑푖푢푚 1
d. Hubungan Cepat Rambat, Frekuensi, dan Panjang Gelombang Cahaya dengan
Indeks Bias.
Telah kita bahas sebelumnya bahwa cahaya dibiaskan karena adanya beda
kerapatan optik antara dua medium. Ketika cahaya lewat dari satu medium ke
medium lainnya, cahaya akan dibiaskan karena cepat rambat cahaya berbeda
dalam kedua medium. Secara matematis,
푣푣 =
푛푛 푎푡푎푢 푣 푛 = 푣 푛
Dengan kata lain, cahaya mencapai cepat rambat maksimum dalam
udara/ vakum. Pada umumnya, orang mendefinisikan bias mutlak (sering
hanya disebut indeks bias saja) sebagai indeks bias medium relatif terhadap
udara (n), sehingga kita dapatkan.
푐 = 3 푥 10 푚 푠⁄
푛 = 푐푒푝푎푡 푟푎푚푏푎푡 푐푎ℎ푎푦 푑푎푙푎푚 푢푑푎푟푎푐푒푝푎푡 푟푎푚푏푎푡 푢푑푎푟푎 푑푎푙푎푚 푚푒푑푖푢푚 =
푐푣
Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, frekuensi
cahaya tidak berubah, sehingga ƒ1 = ƒ2 = ƒ. Oleh karena hubungan v = ƒλ
berlaku untuk kedua medium, maka
v1 = ƒλ1 dan v2 = ƒλ2
Hubungan antara panjang gelombang dan indeks bias bisa kita peroleh dengan
휆 푛 = 휆 푛
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
e. Mengapa Dasar Kolam Tampak Dangkal
Ketika sinar-sinar dari koin uang logam mengenai bidang batas air-udara,
stnar-sinar ini dibiaskan menjauhi garis normal. Mata Anda tidak menyadari
peristiwa ini, sehingga melihat koin seakan-akan di P dan bukan di tempat
sesungguhnya (A). Hal inilah yang menyebabkan koin tampak lebih dekat
daripada jarak yang sesungguhnya. Koin yang ditaruh di alas bejana mewakili
dasar kolam. Oleh karena itu, tampak oleh Anda dasar kolam lebih dangkal
daripada kedalaman kolam yang sebenarnya.
(Kanginan, 2002) Gambar 19. Geometri dan diagram sinar untuk koin di dasar kolam
dipandang vertikal dalam medium udara.
Bagaimanakah perbandingan antara kedalaman tampak (kedalaman semu) dengan
kedalaman sebenarnya (kedalaman nyata) secara matematis dengan bantuan
gambar diatas digunakan = ,
berlaku untuk pengamat di udara dan benda yang diamati dalam air. Jika
dibalik, yaitu pengamat dalam air mengamati benda vertikal di udara setinggi h
dari permukaan air. maka tinggi benda dari permukaan air yang diamati oleh
pengamat dalam air (disebut tinggi semu h') adalah = .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Jika kasusnya adalah koin berada di dasar wadah yang berisi dua atau lebih
cairan berbeda jenis yang tak bercampur, seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
(Kanginan, 2002) Gambar 20. Koin berada di dasar wadah yang berisi 4 jenis cairan yang tak bercampur.
Kedalaman Semu ℎ = ∑
2. Pemantulan Sempurna (Kanginan, 2002: 30-34)
Dalam bagian ini kita akan membahas pemantulan sempurna sampai pada
pembahasan kuantitatif dan membahas ulang peristiwa pemantulan sempurna pada
prisma dan serat optik.
a. Apa Syarat Terjadinya Pemantulan Sempurna?
Perhatikan sumber cahaya O di bawah permukaan danau (Gambar 21). Telah
Anda ketahui, sinar yang datang dari medium lebih rapat (air) ke medium kurang
rapat (udara) akan dibiaskan menjauhi garis normal. Sinar B dengan sudut datang i
memiliki sinar bias B1 dengan sudut bias r, dan selalu berlaku r > i. Tentu saja sinar
B juga mengalami pemantulan dalam air dan bagian sinar pantul adalah B". Sinar C
dengan sudut datang ik dibiaskan sejajar dengan permukaan air. Ini berarti sudut
datang ik (disebut sudut kritis atau sudut batas) meng-hasilkan sudut bias sama
dengan 90°.
Jika sinar D dengan sudut datang lebih besar dari pada sudut kritis (i>ik),
tidak mungkin sinar bias dengan sudut 90o. jadi, sinar D tidak dapat meninggalkan
pemukaan air. Dengan kata lain sinar D akan dipantulkan seluruhnya oleh
permukaan air kembali ke dalam air. Di sini, bidang batas air-udara (permukaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
air) bertindak seperti cermin datar sempurna. Peristiwa inilah yang disebut
pemanulan sempurna.
(Kanginan, 2002)
Gambar 21. Jika sinar dengan sudut datang lebih besar daripada sudut kritis bidang batas air-udara, terjadi pemantulan sempurna.
b. Penurunan rumus sudut kritis
Rumus sudut kritis dapa ditentukan dengan menggunakan persamaan snellius.
Perhatikan sinar datang dari medium indeks bias n1 dengansudut datang 휃1 = ik
dibiaskan ke medium indeks bias n2 (n2 < n1) dengan sudut bias 휃2 = 90o. jadi,
n1 sin 휃1 = n2 sin 휃2
n1 sin ik = n2 sin 90o
n1 sin ik = n2 x 1
풔풖풅풖풕 풌풓풊풕풊풔 sin 푖 = 푛푛 ; 푑푒푛푔푎푛 푛 < 푛
c. Pemantulan Sempurna dalam Prisma
Prisma adalah balok transparan dengan penampang berbentuk segi tiga, biasanya
terbuat dari bahan kaca. Sudut kritis kaca adalah 42o. seberkas sinar jatuh tegak
lurus pada permukaan prisma 45o-45o-90o (gambar 22a) diteruskan tanpa
membelok. Sudut datang pada permukaan PR= 45o. Oleh karena sudut datang =
45o lerlebih besar daripada sudut kritis 45o, maka peantulan sempurna terjadi pada
PR dan sinar dibelokan 90o.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
(Kanginan, 2002)
Gambar 22.
d. Pemantulan Sempurna pada Serat Optik
Penggunaan serat optik (glass fiber) untuk menyalurkan cahaya dengan
peristiwa pemantulan sempurna dinamakan teknelogi serat optic (fiber-optic
technology). Berkas cahaya dari luar dari luar yang masuk ke ujung serat optik
akan menumbuk bidang batas antara kedua medium kaca dengan sudut datang
lebih besar daripada sudut kritis, hal ini yang menyebabkan pemantulan sempurna.
(Kanginan, 2002) Gambar 23. (a) Berkas cahaya menempuh saluran serat optik dengan pemantulan sempurna. (b) Kabel serat optik pada kamera untuk fotografi di bawah laut.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah siswa aktif dan Peta Konsep
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
4. Praktikum
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran yang diteruskan dengan pemberian kuis tentang cermin
dan pembiasan cahaya (hukum Snellius).
Kegiatan Inti
Guru memberikan informasi (ceramah) dan melakukan demonstrasi yaitu wadah
yang trasparan seperti gelas diisi air, kemudian dimasukan koin. Koin yang berada di
dalam dasar gelas diamati dari atas permukaan gelas dengan berbagai sudut serta
siswa boleh ikut mencoba mengamati. Setelah selesai mengamati pertanyaan
dilontarkan kepada siswa apa yang mereka lihat atau peristiwa apa yang terjadi
ketika koin tersebut dipandang dari berbagai sudut. Demonstrasi tersebut
menunjukkan pembiasan pada batas dua medium. Kemudian diskusi kelas
merumuskan besarnya indeks bias.
Diskusi kelas yang disertai dengan peragaan untuk menunjukkan hubungan sudut
datang dan sudut bias pada perbatasan udara dengan cairan.
Siswa secara bekelompok melakukan praktikum serta melakukan pengamatan
terjadinya pembiasan pada kaca planparalel dan prisma.
Diskusi kelas untuk merumuskan hubungan jari-jari kelengkungan, indeks bias,
jarak benda, dan jarak bayangan pada bidang batas untuk medium yang indeks
biasnya berlainan.
Guru memberikan contoh soal perhitungan yang berkaitan dengan pembiasan
cahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Contoh soal.
Cahaya datang dari air yang memiliki indeks bias na = 4/3 ke gelas yang
berindeks bias ng = 1,6 dengan sudut datang 30o. Besar sudut deviasi
adalah….(Jawabanya, 5,4o).
Siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan tentang pembiasan cahaya. (Contoh
soal PR bisa di pakai, tapi dengan syarat PR tidak diberikan atau buat soal baru).
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Guru melakukan tanya jawab untuk menyimpulkan dan memberi penekanan pada
materi pembiasan cahaya, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, dan serta
membaca dan memahami materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Gelas beker, , koin, dan air.
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, dan papan tulis.
Lingkungan sekitar.
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam proses tanya jawab
atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) dan
penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP 1, namun harus memperhatikan lembar-
lembar penilaian disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan siswa. Misalnya siswa
tidak pernah melakukan demontrasi maka lembar penilaian praktikum tidak dipakai.
2) Kuis
Contoh Soal Kuis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
1. Cahaya dari medium rapat ke medium kurang rapat akan dibiaskan mendekati
normal, benar atau salah?
2. Jika kelajuan cahaya di udara v1 dan kelajuan cahaya di dalam zat cair v2 maka
besar indeks bias cairan adalah ....
3. Jika cahaya masuk dari kaca ke dalam air maka besaran fisika yang tidak berubah
adalah ....
4. Berasal dari zat kurang atau lebih rapatkah cahaya akan merambat sejajar pada
bidang batas?
5. Lapisan air di atas lapisan karbon disulfida. Misalnya cahaya datang dari air
menuju bidang batas antara air dan karbon disulfide dengan sudut datang 25o.
berapa sudut biasnya.? Indeks bias air = 1,33 dan indeks bias disulfida = 1,63.
Jawaban Kuis
1. salah 3. Frekuensi 5. 20,2o
2. n = v1/v2 4. rapat ke kurang rapat
3) PR
Contoh soal.
1. Seekor ikan Toman berenang pada kedalaman 1,2 m di bawah permukaan air
danau ( indeks bias =3/4). Berpakah kedalaman semu ikan Toman yang diamati
oleh seorang pemancing? Jawaban 0,9 m.
2. Sinar datang dari dalam air dengan susut 25o yang jatuh pada bidang air-udara
dengan indeks bias air 1,33. Hitung besar sudut kritis (ik)..? Jawaban, 48,75o.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika –––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
RPP 4. Pembiasan Pada Lensa
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 4
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik
Kompetensi Dasar : Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif
Indikator : 1. Menjelaskan dan menganalisis sifat-sifat lensa.
2. Menjelaskan dan menganalisis pembentukan bayangan yang
terjadi pada lensa.
3. Menganalisis hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus,
dan indeks bias lensa.
4. Merumuskan perbesaran bayangan dan kuat lensa.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan dan menganalisis sifat-sifat lensa.
- Siswa dapat menjelaskan dan menganalisis pembentukan bayangan yang terjadi pada
lensa.
- Siswa dapat menganalisis dan merumuskan hubungan jarak benda, jarak bayangan,
jarak fokus, dan indeks bias lensa.
- Siswa dapat merumuskan perbesaran bayangan dan kuat lensa.
II. Materi Ajar
Pembiasan pada Lensa (Kanginan, 2002: 35-48)
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung yang
membentuk lensa berupa bentuk selinderis atau bola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
a. Jenis-jenis Lensa
- Lensa cembung (konveks) memiliki bagian tengah lebih tebal daripada
bagian tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa ini bersifat mengumpul
(divergen) dinunjukan pada gambar 24a. oleh karena itu lensa cembung
disebut juga lensa kenvergen.
- Lensa cekung (konkaf) memiliki bagian tengah lebih tipis daripada bagian
tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa itu bersifat memencar (divergen),
seperti ditunjukan pada gambar 24b. maka disebut juga lensa divergen.
(Kanginan, 2002) Gambar 24. (a) lensa cembung bersifat mengumulkan cahaya; (b) lensa
cekung bersifat memencarkan cahaya.
Ada tiga bentuk lensa cembung dan ada tiga bentuk lensa cekung seperti
gambar berikut Gambar 25.
a. b.
(Kanginan, 2002) Gambar 25. (a) Tiga bentuk lensa cembung atau lensa konveks; (b) Tiga bentuk lensa cekung atau lensa konkaf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
b. Sinar-sinar Istimewa
Tiga sinar istimewa pada lensa cembung.
1) Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui titik fokus F1.
2) Sinar datng melalui titik fokus F2 dibiaskan sejajar sumbu utama.
3) Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa dibiaskan.
Tiga sinar istimewa pada lensa cekung.
1) Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan sekakan-akan berasal
dari titik fokus F1.
2) Sinar datang seakan-akan menuju titik fokus F2 dibiaskan sejajar
sumbu utama.
3) Sinar datang melalui pusat optik O diteruskan tanpa dibiaskan.
(a) (b) (Kanginan, 2002)
Gambar 26. Sinar istimewa pada (a) lensa cembung (b) lensa cekung.
c. Melukis pembentukan bayangan pada lensa
1) Lukis dua buah sinar utama (umumnya sinar 1 dan sinar 2)
2) Sinar selalu datang dari depan lensa dan dibiaskan kebelakang lensa.
3) Perpotongan kedua buah sinar bias yang di lukis pada sinar 1 adalah letak
bayangan. Jia perpotongan didapat dari perpanjangan sinar bias, maka
bayangan yang terjadi adalah maya dan dilukis dengan garis putus-putus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Pada berikut ditunjukan ketiga sinar istimewa lensa cembung yang dilukis
untuk menentukan letak bayangan dari benda yang diletakan tepat di 2F2 dan
sifat bayangannya nyata, terbalik, dan sama besar .
(Kanginan, 2002) Gambar 27. Diagram sinar dengan benda di 2F2.
Pembentukan bayangan untuk berbagai kedudukan benda di depan lensa
cekung (benda nyata). Pada lukisan ini kita gunakan dua sinar istimewa pada
lensa cekung (sinar 1 dan sinar 3) tampak bahwa untuk benda yang diletakan
di depan lensa cekung (benda nyata) selalu dihasilkan bayangan yang
memiliki sifat tegak, diperkecil, dan terletak di depan lensa, diantara O dan
F2. Makin dekat benda dari lensa, makin besar bayangan yang dihasilkan.
(Kanginan, 2002)
Gambar 28. Bayangan-bayangan dari benda nyata dari depan lensa cekung pada berbagai kedudukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
d. Rumus untuk Lensa Tipis
푹풖풎풖풔 푼풎풖풎 1푠
+1푠
=1푓
푷풆풓풃풆풔풂풓풂풏 푳풊풏풊풆풓 푴 =ℎℎ
=−푠푠
e. Persamaan Pembuat Lensa
Besaran penting dari sebuah lensa tipis adalah jarak fokus. Bagaimanakah sebuah
lensadengan jarak tertentu f. Ternyata, jarak fokus lensa f dalam suatu medium
behubungan dengan jari-jari kelengkungan bidang depan dan bidang belakang lensa
(R1 dan R2 pada gambar 34) dan indeks bias bahan lensa. Hubungan ini dinyatakan
oleh persamaan lensa = − 1 + dengan n2 = indeks bias bahan
lensa, dan n1 = indeks bias medium di sekitar lensa.
(Kanginan, 2002)
Gambar 29. Sebuah lensa yang tipis yang disusun dua bidang lengkung dengan jari-jari R1 dan R2
Perjanjian tanda untuk R1 dan R2 + (positif) untuk bidang cembung, R1 dan R2
– (negatif) untuk bidang cekung.
f. Susunan Dua Lensa dengan Sumbu Utama Berimpit
Pada Gambar 30. ditunjukan sebuah benda AB yang ditaruh di depan lensa I,
kemudian di belakang lensa I ditaruh lensa II. Jelas di sini bahwa lensa I akan
membentuk bayangan terlebih dahulu. Misalkan bayangan AB oleh lensa I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
adalah A1B2 yang terbentuk di belakanglensa I. selanjutnya, A1B2 ini akan
dianggap sebagai benda oleh lensa II dan dihasilkan bayangan A2B2. Bayangan
A2B2 tentu saja merupakan bayangan akhir dari susunan kedua lensa ini.
(Kanginan, 2002) Gambar 30. Bayangan lensa I merupakan benda lensa II
Perbesaran lensa I ∶ 푀 =ℎℎ =
−푠푠
Perbesaran lensa II ∶ 푀 =ℎℎ =
−푠푠
Perbesaran total ∶ 푀 = 푀 푥푀
푀ℎℎ =
푠 x 푠푠 x 푠
Dengan, h = tinggi bayangan akhir dan h = tinggi benda semula.
g. Kuat Lensa
Besaran yang menyatakan ukuran lensa dinamakan kuat lensa (diberi lambing
P) yang didefinisikan sebagai kebalikan jarak fokus (f ). Secara matematis
퐾푢푎푡 푙푒푛푠푎 푃 =1푓
dengan: P = kuat lensa (dioptri); f = jarak fokus (m).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
h. Lensa Gabungan
Dalam bagian ini kita akan mempelajari sistem dua lensa atau lebih yang
digsbung dengan sumbu utama berimpit dan jarak antarsela dianggap sama
dengan nol (d=0). Sistem seperti ini disebut lensa gabungan. Lensa gabungan
yang terdiri dari beberapa lensa adalah ekuivalen dengan sebuah lensa dengan
jarak fokus fgab, yaitu
퐽푎푟푎푘 푓표푘푢푠 푔푎푏푢푛푔푎푛 1푓 =
1푓 =
1푓 +
1푓 +
1푓 + ⋯
푎푡푎푢
퐾푢푎푡 푙푒푛푠푎 푔푎푏푢푛푔푎푛 푃 = 푃 = 푃 + 푃 + 푃 + ⋯
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran yang diteruskan dengan tanya jawab untuk mengungkap
kembali pelajaran pada pertemuan sebelumnya dan mengenalkan pelajaran yang akan
dipelajari.
Kegiatan Inti
Guru menunjukkan kepada siswa mengenai bentuk fisik dari berbagai macam lensa.
Guru melakukan demonstrasi, ada beberapa jenis lensa seperti lensa cembung yang
digunakan, lensa dipasang pada bangku optik kemudian sinar ditembakan ke arah
lensa maka akan terlihat sifat sinar yang dihasikan pada layar. Begitu juga untuk
mengetahui sifat-sifat dari lensa yang lain dan siswa menganalisisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Diskusi kelas menganalisis pembentukan bayangan benda yang diperoleh dari
berbagai macam bentuk lensa.
Guru dan siswa melakukan diskusi yang disertai tanya jawab untuk menentukan dan
merumuskan hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus, dan indeks bias
lensa.
Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menganalisis dan merumuskan perbesaran
bayangan yang dibentuk oleh suatu lensa.
Siswa melakukan diskusi kelas untuk menganalisis dan merumuskan kuat lensa.
Diskusi kelas untuk membahas soal perhitungan yang berkaitan dengan pembiasan
pada lensa. Soal , jarak fokus sebuah lensa ketika berada di udara 12 cm. berapakah
jarak fokus lensa jika lensa itu dicelupkan ke dalam air. Indeks bias lensa = 1,5 dan
indeks bias air 1,33 (Jawaban, 48 cm).
Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru.
Soal : Sebuah lensa dengan indek bias 1,5 dibatasi oleh permukaan cembung berjari-
jari 20 cm dan permukaan cekung berjari-jari 40 cm. hitung jarak fokus lensa.
(Jawaban, 80 cm).
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan pada
materi pembiasan pada lensa dan diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, tugas
kelompok, serta membaca dan memahami materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Lensa cembung dan lensa cekung dengan ketebalan bervariasi,
sinar matahari atau lampu
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Sarana/Media : OHP, papan tulis, chart, model
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan pada proses pembelajaran,
tanya jawab atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan
(demonstrasi) serta penilaian sikap, minat dan tingkah laku siswa dalam mengikuti
pembelajaran di kelas. Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP 1, namun harus
memperhatikan lembar-lembar penilaian disesuaikan dengan kegiatan yang
dilakukan siswa. Misalnya siswa tidak pernah melakukan demontrasi maka lembar
penilaian praktikum tidak dipakai.
2) Kuis
Contoh Soal Kuis
1. Sifat bayangan benda yang diletakkan di antara titik fokus dan lensa cembung
adalah......
2. Jika sebuah lensa cembung dimasukkan ke dalam air, jarak fokus akan bertambah
ataukah berkurang?
3. Sebuah benda terletak di dasar kolam pemandian. Bagaimana jika dilihat dari
atas? Apakah akan terlihat lebih dekat atau jauh?
4. Satuan kekuatan lensa adalah ....
5. Sebuah benda diletakan 30 cm di depan lensa cembung (konvergen) dengan jarak
fokus 15 cm. Tentukan letak bayangan dan perbedaran bayangan?
6. Sebuah lensa cembung memiliki jarak fokus 8 cm. berapa jauhkah letak benda di
depan lensa agar berbentuk bayangan nyata dan 8 kali lebih besar.
Jawaban Kuis
1. Maya, diperbesar
2. Berkurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
3. Dekat
4. Dioptri
5. Terletak 30 cm dan perbesaran lensa (M) -1. Tanda negatif menunjukan bahwa
bayangan nyata dan terbalik.
6. 4,5 cm di depan lensa.
3) Tugas rumah (PR).
Contoh soal.
1. Dua lensa konvergen dengan jarak fokus masing-masing 10 cm dan 20 cm
disusun membentuk lensa gabungan. Sebuah benda diletakan 15 cm di depan
lensa gabungan. Tentukan jarak fokus dan kekuatan lensa gabungan?
Jawabannya; Jarak fokus 6,67 cm dan kekuatan lensa gabungan (Pgab) 15
dioptri.
2. Sebuah benda diletakan 30 cm di depan lensa divergen dengan jarak fokus 15
cm. Tentukan letak bayangan dan pembesaran bayangan (M)? Jawaban, 10
cm dan M = 0,33 .
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika –––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PP 5. Alat-Alat Optik
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 5
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik
Kompetensi Dasar : Menerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari
Indikator : Menjelaskan konsep alat-alat optik dan pemanfaatannya pada
kehidupan sehari hari.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat mengenal, menganalisis dan menjelaskan cara kerja berbagai macam alat
optik.
- Siswa dapat menjelaskan tentang lensa mata dan cacat mata serta menjelaskan alat
bantu yang digunakan pada cacat mata (kacamata).
- Siswa mampu menggunakan persamaan tentang optika geometris untuk
menyelesaikan masalah alat optik.
II. Materi Ajar
Alat-Alat Optik (Kanginan, 2002)
Dalam subbab ini kita akan membahas semua peralatan optik tersebut sampai ke
pembahan kuantitatif. Mari kita mulai dengan mempelajari alat optik yang di karuniakan
Tuhan kepada kita, yaitu mata.
1. Mata
a. Anatomi Mata.
Bagian depan mata memiliki lengkung yang lebih tajam dan dilapisi
oleh selaput cahaya, disebut kornea. Di belakang kornea terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
cairan(equeous humor) yang berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke
mata. Lebih ke dalam lagi terdapat lensa yang terbuat dari bahan bening,
berserat dan kenyal, yang kita sebut lensa kristalin atau lensa mata. Di
depan lensa kristalin terdapat selaput yang membentuk celah lingkaran.
Selaput ini disebut iris dan berfungsi member warna kepada mata. Celah
lingkaran yang dibentuk oleh iris disebut pupil. Cahaya yang masuk ke
mata difkuskan oleh lensa mata ke permukaan belakang mata, disebut
retina. Jadi, jika suatu bayangan nyata benda dapat diterima dengan jelas
jika bayangan tersebut jatuh di retina.
(Kanginan, 2002) Gambar 31. Diagram mata manusia
b. Optika Mata
Dalam mata, bayangan yang dibentuk pada retina adalah nyata, terbalik,
dan kecil daripada bendanya (lihat Gambar 32).
(Kanginan, 2002) Gambar 32. (a) mata relaks; (b) mata menegang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Walaupun bayangan pada retina terbalik, bayangan ini diinterpresentasikan
oleh otak sebagai bayangan tegak.
c. Titik Dekat dan Titik jauh Mata
Mata dapat melihat benda dengan jelas jika letak benda berada dalam
jangkauan penglihata yaitu antara titik dekat mata (puntum proximum) dan
titk jauh (punctum rometum), seperti di tunjukan pada Gambar 28.
(Kanginan, 2002)
Gambar 33. Jangkuan penglihatan (PP= puntum proximum dan PP=punctum rometum) Orang usia 20-an dengan mata normal memiliki titik dekat kira-kira 25 cm.
titik dekat ini meningkat kira-kira 50 cm pada usia 40-an dan 500 cm pada
usia 60-an.
d. Cacat Mata dan Cara Menanggulanginya
Cacat mata dapat diatasi dengan memakai kacamata, lensa kontak, atau
melaui suatu operasi. Mata normal (emetropi) memiliki titik dekat 25 cm
dan titik jauh tak berhingga (Gambar 39).
(Kanginan, 2002) Gambar 34. Mata normal (emetropi)
(1) Rabun Jauh (miopi)
Rabun jauh atau terang-dekat memiliki titik lebih kecil dari 25 cmdan
titk jauh pada jarak tertentu (Gambar 35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
(Kanginan, 2002) Gambar 35. Mata rabun jauh (miopi).
.
(Kanginan, 2002) Gambar 36. (a) Rabun jauh; (b) Rabun jauh ditolong dengan kacamata lensa cekung.
Mata rabun jauh miopi dapat ditolong dengan kacamata lensa cekung.
Lensa cekung akan memencarkan cahaya sebelum cahaya masuk ke
mata (Gambar 36b) sehingga bayangan jatuh tepat di retina.
(2) Rabun Dekat (hipermetropi)
Rabun dekat atau terang-jauh memiliki titik dekat lebih besar daripada
25 cm dan titik jauh pada jarak tak terhingga (Gambar 37). Keadaan ini
terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana
mestinya, sehingga bayangan benda yang dekat terbentuk dibelakang
retina.
(Kanginan, 2002) Gambar 37. Mata rabun dekat (hipermetripi)
Cacat mata hipermetripi diatasi dengan menggunakan kacamata lensa
cembung. Lensa cembung akan menguncupkan cahaya sebelum cahaya
masuk ke mata sehingga bayangan jatuh tepat ke retina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
(3) Mata Tua (presbiopi)
Mata tua adalah cacat mata akibat berkuangnya daya akomodasi pada
usia lanjut. Titik dekat mata tuba lebih besar dari 25 cm dan titik jauh
mata tua berada pada jarak tertentu (Gambar 38).
(Kanginan, 2002) Gambar 38. Mata prebiopi
Mata tua (presbiopi) ditolong dengan kacamata berlensa rangkap
(kacamata bifocal), untuk melihat jauh dan untuk membaca.
(4) Astigmatisma
Cacat mata astigmatisma disebabkan oleh kornea mata yang tidak
membentuk sferik (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada
suatu bidang daripada bidang lainnya (bidang silinder). Akibatnya,
benda tidak difokuskan sebagai garis pendek (gambar 40). Cacat mata
astigmatisma dikoreksi dengan kacamata silinderis.
(Kanginan, 2002) Gambar 39. Sebuah lensa silinderis membentuk suatu bayangan garis dari suatu benda titik sebab lensa silinderis hanya konvergen pada suatu bidang.
(5) Katarak dan glaukoma
Cacat mata juga dapat disebabkan oleh penyakit. Seseorang yang
panjang umur sewaktu-waktu dalam hidupnya akan mengalami
pembentukan katarak, yang membuat lensa matanya secara parsial
(total) buram (tak tembus cahaya). Pengobatan umumnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
operasi pembersihan lensa. Penyakitlainya disebut glaucoma, yang
disebabkan oleh peningkatan abnormal pada tekanan fluida dalam
mata.
2. Kamera (Kanginan, 2002)
Seperti halnya mata, bayangan yang terbentuk oleh lensa kamera adalah, nyata,
terbalik dan diperkecil. Jika pada mata, retina berfungsi untuk menangkap
bayangan nyata, pada kamera film. Pada mata intensitas cahaya yang masuk
diatur oleh iris, pada kamera celah diafragma (aperture).
(Kanginan, 2002) Gambar 40. Diagram sebuah kamera.
3. Lup
Dua buah benda berukuran sama, yang satu ditekan lebih dekat dan yang lain
lebih jauh darin anda. Mata akan memeberikan kesan bahwa benda yang dekat
tampak lebig besar daripada benda yang jauh. Pada Gambar 41. Menjelaskan
konsep sudut penglihatan atau ukuran angular. Benda OA, OB dan OC
memiliki ukuran angular α1 < α2 < α3. Bayangan yang dibentuk oleh lensa mata
pada retina adalah OA1< OB2 ,< OC3. Jadi benda OA yang terletak paling
jauh menghasilkan bayangan OA1 diretina tampak paling kecil karena ukuran
angulanya (α1) paling kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
(Kanginan, 2002) Gambar 41. Makin besar ukuran angular benda, makin besar bayangan yang dibentuk pada retina.
Perbesaran angular (Ma) didefenisikan sebagai perbandingan antara ukuran
angular benda yang dilihat dengan menggunakan alat optik (β) dan ukuran
benda yang dilihat tanpa menggunakan alat optik (α).
푃푒푟푏푒푠푎푟푎푛 푎푛푔푢푙푎푟 푀 = 훽훼
Perbesaran lup
푝푒푟푏푒푠푎푟푎푛 푎푛푔푢푙푎푟 푙푢푝 푀 =푠푠
푝푒푟푏푒푠푎푟푎푛 푙푢푝 푢푛푡푢푘 푚푎푡푎 푏푒푟푎푘표푚표푑푎푠푖 푗푎푟푎푘 푥 푀 =푠푓 +
푠푥
푝푒푟푏푒푠푎푟푎푛 푙푢푝 푢푛푡푢푘 푚푎푡푎 푏푒푟푎푘표푚표푑푎푠푖 푚푎푘푠푖푚푢푚 푀 =푠푓 + 1
푝푒푟푏푒푠푎푟푎푛 푙푢푝 푢푛푡푢푘 푚푎푡푎 푡푎푘 푏푒푟푎푘표푚표푑푎푠푖 푗푎푟푎푘 푥 푀 =푠푓
4. Mikroskop
Alat optik yang kita perlukan untuk melihat benda-benda yang sangat kecil
adalah mikroskop (Gambar 42a). sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua
lensa cembung (Gambar 42b). lensa cembung yang dekat dengan benda disebut
lensa objektif dan yang dekat mata disebut okuler. Jarak fokus lensa okuler
lebih besar daripada jarak fokus lensa objektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
(Kanginan, 2002) Gambar 42. (a) Sebuah mikroskop optik; (b) diagram sinar pementukan bayangan pada mikroskop optik.
a. Perbesaran Mikroskop
푝푒푟푏푒푠푎푟푎푛 푙푒푛푠푎 표푏푗푒푘푡푖푓 푀 =ℎℎ =
−푠푠
dengan ℎ = tinggi bayangan; ℎ = tinggi benda; 푠 =
jarak bayangan objektif; 푠 = jarak benda objektif.
Karena lensa okuler berfungsi seperti lup, yaitu 0 < sok ≤ fok, maka
rumus perbesaran okuler, Mok, persis seperti perbesaran angular lup.
푚푎푡푎 푏푒푟푎푘표푚표푑푎푠푖 푚푎푘푠푖푚푢푚 푀 =푠푓 + 1
푚푎푡푎 푡푖푑푎푘 푏푒푟푎푘표푚표푑푎푠푖 푀 =푠푓
Perbesara total mikroskop M = Mob + Mok
b. Panjang mikroskop
Panjang mikroskop adalah jarak antara lensa objektif dan lensa okuler
mikroskop. Pada mikroskop, bayangan dari lensa objektif merupakan benda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
dari lensa okuler. Oleh karena itu, panjang mikroskop, d, secara umum
dinyakan oleh (lihat Gambar 44).
푝푎푛푗푎푛푔 푚푖푘푟표푠푘표푝 푑 = 푠 + 푠
dengan s’ob = jarak bayangan objektif dan sok = jarak benda okuler.
(Kanginan, 2002) Gambar 43. Bayangan objektif merupakan benda okuler, sehingga panjang mikroskop d = s’
ob + sok
Untuk persamaan mikroskop dengan mata tak berakomodasi, bayangan
objektif harus jatuh di titik fokus okuler, sehingga panjang mikroskop d,
dinyatakan oleh d = s’ob + sok.
5. Teropong
Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihatbenda-
benda yang sagat jauh jaraknya agar tampak lebih dekat dan jelas.
a. Teropong Bias
1) Teropong bintang atau teropong astronomi
Dalam teropong bintang, jarak fokus objektif lebih besar daripada jarak
fokus okuler (fob > fok), lihat Gambar 44.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Gambar 44. Pembentukan bayangan pada teropong bintang.
panjang teropong untuk penggunaan normal 푑 = 푓 + 푓
푝푒푟푏푒푠푎푟푎푛 푡푒푟표푝표푛푔 푝푒푛푔푔푢푛푎푎푛 푛표푟푚푎푙 푀 =푓푓
2) Teropong bumi
Dengan disisipkan lensa pembalik yang memiliki jarak fokus fp, maka
teropong bertambah panjang. Pada Gambar 45 tampak panjang teropong
bertambah 4fp. jadi, panjang teropong bumi adalah d = fob + 4fp + fok
(Kanginan, 2002) Gambar 45. Diagram sinar teropong bumi.
3) Teropong prisma atau binokuler
Untuk membalik bayangan, teropong prisma menggunakan dua prisma
siku-siku sama kaki yang didipkan di antara lensa objektif dan lensa
okuler (lihat gambar 46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
(Kangian, 2002) Gambar 46. Diagram sinar toropong prisma
4) Teropong panggung
Untuk memperpendek teropong bumi, pembalikan bayangan dapat juaga
dilakukan dengan lensa cekung sebagai lensa okuler (Gambar 47).
Susunan lensa semacam ini disebut teropong panggung atau teropong
Galileo, sesuai nama penemunya.
(Kanginan, 2002) Gambar 47. Diagram sinar teropong panggung.
Panjang teropong atau jarak lensa objektif dan lensa okuler d = fob + fok
dengan nilai fok negatif sebab lensa okuler adalah lensa cekung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
b. Teropong Pantul
Teropong pantul astronomi terdiri atas satu cermin cekung besar, satu
cermin kecil datar yang diletakan sedikit di depan titik fokus cermin cekung
F, dan satu lensa cembung untuk mengamati benda.
(Kanginan, 2002)
Gambar 48. Diagram sinar teropong pantul astronomi. III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah aktif
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran yang diteruskan dengan tanya jawab untuk mengungkap
kembali pelajaran pada pertemuan sebelumnya dan mengenalkan pelajaran yang akan
dipelajari.
Kegiatan Inti
Guru memberikan informasi (ceramah) mengenai macam-macam alat optik.
Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menunjukkan bagian-bagian mata dan
menyebutkan fungsinya dengan bantuan model mata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Siswa melakukan diskusi kelas untuk menyebutkan macam-macam cacat mata
dan menjelaskan alat bantu yang sesuai untuk digunakan dalam mengatasi cacat
mata tersebut.
Siswa melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan konsep mata berakomodasi
dan mata tak berakomodasi dengan bantuan alat peraga dan gambar.
Siswa melakukan demonstrasi yaitu misalnya mengamati benda dengan
menggunakan mikroskop untuk melihat sel gabus pada batang sigkong.
Kemudian berdiskusi yang dipimpin oleh guru untuk menunjukkan bagian-bagian
mikroskop, teropong, dan kamera serta menyebutkan fungsinya dengan bantuan
alat (model) dari mikroskop, teropong dan kamera.
Diskusi kelompok mencari informasi tentang teropong, dilanjutkan penjelasan
dari guru tentang persamaan yang berkaitan dengan teropong.
Guru memberikan contoh soal perhitungan yang berkaitan dengan macam-maca
alat optik. Soal, sebuah mikroskop memiliki lensa okuler dengan jarak 2,5 cm,
dan lensa objektif dengan jarak fokus 1,2 cm. tentukan perbesaran total
mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum. Jawaban, 179 kali.
Meminta siswa latihan mengerjakan soal-soal perhitungan yang berkaitan dengan
lup dan teropong. (lihat soal perhitungan pada cotoh soal kuis dan PR bisa
digunakan).
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan pada
materi yang telah diperoleh, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, tugas
kelompok, serta membaca dan memahami materi berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Model mata, macam-macam kacamata baca, lup, mikroskop,
teropong, dan kamera
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA IB (Erlangga).
Sarana/Media : OHP, slide, VCD, chart, model
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam proses tanya jawab
atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan demonstrasi (pengamatan) serta
penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
di kelas. Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP 1, namun harus
memperhatikan lembar-lembar penilaian disesuaikan dengan kegiatan yang
dilakukan siswa. Misalnya siswa tidak pernah melakukan demontrasi maka lembar
penilaian praktikum tidak dipakai.
2) Kuis
Contoh Soal Kuis
1. Bayangan terakhir pada mikroskop merupakan bayangan ....
2. Teropong panggung tersusun oleh lensa ... dan lensa ....
3. Berapakah lensa yang menyusun teropong bumi? Sebutkan!
4. Sebuah lup memilki lensa dengan kekuatan 20 dioptri. Seorang pengamat dengan
jarak titik dekat 30 cm menggunakan lup tersebut. tentukan letak benda dan
perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum?
Jawaban Kuis 1. Maya
2. Positif dan Negatif
3. Tiga lensa, yaitu obyektif, pembalik, dan okuler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
4. Benda terletak sejauh 4,30 cm dan perbesaran lup (Ma) 7
3) Tugas rumah (PR)
Contoh soal
Sebuah teropong bintang memiliki lensa objektif dengan jarak fokus 150 cm dan
lensa okuler dengan jarak fokus 10 cm. Teropong tersebut digunakan untuk
melihat benda-benda langit yang sangat jauh. Tentukan panjang dan perbesaran
teropong untuk penggunaan mata normal.?
Jawaban: Panjang teropong (d) 160 cm dan perbesaran teropong (M) 15.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika –––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
RPP 6. Suhu dan Pemuaian.
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 6
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kalor dan prinsip konsevasi energi ada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar : menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
Indikator : 1. Melakukan pengukuran suhu dengan berbagai skala termometer,
yaitu skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin.
3. Menjelaskan dan merumuskan kalor jenis dan kapasitas kalor.
4. Menganalisis adanya perubahan wujud zat dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat melakukan pengukuran suhu dengan berbagai skala.
- Siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi besar pemuaian zat padat,
zat cair, dan gas.
- Siswa dapat menyebutkan beberapa contoh keseharian yang menunjukan zat memuai.
II. Materi Ajar
Suhu dan pemuaian
1. Termometer (Kanginan, 2002)
Alat untuk mengukur suhu adalah termometer. Di SMP telah Anda ketahui
bahwa termometer memanfaatkan sifat termometrik zat untuk mengukur suhu. Sifat
termometrik zat adalah sifat fisis zat yang berubah jika dipanaskan, misalnya volum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
zat cair, panjang logam, hambatan listrik seutas kawat platina, tekanan gas pada
volum tetap, dan warna pijar kawat (filamen) lampu.
a. Beberapa Jenis Termometer
Termometer yang paling umum digunakan untuk mengukur suhu
dalam keseharian adalah termometer yang terbuat dari kaca dan diisi dengan
zat cair, yang tergolong termometer zat cair adalah termometer klinis,
termometer dinding, dan termometer maksimum/ minimum. Selain
termometer zat cair, jenis-jenis termometer lainnya adalah termometer
bimetal, termometer hambatan, termokopel, termometer gas, dan pirometer.
b. Kalibrasi Termometer
Kalibrasi termometer adalah kegiatan menetapkan skala sebuah
termometer yang belum memiliki skala. Oleh karena itu, seperti besaran-
besaran pokok yang lain, suhu mempunyai standar. Standar untuk suhu
disebut titik tetap. Ada dua titik tetap, yaitu titik tetap bawah adalah titik
lebur es murni dan ditandai dengan angka 0 (Gambar 49a). Alasan menyebut
es murni adalah karena ketidakmurnian es (misalnya bercampur dengan
garam) akan menyebabkan titik lebur es lebih rendah (di bawah nol), dan
titik tetap atas adalah suhu uap di atas air yang sedang mendidih pada
tekanan 1 atm dan ditandai dengan angka 100 (Gambar 49b). Alasan
menyebut tekanan 1 atm adalah karena titik didih air sangat dipengaruhi
oleh tekanan udara di atas permukaan air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
(Kanginan, 2002) Gambar 49. Cara menentukan titik tetap (a) bawah, dan (b) atas.
Empat langkah yang diperlukan dalam kalibrasi sebuah termometer:
a) Menentukan titik tetap bawah
b) Menetukan titik tetap atas
c) Bagilah jarak antara kedua titik tetap tersebut menjadi beberapa bagian
yang sama
d) Kita dapat memperluas skala ini di bawah titik tetap bawah (ditandai
dengan angka negatif) dan di atas titik tetap atas (ditandai dengan angka
yang lebih besar dari 100).
c. Hubungan Panjang Kolom Raksa dan Suhu
Panjang kolom raksa dalam pipa kaca menentukan bacaan suhu yang
ditunjukkan oleh termometer. Grafik pada Gambar 50 menunjukkan
bagaimana panjang kolom raksa X berubah terhadap bacaan suhu dalam
skala Celsius. Perhatikan, hu-bungan antara X dan suhu θ adalah linear. Jika
Xθ menyatakan panjang kolom raksa pada suhu sembarang θ yang tidak
diketahui, X0 dan X100 masing-masing menyatakan panjang kolom raksa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
pada titik lebur es (0°C) d dan titik didih air (100°C), suhu sembarang θ
dapat dirumuskan oleh:
ℎ푢푏푢푛푔푎푛 푠푢ℎ푢 푑푎푛 푝푎푛푗푎푛푔 푘표푙표푚 푟푎푘푠푎 휃
100 =푋 − 푋
100 − 푋
(Kanginan, 2002) Gambar 50. Hubungan linear antara panjang kolom raksa X
dan suhu dalam skala Celsius.
d. Skala Kelvin
Suhu adalah Auran kelajuan gerak partikel-partikel dalam suatu benda.
Lebih umum, suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata partikel dalam
suatu benda. Skala suhu yang ditetapkannya disebut skala Kelvin. Suhu-
suhu pada skala Kelvin diukur dalam derajat yang disebut kelvin, diberi
lambang K (bukan oK). Suhu terendah pada skala ini diberi tanda 0 K yang
sama dengan -273,16°C. Satu kelvin (1 K) pada skala Kelvin sama dengan
1°C pada skala Celsius. Pada skala Kelvin tidak dikenal angka-angka
negatif. Hubungan antara skala Celsius dan skala Kelvin dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut T = t + 273 dengan T adalah angka pada skala
Kelvin dan t adalah angka pada skala Celcius. Untuk keperluan pengukuran
yang lebih teliti, digunakan persamaan T = t + 273,16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
e. Skala Fahrenheit
Pada skala Fahrenheit, titik lebur es diberi angka 32 dan titik didih air diberi
angka 212. Hubungan antara skala Fahrenheit dan skala Celsius ditunjukkan
pada Gambar 52. Hubungan ini dapat kita nyatakan dengan persamaan
berikut. ∆F : ∆C = 180 : 100; ∆F : ∆C = 9 : 5;dan (tF - 32) : tC = 9 : 5
(Kanginan, 2002) Gambar 51. Skala Fahrenheit dan Celsius pada sebuah termometer.
2. Pemuaian
Jika sebuah benda dipanasi, partikel-partikel di dalamnya berge lebih kuat
sehingga saling menjauh. Kita katakan bahwa benda memuai. Jika ber didinginkan,
getaran-getaran partikel lebih lemah dan partikel-partikel saling mendekat. Seba
hasilnya, benda menyusut. Pemuaian terjadi baik pada zat padat, cair, ataupun gas
(Kanginan, 2002)
a. Pemuaian Zat Padat
Keping bimetal sangat peka terhadap perubahan suhu. Ketika dipanaskan,
keping melengkung ke arah logam yang koefisien muainya lebih kecil (invar).
Sebaliknya, ketika didinginkan keping melengkung ke arah logam yang koefisien
muainya lebih besar (perunggu), lihat Gambar 52.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
(Kaninan, 2002)
Gambar 52. Keping bimetal.
a) Pemuaian panjang
Jika suatu benda padat dipanaskan, benda tersebut akan memuai ke
segala arah. Dengan kata lain, ukuran panjang, luas, dan volume benda
bertambah. Misalnya, ketika tiga batang logam yang berbeda jenis
(aluminium, tembaga, dan besi) dan sama panjang dipanaskan, Anda dapatkan
bahwa walaupun ketiga batang dengan panjang sama ini mengalami kenaikan
suhu yang sama, tetapi pertambahan panjang ketiganya berbeda. Perbedaan
pertambahan panjang ini disebabkan oleh perbedaan koefisien muai panjang
yang didefinisikan sebagai berikut. Koefisien muai panjang (α) suatu bahan
adalah perbandingan antara pertambahan panjang (∆l) terhadap panjang awal
benda (lo) per satuan kenaikan suhu (∆T). Secara matematis, dinyatakan
sebagai ∆l = αlo∆T dengan ∆l = lt - lo dan ∆T = T – To. Keteranga lt: panjang
akhir benda (m); T: suhu akhir benda (oC atau K).; dan To:suhu awal benda (oC
atau K).
b) Pemuaian Luas
Bila benda padat berbentuk persegi panjang dipanaskan, terjadi pemuaian
dalam arah memanjang dan arah melebar. Pemuaian luas berbagai zat
bergantung pada koefisien muai luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Gambar 53. Pemuaian luas
Koeflsien muai luas (β) suatu bahan adalah perbandingan antara pertambahan
luas benda (∆A) terhadap luas awal benda (Ao) per satuan kenaikan suhu (∆T).
Secara matematis β dinyatakan ∆A=βAo∆T denga ∆A = A – Ao = pertambahan
luas (m2), A = luas akhir benda (m2)
c) Pemuaian volume
Bila benda padat berbentuk balok dipanaskan, akan terjadi pemuaian dalam
arah memanjang, melebar, dan meninggi. Pemuaian volum berbagai zat
bergantung pada koefisien muai volum.
(Kanginan, 2002) Gambar 54.Pemuaian volum.
Koefisien muai volum (γ) suatu bahan adalah perbandingan pertambahan
volum terhadap volum awal benda (V0) per satuan kenaikan suhu (∆T). Secara
matematis dinyatakan ∆V = γ V0 ∆T dengan ∆V = V – V0 ; dan V = volume
akhir benda (m3).
b. Pemuaian Zat Cair
Sifat zat cair adalah selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya. Jika air
dituangkan ke dalam botol, bentuk air mengikuti bentuk botol. Jadi, wadah berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
volum. Karena itu, zat cair hanya memiliki muai volum (tidak memiliki muai
panjang dan muai luas), sehingga untuk zat cair, yang diketahui selalu koefisien
muai volumnya. Pemuaian volum zat cair dapat Anda lihat pada termometer raksa.
Sifat pemuaian air yang tidak teratur ini disebut anomali air (anomali berarti
ketidakteraturan). Anomali air diakibatkan oleh perubahan struktur molekul-
molekul air. Zat lain yang memiliki sifat anomali seperti air adalah parafin dan
bismuth.
c. Pemuai Gas
Dalam bagian ini kita batasi pembahasan kita hanya untuk menunjukkan bahwa
seperti halnya zat padat dan zat cair, gas juga mengalami pemuaian. Untuk jumlah
gas yang tetap, keadaan suatu gas dinyatakan oleh tiga variabel, yakni tekanan,
volum, dan suhu mutlaknya. Dengan demikian, persamaan pemuaian gas melibatkan
ketiga variabel ini. Kita membahas persamaan keadaan gas ini dalam Bab Teori
Kinetik Gas di Kelas XI.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah aktif dan Peta Konsep
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan pemberian kuis yang berkaitan
tentang suhu dan pemuaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Kegiatan Inti
Guru memberi informasi (ceramah) dan membuat peta konsep yang disertai
dengan tanya jawab untuk mengungkap kembali konsep suhu dan pemuaian,
macam-macam skala termometer serta penggunaannya.
Guru melakukan demonstrasi yaitu gelas beker diisi air lalu dipanaskan, disertai
tanya jawab mengapa air apabila suhunya dinaikkan mendidih.
Siswa melakukan diskusi untuk merumuskan konversi suhu dari skala
termometer Celcius ke skala termometer yang lain.
Guru memberikan informasi (ceramah) yang disertai tanya jawab untuk
menjelaskan pemuaian zat.
Diskusi kelas membahas pemuaian zat padat dan memformulasikan berbagai
macam pemuaian suatu zat.
Diskusi kelas mengerjakan soal hitungan yang berkaitan dengan pengukuran
suhu dan pemuaian zat.
Soal.
1. Dua buah thermometer A dan B menunjuk angka yang sama 100o ketika
digunakan untuk mengukur suhu air saat mendidih. Dalam air yang agak
hangat thermometer A menunjukan angka 75o, sementara thermometer B
menunjukkan 50o. jika termometer A menunjukkan angka 25o, termometer
B menujunkkan angka..? Jawaban, -50o.
2. Oleh karena suhunya ditingkatkan dari 0o C menjadi 100oC, sebatang logam
baja dengan panjang 1meter bertambah panjang 1 mm. Berapakah
pertambahan panjang sebatang baja yang memiliki panjang 60 cm bila
dipanaskan dari 10oC sampai 130oC.? Jawaban, 0,72 mm.
Guru memberikan kuis untuk dikerjakan para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan pada
materi suhu dan pemuaian, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, tugas kelompok,
serta membaca dan memahami materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Termometer, pemanas spiritus, batang logam, gelas beker, dan air
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, dan papan tulis.
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti tanya jawab atau diskusi, kinerja
keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat, dan tingkah
laku siswa di dalam kelas. Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP 1, namun
harus memperhatikan lembar-lembar penilaian disesuaikan dengan kegiatan yang
dilakukan siswa. Misalnya siswa tidak pernah melakukan demontrasi maka lembar
penilaian praktikum tidak dipakai.
2) Kuis
Contoh Soal Kuis
1. Air diukur dengan termometer Celsius menunjukkan angka 50oC. Jika diukur
dengan termometer Fahrenheit menunjukkan angka ....
2. Sebuah batang panjang dipanaskan. Ternyata, hanya arah memanjangnya saja
yang bertambah, benar atau salah?
3. Suhu benda menunjukkan angka 27oC, suhu itu sama dengan ... K.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
4. Sebuah bejana baja 4 L, 95 volumenya diisi alkohol. Jika awal bejana 0o C dan
bejana tersebut dipanaskan sampai 70o C, berapakah volume alkohol yang
tumpah? Koefesien muai panjang baja 0,000011 (Co)-1; kefesien muai alkohol
0,001 (Co)-1.
Jawaban Kuis
1. 122F; 2. Salah; dan 3. 300 K; dan 4. 56,76 cm3.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
RPP 7. Kalor dan Perubahan wujud
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke : 7
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kalor dan prinsip konversi energi pada
berbagai perubahan energi.
Kompetensi Dasar : 1. Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat.
Indikator : 1. Menganalisis pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda
2. Menjelaskan peristiwa perubahan wujud dan karakteristik serta
memberikan contohnya dalam kehidupan sehari hari.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menganalisis dan menjelaskan pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud
benda.
- Siswa dapat memberikan gambaran tentang factor yang mempengaruhi peristiwa
perubahan wujud.
- Siswa dapat melakukan analisis kuantitatif tentang perubahan wujud.
II. Materi Ajar
Kalor dan Perubahan Wujud
1. Pengertian Kalor dan Perbedaannya dengan Suhu (Kangian, 2002).
a. Perbedaan antara Suhu, Kalor, dan Energi Dalam
Air dalam bejana ini kemudian dipanaskan dengan menggunakan pembakar
bunsen yang identik (Gambar 55). Karena kedua pembakar bunsen identik,
keduanya memberikan jumlah kalor yang sama kepada air selama dua menit.
Tetapi, setelah dua menit termometer dalam bejana kecil menunjukkkan kenaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
suhu yang lebih besar daripada termometer dalam bejana besar. Ilustrasi ini
dengan jelas menyatakan bahwa kalor dan suhu adalah dua besaran yang berbeda.
(Kanginan, 2002) Gambar 55. Ilustrasi perbedaan suhu dan kalor
Secara sederhana, kita dapat menyatakan suhu, energi dalam, dan kalor sebagai
berikut. Suhu merepresentasilan energy kinetik satu molekul zat. Energi dalam
menyatakan ukuran energi seluruh molekul dalam zat. Sedangkan kalor adalah
perpindahan sebagian energy dalam dari suatu zat ke zat lain karena adanya
perbedaan suhu.
b. Teori Kinetik
Dalam benda yang panas, partikel-partikel bergerak lebih cepat sehingga
memiliki energi yang lebih besar daripada partikel-partikel dalam benda yang
lebih dingin disebut teori kinetik. Ketika benda panas menyentuh benda dingin,
partikel-partikel dalam benda panas menabrak partikel-partikel dalam benda
dingin. Tabrakan-tabrakan ini memindahkan energi ke partikel-partikel benda
dingin. Energi termal partikel-partikel dalam benda dingin bertambah sehingga
suhunya naik. Begitu partikel-partikel dalam benda dingin menjadi lebih
energetik, partikel-partikel ini mulai memindahkan energinya kembali ke
partikel-partikel benda panas. Kedua benda dikatakan mencapai keseimbangan
termal. Pada keadaan ini, jika diukur dengan termometer, suhu benda panas akan
sama dengan suhu benda dingin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Gambar 56 (a) Energi termal dipindahkan dari benda panas ke benda dingin; (b) Ketika keseimbangan termal tercapai, pemindahan energi di antara dua benda adalah sama.
2. Persamaan Kalor
Gunakan peralatan seperti Gambar 57 untuk menyelidiki hubungan antara kalor,
Q dengan kenaikan suhu air, ΔT, dan massa air, m. Caranya, panaskan air dalam
cangkir plastik dengan tutup cangkir berlubang tiga. Melalui ketiga lubang inilah
pemanas celup 50 W, pengaduk, dan termometer dimasukkan.
Gambar 57. Peralatan untuk menentukan persaman kalor
Faktor m (massa) dan ΔT (suhu), kalor (Q) juga bergantung pada jenis zat, kalor
jenis zat (lambang c - huruf kecil), maka kalor yang dibebaskan/ diserap dapat
dirumuskan sebagai Q = mcΔT. Kalor jenis adalah sifat khas suatu zat yang
menunjukkan kemampuannya untuk menyerap kalor. Zat yang memiliki kalor jenis
tinggi mampu menyerap lebih banyak kalor untuk kenaikan suhu yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Kapasitas kalor (C) adalah banyak energi yang harus diberikan dalam bentuk kalor
untuk menaikkan suhu suatu benda sebesar satu derajat dinyatakan C=mc.
Tabel 18. Kalor jenis berbagai zat.
Zat Kalor jenis (J kg-1 K-1) Zat Kalor jenis
(J kg-1 K-1) Aluminium 900 Alkohol (etil) 2400
Tembaga 390 Raksa 140
Kaca 840 Air
Besi atau baja 450 es (-5°C) 2100
Timah hitam 130 cair (15°C) 4180
Manner 860 uap (110°C) 2010
Perak 230 Badan manusia 3470
Kayu 1700 Udara 1000
3. Perubahan Wujud Zat
Pada Gambar 58 ditunjukkan diagram perubahan wujud zat. Melebur adalah
perubahan wujud dari padat menjadi cair; membeku adalah perubahan wujud dari
cair menjadi padat; menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas;
mengembun adalah perubahan wujud dari gas menjadi cair; menyublim adalah
perubahan wujud dari padat langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud cair);
deposisi adalah kebalikan dari menyublim, yakni perubahan langsung dari wujud gas
ke wujud padat. Perhatikan, panah ke atas menyatakan diperlukan kalor dan panah ke
bawah menyatakan dilepaskan kalor.
Gambar 58. Diagram perubahan wujud zat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Anda telah mengetahui bahwa bila kalor diberikan kepada suatu zat, maka biasanya
suhu zat naik. Untuk mengubah wujud zat, diperlukan kalor.
(Kanginan, 2002) Gambar 59. Grafik pemanasan dan pendinginan lilin.
Grafik suhu terhadap waktu pada proses pemanasan dan pendinginan lilin kira-kira
seperti pada Gambar 59. Tampak bahwa pada dua proses, yakni proses melebur
(garis BC) dan proses membeku (garis EF), kalor yang diberikan pada lilin atau
kalor yang diambil dari lilin hanya digunakan untuk mengubah wujud lilin tanpa
menaikkan atau menurunkan suhunya. Besar kalor ini berbeda untuk zat yang
berbeda. Dengan kata lain, kalor ini merupakan sifat khas suatu zat, sehingga untuk
memahaminya diperkenalkanlah konsep kalor laten. Disebut kalor laten (laten
artinya tersembunyi) karena pemberian kalor ini pada suatu zat tidak tampak sebagai
kenaikan suhu, sehingga seakan-akan tersembunyi.
a. Melebur dan Membeku
Titik lebur adalah suhu pada waktu zat melebur. Kalor yang diperlukan untuk
mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur
atau kalor lebur saja. Kalor yang dilepaskan pada waktu zat membeku
dinamakan kalor laten beku atau kalor beku saja. Kalor lebur diberi simbol Lƒ.
Jika banyak kalor yang diperlukan oleh zat bermassa m kg untuk melebur adalah
Q joule, maka sesuai dengan definisi di atas dapat ditulis
퐿 =푄푚푎푡푎푢 푄 = 푚퐿
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
b. Menguap, Mendidih, dan Mengembun
Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi uap (gas) dan
memerlukan kalor. Peristiwa lain yang memperlihatkan bahwa pada waktu
menguap diperlukan kalor adalah mendidih. Kalor yang diperlukan untuk
mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didih normalnya dinamakan
kalor laten uap atau kalor uap saja. Kalor uap disebut juga kalor didih. Sedangkan
kalor yang dilepaskan untuk mengubah wujud 1 kg uap menjadi cair pada titik
didih normalnya dinamakan kalor laten embun atau kalor embun saja. Dari kedua
istilah itu, yang paling umum digunakan adalah kalor didih (diberi simbol Lv).
Jika banyak kalor yang diperlukan untuk mendidihkan zat yang bermassa m kg
adalah Q joule, dapat ditulis
퐿 =푄푚 푎푡푎푢 푄 = 푚퐿
Tampak bahwa satuan kalor didih Lv sama dengan satuan kalor lebur Lf yaitu J/kg
atau J kg-1.
c. Menyublim
Suatu zat kadang-kadang dapat berubah wujud dari padat langsung menjadi gas.
Proses ini dinamakan menyublim. Sebagai contoh, karbon dioksida cair hanya
ada pada tekanan yang lebih rendah dari 5 x 105 Pa (kira-kira 5 atm), padahal
karbon dioksida padat dapat menyublim pada tekanan atmosfer (1 atm). Oleh
karena itu, pada keadaan normal, karbon dioksida padat (disebut es kering) jika
diberi kalor, langsung berubah menjadi gas karbon dioksida tanpa melalui wujud
cair. Peristiwa menyublim dimanfaatkan orang dalam teknik pengeringan beku
(freeze drying) untuk mengawetkan produk makanan, bunga, dan plasma darah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
d. Grafik Suhu terhadap Kalor
Gambar 60, menunjukkan grafik suhu-kalor ketika sejumlah massa tertentu es
yang bersuhu di bawah 0°C dipanaskan (diberi kalor). Suhu naik (dari a ke b)
sampai titik lebur es 0°C dicapai. Antara a dan b hanya terdapat satu wujud, yaitu
wujud padat (es). Kemudian, ketika kalor terus ditambahkan (dari b ke c), suhu
tetap sampai semua es melebur menjadi air. Antara b dan c terdapat dua wujud,
yaitu wujud padat (es) dan wujud cair (air). Kemudian, suhu air akan naik
kembali (dari c ke d) sampai titik didih air 100°C dicapai. Antara c dan d hanya
terdapat satu wujud, yaitu wujud cair (air). Pada titik didih (dari d ke e) kembali
suhu tetap walau kalor terus bertambah sampai semua air mendidih menjadi uap
air (wujud gas). Antara d dan e terdapat dua wujud, yaitu wujud cair (air) dan
wujud gas (uap air). Kemudian, suhu uap air akan naik kembali jika kalor terus
diberikan. Jika kelajuan kalor yang diberikan, yaitu kalor/waktu atau dengan
simbol ∆Q/∆t tetap, yaitu dengan cara mengatur nyala api pemanasan yang tetap.
Kemiringan grafik wujud cair (dari c ke d) lebih kecil daripada kemiringan grafik
wujud padat (dari a ke b). Kemiringan grafik kenaikan suhu (AT) terhadap kalor
(Q) adalah ∆ =
(Kanginan, 2002) Gambar 60. Grafik suhu-kalor untuk es yang dipanaskan sampai menjadi uap air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah aktif
2. Eksperimen
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan tanya jawab untuk mengungkap
kembali pelajaran pada pertemuan sebelumnya dan mengenalkan pelajaran yang akan
dipelajari.
Kegiatan Inti
Guru memberikan ceramah yang disertai tanya jawab untuk mengungkap kembali
konsep suhu dan perubahan wujud.
Guru memberikan informasi (ceramah) untuk menjelaskan kalor, kalor njenis,
kapasitas kalor, dan perubahan wujud zat dalam kehidupan seharihari.
Siswa melakukan pengamatan pada eksperimen peleburan batu es untuk mengetahui
perubahan wujud zat yang diakibatkan oleh kalor.
Guru bersama siswa memformulasikan kalor jenis dan kapasitas kalor.
Guru memberikan contoh soal perhitungan dan kemudian memberikan soal latihan
yang berkaitan dengan suhu dan perubahan wujud.
Soal, campuran es dan air 320 gram pada suhu 0oC berada dalam bejana yang
kapasitas kalornya dapat diabaikan. Kemudian dimasukan 79 gram uap air bersuhu
100oC ke dalam bejana tersebut. suhu akhir menjadi 79oC. jika kalor lebur es 79,0
kal/gram dan kalor penguapan air 540 kal/gram, banyak air mula-mula dalam gram
adalah…..(Jawaban, 79 gram)
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan pada
materi perpindahan kalor dan asas Black, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri,
tugas kelompok, serta membaca dan memahami materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Termometer, pemanas spiritus, gelas beker, air, neraca, gelas ukur
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, dan papan tulis.
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta
penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Untuk lembar
penilaian dapat dilihat di RPP 1, namun harus memperhatikan lembar-lembar
penilaian disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan siswa. Misalnya siswa tidak
pernah melakukan demontrasi maka lembar penilaian praktikum tidak dipakai.
2) Kuis
Contoh Soal Kuis
1. Jumlah kalor dirumuskan sebagai ....
2. Massa air 10 gram pada suhu 50oC dicampur dengan 10 gram air pada suhu 80oC.
Suhu campuran air tersebut adalah ....
3. Jumlah kalor yang diperlukan untuk mengubah bentuk dari padat ke cair dirumuskan
sebagai ....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Jawaban Kuis
1. Q = m c t
2. 75oC
3. Q = m L Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
RPP 8. Perpindahan Kalor
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 8
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kalor dan prinsip konversi energi pada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar : - Menganalisis cara perpindahan kalor
Indikator : - Menganalisis dan menjelaskan perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menunjukkan perpindahan degan eksperimen.
- Siswa dapat menganalisis dan menjelaskan perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
II. Materi Ajar
Perpindahan Kalor
Jika benda panas disentuhkan dengan benda dingin, tak lama kemudian suhu benda
panas turun, sedangkan suhu benda dingin naik. Hal ini terjadi karena benda panas
memberikan kalor kepada benda dingin (Kanginan, 2002: 130). Jadi, kalor berpindah
dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah.
(Kanginan, 2002)
Gambar 61. Kalor berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
1. Perpindahan Kalor secara Konduksi
Proses perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel dinamakan konduksi.
(Kanginan, 2002)
Gambar 62. Partikel-partikel pada ujung yang dipanasi bergetar lebih cepat dari-pada partikel-partikel pada ujung yang tidak dipanasi. Perpindahan kalor secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut.
- Pemanasan pada satu ujung zat menyebabkan partikel-partikel pada ujung itu
bergetar lebih cepat dan suhunya naik, atau energi kinetiknya bertambah.
- Dalam logam, kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas yang
terdapat dalam struktur atom logam.
Berdasarkan kemampuan menghantar kalor, zat dibagi atas dua golongan besar, yaitu
f.onduktor dan isolator. Konduktor ialah zat yang mudah menghantar kalor. Isolator
ialah zat ang sukar menghantar kalor. Perlu Anda catat bahwa setiap zat dapat
menghantar kalor secara konduksi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Konduksi Kalor (Kanginan, 2002: 133)
a) Beda suhu di antara kedua permukaan ∆T = T1 – T2; makin besar beda suhu,
makin cepat perpindahan kalor.
b) Ketebalan dinding d; makin tebal dinding, makin lambat perpindahan kalor.
c) Luas permukaan A; makin besar luas permukaan, makin cepat perpindahan
kalor.
d) Konduktivitas termal zat k merupakan ukuran kemampuan zat
menghantarkan kalor; makin besar nilai k, makin cepat perpindahan kalor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Berdasarkan penjelasan di atas, banyak kalor Q yang melalui dinding selama selang
waktu t dinyatakan oleh = ∆
(Kanginan, 2002)
Gambar 63. Laju konduksi kalor Q/t yang melalui dinding sama dengan KA∆T/d
2. Perpindahan Kalor secara Konveksi
Proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida ke bagian lain fluida oleh
pergerakan fluida itu sendiri dinamakan konveksi. Ada dua jenis konveksi, yaitu
konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah, pergerakan fluida
terjadi akibat perbedaan massa jenis. Contoh Pada siang hari, tanah lebih cepat
menjadi panas daripada laut, sehingga udara di atas daratan lebih panas daripada
udara di atas laut. Oleh karena itu, udara di atas daratan naik dan tempatnya
digantikan oleh udara di atas laut, terjadilah angin laut (Gambar 64a), dan pada
malam hari, tanah lebih cepat dingin daripada laut, sehingga udara di atas daratan
lebih dingin daripada udara di atas laut. Oleh karena itu, udara di atas laut naik dan
tempatnya digantikan oleh udara di atas daratan, sehingga terjadilah angin darat
(Gambar 64b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
(Kanginan, 2002) Gambar 64.
Dalam konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi langsung diarahkan ke
tujuannya oleh sebuah peniup (blower) atau pompa. Contoh konveksi paksa adalah
pada sistem pendingin mobil (Gambar 65).
(Kanginan, 2002) Gambar 65. Konveksi paksa pada sistem pendingin
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Kalor Konveksi (Kanginan, 2002)
Laju kalor Qlt ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida
sekitarnya secara konveksi sebanding dengan luas permukaan benda A yang
bersentuhan dengan fluida dan beda suhu ∆T di antara benda dan fluida. Secara
matematis = ℎ퐴∆푇
dengan h adalah koefisien konveksi dengan nilai yang bergantung pada bentuk dan
kedudukan permukaan, yaitu tegak, miring, mendatar, menghadap ke bawah, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
menghadap ke atas. Nilai h diperoleh secara percobaan. Sebagai contoh, nilai h
untuk tubuh manusia adalah 7,1 J s-1m-2K-1.
3. Perpindahan Kalor secara Radiasi
Kalor dari Matahari dapat sampai ke Bumi melalui ruang hampa tanpa zat
perantara (medium). Perpindahan kalor seperti ini disebut radiasi. Perpindahan kalor
dapat melalui ruang hampa karena energi kalor dibawa dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Jadi, radiasi atau pancaran adalah perpindahan energi kalor dalam
bentuk gelombang elektromagnetik.
Penyerap Kalor Radiasi yang Baik dan Buruk
Beberapa permukaan zat menyerap kalor radiasi lebih baik daripada
rermukaan zat lainnya Gambar 66. Bandingkan jika Anda memakai baju putih
mengilap dan baju hitam kusam di siang dan malam hari. Di siang hari baju hitam
kusam terasa lebih panas daripada baju putih rerkilap. Ini karena di siang hari, baju
hitam kusam menyerap kalor radiasi lebih baik daripada baju putih berkilap. Di
malam hari baju hitam kusam terasa lebih dingin daripada baju putih rrengilap. Ini
terjadi karena di malam hari, baju hitam kusam memancarkan kalor radiasi lebih
baik daripada baju putih berkilap.
(Kanginan, 2002)
Gambar 66.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Berdasarkan uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa:
a) Permukaan yang hitam dan kusam adalah penyerap kalor radiasi yang baik
sekaligus pemancar kalor radiasi yang baik pula;
b) Permukaan yang putih dan mengilap adalah penyerap kalor radiasi yang buruk
sekaligus pemancar kalor yang buruk pula;
c) Jika diinginkan agar kalor yang merambat secara radiasi berkurang, permukaan
(dinding harus dilapisi suatu bahan agar mengilap (misalnya dilapisi dengan
perak).
Hukum Stefan-Boltzmann, yang berbunyi: energi yang dipancarkan oleh suatu
permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu (Q/t) sebanding
dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak
permukaan itu (T4). Secara matematis ditulis Q/t = σAT4. Tetapan σ (dibaca sigma)
dikenal sebagai tetapan Stefan-Boltzmann dan dalam satuan SI mempunyai nilai σ =
5,67 x 10-8 W m-2K-4. Daya radiasi Q/t = e σAT4 dengan e adalah koefisien yang
disebut emisivitas. Emisivitas adalah suatu ukuran seberapa besar pemancaran radiasi
kalor suatu benda dibandingkan dengan benda hitam sempurna. Emisivitas tidak
memiliki satuan, nilainya terletak di antara 0 dan 1 (0 < e < 1) dan bergantung pada
jenis zat dan keadaan permukaan.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan memberikan informasi tentang kegiatan
laboratorium dan persiapan sebelum melakukan praktikum.
Kegiatan Inti
Guru memberikan ceramah yang disertai tanya jawab untuk mengungkap kembali
konsep kalor dan perpindahannya.
Siswa melakukan diskusi untuk mengidentifikasi perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
Guru memberikan demostrasi singkat tentang perpindahan kalor secara konduksi.
Yaitu sebuah batang logam dengan panjang kira-kira 10 cm, pada salah satu ujung
dipegang dan salah satunya dibakar. Pasti lama kelamaan ujung yang dipegang akan
terasa panas.
Diskusi kelas untuk menentukan atau merumuskan besar kalor yang masuk atau
keluar dari suatu benda karena adanya perubahan suhu.
Siswa melakukan pengamatan untuk mengamati perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
Guru melakukan tanya jawab untuk memformulasikan perpindahan kalorn secara
konduksi, konveksi, dan radiasi.
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan pada
materi perpindahan kalor, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, serta membaca
dan memahami materi berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : batang logam, lilin, dan korek api.
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : OHP, papan tulis, dan slide. (Jika memungkinkan).
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan dalam diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan
percobaan dan peragaan serta penilaian sikap, minat dan tingkah laku siswa di dalam
Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP 1, namun harus memperhatikan lembar-
lembar penilaian disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan siswa. Misalnya siswa
tidak pernah melakukan demontrasi maka lembar penilaian praktikum tidak dipakai.
2) Kuis
Contoh soal
Jelaskan yang dimaksud dengan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,
dan radiasi, serta berikan contoh masing-masing perpindahan kalor tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
RPP 9. Asas Black
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 9
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kalor dan prinsip konversi energi pada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar : menerapkan asas black dalam pemecahan masalah
Indikator : 1. Mengamati dan menyelidiki asas Black.
2. Menerapkan asas Black secara kuantitatif.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menganalisis dan merumuskan asas Black.
- Siswa dapat menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah tentang kalor.
II. Materi Ajar
Asas Black
Bagaimana Anda mendinginkan secangkir kopi panas? Mudah saja, Anda tinggal
menuangkan air dingin ke dalam kopi panas tersebut dan mengaduknya agar tercampur
merata (Gambar 67). Setelah keseimbangan termal tercapai, Anda memperoleh air
hangat, yang suhunya di antara suhu air panas dan air dingin. Dalam pencampuran ini,
tentulah air panas melepaskan energi, sehingga suhunya turun dan air dingin menerima
energi, sehingga suhunya naik. Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara air panas dan
air dingin (tidak ada kehilangan kalor ke udara sekitar dan ke cangkir), maka sesuai
prinsip kekekalan energi: kalor yang dilepaskan oleh air panas (Qlepas) sama dengan
kalor yang diterima air dingin (Qterima). Asas black Qlepas=Qterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
(Kanginan,2002) Gambar 67. Menuangkan air dingin ke dalm air panas.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Kalorimeter
umumnya digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Kalorimeter menggunakan
teknik pencampuran dua zat di dalam suatu wadah. Jika kalor jenis suatu zat diketahui,
kalor jenis zat lain yang dicampur dengan zat tersebut dapat dihitung.
Ada berbagai jenis kalorimeter, tetapi kita hanya akan membahas dua saja:
a. Kalorimeter Aluminium
Pada dasarnya, kalorimeter didesain agar pertukaran kalor hanya terjadi di
dalam bejana kalorimeter dan menghindari pertukaran kalor ke lingkungan
sekitarnya. Kalorimeter aluminium ditunjukkan pada Gambar 68. Dinding dalam
kedua bejana (bejana dalam dan bejana luar) dibuat mengkilap untuk mengurangi
radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan dinding bejana. Cincin serat
(fiber) yang memisahkan kedua bejana dengan tutup kayu adalah penghantar kalor
yang jelek. Ruang antara kedua dinding bejana berisi udara yang berfungsi sebagai
isolator kalor, sebab udara adalah penghantar kalor yang jelek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
(Kanginan, 2002)
Gambar 68. Kalorimeter aluminium
Sebuah bahan contoh panas dengan kalor jenis diketahui, dicelupkan ke dalam
air dingin yang terdapat dalam bejana dalam. Kalor jenis zat dapat dihitung dengan
mengukur massa air dingin, massa bahan contoh, massa kalorimeter (bejana dalam),
dan mengukur suhu air dan bahan contoh sebelum dan sesudah pencampuran.
b. Kalorimeter Elektrik
Kalorimeter elektrik digunakan untuk mengukur kalor jenis zat cair. Kalorimeter
elektrik ditunjukkan pada Gambar 69.
(Kanginan, 2002)
Gambar 69. Kalorimeter elektrik
Prinsip kerja kalorimeter elektrik adalah sebagai berikut. Sejumlah massa zat
cair contoh (m kg) dimasukkan ke dalam bejana tembaga dengan kapasitas kalor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
diketahui (C J K-1). Kemudian zat cair tersebut dipanaskan selama selang waktu t
sekon secara elektrik oleh pemanas listrik yang memiliki elemen pemanas dengan
beda potensial V volt dan dilalui arus listrik dengan kuat arus I ampere.
Kenaikan suhu (ΔT C°) selama selang waktu t diukur dengan termometer.
Energi listrik yang diberikan kepada zat cair dalam selang waktu t adalah VIt (joule).
Jika dianggap tidak ada kalor yang hilang, energi kalor yang diserap oleh
kalorimeter dan zat cair adalah (CΔT+ mcΔT) = (mc + C)ΔT. Sesuai prinsip
kekekalan energy adalah Vlt = (mc + C)ΔT maka kalor jenis zat cair c dapat
dihitung.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah aktif
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan tanya jawab untuk mengingat
kembali pelajaran mengenai perpindahan kalor.
Kegiatan Inti
Guru memberikan informasi tentang Asas Black serta keterkaitan dalam kalor
dan perubahan wujut zat.
Guru memberikan demonstrasi singkat tentang Asas Black, yaitu menuangkan
air dingin kedalam air panas atau sebaliknya dan tanya jawab dengan siswa.
Siswa diskusi kelompok membahas peristiwa Asas Black dan mancari contoh
dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Diskusi kelas merumuskan persamaan Asas Black dan memberikan contoh soal
perhitungan. Soal, sepotong alumunium bermasa 200 gram dipanaskan sampai
suhunya mencapai 90oC, kemudian segera dijatuhkan ke dalam suatu bejana
berisi 100 gram air pada suhu 20oC. dengan mengabaikan pertukaran kalor
terhadap lingkungan sekitar dan kalor yang diserap bejana, hitunglah suhu akhir
campuran. Kalor jenis alumunium 900 J/kg K, kalor jenis air 4200 J/kg K.
(Jawaban, 41oC)
Kegiatan Akhir
Guru memberi informasi bahwa dalam membuat laporan ilmiah sesuai dengan data
yang diperoleh serta memberi penekanan tujuan diadakannya praktikum. Guru
menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa dan member tugas untuk
mempersiapkan materi pada pertemuan selanjutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : kalorimeter, Gelas beker, termometer, pemanas, dan air.
Sumber : Buku Fisika SMA 1B (Erlangga)
Sarana/media : OHP, slide, dan VCD (Jika memungkinkan)
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat
dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP
1, namun harus memperhatikan lembar-lembar penilaian disesuaikan dengan
kegiatan yang dilakukan siswa. Misalnya siswa tidak pernah melakukan demontrasi
maka lembar penilaian praktikum tidak dipakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
2) Kuis
Contoh soal
Sepotong alumunium bermasa 200 gram dipanaskan sampai suhunya mencapai
90oC, kemudian segera dijatuhkan ke dalam suatu bejana dengan massa 50 gram
berisi 100 gram air pada suhu 20oC. Hitunglah suhu akhir campuran. Kalor jenis
alumunium 900 J/kg K, kalor jenis air 4200 J/kg K. (Jawaban, 39,5oC)
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
RPP 10. Alat Ukur Listrik
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 10
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian
masalah dan berbagai produk teknologi
Kompetensi Dasar : Menggunakan Alat Ukur Listrik
Indikator : Menunjukkan kuat arus dan tegangan listrik menggunakan alat ukur.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat membedakan jenis dan alat ukur listrik
- Siswa dapat menjelaskan dan membaca alat ukur kuat arus dan kuat tegangan
- Siswa dapat menggunakan voltmeter dan ampermeter dalam rangkaian
II. Materi Ajar
Alat Ukur Listrik
(Kanginan, 2002) Gambar 70. Multimeter (a) analog dan (b) digital
Alat ukur listrik yang dipelajari adalah alat untuk mengukur arus listrik
disebut Ampermeter, untuk tegangan listrik disebut voltmeter, dan untuk hambatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
listrik disebut ohmmeter. Baik voltmeter, ampermeter, dan ohmmeter terdiri dari dua
jenis yaitu jenis analog dan jenis digital (Gambar 70). .
a. Alat Ukur Arus
Alat ukur untuk mengukur arus yang mengalir melalui suatu komponen listrik,
misalnya resistor adalah ampermeter (diberi simbol A dalam rangkaian).
Perhatikan bahwa arus listrik mengalir masuk melalui kutub positif (diberi tanda
“+” atau warna merah) dan meninggalkan ampermeter melalui kutub negative
(diberi tanda “-“ atau warna hitam), lihat gambar 89a.
(Kanginan, 2002) Gambar 71. Merangkai ampermeter untuk mengukur kuat arus melalui resistor.
Jika dihubungkan polaritas terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang dalam
arah kebalikan. Ini dapa menyebabkan jarum membentur sisi tanda nol dengan
gaya yang cukup besar, sehingga dapat merusak ampermeter. Namun jika Anda
menggunakan meter digital yang memiliki polaritas otomatis (autopolarity),
hubungan dengan polaritas terbalik tidak masalah. Ini karena meter digitalal tetap
akan memberikan bacaan yang benar, hanya tanda negatif di displai di depan
angka, yang menunjukan bahwa hubungan polaritas ke meter adalah terbalik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
Perhatikan, bahwa untuk memasang ampermeter seri dengan komponen yang
akan diukur kuat arusnya, rangkaian kabel harus dipotong agar dapat menyisipkan
ampermeter (lihat Gambar 71b).
Umumnya ampermeter yang Anda gunaka di laboratorium adalah sebuah
basicmeter. Basicmeter memilki beberapa batas ukur (range) dan dapat digunakan
untuk mengukur arus dan tegangan DC. Pada basicmeter Gambar 72, misalnya
ada 9 terminal, 4 terminal hitam di kiri untuk arus, dan 4 terminal merah di kanan
untuk tegangan. Satu terminal di sisi tengah bawah adalah kutub negatif, baik
untuk arus atau tegangan.
(alibaba.com) Gambar 72. Basicmeter.
Batas ukur arus: 0 – 10 mA – 100 mA – 1 A – 5 A.
Batas ukur tegangan: 0 – 100 mV – 1 V – 10 V – 50 V.
Misalkan dihubungkan batas ukur 1 A ke rangkaian. Jarak antara gores
panjang 0 dan 20 menujukan 20/100 x 1 A = 0,2 A. Antara gores panjang 0 dan 20
terdapat 10 skala. Ini berarti skala terkecil basicmeter adalah 1/10 x 0,2 A = 0,02
A. Ketelitian basicmeter untuk batas ukur 0 – 1 A setengah dari skala terkecil,
yaitu ½ x 0,02 A = 0,01 A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
(Kangian, 2002) Gambar 73. Mengamati skala terkecil basicmeter.
Melaporkan hasil pengukuran arus
Telah diketahui bahwa dengan memilih batas ukur basicmeter 0 – 1 A dan
menggunakan skala 0 -100, diperoleh skala terkecil 0,02 A dan ketidakpastiannya
adalah 0,01 A. Misalkan pengukuran arus dalam suatu rangkaian, di mana batas
ukur 0 – 1 A memberikan hasil seperti pada Gambar 93b.
(Kanginan, 2002) Gambar 74.
Jarum menunju 4 garis sebelum angka 80, berarti bacaan angka adalah 72. Ini
menujunkan kuat arus adalah x0 = 72/100 x 1 A = 0,72 A. Karena ketidak pastian
∆x = 0,01 A maka, pengkuran kuat arus dilaporkan i = x0 ± ∆x = (0,72 ± 0,01) A.
b. Alat Ukur Tegangan Listrik
Seperti halnya alat ukur arus, alat ukur tegangan juga tidak langsung dapat
digunakan untuk mengukur tegangan. Alat untuk mengukur tegangan adala
voltmeter (diberi simbol V dalam rangkaian listrik). Voltmeter harus dihubungkan
paralel pada komponen listrik yang akan diukur tegangannya. Untuk memasang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
voltmeter dalam suatu rangkaian, prhatikan bahwa titik yang berpotensial lebih
tinggi harus dihubungkan ke kutub positif (“+” atau merah) dan titik yang
berpotensial lebih rendah harus dihubungkan ke kutub negatif (“-“ atau hitam).
Jika dihubungkan dengan polaritas terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang
sedikit di kiri tanda nol.
(Kanginan, 2002) Gambar 75. Menggunakan voltmeter untuk mengukur tegangan listrik. (a) Hubungan kutub-kutub voltmeter dengan polaritas yang benar. (b) Untuk mengukur tegangan listrik pada ujung-ujung resistor, voltmeter dipasang parallel dengan resistor.
Tidak seperti ampermeter, untuk memasang voltmeter tidak perlu memotong
kabel pada rangkaian. Cukup langsung menghubungkan ujung-ujung komponen
yang akan diukur potensialnya ke kutub-kutub voltmeter dengan polaritas yang
benar. Gambar 76 menunjukan pengukuran tegangan pada ujung-ujung resistor.
(Kanginan, 2002)
Gambar 76. Mengukur beda potensial pada ujung-ujung resistor R1 dan R2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
Tagangan pada R1 diukur dengan cara kutub-kutub voltmeter dihubungkan ke
ujung-ujung R1. Tegangan R2 diukur dengan cara kutub-kutub voltmeter
dihubungkan ke ujung-ujung R2.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah siswa aktif
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan tanya jawab untuk
mengungkap pelajaran yang telah lalu dan kesiapan pelajaran yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti
Guru memberikan ceramah yang disertai dengan tanya jawab untuk alat ukur
listrik serta cara pembacaan skala.
Demonstrasi cara mengunakan alat ukur pada suatu rangkaian misalnya
mengukur arus listrik yang masuk ke resistor (lihat gambar 71).
Siswa berkelompok melakukan percobaan dipimpin oleh guru untuk
melakukan pengkuran arus listrik yang melewati suatu hambatan (resistor) dan
tegangan menggunakan ampermeter dan voltmeter.
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pengukuran oleh perwakilan
kelompok atau hasilnya dicatat pada lembar kertas lalu dikumpulkan.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan
pada materi energi dan daya listrik, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, tugas
kelompok, serta membaca dan memahami materi selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Baterai, hambatan, voltmeter, amperemeter, multimeter, power
supply.
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, slide, VCD, chart
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta
penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Tebel penilaian dapat
dilihat pada RPP 1.
2) Pengamatan (Mengamati apakah siswa saat percobaan aktif atau tidak aktif).
3) Laporan praktikum.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
RPP 11. Sumber Arus Listrik Searah
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 11
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah
dan berbagai produk teknologi
Kompetensi Dasar : 1. Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup
sederhana (satu loop)
Indikator : 1. Menjelaskan dan memformulasikan rangkaian sumber tegangan
listrik searah.
2. Menjelaskan dan memformulasikan besar dan arah kuat arus listrik
dalam rangkaian.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan dan memformulasikan rangkaian sumber tegangan listrik
searah.
- Siswa dapat menjelaskan dan memformulasikan besar dan arah kuat arus listrik dalam
rangkaian seri dan paralel.
II. Materi Ajar
Sumber Listrik DC (Searah)
Sumber listrik DC (Direct Current), atau yang dikenal dengan sebutan sumber
arus searah, merupakan tegangan arus searah yang dihasilkan oleh baterai kering,
maupun akumulator. Dikatakan arus searah karena arus listrik terus menerus mengalir
dari kutub negatif ke kutub positif. Kutub positif dari setiap baterai dibuat dengan
menggunakan batang granit yang berbentuk silinder yang dipasang pada posisi tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
ditengah-tengah baterai. Sedangkan bagian yang menonjol keluar ditutup dengan
lapisan kuningan yang merupakan bahan penghantar listrik yang bagus. Kemudian pada
kutub negatifnya merupakan tabung seng yang dibuat menurut bentuk dari baterai
yang bersangkutan. Zat perantara antara kutub positif dengan kutub negatif tersebut,
merupakan bahan elektrolit. Bahan elektrolit dari baterai kering adalah bubuk salmiak
yang mampu mengalirkan arus listrik. Kemudian untuk depolarisator dipakai batu kawi
yang berfungsi menyerap zat cair yang timbul pada kutub positif setelah terjadi proses
kimia. Batu ini dimasukkan dalam sebuah kantong yang mengelilingi batang arang
tersebut.
(emenrizal.wordpress.com) Gambar 77. Baterai
Sumber arus searah yang lainnya adalah akumulator atau yang lebih dikenal
dengan aki (accu). Sumber listrik dari benda ini banyak sekali dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Misalanya saja untuk sumber listrik pada sepeda motor, mobil, atau barang
elektronika lainnya yang kebetulan pada daerah dimana belum ada arus listrik bolak
balik dari PLN yang masuk. Akumulator atau aki yang banyak digunakan sebagai
sumber listrik DC tersebut sebagai bahan pembangkit arus listriknya atau elektrolitnya
adalah menggunakan asam belerang cair atau asam sulfat (H2SO4). Bahan-bahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
berada dalam aki itu akan menghasilkan tegangan antara terminal-terminal karena
adanya proses kimia dari pelat-pelat dan asam belerang yang terdapat di dalmnya.
Terdapat dua cara dalam melakukan penyambungan pada sumber arus listrik DC ini,
yaitu sambungan secara seri dan sambungan cara paralel. Pada cara penyambungan seri
pada baterai kering arus total yang didapat jauh lebih besar dari tegangan masing-masing
baterai tersebut. Sedangkan pada cara penyambungan paralel maka jumlah tegangan
totalnya sama dengan tegangan total pada masing-masing baterai.
(elektroberbagibersama.blogspot.com) Gambar 78. Aki
Rangkaian Sumber Tegangan Searah
a. Susunan Seri Penghambat Listrik
Penghambat- penghambat listrik, misalnya beberapa lampu pijar disusun seri.
Dalam susunan seri, kuta arus yang melalui tiap-tiap penghanbat adala sama besar
(Gambar 79).
(Kanginan, 2002)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
Gambar 79. (a) dua lampu disusun seri; (b) susunan seri lampu pada (a) dapat diganti oleh sebuah hambatan pengganti seri R = R1 + R2.
Untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun seri, hambatan
penggantinya sama degan jumlah hambatan tiap-tiap penghambat.
Hambatan pengganti seri 푅 = 푅 = 푅 + 푅 + 푅 + ⋯
b. Susunan Preralel Penghambat Listrik
(Kangianan, 2002) Gambar 80 (a) dua lampu R1 dan R2 disusun parallel; (b) dua lampu yang disusun
parallel pada (a) dapat digantikan oleh sebuah hambatan pengganti parallel Rp, (c).
1푅 =
1푅 +
1푅 푎푡푎푢 푅 =
푝푒푟푘푎푙푖푎푛푝푒푛푗푢푚푙푎ℎ푎푛 =
푅 푥 푅푅 + 푅
Komponen-komponen listrik disebut disusun paralel jika komponen-
komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga tegangan pada ujung tiap-
tiap komponen sama besar. Pada Gambar 80a ditunjukan dua buah lampu pijar
yang disusun parallel, sedangkan gambar rangkaian listriknya di tunjukan pada
Gambar 80b.
퐻푎푚푏푎푡푎푛 푝푒푛푔푔푎푛푡푖 푝푎푟푎푙푒푙 1푅 =
1푅 =
1푅 +
1푅 +
1푅 + ⋯
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah
2. Demonstrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan tanya jawab mengungkap
pelajaran yang telah lalu dan kesiapan pelajaran yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti
Guru memberikan ceramah disertai tanya jawab tentang sumber listrik arus
searah dalam kehidupan sehari-hari.
Guru memberikan ceramah yang disertai dengan tanya jawab untuk menjelaskan
rangkaian hambatan yang disusun seri dan paralel serta campuran seri dan
paralel.
Guru melakukan demonstrasi singkat cara membuat rangkaian seri dan parallel
lihat contoh rangkaian pada gambar 79 dan 80. Yaitu kabel dengan panjang 20
cm 7 potong, resistor 6 buah. Merangkai secara seri setiap ujung resistor
disambung dengan resistor yang lainnya lalu salah satu ujung disambung ke
sumber tegangan seperti baterai yang bertanda positif dan yang satunya ke
negatif. Rangkaian parallel resistor disejajarkan kemudian semua ujungnya
digabung jadi satu kemudian ujung yang satu dihubungkan ke baterai bertanda
positif dan ujung satunya ke bagian negatif. Resistor bisa diganti dengan bola
lampu dengan catatan bola lampu tersebut ada kabel untuk mengubungkan ke
sumber arus.
Diskusi kelas disertai tanya jawab untuk menentukan besar, arus dan hambatan
pengganti rangkaian hambatan seri dan paralel.
Guru memberikan informasi (ceramah) yang disertai dengan tanya jawab untuk
menentukan besar beda tegangan dua titik pada suatu rangkaian listrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
Guru memberikan contoh soal perhitungan disertai tanya jawab yang berkaitan
dengan rangkain seri dan parallel.
Soal
1. Empat buah resistor masing-masing 10Ω, 4Ω, 6Ω, dan 5Ω disusun seri dan
ujung-ujunnya ditutup oleh baterai 75 volt. Hitunglah arus yang melalui tiap
resistor dan tegangan pada tiap resistor. (Jawaban, 3 A dan 30V, 12V, 18V,
15V).
2. Tiga buah resistor masing-masing 10Ω, 4Ω, dan 6Ω disusun parallel, dan
diujung-ujungnya tertutup baterai 60 volt. Hitung: a). kuat arus yang keluar
dari baterai, b). tegangan pada tiap resistor, dan c). kuat arus yang melalui
tiap resistor. (Jawaban, a). 31 A; b). 60 volt; dan c). 10 A).
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan
pada materi rangkaian hambatan, sumber tegangan, dan arus listrik searah, diteruskan
dengan pemberian tugas mandiri, tugas kelompok, serta membaca dan memahami
materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Baterai, Kabel, Bola lampu, LED, Hambatan, dan Papan rankaian.
Sumber : Buku Fisika SMA 1B (Erlangga)
Sarana/media : OHP, slide, dan VCD (Jika memungkinkan)
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat
dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
1, namun harus memperhatikan lembar-lembar penilaian disesuaikan dengan
kegiatan yang dilakukan siswa. Misalnya siswa tidak pernah melakukan demontrasi
maka lembar penilaian tidak dipakai.
2) Kuis
Contoh Soal Kuis
1. Besar hambatan pengganti rangkaian paralel dirumuskan ....
2. Rumus beda tegangan dua titik pada suatau rangkaian listrik adalah ....
3. Untuk mengukur kuat arus listrik, amperemeter dipasang secara ....
4. Pada gambar rangkaian dibawah ini. Hitunglah:
a. Hambatan listrik antara titik A dan B.
b. Hambatan listrik antara titik A dan D.
Jawaban Kuis
1. = +
2. 푉 = ∑ iR− ∑E
3. Seri
4. a). 12 Ω, dan b). 12,7Ω.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
RPP 12. Arus Listrik Searah
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 12
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah
dan berbagai produk teknologi
Kompetensi Dasar : 1. Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup
sederhana.
Indikator : 1. Mengetahui hubungan antara kuat arus listrik dan tegangan listrik.
2. Menyelidiki besar arus listrik yang masuk sama dengan jumlah
besar arus listrik yang keluar pada titik percabangan (hukum
Kirchhoff).
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menunjukkan hubungan antara kuat arus listrik dan tegangan listrik
melalui percobaan.
- Siswa menyelidiki besar arus listrik yang masuk titik percabangan sama dengan besar
arus listrik yang keluar dari titik percabangan.
II. Materi Ajar
Arus Listrik Searah
1. Faktor yang Mempengaruhi Hambatan Suatu Penghantar
Untuk suatu penghantar dari kawat logam, misalnya kawat tembaga, jika suhu dan
sifat-sifat fisiknya dijaga tetap, maka kemiringan dari grafik V terhadap I atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
R=∆V/∆i adalah tetap (Gambar 81. Secara umum, untuk kawat-kawat logam, makin
besar suhu, makin besar hambatan listriknya.
(kangian, 2002) Gambar 81. Jika suhu dijaga tetap, untuk seutas kawat listrik, R=∆V/∆i adalah tetap.
Fakor yang mempengaruhi hambatan seutas kawat listrik, yaitu : hambatan jenis
kawat (휌), panjang kawat (L), dan luas penampang (A). Hambatan listrik seutas kawat
dengan hamabatan jeni 휌, panjang L, dan luas penampang A, (Gambar 82) dapat
dihitung
(Kanginan, 2002)
Gambar 82. Hambatan kawat sebanding dengan L dan A.
푃푒푟푠푎푚푎푎푛 ℎ푎푚푏푎푡푎푛 푙푖푠푡푟푖푘 푅 = 휌퐿퐴
Penampang awat berbentuk lingkaran dengan diameter D atau jari-jari r. tentu saja
luas penampang secara matematis ditulis
퐴 = 휋푟 =휋퐷
4
Hukum Ohm R = V/I menyatakan bahwa hambatan komponen listrik adalah konstan
asalakan suhu dijaga tetap. secara umum, hambatan jenis berubah ketika suhunya
berubah. Kerika kumparan kawat menjadi panas dan berpijar merah, lampu tampak
lebih redup. Ini menandakan bahwa kuat arus yang melalui lampu berkurang. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
karena itu tagangan baterai tetap, maka pastilah hambatan kumparan kawat yang
bertambah karena suhunya naik (Gambar 83).
(Kanginan, 2002) Gambar 83. Rangkaian untuk menyelidiki pengaru suhu pada hambatan kawat.
Hukum I Kirchhoff tentang Arus.
Dalam suatu rangkaian yang tidak bercabang, kuar arus di bagian apa saja
sama besar. Pada rangkaian tidak bercabang seperti gambar 84, kuat arus yang
melalui tiap komponen (baterai atau lampu) adalah sama besar. Hal ini bisa
ditunjukan jika menggunakan alat ukur misalanya ampermeter.
(gilwalk.blogspot.com) Gambar 84. Rangkaian mengukur kuat arus menggunakan ampermeter
Hukum II Kirchhoff tetang Tegangan
Perhatikan suatu rangkaian listrik dengan kuat arus tetap, seperti pada gambar 85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
(Kanginan, 2002) Gambar 85.
Dalam rangkain listrik ini, medan listrik (E=F/q) adalah gaya koservatif. Dalam
medan koservatif, usaha yang diperlukan untuk membawa muatan uji dari titik ke titik
lainnya tidak bergantung pada lintasan yang dilaluinya. Jika uji positif kita bawa
keliling dari titik a melalui bdf dan kembali lagi ke titik a, maka muatan uji tersebut
tidak berpindah dan usaha yang kita lakukan sama dengan nol. Usaha pada medan
elektrostatis dirumuskan oleh W = qV. Karena muatan ujinya q ≠ 0, maka tentulah
V=0. Hukum II Kirchhoff tetanng tegangan meyatakan bahwa jumlah aljabar
perubahan tegangan yang mngelilingi suatu rangkaian tertutup (loop) sama dengan nol
(∑V=0).
Gaya gerak listrik ε dalam sumber teganganmenyebabkan arus listrik mengalir
sepanjang lopp dan arus listrik yang mendapat hambatan menyebabkan penurunan
tagangan, secara matematis ∑ε + ∑IR = 0. Untuk menggunakan persaman ini perlu
memperhatikan perjanjian tandan untuk ggl sumber tegangan dan uat arus I. Kuat arus
bertanda positif jika searah dengan arah loop yang kita tentukan, dan negatif jika
berlawanan dengan arah loop yang kita tentukan. Misalanya, kita tetapkan arah loop
searah jarum jam (lihat Gambar 86).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
(Kanginan, 2002) Gambar 86.
Kuat arus I berarah dari A ke B searah dengan arah loop, sehingga I bertanda positif
(Gambar 86a). jika kita tetapkan arah loop berlawanan arah jarum jam, kuat arus I dari
A ke B berlawanan arah dengan arah loop, sehingga I bertanda negatif (Gambar 86b).
bila mengikuti arah loop, kutub positif sumber tegangan dijumpai lebih dahulu
daripada kutub negatifnya, maka ggl ε bertanda positif dan negatif bila sebaliknya
(Gambar 86c). Rangkaian satu loop hanya hanya memiliki satu nilai arus.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan memberikan informasi tentang kegiatan
pembelajaran secara garis besar.
Kegiatan Inti
Guru membagi menjadi beberapa kelompok dan meminta siswa diskusi
membahas faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu penghantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
Siswa memperhatikan demonstrasi pengaruh suhu terhadap hambatan kawat
yang dilakukan oleh guru (lihat gambar 83) dan diselingi dengan tanya jawab
dengan siswa .
Guru memberikan ceramah dan tanya jawab membahas faktor-faktor yang
mempengaruhi hambatan.
Diskusi kelas memformulasikan Hukum I Kicrhhoff dan Hukum II Kirchhoff.
Guru memberikan contoh soal perhitungan yang berkaitan dengan arus listrik
searah. Soal, dalam rangkaian dibawah ini besar arus listrik, I1, I2, dan I3 masing
adalah….(Jawaban, 1, 1, 0 A)
Siswa mengerjakan soal-soal latihan perhitungan yang berkaitan dengan arus
listrik searah kemudian dikumpulkan untuk penilaian. (lihat soal kuis)
Kegiatan Akhir
Guru memberi informasi bahwa dalam membuat laporan ilmiah sesuai dengan
data yang diperoleh serta memberi penekanan tujuan diadakannya praktikum. Guru
menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa dan memberi tugas untuk
mempersiapkan materi pada pertemuan selanjutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Multimeter, voltmeter, amperemeter, bohlam, kabel, sumber
tegangan, kawat nikelin, penggaris, dan mikrometer
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, papan tulis, chart, dan slide
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan
percobaan dan peragaan serta penilaian sikap, minat dan tingkah laku siswa saat
pelajaran berlangsung. Untuk lembar penilaian dapat dilihat di RPP 1, namun harus
memperhatikan lembar-lembar penilaian disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan
siswa.
2) Kuis
1. Apabila beberapa hambatan disusun seperti terlihat pada gambar rangkaian
berikut, besar hambatan pengganti (Rp) sebesar…(Jawaban, 25Ω).
2. Dari rangkaian dibawah ini, maka dapat dihitung kuat arus sebesar...
(Jawaban, 1 A)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
3) PR
Sebuah kawat mempunyai panjang dan hambatan masing-masing 10 meter dan R.
kawat tersebut dipotong dan dijadikan berjajar (parallel), kemudian ujung-ujung
jajaran kawat tersebut disolder. Apabila antara ujung-ujung jajaran kawat diukur
dengan alat (ohmmeter), diperoleh hambatan sebesar..? (Jawaban, 1/25 R).
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
RPP 13. Arus Listrik Bolak-Balik
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 13
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian
masalah dan berbagai produk teknologi
Kompetensi Dasar : Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup
sederhana.
Indikator : 1. Menentukan energi listrik pada suatu hambatan listrik.
2. Memanfaatkan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat membedakan rangkaian AC yang digunakan dalam rumah-rumah.
- Siswa dapat menunjukkan pemakaian energi listrik arus searah dan arus bolak-balik
dalam kehidupan sehari-hari.
II. Materi Ajar
Arus Listrik Bolak-Balik
Arus AC (Alternating current atau arus bolak-balik) adalah arus listrik yang
senantiasa berbalik arah dengan teratur (periodik). Dalam selang waktu tertentu, bagian
atas sumber AC berpolaritas positif, sementara bagian bawahnya berpolaritas negatif. Ini
menyebabkan arus litrik dalam rangkaian AC mengalir searah jarum jam (ditunjukkan
oleh garis utuh pada Gambar 87). Dalam selang waktu lainnya polaritas sumber AC
berbalik, bagian atas berpolaritas negatif, sementara bagian bawah berpolaritas positif,
sehingga arus listrik dalam rangkaian AC mengalir berlawanan arah jaram jam
(ditunjukkan oleh garis patah-patah pada Gambar 87), seterusnya berulang kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
Karena arus AC selalu berubah arah, maka untuk memasang meter (amperemeter AC
atau voltmeter AC) dalam rangkaian AC. Anda tidak perlu memperhatikan polaritas titik
(ujung) mana yang positif atau negatif.
(Kamginan, 2002) Gambar 87. Polaritas sumber tegangn AC (diberi lambang) dan aliran arus listrik dalam rangkaian AC yang senantiasa berbalik aarah secara teratur.
Listrik AC memberikan lebih banyak keuntungan, sehingga saat ini energi listrik
hampir semua dibangkitkan, ditransmisikan, dan digunakan dalam bentuk AC. Semua
peralatan listrik di rumah Anda (kulkas, pemanas air listrik, ketel listrik, pemanas nasi,
microwave, pendingin ruangan, dan lampu-lampu penerang) menggunakan listrik AC
yang disuplai oleh PLN ke rumah Anda. Bahkan, ketika energi DC diperlukan, seperti
pada televisi, DVD, VCD, tape, dan radio, suplai listriknya tetaplah AC, yang kemudian
diubah menjadi DC oleh converter atau rectifier yang terdapat di dalam peralatan itu
sendiri.
Ada tiga keuntungan utama sistem AC yang mengungguli sistem DC.
Pertama, tegangan AC dapat diperbesar atau diperkecil secara efisien oleh
sebuah trafo. Ini memungkinkan mentransmisikan energi listrik pada tegangan tinggi
untuk memenuhi syarat ekonomi dan mendistribusikan daya listrik sesuai dengan
tegangan yang dikehendaki. Kedua, motor AC (motor induksi) berharga lebih murah
dan lebih sederhana konstruksinya daripada motor DC. Ketiga, switchgear - misalnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
sakelar-sakelar, pemutus daya (circuit breaker) - untuk sistem AC lebih sederhana
daripada sistem DC.
Bentuk Rangkaian AC dalam Rumah-Rumah
Dari sebuah tiang listrik, dua jalur kawat akan masuk ke rumah-rumah melalui
komponen-komponen: circuit breaker utama (milik PLN), kwh meter (pengukur
pemakaian energi listrik), dan kotak sekring (circuit breaker) pelayanan rumah
(berturut-turut nomor 3, 4, dan 5 pada Gambar 88).
(Kanginan, 2002) Gambar 88. Suplai listrik dari dua Gambar 89. Rangkaian yang jalur kawat menuju ke rumah-rumah. memperlihatkan bagaimana arus
listrik disuplai ke rumah-rumah.
Jalur kawat pertama berwarna kuning adalah hantaran fasa bertegangan, sedang
jalur kawat kedua berwarna biru adalah hantaran nol (tidak bertegangan). Selanjutnya,
hantaran fasa diberi simbol L (dari kata "Live" yang berarti bertegangan) dan hantaran
nol diberi simbol N (dari kata "Neutral" yang berarti bertegangan nol). Kawat listrik L
dan N dari luar rumah disuplai ke rumah-rumah melalui kabel utama yang berisi
hantaran fasa (L) dan hantaran nol (N). Kabel utama selanjutnya dihubungkan ke circuit
breaker utama (milik PLN), ke kWh meter, dan kotak sekring (circuit breaker) pelayanan
rumah (Gambar 90. dan Gambar 91).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
(Kanginan,2002) Gambar 90. Kotak pelayanan rumah dengan beberapa
circuit breaker untuk tiap rangkaian dalam rumah.
Selanjutnya, hantaran fasa (L) dan hantaran nol (N) yang keluar dari kotak
pelayanan rumah dicabang-cabangkan untuk dicatukan kepada titik lampu, sakelar
dinding, dan stop kontak. Pada Gambar 84 ditunjukkan pemasangan sebenarnya dari
kedua hantaran (L dan N) di dalam rumah, sedangkan Gambar 85 menunjukkan bagan
pengawatannya.
(Kanginan, 2002) Gambar 91. Pemasangan sebenarnya Gambar 92. Bagan pengawatan hantaran L dan N dalam rumah-rumah: dari Gambar 89 (1) titik lampu pijar, (2) titik sakelar, dan (3) titik stop kontak.
Memasang Sakelar dan Sekring dalam Suatu Rangkaian
Sakelar dan sekring harus selalu dipisahkan sepanjang kawat L. Mengapa? Supaya
ketika sakelar off atau sekring melebur, Anda dapat dengan aman menyentuh fitting yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
tidak terlindungi dari kawat L. Ini karena potensial kawat L akan sama dengan potensial
kawat N. yaitu nol (Gambar 92a).
(Kanginan, 2002) Gambar 93. Bagaimana memasang sakelar dan sekring.
(a) Tepat : Sakelar dan sekring dipasang sepanjang kawat bertegangan (kawat L).
(b) Salah : Sakelar dan sekring dipasang sepanjang kawat tak bertegangan (kawat N).
Sebuah terminal pada fitting tetap memungkinkan arus listrik untuk
mengalir dari fitting melalui tubuh Anda menuju ke tanah.
Jika teknisi listrik yang ceroboh salah memasang, sehingga sakelar dan sekring
disisipkan sepanjang kawat N, tidak akan ada arus yang mengalir ketika sakelar off.
Namun. ketika Anda tanpa sengaja memegang terminal yang berhubungan dengan kawat
L dengan potensial 220 V, arus listrik akan mengalir dari kawat L, melalui tubuh Anda,
menuju ke tanah yang berada pada potensial nol (Gambar 92b). Konsekuensinya, bisa
fatal!
Peralatan Listrik di Rumah-Rumah Dihubungkan
Ketika mempelajari susunan seri-paralel dari komponen-komponen listrik. telah Anda
ketahui bahw peralatan-peralatan listrik di rumah-rumah (misalnya televisi, lampu pijar,
dan radio tape) umumnya dipasang paralel. Ini supaya jika salah satu peralatan listrik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
rusak atau gagal, peralatan-peralatan listrik lain dalam rangkaian AC masih tetap bekerja.
Pada Gambar 93, ditunjukkan suatu rangkaian penerangan di mana lampu-lampu disusun
paralel (bukan seri).
Gambar 94. Suatu rangkaian penerangan tertentu.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah siswa aktif
2. Presentasi
2. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan tanya jawab untuk
mengungkap pelajaran yang telah lalu dan kesiapan pelajaran yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti
Guru memberikan ceramah yang disertai dengan tanya jawab untuk
mengungkap kembali konsep tegangan dan rangkaian listrik.
Siswa melakukan diskusi kelompok tentang kegunaan aplikasi AC dalam
kehidupan sehari-hari yang disertai tanya jawab.
Diskusi kelas untuk menjelaskan bahwa dalam suatu rangkaian listrik, energi
listrik dapat diubah menjadi berbagai bentuk energi lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Siswa berdiskusi dalam kelompok tentang kentungan penerapan AC dan DC
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa kelompok diminta menyampaikan hasil diskusi, kemudian
kelompok lain menangapi dan guru juga terlibat untuk meluruskan jika terjadi
kesalah pahaman.
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan
pada materi energi dan daya listrik, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, tugas
kelompok, serta membaca dan memahami materi yang telah dipelajari untuk
mempersiapkan tes tertulis (ulangan) pada pertemuan selanjutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan :
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, slide, VCD, chart
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta penilaian
sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Tebel penilaian dapat dilihat pada
RPP 1.
2) Presentasi di depan kelas.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
RPP 14. Energi dan Daya Listrik
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 14
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian
masalah dan berbagai produk teknologi
Kompetensi Dasar : Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup
sederhana
Indikator : 1. Menunjukkan daya listrik yang dipakai pada suatu alat listrik.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan tegangan yang tertera pada alat listrik dan mampu
menghitung energi da daya listrik yang terpakai pad alat listrik.
II. Materi Ajar
Energi dan Daya Listrik
1. Energi Listrik
Dalam suatu rangkaian tertutup pada Gambar 94, energy kimia dalam baterai
membangkitkan muatan listrik pada tegangan yang lebih tinggi. Ketika muatan
listrik mengalir dari potensial tinggi a ke potensial rendah b muatan-muatan
kehilangan energi potensial listriknya akibat tumbukan dengan atom-atom dalam
resistor. Pada resistor muncul energi kalor (panas dalam bentuk panas).
Besar energy listrik ,W, yang dibebaskan sebagai energy kalor pada resistor R
dirumuskan oleh
W = VIt.
W =I2Rt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
W =V2/Rt
Catatan: Dua persamaan terkhir diperoleh dengan mensubstitusi V=IR
atau I =V/R ke dalam persamaan pertama. Satuan-satuan SI yang digunakan W
=energy listrik (joule), V = tegangan (volt), I, = kuat arsu listrik (A), dan t =
selang waktu (s).
(Kanginan, 2002) Gambar 95. Rangkaian tertutup.
2. Hubungan Energi Listrik dan Kalor
Apa yang terjadi ketika kabel penghubung dari sebuah teko listrik yang telah
berisi airketika dihubungkan ke sumber tegangan (stop kontak). Berapa lam
kemudian suhu air naik karena air menerima energi kalor sebesai Q = mc∆t,
dengan m adalah massa air, c adalah kalor jenis air, dan ∆t adalah kenaikan suhu.
Energy kalor berasal dari energi listrik yang didisipasikan ketika arus listrik dari
sumber tegangan melaui elemen pemanas teko listrik. Energy listrik yang
didisipasikan ini dirumuskan oleh
푊 = 푃푡 = 푉퐼푡 = 퐼 푅푡 =푉푅 푡
Perhatikan, yang berperan sebagai masukan untuk teko listrik adalah adalah
energy listrik W dan sebagai keluarannya adalah energy kalor Q, yang digunakan
untuk menaikkan suhu air. Jika dalam soal tidak ditentukan, maka efesiensi alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
(misalnya teko listrik) dianggap seratus persen, sehingga berlaku konversi listrik
ke kalor
Keluaran = masukan
Q = W
mc∆t = Pt
mc∆t = Pit
mc∆t = I2Rt
mc∆t = V2/Rt
jika elemen pemanas tidak seratus persen, berlaku
퐸푓푒푠푖푒푛푠푖 = 푒푛푒푟푔푖 푙푖푠푡푟푖푘푒푛푒푟푔푖 푘푎푙표푟 푎푡푎푢 휂 =
푊푄
3. Daya Listrik
a. Menurunkan rumus daya listrik
Energi listrik yang diberikan oleh baterai V adalah W =VIt, sehinga daya
listrik, P, yang diberikan oleh bateri V adalah
푃 = 푊푡 =
푉퐼푡푡
푃 = 푉퐼
(Kanginan, 2002) Gambar 96. Daya pada baterai V adalah VI, dan daya disipasi pada resistor R adalah I2R.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
Begitu muatan listrik dari a ke b melaui resistor R, seperti ditunjukan pada
Gambar 95, maka daya tersebut hilang dalam bentuk panas pada resistor R,
disebut daya disipasi. Daya disipasi dalam resistor R dirumuskan oleh.
푃 =푊푡
푃 =푉퐼푡푡 = 푉퐼
푃 =퐼 푅푡푡 = 퐼 푅
푃 =푉푅 푡푡 =
푉푅
b. Daya elemen listrik
(Kanginan, 2002) Gambar 97 Lampu pijar, teko listrik, dan pengering rambut listrik kita sebut elemen listrik karena memiliki elemen yang terbuat dari kumparan kawat logam tipis yang akan berfungsi sebagai hambatan listrik R, yang akan mendisipasi energi dalam bentuk kalor ketika dilalui arus listrik. Lampu pijar mengubah energi listrik menjadi energi cahaya dan energi
kalor. Seterika listrik, pemasak air (teko) listrik, dan pengering rambut listrik
mengubah energi listrik menjadi energi kalor. Lampu pijar, seterika listrik,
teko listrik, dan pengering rambut (Gambar 97) memiliki elemen yang terbuat
dari kumparan kawat logam tipis. Kawat ini menghasilkan kalor ketika dilalui
oleh arus listrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
Lampu pijar, setrika listrik, teko listrik, dan pengering rambut listrik
kita sebut elemen listrik karena memiliki elemen yang terbuat dari kumparan
kawat logam tipis. Kumparan ini berfungsi sebagai hambatan listrik ketika
dilalui oleh arus listrik, sehingga kumparan kawai ini akan mendisipasi
(membuang) energi dalam bentuk kalor ketika dilalui oleh arus listrik. Di
dalam rangkaian listrik, kita selalu menampilkan elemen listrik sebagai suatu
hambatan listrik R. Walaupun demikian, data yang tertera pada elemen listrik
selalu berbentuk tegangan V volt dan daya P watt. Sebagai contoh, pada lampu
pijar Gambar 98a, tercantum data 240 V, 60 W. Dari data tegangan V volt dan
daya P watt kita dapat menghitung hambatan elemen listrik (R) sebagai,
P = V2/R, atau
ℎ푎푚푏푎푡푎푎푛 푒푙푒푚푒푛 푙푖푠푡푟푖푘 푅 =푉푃
c. Intensitas terang lampu pada berbagai tegangan
Kadang-kadang, lampu listrik di rumah Anda menyala lebih terang
atau lebih redup daripada biasanya. Apakah penyebabnya? Lampu menyala
lebih terang dari biasanya bila diberi tegangan yang lebih besar daripada
spesifikasi tegangan (Gambar 98b). Ini karena pada lampu mengalir arus yang
lebih besar, sehingga daya disipasi pada lampu lebih besar daripada spesifikasi
dayanya. Jika daya disipasi ini melebihi kapasitas daya yang diijinkan pada
lampu, dan berlangsung cukup lama, filamen tungsten lampu akan putus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
(Kanginan, 2002) Gambar 98. Lampu yang diberi tegangan: (a) sesuai dengan spesifikasi tegangan 220 V menyala normal, (b) lebih besar daripada spesifikasi tegangan menyala lebih terang, dan (c) lebih kecil daripada spesifikasi tegangan menyala lebih redup.
Ketika lampu diberi tegangan yang lebih kecil daripada spesifikasi
tegangannya (Gambar 98c), maka lampu menyala lebih redup dari biasanya.
Ini karena pada lampu mengalir arus yang lebih kecil, sehingga daya disipasi
pada lampu lebih kecil daripada spesifikasi dayanya. Jadi, jika sebuah lampu
listrik dengan spesifikasi Vl volt P1 watt diberi tegangan V2 volt, daya disipasi
pada lampu bukanlah Pl watt, melainkan P2 watt. Jika V2 > V1, maka P2 > Pl
dan jika V2 < V1, maka P2 < P1. Kita akan menurunkan hubungan P2 dan Pl
berikut ini. Tegangan dan daya pada lampu listrik dapat bervariasi, tetapi
dalam persoalan rangkaian listrik, hambatan listrik lampu dianggap konstan.
Jadi, R2 = R1, diperoleh.
푉푃 =
푉푃
푃 =푉푉 푥 푃
d. Penghematan Penggunaan Energi Listrik
Energi listrik yang Anda nikmati di rumah berasal dari bahan bakar
fosil (minyak bumi, gas. dan batubara). Bahan bakar tersebut termasuk bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
bakar yang tidak dapat diperbarui. sehingga suatu saat akan habis. Selain itu,
harga bahan bakar minyak di pasaran dunia terus meningkat. Otomatis, subsidi
pemerintah terhadap penggunaan bahan bakar minyak juga meningkat. Karena
itu, menjadi tugas kita semua untuk selalu berusaha menghemat penggunaan
energi listrik.
Ada dua cara yang dapat kita lakukan. Cara pertama adalah
meminimumkan daya listrik yang digunakan. Misalnya, pilihlah lampu-lampu
berdaya rendah tetapi memiliki iluminasi (kecerahan) yang sesuai dengan
kebutuhan Anda. Pilihlah produk-produk televise, kulkas, pendingin ruangan,
dan peralatan listrik lainnya yang berdaya rendah sesuai kebutuhan Anda.
Bangunlah rumah dengan ventilasi yang baik, sehingga meminimumkan
penerangan yang dibutuhkan. Gunakan aluminium foil pada atap agar mesin
pendingin mempunyai beban yang lebih ringan. Cara kedua adalah
meminimumkan waktu pemakaian listrik. Matikanlah radio, televisi,
komputer, mesin pendingin, dan lampu-lampu jika tidak digunakan.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah siswa aktif
2. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan tanya jawab untuk
mengungkap pelajaran yang telah lalu dan kesiapan pelajaran yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti
Guru memberikan ceramah yang disertai dengan tanya jawab tentang energi da
daya listrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
Siswa melakukan diskusi kelompok membahas manfaat energi dan daya listrik
serta memberikan contoh alat-alat yang menggunakan energy listrik dalam
kehidupan sehari-hari dan mengkonversi satuan daya watt, joule, dan kWh.
Diskusi kelas merumuskan persamaan energi dan daya listrik serta
hubungannya dengan energi kalor.
Guru memberikan contoh soal perhitungan yang berkaitan dengan energi dan
daya listrik.
Soal.
1. Sebuah hambatan 11 Ω dihubungkan ke ujung-ujung baterai dengan ggl 6
volt dan hambatan dalam 1 Ω pada gambar berikut. Tentukan :
a. Daya yang dibangkitkan oleh baterai…(Jawaban, 3 W).
b. Daya disipasi pada hambatan 11 Ω…(Jawaban, 2,75 W).
2. Pada rangkaian berikut ini, tentukan:
a. Energy listrik yang diberikan baterai….(Jawaban, 2889 J)
b. Energy kalor yang muncul pada resistor 4 Ω dan 2Ω, selama 2
menit….(Jawaban, 1920 J dan 960 J).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
Siswa melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan pentingnya penghematan
penggunaan energi listrik dengan cara meminimalkan daya alat listrik dan atau
waktu pemakaian listrik.
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan
pada materi energi dan daya listrik, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, tugas
kelompok, serta membaca dan memahami materi selanjutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan :
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga)
Sarana/Media : OHP, slide, VCD, chart (Jika memungkinkan)
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta
penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Tebel penilaian
dapa dilihat pada RPP 1.
2) Kuis
Perhatikan gambar berikut, jika R1 = R2, R3 = L = 10 Ω, dan potenial baterai 30
volt, daya lampu pada L adalah….(Jawaban, 10 W).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
3) PR.
Sebuah keluarga menyewa listrik PLN sebesar 2000 W dengan tegangan 220
V. Jika keluarga itu menggunakan lampu 200 V, 50 W untuk penerangan,
tentukan jumlah lampu yang dapat dipasang keluarga itu.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
RPP 15. Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 15
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan spektrum gelombang elektromagnetik.
Indikator : Mengelompokan berbagai gelombang elektromagnetik dalam
spektrum.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat mengidentifikasi dan mengelompokkan spektrum gelombang
elektromagnetik.
- siswa dapat mebedakan gelombang mekanik dan elektromagnetik.
II. Materi Ajar
Spektrum Gelombang Elektromagnetik
1. Penemuan Celombang Elektromagnetik (Kanginan, 2002)
Pada zaman Newton, orang telah mengetahui bahwa cahaya merambat lurus.
Orang juga telah mengetahui bahwa ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua
medium tembus cahaya, cahaya tersebut dibiaskan (dibelokkan). Untuk menjelaskan
kedua fenomena cahaya ini, Newton menganggap bahwa benda-benda bercahaya
menembakkan sejumlah partikel ke segala arah. Partikel-partikel itu tidak bermassa,
sehingga tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sesuai hukum I Newton, partikel-
partikel cahaya ini akan bergerak lurus dengan kecepatan tetap. Ketika partikel-
partikel cahaya ini dihentikan oleh sebuah penghalang tak tembus cahaya, suatu
bayangan tajam akan dibentuk pada penghalang tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
(Kanginan, 2002)
Gambar 99. (a) Diagram skematik percobaan celah ganda Young. Celah yang dekat dengan sumber cahaya berlaku sebagai sumber gelombang. Celah S, dan S2 berlaku sebagai pasangan sumber cahaya koheren yang menghasilkan pola interferensi pada layar C. (b) Pola interferensi berupa pita-pita terang dan gelap secara bergantian yang terlihat pada layar C.
Pada tahun 1804, Thomas Young (1773-1829), ilmuwan Inggris, berhasil
mendemonstrasi-kan interferensi cahaya, yaitu fenomena di mana dua sumber cahaya
koheren yang dihasilkan oleh celah ganda membentuk pita terang dan pita gelap
secara bergantian pada layar (Gambar 99).
Fenomena interferensi cahaya tidak dapat dijelaskan oleh teori partikel cahaya
Newton. Jika cahaya disusun oleh partikel-partikel, layar akan menerima partikel-
partikel dan kedua celah. Daerah di mana partikel-partikel saling bertumpukan (di
sekitar daerah pusat P) harusnya lebih terang secara seragam daripada di sekitar
daerah pinggiran (di sekitar ujung Q dan R). lihat Gambar 99b. Fakta ini tidak terjadi.
Sebagai gantinya, justru diamati pita terang dan pita gelap saling bergantian di layar.
Augustin Fresnel (1788-1827), ilmuwan Perancis, melakukan percobaan yang
mirip dengan percobaan interferensi Young. Bahkan, Fresnel-lah yang berjasa dalam
memberikan teori matematika tentang interferensi dan difraksi cahaya. Untuk
kerjanya ini, Fresnel menerima penghargaan dari Paris Academy pada tahun 1818.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
Kegagalan teori partikel cahaya Newton menjelaskan interferensi cahaya
menyebabkan Young dan Fresnel mengemukakan teori gelombang transversal
cahaya. Keduanya memandang cahaya sebagai gelombang transversal yang merambat
melalui suatu medium. Pada saat itu orang telah mengetahui bahwa cepat rambat
cahaya dalam vakum adalah c = 3 x 108 m/s.
Memandang cahaya sebagai gelombang transversal yang memerlukan medium
untuk perambatan sungguh menyulitkan para ilmuwan. Bagaimana orang bisa percaya
bahwa medium (disebut "eter") memenuhi semua angkasa. padahal orang mengetahui
bahwa planet-planet bergerak bebas melalui angkasa tepat seperti planet-planet ini
bergerak melalui suatu vakum yang tanpa hambatan sama sekali. James Clerk
Maxwell (1831-1879), ilmuwan Skotlandia yang telah menekuni listrik dan magnet
selama bertahun-tahun, kemudian mengajukan suatu teori gelombang
elektromagnetik.
Arus listrik (medan listrik) dapat menimbulkan medan magnetik (fenomena
yang ditemukan oleh Oersted). Fenomena kebalikannya adalah perubahan medan
magnetik dapat menimbulkan arus listrik (medan listrik), disebut arus induksi
(ditemukan oleh Faraday). Berdasarkan kedua fenomena ini, Maxwell menyatakan
bahwa suatu medan listrik yang berubah-ubah menginduksikan medan magnetik yang
juga berubah-ubah. Selanjutnya, medan magnetik yang berubah-ubah ini
menginduksikan kembali medan listrik yang berubah-ubah. Demikian seterusnya
sehingga diperoleh proses berantai dari pembentukan medan listrik dan medan
magnetik yang merambat ke segala arah. Hasilnya adalah kehadiran gelombang
elektromagnetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
Bila kita melihat perambatan medan listrik dan medan magnetik pada satu
arah saja, lukisan perubahan medan listrik dan medan magnetik yang menghasilkan
gelombang elektromagnetik seperti ditunjukkan pada Gambar 100. Energi gelombang
elektromagnetik terbagi sama dalam benruk medan magnetik dan medan listrik.
Medan listrik dan medan magnetik selalu saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus
terhadap arah perambatan gelombang. Jadi, gelombang elektromagnetik merupakan
gelombang transversal.
(Kanginan, 2002)
Gambar 100. Pada gelombang elektromagnetik. medan listrik E selalu tegak lurus arah medan magnetik B dan keduanya tegak lurus arah rambat gelombang.
Lebih lanjut dari persamaannya, Maxwell menemukan bahwa cepat rambat
gelombang elektromagnetik, c, dapat dinyatakan oleh
푐푒푝푎푡 푟푎푚푏푎푡 푔푒푙표푚푏푎푛푔 푒푙푒푘푡푟표푚푎푔푛푒푡푖푘 푐 =1휇 휀
dengan
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s),
µ0 = permeabilitas vakum = 4π x 10-7 Wb A-1 m-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
ε0 = permitivitas vakum = 8,85418 x 10-12 C2 N-1 m-1
푐 =1
[(4π x 10 − 7 Wb A− 1 m − 1)(8,85418 x 10− 12 C− 2 N − 1 m − 2)]
c = 3,0 x 108 m s-1
Nilai c = 3,0 x 108 m s-1 tepat sama dengan cepat rambat cahaya dalam
vakum. Maxwell tidak percaya bahwa hasil hitungan persamaannya ini adalah
kebetulan belaka. Karena itu, dengan yakin ia mengajukan hipotesis bahwa cahaya
adalah suatu gelombang elektromagnetik.
2. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Kanginan, 2002)
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Akan tetapi, spektrum
gelombang elektromagnetik masih terdiri dari berbagai jenis gelombang lainnya, yang
dibedakan berdasarkan frekuensi atau panjang gelombangnya. Rentang spektrum
gelombang elektromagnetik selengkapnya ditunjukkan pada Gambar 103. Tampak
bahwa frekuensi terendah atau panjang gelombang terbesar adalah gelombang radio
dan frekuensi tertinggi atau panjang gelombang terkecil adalah sinar gamma. Dapat
juga Anda lihat bahwa panjang gelombang cahaya tampak mulai dari 4 x 10-7 m
(violet) sampai dengan 7 x 10-7 m (merah). Lebar spektrum ini sangatlah sempit jika
dibandingkan dengan rentang spektrum gelombang elektromagnetik.
(Kanginan, 2002) Gambar 101. Rentang spectrum gelombang elektromagnetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
Semua gelombang elektromagnetik merambat dalam vakum dengan cepat
rambat yang sama, yaitu c = 3 x 108 m/s.
Kemudian, untuk semua gelombang elektromagnetik yang merambat dalam
vakum, berlaku persamaan dasar gelombang elektromagnetik c = ƒ λ dengan c = 3 x
108 m/s (cepat rambat gelombang elektromagentik), λ = panjang gelombang (m), dan
ƒ = frekuensi gelombang (Hz).
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah siswa aktif
2. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan tanya jawab untuk
mengungkap kembali pelajaran yang mendukung penjelasan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan ini.
Kegiatan Inti
Guru memberikan ceramah singkat tentang gelombang elektromagnetik
kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok .
Siswa melakukan diskusi kelompok tentang penemuan spektrum gelombang
elektromagnetik:
1. Bagaimana Newton dengan teori partikelnya menjelakan bahwa cahaya
merambat lurus
2. Menurut Young dan Fresnel, fenomena interferensi cahaya dengan mudah
dijelaskan oleh teori gelombang dan sangat sukar dijelaskan oleh teori
partikel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
Masing-masing kelompok (oleh perwakilan kelompok) mempresentasikan
hasil diskusinya. Kemudian kelompok lain menanggapi, jika kurang jelas guru
membantu menjelaskan.
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan
pada materi gelombang elektromagnetik, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri
seperti PR.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan :
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga).
Sarana/Media : OHP, slide, VCD, chart (Jika memungkinkan).
VI. Penilaian
1) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat,
dan tingkah laku siswa di dalam kelas
2) Presentasi di depan kelas
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
RPP 16. Karakteristik dan Penerapan Tiap Gelomban Elektromagnetik
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Pertemuan Ke- : 16
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan aplikasi gelombang elektromagnetik pada kehidupan
sehari-hari.
Indikator : Mengelompokan berbagai gelombang elektromagnetik dalam
spektrum.
I. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan karakteristik khusus masing-masing gelombang
elektromagnetik di dalam spectrum tersebut.
- Siswa dapat menjelaskan contoh dan penerapan masig-masing gelombang
elektromagnetik dalam kehidupan sehari-hari.
II. Materi Ajar
1. Gelombang Radio (Kanginan, 2002)
Gelombang radio dikelompokkan menurut panjang gelombang atau
frekuensinya. Jika panjang gelombang tinggi, pasti frekuensinya rendah atau
sebaliknya. Frekuensi gelombang radio mulai dari 30 kHz ke atas dan dikelompokkan
berdasarkan lebar frekuensinya, seperti ditunjukkan pada Tabel 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
(Kanginan, 2002) Gambar 102. Pemancar radio dapat berukuran kecil, sehingga bisa ditempatkan pada seekor binatang.
(Kanginan, 2002)
Gambar 103. Penerima radio dapat berukuran sangat besar. Gelombang radio dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang dipercepat melalui
kawat-kawat penghantar. Muatan-muatan ini dibangkitkan oleh rangkaian elektronika
yang disebut osilator. Gelombang radio ini dipancarkan dari antena dan diterima oleh
antena pula. Luas daerah yang hendak dicakup dan panjang gelombang yang akan
dihasilkan dapat ditentukan dengan tinggi rendahnya antena. Kita tidak dapat mendengar
gelombang radio secara langsung, tetapi penerima radio akan mengubah terlebih dahulu
energi gelombang menjadi energi bunyi. Ukuran pemancar radio dan penerima radio
sangatlah berbeda. Sebuah pemancar radio dapat berukuran sedemikian kecil sehingga
radio itu dapat ditanam dalam tubuh seekor binatang (Gambar 102). Sebuah antena
penerima dapat berukuran sangat besar (kira-kira sepanjang 400 m) sehingga mampu
mendeteksi gelombang-gelombang radio dari jarak sangat jauh (Gambar 103).
Gelombang radio ini juga dapat memberikan informasi tentang bintang-bintang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
Tabel 19. Pengelompokan gelombang radio
Lebar frekuensi Panjang gelombang tertentu Beberapa penggunaan
Low (LF)
30 kHz - 300 kHz
Long wave 1500 m
Radio gelombang panjang dan komunikasi melalui jarak jauh
Medium (MF)
300 kHz - 3 MHz
Medium wave 300 m
Gelombang medium lokal dan
radio jarak jauh High (HF)
3 MHZ - 30 MHz
Short wave 30 m
Radio gelombang pendek dan komunikasi, radio amatir dan CB
Very high (VHP)
30 MHz - 300 MHz
Very short wave 3 m
Radio FM, polisi, dan pelayanan darurat
Ultrahigh (UHF)
300 MHz - 3GHz
Ultra short wave 30 cm
TV (jalur 4, 5)
Super high (SHF)
Di atas 3 GHz
Microwaves 3 cm
Radar, komunikasi satelit, telepon dan saluran TV
a. Perbandingan antara Gelombang Medium dengan Gelombang VHP dan UHF
Gelombang radio dengan frekuensi sekitar 1 MHz (1 000 000 Hz) disebut
gelombang medium. Gelombang ini dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang
dapat membawa informasi dari satu tempat ke tempat lain. Gelombang ini mudah
dipantulkan oleh lapisan atmosfer Bumi (ionosfer), sehingga tempat-tempat yang jauh
dari pemancar dapat dicapai. Informasi bunyi yang dibawa oleh gelombang medium
adalah dalam bentukperubahan amplitudo atau modulasi amplitude (dijelaskan
kemudian).
Gelombang televisi (UHF) dan radio (VHP) tidak dipantulkan oleh lapisan
atmosfer, sehingga luas daerah jangkauannya sempit (Gambar 106a). Karena dapat
menembus lapisan atmosfer (ionosfer), gelombang ini sering digunakan sebagai alat
komunikasi dengan satelit-satelit. Pesawat televisi dan radio FM menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
gelombang ini sebagai pembawa informasi. Informasi bunyi dibawa dalam bentuk
perubahan frekuensi atau modulasi frekuensi (dijelaskan kemudian).
(Kanginan, 2002) Gambar 104 (a) Gelombang televisi (UHF) dan VHP tidak dipantulkan oleh lapisan atmosfer sehingga jangkauannya sempit. (b) Gelombang medium dipantulkan oleh lapisan atmosfer sehingga jangkauannya luas.
b. Modulasi Amplitudo dan Modulasi Frekuensi
Di dalam modulator pemancar radio terjadi penggabungan antara getaran
listrik suara dengan getaran gelombang pembawa frekuensi radio sehingga
menghasilkan gelombang radio termodulasi. Jika yang diproses dalam modulator
adalah amplitudo dari getaran-getaran pembawa dan getaran listrik suara, gelombang
radio yang dihasilkan disebut gelombang AM (Amplitude Modulation). Seperti
ditunjukkan pada Gambar 105 kiri bawah, gelombang AM memiliki amplitudo yang
berubah-ubah sesuai dengan amplitudo getaran listrik suara, sedangkan frekuensinya
tetap. Jika yang diproses dalam modulator adalah frekuensi dari getaran-getaran
gelombang pembawa dan getaran listrik suara, gelombang radio yang dihasilkan
disebut gelombang FM (Frequency Modulation). Seperti ditunjukkan pada Gambar
107 kanan bawah, gelombang FM memiliki frekuensi yang berubah-ubah sesuai
dengan frekuensi getaran listrik suara, sedangkan amplitudonya tetap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
(Kanginan, 2002) Gambar 105. Modulasi dari gelombang radio bisa AM atau FM. Sinyal suara diambil kembali dengan menghilangkan gelombang pembawa (carrier) dari sinyal modulasi pada penerima radio.
Pemancaran gelombang AM digunakan dalam penyiaran dengan gelombang
medium dan gelombang panjang. Telah Anda ketahui sebelumnya, suara yang dibawa
oleh gelombang medium dalam bentuk gelombang AM dapat mencapai tempat yang
jauh. Hal ini terjadi karena gelombang medium mudah dipantulkan oleh lapisan
ionosfer.
Pemancaran gelombang FM digunakan dalam penyiaran dengan gelombang
VHP. Keunggulan gelombang FM adalah bebas dari interferensi listrik. sehingga
suara musik yang dibawanya terdengar lebih merdu. Seperti telah Anda ketahui
sebelumnya, suara yang dibawa oleh gelombang VHP dalam bentuk gelombang FM
tidak dapat mencapai tempat yang jauh karena gelombang VHP tidak dipantulkan
oleh lapisan ionosfer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
c. Gelombang Mikro
Gelombang mikro (microwaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi
paling tinggi (Superhigh Frequency - SHF), yaitu di atas 3 GHz (3 x 109 Hz). Jika
gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, akan muncul efek pemanasan pada
benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, makanan menjadi panas
dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam
microwave oven (oven microwave) untuk memasak makanan dengan cepat dan
ekonomis (lihat juga kotak bagaimana cara kerja oven microwave).
(Kanginan, 2002) Gambar 106. Microwaves
Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection
and Ranging). RADAR berarti mencari dan menentukan jejak sebuah benda dengan
menggunakan gelombang mikro (gelombang dengan frekuensi sekitar 1010 Hz).
Pesawat radar memanfaatkan sifat pemantulan gelombang mikro. Antena radar
bertindak sebagai pemancar dan penerima gelombang. Sebuah antena memancarkan
seberkas sinar tipis gelombang mikro dalam ben-tuk pulsa-pulsa pendek. Karena
panjang gelombangnya hanya beberapa sentimeter, gelombang dengan mudah dapat
dipantulkan oleh benda-benda dengan ukuran beberapa meter, seperti mobil, pesawat
terbang, atau roket. Jika pulsa tadi mengenai benda (misal, pesawat terbang), sebagian
pulsa pantulan akan diterima kembali oleh antena radar. Karena cepat rambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
gelombang elektromagnetik c = 3 x 108 m/s, maka dengan mengamati selang waktu
antara pemancaran dan penerimaan, misalnya Δt, kita dapat mengetahui jarak benda
yang ditangkap oleh radar s, yang diberikan oleh
푠 =푐 푥 ∆푡
2
Angka pembagi 2 timbul karena pulsa gelombang harus menempuh jarak s
pergi-pulang. Informasi yang ditampilkan pada layar sebuah osiloskop sinar katoda
(Gambar 107) menunjukkan bahwa P1 adalah pulsa yang dikirim dan P2 adalah pulsa
pantulan. Selang waktu yang didapat dari jarak pisah antara Pl dan P2 adalah Δt.
Pesawat radar saat ini banyak digunakan untuk membantu keamanan pendaratan
pesawat terbang komersial. Dengan menggunakan radar, cuaca yang buruk tidak lagi
merupakan hambatan bagi pendaratan pesawat di bandara-bandara besar. Antena yang
memancarkan gelombang elektromagnetik ini berputar terus-menerus ke berbagai
jurusan. Jika ada pesawat terbang terkena oleh gelombang, terjadilah pantulan yang
ditangkap pada sebuah tabir yang berfluor, sehingga pada tabir itu tampak gambar
yang baur dari pesawat terbang yang terkena gelombang tadi. Dengan menggunakan
radar, peluru meriam dapat diarahkan ke sasaran secara tepat.
(Kanginan, 2002) Gambar 107.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
Gelombang mikro juga digunakan dalam rangkaian televisi (closed-circuit
television) untuk mengirim laporan gambar hidup televisi dari kendaraan-kendaraan
penyiar yang berada di lapangan ke studio, misalnya untuk siaran langsung
pertunjukan musik.
2. Sinar Inframerah
Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi 1011 Hz sampai 1014 Hz atau
daerah panjang gelombang 10-6 m sampai 10-3 m. Jika kita memeriksa spektrum yang
dihasilkan oleh sebuah lampu pijar dengan detektor yang dihubungkan pada
miliamperemeter, jarum amperemeter sedikit di atas ujung spektrum merah (Gambar
108). Sinar yang tidak dilihat tetapi dapat dideteksi di atas spektrum merah itu disebut
radiasi inframerah.
(Kanginan, 2002) Gambar 108. M = merah, J = jingga, K = kuning, H = hijau, B = biru, V = violet.
Sinar inframerah dihasilkan oleh elektron dalam molekul-molekul yang
bergetar karena benda dipanaskan. Jadi, setiap benda panas pasti memancarkan sinar
inframerah. Sesungguhnya, setiap benda yang bersuhu di atas nol kelvin pasti
memancarkan radiasi inframerah. Jumlah sinar inframerah yang dipancarkan
bergantung pada suhu dan warna benda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
3. Cahaya Tampak
Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh kita
dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik yang
dapat dideteksi (dikenal) oleh mata manusia. Panjang gelombang cahaya tampak
bervariasi, bergantung pada warnanya, mulai dari panjang gelombang kira-kira 4x 107
m untuk cahaya violet (ungu) sampai 7 x 10-7 m untuk cahaya merah. Beberapa
penggunaan cahaya telah didiskusikan sebelumnya. Salah satunya adalah penggunaan
cahaya (sinar laser) dalam serat optik pada bidang telekomunikasi dan kedokteran.
4. Sinar Ultraviolet
Sinar ultraviolet mempunyai frekuensi dalam daerah 1015 Hz sampai 1016 Hz
atau dalam daerah panjang gelombang 10-8 m sampai 10-7 m. Sinar ultraviolet
dihasilkan oleh atom dan molekul dalam nyala listrik. Energi sinar ultraviolet kira-
kira sama dengan energi yang diperlukan untuk reaksi kimia. Oleh karena itu, sinar
ultraviolet dapat memendarkan barium platina sianida dan menghitamkan pelat foto
yang berlapis perak bromida. Sinar ultraviolet dari Matahari juga merangsang badan
kita untuk menghasilkan vitamin D yang kita perlukan untuk tulang yang sehat. Sinar
ultraviolet juga membunuh bakteri dan virus. Karena itu, sinar ultraviolet digunakan
untuk menyucihamakan ruangan operasi rumah sakit berikut instrumen-instrumen
untuk pembedahan.
Matahari adalah sumber sinar ultraviolet. Sebelum cahaya dari Matahari
mengenai permukaan Bumi, molekul ozon (O3) yang terdapat di lapisan atmosfer
berfungsi menyerap sinar ultraviolet berlebih, sehingga sinar ultraviolet yang
mengenai permukaan Bumi tidak membahayakan kehidupan di Bumi. Walaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
demikian, jika Anda terlalu sering terkena sinar Matahari, sinar ultraviolet dapat
menyebabkan perubahan warna kulit menjadi kehitam-hitaman.
Bahan kimia tertentu berpendar ketika sinar ultraviolet jatuh pada bahan
tersebut. Bahan itu menyerap ultraviolet dan memancarkan cahaya tampak hingga
bersinar. Pernahkah Anda memperhatikan ketika Anda menarik uang dari bank?
Pegawai bank menyinari buku tabungan Anda dengan lampu khusus untuk memeriksa
apakah tanda tangan di kertas isian sama dengan tanda tangan dalam buku tabungan.
Tanda tangan dalam buku tabungan tidak terlihat oleh Anda, tetapi di bawah sinar
ultraviolet, tanda tangan Anda akan bersinar.
5. Sinar X
Sinar-X mempunyai daerah frekuensi antara 1016 Hz sampai 1020 Hz. Panjang
gelombangnya sangat pendek, yaitu 10-10 m sampai 10-6 m. Karena panjang
gelombangnya sangat pendek. maka sinar-X memiliki daya tembus yang kuat. Daya
tembusnya bergantung pada frekuensi. Makin tinggi frekuensi, makin kuat daya
tembusnya. Daya tembusnya juga bergantung pada jenis bahan yang ditembusnya.
Sinar-X dapat menembus buku tebal, kayu setebal beberapa sentimeter, dan pelat
aluminium setebal 1 cm, tetapi suatu lapisan besi, tembaga, dan terutama timbel
dengan ketebalan beberapa milimeter tidak dapat ditembus sama sekali.
(Kanginan, 2002) Gambar 109. Foto jari tangan dengan sinar-X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Sinar-X ditemukan pada bulan November tahun 1895 oleh Wilhelm K.
Rontgen (1845-1923) ketika ia sedang mempelajari sinar katoda. la menemukan apa
yang disebutnya "suatu jenis cahaya baru".
Cahaya tersebut tak dapat dilihat, tetapi dapat menembus bahan-bahan zat
padat. la juga menemukan bahwa sinar itu menghitamkan pelat potret seperti halnya
cahaya. Salah satu gambar yang dihasilkan sinar-X pada waktu itu ditunjukkan pada
Gambar 111. Tampak bahwa sinar-X lebih mudah melalui daging daripada tulang.
Sinar-X dihasilkan oleh elektron-elektron yang terletak di bagian dalam kulit
elektron atom. Sumber lain sinar-X adalah pancaran yang keluar karena elektron
dengan kecepatan tinggi ditumbukkan pada logam. Cara inilah yang digunakan untuk
memproduksi sinar-X untuk dipergunakan dalam keseharian.
Tulang-tulang dalam badan kite tidak mudah ditembus seperti halnya jaringan
sel-sel tubuh lainnya. Sinar-X dapat digunakan untuk memotret kedudukan tulang-
tulang dalam badan, khususnya untuk menentukan letak tulang yang patah. Namun,
jaringan sel-sel manusia dapat rusak jika terkena sinar-X terlalu lama. Itulah
alasannya mengapa ketika memeriksa dada, kita dikenai sinar-X dalam selang waktu
yang singkat supaya aman.
Karena sinar-X dapat menunjukkan gejala-gejala interferensi jika dikenakan
pada kristal zat padat, maka gambar-gambar interferensi yang dihasilkannya akan
mengungkapkan letak atom-atom dalam kristal. Jadi, sinar-X sangat berguna untuk
analisis struktur bahan.
Sinar-X dapat dihasilkan oleh sebuah tabung sinar-X (Gambar 112a). Sifat
tembus sinar ini sangat berguna untuk melihat bagian dalam benda tanpa harus
membedahnya (Gambar 110b). Dalam industri, sinar-X digunakan untuk menyingkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
cacat dan retak tersembunyi dari bagian-bagian logam, khususnya bagian-bagian yang
disambung bersama oleh proses pengelasan. Jika Anda pernah mengalami bepergian
dengan pesawat terbang, Anda akan melihat barang-barang bawaan Anda diperiksa
oleh petugas keamanan bandara dengan menggunakan sinar-X.
a b
(Kanginan, 2002) Gambar 110. (a) Tabung sinar-X; (b) Melihat bagian dalam tubuh manusia dengan
sinar-X tanpa membedahnya.
6. Sinar Gamma
Sinar gamma dibebaskan selama reaksi nuklir, mempunyai frekuensi dalam
daerah antara 1020 Hz sampai 1025 Hz atau panjang gelombang antara 10-15 m sampai
10-10. Daya tembusnya sangat besar sekali, sehingga dapat menembus pelat timbel
atau pelat besi setebal beberapa sentimeter. Daya temmbus yang sangat besar ini
menyebabkan efek yang serius jika diserap oleh jaringan hidup. Dengan pengontrolan,
sinar ini digunakan untuk membunuh sel-sel kanker dan menyeterilkan peralatan
rumah sakit. Seperti sinar-X, sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat-
cacat pada logam.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah siswa aktif
2. Diskusi dan tanya jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dan diteruskan dengan tanya jawab untuk
mengungkap kembali pelajaran yang mendukung penjelasan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan ini.
Kegiatan Inti
Guru memberikan ceramah singkat tentang gelombang elektromagnetik
kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok .
Siswa melakukan diskusi kelompok tentang penemuan spektrum gelombang
elektromagnetik:
3. Bagaimana Newton dengan teori partikelnya menjelakan bahwa cahaya
merambat lurus
4. Menurut Young dan Fresnel, fenomena interferensi cahaya dengan mudah
dijelaskan oleh teori gelombang dan sangat sukar dijelaskan oleh teori
partikel.
Masing-masing kelompok (oleh perwakilan kelompok) mempresentasikan
hasil diskusinya. Kemudian kelompok lain menanggapi, jika kurang jelas guru
membantu menjelaskan.
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan oleh guru.
Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan
pada materi gelombang elektromagnetik, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri
seperti PR.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 1B (Erlangga).
Sarana/Media : OHP, slide, VCD, chart (Jika memungkinkan).
VI. Penilaian
3) Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat,
dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Untuk format penilaian lihat RPP 1.
4) Presentasi di depan kelas.
Mengetahui, .............., .......................... Kepala Sekolah Guru Fisika
–––––––––––––– ––––––––––––––––– NIP: NIP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
BAB IV
PENUTUP
A. Rangkuman
Desain fisika SMA kelas X semester II yang penulis buat merupakan desain
yang berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun ajaran 2006/2007
diberlakukan, sebagai realisainya dibuat RPP selama satu semester. Tujuan
pembuatan desain ini adalah membuat desain pembelajaran fisika yang kontekstual
dengan Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur, mengaktifkan siswa dalam belajar
fisika dan mengajak siswa berpikir lebih kritis dalam memecahkan soal-soal fisika.
Demi terwujudnya tujuan tersebut dalam penulisan digunakan beberapa teori
seperti teori konstruktivisme belajar, teori inteligensi ganda (multiple intelligences),
teori berpikir kritis dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Menggunakan
metode-metode mengajar fisika yang konstruktivistik, yaitu menggunakan metode
eksperimen atau praktikum, peta konsep, demonstrasi, diskusi dan metode ceramah
siswa aktif serta dibuat lembar penilain keaktifan siswa sesuai dengan metode yang
digunakan. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan desain ini maka penulis
mengukurnya dengan mengevaluasi pembelajaran pada akhir setiap bab.
Dengan berpatokan pada teori belajar fisika, metode mengajar dan hasil
evaluasi pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa desain ini memenuhi syarat
untuk digunakan dimana sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
berdasarkan konteks wilayah, terutama konteks wilayah Kabupaten Kutai Barat
Kalimantan Timur. Maka dalam mengaktifkan siswa dan melatih siswa untuk berpikir
kritis dalam memecahkan soal-soal fisika juga bisa tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
B. Keterbatasan Penulisan
Dalam desain ini proses pembelajaran menggunakan beberapa metode yang
kemungkinan sulit untuk dilakukan seperti metode demonstrasi dan praktikum. Untuk
metode praktikum supaya bisa dilakukan sekolah yang bersangkutan harus memiliki
laboratorium, alat-alat yang di butuhkan untuk materi-materi yang perlu diadakan
praktikum dan guru yang memiliki kemampuan menggunakan alat-alat praktikum
tersebut seperti harapan penulis. Metode demonstrasi membutuhkan keahlian
menyiapkan bahan serta mendemonstrasikannya. Jika keahlian tersebut tidak dimiliki
seorang guru maka, sudah pasti metode tersebut sulit untuk digunakan. Desain ini
sangat berguna jika dipakai di Kabupaten Kutai Barat karena bisa sedikit membantu
guru fisika yang ada khususnya kelas X semester II.
C. Saran-saran
Demi kualitas keluaran yang dihasilkan dari peroses pendidikan fisika maka
saran yang bisa penulis kemukakan berdasarkan desain yang telah penulis buat, antara
lain:
1. Pengunaan desain
Desain ini dapat digunakan guru-guru fisika kelas X semester II di Kutai Barat
(Kaltim) dalam mengajar dan dapat dikembangkan lebih lanjut baik itu metode
mengajar serta teori yang digunakan dengan memperhatikan konteks wilayah
tempat sekolah itu bernaung.
2. Kesiapan calon guru.
Kesiapan calon guru merupakan faktor penting dalam mendesain fisika
berdasar KTSP, karena berdasarkan pengalaman penulis saat berhadapan dengan
setumpuk materi yang harus disusun selama satu semester terkadang ada keraguan
kalau-kalau desain ini tidak terselesaikan dengan baik. Sebagai desainer fisika yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
baik, calon guru harusnya bisa lebih tenang. Hal ini bisa terjadi kalau semuanya
telah dipersiapkan dengan baik, baik secara mental maupun secara pengetahuan.
3. Bersikaplah selalu optimis.
Sikap optimis di manapun sangat diperlukan untuk menghadapi hidup yang
penuh dengan tantangan, terlebih kalau tantangan itu untuk menyelesaikan sesuatu
yang sama sekali baru. Sikap optimis tidak cukup hanya dikembangkan pada saat
anda sebagai calon guru untuk menyelesaikan tugasnya sekarang tapi lebih penting
lagi sikap tersebut perlu transformasikan pada anak didik kelak.
4. Perlunya pemahaman yang jelas tentang KTSP
Karena pada saat penulis merencanakan untuk mendesain kurikulum
berdasar pada KTSP yang berdasar konteks, seberapa dalamnya pengertian saya
akan KTSP sangat vital. Pada saat itu penulis sampai beberapa kali harus
mengulang pokok bahasan yang sama untuk dikerjakan, sehingga waktunya sangat
tidak efektif.
5. Perlunya memahami konteks atau daerah yang jelas dimana desain itu dibuat.
Setiap daerah sudah mempunyai kebudayaan belajar sendiri-sendiri dan
lingkungan yang sangat berbeda. Situasi lingkungan belajar yang berbeda mesti
harus disikapi dengan perlakuan yang berbeda pula.
6. Perlunya mengenali kemampuan belajar siswa
Hal ini penting, agar pada saatnya sebagai guru kita bisa memutuskan
metode apa yang paling cocok untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar di
sekolah kita. Misalnya siswa dari latar belakang yang kemampuan belajarnya
sangat rendah sebagai guru kita harus punya inisiatif untuk memilih metode yang
sesuai dengan kemampuan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
Daftar Pustaka
Amri, S, & Ahmadi, K.L. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Tips efektif Aplikasi KTSP Di Sekolah. Yogyakarta: Bening.
BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Untuk SD/MI Beserta Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Bp. Cipta Jaya.
Feldman, Daniel.A. Berpikir Kritis. Jakarta: PT. Indeks
Indianti, dkk. 2009. Edisi Keenam Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.
Jihad, Asep. & Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Johnson, Elaine. B. 2010. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa.
Kanginan, Marthen. 2002. Fisika Untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Katamso, 2009. Desain Pembelajaran Fisika SMA Kelas X Semester I Kabupaten Sintang Kalimantan Barat Berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Skripsi.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Muchith, Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.
Munthe, Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani.
Muslich, Masnur. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
NN, 2011. Kabupaten Kutai Barat. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kutai_Barat
NN, 2011.Keterampilan Berpikir Kritis. Dalam http: // fisika 21. wordpress.com / 2009/ 11/ 15/ keterampilan-berpikir-kritis/.
Riyanto,Yatim. 2009. Paradikma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget . Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata. Dharma.
Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Susanto. 2008. Penyusunan Silabus dan RPP Berbasis Visi KTSP. Surabaya: Matapena.
Triyanto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI