Upload
drs-h-hendri-hasnam-mm
View
133
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pledoi Terdakwa Hendri dalam Kasus Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat TA 2010 pada PN Tipikor Padang, Sumatera Barat, .
Citation preview
0
NOTA PEMBELAAN
(PLEDOI)
Drs. H. H E N D R I, MM.
Pembunuhan Karakter Secara Sistematis dan Konstitusional
Dengan Metode Imajiner Oleh JPU
Atas
Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Kejaksaan Negeri Simpang Empat Pasaman Barat
Dalam Perkara Pidana Nomor : 01/Pid.Sus-TPK/201D.PN.Pdg
Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang
Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Padang
12 Mai 2015
1
Assalamualaikum Wr. Wr.
Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim,
Yang Terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang Terhormat Penasihat Hukum,
Para hadirin-hadirat dan para wartawan yang saya hormati.
Hari ini adalah saat bersejarah bagi saya karena akan membacakan Nota Pembelaan (Pledoi)
pribadi selaku Terdakwa dipersidangan ini, setelah saya ditahan selama 190 hari. Karena itulah
saya mengucapkan terima kasih kepada Ketua Majelis Hakim yang berkenan memberikan
kesempatan kepada saya untuk menyampaikan Nota Pembelaan pada persidangan yang
terhormat ini. Terima kasih juga saya sampaikan atas jalannya persidangan yang baik, sungguh-
sungguh, terbuka, bebas dan berhasil membuka fakta-fakta penting terkait dengan kasus yang
didakwakan kepada saya. Tidak keliru kalau saya menyebut persidangan ini sebagai persidangan
yang berkualitas.
Persidangan yang berkualitas tidak akan hadir tanpa kepemimpinan sidang yang berkualitas
pula. Kualitas persidangan sangat ditentukan oleh kesungguhan dan kecakapan Ketua Majelis
dan dibantu oleh para Anggota Majelis di dalam memandu dan memimpin jalannya persidangan.
Sebagaimana yang juga pernah disampaikan dalam persidangan pada tanggal 10 April 2015, oleh
Ketua Majelis, Ibu Asmar, SH. Kami semua bisa menilai dan merasakannya, demikian pula publik
yang mengikuti persidangan ini, baik yang hadir secara langsung maupun yang mengikuti lewat
pemberitaan media massa.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada Jaksa Penuntut Umum yang telah menjalankan
tugasnya secara amat meyakinkan. Saya juga menghormati kerja keras Jaksa Penuntut Umum
yang tentunya berangkat dari kepentingan obyektif, meskipun dijalankan dengan metode yang
subyektif dan pada akhirnya tidak menghormati obyektifitas yang terbentang jelas di dalam
persidangan ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Penasihat Hukum yang sabar, telaten dan gigih
mendampingi saya di dalam proses persidangan. Saya menghargai toleransi dan pengertian
Penasihat Hukum kepada saya yang berusaha belajar maksimal di dalam ikhtiar, agar terbentang
terang fakta-fakta yang sesungguhnya terkait dengan kasus yang didakwakan kepada saya.
Terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada para sahabat, baik yang hadir maupun tidak
hadir di persidangan, yang tulus memberikan doa dan simpati serta merindukan berlakunya
keadilan. Ketika Ali bin Abi Thalib ditanya tentang sahabatnya yang sangat banyak, beliau
menjawab akan menghitung jumlah sahabatnya pada saat terkena musibah.
Terima kasih juga layak disampaikan kepada rekan-rekan wartawan yang selalu mengikuti
persidangan ini, baik yang berani memberitakan secara obyektif dan berimbang, maupun yang
sudah dibekali dengan framing negatif. Tentu saja obyektifitas sangat dimuliakan dalam
kehidupan pers yang sehat dan bertanggung jawab.
Yang Mulia Majelis Hakim,
Yang Terhormat Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat Hukum,
Hadirin yang saya hormati.
2
PENDAHULUAN
Sebelum kami menyampaikan nota pembelaan dalam perkara ini, perkenankanlah kami terlebih
dahulu untuk memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan kekuatan dan Hidayah-Nya dalam usaha kita menggali dan menemukan hakekat
kebenaran dan keadilan di dalam perkara ini.
Menghadirkan Fakta Yang Benar
Jaksa Penuntut Umum selalu memulai pertanyaan kepada saksi dengan pertanyaan apakah
pernah diperiksa penyidik dan apakah menandatangani BAP, serta apakah keterangan yang
di dalam BAP itu benar. Kita semua paham bahwa keterangan yang bernilai secara hukum
adalah keterangan yang diberikan di bawah sumpah di dalam persidangan. Karena itulah
klarifikasi atas fitnah dan kebohongan di dalam BAP adalah penting di dalam persidangan ini.
Sementara itu klarifikasi untuk semakin mendalami keterangan saksi agar didapatkan
keterangan yang otentik dan sesungguhnya adalah metode yang sahih di dalam pencarian
kebenaran materiil di dalam persidangan. Mendalami dan mengklarifikasi keterangan saksi atas
materi yang sama dan sudah ditanyakan Jaksa Penuntut Umum adalah bukan untuk mengulang-
ngulang dan bertele-tele. Justru hal tersebut dilakukan untuk kontestasi yang adil dan berimbang
di dalam mendalami keterangan saksi, sehingga dapat terungkap keterangan yang lengkap dan
benar yang pada akhirnya diserahkan kepada Majelis Hakim untuk menilainya.
Justru kalau jawaban-jawaban saksi atas pertanyaan Jaksa Penuntut Umum yang sudah terarah
berdasarkan BAP dan dipilih khusus untuk menjustifikasi dakwaan tidak di dalami lebih lanjut,
maka malah berpotensi penyesatan fakta. Di dalam persidangan yang terhormat inilah
selayaknya terjadi kontestasi yang adil dan terbuka, sehingga kebenaran fakta-fakta yang otentik
dapat terungkap secara terang benderang. Keengganan untuk melakukan kontestasi dalam
bertanya kepada para saksi dari berbagai sudut klarifikasi dan penjelasan justru mengundang
pertanyaan tersendiri. Di dalam keawaman saya di bidang hukum, saya memahami persidangan
adalah arena yang adil dan terbuka untuk kontestasi fakta-fakta secara lengkap dan gamblang
sebagai jalan menemukan kebenaran materiil.
Korban Opini
Adalah rangkaian fakta yang tidak terbantahkan bahwa sejak tahun 2011, Terdakwa menjadi
korban opini yang tujuannya adalah membangun persepsi tentang kejahatan korupsi yang
dilakukan oleh Terdakwa pada kegiatan pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat.
Persepsi ini dibangun secara sistematis, dalam waktu yang panjang, dilakukan secara bertalu-
talu dan bergelombang. Bahwa seolah-olah benar Terdakwa merugikan negara ratusan juta atas
kegiatan pengadaan tersebut.
Inilah yang kemudian menjadi dasar penetapan sebagai tersangka, kemudian dikembangkan ke
segala arah pada saat penyidikan dan kemudian akhirnya dibawa ke persidangan. Dalam proses
persidangan itulah yang juga dipaksakan ke dalam dakwaan dan ujungnya ada di dalam Surat
Tuntutan sesuatu yang bukan melanggar aturan dan kewenangan dan bukan juga merugikan
negara, dipaksakan sebagai melanggar aturan dan kewenangan yang menyebabkan adanya
kerugian negara, dan dimulai dengan cara membangun opini secara sistematis.
Dalam menegakkan hukum sebagai tujuan bersama, tentulah kita sama-sama bersandar kepada
kebenaran (materiel warheid) yang terungkap dalam persidangan perkara ini, bukan hanya
3
sekedar mencari alat bukti belaka dibawah prinsip Terdakwa tidak boleh lolos dari jerat
hukum.
Kualitas Keterangan Saksi Sudirman?
Adalah kewenangan dan hak Jaksa Penuntut Umum untuk percaya kepada kesaksian Sudirman
Samin atau percaya terpaksa karena menjadi satu-satunya cara untuk berusaha membuktikan
dakwaan kepada Terdakwa. Adalah hak Sudirman Samin untuk membuat keterangan-
keterangan yang berisi fitnah, fiksi dan serangan-serangan tidak berdasar. Adalah hak Sudirman
Samin untuk memberikan keterangan di BAP dan di persidangan yang dilakukan dibawah
sumpah, yang tidak mengandung nilai kebenaran. Juga adalah hak Sudirman Samin untuk
membuat skenario dan mengarahkan, untuk memberikan keterangan bohong tentang Terdakwa.
Adalah hak Sudirman Samin untuk membuat skenario dan menjalankan persekongkolan jahat
untuk membuat Terdakwa dipaksa bersalah secara hukum. Tidak ada yang perlu dipersoalkan.
Yang menjadi masalah adalah ketika keterangan dan kesaksian Sudirman Samin otomatis
dianggap sebagai kebenaran dan dianggap berkualitas karena dia adalah mantan anggota DPRD.
Memandang seluruh kesaksian Sudirman Samin sebagai kebenaran adalah tindakan yang tidak
bisa dibenarkan.
Dalam perkara yang didakwakan kepada saya (Terdakwa) jelas sejak awal Sudirman Samin
berniat dan secara sadar menyusun serta menjalankan skenario agar saya masuk dalam pusaran
kasus hukum. Niat jahat yang kemudian dijalankan inilah yang seharusnya dipertimbangkan di
dalam menilai keterangan dan kesaksian Sudirman Samin, baik yang dituangkan di dalam BAP
maupun yang disampaikan di depan persidangan.
Apakah keterangan saksi yang sejak awal punya rencana untuk mencelakakan secara hukum dan
kemudian rela untuk menjadi Pinokio demi memenuhi kemarahan dan dendamnya, atau demi
melayani kepentingan tertentu, dapat dijadikan setara dengan sabda Nabi, atau keterangan
saksi-saksi yang jujur dan tanpa agenda tersembunyi? Akal sehat kita dan nalar keadilan hukum
mestinya menolak. Setidaknya bisa bersikap kritis dan sangat selektif dengan keterangan-
keterangannya. Menelan mentah-mentah keterangan darinya hanya bisa dilakukan oleh pihak
yang kepentingannya sama atau pihak yang tidak peduli dengan pentingnya kebenaran dan
keadilan di dalam proses hukum.
Ketentuan di dalam KUHP menyatakan bahwa dalam menilai kebenaran keterangan saksi harus
sungguh-sungguh mempertimbangkan persesuaian dengan saksi-saksi lain, persesuaian dengan
bukti lain, alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang
tertentu dan cara hidup serta kesusilaan saksi, serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu untuk dipercaya.
Di dalam hadits yang diriwayatkan Abu Dawud disebutkan tidak boleh menjadi saksi laki-laki
dan perempuan yang khianat. Juga tidak boleh menjadi saksi orang yang menaruh dendam
terhadap saudaranya.
Di dalam tradisi Fikih Islam, bahkan untuk menjadi saksi pernikahan pun, bukan urusan pidana,
harus memenuhi syarat baligh, berakal, merdeka, Islam dan adil. Kemampuan untuk adil atau
setidaknya dinilai adil adalah syarat yang penting.
Sedangkan pada Tambo Alam Minangkabau disebutkan bahwa syarat menjadi saksi adalah
bersifat arif, baligh-berakal, melihat, mendengar, berkata, terang hati dan adil, serta mempunyai
alasan untuk menjadi saksi.
4
Atas dasar itu semua kiranya bisa memperjelas bahwa menjadikan keterangan Sudirman Samin
sebagai dasar atau bahkan dasar utama untuk pembuktian dalam perkara saya (Terdakwa),
adalah kesalahan serius dalam perspektif obyektifitas, kebenaran dan keadilan. Lain halnya jika
perspektifnya untuk mencari dasar justifikasi untuk sekedar menghukum.
Adalah berlebihan, tidak berdasarkan data yang bisa dipertanggungjawabkan dan bahkan terlalu
mewah untuk mengatakan, bahwa apa yang diucapkannya itu nanti, akan
dipertanggungjawabkannya di Padang Mahsyar.
Karena itulah keterangan Sudirman Samin yang diarahkan untuk membuat keterangan tidak
benar tidaklah mempunyai nilai pembuktian yang layak. Justru jika keterangannya dijadikan
dasar atau bahkan dasar utama dalam pembuktian perkara ini, peradilan bisa tersesat dan
membelakangi spirit penegakan hukum dan keadilan. Keterangan sesat Sudirman Samin biarlah
menjadi sesat sendiri. Jangan sampai membuat kita semua tersesatkan.
Selama persidangan telah dihadirkan 26 orang saksi, yang terdiri dari saksi memberatkan, saksi
meringankan, saksi ahli yang dihadirkan JPU dan saksi ahli yang dihadirkan oleh Terdakwa dan
Penasihat Hukum. Secara rinci adalah sebagai berikut : 22 saksi memberatkan yang dihadirkan
JPU, 1 saksi ahli yang dihadirkan JPU, 2 saksi meringankan yang dihadirkan Terdakwa dan
Penasihat Hukum, serta 2 saksi ahli yang dihadirkan Terdakwa dan Penasihat Hukum.
Adalah wajar semata jika sebagian saksi yang dihadirkan JPU malah membantah dakwaan. Bukan
karena saksinya dan bukan karena JPU, melainkan karena dakwaan disusun berdasarkan -
terutama- BAP yang tidak mengandung nilai kebenaran. Keterangan para saksi di depan
persidangan yang membantah dakwaan karena apa yang diketahui, didengar, dirasakan dan
dilakukan para saksi berbeda dan bertentangan dengan dakwaan yang berasal dari imajinasi dan
cerita fiksi Sudirman Samin. Sehebat-hebatnya cerita fiksi dan secanggih-canggihnya imajinasi
akan kalah dengan realitas yang senyatanya.
Yang Mulia Majelis Hakim,
Yang Terhormat Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat Hukum,
Hadirin yang saya hormati.
Saya mohon maaf kepada Majelis Hakim, kalau saya terpaksa menyampaikan, bahwa mungkin
bagi Majelis Hakim, ini adalah persidangan perdana bagi majelis yang menyidangkan perkara
yang imajiner. Kenapa saya katakan imajiner ?
Yang pertama, karena sejak dari awal persidangan, kita digiring oleh JPU dengan perbuatan
yang menyalahi peraturan imajiner, perbuatan yang tidak termasuk kedalam ranah yang diatur
oleh Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Yang kedua, kita juga digiring dengan imajinasi saksi mantan anggota DPRD, yang juga
merupakan saksi pelapor dalam kasus ini, yang menginginkan mobil Bupatinya adalah sama
dengan mobilnya sendiri, yaitu Toyota Fortuner. Sementara seluruh dokumen yang ditampilkan,
mulai dari notulen rapat Banggar dan TAPD, Laporan Banggar DPRD Kab. Pasaman Barat, RKA P
Bagian Umum TA 2010, DPPA Bagian Umum TA 2010, sampai kepada Laporan Keterangan
Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Pasaman Barat Tahun 2010 yang disampaikan dalam
5
Paripurna DPRD pada bulan April 2011, tidak ada satupun yang mencantumkan dan
menyebutkan mengenai mobil Toyota Fortuner ini. Bahkan ketika ceritanya ini diadu dengan
aturan main mekanisme penyusunan APBD seperti yang diatur didalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
kebohongannya ini menjadi semakin terkuak, modusnya untuk menjadi makelar dan mencari
keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD Pasaman Barat terbuka secara jelas. Dan
ini memang fenomena yang sangat kental terjadi di Pasaman Barat sampai pada tahun 2010,
dimana anggota DPRD memiliki power yang sangat kuat dalam menentukan anggaran pada
SKPD, bargaining-bargaining dalam kamar kecil dilakukan. Dan ini dimanfaatkan mereka untuk
mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak terpuji. Pemerasan terhadap SKPD. Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
mengatur bahwa, kewenangan DPRD dalam penyusunan RAPBD, hanyalah sampai kepada
rincian JENIS BELANJA. Dan jenis belanja itu hanya mengatur 3 (tiga) hal, yaitu : Belanja
Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal. Penjelasan ini, juga telah disampaikan
oleh Ahli Dr. Sumule dari Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI,
dalam persidangan pada hari Jumat tanggal 17 April 2015. Dan Permendagri ini dibuat oleh
Kemendagri, memang untuk mengantisipasi kenakalan-kenakalan anggota DPRD sehingga tidak
bisa masuk kedalam domainnya Eksekutif, yang menciptakan peluang-peluang KKN. Sementara
dalam belanja kegiatan pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat, itu hanyalah
perubahan volume, yang merupakan bagian yang lebih kecil lagi dari perubahan rincian ojek
belanja. Sehingga jangankan harus melalui perubahan Perda tentang APBD yang harus melalui
persetujuan DPRD, persetujuan PPKAD saja pun tidak dibutuhkan. Karena itu sudah berada
didalam kewenangan operasional Pengguna Anggaran, yang nantinya akan dipertanggung
jawabkan menjadi SILPA yang disampaikan dalam Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban
(LKPJ) Bupati Pasaman Barat. Nah, Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, memang hanya mengatur sampai kepada perubahan rincian
objek belanja dalam objek belanja berkenaan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 160 ayat
(2), sementara untuk perubahan realisasi volume, itu merupakan rincian yang lebih detail dari
perubahan rincian objek belanja dalam objek belanja berkenaan, yang tidak termasuk diatur di
dalam Pasal 160 ayat (2) tersebut.
Satu-satunya data yang bisa kita telusuri dari imajinasinya tersebut adalah mengenai harga
mobil Toyota Fortuner pada tahun 2010 tersebut. Tetapi ini malah membuka kedok rencana
mark up dan makelar anggota DPRD tersebut, karena harga mobil yang mereka usulkan
dimasukkan kedalam anggaran Bagian Umum tersebut, dua kali lipat dari harga price list yang
dikeluarkan oleh Toyota sendiri. Ini dibungkusnya dengan alasan, pajak dan keuntungan
perusahaan. Padahal untuk pengadaan kendaraan bermotor yang telah memiliki price list dari
ATPM, memang harga yang tercantum di dalam price list tersebutlah yang menjadi harga
kontrak. Karena di dalam harga price list, itu sudah memasukkan komponen biaya pajak dan
keuntungan perusahaan. Hal ini mengingatkan kita kepada permasalahan pengadaan UPS di DKI
Jakarta yang juga melibatkan anggota DPRD nya. Apakah karena tidak jadi mendapatkan proyek
dan keuntungan ini sebagai salah satu yang menyebabkan mereka meradang ? Wallahualam....
Karena secara politik, Saksi tersebut memang berlawanan secara frontal dengan Bupati Pasaman
Barat, yang berujung dengan pemecatannya sebagai anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat
dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan pada tahun 2014, yang secara kebetulan juga diketuai
oleh Bupati Pasaman Barat. Hal ini hanyalah perulangan dari pemecatan serupa yang
diterimanya pada waktu menjadi anggota DPRD Kabupaten Pasaman dari Fraksi Golkar pada
tahun 2005. Tapi biarkanlah karakter saksi yang seperti itu. Saksi yang sesat itu biarkanlah sesat,
6
asalkan jangan sampai kita pula yang disesatkannya dan dibuat sesat dengan kesaksian-
kesaksian palsunya tersebut.
Yang ketiga, kita juga digiring dengan upaya dari Jaksa Penuntut Umum untuk menghadirkan
bukti utamanya dalam hal kerugian negara, dengan menghadirkan saksi ahli dari BPKP
Perwakilan Provinsi Sumatera Barat. Setelah saksi membahas bermacam undang-undang yang
mengatur tentang keuangan negara, mulai dari UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tipikor, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, PP, Kepres, Permendagri, dan Kepmendagri, serta aturan-aturan iternal
BPKP itu sendiri, kemudian dengan santainya saksi ahli Sdr. Afrizal dari BPKP Perwakilan
Propinsi Sumatera Barat, menyampaikan didepan persidangan dibawah sumpah, menjawab
pertanyaan Majelis Hakim, bahwa dasar hukum ahli menghitung kerugian negaranya sehingga
didapat angka Rp. 276.887.273,- tidak ada sama sekali. Ini hanya menurut perhitungan
saya. Inilah menurut saya angka yang realistis. Kalau berapa angka pastinya kerugian
negara, silahkan Majelis Hakim yang menghitungnya. Entah kemana lagi segerobak
peraturan yang dibacanya sebelumnya diletakkannya ketika orang yang disebut ahli ini
melakukan penghitungan uang. Due Process of Law. Saya cukup terharu pada waktu Majelis
Hakim, Hakim Anggota 1, Bapak Fahmiron, mencecar saksi tersebut dengan pertanyaan-
pertanyaan sampai membuat ahli tersebut manggaretek menggigil.
Yang keempat, kita juga disuruh Jaksa Penuntut Umum untuk berimajinasi, dengan
menghadirkan saksi fakta dari Importir Umum dan showroom kendaraan Toyota Prado ini.
Tidak tanggung-tanggung, saksi ini dihadirkan dari Jakarta, setelah sebelumnya Jaksa Penyidik
mendatangi mereka kesana, katanya. Di dalam persidangan dibawah sumpah, ternyata saksi
yang dihadirkan ini adalah orang yang sama sekali tidak mengetahui mengenai kendaraan yang
sedang diperiksa perkaranya. Berkali-kali mereka menyatakan, bahwa kalau mengenai
kendaraan, apalagi spesifikasinya, saya tidak tahu pak. Kami adalah accounting perusahaan.
Ruang kerja kami terpisah tersendiri. Terhadap keterangan mereka yang sudah seperti itu, Jaksa
Penuntut Umum tetap mencecar mereka dengan pertanyaan-pertanyaan seputar masalah
spesifikasi kendaraan. Tentu saja akhirnya jawaban saksi adalah mengacu kepada dokumen yang
ada pada mereka, yang sudah merupakan dokumen bawaan semenjak kendaraan tersebut di
import dari Jepang. Apakah menghadirkan saksi yang tidak mengerti sama sekali dengan dunia
otomotif selain dunia accounting mereka, juga disengaja oleh JPU ? Kenapa tidak dipastikan
dihadiri dan diperiksa dari orang yang mengerti tentang dunia otomotif CBU ? Bukankah Jaksa
penyidik sudah langsung pergi ke showroom mereka ? Akan kabur dakwaan mereka jika yang
hadir adalah orang teknik ?
Yang kelima, semenjak awal persidangan, kita juga digiring oleh Jaksa Penuntut Umum dengan
imajinasi JPU tentang rantai perdagangan kendaraan ini. Padahal sama halnya dengan apa yang
kita lakukan sebagai seorang pribadi di rumah kita apabila kita membeli sebuah barang di toko,
katakanlah telivisi atau bahkan mobil sekalipun. Kita hanya akan berhubungan dengan orang
atau toko tempat kita membeli barang tersebut. Jangan pernah kita mencoba menanyakan
kepada pemilik toko atau pedagang tersebut, berapa sih sebenarnya televisi ini harganya bapak
beli ? Dimana atau darimana televisi ini bapak beli sebelum bapak jual kepada saya ? Sampai
kemudian akhirnya kita sampai kepada Importir Umum yang memasukkan barang tersebut dari
Luar Negeri ke Indonesia. Tidak akan pernah bisa kita mendapatkannya Yang Mulia, apalagi
sampai ke faktur-faktur pembelian atau penjualannya. Nah, demikian jugalah dengan Pengadaan
Barang dan Jasa untuk pemerintah yang diatur pedoman pengadaannya dalam Kepres No. 80
Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Panitia Pengadaan, PPTK,
KPA, PA bahkan Bupati sendiripun tidak akan bisa untuk meminta kepada rekanan, berapa seh
7
sebenarnya modal pembelian saudara ? Coba berikan faktur pembeliannya kepada saya. Tidak
akan bisa Yang Mulia, minimal itu jawaban yang akan kita terima, kalaupun kita tidak akan kena
usir oleh mereka. Bahkan itu TIDAK BOLEH. Disamping itu tidak boleh, yang namanya surat-
surat kendaraan, itu kita terima adalah beberapa bulan setelah kita selesai Proses Pengadaan
Barang dan Jasa tersebut. Beberapa bulan setelah mobil itu datang. Dan itu memang berbunyi
didalam kontrak pengadaan kita. Karena memang proses untuk penerbitan surat-surat
kendaraan tersebut membutuhkan waktu dan diproses oleh banyak instansi pemerintah lainnya.
Jadi adalah tidak akan mungkin dan sangat imajinatif, kalau kepada kami insan pengadaan
barang dan jasa pemerintah pada waktu itu dan sampai saat ini, dituntut untuk melakukan
konfirmasi harga sampai ke tingkat importir umum, sementara kita belum mengetahui apa nama
perusahaan importir umum kendaraan tersebut pada waktu proses pengadaan tersebut
dilaksanakan. Nama Importir Umum kendaraan tersebut, baru ada tertulis beserta alamatnya,
adalah pada buku BPKB kendaraan yang kita terima beberapa bulan setelah kendaraan tersebut
diperiksa dan diterima oleh Pemda Pasaman Barat.
Untuk memperkuat dan menjustifikasi dakwaan JPU bahwa rantai perdagangan kendaraan ini
terlalu panjang, dan mestinya bisa dihemat dengan membeli langsung kepada importir umum,
maka di kejarlah Importir Umum dan rekanan dengan pertanyaan-pertanyaan, PT ini membeli
dari PT mana, PT ini membeli seharga berapa. Kemudian menjualnya ke PT mana dan dengan
harga berapa. Suatu pertanyaan yang tidak beralasan dan hanya bisa dipertanyakan oleh orang-
orang yang sangat bodoh yang memang tidak pernah sama sekali membeli sebuah barang dalam
sebuah Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah untuk kantornya, karena selama ini hanya
terbuai dengan meminta kepada Pemerintah Daerah dan tahu ada saja. Dan memang pada
kenyataannya, tidak seorangpun dari Penyidik dan JPU yang terlibat dalam kasus pengadaan
barang dan jasa pemerintah ini yang mempunyai pengalaman, apalagi keahlian dan memiliki
sertifikasi sebagai Ahli Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang dikeluarkan oleh Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah RI, walaupun telah beberapa kali mengikuti
ujian ini untuk kantor Kejaksaan Negeri Simpang Empat. Tetapi selalu gagal. Tidak lulus. Hal ini
sangat mudah sekali kita lacak dari database Ahli Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang
memiliki sertifikat pada website LKPP RI. Kalau Majelis Hakim Yang Mulia berkenan untuk
masuk ke website tersebut,
http://logbook.lkpp.go.id/logbook2/index.php?hlmn=detailprop059 insyaallah Yang Mulia
akan menemukan nama saya dan nama saudara atau putra atau putri yang Mulia yang memiliki
sertifikat tersebut.
Yang ke Enam. Tiba-tiba muncul nama Sakirman di halaman 57 Surat Tuntutan Jaksa, sebagai
seorang saksi di bawah sumpah di persidangan dan memberikan keterangan-keterangan. Saya
sampai harus lama membayangkan bagaimana sosok Sakirman berdiri membaca sumpah yang
dipandu oleh salah seorang Majelis Hakim. Dan saya juga berulang-ulang membuka catatan
persidangan saya, termasuk memutar rekaman persidangan, untuk mencari nama Sakirman.
Ternyata tidak ada. Dan memang Sakirman tidak pernah hadir di acara persidangan sama halnya
dengan saksi Yulisman. Sakirman yang dibuat JPU pada halaman 57 Surat Tuntutannya adalah
sosok Imajiner yang tidak pernah kita nampak kehadirannya di ruang persidangan ini. JPU, selera
humor imajiner anda memang cukup tinggi.
Tapi apapun itu nama dan bentuk imajinasi Jaksa Penuntut Umum. Biarlah dia menjadi imajinasi
JPU saja. Jangan sampai persidangan kita yang terhormat dan mulia ini, juga menjadi imajiner
sehingga keputusan Majelis Hakim nantinya juga akan menjadi imajiner. Tinggallah saya sendiri
yang berada pada dunia nyata di dalam penjara yang tidak bisa diimajinerkan juga. Sehebat-
8
hebatnya cerita fiksi dan secanggih-canggihnya imajinasi akan kalah dengan realitas yang
senyatanya.
I. TERHADAP DAKWAAN DAN TUNTUTAN DARI JPU
Primair :
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana pasal 2 ayat (1) jo pasal 18 ayat (1)
huruf b, ayat (2), ayat (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah di ubah dan
ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Subsidair :
Perbuatan Terdakwa Drs. Hendri, MM. sebagaimana diatur dan diancam pidana pasal 3 jo pasal 18
ayat (1) huruf b, ayat (2), ayat (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah di
ubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
Dari dakwaan yang dituduhkan kepada Terdakwa, Terdakwa menyangkal secara keseluruhan dan itu
akan Terdakwa rangkum sebagai berikut :
1. Pada Hal 2 alinea ke-2 baris ke-12 s/d 15
Pada tanggal 16 oktober 2010 direktur CV. Makna Motor Sdr. Arifin Argosurio melalui surat
menawarkan kepada Terdakwa selaku KPA berupa kendaraan mobil dinas Toyota Prado 2.7 TX
seharga Rp. 875.000.000,- (delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah) dan Toyota Prado 2.7 TX-L
seharga Rp. 923.000.000,- (sembilan ratus dua puluh tiga juta rupiah)
Disini Jaksa menghilangkan data dan fakta bahwa surat penawaran yang masuk kepada Pemda
Pasaman Barat bukan hanya 1 (satu) dari CV. Makna Motor saja tetapi juga dari PT. Intercom
Mobilindo Padang, Auto 2000 Padang berupa price list harga kendaraan Toyota pada kondisi
bulan September 2010 untuk wilayah Sumatera Barat, Terminal Motor Jakarta, Suci Motor Jakarta
dan Anton Cars Jakarta. Semua surat penawaran ini sudah ada dan diketahui oleh Jaksa
sebagaimana seluruh dokumen-dokumen administrasi telah kami serahkan kepada jaksa pada
saat permintaan keterangan di tingkat penyelidikan, sama halnya dengan seluruh dokumen yang
kami serahkan kepada Auditor dari BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Barat. Hal ini sengaja
dilakukan oleh JPU untuk menjustifikasi dakwaannya seolah-olah pengadaan kendaraan dinas ini
direkayasa dari awal untuk Sdr. Arifin Argosurio Direktur CV. Makna Motor.
Berikut kami lampirkan surat-surat penawaran dimaksud yaitu dari CV. Makna Motor Padang, PT.
Intercom Mobilindo Padang, Auto 200 Padang, Terminal Motor Jakarta, Suci Motor Jakarta dan
Anton Cars Jakarta
2. Pada Hal 2 alinena ke-3 Baris 1-2
Setelah selesai melaksanakan survey, Terdakwa membuat dan menandatangani sendiri surat
telaahan staf tertanggal 18 Oktober 2010
Ini adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin terjadi di dalam suatu Organisasi Birokrasi
Pemerintahan, seorang Kepala Bagian yang berada pada eselon III.a membuat suratnya sendiri.
Tetapi pasti dibuat secara hierarkis oleh stafnya. Hal ini contohnya sama saja dengan Surat
Perintah Penahanan atas nama saya sendiri yang ditandatangani oleh Yudi Indra Gunawan selaku
Kepala Kejaksaan Negeri Simpang Empat yang eseloneringnya sama-sama III.a dengan saya
9
selaku Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat. Apakah ini artinya juga
bahwa yang membuat dan menandatangani Surat Perintah Penahanan tersebut adalah Yudi Indra
Gunawan sendiri? Tentu tidak..karena surat-surat dinas selalu dibuat dan diproses oleh bawahan
kecuali kalau yang dimaksudkan oleh JPU ini adalah seperti yang saudara lakukan pada surat
tuntutan yang dibacakan pada persidangan kemaren yang tentulah dibuat oleh saudara JPU
Akhiruddin sendiri dan langsung ditandatangani oleh saudara Akhiruddin.
3. Pada hal 4 alinea ke-2 baris ke-3 s/d 5
Lalu Terdakwa membuat telaahan staf kepada Bupati Pasaman Barat tertanggal 10 November
2010 yang ditandatangani oleh Asisten III pada Sekda Pasaman Barat (Ir. Zalmi N)
Hal ini sangat kontradiksi dengan apa yang dituliskan oleh JPU dalam tuntutannya. Dimana dalam
hal ini, Asisten III yang menandatangani tapi tetap saya yang disebut membuat telaahan staf
tersebut. Ini sama saja dengan JPU memakai prinsip yang dalam bahasa minang disebut
mambalah batuang yang artinya menginjak yang dibawah dan mengangkat yang diatas untuk
menjustifikasi anatomi kasus yang dibangunnya.
4. Pada Hal 5 alinea ke-1 baris ke-4 s/d 6
meskipun Terdakwa telah mengetahui bahwa prosedur perubahan jumlah output unit pengadaan
kendaraan tidak bisa serta merta dilakukan tanpa melalui mekanisme perubahan APBD yang
dibahas bersama DPRD
Apa yang dituduhkankan oleh JPU ini adalah tidak benar, karena justru sebaliknya saya
mengetahui bahwa prosedur perubahan volume dimaksud tidak melalui mekanisme perubahan
APBD yang dibahas bersama DPRD sebagaimana yang dimaksudkan oleh saudara JPU. Bahkan
juga tidak membutuhkan persetujuan PPKAD sebagaimana yang dimaksudkan dalam
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pegelolaan Keuangan Daerah Pasal 160 ayat
(2). Hal ini karena perubahan volume tidak termasuk dalam objek belanja dan juga tidak
termasuk rincian objek belanja yang apabila terjadi perubahan memerlukan persetujuan DPRD
atau PPKD. Perubahan volume hanyalah merupakan realisasi dari pelaksanaan kegiatan yang
harus dicantumkan di dalam Laporan Realisasi Keuangan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Tahun 2010 dan LKPJ Bupati Pasaman Barat Tahun 2010 sebagaimana yang
sudah dilaksanakan pada bulan April tahun 2011, yaitu pada Bab IV halaman 224-225. Dapat saya
contohkan misalnya dalam pengadaan ATK di kantor yang telah direncanakan dan dianggarkan
untuk Kertas sejumlah 100 Rim dengan total harga Rp. 3.200.000, namun pada saat pelakanaan
pembelian kertas tersebut, terjadi perubahan harga sehingga dengan uang sejumlah Rp.
3.200.000 tersebut hanya dapat membeli untuk 80 Rim saja. Nah perubahan seperti ini tidak
harus melalui mekanisme persetujuan DPRD atau bahkan ke PPKD. Contoh lain misalnya dalam
Pembangunan Jalan yang direncanakan dan dianggarkan untuk 1 Km dengan pagu Rp.
1.000.000.000, namun realiasinya hanya 900 m karena pada saat pelaksanaan terjadi perubahan
harga satuan. Hal ini juga tidak memerlukan persetujuan DPRD dan PPKD. Sengaja sebagai
ilustrasi yang kami tampilkan adalah angka yang kecil semata hanya untuk memudahkan kita
semua untuk melakukan perhitungan singkat dipikiran kita masing-masing karena pada
hakekatnya, di dalam keuangan negara tidak ada perbedaan angka antara 100 rupiah dan 1 milyar
rupiah, pertanggungjawabannya selalu sama, jelas dan tegas.
5. Pada Hal 5 Alinea ke-3 baris ke-1-3
Selanjutnya Terdakwa mengirim surat nomor : 027/217/KPA/ Umum-2010 tertanggal 23
10
Nopember 2010 yang isinya meminta ULP untuk melaksanakan Penunjukan Langsung terhadap
paket pekerjaan tersebut.
Lagi-lagi dalam hal ini JPU juga tidak menyimak bahkan menghilangkan fakta persidangan hari
Jumat tanggal 13 Februari 2015. Pada persidangan tersebut, Sdr. Bendri dibawah sumpah telah
secara jelas dan nyata menyatakan bahwa bukan Terdakwa yang mengirimkan surat tersebut,
tetapi adalah Ketua Panitia 1 ULP Kab. Pasaman Barat yaitu Sdr. Bendri sendiri yang telah
membuatnya dan membawa surat tersebut kepada Terdakwa untuk ditandatangani oleh
Terdakwa dengan alasan untuk membantu mempercepat waktu pelaksanaan pelelangan
tersebut. Hal ini sebagaimana yang tertuang juga di dalam Surat Tuntutan JPU dalam perkara ini
Hal. 22 alinea terakhir dan Hal 23 alinea pertama. Kemudian juga dapat dibuktikan melalui
rekaman persidangan.
6. Pada Hal 5 Alinea ke-4 baris ke-1 s/d 2
Bahwa setelah seluruh kelengkapan adminsitrasi untuk mengikuti proses penunjukan langsung
telah dilengkapi, Vitarman menyerahkannya kepada ULP melalui perantaraan Terdakwa
Dalam kalimat ini, kembali JPU mengingkari fakta persidangan, dimana dalam persidangan
Vitarman, pada hari Jumat tanggal 20 Maret 2015. Dibawah sumpah persidangan, Vitarman
menyatakan menyerahkan dokumen kelangkapan administrasi pelelangan kepada ULP adalah
langsung kepada panitia 1 ULP tetapi tempatnya memang berada pada ruangan Kabag. Umum,
yaitu ruangan Terdakwa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Sdr. Vitarman dalam rekaman
persidangan pada hari Jumat tanggal 20 Maret 2015.
7. Pada Hal 5 Alinea ke-5 baris 1 s/d 4 dan baris
Selanjutnya Terdakwa mengeluarkan Surat nomor 027/218/KPA/Umum-2010 tangal 3
Desember 2014 yang ditujukan kepada ULP yang menetapkan PT. Baladewa Indonesia memenuhi
syarat dan lulus evaluasi sebagai rekanan kegiatan pengadaan 1 ( satu ) unit kendaran Dinas
Bupati dan Wakil Bupati. Kemudian diterbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa
(Gunning) Nomor 027/176/SP/2010 tanggal 13 Desember 2010 yang dibuat dan ditandatangani
oleh Terdakwa.
Kembali redaksinya yang dibuat dan ditandatangani oleh Terdakwa, pada hal di dalam fakta
persidangan telah diakui oleh Sdr. Bendri selaku Ketua 1 ULP Pasaman Barat Tahun 2010 bahwa
seluruh administrasi dokumen pengadaan kendaraan dinas ini dibuat dan disiapkan oleh Sdr.
Bendri sendiri. Sebagaimana tugas dan fungsi panitia pengadaan barang di dalam SK Bupati
Nomor. 188.45/98/BUP-PASBAR/2010 tanggal 26 Januari 2010 tentang Penunjukan Panitia
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah pada ULP Kabupaten Pasaman Barat. Kemudian untuk surat
Nomor 027/218/KPA/Umum-2010 tanggal 3 Desember 2010, itu tidak serta merta
ditandatangani langsung oleh Terdakwa karena sebelumnya terlebih dahulu ada surat Usulan
Penetapan Calon Penyedia Barang Lulus Pascakualifikasi dari Ketua Panitia 1 ULP Kab. Pasaman
Barat kepada KPA Nomor : 14PL.4/ULP.B1/UPCPLP/1/PASBAR-2010 tanggal 03 Desember
2010. Dan surat Nomor 027/218/KPA/Umum-2010 tanggal 3 Desember 2010 bukanlah surat
penetapan PT. Baladewa Indonesia yang memenuhi syarat dan lulus evaluasi sebagai rekanan
sebagaimana yang ditulis oleh JPU pada hal 5 alinea ke-5 baris ke-2 dan 3. Jika surat yang
dimaksud adalah surat Nomor 027/218/KPA/Umum-2010 tanggal 3 Desember 2010, perihal
yang benar adalah Surat Penetapan Calon Penyedia Barang Lulus Pascakualifikasi yang
sebelumnya terlebih dahulu ada surat usulan calon penyedia barang lulus pascakualifikasi dari
11
Ketua ULP 1 kepada KPA dengan Nomor : 14PL.4/ULP.B1/UPCPLP/1/PASBAR-2010 tanggal 3
Desember 2010 beserta lampiran Berita Acara Hasil Evaluasi Pascakualifikasi yang
ditandatangani oleh 5 orang panitia 1 ULP dengan Nomor 14PL.3/ULP.B1/BAHEP/1/PASBAR-
2010 tanggal 3 Desember 2010.
Setelah surat tertanggal 3 Desember 2010 tersebut, masih banyak surat-surat dan dokumen lain
yang dikeluarkan oleh Ketua Panitia 1 ULP Kab. Pasaman Barat yaitu :
- Surat undangan Aanwijzing kepada PT. Baladewa Indonesia
- Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
- Berita Acara Pembukaan Penawaran
- Koreksi Aritmatik
- Berita Acara Hasil Evaluasi
- Berita Acara Negosiasi Teknis dan Harga, dan
- Surat Usulan Penetapan Pemenang PL kepada KPA
Inilah yang dikatakan tadi bahwa JPU hanya mengambil dan menyampaikan surat-surat dan
dokumen yang dibutuhkannya untuk menjustifikasi dakwaannya dan menghilangkan barang-
barang bukti yang lain yang semestinya merupakan satu kesatuan dalam proses pengadaan
kendaraan dinas ini. Sehingga dengan demikian, kesimpulan yang disimpulkan oleh JPU tidak
sesuai dengan fakta yang ada, apalagi ditambah dengan JPU maupun aparat penyidik di
Kejaksaan Negeri Simpang Empat memang tidak satupun yang memiliki sertifikasi keahlian
pengadaan barang/ jasa meskipun telah beberapa kali pernah mengikuti pelatihan dan ujian
sertifikasi tersebut, namun tidak satupun yang lulus dan memiliki sertifikasi sebagai Ahli
Pengadaan.
8. Pada Hal 5 Alinea ke-5 baris ke-12 dan 13
Baladewa Indonesia menyerahkan 1 ( satu ) unit mobil Toyota Land Cruiser Prado 2.7 4 WD A/T
dengan logo TX Limited padahal faktanya mobil tersebut bukan tipe TX Limited melainkan tipe
TX standar edition
Di dalam fakta persidangan memang dibuktikan bahwa secara administrasi surat kendaraan,
mobil tersebut adalah Type TX Standart Edition tetapi sekaligus di dalam fakta persidangan juga
terungkap bahwa seluruh mobil CBU yang masuk ke Indonesia memang dalam kondisi standar
edition. Proses upgrade menjadi Limited itu dilaksanakan di Indonesia, kenapa hal itu terjadi?
Ini adalah karena trik dari importir umum kendaraan bermotor untuk menghindari pajak yang
tinggi sehingga akibatnya tidak terjangkau oleh konsumen di Indonesia. Dan dari fakta
persidangan juga terungkap bahwa saksi yang dihadirkan JPU dari Jakarta yaitu Suparman dari
PT Multisentra Adikarya dan Jono Hans dari DK Jaya Motor itu adalah orang yang tidak tepat
untuk didengarkan kesaksiannya karena berkali-kali saksi tersebut menyatakan bahwa dia tidak
mengerti dengan spek kendaraan, karena dia adalah sebagai accounting di perusahaan tersebut.
Jadi yang dia mengerti hanyalah sepanjang dokumen administrasi keuangan tentang kendaraan
tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari rekaman persidangan hari Jumat tanggal 6 Maret 2015.
Padahal semestinya jika JPU berkeinginan dan bersungguh-sungguh untuk mengetahui dan
mengungkapkan kebenaran dari standar mobil tersebut, yang dihadirkannya adalah tenaga
teknisi atau paling tidak, sales marketing dari perusahaan tersebut. Padahal JPU menyatakan
bahwa jaksa penyidikpun telah pergi ke showroom kendaraan tersebut, tetapi kenyataannya
yang dibawanya untuk menjadi saksi adalah orang yang sama sekali tidak mengerti tentang spek
kendaraan karena keduanya adalah orang accounting. Upaya jaksa yang seperti ini yang hanya
untuk menjustifikasi dakwaaannya saja dengan menghalalkan segala cara termasuk
12
menghadirkan saksi yang tidak memenuhi persyaratan formil dan materil. Inilah yang kemudian
dituangkan JPU di dalam surat tuntutannya. Sementara bagi persidangan Pidana, dalam mencari
kebenaran materiil peristiwanya harus terbukti beyond reasionable doubt tanpa diragukan.
Kontradiksi keadaan seperti ini dimana JPU sendiri tidak memiliki pengetahuan tentang dunia
otomotif tetapi kemudian malah menghadirkan saksi yang juga tidak mengetahui dunia otomotif,
disisi lain keterangan-keterangan dari saksi yang lain bahwa kendaraan itu adalah Type TX
Limited, itu dikesampingkan begitu saja oleh JPU. Padahal saksi tersebut memiliki kapasitas dan
kapabilitas untuk menyatakan kendaraan tersebut, sesuai dengan spesifikasi Type TX Limited
dan menuangkannya ke dalam Berita Acara Pemeriksaan Barang. Saksi yang dimaksud dalam hal
ini adalah Saksi Amrianto, Saksi Bobby P. Riza, Saksi Setia Bakti dan Saksi Roni HEP yang
merupakan Tim Panitia Pemeriksa Barang yang diangkat berdasarkan SK Bupati Pasaman Barat
Nomor : 188.45/248/BUP-PASBAR/2010 tanggal 14 April 2010.
Demikian juga dengan keterangan saksi Arifin, Frans Wijaya dan Tjen Imanuel dan Oyong Narli
yang sehari-hari dalam kehidupannya memang selalu bergelut dibidang jual beli kendaraan
bermotor yang mengerti dan paham tentang spesifikasi kendaraan bermotor.
Keadaan seperti ini adalah ibarat cerita bagaimana 3 orang buta menceritakan gambaran dari
seekor gajah, yang kemudian menceritakan bagaimana bentuk gajah tersebut tergantung dari
bagian mana yang dipegangnya. Karena sama-sama tidak sepakat akhirnya mereka bertanya
kepada orang yang lewat, yang ternyata orang itu juga buta (Suparman dan Jono Hans).
9. Pada Hal 5 Alinea ke-5 baris ke-14 dan 15
Terdakwa sengaja menunjuk anggota tim yang tidak memiliki kompetensi yang memadai dalam
melakukan pemeriksaan sehingga pada saat itu tim langsung berkesimpulan bahwa kendaraan
yang datang tersebut telah sesuai dengan spesifikasi pada kontrak.
Bahwa apa yang dinyatakan oleh JPU ini adalah merupakan sebuah bukti yang nyata bagi kita
bersama bahwa untuk membuktikan dakwaannya, JPU bahkan tidak bisa lagi membaca SK Tim
Pemeriksa Barang yang ada, dimana SK tersebut adalah bertanggal 14 April 2010 yang
ditandatangani oleh H. Syahiran sebagai Bupati Pasaman Barat, sedangkan Terdakwa sendiri
baru mulai bertugas di Pasaman Barat pada tanggal 29 September 2010. Artinya ini
membuktikan bahwa tuduhan JPU yang mengatakan Terdakwa sengaja menunjuk anggota tim
yang tidak memiliki kompetensi yang memadai dalam melakukan pemeriksaan adalah sama
sekali tidak berdasar, mengada-ada dan bertentangan dengan fakta dokumen yang ada, yang
bahkan SK Tim Pemeriksa Barang tersebut dijadikan juga sebagai Barang Bukti No. 41 oleh JPU
sendiri sebagaimana yang tertera pada Surat Tuntutan perkara ini pada hal 79. Dan sampai
dengan pemeriksaan barang dilakukan, Terdakwapun secara pribadi belum kenal dengan para
pemeriksa. Juga berdasarkan tugas-tugas KPA di dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Pasal 9, tidak ada yang memerintahkan agar
KPA memilih, mengusulkan apalagi menetapkan panitia pemeriksa barang. Hal ini adalah
berkaitan dengan Indepensi dari masing-masing yang terlibat dalam proses pengadaan barang
dan jasa. Hal yang sama juga berlaku untuk panitia pengadaan barang dan jasa di ULP. Kab.
Pasaman Barat. Apalagi dasar hukum pembentukan PPTK, KPA, PA, ULP, Panitia Pengadaan
Barang dan Jasa dan Panitia Pemeriksa Barang, adalah sama-sama SK Bupati, dengan SK yang
terpisah satu sama lainnya
10. Pada Hal 6 Aliniea 1 baris ke-1
Terdakwa juga tidak melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap 1 (satu) unit kendaraan
13
dinas Bupati dan Wakil Bupati yang diserahkan PT. Baladewa Indonesia tersebut.
Lagi-lagi JPU menyampaikan hal yang tidak benar dan tidak berdasar yang dituduhkan kepada
Terdakwa. Disini dikatakan bahwa Terdakwa tidak melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap 1 (satu) unit Kendaraan Dinas Bupati dan Wakil Bupati yang diserahkan PT. Baladewa
Indonesia. Padahal dari fakta persidangan yang disampaikan oleh para panitia pemeriksa barang
bahwa pada waktu pemeriksaan kendaraan tersebut juga diikuti dan dihadiri oleh Terdakwa
sendiri. Kemudian juga di dalam persidangan hari Jumat tanggal 10 April 2015 dibawah sumpah
persidangan, Terdakwa sendiri juga telah menyampaikan bahwa bersamaan dengan
pemeriksaan tersebut juga diikuti dan dihadiri oleh petugas Badan Pemeriksa Keuangan RI yang
pada saat itu sedang melakukan pemeriksaan di Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat.
Sehingga itulah makanya BPK RI telah menyatakan bahwa pengadaan kendaraan dinas tersebut
tidak ada masalah yang tertuang dalam LHP BKP RI Nomor : 53/S/XVII.pdg/01/2011 tanggal 20
Januari 2011 dan bahkan Majelis Hakim sendiri menyampaikan pada waktu itu agar LHP BKP
tersebut dilampirkan pada saat penyampaian pembelaan, sebagai bukti dapat didengar pada
rekaman persidangan ini.
11. Pada Hal 6 Alinea ke-4
Bahwa tindakan Terdakwa melaksanakan kegiatan pengadaan Mobil Dinas Bupati dan Wakil
Bupati Pasaman Barat Tahun Anggaran 2010 yang hanya dilaksanakan sebanyak 1 (satu) unit
padahal didalam DPPA SKPD TA 2010 adalah untuk 1 (satu) paket yaitu sebanyak 2 (dua) unit,
adalah tidak sesuai dengan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah Pasal 160 ayat (1) : Pergeseran Anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan,
dan antar jenis belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf b serta pergeseran
antar objek belanja dalam jenis belanja dan antar rincian obyek belanja diformulasikan dalam
DPPA-SKPD. Bahwa perubahan dari 2 unit menjadi 1 unit mobil tersebut seharusnya diawali
dengan adanya persetujuan dari DPRD Kabupaten Pasaman Barat dan perubahan terhadap Perda
No. 04 tahun 2010 tentang perubahan APBD tahun anggaran 2010 yang menjadi dasar DPPA-
SKPD.
Bahwa apa yang dituduhkan oleh JPU tentang tindakan Terdakwa yang melaksanakan kegiatan
pengadaan mobil Dinas Bupati yang hanya dilaksanakan sebanyak 1(satu) unit dikatakan
bertentangan dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 160 ayat (1) adalah tidak benar. Dalam hal ini JPU sendiri telah salah menafsirkan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 160 ayat
(1) tersebut. Jika kita akan melakukan perubahan APBD, tentu merubah apa yang telah
dicantumkan dalam APBD tersebut dengan mengganti seluruh atau sebagiannya. Dalam hal ini
bahwa angka 2 (dua) unit mobil tersebut tidak tercantum sama sekali di dalam DPPA Sekretariat
Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tahu 2010, jadi apa yang harus dirubah? Apa yang harus
melalui mekanisme perubahan APBD dan mendapatkan persetujuan dari DPRD? Jawabannya
tidak ada yang harus dirubah apalagi meminta persetujuan DPRD. Perubahan unit kendaraan ini
tidak terkait sama sekali dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah Pasal 160 ayat (1), karena ini hanya merupakan perubahan volume realisasi
dari kegiatan yang telah dianggarkan, bukan perubahan objek ataupun rincian objek seperti yang
dimaksud dalam Pasal 160 ayat (1) tersebut.
Dalam DPPA Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat Tahun 2010 pada Bagian Umum, Kegiatan
Pengadaan Kendaraan Dinas/ Operasional tertulis Pekerjaannya adalah Pengadaan Kendaraan
Dinas dengan pagu dana Rp. 1.400.000.000 (satu milyar empat ratus juta rupiah) dan volume 1
14
(satu) paket. Dalam Pelaksanaanya, pekerjaan tersebut direalisasikan dalam bentuk Pengadaan
Kendaraan Dinas Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Barat dengan volume 1 (satu) Paket dan
diumumkan pelelangannya melalui media Koran Tempo. Dan berhubung dengan telah
dilaksanakannya pelelangan namun gagal karena anggaran tersebut tidak mencukupi untuk
Kendaraan Dinas Bupati dan Wakil Bupati, maka yang dilaksanakan adalah Kendaraan Bupati
saja, usulan perubahan volume inipun disampaikan oleh Wakil Bupati Pasaman Barat dan
kemudian disetujui oleh Bupati Pasaman Barat selaku Kepala Daerah melalui disposisinya pada
TS tertanggal 10 Nopember 2011. Jadi bukan merupakan usulan dari Terdakwa selaku KPA.
Hal ini juga telah dijelaskan oleh Saksi Celly Decilia Putri, SE, MM. A.kt dibawah sumpah di
persidangan pada hari Jumat tanggal 27 Februari 2015 dan juga penjelasan dari Ahli Dr. Sumule
Tumbo dari Dirjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI dibawah sumpah pada
persidangan hari Jumat tanggal 17 April 2015. Dimana kedua orang saksi tersebut Celly Decilia
Putri, SE, MM. A.Kt adalah praktisi yang sehari-hari tugas dan pekerjaannya adalah mengelola
keuangan daerah Pasaman Barat yang jumlahnya mencapai hampir 1 triliun rupiah, sudah
barang tentu sangat menguasai dan ahli di dalam pelaksanaan aturan Permendagri No. 13 Tahun
2006 sebagai kitab suci pelaksanaan tugasnya. Dan Dr. Sumule Timbo disamping dalam
kapasitasnya sebagai Kasi Wilayah I Pada Subdit Bagian Kebijakan dan Bantuan Keterangan Ahli
pada Dirjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI, dimana dalam tugasnya sehari-hari
adalah untuk memberikan penjelasan dan penafsiran terhadap peraturan-peraturan keuangan
kepada seluruh stakeholder, bukan cuma dari Pemerintah Darah Kabupaten dan Propinsi se-
Indonesia saja, tetapi juga termasuk dari instansi Kejaksaan, Kepolisian, KPK dan LSM-LSM yang
membutuhkan informasi dan penjelasan mengenai substansi dari sebuah peraturan. Apalagi
seperti yang dinyatakan oleh beliau di dalam persidangan, beliau bukan hanya mengerti dan
paham tentang Permendagri No. 13 Tahun 2006 tersebut dan Permendagri-permendagri
lainnya, tetapi bahkan beliau sangat mengerti dengan filosofi dan semangat serta suasana
kebatinan yang mewarnai pada proses penyusunan peraturan tersebut karena beliau adalah
orang yang terlibat langsung di dalam penyusunan peraturan tersebut. Beliau bukanlah
hanya sekedar akademisi atau pemerhati hukum administrasi negara belaka.
Didalam persidangan tanggal 17 April 2015, Ahli Sumule Timbo dibawah sumpah persidangan
memberikan keterangan, berikut saya kutip percakapan antara Jaksa dan Ahli Sumule Timbo :
Jaksa : Baik majelis. Supaya tidak mengambang kita masuk ke main kasusnya saja.
Perubahan 7 micro bus tadi dibahas bersama DPRD Kab Pasaman Barat, disetujui oleh
DPRD Kab Pasbar atas dasar usulan Pemda, Sekretariat daerah, merubah 7 micro bus
tadi menjadi dua unit kendaraan bupati dan wabup. Dua unit kendaraan bupati dan
Wabup, dibahas waktu itu adalah fortuner dua-duanya. Kemudian juga diadakan
lelang 2 spek kendaraaan berbeda, dua kendaraan yang berbeda, kembali saya
katakan, sudah saya perlihatkan bersama, Ketika merubah 7 menjadi 2 unit tersebut
itu disetujui dan ditandatangani oleh PPKD. Kemudian ketika diadakan dua kendaraan
ini, speknya dua. Ternyata tidak jadi dua diadakan, dirubah berdasarkan surat atau
petunjuk telaahan staf menjadi 1 unit saja tanpa sepengetahuan PPKD, bagaimana itu
pandangan saudara ahli?
Sumule : Ya. Makasih. Sebenarnya tidak masalah, karena begini rupanya perubahan tadi itu
masuk mekanisme pada perubahan. Tidak ada yang salah dengan itu, sehingga sudah
menjadi satu paket, dan ini sekarang direalisasikan. Tidak ada perubahan disini yang
dimaksud itu tadi pak, bukan perubahan, tetapi realisasinya kurang.. Realisasinya
kurang jadi tidak perlu lagi persetujuan PPKD yang dimaksud pasal 160 itu. Rupanya
perubahan itu clear di perda perubahan itu, kuat ini, ga ada masalah ini. Begitu mau
15
direalisasikan oleh SKPD terkait, dari dua itu terealisasi 1, ya kan. Pertanyaannya
nanti, kenapa direncanakan dua kok hasilnya satu. Apa penjelasannya, nah ini, jadi
bukan di perobahan yang saya maksud pasal 160 lagi. Bukan. Giliran itu,
perubahannya barang ini oleh Dewan di Perda Perubahan, ditetapkan
Dari kutipan tersebut, dengan jelas dan terang dapat kita lihat bahwa dalam perubahan 2 (dua)
unit kendaraan dinas Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Barat menjadi 1 (satu) unit kendaraan
Bupati Pasaman Barat tidak perlu melalui persetujuan DPRD dan merubah Perda No. 04 Tahun
2010 tentang Perubahan APBD Kab. Pasaman Barat Tahun 2010 yang menjadi dasar DPPA SKPD.
Ini hanyalah pengurangan volume, bukan pergeseran antar objek belanja dalam jenis belanja dan
antar rincian objek belanja sebagaimana yang dimaksud dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006
Pasal 160 ayat (1). Jadi dalam hal ini tidak ada pelanggaran yang dilakukan Terdakwa terhadap
Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 160 ayat (1).
Adalah sangat beruntung sekali kita semua yang hadir pada persidangan hari itu mendapatkan
rahmat dengan kedatangan dan kehadiran beliau untuk memberikan penjelasan kepada kita
bersama, apalagi terhadap JPU yang betul-betul tidak mengerti dengan Permendagri No. 13
Tahun 2006 tersebut karena memang di dalam pelaksanaan tugasnya tidak pernah bersentuhan
dan menggunakan Permendagri No 13. Tahun 2006, konon lagi untuk bisa mengetahui dan
menguasainya. Dan kenyataannya apa yang telah disampaikan oleh saksi Celly Decilia Putri, SE,
MM, A.kt dan Ahli Sumule Tumbo tersebut tidak sedikitpun diperhatikan, dilaksanakan, apalagi
dimasukkan di dalam fakta persidangan yang dibuat dalam surat tuntutan JPU. Hal ini hanya
memberikan penegasan kepada kita bahwa kemauan dan kemampuan JPU untuk mencari
kebenaran materiil di dalam persidangan sangat tidak berpihak kepada kebenaran.
12. Pada Hal 6 Alinea ke-5 baris ke-4 s/d 10
proses pengadaan kendaraan dinas Bupati dan Wakil Bupati yang dilaksanakan dengan cara
penunjukan langsung kepada PT. Baladewa telah bertentangan dengan Keppres Nomor 80 tahun
2003, karena PT. Baladewa tidak pernah ikut dalam proses pelelangan sebelumnya. Didalam pasal
28 ayat 8 yang menyatakan Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia barang / jasa yang
memasukan penawaran hanya 1 (satu) maka dilakukan negosiasi seperti pada proses penunjukan
barang. Apalagi pada saat pelelangan ulang tidak ada satupun perusahaan yang memasukan
penawaran.
Bahwa tuduhan JPU terhadap Terdakwa yang mengatakan cara penunjukan langsung kepada PT.
Baladewa adalah bertentangan dengan Keppres Nomor 80 tahun 2003 Pasal 28 ayat (8) adalah
tidak benar. Karena yang dimaksud dan yang diatur di dalam Pasal 28 ayat (8) tersebut adalah
kondisi pada saat pelaksanaan lelang ulang, bukan setelah lelang ulang gagal. Sementara pada
kasus kegiatan pengadaan kendaraan dinas Bupati ini, berada diluar aturan Pasal 28 ayat (8).
Karena Proses Pengadaan Kendaraan dinas ini telah melalui dua kali pelelangan dan keduanya
gagal karena tidak ada yang mendaftar. Hal ini menandakan ketidak pahaman JPU terhadap
Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa yang karena memang Jaksa-Jaksa Penuntut Umum ini
tidak mengerti tentang pelelangan karena belum pernah mengikuti pelatihan pengadaan barang
dan jasa, konon lagi memahami aturan-aturan lainnya. Keadaan yang tidak ada diatur inilah yang
menjadi alasan bagi panitia-panitia ULP se-Indonesia untuk melaksanakan Proses PL apabila
telah melewati dua kali pelelangan gagal. Dan menyikapi fenomena yang dilaksanakan oleh insan
pengadaan barang dan jasa tersebut, maka LKPP pada revisi Keppres No. 80 Tahun 2003
tersebut akhirnya melegalkan mekanisme PL yang telah dua kali gagal dalam Perpres No. 54
16
Tahun 2010. Sehingga tidak lagi menjadi perdebatan yang tidak ada dasar hukumnya. Namun
apabila JPU berpendapat lain, menganggap PL yang dilakukan setelah dua kali lelang gagal ini
adalah suatu kejahatan, maka silahkan para jaksa-jaksa yang terhormat untuk menangkap
seluruh PA atau KPA yang melaksanakan PL setelah dua kali lelang gagal yang dilaksanakannya,
seperti halnya yang telah saudara JPU lakukan terhadap saya. Dan saya yakin, banyak kasus yang
serupa dengan kasus saya yang bisa saudara naikkan untuk mendongkrak popularitas dan
pencapaian target kasus saudara, yang sekaligus akan meningkatkan pundi-pundi dan poin-poin
untuk mendongkrak karir bagi saudara.
13. Hal 6 Alinea ke-6
Bahwa proses penunjukan langsung yang dilakukan atas kegiatan pengadaan Mobil Dinas Bupati
dan Wakil Bupati Pasaman Barat tahun 2010 adalah bertentangan dan tidak memenuhi kriteria
sebagaimana yang diatur dalam Lampiran I Keppres Nomor 80 tahun 2003 Bab I huruf C angka 1
Apa yang disampaikan oleh Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya, khususnya mengenai
Keppres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
menggambarkan kepada kita akan keawaman dan ketidak mengertian Penuntut Umum terhadap
pemahaman Kepres tersebut. Bahwa apa yang disebutkan di dalam Lampiran 1 Keppres No. 80
Tahun 2003 Bab 1 huruf C angka 1, adalah Mekanisme Pemilihan Penyedia Barang dengan
langsung melakukan Penunjukan Langsung, tanpa terlebih dahulu dilakukan Pelelangan Ulang.
Sementara dalam kegiatan pengadaan kendaraan dinas bupati Pasaman Barat ini, mekanisme
Penunjukan Langsungnya dilakukan setelah melalui dua kali pelelangan umum dan gagal.
Kondisi setelah mengalami dua kali pelelangan umum dan gagal kemudian baru dilaksanakan
Penunjukan Langsung, itu berbeda dengan apa yang disebutkan di dalam Lampiran 1 Keppres
No. 80 Tahun 2003 Bab 1 huruf C angka 1 seperti yang dimaksudkan oleh Penuntut Umum
tersebut.
Penjelasan mengenai pelelangan umum setelah dua kali pelelangan gagal itu tidak termasuk
kedalam aturan yang ada didalam Kepres No. 80 Tahun 2003 tersebut juga sudah dijelaskan oleh
Ahli dari LKPP RI di depan persidangan ini. Tetapi karena memang Penuntut Umum mempunyai
target bahwa Terdakwa tidak boleh terlepas dari jerat hukum, menyebabkan Penuntut Umum
tidak memperdulikan apa yang disampaikan oleh Ahli dari LKPP RI tersebut. Padahal kehadiran
Saksi Ahli dari LKPP RI Jakarta di suatu sidang pengadilan, itu adalah sesuatu yang sangat jarang
sekali bisa terjadi, bahkan dalam 5 tahun ini baru hanya satu kasus ini LKPP RI yang mau turun
gunung untuk datang ke persidangan dalam rangka memberikan kesaksian ahli. Kecuali kalau
yang meminta kehadiran LKPP tersebut adalah Lembaga Pengadilan atau Kejaksaan. Tidak untuk
memenuhi permintaan dari pribadi seperti yang Terdakwa ajukan kepada LKPP.
Hal ini adalah karena dari hasil bedah kasus yang dilakukan di LKPP RI Jakarta, bahkan
jangankan untuk merugikan negara, justru sebaliknya negara beruntung dengan mekanisme
Pengadaan Langsung yang dilaksanakan oleh KPA melalui Panitia Pengadaannya. Karena dengan
sistem pengadaan yang dilakukan, negara bisa membeli kendaraan dinas, dengan harga yang
lebih murah. Seandainya kalau pengadaan ini tetap dilakukan dengan sistem pelelangan umum,
maka satu-satunya jalan untuk menarik minat penyedia barang, adalah dengan menambah
margin keuntungan di dalam HPS saat ini yang hanya berkisar 3,6%. Suatu angka yang sangat
tidak menarik bagi pengusaha.
14. Pada Hal 7 Alinea ke-1
Bahwa perbuatan Terdakwa Drs. HENDRI, MM. yang tidak melakukan pemeriksaan dan penilaian
17
terhadap 1 (satu) unit mobil dinas Bupati yang diserahkan PT. Baladewa Indonesia merupakan
perbuatan melawan hukum, yang bertentangan dengan Pasal 36 ayat (2) dan (3) Keppres Nomor
80 Tahun 2003
Lagi-lagi JPU menyampaikan hal yang tidak benar dan tidak berdasar yang dituduhkan kepada
Terdakwa. Karena pada kenyataanya, Terdakwa ada melakukan pemeriksaan terhadap
Kendaraan Dinas Bupati dimaksud yang juga bersamaan dengan pemeriksaan yang dilakukan
oleh Tim Pemeriksa Barang. Dimana, sebagai dasar hukum pembentukannya, Tim Pemeriksa
Barang ini diatur di dalam Permendagari No. 17 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah
Hal ini sesuai dengan fakta di persidangan yang disampaikan oleh para panitia pemeriksa barang
yaitu Sdr. Bobby P, Riza, Setia Bakti, Roni HEP dan Amrianto sendiri selaku ketua Tim Pemeriksa
Barang, bahwa pada waktu pemeriksaan kendaraan tersebut juga diikuti dan dihadiri oleh
Terdakwa sendiri, sebagai bukti dapat didengar pada rekaman persidangan. Kemudian juga di
dalam persidangan hari Jumat tanggal 10 April 2015, dibawah sumpah persidangan, Terdakwa
sendiri juga telah menyampaikan bahwa bersamaan dengan pemeriksaan tersebut juga diikuti
dan dihadiri oleh petugas auditor dari Badan Pemeriksa Keuangan RI yang pada saat itu sedang
melakukan pemeriksaan di Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat. Sehingga itulah makanya
BPK RI telah menyatakan bahwa pengadaan kendaraan dinas tersebut tidak ada masalah yang
tertuang dalam LHP BKP RI Nomor : 53/S/XVII.pdg/01/2011 tanggal 20 Januari 2011 dan
bahkan Majelis Hakim sendiri menyampaikan pada waktu itu agar LHP BKP tersebut
dilampirkan pada saat penyampaian pembelaan. Dan hasil dari pemeriksaan tersebut
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan No. 027/267/BAPB/Setda-2010 tanggal 20
Desember 2010 dan bahkan langsung dilakukan serah terima antara PT. Baladewa Indonesia
dengan KPA, sesuai dengan Berita Acara Serah Terima No. 027/268/BASB/Setda-2010 tanggal
20 Desember 2010.
Hal ini merupakan sebuah keanehan, karena JPU Nazif Firdaus sendiri pada persidangan
menyatakan dengan lantang pada persidangan, untuk apa lagi dibentuk KPA kalau semua
tanggung jawab itu dilimpahkan kepada PA, berarti percuma dibentuk adanya KPA. Pertanyaan
yang sama semestinya juga dipakai oleh JPU, untuk apa dibentuk panitia pemeriksa yang dasar
pembentukannya adalah Permendagri No. 17 Tahun 2007 yang juga menerima honor dari
negara. kalau semua pekerjaannya tetap menjadi tanggung jawab KPA ?
15. Pada Hal 7 Alinea ke-2
Berdasarkan Laporan Hasil Audit Perhitungan Kerugian Negara oleh BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Barat Nomor : SR-1422/PW03/V/2013 tanggal 3 Juni dengan kesimpulan bahwa akibat
pengadaan kendaraan dinas Bupati dan Wakil Bupati yang tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku, mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp. 276.887.273,-
Keuntungan rekanan/(kerugian keuangan negara) : Rp 276.887.273,00
Bahwa kerugian negara yang dihitung oleh Sdr. Afrizal selaku auditor BPKP Perwakilan Propinsi
Sumatera Barat terbukti tidak memiliki dasar hukum sama sekali. Setelah saksi membahas
bermacam undang-undang yang mengatur tentang keuangan negara, mulai dari UU No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tipikor, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP, Kepres, Permendagri, dan Kepmendagri,
serta aturan-aturan iternal BPKP itu sendiri, kemudian dengan santainya Ahli Afrizal dari BPKP
Perwakilan Prop. Sumatera Barat menyampaikan didepan persidangan dibawah sumpah,
menjawab pertanyaan Majelis Hakim, dan pertanyaan dari Terdakwa sendiri, bahwa dasar
18
hukum ahli menghitung kerugian negaranya sehingga didapat angka Rp. 276.887.273,- tidak
ada sama sekali. Ini hanya menurut perhitungan saya. Inilah menurut saya angka yang
realistis. Kalau berapa angka pastinya kerugian negara, silahkan Majelis Hakim yang
menghitungnya. Entah kemana lagi segerobak peraturan yang dibacanya sebelumnya
diletakkannya ketika orang yang disebut ahli ini melakukan penghitungan uang. Due Process of
Law. Saya cukup terharu pada waktu Majelis Hakim, Hakim Anggota 1, Bapak Fahmiron,
mencerca saksi tersebut sampai membuat saksi tersebut manggaretek menggigil.
Untuk menjustifikasi dakwaannya, bahwa telah terjadi suatu tindak pidana korupsi dengan
memberikan keuntungan kepada orang lain atau korporasi maka dengan semena-mena, JPU
merubah dokumen Laporan Hasil Audit BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Barat dalam rangka
penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana korupsi pengadaan
kendaraan dinas bupati dan wakil bupati Pasmaan Barat, No. SR-1422/PW03/5/2013 tanggal 3
Juni 2013. Dengan menambahkan kalimat keuntungan rekanan pada poin ke-6 rincian
perhitungan, dan hal ini di dalam persidangan, Sdr Ahli Afrizal, membantah apa yang
ditambahkan oleh JPU tersebut, saya tidak ada membuatnya seperti itu, katanya. Sebagai
bukti dapat didengar pada rekaman persidangan pada hari selasa tanggal 31 Maret 2015.
Itulah tadi beberapa bantahan Terdakwa terhadap dakwaan yang dituduhkan JPU yang padahal
sebenarnya sudah disangkal dan dibantah pada saat proses sidang berlangsung, namun JPU tidak
menyimak dan memperhatikan berjalannya persidangan, tetap membuat surat tuntutannya
berdasarkan kepada BAP yang dibuat pada saat pemeriksaan di tingkat penyidikan. Lantas
bagaimana dengan keterangan saksi yang dibawah sumpah persidangan, apakah JPU juga tetap
tidak menyimak dan tidak memperhatikan keterangan saksi pada saat persidangan? Berikut saya
ulas satu-persatu.
19
II. TERHADAP POIN A. KETERANGAN SAKSI
Bahwa terhadap keterangan saksi yang telah disampaikan dibawah sumpah dipersidangan,
saya berkeyakinan bahwa apa yang diungkapkan dalam persidangan tersebut sudah dicatat oleh
Panitera Pengganti sebagaimana mestinya. Dan kamipun telah mencatat dan membuat resume serta
rekaman audio persidangan untuk menjadi pegangan saya nantinya apabila terjadi perbedaan atau
ketidaksamaan keterangan saksi yang disampaikan oleh JPU. Untuk beberapa rekaman persidangan
bahkan telah saya transkrip dan menjadikannya 1 (satu) dokumen Resume Persidangan. Izinkan saya
untuk memberikan resume ini terlebih dahulu kepada Ibu Hakim. Khusus untuk rekaman
persidangan dan transkripnyapun sudah saya upload ke dropbox dengan daftar link sebagaimana
saya sampaikan di dalam resume persidangan tersebut, sehingga siapa saja di atas dunia ini dapat
mengaksesnya melalui jaringan internet, tidak kecuali JPU sendiripun dapat mengaksesnya. Dengan
mendengarkan rekaman persidangan ini akan dapat menyegarkan ingatan kita kembali terhadap apa
yang telah disampaikan oleh Saksi-saksi dipersidangan sebelumnya, yang sebagian besarnya lupa
dikutip oleh JPU. Persis sama dengan sebagian besar saksi yang dibawa oleh JPU dari Simpang empat.
Sampai disini semuanya menderita amnesia akut, lupa dan tidak tahu saja jawabnya lagi.
Bahwa, di dalam persidangan kasus perkara ini, dari 23 (dua puluh tiga) saksi yang dimintai
keterangannya oleh jaksa penyidik, tidak seluruhnya bisa dihadirkan oleh JPU dalam persidangan.
Yang dihadirkan adalah 21 orang dan terdapat 2 orang saksi yang sudah diberkas yang tidak
dihadirkan oleh JPU dalam persidangan yakni Yulisman dan Sakirman. Namun di dalam Surat
Tuntutannya, JPU menyampaikan 22 orang yang dihadirkannya dalam persidangan. Sdr. Sakirman
yang jelas-jelas tidak hadir didalam persidangan, tetap dibuatkan keterangannya di surat
tuntutan sebagai saksi yang hadir dibawah sumpah persidangan. Ini membuktikan bahwa JPU
sendiripun sampai lupa dengan siapa-siapa saksi yang sudah dihadirkannya. Konon lagi dengan apa
yang disampaikan oleh saksi dan ahli di persidangan, sudah barang tentu banyak yang lupa bahkan
dilupa-lupakannya.
Keterangan saksi yang disampaikan oleh JPU di dalam surat tuntutannya Hampir seluruhnya
tidak berdasarkan fakta persidangan melainkan hanya menyalin dari BAP saja. Padahal di dalam
persidangan berkembang keterangan dan informasi baru yang disampaikan oleh saksi-saksi dan ini
tidak digubris sama sekali oleh JPU, hanya dianggap angin lalu saja, buktinya apa yang disampaikan
saksi di persidangan tidak dimasukkan kedalam fakta persidangan yang ada di dalam surat
tuntannya.
Apa yang terdakwa maksudkan dalam hal ini bukanlah mengada-ngada saja dan bukanlah
tidak berdasar melain apa yang terjadi di dalam persidangan demi persidangan, terdakwa memiliki
rekamannya. Sehingga keterangan-keterangan, ucapan-ucapan, pertanyaan maupun jawaban dari
majelis hakim, saksi, terdakwa, penasehat hukum bahkan ucapan dari JPU sendiri ada di dalam
rekaman ini. Dengan demikian kita sama-sama bisa membuktikan apa sebenarnya fakta yang
terungkap dipersidangan.
Bahkan rekaman inipun dapat didengar oleh siapa saja di dunia ini yang memeiliki keinginan
dan kepedulian terhadap keadilan dan kebaran dengan mengakses melalui link yang telah kami
sediakan.
Bahwa dalam persidangan perkara a quo, Terdakwa telah pula menghadirkan saksi yang
meringankan yaitu Helmi Heryanto dan Norli (Oyong) dan telah memberikan keterangan dibawah
sumpah persidangan.
Dari saksi-saksi yang dihadirkan oleh JPU di dalam persidangan ini yang sebagian besar
adalah aparatur pemda Pasaman Barat, baik itu panitia pengadaan, panitia pemeriksa, maupun
20
pejabat-pejabat terkait lainnya. Kita melihat sebuah fenomena yang sangat menarik, karena di dalam
persidangan, sebagian besar dari mereka menjawab dengan tidak tahu, tidak ingat, dan lupa.
Fenomena seperti ini sebenarnya bisa dijelaskan secara sederhana :
1. Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat ini, dilaksanakan pada akhir tahun
2010, lebih dari 4 tahun yang lalu, adalah sesuatu yang manusiawi jika suatu pekerjaan
kantor yang rutin dan biasa tidak begitu menyedot perhatian dan kenangan khusus bagi
pelaksana-pelaksananya. Pengadaan kendaraan dinas bupati ini hanyalah merupakan
satu dari ribuan pekerjaan rutin kami sebagai Aparatur Sipil Negara di Pemerintah Daerah
Kabupaten Pasaman Barat. Pengadaan inipun berjalan dengan apa adanya menurut
proses, ketentuan dan prosedural yang semestinya.
Dalam pengadaan sebuah barang di kantor, tidak ada bedanya, antara membeli satu unit
laptop dengan membeli satu unit mobil apalagi pengadaanya bukanlah untuk pribadi kita.
Menghadapi suatu proses hukum, tidak ada seorangpun yang ingin terlibat apalagi sampai
terseret dalam pusaran proses hukum, seperti yang saat ini sedang terdakwa hadapi. Pasti
ada perasaan untuk melindungi dan menyelamatkan diri masing-masing. Apalagi yang
dihadapi adalah aparatur Kejaksaan Negeri Simpang Empat, yang memang dengan nyata-
nyata menyatakan, bahwa siapapun yang tidak mau bekerjasama dengan kami, tidak mau
tahu dengan kami, sepersekian persenpun kesalahan pekerjaan kalian, akan kami usut
dan angkat persoalan tersebut. Siapakah manusia dalam pekerjaannya yang tidak ada
kesalahan ? Mana ada gading yang tidak retak. Sedangkan Penuntut Umum yang sudah
orang hukum saja masih membuat kesalahan seperti dalam surat tuntutannya dengan
membuat keterangan saksi yang tidak hadir dipersidangan. Sedangkan penyidik saja
membuat BAP Suparman dan Djono Hans menyebutkan pembuatan BAP didalam BAPnya
adalah bertempat di Kejaksaan Negeri Jakarta. Tapi mereka berkuasa. Mereka bisa
berbuat apa saja. Dan ini menimbulkan ketakutan bagi saksi-saksi yang dihadirkan.
Sehingga cara yang paling sederhana untuk menyelamatkan diri, adalah dengan
mengatakan tidak tahu, tidak ingat dan lupa tersebut. Padahal didalam pelaksanaan
kegiatan pengadaan ini, semuanya bekerja sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Pada saat itu hanya kegembiraan dan kebahagiaan Tim karena perjuangan untuk
melengkapi salah satu symbol-symbol negara, symbol-symbol daerah Pasaman Barat,
sudah terwujud. Siapakah yang tidak akan bangga ketika dia ikut dan ada andilnya dalam
proses tersebut?
3. Demikian juga ketika yang diperiksa adalah Pejabat-pejabat yang saat ini masih
berjabatan, eselon 2 lagi. Tentu mereka ingin melindungi diri dan jabatannya dari incaran
aparat Kejaksaan Simpang Empat. Salah satunya adalah dengan cara berempati kepada
Kejaksaan dengan tidak ada komentar untuk membantu orang yang saat ini sedang
berperkara dengan Kejaksaan.
21
Tersangka : Drs. HENDRI, MM
Penasehat Hukum : RISMAN SIRANGGI, SH
Mp3 Durasi Kapasitas
1 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 58.29 menit 53,54 MB
06 Februari'15Sudirman Samin Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum
Zalekha, SH
2 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 2.34.15 jam 141,22MB
13 Februari'15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum
Zalekha, SH
3 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 51.37 menit 118,15MB
20 Februari'15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum
Zalekha, SH
4 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 2.14.36 jam 123,23MB
27 Februari'15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum
Zalekha, SH
5 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 1.44.48 jam 95,95MB.
06 Maret 15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum
Zalekha, SH
6 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 1.38.12 jam 89,91MB
13 Maret15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum
Zalekha, SH
7,1 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Wendri, SH Asmar, SH 1.39.24 jam 136,52MB
20 Maret 15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum
Zalekha, SH
7,2 1.29.24 jam 122,77MB
https://www.dropbox
.com/s/gjun6pzuu0m
vpjo/Rek%20Sidang
%2013%20-
%2003%20-
%202015.MP3?dl=0
Amrianto, Setia Bhakti
dan Roni HEP
https://www.dropbox
.com/s/i5ad5smui6r9
xix/Rek%20Sidang%
2020%20-%2003%20-
%202015_1.MP3?dl=0
Bobby P Riza,
Vitarman, Arifin dan
https://www.dropbox
.com/s/lagmid7qe4bg
c9r/Rek%20Sidang%
2020%20-%2003%20-
%202015_2.MP3?dl=0
https://www.dropbox
.com/s/pkbhovzdljib0
1q/Rek%20Sidang%2
006%20-%2003%20-
%202015.MP3?dl=0
Suparman dan Jono
Hans (Importir
https://www.dropbox
.com/s/6lbr3c1uoxf5
pph/Rek%20Sidang%
2006%20-%2002%20-
%202015.MP3?dl=0
https://www.dropbox
.com/s/4ojkv507hcnp
2ef/Rek%20Sidang%
2013%20-%2002%20-
%202015.MP3?dl=0
Bendri, Indera Yani,
Winardi Lubis, Tona
https://www.dropbox
.com/s/gsj9kr4l76h9v
ag/Rek%20Sidang%2
020%20-%2002%20-
%202015.MP3?dl=0
Zalmi, Erizal dan
Hendri Fiterson
https://www.dropbox
.com/s/0bhxgspn76j9
rle/Rek%20Sidang%2
027%20-%2002%20-
%202015.MP3?dl=0
Aliman Afni dan Celly
Decilia Putri
DAFTAR LINK DROPBOX REKAMAN SIDANG
KASUS PENGADAAN KENDARAAN DINAS BUPATI PASAMAN BARAT TAHUN 2010
No Hari/ Tanggal Agenda JPU HakimRekaman Sidang
22
23
III. TERHADAP POIN B. KETERANGAN AHLI
Dalam perkara ini, untuk membuktikan ada atau tidaknya unsur-unsur tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh Terdakwa maka didengarkan keterangan dari 3 (tiga) orang ahli sebagai berikut :
1. AFRIZAL, ahli dalam menghitung kerugian negara dengan jabatan auditor di BPKP Perwakilan
Propinsi Sumatera Barat
2. MUDJISANTOSA, SE, MM, ahli dalam Pengadaan Barang dan Jasa dengan jabatan Kepala Sub Dit
Advokasi LKPP (setara Es IIIa) pada LKPP RI (Anggota Tim Penyusun Peraturan-Peraturan
tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah)
3. DR. SUMULE TIMBO, ahli keuangan daerah dengan jabatan Kasi Wil I pada Subdit Bagian
Kebijakan dan Bantuan Keterangan Ahli Pada Dirjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam
Negeri (Anggota Tim Penyusun Peraturan-Peratuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah)
Dari ketiga ahli tersebut, satu orang yaitu Sdr. Afrizal merupakan ahli yang dihadirkan oleh JPU dari
Padang pada waktu persidangan pada hari dan dua orang ahli lainnya, yaitu Mudjisantosa, SE, MM
dan DR Sumule Timbo, ahli yang dihadirkan oleh Terdakwa dari Jakarta
Dari surat tuntutan yang dibacakan JPU pada persidangan sebelumnya, bahwa :
a. Kita dapat sama-sama melihat dan menilai bahwa JPU berbuat sungguh sangat tidak adil karena
keterangan ahli afrizal dimuat dalam 4,5 halaman walaupun isinya hanyalah mengenai biografi
dan peraturan-peraturan undang-undang saja, sedangkan keterangan ahli Mudjisantosa, SE,
MM dan DR. Sumule Timbo hanya dibuat sepertiga-sepertiga halaman saja. Sementara durasi
persidangan masing-masing ahli tersebut kurang lebih sama-sama 1 jam 30 menit dengan
rekaman persidangan yang saya lampirkan bersamaan dengan pledoi ini yang merupakan satu
kesatuan.
b. Keterangan ahli yang dituangkannya di dalam surat tuntuan hanyalah keterangan yang ada di
dalam BAP tanpa ada lagi tambahan keterangan lainnya yang terungkap di dalam persidangan,
alias jaksa cuma menyalin BAP saja ke dalam surat tuntutannya. Ini menandakan bahwa
JPU tidak menyimak apa yang berlangsung di dalam persidangan. Berdasarkan KUHAP Pasal
186 menyatakan keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan.
Dalam hal ini, JPU tidak menyampaikan keterangan ahli Afrizal sebagaimana yang ia terangkan
disidang pengadilan. Artinya JPU telah menghilangkan sebagian barang bukti yaitu keterangan
ahli Afrizal.
c. Hal yang sama dilakukan oleh JPU terhadap keterangan Ahli Mudjisantosa dan Ahli Sumule
Timbo, selain tidak menyampaikan fakta persidangan yang sebenarnya, JPU juga memutar
balikkan fakta terhadap keterangan ahli tersebut. Sehingga akhirnya JPU sendiri salah dalam
mengambil kesimpulan yang berakibat kepada salahnya tuntutan yang dibuatnya.
d. Dengan cara-cara JPU dalam menuangkan keterangan ahli yang disampaikan dalam
persidangan kedalam surat tuntutannya, secara langsung telah memberikan gambaran kepada
kita bahwa hal ini sengaja dilakukan oleh JPU dengan maksud untuk mempengaruhi Majelis
Hakim dalam pengambilan keputusannya walaupun dilakukan dengan cara-cara yang tidak
objektif dan tidak terhormat.
Untuk memperjelas dan menyegarkan ingatan kita kembali, berikut saya kutip beberapa keterangan
ahli-ahli tersebut :
1. Ahli Afrizal, dibawah sumpah persidangan pada hari Selasa tanggal 31 Maret 2015,
24
memberikan keterangan sebagai berikut :
Hakim
Afrizal
Hakim
Afrizal
Hakim
Afrizal
Hakim
Afrizal
Hakim
Afrizal
Hakim
Afrizal
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Saya mengenai ini saya sepakat. Tapi kalau mengenai kerugian ini, seharusnya
saudara realistis dong, disini yang saya maksud kan, sampai di akhir 860 juta.
Sampai di Baladewa yang dibeli oleh Frans Wijaya. Seharusnya tidak ada
Kerugian Negara, tapi penyimpangan saya sepakat. Tapi kalau mengenai
kerugian Negara ini, seharusnya saudara realistis. Jangan asal uang
Negara, ini yang saya minta di ahli ini realistis kita ya, jangan dipaksakan
aturan main seperti ini, harganya di importir. Dari importir ke Deka 675
itu, saya tidak sepakat itu. Saya rasa tidak ada kerugian Negara,
penyimpangan sepakat. Seperti itu. Ini ahli jangan main-main, kasihan
orang ini, orang ini ga menikmati kok, kok harus dia yang menikmati,
harus dia yang bertanggung jawab? Tapi kalau penyimpangan oke. Tapi
kalau masalah kerugian, ini jangan ambil patokan 675. Kenapa sampainya ke
sekretariat Pemda Pasbar 860 ada kuintansi loh. Gimana itu? Besok itu gimana
di BPKP? Ini yang saya bilang realitanya
Kan kita gini pak, seperti yang kita laporkan, kita ekspose internal
namanya, ekpose, sepakatlah langkahnya kayak gitu, kemudian kita
lanjut ke penyidik. Sepakat juga langkahnya kayak begitu.
Tadi saudara bilang tadi, anda membuat patokan 675, karena ada
penyimpangan tadi terhadap pasal 28 ayat 8 dan pasal 17 ayat 5, karena
penyimpangan tadi patokan anda 675. Dasarnya apa anda ngomong seperti
itu?? Kenapa ?? Karena laporan kwitansi yang ada 860. Kita harus
objektif dong dalam penilaian ini. Saya tidak kemana-mana lho, saya
objektif saja. Tidak ada keberpihakan disini. Jadi apa dasarnya anda
berpatokan realnya lo 860, dia tidak menikmati sama sekali.
Begini pak
Iyaaa, realnya kan dia tidak menikmati. Saksi mengatakan, ini faktanya loh,
sampainya 860, kenapa patokan saudara 675?? Dasarnya apa??
Itu angka yang realistis, yang... yang... 675 itu kita pakai...
Kenapa anda pakai 675? Karena melanggar aturan itu?
Disitu kan Prakteknya kan berantai-rantai pak. Tidak langsung. Sampai lah ke
860 itu, dari importir ke Deka, dari Deka ke Kencana. Jadi seakan-akan
keuangan negara ini seakan-akan gampang-gampang saja dipermainkan,
seharusnya sampainya cuma 675 itu, bukan 860, sebab pembeli sudah berantai
dari atas ke bawah, banyak keuntungan makanya 860
Ya boleh, itu karena keuntungan-keuntungan, akhirnya 860
Ya
Kalau terjadi hal seperti ini, sementara KPA mengambil Baladewa, tidak
sanggup melakukan ini tapi dia sudah berantai-rantai sampai pada 860. Dia
tidak menikmati. Kalau terjadi hal seperti ini tanggung jawab siapa??
Maksudnya kan kita bukan ahli, kita mau pendapat dia. Apakah ada ketentuan
yang misalnya, hasil penjualannya 860 juta, saya ga ada kepentingan loh disini,
saya hanya mencari kebenaran materilnya, apakah nanti dalam kerugian
Negara, ternyata harga real nya memang 860. Itu yang saya tanyakan
Kita kan menghitung cuma. Berdasarkan keahlian kita menghitung
menetapkan 675, kalau kebenarannya silakan Majelis Hakim yang
menetapkannya.
25
Hakim
Afrizal
Hakim
Afrizal
Hakim
Afrizal
Hakim
Afrizal
Hakim
Jaksa
Nazif
Afrizal
Jaksa
Nazif
Afrizal
Terdakwa
Afrizal
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
Hakim
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kami berpatokan kepada ahli, tapi kami bisa mematahkan apa yang ahli
katakan ini. Saudara sebagai ahli lo disini
Ya
Itu yang kami pertanyakan, supaya tidak ada orang yang dikorbankan,
itu yang saya maksud. Kita hanya berdasarkan fakta yang ada, itu yang
kita simpulkan nanti. Kesimpulan terakhir tetap ditangan majelis.
Ya
Perhitungan anda 675 ini, sementara anda juga melihat bukti kwintansi
nya 860, dia tidak menikmati. Kalau terjadi hal seperti ini, yang
bertanggung jawab siapa?? Apa masih juga dibebankan kepada orang
yang tidak menikmati? Itu yang saya tanyakan. Menurut saudara sebagai
ahli
Kalau dia sebagai KPA, bertanggung jawab. Iya. Kalau pun dia tidak menikmati,
karena dari awal dia telah melakukan penyimpangan terhadap aturan
pengadaan
Itu saya paham itu. Mengenai kerugian negara ini, kita lihat nanti saya tidak
memojokkan ahli
Ya
Saya pengen tahu saja, Karena saudara ahli, kalau tidak ahli tidak saya
tanyakan ini. Kepada saksi tidak tanyakan ini, termasuk Kepres 80. Saya hanya
meluruskan, mencari kebenaran materil, nanti uang pengganti ini, dibebankan
kemana. Kerugian seperti ini, uang pengganti dibebankan kemana. Kira-
kira bagaimana, bisa tidak uang pengganti ini, kita bebankan kepada
orang yang tidak menikmati ini harus dikorbankan?
Ini menarik sedikit, sepertinya apabila ada aturan yang dilanggar, dari awal
pengadaan, muncullah aturan harga pangkalnya, kemudian dari harga realistis
patokan saudara kerugian Negara, berbeda dengan harga yang dibeli Baladewa
860. Apakah memang begitu prosedur yang ditetapkan oleh BPKP, yang
menyatakan kalau kerugian keuangan Negara itu yang muncul, atau
saudara saja sebagai ahli?
BPKP
Berarti prosedur BPKP, karena memang perkara ini, dibunyikan juga
kerugian dari semua kontrak konsultan pengawas yang bekerja, karena
lelangnya gagal, sama seperti ini. Jadi prosedur BPKP, bukan prosedur
saudara?
Bukan
Kalau begitu, apa dasar hukum dari perhitungan kerugian keuangan Negara
yang saudara lakukan tersebut yaitu dengan cara menghitung nilai kontrak
bersih setelah dikurangi pajak dan leges dan dikurangi dari nilai jual dari
importir umum. Apa dasar hukumnya?
Dasar hukumnya tidak ada
Baik. dan merugikan keuangan Negara dan dari perhitungan yang saudara ahli
lakukan bahwa keuntungan rekanan adalah 276.887.273. Apakah rekanan
yang saudara maksud kan ini PT Baladewa?
Bukan keuntungan, tapi kerugian
Karena didalam BAP ini di point nomor 5, keuntungan rekanan / (kerugian
keuangan Negara).
Kan ada keuntungan rekanan, dilaporan kita kerugian
26
Hakim
Hakim
Terdakwa
Afrizal
Hakim
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
Hakim
Hakim
Hakim
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
Hakim
Terdakwa
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Nomor 5 yang mana ini?
Ini yang ada rincian
Rincian nomor 5 yang dicetak tebal, keuntungan rekanan
Kalau di laporan kita kerugian keuangan Negara.
Kerugian keuangan Negara dari hasilnya.
Ini dakwaan sama BAP juga
Kalo hasil dia ini, kerugian keuangan negara. Bukan keuntungan rekanan, ini
BAP
Berarti jaksa yang salah ya
Saudara yang menilai yang salah. Didala