Upload
hadien
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PERILAKU SWAMEDIKASI PENYAKIT ASMA OLEH IBU-IBU DI KOTA YOGYAKARTA DAN
KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Limdrawati
NIM : 048114005
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Ingin disembuhkan adalah bagian dari kesembuhan itu sendiri”.
Lucius Annaeus Seneca
Kupersembahkan Karya Kecilku ini
untuk:
Keluargaku tercinta : Papa, Mama,
Adikku Julius, Lia, Devi, Danel,
Aloysius
Edi Kurniawan yang ku kasihi
Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Skripsi ini berisi identifikasi permasalahan perilaku swamedikasi
penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari anugerah dan berkat dari
Tuhan Yang Maha Esa dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat membantu
penulis dalam menyusun skripsi. Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis
ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan skripsi ini,
diantaranya:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan saran dan kritik yang
membangun serta bersedia meluangkan waktu sebagai dosen penguji.
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing penulis dalam
penyelesaian skripsi ini. Motivasi, harapan, nasihat dan ilmu yang telah
diberikan menjadi seperti aliran listrik yang selalu menyala: memberikan
terang dan respon positive untuk selalu “sadar”. Ide-ide dan pemikiran
mendalam yang telah di-sharing-kan semakin menyegarkan dan membuka
cakrawala berfikir yang semakin kompleks.
3. Bapak dr. Harimat Hendarwan, M.Kes. yang telah memberikan
bimbingan selama penyusunan skripsi serta bersedia meluangkan waktu
untuk berdiskusi.
4. Bapak Drs. Mulyono, Apt. yang telah memberikan saran dan kritik yang
membangun serta bersedia meluangkan waktu sebagai dosen penguji.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Program Hibah A3 yang menyelenggarakan proyek penelitian payung.
6. Romo Sunu yang telah memberi semangat dan membantu dalam
pemecahan masalah yang sedang dialami.
7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt yang selalu memberi semangat dan
motivasi untuk tetap semangat.
8. Ibu Titien dan Ibu Sri Hidayati yang telah memberikan bekal keterampilan
untuk melakukan wawancara dan berkomunikasi yang baik.
9. Br. Agus Mujiyo yang selalu memberiku nasehat dan doa serta saran
dalam menghadapi permasalahan yang muncul dalam berinteraksi dengan
banyak orang.
10. Teman-teman yang berpayung bersama dalam penelitian ini: Yoanna Rissa
Mayasari, Henny Puspitasari, Yosephine Marreta, Fandy Kurniawan,
Alexander Arie, Kartikasari, Ana yang mengalami dan merasakan
asyiknya bekerja sama dalam mewujudkan penelitian ini.
11. Para responden yang telah memberikan bantuan yang sangat berharga
selama pelaksanaan penelitian.
12. Keluarga tercinta: papa, mama, adik-adikku (Julius, Prasilya, Devi,
Danel), akong dan ama, serta semua anggota keluarga besar dari pihak
mama dan papa, terima kasih sekali atas semua doa dan support-nya.
13. Edi Kurniawan yang selalu memberiku semangat, nasehat, cinta kasih,
perhatian, dan selalu membimbingku disaat putus asa, serta selalu
menemaniku dalam penyelesaian penelitian ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. Rosa, Dian Kurniasari (DK), Silvia, Dessy, Ineke, Cicilia, Meidina, Reni
Ismiyati, Filana, Stefani Yuanita, Cin Frengky Cuwondo, Fhery Catur,
Erlin, Amanda, Novi, Lusi Lahrita, Simon, Candra, Yanti Yap teman-
teman angkatan 2004 kelas FKK serta secara khusus kelompok praktikum
A.
15. Penghuni rumah 99999: Bapak dan Ibu Sakijan, Mas Arya, Mbak Ida,
Mbak Kusuma, serta anak-anak semua antara lain Fenny, Meri, Juliana,
Emilia, Debora Sibala, Cordelia, Vivi, Wewen, Lise, Grace, Okta Reni,
Deasy, Lina, Maria, Diana, Tika, Mami Mona, Hani, Nana dan Cicilia
Nina.
16. Penghuni Srigunting No.15: Lidya Yulita (Ling-ling), Amei , Ani, Tika,
Pisca, Desy Natalia (Cacam), Monita, Adhi Kurniawan, Cita atas
keceriaan, semangat dan nasehat.
17. Teman-teman kost Villa Orange: Teddy, Juvendi, Suryanto, Hengki,
Welly, Daniel, Sudarso, William yang telah memberikan bantuan dan
saran untuk penelitian ini.
18. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat seluas-luasnya bagi
para pengguna.Akhir kata, sebagai suatu tulisan, niscaya skripsi ini akan ada
kekurangannya,
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena itu kritik dan saran akan sangat bermanfaat untuk perbaikan bagi penulis.
Tuhan memberkati!
Yogyakarta, 25 Januari 2008
Limdrawati
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 300 juta penduduk dunia menderita asma. Asma menyebabkan gangguan aktivitas bahkan sampai kematian pada penderitanya. Menurut Informasi Spesialite Obat Indonesia (2006) ada 135 obat asma yang dijual bebas. Berdasarkan suatu penelitian terdapat 48% penggunaan obat bebas untuk mengatasi asma, sehingga perlu diketahui seperti apakah karakteristik pelaku swamedikasi serta apakah permasalahan yang terjadi dalam swamedikasi penyakit asma.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat modul edukasi yang sesuai kebutuhan untuk meningkatkan kesesuaian pengobatan yang rasional. Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara pada 38 responden (ibu-ibu) yang didapatkan secara accidental sampling method di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental deskriptif dengan rancangan crosssectional.
Sebesar 26,31% responden berada pada rentang umur 46-50 tahun, menempuh tingkat pendidikan SLTA (31,6%), 66% responden berpenghasilan kurang dari Rp 1.500.000,00, serta 50% responden mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Permasalahan yang terjadi meliputi, tidak menyadari kerugian dalam swamedikasi (34%), tidak mengetahui jenis asma (90%), pertimbangan memilih obat (61%), tidak mendapatkan informasi obat (92%).
Kata kunci : asma, swamedikasi, permasalahan swamedikasi asma
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways. The World Health Organization (WHO) estimates that there are 300 millions of people in the world who suffer from asthma. Asthma causes the disfunction of the activity even death to the sufferer. According to Informasi Spesialite Obat Indonesia (2006) there are 135 asthma’s medicine sold freely in the market. According to a research, there are 48% of free medicine use to heal asthma, so we need to know what kind of the characteristic of swamedicationer and what’s the problem that happen is asthma’s swamedication.
The aim of this research is to make education modul as needed to increase the rational medication appropriateness. The data taking technic is being done by interviewing 38 respondents (housewife) that is being achieved with accidental sampling method in Yogyakarta and Kulon Progo. This research includes the non- experimental descriptive research with cross sectional design.
The 26,31% of respondents are between the range of age in 46-50 years old, had taken Senior High School education level, 66% of respondents gain money less than Rp 1.500.000 and 50% of respondents profession is a housewife. The problems occur include, the unawareness of disadvantage in swamedication 34%, not knowing the type of asthma 90%, consideration in choosing the medicine 61%, do not get the information about medicine 92%.
Keyword: asthma, swamedication, the problem of asthma’s swamedication
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................... v
PRAKATA .................................................................................................. vi
INTISARI .................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xvii
SINGKATAN DAN ISTILAH................................................................. xix
BAB I PENGANTAR ................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah........................................................................... 5
C. Keaslian Penelitian............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAHAN PUSTAKA .......................................................... 8
A. Swamedikasi .... .... ......................................................................... 8
1. Definisi........................................................................................ 8
2. Perilaku Swamedikasi.................................................................. 8
3. Keuntungan dan Kerugian .......................................................... 10
4. Golongan Obat Untuk Swamedikasi............................................ 12
5. Pemilihan dan Penggunaan Obat Tanpa Resep............................ 14
6. Peran Apoteker dalam Pengobatan Sendiri..................................... 14
7. Pengobatan yang Rasional ............................................................ 15
8. Upaya Peningkatan Kerasionalan Perilaku Swamedikasi ............ 16
9. Algoritma Perawatan Sendiri ....................................................... 18
B. Sistem Pernapasan.............................................................................. 19
C. Asma ................................................................................................... 21
1. Definisi ........................................................................................... 21
2. Etiologi............................................................................................. 22
3. Patofisiologi...................................................................................... 23
4. Tanda dan Gejala............................................................................... 24
5. Klasifikasi......................................................................................... 25
6. Penatalaksanaan Asma...................................................................... 25
D. Perilaku Swamedikasi ........................................................................... 31
1. Pengetahuan ................................................................................... 32
2. Sikap ............................................................................................... 33
3. Tindakan .......................................................................................... 33
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................... 34
B. Definisi Operasional ......................................................................... 34
C. Populasi Penelitian............................................................................ 35
D. Lokasi Penelitian................................................................................. 35
E. Besar Sampel...................................................................................... 36
F. Subyek Penelitian .............................................................................. 36
G. Waktu Penelitian ......................................................... ...................... 36
H. Instrumen Penelitian ......................................................... ................. 36
I. Tata Cara Penelitian ......................................................... .................. 37
1. Analisis Situasi................................................................................ 37
2. Pembuatan Instrumen Penelitian..................................................... 38
3. Pengumpulan Data......................................................................... 39
J. Tata Cara Analisis Hasil .................................................................... 39
K. Kesulitan Penelitian ............................................................................ 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 41
A. Karakteristik Responden ..................................................................... 41
B. Pola Perilaku Swamedikasi Penyakit Asma........................................ 44
C. Identifikasi Permasalahan Swamedikasi Penyakit Asma...................... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 65
LAMPIRAN ................................................................................................... 70
BIOGRAFI PENULIS................................................................................... 108
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi ······· 10
Tabel II. Klasifikasi Asma ··························································· 25
Tabel III. Profil Pertanyaan Pedoman Wawancara ······························· 37 Tabel IV. Tindakan yang dilakukan bila sakit ringan..........................................44 Tabel V. Pendapat tentang Swamedikasi.............................................................45 Tabel VI. Swamedikasi untuk anggota keluarga ··································· 46 Tabel VII. Keuntungan Swamedikasi..................................................................47 Tabel VIII. Kerugian Swamedikasi.....................................................................47 Tabel IX. Penyebab Asma. ···························································· 49 Tabel X. Tanda dan Gejala Asma ···················································· 50 Tabel XI. Lama Menderita Asma····················································· 50 Tabel XII. Golongan obat untuk swamedikasi······································ 51 Tabel XIII. Obat yang digunakan dalam swamedikasi ···························· 52
Tabel XIV. Informasi obat asma yang ingin diketahui responden··············· 53
Tabel XV. Tempat Membeli Obat···················································· 54
Tabel XVI. Permasalahan tentang pemahaman responden mengenai swamedikasi penyakit asma ··········································································· 54 Tabel XVII. Permasalahan Pengenalan Penyakit Asma ··························· 56 TabelXVIII. Permasalahan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Obat Asma ···· 57
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. Langkah-langkah pengembangan intervensi··························· 17 Gambar 2. Langkah-langkah pengembangan intervensi ·························· 17 Gambar3. Algoritma Perawatan sendiri Penyakit Asma di Rumah ·············· 18 Gambar 4. Sistem Pernapasan ························································ 21
Gambar 5. Bronkus normal dan bronkus pada penderita asma ··················· 22
Gambar 6. Patofisiologi asma························································· 24
Gambar 11. Umur Responden ························································ 41
Gambar 12. Tingkat Pendidikan Responden ······································· 42
Gambar 13. Pendapatan Responden....................................................................42
Gambar 14. Pekerjaan Responden ··················································· 43
Gambar 15. Frekuensi melakukan swamedikasi···································· 46 Gambar16. Tindakan Swamedikasi Jika Swamedikasi Tidak Efektif ··········· 48
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Karakteristik Responden ··············································· 70
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ··················································· 73
Lampiran 3. Data Wawancara························································· 77
Lampiran 4. Surat Perijinan ··························································· 90
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SINGKATAN DAN ISTILAH
BHR : Bronkial Hiperresponsive
DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
FEV1 : Forced Expiratory Volume
FIP : Federation International Pharmaceutical
GINA : Global Initiative for Nation Asthma
IRT : Ibu Rumah Tangga
ISAAC : International Study on Asthma and Allergy in Children
MDI : Metered Dose Inhaler
NAEPP : National Asthma Education and Prevention Program
NSAID : Non Steroid Anti Inflamasi Drug
OTC : Over The Counter
OTR : Obat tanpa resep
OWA : Obat Wajib Apotek
PEF : Peak Expiratory Flow
SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga
Susenas : Survei sosial ekonomi nasional
Swamedikasi : pengobatan sendiri
WHO : World Health Organization
WSMI : World Self-Medication Industry
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan (termasuk
obat tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat
dikenali sendiri dan untuk beberapa kondisi kronis yang sudah pernah didiagnosa
oleh dokter (Anonim, 1998).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan oleh
Departemen Kesehatan RI tahun 1993 menunjukkan beberapa tindakan yang
dilakukan untuk menghadapi penyakit yaitu sebanyak 5% “membiarkan”, 5%
“diobati dengan cara sendiri, 9% “diobati dengan obat tradisional atau jamu”,
63% “memakai obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter”, dan 18% “pergi
ke Puskesmas” (DepKes, 1993). Survei di Amerika Serikat yang menunjukkan
bahwa dalam waktu satu tahun, sebanyak 75% penduduk mengalami gejala atau
merasa menderita sakit. Dari jumlah tersebut, diketahui sebanyak 65%
“mengobati sendiri menggunakan obat bebas”, 25% “pergi ke dokter”, dan 10%
“tidak berbuat apa-apa” (Sartono, 1993). Data hasil survei di atas menunjukkan
tindakan swamedikasi atau mengobati diri sendiri cukup tinggi.
Tindakan swamedikasi (self medication) mempunyai kecenderungan untuk
meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2001 diperoleh bahwa 77,3% penduduk sakit di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan swamedikasi sebagai tindakan
awal dalam pencarian pengobatan (Handayani, 2003).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan swamedikasi tersebut,
yaitu: pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta
pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati penyakit
ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan
obat-obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter atau OTR/Obat Tanpa Resep
(OTC/Over The Counter) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit
ringan atau gejala yang muncul, serta diterimanya pengobatan tradisional sebagai
bagian dari sistem kesehatan (Anonim, 1998).
Suatu penelitian oleh Consumers Healthcare Products Association di
Amerika Serikat menunjukkan populasi wanita dewasa lebih banyak daripada pria
dalam melakukan pengobatan sendiri dan persentase tersebut semakin bertambah
pada wanita dengan semakin bertambahnya umur. Sebanyak 66% wanita saling
memberikan motivasi diantara mereka untuk memahami persoalan kesehatan dan
masalah pengobatannya, hal ini ditemukan pada kelompok pria hanya sebesar
58%. Sebanyak 82% wanita dan 71% pria mengakui menggunakan OTR untuk
mengobati penyakit ringan yang sering mereka alami (Anonim, 2001).
Berdasarkan beberapa penelitian wanita lebih sering memperhatikan kesehatan
dan melakukan swamedikasi, oleh karena itu subyek dalam penelitian ini adalah
ibu-ibu.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang
dikarakteristikkan dengan peristiwa penyempitan dan obstruksi saluran napas
yang dipicu oleh berbagai sebab. Asma menimbulkan gangguan kualitas hidup
karena gejala yang ditimbulkannya seperti napas tertahan, mengi, batuk, dan dada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
terasa sesak, masing-masing dari ringan sampai yang mengancam kehidupan
(Kelly dan Sorkness, 2005).
Suatu laporan dari delapan negara Asia-Pasifik yang dilaporkan dalam
Journal of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 menunjukkan, asma
mengganggu kualitas hidup. Dari 3.207 kasus yang diteliti, dampak asma
terhadap kualitas hidup yang terganggu ditunjukkan dari keterbatasan dalam
berekreasi atau olahraga 52,7%, aktivitas fisik 44,1%, pemilihan karier 37,9%,
aktivitas sosial 38%, cara hidup 37,1%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%.
Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh
36,5% anak dan 26,5% orang dewasa seperti gejala-gejala batuk, termasuk batuk
malam dalam sebulan terakhir pada 44-51%, bahkan 28,3% penderita mengaku
terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu (Sundaru, 2004).
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 300 juta penduduk dunia
menderita asma. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai
180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara berkembang,
tapi juga di negara maju. Prevalensi penyakit ini pun semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Di Indonesia, prevalensi gejala asma melonjak dari 4,2% menjadi
5,4%. Jakarta sendiri memiliki prevalensi gejala asma mencapai 7,5% (Stevani,
2007).
Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah umur 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in
Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
meningkat tahun 2003 menjadi 5,2%. Kenaikan ini tentu saja perlu upaya
pencegahan agar prevalensi asma tetap rendah.
Persoalan asma harus ditangani secara serius karena merupakan penyakit
inflamasi kronik saluran napas yang merupakan salah satu penyebab kematian
dan mengurangi produktivitas penyandangnya. Dengan obat dan cara pengelolaan
yang baik, seharusnya asma bukan masalah lagi di Indonesia (Anonim, 2005).
Obat-obatan yang dapat digunakan untuk swamedikasi ada ribuan jenis
dengan berbagai fungsi beredar di pasaran. Menurut Informasi Spesialite Obat
Indonesia (2006) ada 135 obat asma yang dijual bebas. Hasil penelitian Pretet
(1989) di Perancis terdapat 48% penggunaan obat tanpa resep untuk mengobati
penyakit asma yang sedang diderita. Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan
yang sangat tinggi. Salah memilih obat, tentu bisa bahaya (Anonim, 2002).
Permasalahan seputar swamedikasi relatif banyak yang tidak muncul ke
permukaan karena sesuai dengan konsep swamedikasi bahwa tindakan
pengobatan dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa intervensi dan pengawasan
dari tenaga kesehatan. Obat-obat yang digunakan untuk swamedikasi pun
merupakan obat tanpa resep yang dapat diperoleh di warung-warung biasa dan
tidak harus di apotek.
Hasil penelitian tentang swamedikasi yang pernah dilakukan pada
vaginitis di Kota Yogyakarta tahun 2006 (Widayati, 2006) menunjukkan bahwa
terdapat 71% ketidaksesuaian dalam aspek pengenalan penyakit dan 33%
ketidaksesuaian dalam pemilihan obatnya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas
sangat perlu untuk dilakukan penelitian secara komprehensif untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
masalah-masalah yang terkait dengan swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu
khususnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apa karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit asma di
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo ?
b. Seperti apa pola perilaku swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo ?
c. Apa saja permasalahan yang timbul dalam swamedikasi penyakit asma
oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai swamedikasi penyakit asma di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Kulon Progo selama ini belum pernah dilakukan, penelitian mengenai
penyakit asma yang pernah dilakukan antara lain, oleh Anitawati (1996),
mengenai “Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial Untuk Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Selama Tahun 1998”, Kusuma (1998),
mengenai “Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada Pasien Asma
Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002”,
Nugraha (2002) “Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada Pasien
Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun
2006”, Chinthia (2002), mengenai “Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial
Pada Pasien Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun
1999-2001”, Gibson (2002) mengenai “ Kajian Peresepan Pasien Dewasa Asma
Bronkial non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Yogyakarta Tahun 2000”. Semua penelitian yang pernah dilakukan adalah
mengevaluasi resep yang diberikan kepada pasien, penelitian yang di lakukan
sekarang ini, ingin mengetahui permasalahan yang terjadi dalam melakukan
swamedikasi penyakit asma.
3. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu kefarmasian khususnya
tentang swamedikasi, serta dapat membantu masyarakat dalam mengobati atau
menangani penyakit asma, sehingga dapat terwujud pengobatan sendiri yang
tepat dan rasional.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai baseline dalam pengembangan
modul edukasi bagi masyarakat untuk peningkatan kesesuaian swamedikasi
penyakit asma.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pola perilaku swamedikasi dan permasalahan yang terjadi
dalam swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Kulon Progo sehingga dapat dibuat modul edukasi yang sesuai
kebutuhan dalam peningkatan swamedikasi penyakit asma oleh masyarakat Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit asma di Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.
b. Mengetahui pola perilaku swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.
c. Mengetahui permasalahan yang timbul dalam swamedikasi penyakit asma di
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Swamedikasi (self-medication)
1. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998, swamedikasi
adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan (termasuk obat tradisional) oleh
individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri dan
untuk beberapa kondisi kronis yang sudah pernah didiagnosa oleh dokter. Sesuai
dengan pernyataan bersama antara World Self-Medication Industry (WSMI) dan
Federation International Pharmaceutical (FIP), self-medication atau
swamedikasi didefinisikan sebagai penggunaan obat tanpa resep dokter oleh
masyarakat atas inisiatif sendiri (Anonim, 1999). Beberapa pustaka menyebutkan
definisi swamedikasi yang berbeda-beda, tetapi yang sering dipakai secara luas
adalah pengobatan menggunakan obat tanpa resep.
2. Perilaku Swamedikasi
Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat
pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam mengatasi
masalah kesehatan (doctor minded), demografi dan epidemiologi, ketersediaan
pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial
ekonomi (Holt and Hall, 1990).
Covington (2000), menjelaskan bahwa faktor keyakinan dan sikap,
karakteristik demografi, status ekonomi, dan pendidikan atau pengetahuan
konsumen merupakan empat faktor utama yang mempengaruhi swamedikasi.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Faktor keyakinan dan sikap meliputi penghargaan terhadap nilai
kesehatan, motivasi dan tanggung jawab untuk mempelajari penyakit yang
diderita dan perawatannya, persepsi tingkat keseriusan penyakit, kecenderungan
dipengaruhi oleh orang lain. Karakteristik demografi meliputi usia, jumlah
keluarga, jenis kelamin dan status sosial ekonomi. Faktor ekonomi meliputi status
ekonomi seseorang, biaya perawatan kesehatan (baik produk maupun pelayanan),
kemudahan untuk mendapatkan produk kesehatan, dan ketersediaan produk
maupun pelayanan. Faktor pendidikan terutama tingkat pendidikan
mempengaruhi pengetahuan dasar seseorang mengenai kondisi kesehatan yang
diderita dan pengobatannya, kemampuan untuk menginterpretasikan informasi
kesehatan, tersedianya informasi yang berguna dari tenaga kesehatan maupun dari
media informasi.
Perilaku swamedikasi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data
dari Consumers Healthcare Products Association di Amerika tahun 2002
menunjukkan peningkatan penjualan obat tanpa resep dari tahun 1970-2000
(Anonim, 2002). Suatu survei yang pernah dilakukan di Amerika Serikat
menyebutkan bahwa terjadi peningkatan perilaku swamedikasi di kalangan
masyarakat dengan beberapa parameter yaitu: 1) tingkat kepuasan konsumen
terhadap keputusan mereka sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, 2)
kecenderungan melakukan swamedikasi dengan obat tanpa resep untuk mengatasi
simptom yang dirasakan dan penyakit ringan yang umum diderita, 3) keyakinan
bahwa obat tanpa resep aman digunakan apabila dipakai sesuai petunjuk, 4)
keinginan agar beberapa obat yang saat itu harus diperoleh dengan resep dokter,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
diubah menjadi tanpa resep, 5) kesadaran membaca label sebelum memilih dan
menggunakan obat tanpa resep, terutama mengenai aturan pakai dan cara pakai
serta efek samping obat (Pal, 2002). Penggunaan obat tanpa resep untuk
swamedikasi menuntut kepastian bahwa obat tersebut terbukti aman, berkualitas
dan memberikan efikasi sesuai yang diharapkan (Holt and Hall, 1990).
3. Keuntungan dan Kerugian
Tabel I. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi Obyek Keuntungan Kerugian
Kenyamanan dan kemudahan akses
Diagnosis tidak sesuai / tertunda
Tanpa biaya periksa / konsultasi
Pengobatan berlebihan / tidak sesuai
Hemat waktu Kebiasaan menggunakan OTR Empowerment Adverse Drug Reaction
Ada indikasi yang tak terobati
Pasien
Kenaikan biaya berobat
Penurunan beban kerja Tidak dapat melakukan monitoring terapi
Lebih banyak waktu untuk menangani kasus
penyakit berat
Kehilangan kesempatan untuk konseling dengan pasien
Berkurangnya peran
Dokter/ sarana pelayanan kesehatan
Berkurangnya pendapatan
Farmasis Perannya akan lebih dibutuhkan di Apotek
Adanya konflik kepentingan antara bisnis dan etika profesi
Pengambil kebijakan Menghemat biaya kesehatan masyarakat
Industri Farmasi Meningkatkan profit pada penjualan obat
bebas
-
Swamedikasi untuk gejala atau penyakit ringan dirasakan oleh penderita
memberikan keuntungan, antara lain kepraktisan dan kemudahan melakukan
tindakan pengobatan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah (Rantucci, 1997).
Beberapa keuntungan dan kerugian sehubungan dengan peningkatan perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
swamedikasi terhadap penderita, dokter/pelayanan kesehatan, farmasis, pengambil
kebijakan dan industri farmasi dapat dilihat pada tabel I di atas (Sihvo, 2000).
Swamedikasi di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat
tradisional dan obat tanpa resep yang beredar di masyarakat. Dasar pemilihan
obat tanpa resep untuk swamedikasi adalah pengalaman menggunakan obat
tertentu pada waktu yang lalu atau diberitahu orang lain baik orang tua, tetangga,
maupun teman. Dengan kemajuan yang pesat dalam bidang periklanan, baik
melalui media cetak (surat kabar, majalah, dan sebagainya) maupun media
elektronik (radio dan televisi), produsen obat dengan mudah memasarkan obatnya
sehingga mempermudah konsumen dalam memilih obat bebas.
Dalam menggunakan obat yang dijual bebas ada beberapa masalah yang
harus dihadapi, yaitu: pertama, sebagian obat yang dijual bebas mengandung
campuran beberapa obat yang berkhasiat, sehingga harga obat menjadi mahal;
kedua, karena merupakan campuran beberapa obat berkhasiat maka satu macam
obat dinyatakan dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit dan gejala
penyakit; ketiga, karena penggunaan yang bermacam-macam, maka petunjuk
penggunaannya menjadi tidak jelas; keempat, masyarakat menganggap bahwa
pengobatan mandiri cukup aman sehingga pada waktu memerlukan pertolongan
dokter sudah dalam keadaan terlambat; kelima, masyarakat percaya bahwa
pemerintah tidak akan mengizinkan penjualan bebas obat-obat yang merugikan
bagi kesehatan, pada obat-obat tertentu mempunyai efek samping yang dapat
merugikan bagi pengguna sehubungan dengan penyakit yang diderita (Sartono,
1993b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
4. Golongan Obat Untuk Swamedikasi
Penggolongan obat di Indonesia terdiri dari 6 golongan yaitu: 1) obat
bebas, 2) obat bebas terbatas, 3) obat wajib apotek (OWA), 4) obat keras, 5)
psikotropika, dan 6) narkotika (Anonim, 1996b). Golongan obat yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter adalah obat bebas, bebas terbatas dan OWA, khusus
untuk yang disebut terakhir adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter hanya oleh apoteker di apotek dan terbatas pada obat keras yang tercantum
dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Obat Wajib Apotek
(Anonim, 1996c).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Anonim, 1990).
Golongan obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat bebas,
bebas terbatas dan OWA (Anonim, 1996c). Golongan obat bebas dapat diperoleh
secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek maupun di toko-toko atau warung.
Obat bebas terbatas juga dapat dibeli tanpa resep dokter, dengan syarat hanya
dalam jumlah yang telah ditentukan dan disertai tanda peringatan (Anonim, 1997).
Menurut SK Menteri Kesehatan RI nomor 6355/Dirjen/SK/1969, ada
enam macam tanda peringatan yang dicantumkan dalam kemasan obat bebas
terbatas sesuai dengan obatnya, yaitu:
1) P.No.1.Awas ! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam,
2) P.No.2.Awas ! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3) P.No.3.Awas ! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan,
4) P.No.4.Awas ! Obat keras. Hanya untuk dibakar,
5) P.No.5.Awas ! Obat keras. Tidak boleh ditelan,
6) P.No.6.Awas ! Obat keras. Obat wasir jangan ditelan.
Menurut SK Menteri Kesehatan R.I. Nomor 347/MENKES/SK/VII/1990,
obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada
pasien di apotek tanpa resep dokter. Dalam melayani pasien yang memerlukan
obat wajib apotek, apoteker diwajibkan untuk memenuhi ketentuan dan batasan
tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam obat wajib apotek yang
bersangkutan. Apoteker di apotek juga diwajibkan membuat catatan pasien serta
obat yang telah diserahkan dan memberikan informasi meliputi dosis dan aturan
pakainya, kontraindikasi, efek samping, dan hal lain yang perlu diperhatikan
pasien (Anonim, 1996).
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter untuk swamedikasi harus
memenuhi kriteria, yaitu: 1) tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada
wanita hamil, anak di bawah umur 2 tahun dan orang tua di atas umur 65 tahun, 2)
pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit, 3) penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat
khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, 4) penggunaannya diperlukan
untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia, 5) obat dimaksud memiliki
rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri (Anonim, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
5. Pemilihan dan Penggunaan Obat Tanpa Resep
Pemilihan dan penggunaan obat-obat tanpa resep atau yang sering disebut
over the counter (OTC) yaitu obat yang tergolong obat bebas dan obat bebas
perlu memperhatikan; pertama, apakah obatnya masih baik atau tidak; kedua,
perhatikan tanggal kadaluarsa (jika ada), apakah sudah lewat atau belum, dan
yang terakhir adalah bacalah keterangan-keterangan yang diberikan oleh pabrik
dengan baik dalam brosur atau selebaran yang disertakan yang berisi informasi
tentang: indikasi (petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan penyakit),
kontraindikasi (petunjuk kegunaan obat yang tidak diperbolehkan, karena
berlawanan dengan kondisi tubuh penderita), efek samping (efek yang timbul
yang tidak diinginkan karena dapat merugikan atau berbahaya bagi penderita),
dosis obatnya (besarnya obat yang boleh digunakan untuk orang dewasa atau
anak-anak berdasarkan berat badan dan umur anak), waktu kadaluarsa, cara
penyimpanan obat (misalnya harus disimpan di tempat dingin, diluar pengaruh
cahaya dan sebagainya), interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan
makanan yang dimakan (Nasution dan Lubis, 1993).
6. Peran Apoteker dalam Pengobatan Sendiri
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
922/MENKES/PER/X/1993 pasal 15 ayat 4 menyebutkan bahwa dalam upaya
penggunaan obat yang benar oleh masyarakat, apoteker wajib memberikan
informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan
rasional atas permintaan masyarakat (Anonim, 1996a). Dalam menyikapi perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
swamedikasi maka peran apoteker dalam pemberian informasi obat sangat
mendukung swamedikasi yang rasional.
Dalam pengobatan sendiri, apoteker berperan dalam hal pemberian
informasi, saran dan konseling. Peran ini dapat membantu masyarakat memilih
produk obat yang efektif dan aman. Apoteker yang bekerja di apotek tidak hanya
memberikan informasi obat, namun bisa pula membantu dalam
merekomendasikan obat apa yang sebaiknya dipilih untuk pasien. Apoteker tidak
hanya bertugas untuk menyediakan, menyiapkan dan menyerahkan obat saja,
namun harus menjamin bahwa obat yang diberikan, efektif, aman, dan bermutu
baik serta dengan kebutuhan pasien. Dalam pengobatan mandiri, apoteker juga
berperan dalam hal pemberian informasi penggunaan obat dengan tepat dan
menyarankan agar pasien patuh pada aturan pemakaian obat.
Apoteker sebagai garis depan dari pelayanan kesehatan berkewajiban
untuk membantu pasien dalam mengevaluasi kondisi kesehatannya. Sebagai
langkah awal apoteker dapat menyarankan salah satu diantaranya, tanpa
menggunakan obat apupun, perawatan sendiri atau menyarankan untuk pergi ke
dokter sesuai dengan kondisi yang dialami oleh penderita (Isetts & Brown, 2004).
7. Pengobatan yang Rasional
World Health Organization (WHO) merekomendasikan enam
langkah dalam pengobatan rasional, yaitu menentukan masalah pasien,
menetapkan tujuan pengobatan, memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang
dipilih serta meneliti efektivitas dan keamananya, memulai pengobatan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
membuat resep, memberi informasi, instruksi dan hal-hal yang perlu diwaspadai
dan terakhir melakukan monitoring (Anonim, 1994).
Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional dapat dilihat dari
berbagai segi. Selain pemborosan dari segi ekonomi, penggunaan obat yang tidak
rasional dapat berakibat menurunnya mutu pelayanan pengobatan, misalnya
meningkatnya efek samping obat, meningkatnya kegagalan pengobatan,
meningkatnya resistensi antimikroba, dan sebagainya. Dampak negatif ini tidak
secara langsung dapat dilihat (Anonim, 2000).
Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut dapat dijelaskan beberapa hal
seperti ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan penilaian
terhadap kondisi pasien, ketepatan pemberian informasi, dan ketepatan dalam
tindak lanjut (Nasution dan Lubis, 1993).
8. Upaya Peningkatan Kerasionalan Perilaku Swamedikasi
Hubley (1993) membuat rancangan pengembangan intervensi yang
terdiri dari 4 tahapan. Tahapan pengembangan intervensi Hubley kemudian
digunakan oleh World Health Organization (2004) untuk meningkatkan perilaku
swamedikasi yang rasional oleh masyarakat. Peningkatan perilaku swamedikasi
yang rasional memerlukan suatu intervensi. Salah satu bentuk intervensi adalah
edukasi kepada masyarakat (consumer). Berikut ini adalah langkah-langkah
pengembangan intervensi menurut Hubley dan WHO yang digunakan untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga dapat tercipta suatu edukasi
yang tepat sasaran:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 1. Langkah-langkah pengembangan intervensi (Hubley, 1993 )
Step 1 Deskripsi
pengunaan obat & identifikasi
permasalahan
Step 2 Prioritas permasalahan
Step 3 Analisis
permasalahan & identifikasi solusi
Step 4 Memilih dan merancang intervensi
Step 7 Monitoring &
evaluasi intervensi
Memperbaiki intervensi
Step 6 Melaksanakan
intervensi
Step 5 Pretes
intervensi
Gambar 2. Langkah-langkah pengembangan intervensi (Hardon, 2004)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
9. Algoritma Perawatan Sendiri
Nilai keparahan Ukur PEF : nilai < 50% menunjukkan eksaserbasi
berat Catat gejala dan tanda : derajat batuk, sesak napas, mengi dan sesak di dada berkorelasi dengan keparahan eksaserbasi. Penggunaan otot-otot perut untuk bernapas menunjukkan adanya eksaserbasi berat
Pengatasan awal • Inhalasi agonis beta -2 aksi pendek • Pengobatan dilakukan sampai 3 kali 2-4
semprot dengan MDI dengan interval 20 menit atau menggunakan nebulizer
Respon bagus Eksaserbasi ringan PEF > 80% prediksi, tidak mengi atau napas tidak tersengal-sengal. Respon terhadap β2- agonis bertahan sampai 4 jam • Boleh teruskan β2- agonis
setiap 3-4jam selama 24-48 jam
• Untuk pasien yang menggunakan kortikosteroid inhalasi, tingkatkan dosis dua kali selama 7-10 hari
Respon tidak sempurna Eksaserbasi sedang PEF 50 %-80% terprediksi Mengi yang persisten dan napas tersengal-sengal • Tambahkan
kortikosteroid oral • Lanjutkan β2- agonis
Respon buruk Eksaserbasi berat PEF< 50% prediksi Mengi yang nyata dan napas tersengal-sengal. • Tambahkan
kortikosteroid oral • Ulangi β2- agonis
segera • Jika kondisi masih
berat dan tidak berespon, hubungi dokter dan persiapkan untuk masuk Bagian Gawat Darurat RS
Hubungi dokter untuk instruksi lebih lanjut
Hubungi dokter untuk instruksi lebih lanjut
Bawa ke Bagian Gawat Darurat RS
Gambar 3. Algoritma Perawatan sendiri Penyakit Asma di rumah (Kelly dan Sorkness, 2005) Keterangan : PEF : Peak Expiratory Flow; FEV1 : Force Expiratory Volume dalam 1 detik; MDI : Metered Dose Inhaler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
B. Sistem Pernapasan
Bernapas adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh (Ikawati, 2006).
Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran,
mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme. Sistem pernapasan terdiri dari hidung,
faring, laring, trakea, bronkus dan paru-paru (Gunawan, 2006).
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang
dipisahkan oleh sekat septum nasi. Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir
yang memiliki banyak pembuluh darah dan terhubung dengan lapisan faring pada
semua sinus yang masuk ke dalam rongga hidung. Di dalamnya terdapat bulu-
bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka
nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi
untuk mengahangatkan udara (Gunawan, 2006).
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan
ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening (Gunawan, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Laring
Setelah melalui faring udara akan melalui laring. Laring terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian
epiglotitis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis (Sundaru, 2001).
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang
terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk
mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan
(Gunawan, 2006).
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian
vertebra thorakalis IV dan V. Mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek
daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih
kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru
yang disebut alveoli (Gunawan, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-
gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah (Gunawan, 2006).
Gambar 4 . Sistem Pernapasan (Cohen & Wood, 2000)
C. Asma
1. Definisi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang
dikarakteristikkan dengan peristiwa penyempitan saluran napas dan obstruksi
yang dipicu oleh berbagai sebab. Peristiwa ini menyebabkan gejala seperti napas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tertahan, mengi, batuk, dan dada terasa sesak, masing-masing dari ringan sampai
yang mengancam kehidupan. Banyak elemen sel dan seluler yang berperan dalam
asma, termasuk sel mast, eosinofil, limfosit T, macrofag, neutrofil, dan sel epitelia
(William and Self, 2002).
Menurut Kelly dan Sorkness (2005) asma adalah peradangan kronik pada
saluran napas dimana banyak sel dan seluler berperan di dalamnya, khususnya
sel mast, eosinofil, limfosit T, macrofag, neutrofil, dan sel epitelia.
Gambar 5. Bronkus normal dan bronkus pada penderita asma (Adam, 2005)
2. Etiologi
Penyebab asma belum diketahui secara pasti. Asma merupakan penyakit
kompleks dengan faktor genetik dan faktor lingkungan yang ikut berperan di
dalam menyebabkan terjadinya asma. Faktor pemicu terjadinya asma, yaitu:
1. atopy ( hipersensitivitas),
2. zat allergen, misalnya : asap, debu, bulu binatang, serbuk sari,
3. obat-obat tertentu, misalnya : NSAID (ibuprofen, aspirin),
4. infeksi bakteri dan virus pada saluran pernapasan,
5. olahraga,
6. kelelahan dan stress,
7. lingkungan: cuaca dingin,
8. pekerjaan (Kelly dan Sorkness, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
3. Patofisiologi
Karakteristik utama adalah kerusakan saluran napas, peradangan, dan
hiperesponsive bronkial (BHR). Perubahan yang lama dengan hipertropi otot
polos dan peningkatan sel goblet menyumbang menetapnya kerusakan saluran
napas yang ditunjuk sebagai remodel. Keterbatasan saluran napas pada penderita
asma dihubungkan dengan pengurangan diameter saluran napas yang merupakan
hasil dari kontraksi otot polos menyebabkan konstriksi bronkhiolus seperti
peradangan intraluminal, edema dan produksi mukus. Asma bronkial merupakan
penyakit inflamasi dimana ukuran diameter jalan napas menyempit secara kronis
akibat edema dan tidak stabil. Selama serangan pasien mengalami mengi dan
kesulitan bernapas akibat bronkospasme, edema mukosa dan pembentukan
mukus. Bronkial hiperresponsive (BHR) disebabkan oleh:
1. kontraksi otot polos (bronkokonstriksi),
2. hipersekresi mukus,
3. edema mukosa (William and Self, 2002).
Sel inflamasi (sel mast, eosinofil, limfosit T, neutrofil), mediator kimia
(histamin, leukotrien, platelet-activating factor, bradikinin), dan faktor
kemotaktik (sitokin dan kemotaxin) yang mendasari munculnya inflamasi saluran
napas pada penderita asma. Inflamasi terjadi apabila timbul hiperresponsive pada
saluran napas penderita asma, sehingga cenderung terjadi penyempitan saluran
napas yang diakibatkan oleh respon alergi, iritan, infeksi virus dan beban fisik.
Hal tersebut juga mengakibatkan edema, peningkatan produksi mukus, keluarnya
sel inflamasi pada saluran napas dan sel epitel mengalami kerusakan (Nelson,
2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
4. desquamasi epitelia.
Gambar 6 . Patofisiologi asma (Kelly dan Sorkness, 2005)
Alergen yang berhubungan dengan lingkungan luar merusak permukaan
mukosa saluran napas dan ditangkap oleh antigen presenting cells (APCs) dimana
proses ini dipresentasikan ke sel T-helper (Th). Sel Th2 mengeluarkan sitokin
yang menyebabkan proliferasi sel B dan respon allergen-spesific Ig E.
Imunoglobulin E terikat melalui reseptor Fc sehingga sel mast menjadi peka.
Setelah sel mast menjadi peka, maka akan terbentuk cross-links surface-bound Ig
E yang menyebabkan peningkatan kalsium yang merangsang pengeluaran
mediator pre-formed yaitu seperti histamin, protease, mediator lipid seperti
leukotrien dan prostaglandin. Produk yang dibentuk itu merupakan gejala klinik
pada alergi. Sitokin yang dikeluarkan juga berasal dari degranulasi sel mast dan
inflamasi serta respon Ig E (Rahajoe dkk, 2004).
4. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda awal sebelum munculnya serangan asma sifatnya sangat unik
untuk setiap individu. Tanda tersebut dapat meliputi bersin-bersin, perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
suasana hati, pilek, gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, dan susah tidur.
Gejala asma memberikan suatu indikasi bahwa serangan asma sedang terjadi,
gejala yang paling umum penderita mengalami mengi, batuk-batuk, napas pendek
dan dada terasa sesak (Hadibroto, 2005).
5. Klasifikasi
Menurut GINA (2006) klasifikasi asma yang relevan dan yang digunakan
sekarang , diklasifikasikan menjadi :
Tabel II. Klasifikasi Asma (Anonim, 2006) Karakteristik Terkontrol Terkontrol
sebagian Tidak
terkontrol
Gejala setiap hari Tidak ada (2 kali atau kurang dalam satu minggu)
Lebih dari 2 kali dalam seminggu
Keterbatasan aktivitas Tidak terjadi Kadang-kadang Nocturnal simptom Tidak terjadi Kadang-kadang Membutuhkan terapi reliever
Tidak perlu (2 kali atau kurang dalam satu minggu)
Lebih dari 2 kali dalam seminggu
Fungsi paru (PEF atau FEV1)
Normal < 80%
3 kali seminggu atau lebih dari yang terjadi pada terkontrol sebagian
Eksaserbasi Tidak ada Sekali / lebih dalam setahun
Sekali dalam beberapa minggu
6. Penatalaksanaan Asma
a. Tujuan Terapi
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu juga, dilakukan untuk
menghilangkan dan mengendalikan gejala asma, mencegah eksaserbasi akut,
meningkatkan dan mempertahankan fungsi paru seoptimal mungkin, menghindari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
efek samping obat, mencegah terjadi keterbatasan aliran udara irreversibel serta
mencegah kematian karena asma (Mangunnegoro, 2006).
b. Sasaran Terapi
Sasaran dari penatalaksaan asma meliputi gejala asma, bronkokonstriksi,
peradangan saluran napas, obstruksi saluran napas oleh mukus serta frekuensi dan
keparahannya (William and Self, 2002).
c. Strategi Terapi
1. Terapi Non Farmakologis :
Edukasi pasien dan menghindari penyebab asma merupakan manajemen
strategi asma untuk setiap pasien. Edukasi pasien merupakan komponen penting
dalam strategi terapi asma. Kunci topik edukasi meliputi: pengetahuan dasar
tentang asma (termasuk mengenali simptom dan tindakan yang dilakukan jika
simptom berkembang), aturan pengobatan, cara penggunaan alat inhalasi yang
tepat, saran untuk menghindari alergen, kegunaan dari pengobatan sendiri, penting
juga untuk melibatkan keluarga pasien dalam edukasi ini karena keluarga pasien
juga ikut berperan serta dalam proses terapi pasien tersebut.
Penundaan terapi merupakan faktor utama yang menyebabkan tingginya
angka kematian akibat asma. Expert Panel Report 2 (EPR 2) merekomendasikan
untuk melakukan home monitoring dari Peak Expiratory Flow (PEF) pada pasien
asma yang persisten berat. Alat yang digunakan untuk PEF adalah Peak Flow
Meter. Pasien juga harus diajari cara menggunakan Peak Flow Meter yang benar
agar tidak terjadi kesalahan pengukuran PEF (William and Self, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Terapi Farmakologis
Secara garis besar, terapi yang digunakan untuk mengobati asma
dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Reliever
Obat golongan ini efektif untuk meringankan bronkokonstriksi akut dan
hanya untuk mengobati asma akut. Obat ini tidak memiliki efek dalam mencegah
serangan akut atau mencegah inflamasi yang panjang. Pengobatan ini hanya
digunakan saat terjadi serangan asma, dan tidak dapat digunakan secara terus
menerus (Wolf, 2004).
Obat golongan reliever bekerja sebagai bronkodilator dan mengurangi
simptom. Obat golongan ini terdiri dari inhalasi agonis β2 kerja cepat,
antikolinergik, teofilin kerja singkat dan oral agonis β2 kerja cepat (Anonim,
2006).
1). Inhalasi agonis β2 kerja cepat
Inhalasi agonis β2 kerja cepat merupakan obat pilihan untuk
menghilangkan bronkospasme selama serangan asma dan digunakan sebelum
melakukan latihan yang dapat menyebabkan bronkokonstriksi. Contoh obat
golongan ini: salbutamol, terbutalin, fenoterol, reproterol dan pirbuterol.
Obat golongan ini hanya digunakan dalam dosis rendah dan sangat
dibutuhkan. Penambahan dosis, khususnya penggunaan setiap hari menunjukkan
keadaan asma tidak terkontrol dan memerlukan pengobatan yang baru. Efek
samping dari penggunaan obat ini seperti tremor, dan takikardi (Anonim, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2). Antikolinergik
Antikolinergik termasuk bronkodilator, tetapi kerjanya tidak seefektif
agonis β2 kerja singkat, onsetnya lama dan dibutuhkan 30-60 menit untuk
mencapai efek maksimum. Mekanisme kerjanya memblok efek pelepasan
asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi
dengan menurunkan tonus kolinergik vagal instrinsik, selain itu juga menghambat
refleks bronkokonstriksi yang disebabkan iritan (Mangunnegoro, 2006).
Contoh obat golongan ini adalah ipratropium bromide dan tiotropium
bromide. Agar dapat mencapai efek bronkodilator maksimal maka disarankan
menggunakan kombinasi antikolinergik dan agonis β2 kerja cepat sebagai
bronkodilator pada terapi awal serangan asma berat atau pada serangan asma yang
kurang respon dengan agonis β2 kerja cepat saja. Efek samping obat ini berupa
rasa kering di mulut dan rasa pahit (Mangunnegoro, 2006).
3). Teofilin kerja singkat
Teofilin kerja singkat dapat mengurangi simptom asma. Obat ini potensial
menimbulkan efek samping, meskipun secara umum dapat dihindari dengan
penyesuaian dosis dan monitoring (Anonim, 2006).
4). Oral agonis β2 kerja cepat
Oral agonis β2 kerja cepat cocok digunakan untuk beberapa pasien yang
tidak dapat menggunakan inhalasi. Walaupun penggunaan obat ini memiliki efek
samping yang sangat besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Controller
Obat golongan ini mengurangi inflamasi bronkhus dan memberikan
kontrol yang panjang terhadap asma dengan menurunkan frekuensi kekambuhan
(Wolf, 2004).
Controller merupakan obat yang digunakan setiap hari yang mempunyai
efek lama untuk mengontrol asma, utamanya memberikan efek antiinflamasi.
Obat golongan ini meliputi: glukokortikosteroid, antileukotrien, agonis β2 kerja
lama, kromolin (Anonim, 2006).
1). Glukokortikosteroid
a). Glukokortikosteroid inhalasi
Glukokortikosteroid inhalasi merupakan anti inflamasi yang lebih efektif
dalam pengobatan asma persisten. Obat ini telah terbukti manfaatnya dalam
mengurangi simptom asma, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan fungsi
paru, menurunkan hiperresponsive jalan napas, mengontrol inflamasi, mengurangi
frekuensi dan keparahan dan mengurangi kematian karena asma (Anonim, 2006).
Contoh obat golongan ini adalah budesonid dan flutikason. Efek samping
obat ini termasuk oropharyngeal candidiasis, dysphonia, dan kadang-kadang
batuk karena iritasi saluran napas atas (Mangunnegoro, 2006).
b). Glukokortikosteroid sistemik
Merupakan anti inflamasi yang efektif untuk mengobati asma. Cara
kerjanya dalam mengobati asma terdiri dari meningkatkan jumlah reseptor β2
adrenergik dan meningkatkan stimulasi respon reseptor β2 adrenergik, mengurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
produksi dan hipersekresi mukus, menurunkan BHR serta mencegah terjadinya
airway remodeling (Kelly dan Sorkness, 2005).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini adalah deksametason dan
prednisolon. Efek samping obat ini meliputi osteoporosis, arterial hipertensi,
diabetes, hipothalamicpituitary-adrenal axis suppression, obesitas, katarak,
glaukoma dan lemah otot (Anonim, 2006).
2). Antileukotrien
Mekanisme kerjanya menghambat 5-lipoksigenase sehingga memblok
sintesis semua leukotrien atau memblok semua reseptor-reseptor pada sel target.
Keuntungan obat ini adalah preparatnya dalam bentuk tablet (oral) sehingga
mudah diberikan (Kelly dan Sorkness, 2005).
Obat-obat golongan antagonis reseptor leukotrien adalah montelukast,
pranlukast dan zafirlukast sedangakan contoh inhibitor lipoksigenase adalah
zilueton (NAEPP,1997). Efek samping obat ini antara lain gangguan
gastrointestinal, sakit kepala, demam, mialgia, reaksi alergi kulit, meningkatnya
enzim hati dan infeksi saluran nafas atas (BNF, 2003).
3). Agonis β2 kerja lama
Contoh obat golongan agonis β2 kerja lama adalah salmeterol dan
formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Seperti lazimnya agonis
β2 mempunyai efek relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier,
menurunkan permeabilitas pembuluh darah dan memodulasi pengelepasan
mediator dari sel mast dan basofil (Mangunnegoro, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
4). Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)
Mekanisme yang pasti dari sodium kromoglikat dan nedokromil sodium
belum sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui merupakan anti inflamasi
nonsteroid, menghambat pelepasan mediator dari sel mast melalui reaksi yang
diperantarai Ig E yang bergantung kepada dosis dan seleksi serta supresi sel
inflamasi tertentu, selain menghambat saluran kalsium pada sel target. Kalsium
intrasel sangat diperlukan untuk degranulasi atau pelepasan histamin dan mediator
inflamasi lainnya dari sel mast. Terjadinya penghambatan masuknya kalsium
dalam sel dapat menstabilkan sel mast, sehingga tidak melepaskan mediator
inflamasi. Efek samping yang ditimbulkan obat ini minimal, umumya batuk
(Mangunnegoro, 2006 ).
D. Perilaku Swamedikasi
Perilaku manusia merupakan hasil refleksi dari berbagai gejala kejiwaan,
seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan
sebagainya (Notoadmojo, 1993). Perilaku merupakan respon dari seseorang
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dan perilaku
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek
tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1997).
Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan tentang
kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Proses
pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari
dalam maupun dari luar individu (Sarwono, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Notoatmodjo (1993) membagi perilaku kesehatan menjadi 4 kelompok,
yaitu: 1) perilaku seseorang terhadap sehat dan penyakit, yang meliputi perilaku
sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion
behavior); perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior); perilaku
sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior); perilaku
sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior), 2)
perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, 3) perilaku terhadap makanan
(nutrition behavior), 4) perilaku terhadap kesehatan lingkungan (enviromental
health behavior). Green (1980) menyebutkan bahwa perilaku terbentuk dari 3
faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin
(enabling factors) dan faktor pendorong (reinforcing factors). Hal ini berarti
terbentuknya perilaku kesehatan juga dipengaruhi keberadaan ketiga faktor
tersebut.
Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom seorang ahli psikologi membagi perilaku menjadi 3
kawasan. Pembagian ini terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor. Selanjutnya untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga
kawasan diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan
(practice) atau praktek (Notoatmodjo, 1993).
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa
seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya.
Pengetahuan akan menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep, dan fantasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
terhadap segala hal yang diterima dari lingkungan melalui panca inderanya
(Dharmmesta dan Handoko, 2000).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993).
2. Sikap
Sikap didefinisikan sebagai evaluasi perasaan emosional, dan
kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari
seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Sikap dilakukan konsumen
berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari
pengalaman maupun keadaan lainnya (Kotler, 1997).
3. Tindakan
Teori aksi yang juga dikenal sebagai teori bertindak ini pada mulanya
dikembangkan oleh Max Weber. Weber berpendapat bahwa individu melakukan
suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan
penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini
merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran
dengan sarana-sarana yang paling tepat (Sarwono, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif yang
artinya penelitian menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena yang ada, tanpa
menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross sectional (studi potong lintang), yaitu :
merupakan penelitian yang pengukuran variabel (ciri) dilakukan satu kali dimana
terjadi hanya pada saat itu.
B. Definisi Operasional
1. Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat (obat bebas, bebas
terbatas, OWA, termasuk obat tradisional) oleh responden untuk mengobati
penyakit asma, baik untuk diri sendiri maupun untuk anggota keluarga yang
menderita asma.
2. Asma adalah peradangan pada bronkus yang menyebabkan sesak napas serta
berbunyi (mengi). Asma yang dimaksudkan bukan asma :
a. yang diderita pasien pertama kali, dan belum didiagnosa dokter
b. yang menetap atau asma berat
c. yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit atau menjalani
pengobatan di IGD
3. Responden adalah ibu-ibu yang berumur ≤ 60 tahun bertempat tinggal di
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo yang sudah pernah
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
melakukan swamedikasi penyakit asma baik untuk diri sendiri maupun
keluarga.
4. Ibu-ibu adalah wanita yang pernah menikah dan tercantum dalam Kartu
Keluarga dan berstatus sebagai istri atau kepala keluarga.
5. Perilaku swamedikasi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan responden
mengenai swamedikasi.
6. Permasalahan meliputi pemahaman responden mengenai swamedikasi,
pengenalan penyakit asma dan pemilihan serta penggunaan obat asma.
C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Kulon Progo yang pernah melakukan swamedikasi terhadap penyakit
asma.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di 2 (dua) kabupaten/kota di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Kulon Progo. Pembatasan lokasi penelitian yang hanya dilakukan di 2
kabupaten/kota dari 5 kabupaten/kota yang ada di Propinsi DIY disebabkan oleh
adanya keterbatasan dana dan waktu untuk melakukan studi ini. Penelitian di Kota
Yogyakarta dilakukan di 8 RW, yaitu Demangan RW 2, Demangan RW 8, Baciro
RW 2, Baciro RW 8, Pakuncen RW 2 dan RW 8 serta Wirobrajan RW 2 dan RW
8. Di Kabupaten Kulon Progo dilakukan penelitian pada 8 dusun, yaitu Dusun
Sogan I dan Sogan II, Dusun Durungan, Dusun Beji, Dusun Ngangin-angin,
Dusun Dlingo, Dusun Penjalin dan Dusun Dukuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
E. Besar Sampel
Penelitian ini di lakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo
yang ditetapkan secara purposif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan dengan metode sampling accidental, yaitu sampel diperoleh saat
peneliti melakukan pengambilan data. Terdapat 38 responden yang menjadi
subyek penelitian dan bersedia diwawancarai. Data penelitian diperoleh dari 38
responden.
F. Subyek Penelitian
Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah ibu-ibu yang sehat jasmani
dan rohani, dapat berkomunikasi dengan lancar, berumur ≤ 60 tahun yang pernah
atau sering melakukan swamedikasi asma baik untuk dirinya sendiri maupun
untuk anggota keluarganya.
G. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober
2007. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September
2007.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa pedoman wawancara.
Pembuatan pedoman wawancara ditujukan untuk mengetahui dan menemukan
parmasalahan yang dihadapi responden dalam melakukan swamedikasi penyakit
asma. Pedoman wawancara telah dirancang untuk mengetahui pendapat responden
tentang swamedikasi, mengetahui kesesuaian pengenalan penyakit asma, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
melihat kesesuaian pemilihan dan penggunaan obat untuk mengatasi penyakit
asma yang diderita beserta informasi dan cara penyimpanan obat.
Tabel III. Profil Pertanyaan Pedoman Wawancara Pertanyaan Jumlah
Pendapat Responden tentang Swamedikasi 9 Kesesuaian Pengenalan Penyakit Asma 11 Kesesuaian Pemilihan Obat Asma serta Informasi dan Cara Penyimpanan Obat
19
I. Tata Cara Penelitian
1. Analisis Situasi
a. Studi Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan penelusuran
pustaka mengenai permasalahan seputar swamedikasi penyakit asma, serta
pendalaman materi untuk menyiapkan kuesioner dan pedoman wawancara.
b. Penentuan dan Observasi Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. Dipilih 2
kabupaten/kota sebagai lokasi penelitian dari 5 kabupaten/kota yang ada.
Observasi lokasi dilakukan untuk mengadakan persiapan sebelum langsung
mengadakan penelitian. Observasi dilakukan bersamaan dengan perkenalan
kepada beberapa perangkat pemerintahan di lokasi penelitian yang bersangkutan.
c. Pengurusan ijin Penelitian
Selama proses memperoleh data penduduk, juga disiapkan perijinan untuk
melakukan penelitian, permohonan perijinan diajukan kepada BAPPEDA, dan
kemudian kepada semua perangkat struktural pemerintahan pada daerah yang
digunakan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Pembuatan Instrumen Penelitian
a. Pembuatan Pedoman Wawancara
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan
swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di 8 dusun, di 4 desa, di 2 kecamatan, di
Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta yaitu wawancara dengan alat ukur
yang disebut pedoman wawancara.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi
(1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode wawancara dan juga kuesioner adalah sebagai berikut :
1). bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri,
2). bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya,
3). bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.
b. Pengujian Validitas Pedoman Wawancara
Pengujian validitas pedoman wawancara bertujuan menilai apakah
pertanyaan yang digunakan sudah valid. Uji validitas yang digunakan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
validitas isi, yaitu: analisis rasional terhadap pertanyaan yang telah disusun yang
dilakukan oleh dosen pembimbing. Uji ini lebih dikenal dengan istilah
professional judgment.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Wawancara
dilakukan oleh 2 orang di mana 1 orang sebagai pewawancara sedangkan yang
lain berperan sebagai raportur. Data yang didapat melalui wawancara ini bersifat
subyektif. Semua jawaban dianggap benar. Prosedur dan semua pertanyaan
tercantum pada transkrip wawancara. Data yang terkumpul adalah hasil
wawancara yang berupa tulisan yang dicatat oleh raportur sesuai hasil wawancara
dan telah dikonfirmasikan kembali kepada setiap responden.
J. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis data dilakukan dengan menyederhanakan atau meringkas
kumpulan data yang memaparkan permasalahan yang dihadapi dalam
swamedikasi penyakit asma, menjadi suatu sumber informasi yang berguna.
Penyajian tersebut dapat diberikan dalam bentuk tabel atau juga grafik. Untuk
menjamin keakuratan data, maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa
kegiatan:
1. Editing
Melakukan pemeriksaan wawancara hasil penelitian apakah sudah lengkap isi
jawabannya dan juga keakuratan datanya
2. Processing
Melakukan pemindahan isi data dari hasil wawancara ke paket program komputer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3. Cleaning
Data yang sudah dimasukkan ke paket program komputer dicek/diperiksa kembali
kebenarannya.
Analisis data pada penelitian dilakukan secara univariat untuk
mengetahui gambaran deskriptif untuk variabel karakteristik individu (umur,
pendidikan, dan pekerjaan, pendapatan). Bentuk analisis berupa analisis distribusi
frekuensi, dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
K. Kesulitan Penelitian
Kesulitan dalam penelitian ini adalah kurangnya partisipasi dari
responden yang memenuhi kriteria inklusi, terbatasnya waktu dan tenaga peneliti
dalam mengumpulkan data serta jauhnya lokasi penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik Demografi
Pengobatan sendiri sudah sangat umum dilakukan oleh masyarakat,
banyak faktor yang berpengaruh dalam melakukan pengobatan sendiri, berikut ini
akan dipaparkan mengenai demografi dari responden yang diamati melakukan
pengobatan sendiri. Demografi responden di karakteristikan menjadi umur,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pekerjaan. Data demografi responden
merupakan data kategorik, oleh karena itu peringkasan data dilakukan dengan
menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persentase.
a. Umur Responden
Umur Responden
13%16%
24%26%
13% 8%30 – 35 tahun
36 – 40 tahun
41 – 45 tahun
46 – 50 tahun
51 – 55 tahun
56 – 60 tahun
Gambar 7.Umur Responden
Umur responden sangat bervariasi, yakni antara 30 tahun sampai dengan
60 tahun. Responden tersebar hampir merata pada setiap lapisan umur, responden
yang terbesar sebanyak 26,31% berada pada rentang umur 46-50 tahun. Umur
merupakan faktor yang berpengaruh dalam perilaku kesehatan. Orang dengan
umur yang lebih dewasa biasanya memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menangani masalah kesehatan sehingga akan mempengaruhi pencarian
pengobatannya.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
23,7% 31,6%18,4% 18,4% 7,9%
0,0%10,0%20,0%30,0%40,0%
PerguruanTinggi
SLTA SLTP SD TidakSekolah
Perguruan Tinggi SLTA SLTP SD Tidak Sekolah
Gambar 8. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam pencarian pengobatan.
Responden yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah mendapatkan dan
menerima informasi tentang kesehatan serta dapat menangani masalah
kesehatannya dengan lebih baik karena informasi yang telah diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
meyandang pendidikan SLTA (31,6%), kemudian disusul Perguruan Tinggi
(23,7%), responden yang berpendidikan SLTP (18,4%), responden yang
berpendidikan SD (18,4%) dan responden yang tidak sekolah (7,9%).
c. Tingkat Pendapatan
Penghasilan Responden (n= 38)
66%16%
13% 5%
Kurang dari Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 – Rp.2.500.000Rp. 2.500.000 – Rp. 3.500.000 diatas Rp. 3.500.000
Gambar 9. Pendapatan Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tingkat pendapatan berhubungan erat dengan masalah penanganan
kesehatan, terutama bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi, akan
sangat mudah mengakses semua sarana kesehatan, tetapi masyarakat dengan
tingkat pendapatan rendah akan mempertimbangkan biaya dalam mencari
pengobatan jika tidak mendapatkan kartu masyarakat miskin. Pengobatan sendiri
dirasakan dapat mengurangi biaya pengobatan, namun perlu diingat sangat banyak
obat yang beredar dan menjadi masalah bila pemilihannya tidak tepat.
Hasil penelitian sebesar 66% responden yang berpenghasilan kurang dari
Rp 1.500.000,00; yang berpenghasilan antara Rp 1.500.000,00 sampai Rp
2.500.000,00 (16%); sebesar 13% responden yang berpenghasilan Rp
2.500.000,00 sampai Rp 3.500.000,00 dan hanya 5% responden yang
berpenghasilan di atas Rp 3.500.000,00.
d. Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga; 50
Petani; 21,1Wiraswasta;
7,9PNS; 18,4
Pensiunan; 2,6
0
10
20
30
40
50
Pekerjaan
Gambar 10. Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
perilaku kesehatan masyarakat. Jenis pekerjaan mempengaruhi keadaan ekonomi
seseorang, bila tingkat pendapatan baik, maka seseorang akan mencari pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang lebih baik dengan mudah, serta memiliki kesempatan untuk memilih
pelayanan kesehatan.
Sebagian besar responden (50%) mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga; sebesar 21,1% sebagai petani; PNS sebesar 18,4% dan wiraswasta serta
pensiunan, masing-masing sebesar 7,9% dan 2,6%.
2. Karakteristik Pola Perilaku Swamedikasi
Tabel IV. Tindakan yang Dilakukan bila mengalami Penyakit Ringan No Tindakan yang dilakukan bila mengalami
penyakit ringan Jumlah Persentase(%)
1 Menggunakan obat bebas 22 57,9 2 Menggunakan obat tradisional 14 36,8 3 Membeli obat di apotek 6 15,7 4 Melakukan pengobatan berdasarkan
pengalaman 3 7,9
5 Membeli obat di toko obat 1 2,6 6 Minum air putih, istirahat 1 2,6
Berdasarkan data hasil penelitian responden yang menderita penyakit
ringan melakukan pengobatan sendiri untuk mengatasi penyakit yang dideritanya.
Sebesar 57,9% responden menggunakan obat bebas untuk mengatasi penyakit
ringan yang dideritanya, meningkatnya penggunaan obat bebas oleh responden
dikarenakan obat bebas mudah terjangkau dari segi ekonomis, mudah didapatkan,
serta responden memiliki kepercayaan kepada pemerintah, bahwa obat yang telah
beredar telah dinyatakan aman. Obat tradisional (36,8%) merupakan obat yang
sering digunakan responden dalam mengatasi penyakit ringan, karena obat
tradisional telah digunakan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun dan
dipercaya aman dalam mengobati penyakit; 15,7% responden membeli obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
diapotek; 2,6% membeli obat di toko obat serta 2,6% responden melakukan terapi
non farmakologi dengan banyak minum air putih dan istirahat yang cukup.
Tabel V. Pendapat tentang Swamedikasi No Definisi Swamedikasi Jumlah Persentase(%)1 Mengobati diri sendiri dengan obat yang
cocok 10 26,3 2 mengobati diri sendiri dengan obat tradisional 7 18,4 3 mengobati penyakit sendiri tanpa ke dokter 6 15,8 4 membeli obat di warung untuk mengobati
penyakit 6 15,8 5 mengobati diri sendiri dengan obat yang pernah
digunakan terdahulu 2 5,3 6 untuk meringankan sakit 2 5,3 7 mengobati diri sendiri dengan membuat obat
sendiri 1 2,6 8 mengobati diri sendiri dengan kerikan,
pengobatan alternatif 1 2,6 9 membeli obat sendiri sesuai yang pernah
diresepkan dokter dulu 1 2,6 10 menjaga kondisi fisik, tidak boleh lelah, cukup
istirahat, mengatur pola makan dan menggunakan obat tradisional yang tertera dalam buku resep obat tradisional 1 2,6
11 pengobatan yang dilakukan sendiri untuk mencegah keparahan 1 2,6
Total 38 100
Pemahaman mengenai swamedikasi penting untuk diketahui, supaya
swamedikasi dapat dilakukan dengan tepat, sebesar 26,3% responden mengobati
diri sendiri dengan obat yang cocok; 18,4% menggunakan obat tradisional; 15,8%
menyatakan swamedikasi sebagai tindakan mengobati diri sendiri tanpa ke dokter
dan mengobati diri sendiri dengan membeli obat di warung. Pada dasarnya
swamedikasi merupakan pemilihan dan penggunaan obat untuk penyakit yang
dapat dikenali sendiri dengan menggunakan obat bebas, maupun obat tradisional.
Pemahaman swamedikasi menjadi penting untuk diketahui karena terkait dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
tujuan yang akan dicapai, yaitu pengobatan mandiri yang rasional. Dengan
pemahaman yang benar tentang arti swamedikasi maka swamedikasi yang
rasional dapat tercapai.
13,221,1
2,6 10,5 5,2 2,6 2,6 2,6
39,6
0102030
40
1 kali 3 kali 5 kali 7 kali Belumpernah
frekuensi
Frekuensi Melakukan Swamedikasi dalam 1 bulan terakhir
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali 6 kali 7 kali Setiap hari Belum pernah
Gambar 11. Frekuensi Melakukan Swamedikasi
Swamedikasi memiliki kecenderungan untuk meningkat dari waktu ke
waktu. Bahkan tak dapat dipungkiri bahwa setiap keluarga pasti pernah
melakukan pengobatan sendiri. Dalam penelitian kali ini, ditinjau tentang
seberapa sering responden melakukan swamedikasi, rentang waktu yang diajukan
adalah selama 1 bulan, dengan tujuan untuk mempermudah mengingatnya.
Sebesar 39,6% responden menjawab belum pernah melakukan swamedikasi
dalam waktu 1 bulan. Berarti kesehatan keluarga dalam keadaan sehat selama 1
bulan, tetapi sebesar 60,4% responden melakukan swamedikasi dalam waktu 1
bulan dengan frekuensi yang berbeda-beda. Hal ini membuktikan bahwa sangat
banyak masyarakat yang melakukan swamedikasi dalam mengobati penyakit.
Tabel VI. Swamedikasi untuk anggota keluarga No Anggota keluarga Jumlah Persentase(%) 1 Semua anggota keluarga 18 47,3 2 Suami 6 15,8 3 Diri sendiri 5 13,2 4 Anak 5 13,2 5 Diri sendiri dan anak 3 7,9 6 Diri sendiri, anak, cucu 1 2,6
Total 38 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Swamedikasi dapat dilakukan untuk semua anggota keluarga yang sedang
membutuhkan pengobatan. Data hasil penelitian menunjukkan sebesar 47,3%
responden melakukan swamedikasi untuk seluruh anggota keluarganya; 15,8%
swamedikasi dilakukan untuk suami; 13,2% untuk diri sendiri dan 13,2%
dilakukan untuk anak.
Tabel VII. Keuntungan melakukan Swamedikasi No Keuntungan Jumlah Persentase(%) 1 murah 30 78,9 2 cepat 16 42,1 3 Sembuh/efektif 8 21,1 4 praktis 7 18,4 5 aman 1 2,6 6 hemat tenaga 1 2,6 7 dosis obat ringan, bukan obat keras 1 2,6
Swamedikasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan sendiri untuk
mengobati penyakit yang diderita. Hasil penelitian menunjukkan swamedikasi
memberikan banyak keuntungan, antara lain 78,9% responden dapat mengurangi
biaya pengobatan dengan melakukan swamedikasi; 42,1% responden menyatakan
dapat dengan cepat menangani penyakit, tanpa harus mengantri ke dokter, serta
21,1% swamedikasi yang dilakukan dapat menyembuhkan penyakit yang diderita.
Tabel VIII. Kerugian melakukan Swamedikasi No Kerugian Jumlah Persentase(%) 1 tidak ada ruginya 13 34,2 2 salah obat 10 26,3 3 mengakibatkan keparahan penyakit 8 21,1 4 tidak bisa mendiagnosa penyakit 6 15,7 5 menimbulkan efek samping 4 10,5 6 dosis tidak tepat 2 5,2 7 meningkatkan biaya 2 5,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Swamedikasi aman bila dilakukan dengan tepat, tetapi karena kurangnya
kemampuan dalam mengenali penyakit yang diderita serta tidak mengikuti aturan
penggunaan obat yang benar, dapat timbul kerugian dalam swamedikasi.
Kerugian yang dikemukan oleh responden ialah sebesar 26,3% salah memilih
obat untuk mengatasi penyakit; dapat menyebabkan keparahan penyakit 21,1%
karena terlambat penanganan dari dokter; salah mendiagnosis penyakit 15,7% dan
tidak jarang swamedikasi menimbulkan efek samping akibat dari penggunaan
obat dalam jangka waktu yang lama. Pemberian dosis obat yang kurang tepat juga
merupakan salah satu kerugian yang dapat timbul dari swamedikasi. Sebesar
34,2% responden menyatakan tidak adanya kerugian dalam melakukan
swamedikasi karena saat melakukan swamedikasi responden mendapatkan hasil
yang memuaskan atau dapat menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan efek
lain yang merugikan.
Tindakan jika swamedikasi tidak efektif
68,4%
23,7%5,3% 2,6%
0,0%10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%70,0%80,0%
ke dokter ke puskesmas ke bidan ke apotek
Gambar 12. Tindakan Jika Swamedikasi Tidak Efektif
Setelah melakukan swamedikasi dan ternyata hasilnya tidak memuaskan,
dalam artian tidak menyembuhkan penyakit, sebagian besar responden (68,4%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
berobat ke dokter, disusul 23,7% responden berobat ke puskesmas dengan alasan
dekat dan ada pula yang berobat ke bidan (5,3%), karena responden menganggap
bidan sama seperti dokter dan karena di daerah tempat tinggal mereka, bidan
merupakan tempat terdekat dan terpercaya dalam mencari pengobatan. Yang
menarik disini, ada pula 2,6% responden yang pergi ke apotek untuk mengganti
obat, karena swamedikasi yang dilakukan tidak memuaskan. Hal ini membuktikan
bahwa sudah mulai disadari pentingnya peran apoteker.
Tabel IX. Penyebab asma No Penyebab Asma Jumlah Persentase(%) 1 udara dingin 33 86,8 2 kelelahan 24 63,2 3 pikiran 21 55,3 4 debu 21 55,3 5 keturunan 8 21,1 6 asap 8 21,1 7 makanan 5 13,2 8 batuk 4 10,5 9 virus 1 2,6 10 gatal-gatal 1 2,6 12 tersedak 1 2,6 13 obat 1 2,6
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran pernapasan yang
dapat dipicu oleh berbagai penyebab. Sebesar 86,8% responden mengalami
serangan asma karena udara yang dingin; 63,2% penyebab asma adalah karena
kelelahan; 55,3% asma disebabkan oleh terlalu banyak pikiran, belum diketahui
secara pasti, mengapa kelelahan dan pikiran dapat menyebabkan terjadinya
serangan asma. Asma merupakan penyakit yang dapat menurun, sebesar 21,1%
responden menderita penyakit asma karena keturunan. Penyebab lain yang dapat
memicu serangan asma diantaranya ialah asap, makanan, virus, obat, batuk serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
tersedak. Penyebab terjadinya asma sangat unik dan bervariasi untuk setiap
individu.
Tabel X. Tanda dan Gejala Asma No Tanda dan Gejala Jumlah Persentase(%) 1 dada terasa sesak 37 97,4 2 batuk 36 94,7 3 mengi 36 94,7 4 pusing 1 2,6 5 demam 1 2,6 6 gatal-gatal 1 2,6
Tanda dan gejala asma yang paling umum dijumpai meliputi dada terasa
sesak, batuk, dan mengi. Sebesar 97,4% responden merasakan sesak pada dada;
94,7% mengalami batuk dan mengi. Mengi merupakan salah satu gejala asma,
maka penyakit asma sering juga disebut dengan istilah bengek.
Tabel XI. Lamanya menderita Asma
No Lama waktu Jumlah Persentase(%) 1 1 tahun 4 10,5 2 2 tahun 5 13,2 3 3 tahun 5 13,2 4 4 tahun 2 5,3 5 5 tahun 4 10,5 6 7 tahun 2 5,3 7 10 tahun 1 2,6 8 14 tahun 1 2,6 9 15 tahun 2 5,3 10 17 tahun 1 2,6 11 20 tahun 3 7,9 12 25 tahun 2 5,3 13 27 tahun 1 2,6 14 36 tahun 1 2,6 15 50 tahun 2 5,3 16 51 tahun 1 2,6 17 70 tahun 1 2,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi hanya
dapat dikontrol, oleh karena itu, asma merupakan penyakit yang dapat menetap
bertahun-tahun. Lama waktu menderita asma yang ditemukan dalam penelitian
berada pada rentang waktu 1 tahun sampai 70 tahun. Sebesar13,2% responden
menderita asma selama 2 tahun dan 3 tahun; 10,5% responden telah mendrita
penyakit asma selama 1 tahun dan 4 tahun. Dengan lamanya waktu menderita
asma, sudah tentu responden pernah melakukan swamedikasi untuk mengatasi
serangan asma yang terjadi, karena telah memiliki pengalaman yang banyak
dalam mengenal penyakit serta cara pengobatannya.
Tabel XII. Golongan obat yang digunakan dalam swamedikasi No Obat Jumlah Persentase(%) 1 Obat bebas 36 94,7 2 Obat Tradisional 12 31,6
Golongan obat yang digunakan dalam melakukan swamedikasi adalah
sebesar 94,7% menggunakan obat bebas dan 31,6% menggunakan obat
tradisional. Peningkatan penggunaan obat bebas ini dikarenakan harga obat yang
terjangkau, kemudahan dalam mendapatkan obat, karena tersedia pula di warung,
serta dapat memberikan efek terapi yang diharapkan. Penggunaan obat tradisional
oleh sebagian responden untuk melakukan swamedikasi karena obat tradisional
dipercaya secara turun temurun aman untuk mengobati penyakit serta tidak
menimbulkan efek samping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel XIII. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
No Obat Jumlah Persentase(%) 1 Obat Tradisional 12 31,6 2 Neo Napacin® 8 21,1 3 Ventolin inhaler® 2 5,3 4 Salbutamol® 2 5,3 5 Laserin® 2 5,3 6 Profilas® 1 2,6 7 Komix® 1 2,6 8 Vick Formula 44® 1 2,6 9 Mucos® 1 2,6 10 Budesonide® 1 2,6 11 Asma solon® 1 2,6 12 OBH Combi plus® 1 2,6 13 Bricasma® 1 2,6 14 Ephedrine® 1 2,6 15 Aminofilin® 1 2,6 16 Atrovent® 1 2,6 17 Alupent® 1 2,6
Total 38 100
Obat bebas yang paling banyak digunakan dalam swamedikasi penyakit
asma adalah Neo Napacin® (21,1%), digunakan juga obat tradisional sebesar
31,6% untuk mengobati penyakit asma. Penggunaan obat tradisional yang cukup
besar ini, karena responden merasa efek samping yang ditimbulkan sedikit atau
hampir tidak ada, sehingga responden percaya obat tradisional lebih aman
digunakan. Selain Neo Napacin® dan obat tradisional, digunakan obat asma yang
lain seperti Ventolin®, Profilas®, Budesonide®, Asmasolon®, Bricasma®,
Atropent®, Alupent®.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel XIV.Informasi obat asma yang ingin diketahui responden No Informasi yang ingin diketahui Jumlah Persentase
(%) 1 Efek samping dan khasiat 8 21,1 2 Khasiat 5 13,2 3 Efek samping dan dosis 3 7,9 4 Efek samping, khasiat, cara pakai, aturan pakai,
kontraindikasi 3 7,9 5 Khasiat dan dosis 2 5,3 6 Khasiat, aturan pakai, komposisi 2 5,3 7 Efek samping, khasiat, dosis, cara pakai 2 5,3 8 Efek samping, khasiat, cara pakai, aturan pakai,
kontraindikasi, komposisi, tanggal kadaluarsa, cara penyimpanan 2 5,3
9 Efek samping, khasiat, keamanan 1 2,6 10 Komposisi, khasiat, dosis, lama pemakaian 1 2,6 11 Khasiat, dosis, kandungan, efek samping,
kontraindikasi. 1 2,6 12 Efek samping, khasiat, keamanan,
kontraindikasi 1 2,6 13 Cara pakai, dosis, pantangan 1 2,6 14 Dosis, khasiat, komposisi 1 2,6 15 Cara pakai, penyimpanan 1 2,6 16 Memahami penyakit dulu 1 2,6 17 Aturan pakai, cara pakai 1 2,6 18 Khasiat, komposisi, efek samping 1 2,6 19 Indikasi, dosis, kadaluarsa 1 2,6
Total 38 100
Pemberian informasi tentang obat merupakan salah satu tugas seorang
apoteker yang sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian. Dari hasil penelitian
diperoleh informasi yang ingin diketahui responden sebelum menggunakan obat
adalah khasiat dan efek samping sebesar 21,1%. Informasi lain yang ingin
diketahui sebelum menggunakan obat terdiri dari khasiat, efek samping,
keamanan, kontraindikasi, cara pemberian, aturan pakai, dosis, komposisi, tanggal
kadaluarsa serta cara penyimpanan obat. Hendaknya apoteker secara aktif dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh responden, sehingga dapat
terwujud swamedikasi yang rasional.
Tabel XV. Tempat Membeli Obat No Tempat Jumlah Persentase (%) 1 Apotek 24 63,2 2 Warung 10 26,3 3 Toko Obat 2 5,3 4 Dokter 1 2,6 5 Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru 1 2,6
Total 38 100
Obat yang dapat digunakan untuk melakukan swamedikasi adalah obat
bebas. Obat bebas dapat dibeli di apotek, warung atau toko obat. Sebesar 63,2%
responden membeli obat di apotek, sebesar 26,3% membeli obat di warung, 5,3%
responden membeli obat di toko obat dan sebesar 2,6% membeli obat langsung
dari dokter serta dari Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru.
B. Identifikasi Permasalahan Swamedikasi Penyakit Asma Oleh Ibu-ibu di
Kota Yogyakarta dan Kabupaten KulonProgo
1. Pemahaman Responden Mengenai Swamedikasi
Tabel XVI. Permasalahan tentang pemahaman responden mengenai swamedikasi penyakit asma
No Permasalahan Persentase (%) 1 Responden menyatakan tidak ada kerugian dalam
melakukan swamedikasi 34
2 Pertimbangan melakukan swamedikasi, karena bila ke dokter hanya diberikan obat antibiotik saja
3
Sebagian besar responden tidak mengetahui adanya kerugian dalam
melakukan swamedikasi. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah, karena dengan
tidak disadarinya kerugian yang dapat terjadi dalam swamedikasi dapat
memperburuk keadaan kesehatan. Setiap tindakan yang dilakukan pasti ada segi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
untung dan ruginya, demikian pula dengan swamedikasi. Adapun kerugian yang
dapat ditimbulkan dari swamedikasi, diantaranya bila responden tidak tepat
mengenali penyakitnya, sehingga salah memberikan obat, terlambat penanganan,
tidak tepat dalam menentukan dosis dan aturan pakai obat, dan lain sebagainya.
Kerugian swamedikasi dilihat dari sudut pandang pasien yang dilaporkan Sihvo
(2002) adalah self-diagnose yang tidak sesuai, pengobatan yang tidak sesuai,
kebiasaan dalam menggunakan OTR, adverse drug reaction, ada indikasi yang
tidak terobati dan kenaikan biaya pengobatan.
Seiring dengan meningkatnya swamedikasi di kalangan masyarakat,
karena tingginya biaya kesehatan dan banyaknya obat bebas yang dapat
digunakan untuk swamedikasi, kiranya perlu suatu pemahaman yang baik tentang
swamedikasi. Tujuannya ialah agar dapat melakukan swamedikasi dengan baik
dan tidak memperburuk keadaan. Dari data hasil penelitian tidak terdapat
permasalahan dalam pemahaman arti dari swamedikasi. Namun permasalahan
kecil (3%, n=38) yang muncul dan menarik disini adalah pertimbangan responden
melakukan swamedikasi karena bila berobat ke dokter hanya akan mendapatkan
antibiotik saja.
Pemahaman yang salah ini dapat muncul karena pola peresepan antibiotik
yang salah di negara kita. Seharusnya pertimbangan melakukan swamedikasi
dilakukan karena penyakit yang diderita masih ringan, dan dapat diobati sendiri.
Bila takut mendapatkan antibiotik, padahal dalam keadaan infeksi, maka hal ini
akan menjadi masalah yang sangat besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Pengenalan Penyakit Asma
Tabel XVII. Permasalahan Pengenalan Penyakit Asma No Permasalahan Persentase (%) 1 Responden tidak mengetahui jenis asma yang diderita 90 2 Waktu terjadinya serangan asma ialah pada malam
hari 74
3 Pemahaman responden tentang definisi asma belum lengkap, hanya sebatas penyakit sesak napas
34
4 Responden tidak dapat membedakan penyakit asma dengan penyakit lain yang sejenis.
13
Sebagian besar responden (90%) tidak mengetahui jenis asma yang
diderita, bila memeriksakan kesehatan, dokter hanya mengatakan menderita
penyakit asma, tanpa memberi tahu jenis asmanya. Pemahaman responden tentang
jenis asma, hanya sebatas pada asma keturunan dan tidak keturunan.
Asma merupakan penyakit yang dapat dipicu oleh berbagai penyebab,
antara lain adalah alergi, virus, obat-obatan, pikiran, lingkungan dan lain
sebagainya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, waktu terjadinya asma
paling sering dialami responden pada malam hari, yaitu sebesar 74%. Hal ini
berkaitan langsung dengan salah satu faktor pemicu terjadinya asma, yaitu
lingkungan, dimana pada malam hari cuaca lebih dingin, dan hal inilah yang
menyebabkan serangan asma lebih sering terjadi pada malam hari. Tidak jarang
serangan asma dapat pula terjadi setiap saat, mengingat sangat banyaknya faktor
pemicu asma.
Pemahaman tentang definisi asma yang merupakan salah satu komponen
dalam pengenalan penyakit belum dipahami secara benar oleh responden. Asma
merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran pernapasan yang dapat
disebabkan oleh berbagai trigger, diantaranya dapat berupa debu, alergen, udara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
obat, makanan dan lain-lain sehingga jalan napas menjadi sempit dan sulit untuk
bernapas yang biasanya ditandai dengan batuk, sesak napas dan mengi. Namun
disini pemahaman responden yang terbanyak, hanya sebatas bahwa asma adalah
penyakit sesak napas, padahal banyak juga penyakit lain yang ditandai dengan
sesak napas, misalnya pneumonia.
Walaupun penyakit asma sudah diderita cukup lama. Namun masih ada
13% responden yang tidak dapat melakukan pengenalan penyakit asma, karena
tidak mengerti, apakah sebenarnya gejala yang muncul merupakan gejala penyakit
asma atau penyakit lainnya. Gejala-gejala asma yang terjadi dapat berupa batuk,
sesak napas, mengi serta napas pendek.
3. Pemilihan dan Penggunaan Obat Asma
Tabel XVIII. Permasalahan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Obat Asma No Permasalahan Persentase (%) 1 Pengetahuan responden tentang obat asma masih kurang
lengkap 100
2 Saat membeli obat asma responden tidak pernah mendapat informasi tentang obat
92
3 Pertimbangan responden dalam memilih obat asma adalah cocok
61
4 Responden memperoleh informasi obat dari dokter dan bidan
61
5 Responden tidak membeli obat dalam kemasan yang utuh sehingga tidak membaca informasi obat yang tertera pada kemasan
21
6 Pertolongan pertama yang diberikan bila asma kambuh lagi adalah minum komix / OBH
5
7 Responden membeli obat langsung dari dokter 5 8 Responden mencari pengobatan ke bidan bila asma yang
diderita tidak kunjung sembuh 5
9 Responden menyimpan obat tablet dalam lemari es supaya bersih
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pada tabel XVIII, nomor satu pengetahuan responden tentang obat sangat
minim sekali. Umumnya mereka hanya tahu tentang dosis dan aturan pakai, hanya
sebagian kecil responden yang memperhatikan semua daftar keterangan obat yang
biasa mereka dapatkan. Permasalahan yang dapat timbul, bila responden ternyata
alergi terhadap komponen penyusun obat, karena tidak mendapatkan informasi
dan tidak tahu tentang kandungan zat aktif obat, tentu saja hal ini merugikan.
Responden yang membeli obat di apotek tidak pernah mendapatkan
informasi obat. Menurut KepMenKes No.1027/MENKES/SK/IX/2004 pemberian
informasi obat merupakan salah satu pelayanan kefarmasian. Apoteker harus
memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias,
etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya
meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Saat
membeli obat di apotek responden tidak pernah mendapatkan informasi obat,
apalagi bila tidak membeli obat di apotek. Kesalahan ini bukan karena responden,
tetapi belum optimalnya apoteker melakukan tugas pelayanannya. Pemberian
informasi obat sangatlah penting dan tidak boleh terlupakan, terutama oleh
seorang apoteker. Karena bila tidak mendapatkan informasi, banyak kemungkinan
yang merugikan dapat terjadi, misalnya saja, responden membeli sediaan
suppositoria, karena tidak diinformasikan cara pemakaiannya, maka responden
menggunakannya secara per oral. Seharusnya rute pemberian suppositoria adalah
melalui rektal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pertimbangan responden dalam memilih obat hanya berdasarkan
kecocokan. Makna kecocokan disini perlu diklarifikasi lebih lanjut, karena cocok
belum berarti aman, dan cocok bukan berarti tidak ada kerugiannya. Pada tabel
XVIII, masalah nomor 2 terdapat 61% responden yang menjawab cocok.
Sebaiknya sebelum memilih obat, perhatikanlah kandungan zat aktif, indikasinya,
perhatian, kontraindikasi, efek samping serta interaksi obat. Pertimbangan dalam
melakukan pengobatan sendiri adalah penggunaan obat harus aman dan efektif.
Obat yang aman untuk kebanyakan orang, belum tentu aman untuk orang tertentu
dan juga dapat membahayakan bila penggunaannya tidak benar. Penggunaan obat
yang tidak efektif meliputi: tidak sesuai indikasi, kombinasi beberapa zat aktif
untuk satu keluhan, interaksi obat, dosis terlalu rendah atau terlalu tinggi, serta
penggunaan obat yang rusak karena penyimpanan yang tidak benar.
Informasi obat merupakan hal yang penting untuk diperoleh pasien. Di
dalam memberikan informasi obat, farmasislah yang memiliki kewenangan dan
kompetensi. Kenyataan yang terjadi di lapangan tidaklah sama seperti yang
diharapkan, sebesar 60,5% responden mendapatkan informasi tentang obat asma
dari dokter maupun bidan. Hal terpenting disini, bagaimana peran apoteker selaku
ahli obat. Pemberian informasi obat oleh dokter hanya sebatas kekuatan dan
indikasinya, karena dokter lebih berkompeten dalam menegakkan diagnosis
penyakit. Yang lebih memprihatinkan lagi, seorang bidan yang merupakan ahli
kebidanan juga memberikan informasi obat.
Penggunaan obat dalam swamedikasi sangat erat hubungannya dengan
tingkat pendapatan, terdapat 21% responden yang tidak membeli obat utuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dengan kemasannya dalam melakukan swamedikasi terhadap penyakitnya karena
alasan ekonomi. Hal ini tentu saja sangat merugikan, karena dengan tidak
membeli obat utuh dengan kemasannya, maka informasi yang tertera pada
kemasan tidak dapat dibaca, padahal informasi obat sangat penting diketahui
untuk keefektifan pengobatan. Dengan membeli obat tidak utuh dengan
kemasannya, maka tidak dapat diketahui juga tanggal kadaluarsa obat.
Pertolongan pertama yang diberikan bila asma kambuh lagi, ada sebagian
responden meminum obat komix® atau OBH. Sebenarnya untuk terapi penyakit
asma digunakan obat golongan controller dan reliever. Komix dan OBH
merupakan obat batuk, obat ini tidak direkomendasikan untuk mengatasi penyakit
asma, tetapi hanya untuk mengatasi batuk yang merupakan salah satu gejala asma.
Fakta yang tetap masih terjadi hingga sampai saat ini, dokter masih
melakukan dispensing, dimana bila pasien memeriksakan keadaannya, dokter
langsung memberikan obat. Dalam penelitian yang telah dilakukan terdapat 3%
responden yang mendapatkan obat langsung dari dokter. Padahal yang
berkompeten mengenai obat adalah apoteker, apoteker dapat ditemui di apotek. Di
apotek tersedia obat-obat yang terjamin kualitasnya.
Pengobatan lanjutan yang dilakukan responden bila hasil swamedikasi
tidak efektif adalah berobat ke bidan, karena responden mempunyai pemahaman
bahwa bidan sama saja seperti dokter. Asma merupakan penyakit kronis yang
perlu penanganan dengan tepat oleh dokter yang berkompeten. Bidan merupakan
ahli kandungan, menurut KepMenKes RI No.900/MENKES/SK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktik kebidanan, bahwa pemberian pengobatan untuk penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ringan yang boleh dilakukan hanya bersifat sementara dan harus segera merujuk
kepada dokter.
Untuk mempertahankan mutu dan kualitas obat, cara penyimpanan obat
juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Masih ada responden
yang belum mengerti tentang cara penyimpanan obat, karena masih ada responden
yang menyimpan obat dalam lemari es, dengan tujuan supaya bersih, tetapi karena
terlalu lama, tablet yang disimpan menjadi lembab. Hal ini terkait sekali dengan
stabilitas obat. Bila obat sudah tidak stabil, maka obat akan rusak, sehingga efek
yang diharapkan sudah tidak optimal lagi. Peran apoteker diperlukan lagi dalam
hal penyampaian informasi obat mengenai cara penyimpanan, agar obat tetap
berada dalam keadaan yang stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebesar 26,31% responden berada pada rentang umur 46-50 tahun, 65,8%
dari 38 responden memiliki tingkat pendapatan rendah (kurang dari Rp
1.500.000,00), responden yang menyelesaikan pendidikan SLTA (31,6%)
serta 50% responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.
2. Pola perilaku swamedikasi penyakit asma meliputi penggunaan obat bebas
untuk mengatasi penyakit ringan 57,9%; frekuensi melakukan
swamedikasi 60,4%; swamedikasi dilakukan untuk seluruh anggota
keluarga 47,3%; murah merupakan keuntungan melakukan swamedikasi
78,9%; tidak ada kerugian dalam swamedikasi 34,2%; pengobatan yang
dilakukan bila swamedikasi tidak efektif ialah ke dokter 68,4%; penyebab
asma adalah udara dingin 86,8%; dada terasa sesak merupakan tanda dan
gejala yang dialami responden 97,4%; Lamanya waktu menderita asma
adalah 2 sampai 3 tahun 13,2%; obat yang paling sering digunakan dalam
swamedikasi adalah obat tradisional 31,6%; informasi obat yang ingin
diketahui responden yaitu, khasiat dan efek samping obat 21,1%; apotek
merupakan tempat membeli obat 63,2%.
3. Permasalahan yang terjadi dalam swamedikasi penyakit asma meliputi
masalah dalam pemahaman pendapat swamedikasi asma, yaitu dalam
pertimbangan melakukan swamedikasi penyakit asma (3%) dan kerugian
swamedikasi asma (34%). Permasalahan selanjutnya pada pengenalan
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
penyakit asma, terdiri dari; 1) tidak memahami definisi asma (34%),
2) serangan asma terjadi malam hari (74%), 3) tidak mengetahui jenis
asma (90%), 4) tidak dapat membedakan penyakit asma dengan penyakit
sejenis (13%). Permasalahan pada pemilihan dan penggunaan obat asma
antara lain obat tidak tepat (5%), pertimbangan dalam memilih obat karena
cocok (61%), memperoleh informasi obat dari dokter dan bidan (61%),
pengetahuan tentang obat asma masih kurang (100%), dokter dispensing
(5%), mengobati penyakit asma pada bidan (5%), tidak pernah
mendapatkan informasi obat (92%), tidak membeli obat dalam kemasan
utuh (21%), tidak tahu cara penyimpanan obat yang benar (3%).
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk merancang modul edukasi
yang dapat digunakan untuk peningkatan kesesuaiaan swamedikasi
penyakit asma, sesuai dengan langkah pengembangan intervensi dari
WHO.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sebab-sebab
timbulnya problem dalam swamedikasi penyakit asma.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan subyek apoteker untuk
mengidentifikasi permasalahan pelayanan swamedikasi dari sisi apoteker
sehingga dapat dikembangkan model intervensi yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4. Apoteker diharapkan berperan lebih optimal dalam memberikan pelayanan
kefarmasian, khususnya dalam menanggulangi masalah-masalah yang
timbul dalam swamedikasi penyakit asma.
5. Masyarakat diharapkan semakin kritis dan aktif dalam mencari informasi
mengenai obat asma yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, N.C.M.M.A., Ekarini,E., 2002, Asma Pada Anak plus Panduan Senam Asma, Pistaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta, 2-3, 30- 33
Andersen, et al, 1975, Equity in Health Service, 295, Ballinger Publishing Company, USA
Anonim, 1994, Guide to Good Prescribing, Geneva : WHO (unpublished document WHO/PHARM/BAP/94)
Anonim, 1996, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2380/A/MENKES/SK/VI/1983/ tanggal 15 Juni 1983 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas , Kumpulan Peraturan Perundang-UndanganBidang Obat ,Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 1996a, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
922/MENKES/PER/X/1993/ tanggal 23 Oktober 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek, Kumpulan Peraturan Perundang-UndanganBidang Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1996c, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 347/MENKES/SK/VII/1990/ tanggal 16 Juli 1990 tentang Obat Wajib Apotek, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1998, The Role of Pharmacist to Self-care and Self-medication, Geneva, http://www.who.int/medicinedocs/collect/medicinedoct/pdf/whozip32e/whozip32e.pdf, di akses tanggal 10 Mei 2007
Anonim, 1999, Responsible Self-Medication, Joint Statement by The
International Pharmaceutical Federation and The World Self-Medication Industry.
Anonim, 2001, Consumer Fact and Figure, Consumer Healthcare Products
Association, http://www.chpa-info.org/statistic/OTC Fact and Figures asp, diakses tanggal 20 Mei 2007
Anonim, 2002, Penelitian Swamedikasi, http:// republika.co.id, diakses pada
tanggal 5 Mei 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/ Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005, Swamedikasi,
http://www.kompas.com/kompascetak/0505/03/humaniora/1725071. htm diakses tanggal 1 Mei 2007
Anonim, 2006a, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Volume 41, 296-309,
Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Jakarta. Anonim, 2006b,
http://www.who.int/respiratory/asthma/GINA_WR_2006_copyright%5b1%5d.pdf, diakses tanggal 20 September 2007
Anonim, 2007, Pekerja Tolak Upah Minimum, http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/news/artikel.php?aid=23232, di akses 17 November 2007
Ariawan, I, 1998, Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan, Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok
Azwar, S., 2003, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar ,Yogyakarta Azwar, S., 2003, Sikap Manusia : Teori dan Pengukuranya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta Brown and Chin, 2002, Infectious Disease, in: Dipiro,J.T., Talbert, L.R., Yee,
G.C.,Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey,L.M., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 5th Edition, Appleton & Lange, Stamford.,p.1997 – 2043
Burk Laura, E., 2007, Development Throug Lifestan, 4 th, 61, Pearson Education
inc, Boston
Cohen BJ, Wood DL., 2000, Memler’s The Human Body in Health and Disease, 9th ed, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia
Covington, T.R., 2000, Self Care and Non Prescription Pharmacotherapy, Handbook of Non Prescription Drugs, 12th Edition, AphA, Washington
Dharmesta, B.S., dan Handoko, H.,2000, Manajemen Pemasaran Analisis
Perilaku Konsumen, Edisi I, Cetakan I, BPFE, Yogyakarta Elisabeth.Stevani,2007, http://www.sinarharapan.co.id/berita/0701/31/nas11.html,
Diakses tanggal 17 April 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gibson, L.L., 2002, Kajian Peresepan Dewasa Asma Bronkial Non Komplikasi Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2000, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Gklinis,2006, Penderita Asma yang terus Meningkat,
http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1146642419,24718, Diakses tanggal 1 Mei 2007
Greenley, J.R., 1980, Cultural and Psychological Aspect of The Utilization of
Health Services. Dalam : Brenner, H.M.,et al (eds). Assesing The Contribution of The Social Science to Health, Westview Press, Inc, Colorado : 169-207
Gunawan, 2006, Asuhan Keperawatan, http://www.asuhan-
keperawatan.blogspot.com/2006/05/bronkitis, diakses tanggal 5 Mei 2007 Hadibroto, 2005, ASMA, 29-31, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hadi, S., 1991, Analisis Butir Untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan Basica, 1-3, Andi Offset, Yogyakarta
Handayani, dkk, 2003 Pola Pencarian Pengobatan di Indonesia, Bulletin Penelitian Kesehatan, Volume 31, No. 1.
Hardon, A., Hodgkin, C.,Fresle.D., 2004, How to Investigate the Use of Medicines by Consumers, 4-6, World Health Organization and University of Amsterdam, Amsterdam.
Hastono, S.P., 2001, Analisis Data, 64, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta. Holt G.A., and Hall, E.L., 1990, The Self Care Movement in: Feldmann, E.G.,
(Ed), Handbook of Nonprescription Drugs, 9th Edition, APhA, New York, p.:1-10.
Hubley,J.,1993, Communicating Health: an action guide to health education and
health promotion, Macmillan LTD, London Issets, B.J., and Brown,L.M., 2004, Petient Assesment and Consultation,
Handbook of Nonprescription Drugs, 14 th, edition.AphA, New York, 16-28
Ikawati, Z, 2006, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan, 50-56,
Laboratorium Farmakoterapi dan Farmasi Klinik Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kelly, H.W.,Sorkness,A.C.,2005, Asthma : in Dipiro, Joseph, T.D.,Robert L.,
Gary R.M., Barbara, G.W.,L.,Michael,P.,(Ed), Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, Book One, 503, Appleton and Lange, Stamford Connecticut
Koentjahja, S.,2001, Kortikosteroid pada Asma Kronis, SMF Paru RS Dr. Saiful
Anwar, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Available From http://www.Pdpi.malang.com/karya-ilmiah/02-Kortikosteroid isi.htm
Kotler, P., 1997, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Kontrol, Jilid I, Prehalindo, Jakarta Mario, 2006, SPSS Untuk Paramedis, 112 Ardana Media National Institute of Health. National Heart, Lung and Blood Institute. Global
Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. NIH Publication, 2006
NAEPP, 1997, Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma. NIH
Publication no.97-4051.Beyhesda, MD, US, Dept of health and Human Services
Nasution, H. dan Lubis,Y., 1993, Pengantar Farmakologi, Edisi II, 65-69,77-79,
PT Pustaka Widyataraa, Medan Nelson, 2006, Essential of Pediatrics, fifth edition. Hal 396- 405.
Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, 93-107, Andi Offset, Yogyakarta.
Pal, S., 2002, Self-Care and Nonprescription Pharmacotherapy, in:Berardi, R.R., Handbook of Nonprescription Drugs, 13th Edition, AphA, Washington, p.4-20.
Mangunnegoro, 2006, ASMA: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia, 28-56, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta.
Rahajoe, N., Spriyanto B, Budi Setyanto D, 2004, Pedoman Nasional Asma Anak.
PP Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 89- 103. Rantucci, M.J., 1997, Pharmacist Talking With Patients A Guide to Patient
Counseling, Williams & Wilkins, Baltimore, p.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sartono, 1993, Obat - Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Edisi I, 109-120 PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sartono, 1993a, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat Wajib Apotek, 1-2, 37-38, Gramedia, Jakarta
Sartono, 1993b, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat-obat Bebas dan Bebas Terbatas, 1-3, 36-38, Gramedia, Jakarta
Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan, 30-40, UGM Press, Yogyakarta
Schwartz, W.K., & Hoopes, JM., 1990, Patient Assesment and Drug Consultatin, in American Pharmaceutical Association (AphA), Handbook of Non Prescription Drugs, 9th ed, 11-20, AphA, Washington D.C.
Sihvo, S., 2000, Utilization and Appropriateness of Self-medication in Finland, Academic Dissertation, University of Helsinki, Finland
Sundaru. Heru, 2004, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=204&Itemid=3, diakses tanggal 1 Mei 2007
Suryawati, C., 2005, Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional,
http://www.jmpk-online.net/files/chriswaardanimknew.pdf, diakses tanggal 7 Desember 2007
Tjay Tan Hoan dan Rahardja Kirana., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta
Widayati, A., 2006, Kajian Perilaku Swamedikasi Menggunakan Obat Anti Jamur Vaginal (“ Keputihan”) oleh Wanita Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta tahun 2006 (aspek appropriateness dan effectiveness), http://www.usd.ac.id/06/publ dosen/far/aris widayati.pdf, diakses tanggal 9 Mei 2007.
Williams M.D., and Self H.Timothy., 2002, Asthma, Handbook of Nonprescription Drugs, 14th Edition, APhA, New York,p:287 -291, 294
Wolf, R., 2004, Essential Pediatric Allergy: Asthma and Immunology, Mc
GrawHill, USA Yunus, F.,1996, Penatalaksanaan Asma Bronkial Masa Kini, 1-7, PKB, Uji Dini
IDI, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
LAMPIRAN
Lampiran 1. Karakteristik Responden Nama Umur
(tahun)
Alamat Jumlah anak
Jumlah anggota keluarga
Status perni- kahan
Pendidikan terakhir
Pekerjaan Pendapatan
A 45 Wirobrajan, RW 2, RT 6 3 5 kawin SLTA
IRT < Rp 1.500.000
B 47 Wirobrajan, RW 2, RT 8 4 7 kawin SLTP
IRT < Rp 1.500.000
C 51 Wirobrajan, RW 2, RT 7 4 10 kawin SLTP
IRT < Rp 1.500.000
D 43 Wirobrajan, RW 8, RT 37
1 3
kawin PT
PNS > Rp 3.500.000
E 40 Wirobrajan, RW 8, RT 37
1 3 kawin SLTA
PNS Rp 1.500.000-2.500.000
F 53 Pakuncen, RW 2, RT 8 5
5 kawin SLTP IRT Rp 1.500.000-2.500.000
G 30 Pakuncen, RW 2, RT 8 2 4 kawin SLTA
IRT < Rp 1.500.000
H 45 Pakuncen, RW 2, RT 8 3 5
kawin SLTP IRT < Rp 1.500.000
I 51 Pakuncen, RW2, RT 10 3 5 kawin Tidak Sekolah
IRT < Rp 1.500.000
J 47 Pakuncen, RW 8, RT 37 3 3
kawin SD IRT < Rp 1.500.000
K 37 Pakuncen, RW 8, RT 39 2 4 kawin SLTA IRT Rp 1.500.000-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2.500.000 L 42 Pakuncen, RW 8, RT 39 2 4 kawin SLTA
Wiraswasta > Rp 3.500.000
M 43 Demangan, RW 2, RT 6 2 4 kawin PT PNS Rp 2.500.000-3.500.000
N 36 Demangan, RW 8, RT 25 3 5 kawin PT Wiraswasta Rp 2.500.000- 3.500.000
O 43 Demangan, RW 8, RT 27 2 5 kawin PT IRT Rp 2.500.000- 3.500.000
P 48 Demangan, RW 8, RT 25 3 5 kawin SLTP IRT < Rp 1.500.000 Q 43 Demangan, RW 8, RT 27 2 8 janda SLTA
IRT < Rp 1.500.000
R 42 Baciro, RW 2, RT 4 3 5 kawin SLTA IRT < Rp 1.500.000 S 51 Baciro, RW 8, RT 28 1 5 kawin PT Pensiunan Rp 1.500.000-
2.500.000 T 48 Baciro, RW 8, RT 29 4 7 kawin SLTA IRT < Rp 1.500.000 U 47 Baciro, RW 8, RT 30 3 5 kawin SLTA Wiraswasta Rp 1.500.000-
2.500.000 V 50 Dukuh, RT 44 3 7 kawin SD Petani < Rp 1.500.000 W 47 Dukuh, RT 47 2 4 kawin SD Petani < Rp 1.500.000 X 46 Penjalin, RT 10 3 5 kawin Tidak
sekolah Petani < Rp 1.500.000
Y 60 Ngangin-Angin, RT 8 1 3
kawin SD Petani < Rp 1.500.000
Z 31 Ngangin-Angin, RT 12 2 4
kawin SLTP Petani < Rp 1.500.000
AA 56 Dlingo, RT 24 2 2 kawin SLTA PNS < Rp 1.500.000 AB 55 Dlingo, RT 25 3 4 kawin SD IRT < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
AC 55 Dlingo, RT 28 4 2 kawin Tidak sekolah
Petani < Rp 1.500.000
AD 37 Dlingo, RT 28 3 4 kawin SD Petani < Rp 1.500.000 AE 51 Durungan, RT 45 1 3 kawin SLTA PNS Rp 1.500.000-
2.500.000 AF 38 Durungan, RT 46 3 5 kawin PT IRT Rp 2.500.000-
3.500.000 AG 47 Beji, RT 8 3 4 janda PT PNS < Rp 1.500.000 AH 39 Beji, RT 8 3 7 kawin PT PNS Rp 2.500.000-
3.500.000 AI 50 Beji, RT 8 2 5 kawin SD IRT < Rp 1.500.000 AJ 34 Sogan I, RT 1 2 4 kawin PT IRT < Rp 1.500.000 AK 31 Sogan I, RT 2 1 3 kawin SMEA Petani < Rp 1.500.000
AL 35 Sogan 2 2 6 kawin SLTP IRT < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 2. Pedoman Wawancara
Petunjuk bagi Pewawancara
1. Pelajari pedoman wawancara sebelum melakukan wawancara 2. Di awal wawancara saudara harus memperkenalkan diri, menerangkan
tujuan wawancara dan prosedur wawancara 3. Mintalah izin dari responden, jika hendak menggunakan alat perekam 4. Meskipun urut- urutan wawancara tidak harus sesuai dengan pedoman
ini, namun seluruh butir pertanyaan dalam pedoman ini harus terjawab. 5. Di akhir wawancara jangan lupa meneliti kembali apakah ada pertanyaan
yang terlewat atau tidak jelas. URUT – URUTAN KEGIATAN dan ALOKASI WAKTU 1. Perkenalan dan pemanasan : 10 menit 2. Wawancara A. Karakteristik Responden : 5 menit B. Pendapat tentang Swamedikasi : 10 menit C. Kesesuaian Pengenalan Penyakit Asma : 15 menit D. Kesesuaian Pemilihan Obat Asma : 15 menit 3. Rangkuman dan Penutup : 5 menit Total waktu yang diperlukan : 60 menit URAIAN dan DAFTAR PERTANYAAN
1. Perkenalan dan Pemanasan - Pewawancara memperkenalkan diri
a. Mengucapkan salam (selamat pagi/siang/sore) dan berterima kasih atas kesediaan responden meluangkan waktunya b. Menerangkan tujuan wawancara, yaitu : ingin menggali/meminta pendapat, pandangan, komentar, ide-ide dari responden tentang swamedikasi c. Terangkan sifat wawancara, yaitu : bahwa semua jawaban responden adalah betul, tidak ada yang salah, karena kita mempunyai pandangan maupun pendapat sendiri-sendiri tentang hal tersebut, serta bahwa semua komentar baik positif maupun negatif dapat diutarakan dan diterima
- Menerangkan Prosedur a. Wawancara bersifat informal, responden boleh menginterupsi jika perlu b. Pembicaraan kita nanti akan dicatat dan direkam (terangkan tentang
penggunaan alat perekam). Semua jawaban akan dirahasiakan dan hanya dipakai untuk kepentingan penelitian ini
c. Terangkan perkiraan waktu lamanya wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
2. Wawancara
A. Karakteristik Responden 1. Nama :___________________________________ 2. Umur :___________________________________ 3. Alamat(Desa / kelurahan tempat tinggal):______________________ ____________________________________ 4. Jumlah anak (umurnya) :___________________________________ 5. Jumlah anggota rumah tangga (total yang tinggal di keluarga) :_______________________________ 6. Status Pernikahan : ( ) suami – istri ( ) janda 7. Pendidikan terakhir : ( )Tamat SD ( )Tamat SLTP ( )Tamat SLTA ( )Tamat PT (D1/ D2/ D3/ D4/ S1/ S2/S3) 8. Pekerjaan : ( ) Ibu Rumah Tangga / Tidak bekerja ( ) Petani / nelayan ( ) Lainnya .................................................... 9. Pendapatan (status ekonomi keluarga) : Penghasilan per bulan (suami + istri) ( ) kurang dari Rp. 1.500.000, 00 ( ) Antara Rp. 1.500.000,00 – 2.500.000,00 ( ) Antara Rp. 2.500.000,00 – 3.500.000,00 ( ) Di atas Rp. 3.500.000,00
B. Pemahaman tentang Swamedikasi (Jangan lupa menjelaskan istilah swamedikasi)
1. Jika ibu atau anggota keluarga ibu mengalami sakit ringan (batuk, pilek, demam, asma kambuhan, dll), apa yang akan ibu lakukan ?Mencari pengobatan dimana ?
2. Apakah yang ibu ketahui tentang pengobatan sendiri (swamedikasi) ? 3. Mengapa ibu melakukan pengobatan sendiri ?(apa pertimbangan ibu
melakukan swamedikasi ?) 4. Menurut Ibu, penyakit seperti apakah yang dapat dilakukan pengobatan
sendiri ? 5. Sudah berapa kali ibu melakukan pengobatan sendiri dalam 1 bulan
terakhir (frekuensi)?(untuk siapa ?) 6. Keuntungan apakah yang ibu dapatkan, bila melakukan pengobatan sendiri
? 7. Apakah kerugian melakukan pengobatan sendiri ? 8. Menurut ibu, apakah swamedikasi yang ibu lakukan selama ini sudah
memuaskan (efektif) ? 9. Bila ibu melakukan pengobatan sendiri, dan ternyata hasilnya tidak
sembuh, atau bahkan membaik, apa yang akan ibu lakukan selanjutnya ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
C. Kesesuaian Pengenalan Penyakit Asma
1. Apa yang ibu ketahui tentang asma ? 2. Sudah berapa kali ibu melakukan swamedikasi penyakit asma ? Kapan
saja terjadi serangan asma dan berapa lama serangan ? 3. Menurut ibu, apa yang biasanya menyebabkan asma ? 4. Dapatkah ibu ceritakan awal mula terserang asma ? Bagaimana ibu
mengetahui bahwa itu adalah penyakit asma ? 5. Apa saja tanda-tanda dan gejala dari penyakit asma ?
Apabila batuk, batuknya seperti apa? Kapan terjadinya (siang/malam), lihat warna sputum (warna kuning/hijau bila ada infeksi, bila asma berwarna putih), apakah napasnya berbunyi (mengi) ? Bagaimana rasa pada dada dan saat bernapas ?
6. Saat pertama kali menderita asma, siapa yang memeriksa ibu ? Apa jenis asma yang diderita (keturunan/ tidak )?
7. Sudah berapa lamakah ibu atau anggota keluarga ibu menderita asma ? 8. Masalah apa yang ibu hadapi dalam melakukan pengenalan penyakit asma
? 9. Bila asma ibu kambuh lagi, bagaimana cara ibu mengenali bahwa penyakit
yang ibu derita itu adalah asma ? Apakah tanda dan gejalanya sama seperti pertama kali muncul ?
10. Bagaimana ibu mengenali bahwa asma ibu telah membaik/sembuh ? 11. Darimana ibu mendapatkan informasi mengenai penyakit asma (teman,
tetangga, media cetak maupun elektronik atau yang lain)? Jika dari buku, buku apa ?
D. Kesesuaian Pemilihan Obat Asma
1. Apabila asma ibu atau keluarga kambuh lagi , hal apa yang pertam kali/ pertolongan apa yang ibu berikan ?
2. Bila ibu tidak berobat ke dokter, maka untuk mengobati asma, apa yang ibu lakukan ? Bila menggunakan obat, obat apa, tradisional/obat modern ?
3. Bila ibu membeli obat sendiri, hal apakah yang ibu perhatikan dan menjadi pertimbangan dalam memilih obat ? (kontraindikasi, interaksi obat)
4. Apakah ibu atau anggota keluarga ibu menderita penyakit lain, (bila menderita penyakit lain, obat apa yang sedang digunakan, apa efek sampingnya)?
5. Darimana ibu memperoleh informasi mengenai obat asma ? Apakah informasi yang didapatkan sudah cukup jelas ? Jika belum, informasi apa yang seharusnya diberikan ?
6. Merk obat asma apa yang sering ibu gunakan ? Mengapa obat tersebut sering ibu gunakan ? Apa saja yang ibu ketahui mengenai obat tersebut (kandungan, dosis, cara pakai, kontraindikasi, efek samping) ?
7. Dimana biasanya ibu membeli obat asma ? Apa alasan ibu membeli obat asma ditempat tersebut ?
8. Jika jawaban ibu tersebut di apotek/warung/supermarket :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Ketika ibu membeli obat ditempat tersebut, pernahkan ibu mendapat bantuan dalam memilih obat asma yang sesuai untuk ibu atau anggota keluarga dari penjual ?
9. Informasi apa saja yang diberikan ? 10. Apakah informasi obat asma yang ibu beli sesuai dengan apa yang ibu
harapkan ? 11. Apakah ibu paham, mengenai informasi obat yang diberikan ? 12. Jika ibu tidak paham atas informasi yang diberikan, tindakan apa yang ibu
lakukan ? 13. Apakah ibu membeli obat asma dalam kemasan utuh ? Apakah ibu
membaca label yang ada pada obat tersebut? Apa saja yang di baca ? 14. Jika membeli kemasan utuh, apakah ibu selalu memperhatikan informasi
pada label obat/kemasan obat tentang obat yang ibu gunakan ? apa saja yang diperhatikan: kandungan, indikasi, dosis, aturan pakai, kontraindikasi, efek samping, waktu kadaluarsa, cara penyimpanan? Apakah informasi tersebut cukup jelas ?
15. Sepanjang pengalaman ibu, apakah pengobatan sendiri menggunakan obat asma cukup efektif dalam mengatasi asma yang kambuh ?
16. Apakah ibu mengetahui batasan-batasan, kapankah asma harus diperiksakan kedokter (swamedikasi dihentikan). Menurut ibu, kapan sebaiknya dibawa ke dokter ?
17. Apa yang ibu lakukan jika asma yang ibu derita belum sembuh, walaupun sudah minum obat asma ?
18. Apakah ibu menyimpan obat asma di rumah ? Bagaimana penyimpanan obat di rumah ibu ?
19. Menurut ibu, informasi apa saja yang harus diketahui sebelum menggunakan obat asma ?
3. Rangkuman dan Penutup a. Responden diberi kesempatan untuk bertanya b. Klarifikasi jawaban yang dianggap kurang jelas c. Ucapkan terima kasih atas kesediaan meluangkan waktu untuk wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 3.
Data Wawancara
PEMAHAMAN TENTANG SWAMEDIKASI
A. Jika ibu atau anggota keluarga ibu menderita penyakit ringan, apa yang ibu lakukan ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 membeli obat yang di jual bebas di warung 13 34,2 2 menggunakan obat bebas dan obat tradisional 9 23,7 3 menggunakan obat tradisional 5 13,2 4 membeli obat di apotek 6 15,8 5 minum obat yang cocok untuk mengobati penyakit 2 5,3 6 mencari pengobatan sendiri berdasarkan pengalaman
pengobatan terdahulu 1 2,6
7 pertama banyak minum air putih dan istirahat, membeli obat sendiri
1 2,6
8 menggunakan obat sendiri yang di beli dari toko obat 1 2,6 Total 38 100
B. Apa yang ibu ketahui tentang swamedikasi ? No Jawaban Jumlah Persentase(%) 1 Mengobati diri sendiri dengan obat yang cocok 10 26,3 2 mengobati diri sendiri dengan obat tradisional 7 18,4 3 mengobati diri sendiri dengan membuat obat sendiri 1 2,6 4 mengobati diri sendiri dengan kerikan, pengobatan alternatif 1 2,6 5 mengobati penyakit sendiri tanpa ke dokter 6 15,8 6 membeli obat sendiri sesuai yang pernah diresepkan dokter
dulu 1 2,6 7 membeli obat di warung untuk mengobati penyakit 6 15,8 8 menjaga kondisi fisik, tidak boleh lelah, cukup istirahat,
mengatur pola makan dan menggunakan obat tradisional yang tertera dalam buku resep obat tradisional 1 2,6
9 mengobati diri sendiri dengan obat yang pernah digunakan terdahulu 2 5,3
10 untuk meringankan sakit 2 5,3 11 pengobatan yang dilakukan sendiri untuk mencegah
keparahan 1 2,6 Total 38 100
C. Pertimbangan melakukan swamedikasi ? No Jawaban Jumlah Persentase(%) 1 beli obat sendiri sudah cocok, sudah bisa sembuh dan jika
ingin periksa ke dokter jauh 1 2,6 2 karena belum parah dan murah 3 7,9 3 mencoba dulu dan murah 1 2,6 4 beli obat sendiri sudah cocok, sudah bisa sembuh 1 2,6 5 pertolongan pertama 3 7,9 6 berobat ke dokter jauh 1 2,6 7 murah dan cepat 6 15,8 8 karena penyakit ringan 4 10,5 9 bila ke dokter hanya di kasi antibiotik 1 2,6 10 obatnya dosis ringan 1 2,6 11 murah 8 21,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
12 menghindari efek samping obat kimia, lebih higienis, cepat 1 2,6 13 menghindari efek samping obat kimia 3 7,9 14 karena sudah tua, tidak punya cukup tenaga untuk ke dokter 1 2,6 15 penyakit masih ringan, murah, mudah, cocok 1 2,6 16 murah dan tidak ada efek samping 1 2,6 17 mudah, murah, efektif, efisien, aman 1 2,6
Total 38 100 D. Penyakit yang bisa dilakukan swamedikasi ? No Jawaban Jumlah Persentase(%) 1 batuk, pilek, demam, penyakit ringan 8 21,1 2 batuk, panas, penyakit ringan 1 2,6 3 batuk, pilek, pusing, penyakit ringan 6 15,8 4 batuk, pilek, demam, pusing 2 5,3 5 batuk, pilek, pusing, masuk angin 1 2,6 6 batuk, diare, asma 1 2,6 7 batuk, influenza, demam, masuk angin 1 2,6 8 batuk, pilek, flu, panas 1 2,6 9 batuk, flu 5 13,2 10 batuk, masuk angin 2 5,3 11 batuk, pusing 1 2,6 12 batuk, masuk angin, flu, maag 1 2,6 13 batuk, pilek, panas, diare, masuk angin 1 2,6 14 flu, diare 1 2,6 15 demam, penyakit ringan 1 2,6 16 masuk angin, batuk, pusing 1 2,6 17 masuk angin, batuk, panas 1 2,6 18 masuk angin, sakit kulit, mata merah 1 2,6
19 pusing, batuk, pilek, sakit gigi 1 2,6 20 demam, diare 1 2,6 21 panas, flu 1 2,6
Total 38 100 F. Melakukan swamedikasi untuk siapa ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 untuk diri sendiri 5 13,2 2 untuk suami 6 15,8 3 untuk anak 5 13,2 4 untuk semua anggota keluarga 18 47,4 5 anak, diri sendiri, cucu 1 2,6 6 untuk diri sendiri dan anak 3 7,9
Total 38 100 G. Keuntungan melakukan swamedikasi : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 murah dan cepat 9 23,7 2 bisa menyembuhkan penyakit 1 2,6
E. Frekuensi melakukan swamedikasi dalam 1 bulan :No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 2x 8 21,1 2 3x 1 2,6 3 7x 1 2,6 4 1x 5 13,2 5 belum pernah 15 39,5 6 5x 2 5,3 7 4x 4 10,5 8 6x 1 2,6 9 setiap hari 1 2,6
Total 38 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
3 murah 8 21,1 4 langsung bisa ditangani sendiri 1 2,6 5 praktis dan cepat 2 5,3 6 cepat, murah, hemat tenaga 1 2,6 7 praktis, murah 3 7,9 8 dosis obat ringan, bukan obat keras 1 2,6 9 murah dan sembuh 5 13,2 10 murah, anak merasa lebih nyaman, karena tidak perlu takut
dengan perawat yang galak 1 2,6 11 praktis 1 2,6 12 cepat 1 2,6 13 meringankan penyakit 1 2,6 14 murah, efektif, cepat 1 2,6 15 cepat, murah, aman 2 5,3
Total 38 100 H. Kerugian melakukan swamedikasi : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 takut obatnya tidak cocok dan ada rasa nyeri 1 2,6 2 tidak ada ruginya 12 31,6 3 takut obatnya tidak cocok 5 13,2 4 tidak bisa mendiagnosis penyakit dengan tepat dan bila
obatnya tidak cocok 2 5,3 5 tidak ada ruginya, karena mengikuti aturan pakai 1 2,6 6 tidak bisa mendiagnosis penyakit, takut terlambat penanganan 3 7,9 7 ada efek sampingnya 2 5,3 8 bila tidak kunjung sembuh 4 10,5 9 over dosis jadi masuk RS (pakai bodrexin tidak sembuh,
tambah dosis dan akhirnya muntah darah) 1 2,6 10 dosisnya kurang dan salah obat 1 2,6 11 sakitnya bisa tambah parah 1 2,6 12 kalo tidak cocok, berbahaya 1 2,6 13 pemakaian obat jangka panjang dapat menyebabkan
kerusakan ginjal dan merembet ke penyakit lain 1 2,6 14 tidak bisa mendiagnosis penyakit 1 2,6 15 tambah biaya bila tidak sembuh 1 2,6 16 repot, lebih mahal bila tidak sembuh 1 2,6
Total 38 100 I. Sudah efektif kah melakukan swamedikasi : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 sudah 27 71,1 2 belum, karena belum sembuh 7 18,4 3 sudah efektif tapi belum memuaskan 1 2,6 4 kadang-kadang, tetapi untuk anak harus tetap ke dokter 2 5,3 5 lumayan untuk penyakit ringan 1 2,6
Total 38 100 J. Bila telah melakukan pengobatan sendiri, ternyata tidak sembuh/membaik, yang dilakukan : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 berobat ke puskesmas 9 23,7 2 ke dokter 26 68,4 3 ke bidan 2 5,3 4 ke apotek ganti obat 1 2,6
Total 38 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
KESESUAIAN PENGENALAN PENYAKIT ASMA
A. Apa yang ibu ketahui tentang penyakit asma ? No Jawaban Jumlah Persentase(%) 1 penyempitan saluran pernapasan, bila kelelahan dan kambuh
saat hawa dingin 1 2,6 2 batuk-batuk dan mengi 1 2,6 3 sesak napas, batuk, mengi, lendir tidak bisa keluar 1 2,6 4 penyempitan saluran napas, alergi udara dingin dan debu 1 2,6 5 penyakit sesak napas 13 34,2 6 sesak napas, batuk 1 2,6 7 penyakit pernapasan yang kambuh sewaktu-waktu bila
capek, dan perubahan cuaca 1 2,6 8 sesak napas, batuk, mengi 2 5,3 9 penyempitan bronkhi, karena keturunan, atau bentuk
bronkhi kurang sempurna dari lahir 1 2,6 10 saluran napas mengalami penyumbatan 4 10,5 11 penyakit keturunan, kambuh disaat cuaca dingin, kemarau,
capek,disertai sesak napas dan mengi 1 2,6 12 sesak napas, dada terasa sesak, napas terasa berat 1 2,6 13 sesak napas dan batuk, dada terasa seperti mau terbakar 1 2,6 14 penyedotan lendir waktu bayi tidak bersih, jadi asma 1 2,6 15 sesak napas, batuk, napasnya bunyi, saat gatal-gatal 1 2,6 16 napas berbunyi, batuk sampai muntah (kadang ada darahnya) 1 2,6 17 penyakit yang menyiksa, antara hidup dan mati, posisi tidur
harus duduk. 1 2,6 18 penyakit sesak napas mengeluarkan dahak, tidak boleh
menahan tertawa, berat badan tidak boleh kelebihan 1 2,6 19 sesak napas karena jalan napas menjadi sempit 1 2,6 20 penyakit batuk sampai sesak napas dan mengi,bila terlalu
capek dan dingin 1 2,6 21 alergi, penyakit keturunan,dapat diakibatkan oleh cuaca, debu,
stress. 1 2,6 22 penyakit paling tidak enak, tidak bisa bernapas, napas
berbunyi, sulit berbicara,menelan juga sulit, seperti orang akan mati. 1 2,6
23 suatu penyakit keturunan dan tidak keturunan secara tiba-tiba munculnya, sangat sensitive terhadap alergen 1 2,6
Total 38 100 B. Sudah berapa kali melakukan swamedikasi penyakit asma dalam 1 bulan ini ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 3 x 1 2,6 2 5 x 3 7,9 3 belum pernah 17 44,7 4 1 x 6 15,8 5 hampir setiap hari 7 18,4 6 2x 3 7,9 7 10 x 1 2,6
Total 38 100 C. Kapan saja terjadi serangan asma ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 malam hari 25 65,8 2 setiap saat bila dingin, lebih sering pada malam hari 3 7,9 3 sore hari/malam hari, siang hari juga bila capek 2 5,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
4 setiap saat, pagi/siang/malam 3 7,9 5 pagi hari 2 5,3 6 malam/pagi hari 1 2,6 7 pagi dan malam 2 5,3
Total 38 100 D. Penyebab asma : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 capek, dingin, pikiran, keturunan 1 2,6 2 capek, dingin, pikiran, merokok 2 5,3 3 capek, dingin, debu, virus 1 2,6 4 capek, dingin 1 2,6 5 capek, dingin, debu, emosi 5 13,2 6 capek, dingin 2 5,3 7 debu, dingin 1 2,6 8 keturunan, lingkungan, makanan, udara, debu, asap rokok 2 5,3 9 capek, dingin, pikiran 1 2,6 10 capek, dingin, makanan 1 2,6 11 dingin, emosi 1 2,6 12 capek, dingin, debu 2 2,6 13 emosi, ketawa terlalu senang, nangis, batuk, udara dingin,
alergi debu 1 2,6 14 gatal-gatal, dingin, stress, banyak pikiran 1 2,6 15 capek, dingin, alergi, debu. 1 2,6 16 alergi, makanan, cuaca, psikis, stress 1 2,6 17 capek, pikiran, debu 1 2,6 18 capek, debu 1 2,6 19 capek, dingin, emosi 1 2,6 20 dingin, batuk, tersedak, pikiran 3 7,9 21 debu, dingin, pikiran 1 2,6 22 Capek, keturunan, cuaca, asap, debu, sering tidur di lantai 2 5,3 23 keturunan, debu, dingin 1 2,6 24 debu, asap, capek, dingin 1 2,6 25 makanan, cuaca, debu,obat, proses melahirkan 1 2,6 26 capek, merokok, batuk 1 2,6
Total 38 100 E. Awal mula terserang asma : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 kecapean langsung sesak 1 2,6 2 kadang-kadang batuk dulu, baru langsung sesak 2 5,3 3 batuk, tidak sembuh-sembuh 3 7,9 4 langsung sesak napas 6 15,8 5 waktu lahir minum air ketuban, langsung mengi 1 2,6 6 batuk lalu sesak napas 9 23,7 7 batuk dulu, bila kecapen langsung sesak 1 2,6 8 pilek, batuk semalaman, napasnya bunyi, langsung di bawa
ke dokter 1 2,6 9 batuk, masuk angin, sesak 2 5,3 10 tiba-tiba mengi dan sesak napas 1 2,6 11 awalnya paru-paru basah, lalu menjadi asma 1 2,6 12 batuk-batuk, sesak sampai pingsan, lalu di bawa ke Betesda,
beberapa bulan kambuh lagi, lalu periksa paru-paru dan ketahuan asma 1 2,6
13 gatal-gatal, lalu sesak dan batuk 1 2,6 14 batuk-pilek, lalu sesak 1 2,6 15 keringat dingin, sesak napas, pusing, batuk. Batuk berdahak(
hijau, merah kecoklatan), napas selalu bunyi, paru-paru nya kotor. 1 2,6
16 batuk, panas, mengi 1 2,6 17 banyak pikiran, lalu sesak napas 2 5,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
18 bila tidur napasnya bunyi 1 2,6 19 awalnya bronkhitis 1 2,6 20 demam, batuk, muntah-muntah, sesak napas 1 2,6
Total 38 100 F. Mengenali bahwa penyakit yang di derita adalah asma dari : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 dokter 38 100
Total 38 100 G. Tanda dan gejala asma : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 batuk, tapi tidak selalu, dada terasa sesak, mengi, lendirnya
tidak bisa keluar 2 5,3 2 batuk kering, mengi, dada sesak, lendir berwarna putih 11 28,9 3 batuk, sesak napas, mengi 10 26,3 4 panas, pusing, batuk, sesak napas, mengi 1 2,6 5 batuk dan sesak napas, tidak mengi lagi 1 2,6 6 batuk kering, mengi, dada sesak, lendir berwarna kekuningan 4 10,5 7 pilek, sesak napas, batuk berdahak. Mengi, warna lendir putih
kental dan tidak bisa tidur saat asma kambuh 1 2,6 8 batuk kering, mengi, dada sesak, dada terasa berat, sakit
sampai punggung 1 2,6 9 sesak dulu, baru batuk, batuk kering terus menerus dan mengi 1 2,6 10 gatal-gatal, sesak napas, batuk berdahak, lendirnya putih,
napas bunyi saat gatal memuncak 1 2,6 11 batuk berdahak, sesak napas, mengi, dahak warna hijau
merah kecoklatan 1 2,6 12 pernapasan sempit, dada sesak, napas tidak berbunyi. Ada
batuk, dahaknya putih, batuk berdahak. 1 2,6 13 suara serak badan lemah, lesu, batuk kering. Napas bunyi,
dadanya hangat. 1 2,6 14 sesak napas, kadang bunyi 1 2,6 15 batuk, sesak napas, demam, dada terasa sesak 1 2,6
Total 38 100 H. Asma yang diderita : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 tidak tahu jenisnya, asma keturunan. 19 50,0 2 tidak tahu jenisnya, asma tidak keturunan 15 39,5 3 asma alergi 2 5,3 4 asma bronkial karena keturunan 2 5,3
Total 38 100 I. Sudah berapa lama menderita asma : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 50 tahun 2 5,3 2 1 tahun 4 10,5 3 4 tahun 2 5,3 4 17 tahun 1 2,6 5 5 tahun 4 10,5 6 2 tahun 5 13,2 7 51 tahun 1 2,6 8 15 tahun 2 5,3 9 10 tahun 1 2,6 10 36 tahun 1 2,6 11 20 tahun 3 7,9 12 3 tahun 5 13,2 13 27 tahun 1 2,6 14 25 tahun 1 2,6 15 7 tahun 2 5,3 16 14 tahun 1 2,6 17 70 tahun 1 2,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
18 25 tahun 1 2,6 Total 38 100
J. Masalah yang dihadapi dalam melakukan pengenalan penyakit asma : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 tidak ada, sudah tahu dengan pasti bila napasnya mulai sesak
akan terserang asma 1 2,6 2 tidak ada, karena langsung di bawa ke RS 2 5,3 3 tidak ada 29 76,3 4 tidak ngerti asma atau mungkin penyakit paru-paru lain 2 5,3 5 tidak mengerti apakahh sesak pasti asma, atau bisa penyakit
jantung pula. 1 2,6 6 bingung, sebenarnya asma / TBC/ batuk rejan 1 2,6 7 tidak bisa membedakan asma dengan penyakit lain 1 2,6 8 bingung batuk tidak sembuh-sembuh 1 2,6
Total 38 100 K. Saat asma kambuh lagi, cara mengenalinya sebagai asma : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 karena tanda dan gejalanya sama seperti saat pertama kali
muncul 37 97,4 2 bila batuk lebih dari 2 hari tidak sembuh 1 2,6
Total 38 100 L. Bagaimana cara mengenali asma telah membaik : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 bila bisa bernapas dengan normal, sesak dan batuknya hilang 4 10,5 2 napasnya tidak tersengal-sengal, sudah bisa jalan dengan
normal dan bisa merokok lagi 2 5,3 3 tidak batuk, napasnya tidak sesak dan bibirnya tidak biru lagi 1 2,6 4 bisa bernapas lega dan bekerja lagi 3 7,9 5 bila tidak batuk lagi 2 5,3 6 napasnya lega dan bisa tidur 5 13,2 7 bisa bernapas normal 6 15,8 8 jarang kambuh 5 13,2 9 bisa bermain lagi dan tidak batuk 1 2,6 10 bisa bangun dan sering berjemur 1 2,6 11 kondisi tubuh baik, napasnya lancar, mukanya berseri-seri 1 2,6 12 bila tidak gatal lagi 1 2,6 13 napas tidak bersuara dan tidak batuk, bisa jalan normal 2 5,3 14 menghirup udara terasa nyaman, dada terasa lega 1 2,6 15 segar, batuk berkurang, makan enak dan bisa tidur 2 5,3 16 tes uji lari, kalo lari 3 kali kuat berlari berarti sembuh 1 2,6
Total 38 100 M. Mendapat informasi mengenai penyakit asma : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 dari TV, koran, majalah, orang tua dan dokter 1 2,6 2 saudara yang juga asma 2 5,3 3 majalah 1 2,6 4 puskesmas 2 5,3 5 bidan 3 7,9 6 dokter 12 31,6 7 TV dan dokter 2 5,3 8 dokter, saudara 1 2,6 9 baca leaflet, dokter 1 2,6 10 artikel, TV, buku tentang penyakit asma, teman 1 2,6 11 ustat, teman 1 2,6 12 tetangga, baca buku, majalah, dokter, orang tua 2 5,3 13 baca buku kesehatan, puskesmas 3 7,9 14 dokter, teman, saudara 1 2,6 15 teman dan dokter 1 2,6 16 teman 1 2,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
17 dokter, buku, ceramah kesehatan, TV, koran 1 2,6 18 teman, orang tua 1 2,6 19 artikel 1 2,6
Total 38 100
KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT ASMA
A. Apabila asma ibu atau keluarga kambuh lagi, hal apa yang pertama kali/ pertolongan apa yang ibu berikan ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 kerikan dulu, pijat-pijat supaya napasnya longgar, lalu pakai
ventolin 1 2,6 2 kerikan dulu, pijat punggungnya lalu minum obat 2 5,3 3 langsung minum profilas 1 2,6 4 gosok minyak kayu putih, minum laserin 2 5,3 5 langsung minum komix 1 2,6 6 langsung minum obat asma 23 60,5 7 pakai jamu Cina 1 2,6 8 langsung minum interistin (obat anti alergi) 1 2,6 9 diberi obat gosok, biar hangat 1 2,6 10 langsung minum OBH 1 2,6 11 minum air hangat, lalu beli obat. 1 2,6 12 minum jamu asma 1 2,6
Total 38 100 B. Bila ibu tidak berobat ke dokter, maka untuk mengobati asma, apa yang ibu lakukan? bila menggunakan obat, obat apa, tradisional / obat modern ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 menggunakan ventolin inhaler (salbutamol) 3 7,9 2 menggunakan salbutamol dan 3 hari sekali minum kencur dan
makan sate kuda 2 5,3 3 untuk mencegah pakai profilas, serangan pake ventolin 2 5,3 4 minum laserin 2 5,3 5 komix atau vick formula 44 1 2,6 6 pakai jamu Cina 1 2,6 7 minum napacin, dulu efedrin, tapi tidak cocok, jeruk dan telur
dikocok tambah air panas. 1 2,6 8 profilas, mucos 1 2,6 9 minum napacin 7 18,4 10 budesonide (daun sirih + randu, tapi anak saya sekarang tidak
mau) 1 2,6 11 asma solon 1 2,6 12 ventolin, napacin, makan tokek, kelelawar, cecak, dikasi
jahe, dipanasi badannya 1 2,6 13 interistin, joodkali untuk pembersih darah, menghilangkan
gatal- gatal, makan kencur untuk mengencerkan dahak dan menghangatkan tenggorokan 1 2,6
14 obat modern, lupa namanya 1 2,6 15 jamu beras kencur, OBH Combi plus 1 2,6 16 bricasma, pulmicort, ventolin (sekarang pakai bricasma) 1 2,6 17 jamu nomor 7 bintang mas 1 2,6 18 tidak tahu namanya 1 2,6 19 napacin dan jamu nomor 7 bintang mas 1 2,6 20 ephedrine 1 2,6 21 lupa nama obatnya, pakai rebusan daun sirih+jeruk
nipis+mahkota dewa 1 2,6 22 napacin, alleron 1 2,6 23 aminofilin, bricasma, ciprofloksasin,ventolin, atrovent 1 2,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
24 napacin dan buah merah 1 2,6 25 obat modern, lupa namanya, jamu serbuk tradisional 1 2,6 26 alupent, jeruk + madu 1 2,6
Total 38 100 C. Bila ibu membeli obat sendiri, hal apakah yang ibu perhatikan dan menjadi pertimbangan dalam memilih obat ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 cocok, praktis, dan bisa langsung digunakan 1 2,6 2 khasiatnya 6 15,8 3 cocok 23 60,5 4 yang mudah dan bisa cepat sembuh 1 2,6 5 murah 1 2,6 6 harga murah dan cocok 3 7,9 7 saran dokter 2 5,3 8 indikasi, isi, efek samping, kontraindikasi 1 2,6
Total 38 100 D. Apakah ibu atau anggota keluarga ibu menderita penyakit lain.(bila menderita penyakit lain, obat apa yang sedang digunakan, apa efek sampingnya)? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 tidak ada 20 52,6 2 kolesterol, matanya merah seperti katarak 2 5,3 3 hipertensi (pakai timun, seledri, pace), maag (promag =
hidrotalsit 200 mg, Mg hidroksida 15 mg, simetikon, neosanmaag = Mg hidroksida 300 mg, Al hidroksida koloidal 300 mg, dimetikon aktif 60 mg) 1 2,6
4 pusing = neuralgin ( metampiron 500 mg, tiamisina HCl 50 mg,piridoksina HCl 10 mg, sianokobalami 10 mcg, trimetilxantina 50 mg) 1 2,6
5 penyakit kulit 1 2,6 6 alergi kulit, kalo makan ikan 1 2,6 7 hepatitis 12 tahun yang lalu, minum temu lawak 1 2,6 8 sakit maag, sakit batu ginjal 1 2,6 9 darah tinggi, TBC 1 2,6 10 gatal – gatal 2 5,3 11 hipertensi, asam urat 1 2,6 12 stroke saraf ringan 1 2,6 13 hipotensi 1 2,6 14 demam (primadex= trimetropim 40 mg, sulfametaksasol 200
mg sirup 5 ml) 1 2,6 15 hipertensi, stroke, kencing batu (captopril, neurodex = Vit B1
mononitrat 100 mg, vit B6 200 mg, vit B12 250 mcg) 1 2,6 16 demam = parasetamol 1 2,6 batu ginjal 1 2,6
Total 38 100 E. Darimana ibu memperoleh informasi mengenai obat asma ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 bidan 2 5,3 2 bulu Toga 2 5,3 3 dokter 18 47,4 4 coba – coba 1 2,6 5 dari saudara 1 2,6 6 teman 4 10,5 7 tetangga, iklan TV 1 2,6 8 iklan TV 1 2,6 9 baca brosurnya 1 2,6 10 TV dan dokter 1 2,6 11 majalah, baca brosur 1 2,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
12 tetangga dan dokter 1 2,6 13 tetangga 2 5,3 14 dokter, buku 2 5,3
Total 38 100 F. Informasi yang seharusnya diberikan bila belum jelas : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Efek samping obat, dosis, harga, cara pakai, kandungan obat
serta khasiatnya 1 2,6 2 informasi mengenai buktinya 2 5,3 3 sudah jelas 30 78,9 4 kontraindikasi 1 2,6 5 efek samping 1 2,6 6 pantangan, gejala, tindakan, dosis, isi obat, khasiat, efek
samping, kontraindikasi 1 2,6 7 kejelasan pemakaian obat dan khasiatnya 1 2,6 8 ingin tahu segala sesuatu tentang asma 1 2,6
Total 38 100 G. Merk obat yang sering digunakan : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Dulu napacin (teofilin dan efedrin) dan asmasolon (efedrina
HCl 12,5 mg, teofilina 130 mg, klorfeniramina maleat 2 mg ), karena belum sembuh, lalu ke dokter dikasi ventolin, dan cocok, lalu digunakan sampai sekarang. 1 2,6
2 Salbutamol, karena cocok 2 5,3 3 Ventolin inhaler, Profilas (ketotifen sebagai hidrogen fumarat 1
mg/ tablet) 2 5,3 4 laserin 2 5,3 5 Komix (dektrometorfan HBr 15 mg, klorfeniramin maleat 2 mg,
amonium klorida 100 mg ), vick formula 44 (dektrometorfan HBr 5 mg, doksilamina suksinat 3 mg) 1 2,6
6 Ventolin 1 2,6 7 Jamu Cina (radix platycodi, glycyrrhizae, bulbus fritllarie,
calculus bovis, fructus schizandrae, radix polygalae) 3 pil sekali minum bila kambuh saja. 1 2,6
8 Napacin (teofilin 130 mg dan efedrin 25 mg) 8 21,1 9 Profilas (ketotifen sebagai hidrogen fumarat 1 mg/ tablet),
Mucos (ambroxol 15 mg/ 5 ml) 1 2,6 10 Pulmicort (budesonide 100 mcg/isap turbuhaler) 1 2,6 11 Profilas, ventolin (Salbutamol sulfat 2 mg), lasal (Salbutamol
sulfat 2 mg) 1 2,6 12 Asma solon ( efedrina –HCl 12,5 mg, teofilina 130 mg,
klorfeniramina maleat 2 mg ) , coba – coba 1 2,6 13 ventolin, napacin 1 2,6 14 interhistin (mebhidrolina napadisilat 50 mg/tablet) 1 2,6 15 lupa 4 10,5 16 OBH combi plus 1 2,6 17 Bricasma (terbutalin sulfat 2,5 mg / ml) 21 1 2,6 18 tidak tahu namanya 23 1 2,6 19 napacin dan jamu nomor 7 bintang mas 24 1 2,6 20 ephedrin 28 1 2,6 21 alleron (klorfeniramina maleat 4 mg/kaplet), picameth 1 2,6 22 aminofilin, atrovent (ipatropium bromida 0,02 mg), bricasma,
ventolin, berotec (fenoterol HBr 1,0 mg /ml) 31 1 2,6 23 dulu napacin, sekarang asmadex (teofilina anhidrat 130 mg,
efedrina HCl 10 mg), bricasma (terbutalin sulfat 2,5 mg / tablet) 1 2,6
24 alupent (metaproterenol 0,75 mg/ dosis semprot) 1 2,6 25 ventolin semprot 1 2,6
Total 38 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
H. Yang di ketahui tentang obat : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 khasiat dan cara pakai 2 5,3 2 khasiat, cara pakai, aturan pakai, efek samping obat 4 10,5 3 khasiat dan aturan pakai 7 18,4 4 dosis, cara pakai 14 36,8 5 kandungan, dosis, cara pakai, kontraindikasi, aturan pakai 1 2,6 6 khasiat, aturan pakai, cara pakai, kontraindikasi. 3 7,9 7 khasiat, komposisi, aturan pakai, cara pakai 2 5,3 8 indikasi, aturan pakai, cara pakai. 1 2,6 9 khasiat, dosis, efek samping 1 2,6 10 efek samping, dosis, cara pakai 1 2,6 11 khasiat, aturan pakai, cara pakai, kandungan, efek samping,
kontraindikasi 2 5,3 Total 38 100
I. Dimana biasanya ibu membeli obat asma ?apa alasanya ibu membeli obat asma ditempat tersebut ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 di Apotek, karena lebih terjamin keaslianya 10 26,3 2 apotek, karena hanya ada di sana 8 21,1 3 warung, cepat 7 18,4 4 toko obat ,tempat lain tidak ada, 1 2,6 5 apotek, karena ada apotekernya jadi bisa tahu tentang obat 2 5,3 6 warung, bisa beli eceran 1 2,6 7 Warung, karena apotek jauh,jadi beli di warung karena bisa
beli OTR 2 5,3 8 apotek, sudah yakin obatnya asli, tidak kadaluarsa. 2 5,3 9 Apotek, lebih terjamin kadaluarsanya 1 2,6 10 di tempat dokter langsung di kasi obat 2 5,3 11 agen jamu, karena hanya ada di sana 1 2,6 12 BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru - Paru) 1 2,6
Total 38 100 J. Ketika ibu membeli obat ditempat tersebut, pernahkan ibu mendapat bantuan dalam memilih obat asma yang sesuai untuk ibu atau anggota keluarga dari penjual ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 tidak pernah 35 92,1 2 pernah 3 7,9
Total 38 100 K. Informasi apa saja yang diberikan ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 penggunaan, dosis, efek samping 1 2,6 2 harga, aturan pakai 1 2,6 3 dosis, aturan pakai, efek samping 1 2,6 4 tidak mendapat informasi 35 92,1
Total 38 100 L. Apakah informasi obat asma yang ibu beli sesuai dengan apa yang ibu harapkan ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 sudah 3 7,9
Total 38 100 M. Apakah ibu paham, mengenai informasi obat yang diberikan ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 paham 1 2,6 2 kadang – kadang 2 5,3
Total 38 100 N. Jika ibu tidak paham atas informasi yang diberikan, tindakan apa yang ibu lakukan ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 bila tidak paham, langsung konsultasi dengan dokter 1 2,6 2 bila tidak paham, obatnya tidak dipakai. 1 2,6 3 bertanya lagi 1 2,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Total 38 100 O. Apakah ibu membeli obat asma dalam kemasan utuh ? apakah ibu membaca label yang ada pada obat tersebut? Apa saja yang di baca ? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 ya, utuh. Yang di baca khasiat, dosis, cara pakai, komposisi 1 2,6 2 ya, utuh. Yang di baca khasiat, dosis, cara pakai,
kontraindikasi, efek samping 5 13,2 3 ya, utuh. Yang di baca indikasi, aturan pakai 4 10,5 4 ya utuh. Tidak pernah baca 3 7,9 5 ya utuh. Baca semuanya 10 26,3 6 ya, utuh. Yang di baca indikasi dan isinya 1 2,6 7 tidak 8 21,1 8 Ya, utuh, tapi tidak ada brosurnya 1 2,6 9 ya, utuh, kandungan, indikasi, aturan pakai, efek samping. 1 2,6 10 tidak, karena tidak ada kemasannya 1 2,6 11 ya, utuh. Yang di baca dosis , efek samping 2 5,3 12 ya, utuh. Yang di baca efek samping, kadaluarsa 1 2,6
Total 38 100 P. Sepanjang pengalaman : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 sudah 34 89,5 2 belum, karena sering kambuh 4 10,5
Total 38 100 Q. Batasan kapan harus segera ke dokter dan kapan bisa ditangani sendiri : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 bila sesaknya sudah 1 minggu tidak sembuh, walaupun sudah
minum obat, harus segera di bawa ke dokter, bila baru mulai sesak masih bisa ditangani sendiri 1 2,6
2 bila napasnya sudah berat sekali baru mau di ajak ke dokter 2 5,3 3 bila napasnya sudah sesak sekali di bawa ke dokter, bila
hanya batuk saja, di obati sendiri 8 21,1 4 bila sudah minum obat dan belum sembuh, harus segera ke
dokter 17 44,7 5 kalo 1 hari tidak sembuh langsung bawa ke dokter 2 5,3 6 kalo 3 hari tidak sembuh langsung dibawa ke dokter 3 7,9 7 sudah tidak bisa bangun di bawa kedokter, kalo masih bisa
jalan di obat sendiri 1 2,6 8 bila napasnya sampai bunyi harus segera dibawa ke dokter,
karena kalo sudah bunyi untuk napas sakit sekali. 3 7,9 9 bila terlalu sulit bernapas, batuk, pilek,harus segera di bawa
ke dokter 1 2,6 Total 38 100
R. Bila belum sembuh walaupun sudah minum obat : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 langsung di bawa ke dokter 30 78,9 2 hanya duduk diam, sambil mengatur napas, karena tidak mau
ke dokter 2 5,3 3 puskesmas 2 5,3 4 ke bidan 2 5,3 5 berdoa dan mencari pengobatan medis yang lebih baik 1 2,6 6 BP4 1 2,6
Total 38 100 S. Cara penyimpanan obat di rumah : No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 disimpan di tempat kering, bila sudah kadaluarsa baru dibuang 1 2,6 2 disimpan dalam tas dan disendirikan 3 7,9 3 disimpan di lemari, dicampur, tetapi dikelompokkan 1 2,6 4 tidak menyimpan 6 15,8 5 disimpan di dekat tempat tidur 6 15,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
6 disendirikan dalam lemari 9 23,7 7 napacin di simpan di lemari es supaya lebih bersih, sekarang
ditoples, dicampur obat lain. 1 2,6 8 dikotak obat, dicampur dengan obat lain, tapi diplastik sendiri 1 2,6 9 di tempat kering dan dalam laci, dijadikan Satu 1 2,6 10 disimpan dalam plastik dicampur dengan obat lain 1 2,6 11 disimpan di tempat kering 2 5,3 12 ditempat yang tidak kena cahaya matahari dan tertutup 2 5,3 13 di dalam plastik khusus 1 2,6 14 simpan di tempat kering dan sejuk 1 2,6 15 jauhkan dari sinar matahari dan jangkauan anak-anak ,
disendirikan 2 5,3 Total 38 100
No Informasi yang ingin diketahui Jumlah Persentase (%) 1 Efek samping, khasiat, keamanan, kontraindikasi 1 2,6 2 Efek samping, khasiat, cara pakai, aturan pakai,
kontraindikasi 3 7,9 3 Efek samping, khasiat, keamanan 1 2,6 4 Khasiat 5 13,2 5 Efek samping dan khasiat 8 21,1 6 Efek samping, khasiat, dosis, cara pakai 2 5,3 7 Efek samping, khasiat, cara pakai, aturan pakai,
kontraindikasi, komposisi, tanggal kadaluarsa, cara penyimpanan 2 5,3
8 Efek samping dan dosis 3 7,9 9 Komposisi, khasiat, dosis, lama pemakaian 1 2,6
10 Khasiat dan dosis 2 5,3 11 Khasiat, aturan pakai, komposisi 2 5,3 12 Khasiat, dosis, kandungan, efek samping, kontraindikasi. 1 2,6 13 Cara pakai, dosis, pantangan 1 2,6 14 Dosis, khasiat, komposisi 1 2,6 15 Cara pakai, penyimpanan 1 2,6 16 Memahami penyakit dulu 1 2,6 17 Aturan pakai, cara pakai 1 2,6 18 Khasiat, komposisi, efek samping 1 2,6 19 Indikasi, dosis, kadaluarsa 1 2,6
Total 38 100,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Limdrawati. Penulis lahir
di kota Ketapang, provinsi Kalimantan Barat, pada
tanggal 3 November 1986 sebagai anak pertama
dari lima bersaudara, anak dari pasangan Sumitro
(Lim Tau Hie) dan Julita (Ciu Ui Huan). Penulis
telah menyelesaikan pendidikan di TK Persit
Ketapang (1990-1992), SD Pangudi Luhur USABA
I Ketapang pada tahun 1992-1998, SLTP Pangudi Luhur St. Albertus Ketapang
(1998-2001) dan SMU Santo Yohanes Ketapang (2001-2004). Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2004. Selama menempuh pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis mempunyai
pengalaman sebagai asisten untuk praktikum Patologi Klinik pada periode
2007/2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI