116
0 NOTA PEMBELAAN (PLEDOI) Drs. H. H E N D R I, MM. Pembunuhan Karakter Secara Sistematis dan Konstitusional Dengan Metode Imajiner Oleh JPU Atas Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simpang Empat Pasaman Barat Dalam Perkara Pidana Nomor : 01/Pid.Sus-TPK/201D.PN.Pdg Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Padang 12 Mai 2015

Pledoi Hendri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pledoi Terdakwa Hendri dalam Kasus Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat TA 2010 pada PN Tipikor Padang, Sumatera Barat, .

Citation preview

  • 0

    NOTA PEMBELAAN

    (PLEDOI)

    Drs. H. H E N D R I, MM.

    Pembunuhan Karakter Secara Sistematis dan Konstitusional

    Dengan Metode Imajiner Oleh JPU

    Atas

    Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

    Kejaksaan Negeri Simpang Empat Pasaman Barat

    Dalam Perkara Pidana Nomor : 01/Pid.Sus-TPK/201D.PN.Pdg

    Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang

    Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Padang

    12 Mai 2015

  • 1

    Assalamualaikum Wr. Wr.

    Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim,

    Yang Terhormat Jaksa Penuntut Umum,

    Yang Terhormat Penasihat Hukum,

    Para hadirin-hadirat dan para wartawan yang saya hormati.

    Hari ini adalah saat bersejarah bagi saya karena akan membacakan Nota Pembelaan (Pledoi)

    pribadi selaku Terdakwa dipersidangan ini, setelah saya ditahan selama 190 hari. Karena itulah

    saya mengucapkan terima kasih kepada Ketua Majelis Hakim yang berkenan memberikan

    kesempatan kepada saya untuk menyampaikan Nota Pembelaan pada persidangan yang

    terhormat ini. Terima kasih juga saya sampaikan atas jalannya persidangan yang baik, sungguh-

    sungguh, terbuka, bebas dan berhasil membuka fakta-fakta penting terkait dengan kasus yang

    didakwakan kepada saya. Tidak keliru kalau saya menyebut persidangan ini sebagai persidangan

    yang berkualitas.

    Persidangan yang berkualitas tidak akan hadir tanpa kepemimpinan sidang yang berkualitas

    pula. Kualitas persidangan sangat ditentukan oleh kesungguhan dan kecakapan Ketua Majelis

    dan dibantu oleh para Anggota Majelis di dalam memandu dan memimpin jalannya persidangan.

    Sebagaimana yang juga pernah disampaikan dalam persidangan pada tanggal 10 April 2015, oleh

    Ketua Majelis, Ibu Asmar, SH. Kami semua bisa menilai dan merasakannya, demikian pula publik

    yang mengikuti persidangan ini, baik yang hadir secara langsung maupun yang mengikuti lewat

    pemberitaan media massa.

    Terima kasih juga saya sampaikan kepada Jaksa Penuntut Umum yang telah menjalankan

    tugasnya secara amat meyakinkan. Saya juga menghormati kerja keras Jaksa Penuntut Umum

    yang tentunya berangkat dari kepentingan obyektif, meskipun dijalankan dengan metode yang

    subyektif dan pada akhirnya tidak menghormati obyektifitas yang terbentang jelas di dalam

    persidangan ini.

    Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Penasihat Hukum yang sabar, telaten dan gigih

    mendampingi saya di dalam proses persidangan. Saya menghargai toleransi dan pengertian

    Penasihat Hukum kepada saya yang berusaha belajar maksimal di dalam ikhtiar, agar terbentang

    terang fakta-fakta yang sesungguhnya terkait dengan kasus yang didakwakan kepada saya.

    Terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada para sahabat, baik yang hadir maupun tidak

    hadir di persidangan, yang tulus memberikan doa dan simpati serta merindukan berlakunya

    keadilan. Ketika Ali bin Abi Thalib ditanya tentang sahabatnya yang sangat banyak, beliau

    menjawab akan menghitung jumlah sahabatnya pada saat terkena musibah.

    Terima kasih juga layak disampaikan kepada rekan-rekan wartawan yang selalu mengikuti

    persidangan ini, baik yang berani memberitakan secara obyektif dan berimbang, maupun yang

    sudah dibekali dengan framing negatif. Tentu saja obyektifitas sangat dimuliakan dalam

    kehidupan pers yang sehat dan bertanggung jawab.

    Yang Mulia Majelis Hakim,

    Yang Terhormat Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat Hukum,

    Hadirin yang saya hormati.

  • 2

    PENDAHULUAN

    Sebelum kami menyampaikan nota pembelaan dalam perkara ini, perkenankanlah kami terlebih

    dahulu untuk memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

    memberikan kekuatan dan Hidayah-Nya dalam usaha kita menggali dan menemukan hakekat

    kebenaran dan keadilan di dalam perkara ini.

    Menghadirkan Fakta Yang Benar

    Jaksa Penuntut Umum selalu memulai pertanyaan kepada saksi dengan pertanyaan apakah

    pernah diperiksa penyidik dan apakah menandatangani BAP, serta apakah keterangan yang

    di dalam BAP itu benar. Kita semua paham bahwa keterangan yang bernilai secara hukum

    adalah keterangan yang diberikan di bawah sumpah di dalam persidangan. Karena itulah

    klarifikasi atas fitnah dan kebohongan di dalam BAP adalah penting di dalam persidangan ini.

    Sementara itu klarifikasi untuk semakin mendalami keterangan saksi agar didapatkan

    keterangan yang otentik dan sesungguhnya adalah metode yang sahih di dalam pencarian

    kebenaran materiil di dalam persidangan. Mendalami dan mengklarifikasi keterangan saksi atas

    materi yang sama dan sudah ditanyakan Jaksa Penuntut Umum adalah bukan untuk mengulang-

    ngulang dan bertele-tele. Justru hal tersebut dilakukan untuk kontestasi yang adil dan berimbang

    di dalam mendalami keterangan saksi, sehingga dapat terungkap keterangan yang lengkap dan

    benar yang pada akhirnya diserahkan kepada Majelis Hakim untuk menilainya.

    Justru kalau jawaban-jawaban saksi atas pertanyaan Jaksa Penuntut Umum yang sudah terarah

    berdasarkan BAP dan dipilih khusus untuk menjustifikasi dakwaan tidak di dalami lebih lanjut,

    maka malah berpotensi penyesatan fakta. Di dalam persidangan yang terhormat inilah

    selayaknya terjadi kontestasi yang adil dan terbuka, sehingga kebenaran fakta-fakta yang otentik

    dapat terungkap secara terang benderang. Keengganan untuk melakukan kontestasi dalam

    bertanya kepada para saksi dari berbagai sudut klarifikasi dan penjelasan justru mengundang

    pertanyaan tersendiri. Di dalam keawaman saya di bidang hukum, saya memahami persidangan

    adalah arena yang adil dan terbuka untuk kontestasi fakta-fakta secara lengkap dan gamblang

    sebagai jalan menemukan kebenaran materiil.

    Korban Opini

    Adalah rangkaian fakta yang tidak terbantahkan bahwa sejak tahun 2011, Terdakwa menjadi

    korban opini yang tujuannya adalah membangun persepsi tentang kejahatan korupsi yang

    dilakukan oleh Terdakwa pada kegiatan pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat.

    Persepsi ini dibangun secara sistematis, dalam waktu yang panjang, dilakukan secara bertalu-

    talu dan bergelombang. Bahwa seolah-olah benar Terdakwa merugikan negara ratusan juta atas

    kegiatan pengadaan tersebut.

    Inilah yang kemudian menjadi dasar penetapan sebagai tersangka, kemudian dikembangkan ke

    segala arah pada saat penyidikan dan kemudian akhirnya dibawa ke persidangan. Dalam proses

    persidangan itulah yang juga dipaksakan ke dalam dakwaan dan ujungnya ada di dalam Surat

    Tuntutan sesuatu yang bukan melanggar aturan dan kewenangan dan bukan juga merugikan

    negara, dipaksakan sebagai melanggar aturan dan kewenangan yang menyebabkan adanya

    kerugian negara, dan dimulai dengan cara membangun opini secara sistematis.

    Dalam menegakkan hukum sebagai tujuan bersama, tentulah kita sama-sama bersandar kepada

    kebenaran (materiel warheid) yang terungkap dalam persidangan perkara ini, bukan hanya

  • 3

    sekedar mencari alat bukti belaka dibawah prinsip Terdakwa tidak boleh lolos dari jerat

    hukum.

    Kualitas Keterangan Saksi Sudirman?

    Adalah kewenangan dan hak Jaksa Penuntut Umum untuk percaya kepada kesaksian Sudirman

    Samin atau percaya terpaksa karena menjadi satu-satunya cara untuk berusaha membuktikan

    dakwaan kepada Terdakwa. Adalah hak Sudirman Samin untuk membuat keterangan-

    keterangan yang berisi fitnah, fiksi dan serangan-serangan tidak berdasar. Adalah hak Sudirman

    Samin untuk memberikan keterangan di BAP dan di persidangan yang dilakukan dibawah

    sumpah, yang tidak mengandung nilai kebenaran. Juga adalah hak Sudirman Samin untuk

    membuat skenario dan mengarahkan, untuk memberikan keterangan bohong tentang Terdakwa.

    Adalah hak Sudirman Samin untuk membuat skenario dan menjalankan persekongkolan jahat

    untuk membuat Terdakwa dipaksa bersalah secara hukum. Tidak ada yang perlu dipersoalkan.

    Yang menjadi masalah adalah ketika keterangan dan kesaksian Sudirman Samin otomatis

    dianggap sebagai kebenaran dan dianggap berkualitas karena dia adalah mantan anggota DPRD.

    Memandang seluruh kesaksian Sudirman Samin sebagai kebenaran adalah tindakan yang tidak

    bisa dibenarkan.

    Dalam perkara yang didakwakan kepada saya (Terdakwa) jelas sejak awal Sudirman Samin

    berniat dan secara sadar menyusun serta menjalankan skenario agar saya masuk dalam pusaran

    kasus hukum. Niat jahat yang kemudian dijalankan inilah yang seharusnya dipertimbangkan di

    dalam menilai keterangan dan kesaksian Sudirman Samin, baik yang dituangkan di dalam BAP

    maupun yang disampaikan di depan persidangan.

    Apakah keterangan saksi yang sejak awal punya rencana untuk mencelakakan secara hukum dan

    kemudian rela untuk menjadi Pinokio demi memenuhi kemarahan dan dendamnya, atau demi

    melayani kepentingan tertentu, dapat dijadikan setara dengan sabda Nabi, atau keterangan

    saksi-saksi yang jujur dan tanpa agenda tersembunyi? Akal sehat kita dan nalar keadilan hukum

    mestinya menolak. Setidaknya bisa bersikap kritis dan sangat selektif dengan keterangan-

    keterangannya. Menelan mentah-mentah keterangan darinya hanya bisa dilakukan oleh pihak

    yang kepentingannya sama atau pihak yang tidak peduli dengan pentingnya kebenaran dan

    keadilan di dalam proses hukum.

    Ketentuan di dalam KUHP menyatakan bahwa dalam menilai kebenaran keterangan saksi harus

    sungguh-sungguh mempertimbangkan persesuaian dengan saksi-saksi lain, persesuaian dengan

    bukti lain, alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang

    tertentu dan cara hidup serta kesusilaan saksi, serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat

    mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu untuk dipercaya.

    Di dalam hadits yang diriwayatkan Abu Dawud disebutkan tidak boleh menjadi saksi laki-laki

    dan perempuan yang khianat. Juga tidak boleh menjadi saksi orang yang menaruh dendam

    terhadap saudaranya.

    Di dalam tradisi Fikih Islam, bahkan untuk menjadi saksi pernikahan pun, bukan urusan pidana,

    harus memenuhi syarat baligh, berakal, merdeka, Islam dan adil. Kemampuan untuk adil atau

    setidaknya dinilai adil adalah syarat yang penting.

    Sedangkan pada Tambo Alam Minangkabau disebutkan bahwa syarat menjadi saksi adalah

    bersifat arif, baligh-berakal, melihat, mendengar, berkata, terang hati dan adil, serta mempunyai

    alasan untuk menjadi saksi.

  • 4

    Atas dasar itu semua kiranya bisa memperjelas bahwa menjadikan keterangan Sudirman Samin

    sebagai dasar atau bahkan dasar utama untuk pembuktian dalam perkara saya (Terdakwa),

    adalah kesalahan serius dalam perspektif obyektifitas, kebenaran dan keadilan. Lain halnya jika

    perspektifnya untuk mencari dasar justifikasi untuk sekedar menghukum.

    Adalah berlebihan, tidak berdasarkan data yang bisa dipertanggungjawabkan dan bahkan terlalu

    mewah untuk mengatakan, bahwa apa yang diucapkannya itu nanti, akan

    dipertanggungjawabkannya di Padang Mahsyar.

    Karena itulah keterangan Sudirman Samin yang diarahkan untuk membuat keterangan tidak

    benar tidaklah mempunyai nilai pembuktian yang layak. Justru jika keterangannya dijadikan

    dasar atau bahkan dasar utama dalam pembuktian perkara ini, peradilan bisa tersesat dan

    membelakangi spirit penegakan hukum dan keadilan. Keterangan sesat Sudirman Samin biarlah

    menjadi sesat sendiri. Jangan sampai membuat kita semua tersesatkan.

    Selama persidangan telah dihadirkan 26 orang saksi, yang terdiri dari saksi memberatkan, saksi

    meringankan, saksi ahli yang dihadirkan JPU dan saksi ahli yang dihadirkan oleh Terdakwa dan

    Penasihat Hukum. Secara rinci adalah sebagai berikut : 22 saksi memberatkan yang dihadirkan

    JPU, 1 saksi ahli yang dihadirkan JPU, 2 saksi meringankan yang dihadirkan Terdakwa dan

    Penasihat Hukum, serta 2 saksi ahli yang dihadirkan Terdakwa dan Penasihat Hukum.

    Adalah wajar semata jika sebagian saksi yang dihadirkan JPU malah membantah dakwaan. Bukan

    karena saksinya dan bukan karena JPU, melainkan karena dakwaan disusun berdasarkan -

    terutama- BAP yang tidak mengandung nilai kebenaran. Keterangan para saksi di depan

    persidangan yang membantah dakwaan karena apa yang diketahui, didengar, dirasakan dan

    dilakukan para saksi berbeda dan bertentangan dengan dakwaan yang berasal dari imajinasi dan

    cerita fiksi Sudirman Samin. Sehebat-hebatnya cerita fiksi dan secanggih-canggihnya imajinasi

    akan kalah dengan realitas yang senyatanya.

    Yang Mulia Majelis Hakim,

    Yang Terhormat Jaksa Penuntut Umum dan Penasihat Hukum,

    Hadirin yang saya hormati.

    Saya mohon maaf kepada Majelis Hakim, kalau saya terpaksa menyampaikan, bahwa mungkin

    bagi Majelis Hakim, ini adalah persidangan perdana bagi majelis yang menyidangkan perkara

    yang imajiner. Kenapa saya katakan imajiner ?

    Yang pertama, karena sejak dari awal persidangan, kita digiring oleh JPU dengan perbuatan

    yang menyalahi peraturan imajiner, perbuatan yang tidak termasuk kedalam ranah yang diatur

    oleh Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Serta

    Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

    Daerah.

    Yang kedua, kita juga digiring dengan imajinasi saksi mantan anggota DPRD, yang juga

    merupakan saksi pelapor dalam kasus ini, yang menginginkan mobil Bupatinya adalah sama

    dengan mobilnya sendiri, yaitu Toyota Fortuner. Sementara seluruh dokumen yang ditampilkan,

    mulai dari notulen rapat Banggar dan TAPD, Laporan Banggar DPRD Kab. Pasaman Barat, RKA P

    Bagian Umum TA 2010, DPPA Bagian Umum TA 2010, sampai kepada Laporan Keterangan

    Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Pasaman Barat Tahun 2010 yang disampaikan dalam

  • 5

    Paripurna DPRD pada bulan April 2011, tidak ada satupun yang mencantumkan dan

    menyebutkan mengenai mobil Toyota Fortuner ini. Bahkan ketika ceritanya ini diadu dengan

    aturan main mekanisme penyusunan APBD seperti yang diatur didalam Peraturan Menteri

    Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

    kebohongannya ini menjadi semakin terkuak, modusnya untuk menjadi makelar dan mencari

    keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD Pasaman Barat terbuka secara jelas. Dan

    ini memang fenomena yang sangat kental terjadi di Pasaman Barat sampai pada tahun 2010,

    dimana anggota DPRD memiliki power yang sangat kuat dalam menentukan anggaran pada

    SKPD, bargaining-bargaining dalam kamar kecil dilakukan. Dan ini dimanfaatkan mereka untuk

    mendapatkan keuntungan dengan cara yang tidak terpuji. Pemerasan terhadap SKPD. Peraturan

    Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

    mengatur bahwa, kewenangan DPRD dalam penyusunan RAPBD, hanyalah sampai kepada

    rincian JENIS BELANJA. Dan jenis belanja itu hanya mengatur 3 (tiga) hal, yaitu : Belanja

    Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal. Penjelasan ini, juga telah disampaikan

    oleh Ahli Dr. Sumule dari Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI,

    dalam persidangan pada hari Jumat tanggal 17 April 2015. Dan Permendagri ini dibuat oleh

    Kemendagri, memang untuk mengantisipasi kenakalan-kenakalan anggota DPRD sehingga tidak

    bisa masuk kedalam domainnya Eksekutif, yang menciptakan peluang-peluang KKN. Sementara

    dalam belanja kegiatan pengadaan kendaraan dinas Bupati Pasaman Barat, itu hanyalah

    perubahan volume, yang merupakan bagian yang lebih kecil lagi dari perubahan rincian ojek

    belanja. Sehingga jangankan harus melalui perubahan Perda tentang APBD yang harus melalui

    persetujuan DPRD, persetujuan PPKAD saja pun tidak dibutuhkan. Karena itu sudah berada

    didalam kewenangan operasional Pengguna Anggaran, yang nantinya akan dipertanggung

    jawabkan menjadi SILPA yang disampaikan dalam Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban

    (LKPJ) Bupati Pasaman Barat. Nah, Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman

    Pengelolaan Keuangan Daerah, memang hanya mengatur sampai kepada perubahan rincian

    objek belanja dalam objek belanja berkenaan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 160 ayat

    (2), sementara untuk perubahan realisasi volume, itu merupakan rincian yang lebih detail dari

    perubahan rincian objek belanja dalam objek belanja berkenaan, yang tidak termasuk diatur di

    dalam Pasal 160 ayat (2) tersebut.

    Satu-satunya data yang bisa kita telusuri dari imajinasinya tersebut adalah mengenai harga

    mobil Toyota Fortuner pada tahun 2010 tersebut. Tetapi ini malah membuka kedok rencana

    mark up dan makelar anggota DPRD tersebut, karena harga mobil yang mereka usulkan

    dimasukkan kedalam anggaran Bagian Umum tersebut, dua kali lipat dari harga price list yang

    dikeluarkan oleh Toyota sendiri. Ini dibungkusnya dengan alasan, pajak dan keuntungan

    perusahaan. Padahal untuk pengadaan kendaraan bermotor yang telah memiliki price list dari

    ATPM, memang harga yang tercantum di dalam price list tersebutlah yang menjadi harga

    kontrak. Karena di dalam harga price list, itu sudah memasukkan komponen biaya pajak dan

    keuntungan perusahaan. Hal ini mengingatkan kita kepada permasalahan pengadaan UPS di DKI

    Jakarta yang juga melibatkan anggota DPRD nya. Apakah karena tidak jadi mendapatkan proyek

    dan keuntungan ini sebagai salah satu yang menyebabkan mereka meradang ? Wallahualam....

    Karena secara politik, Saksi tersebut memang berlawanan secara frontal dengan Bupati Pasaman

    Barat, yang berujung dengan pemecatannya sebagai anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat

    dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan pada tahun 2014, yang secara kebetulan juga diketuai

    oleh Bupati Pasaman Barat. Hal ini hanyalah perulangan dari pemecatan serupa yang

    diterimanya pada waktu menjadi anggota DPRD Kabupaten Pasaman dari Fraksi Golkar pada

    tahun 2005. Tapi biarkanlah karakter saksi yang seperti itu. Saksi yang sesat itu biarkanlah sesat,

  • 6

    asalkan jangan sampai kita pula yang disesatkannya dan dibuat sesat dengan kesaksian-

    kesaksian palsunya tersebut.

    Yang ketiga, kita juga digiring dengan upaya dari Jaksa Penuntut Umum untuk menghadirkan

    bukti utamanya dalam hal kerugian negara, dengan menghadirkan saksi ahli dari BPKP

    Perwakilan Provinsi Sumatera Barat. Setelah saksi membahas bermacam undang-undang yang

    mengatur tentang keuangan negara, mulai dari UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

    Tipikor, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara, PP, Kepres, Permendagri, dan Kepmendagri, serta aturan-aturan iternal

    BPKP itu sendiri, kemudian dengan santainya saksi ahli Sdr. Afrizal dari BPKP Perwakilan

    Propinsi Sumatera Barat, menyampaikan didepan persidangan dibawah sumpah, menjawab

    pertanyaan Majelis Hakim, bahwa dasar hukum ahli menghitung kerugian negaranya sehingga

    didapat angka Rp. 276.887.273,- tidak ada sama sekali. Ini hanya menurut perhitungan

    saya. Inilah menurut saya angka yang realistis. Kalau berapa angka pastinya kerugian

    negara, silahkan Majelis Hakim yang menghitungnya. Entah kemana lagi segerobak

    peraturan yang dibacanya sebelumnya diletakkannya ketika orang yang disebut ahli ini

    melakukan penghitungan uang. Due Process of Law. Saya cukup terharu pada waktu Majelis

    Hakim, Hakim Anggota 1, Bapak Fahmiron, mencecar saksi tersebut dengan pertanyaan-

    pertanyaan sampai membuat ahli tersebut manggaretek menggigil.

    Yang keempat, kita juga disuruh Jaksa Penuntut Umum untuk berimajinasi, dengan

    menghadirkan saksi fakta dari Importir Umum dan showroom kendaraan Toyota Prado ini.

    Tidak tanggung-tanggung, saksi ini dihadirkan dari Jakarta, setelah sebelumnya Jaksa Penyidik

    mendatangi mereka kesana, katanya. Di dalam persidangan dibawah sumpah, ternyata saksi

    yang dihadirkan ini adalah orang yang sama sekali tidak mengetahui mengenai kendaraan yang

    sedang diperiksa perkaranya. Berkali-kali mereka menyatakan, bahwa kalau mengenai

    kendaraan, apalagi spesifikasinya, saya tidak tahu pak. Kami adalah accounting perusahaan.

    Ruang kerja kami terpisah tersendiri. Terhadap keterangan mereka yang sudah seperti itu, Jaksa

    Penuntut Umum tetap mencecar mereka dengan pertanyaan-pertanyaan seputar masalah

    spesifikasi kendaraan. Tentu saja akhirnya jawaban saksi adalah mengacu kepada dokumen yang

    ada pada mereka, yang sudah merupakan dokumen bawaan semenjak kendaraan tersebut di

    import dari Jepang. Apakah menghadirkan saksi yang tidak mengerti sama sekali dengan dunia

    otomotif selain dunia accounting mereka, juga disengaja oleh JPU ? Kenapa tidak dipastikan

    dihadiri dan diperiksa dari orang yang mengerti tentang dunia otomotif CBU ? Bukankah Jaksa

    penyidik sudah langsung pergi ke showroom mereka ? Akan kabur dakwaan mereka jika yang

    hadir adalah orang teknik ?

    Yang kelima, semenjak awal persidangan, kita juga digiring oleh Jaksa Penuntut Umum dengan

    imajinasi JPU tentang rantai perdagangan kendaraan ini. Padahal sama halnya dengan apa yang

    kita lakukan sebagai seorang pribadi di rumah kita apabila kita membeli sebuah barang di toko,

    katakanlah telivisi atau bahkan mobil sekalipun. Kita hanya akan berhubungan dengan orang

    atau toko tempat kita membeli barang tersebut. Jangan pernah kita mencoba menanyakan

    kepada pemilik toko atau pedagang tersebut, berapa sih sebenarnya televisi ini harganya bapak

    beli ? Dimana atau darimana televisi ini bapak beli sebelum bapak jual kepada saya ? Sampai

    kemudian akhirnya kita sampai kepada Importir Umum yang memasukkan barang tersebut dari

    Luar Negeri ke Indonesia. Tidak akan pernah bisa kita mendapatkannya Yang Mulia, apalagi

    sampai ke faktur-faktur pembelian atau penjualannya. Nah, demikian jugalah dengan Pengadaan

    Barang dan Jasa untuk pemerintah yang diatur pedoman pengadaannya dalam Kepres No. 80

    Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Panitia Pengadaan, PPTK,

    KPA, PA bahkan Bupati sendiripun tidak akan bisa untuk meminta kepada rekanan, berapa seh

  • 7

    sebenarnya modal pembelian saudara ? Coba berikan faktur pembeliannya kepada saya. Tidak

    akan bisa Yang Mulia, minimal itu jawaban yang akan kita terima, kalaupun kita tidak akan kena

    usir oleh mereka. Bahkan itu TIDAK BOLEH. Disamping itu tidak boleh, yang namanya surat-

    surat kendaraan, itu kita terima adalah beberapa bulan setelah kita selesai Proses Pengadaan

    Barang dan Jasa tersebut. Beberapa bulan setelah mobil itu datang. Dan itu memang berbunyi

    didalam kontrak pengadaan kita. Karena memang proses untuk penerbitan surat-surat

    kendaraan tersebut membutuhkan waktu dan diproses oleh banyak instansi pemerintah lainnya.

    Jadi adalah tidak akan mungkin dan sangat imajinatif, kalau kepada kami insan pengadaan

    barang dan jasa pemerintah pada waktu itu dan sampai saat ini, dituntut untuk melakukan

    konfirmasi harga sampai ke tingkat importir umum, sementara kita belum mengetahui apa nama

    perusahaan importir umum kendaraan tersebut pada waktu proses pengadaan tersebut

    dilaksanakan. Nama Importir Umum kendaraan tersebut, baru ada tertulis beserta alamatnya,

    adalah pada buku BPKB kendaraan yang kita terima beberapa bulan setelah kendaraan tersebut

    diperiksa dan diterima oleh Pemda Pasaman Barat.

    Untuk memperkuat dan menjustifikasi dakwaan JPU bahwa rantai perdagangan kendaraan ini

    terlalu panjang, dan mestinya bisa dihemat dengan membeli langsung kepada importir umum,

    maka di kejarlah Importir Umum dan rekanan dengan pertanyaan-pertanyaan, PT ini membeli

    dari PT mana, PT ini membeli seharga berapa. Kemudian menjualnya ke PT mana dan dengan

    harga berapa. Suatu pertanyaan yang tidak beralasan dan hanya bisa dipertanyakan oleh orang-

    orang yang sangat bodoh yang memang tidak pernah sama sekali membeli sebuah barang dalam

    sebuah Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah untuk kantornya, karena selama ini hanya

    terbuai dengan meminta kepada Pemerintah Daerah dan tahu ada saja. Dan memang pada

    kenyataannya, tidak seorangpun dari Penyidik dan JPU yang terlibat dalam kasus pengadaan

    barang dan jasa pemerintah ini yang mempunyai pengalaman, apalagi keahlian dan memiliki

    sertifikasi sebagai Ahli Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang dikeluarkan oleh Lembaga

    Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah RI, walaupun telah beberapa kali mengikuti

    ujian ini untuk kantor Kejaksaan Negeri Simpang Empat. Tetapi selalu gagal. Tidak lulus. Hal ini

    sangat mudah sekali kita lacak dari database Ahli Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang

    memiliki sertifikat pada website LKPP RI. Kalau Majelis Hakim Yang Mulia berkenan untuk

    masuk ke website tersebut,

    http://logbook.lkpp.go.id/logbook2/index.php?hlmn=detailprop059 insyaallah Yang Mulia

    akan menemukan nama saya dan nama saudara atau putra atau putri yang Mulia yang memiliki

    sertifikat tersebut.

    Yang ke Enam. Tiba-tiba muncul nama Sakirman di halaman 57 Surat Tuntutan Jaksa, sebagai

    seorang saksi di bawah sumpah di persidangan dan memberikan keterangan-keterangan. Saya

    sampai harus lama membayangkan bagaimana sosok Sakirman berdiri membaca sumpah yang

    dipandu oleh salah seorang Majelis Hakim. Dan saya juga berulang-ulang membuka catatan

    persidangan saya, termasuk memutar rekaman persidangan, untuk mencari nama Sakirman.

    Ternyata tidak ada. Dan memang Sakirman tidak pernah hadir di acara persidangan sama halnya

    dengan saksi Yulisman. Sakirman yang dibuat JPU pada halaman 57 Surat Tuntutannya adalah

    sosok Imajiner yang tidak pernah kita nampak kehadirannya di ruang persidangan ini. JPU, selera

    humor imajiner anda memang cukup tinggi.

    Tapi apapun itu nama dan bentuk imajinasi Jaksa Penuntut Umum. Biarlah dia menjadi imajinasi

    JPU saja. Jangan sampai persidangan kita yang terhormat dan mulia ini, juga menjadi imajiner

    sehingga keputusan Majelis Hakim nantinya juga akan menjadi imajiner. Tinggallah saya sendiri

    yang berada pada dunia nyata di dalam penjara yang tidak bisa diimajinerkan juga. Sehebat-

  • 8

    hebatnya cerita fiksi dan secanggih-canggihnya imajinasi akan kalah dengan realitas yang

    senyatanya.

    I. TERHADAP DAKWAAN DAN TUNTUTAN DARI JPU

    Primair :

    Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana pasal 2 ayat (1) jo pasal 18 ayat (1)

    huruf b, ayat (2), ayat (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah di ubah dan

    ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

    Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

    Subsidair :

    Perbuatan Terdakwa Drs. Hendri, MM. sebagaimana diatur dan diancam pidana pasal 3 jo pasal 18

    ayat (1) huruf b, ayat (2), ayat (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah di

    ubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

    Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

    Dari dakwaan yang dituduhkan kepada Terdakwa, Terdakwa menyangkal secara keseluruhan dan itu

    akan Terdakwa rangkum sebagai berikut :

    1. Pada Hal 2 alinea ke-2 baris ke-12 s/d 15

    Pada tanggal 16 oktober 2010 direktur CV. Makna Motor Sdr. Arifin Argosurio melalui surat

    menawarkan kepada Terdakwa selaku KPA berupa kendaraan mobil dinas Toyota Prado 2.7 TX

    seharga Rp. 875.000.000,- (delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah) dan Toyota Prado 2.7 TX-L

    seharga Rp. 923.000.000,- (sembilan ratus dua puluh tiga juta rupiah)

    Disini Jaksa menghilangkan data dan fakta bahwa surat penawaran yang masuk kepada Pemda

    Pasaman Barat bukan hanya 1 (satu) dari CV. Makna Motor saja tetapi juga dari PT. Intercom

    Mobilindo Padang, Auto 2000 Padang berupa price list harga kendaraan Toyota pada kondisi

    bulan September 2010 untuk wilayah Sumatera Barat, Terminal Motor Jakarta, Suci Motor Jakarta

    dan Anton Cars Jakarta. Semua surat penawaran ini sudah ada dan diketahui oleh Jaksa

    sebagaimana seluruh dokumen-dokumen administrasi telah kami serahkan kepada jaksa pada

    saat permintaan keterangan di tingkat penyelidikan, sama halnya dengan seluruh dokumen yang

    kami serahkan kepada Auditor dari BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Barat. Hal ini sengaja

    dilakukan oleh JPU untuk menjustifikasi dakwaannya seolah-olah pengadaan kendaraan dinas ini

    direkayasa dari awal untuk Sdr. Arifin Argosurio Direktur CV. Makna Motor.

    Berikut kami lampirkan surat-surat penawaran dimaksud yaitu dari CV. Makna Motor Padang, PT.

    Intercom Mobilindo Padang, Auto 200 Padang, Terminal Motor Jakarta, Suci Motor Jakarta dan

    Anton Cars Jakarta

    2. Pada Hal 2 alinena ke-3 Baris 1-2

    Setelah selesai melaksanakan survey, Terdakwa membuat dan menandatangani sendiri surat

    telaahan staf tertanggal 18 Oktober 2010

    Ini adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin terjadi di dalam suatu Organisasi Birokrasi

    Pemerintahan, seorang Kepala Bagian yang berada pada eselon III.a membuat suratnya sendiri.

    Tetapi pasti dibuat secara hierarkis oleh stafnya. Hal ini contohnya sama saja dengan Surat

    Perintah Penahanan atas nama saya sendiri yang ditandatangani oleh Yudi Indra Gunawan selaku

    Kepala Kejaksaan Negeri Simpang Empat yang eseloneringnya sama-sama III.a dengan saya

  • 9

    selaku Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat. Apakah ini artinya juga

    bahwa yang membuat dan menandatangani Surat Perintah Penahanan tersebut adalah Yudi Indra

    Gunawan sendiri? Tentu tidak..karena surat-surat dinas selalu dibuat dan diproses oleh bawahan

    kecuali kalau yang dimaksudkan oleh JPU ini adalah seperti yang saudara lakukan pada surat

    tuntutan yang dibacakan pada persidangan kemaren yang tentulah dibuat oleh saudara JPU

    Akhiruddin sendiri dan langsung ditandatangani oleh saudara Akhiruddin.

    3. Pada hal 4 alinea ke-2 baris ke-3 s/d 5

    Lalu Terdakwa membuat telaahan staf kepada Bupati Pasaman Barat tertanggal 10 November

    2010 yang ditandatangani oleh Asisten III pada Sekda Pasaman Barat (Ir. Zalmi N)

    Hal ini sangat kontradiksi dengan apa yang dituliskan oleh JPU dalam tuntutannya. Dimana dalam

    hal ini, Asisten III yang menandatangani tapi tetap saya yang disebut membuat telaahan staf

    tersebut. Ini sama saja dengan JPU memakai prinsip yang dalam bahasa minang disebut

    mambalah batuang yang artinya menginjak yang dibawah dan mengangkat yang diatas untuk

    menjustifikasi anatomi kasus yang dibangunnya.

    4. Pada Hal 5 alinea ke-1 baris ke-4 s/d 6

    meskipun Terdakwa telah mengetahui bahwa prosedur perubahan jumlah output unit pengadaan

    kendaraan tidak bisa serta merta dilakukan tanpa melalui mekanisme perubahan APBD yang

    dibahas bersama DPRD

    Apa yang dituduhkankan oleh JPU ini adalah tidak benar, karena justru sebaliknya saya

    mengetahui bahwa prosedur perubahan volume dimaksud tidak melalui mekanisme perubahan

    APBD yang dibahas bersama DPRD sebagaimana yang dimaksudkan oleh saudara JPU. Bahkan

    juga tidak membutuhkan persetujuan PPKAD sebagaimana yang dimaksudkan dalam

    Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pegelolaan Keuangan Daerah Pasal 160 ayat

    (2). Hal ini karena perubahan volume tidak termasuk dalam objek belanja dan juga tidak

    termasuk rincian objek belanja yang apabila terjadi perubahan memerlukan persetujuan DPRD

    atau PPKD. Perubahan volume hanyalah merupakan realisasi dari pelaksanaan kegiatan yang

    harus dicantumkan di dalam Laporan Realisasi Keuangan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

    Pemerintah (LAKIP) Tahun 2010 dan LKPJ Bupati Pasaman Barat Tahun 2010 sebagaimana yang

    sudah dilaksanakan pada bulan April tahun 2011, yaitu pada Bab IV halaman 224-225. Dapat saya

    contohkan misalnya dalam pengadaan ATK di kantor yang telah direncanakan dan dianggarkan

    untuk Kertas sejumlah 100 Rim dengan total harga Rp. 3.200.000, namun pada saat pelakanaan

    pembelian kertas tersebut, terjadi perubahan harga sehingga dengan uang sejumlah Rp.

    3.200.000 tersebut hanya dapat membeli untuk 80 Rim saja. Nah perubahan seperti ini tidak

    harus melalui mekanisme persetujuan DPRD atau bahkan ke PPKD. Contoh lain misalnya dalam

    Pembangunan Jalan yang direncanakan dan dianggarkan untuk 1 Km dengan pagu Rp.

    1.000.000.000, namun realiasinya hanya 900 m karena pada saat pelaksanaan terjadi perubahan

    harga satuan. Hal ini juga tidak memerlukan persetujuan DPRD dan PPKD. Sengaja sebagai

    ilustrasi yang kami tampilkan adalah angka yang kecil semata hanya untuk memudahkan kita

    semua untuk melakukan perhitungan singkat dipikiran kita masing-masing karena pada

    hakekatnya, di dalam keuangan negara tidak ada perbedaan angka antara 100 rupiah dan 1 milyar

    rupiah, pertanggungjawabannya selalu sama, jelas dan tegas.

    5. Pada Hal 5 Alinea ke-3 baris ke-1-3

    Selanjutnya Terdakwa mengirim surat nomor : 027/217/KPA/ Umum-2010 tertanggal 23

  • 10

    Nopember 2010 yang isinya meminta ULP untuk melaksanakan Penunjukan Langsung terhadap

    paket pekerjaan tersebut.

    Lagi-lagi dalam hal ini JPU juga tidak menyimak bahkan menghilangkan fakta persidangan hari

    Jumat tanggal 13 Februari 2015. Pada persidangan tersebut, Sdr. Bendri dibawah sumpah telah

    secara jelas dan nyata menyatakan bahwa bukan Terdakwa yang mengirimkan surat tersebut,

    tetapi adalah Ketua Panitia 1 ULP Kab. Pasaman Barat yaitu Sdr. Bendri sendiri yang telah

    membuatnya dan membawa surat tersebut kepada Terdakwa untuk ditandatangani oleh

    Terdakwa dengan alasan untuk membantu mempercepat waktu pelaksanaan pelelangan

    tersebut. Hal ini sebagaimana yang tertuang juga di dalam Surat Tuntutan JPU dalam perkara ini

    Hal. 22 alinea terakhir dan Hal 23 alinea pertama. Kemudian juga dapat dibuktikan melalui

    rekaman persidangan.

    6. Pada Hal 5 Alinea ke-4 baris ke-1 s/d 2

    Bahwa setelah seluruh kelengkapan adminsitrasi untuk mengikuti proses penunjukan langsung

    telah dilengkapi, Vitarman menyerahkannya kepada ULP melalui perantaraan Terdakwa

    Dalam kalimat ini, kembali JPU mengingkari fakta persidangan, dimana dalam persidangan

    Vitarman, pada hari Jumat tanggal 20 Maret 2015. Dibawah sumpah persidangan, Vitarman

    menyatakan menyerahkan dokumen kelangkapan administrasi pelelangan kepada ULP adalah

    langsung kepada panitia 1 ULP tetapi tempatnya memang berada pada ruangan Kabag. Umum,

    yaitu ruangan Terdakwa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Sdr. Vitarman dalam rekaman

    persidangan pada hari Jumat tanggal 20 Maret 2015.

    7. Pada Hal 5 Alinea ke-5 baris 1 s/d 4 dan baris

    Selanjutnya Terdakwa mengeluarkan Surat nomor 027/218/KPA/Umum-2010 tangal 3

    Desember 2014 yang ditujukan kepada ULP yang menetapkan PT. Baladewa Indonesia memenuhi

    syarat dan lulus evaluasi sebagai rekanan kegiatan pengadaan 1 ( satu ) unit kendaran Dinas

    Bupati dan Wakil Bupati. Kemudian diterbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa

    (Gunning) Nomor 027/176/SP/2010 tanggal 13 Desember 2010 yang dibuat dan ditandatangani

    oleh Terdakwa.

    Kembali redaksinya yang dibuat dan ditandatangani oleh Terdakwa, pada hal di dalam fakta

    persidangan telah diakui oleh Sdr. Bendri selaku Ketua 1 ULP Pasaman Barat Tahun 2010 bahwa

    seluruh administrasi dokumen pengadaan kendaraan dinas ini dibuat dan disiapkan oleh Sdr.

    Bendri sendiri. Sebagaimana tugas dan fungsi panitia pengadaan barang di dalam SK Bupati

    Nomor. 188.45/98/BUP-PASBAR/2010 tanggal 26 Januari 2010 tentang Penunjukan Panitia

    Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah pada ULP Kabupaten Pasaman Barat. Kemudian untuk surat

    Nomor 027/218/KPA/Umum-2010 tanggal 3 Desember 2010, itu tidak serta merta

    ditandatangani langsung oleh Terdakwa karena sebelumnya terlebih dahulu ada surat Usulan

    Penetapan Calon Penyedia Barang Lulus Pascakualifikasi dari Ketua Panitia 1 ULP Kab. Pasaman

    Barat kepada KPA Nomor : 14PL.4/ULP.B1/UPCPLP/1/PASBAR-2010 tanggal 03 Desember

    2010. Dan surat Nomor 027/218/KPA/Umum-2010 tanggal 3 Desember 2010 bukanlah surat

    penetapan PT. Baladewa Indonesia yang memenuhi syarat dan lulus evaluasi sebagai rekanan

    sebagaimana yang ditulis oleh JPU pada hal 5 alinea ke-5 baris ke-2 dan 3. Jika surat yang

    dimaksud adalah surat Nomor 027/218/KPA/Umum-2010 tanggal 3 Desember 2010, perihal

    yang benar adalah Surat Penetapan Calon Penyedia Barang Lulus Pascakualifikasi yang

    sebelumnya terlebih dahulu ada surat usulan calon penyedia barang lulus pascakualifikasi dari

  • 11

    Ketua ULP 1 kepada KPA dengan Nomor : 14PL.4/ULP.B1/UPCPLP/1/PASBAR-2010 tanggal 3

    Desember 2010 beserta lampiran Berita Acara Hasil Evaluasi Pascakualifikasi yang

    ditandatangani oleh 5 orang panitia 1 ULP dengan Nomor 14PL.3/ULP.B1/BAHEP/1/PASBAR-

    2010 tanggal 3 Desember 2010.

    Setelah surat tertanggal 3 Desember 2010 tersebut, masih banyak surat-surat dan dokumen lain

    yang dikeluarkan oleh Ketua Panitia 1 ULP Kab. Pasaman Barat yaitu :

    - Surat undangan Aanwijzing kepada PT. Baladewa Indonesia

    - Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)

    - Berita Acara Pembukaan Penawaran

    - Koreksi Aritmatik

    - Berita Acara Hasil Evaluasi

    - Berita Acara Negosiasi Teknis dan Harga, dan

    - Surat Usulan Penetapan Pemenang PL kepada KPA

    Inilah yang dikatakan tadi bahwa JPU hanya mengambil dan menyampaikan surat-surat dan

    dokumen yang dibutuhkannya untuk menjustifikasi dakwaannya dan menghilangkan barang-

    barang bukti yang lain yang semestinya merupakan satu kesatuan dalam proses pengadaan

    kendaraan dinas ini. Sehingga dengan demikian, kesimpulan yang disimpulkan oleh JPU tidak

    sesuai dengan fakta yang ada, apalagi ditambah dengan JPU maupun aparat penyidik di

    Kejaksaan Negeri Simpang Empat memang tidak satupun yang memiliki sertifikasi keahlian

    pengadaan barang/ jasa meskipun telah beberapa kali pernah mengikuti pelatihan dan ujian

    sertifikasi tersebut, namun tidak satupun yang lulus dan memiliki sertifikasi sebagai Ahli

    Pengadaan.

    8. Pada Hal 5 Alinea ke-5 baris ke-12 dan 13

    Baladewa Indonesia menyerahkan 1 ( satu ) unit mobil Toyota Land Cruiser Prado 2.7 4 WD A/T

    dengan logo TX Limited padahal faktanya mobil tersebut bukan tipe TX Limited melainkan tipe

    TX standar edition

    Di dalam fakta persidangan memang dibuktikan bahwa secara administrasi surat kendaraan,

    mobil tersebut adalah Type TX Standart Edition tetapi sekaligus di dalam fakta persidangan juga

    terungkap bahwa seluruh mobil CBU yang masuk ke Indonesia memang dalam kondisi standar

    edition. Proses upgrade menjadi Limited itu dilaksanakan di Indonesia, kenapa hal itu terjadi?

    Ini adalah karena trik dari importir umum kendaraan bermotor untuk menghindari pajak yang

    tinggi sehingga akibatnya tidak terjangkau oleh konsumen di Indonesia. Dan dari fakta

    persidangan juga terungkap bahwa saksi yang dihadirkan JPU dari Jakarta yaitu Suparman dari

    PT Multisentra Adikarya dan Jono Hans dari DK Jaya Motor itu adalah orang yang tidak tepat

    untuk didengarkan kesaksiannya karena berkali-kali saksi tersebut menyatakan bahwa dia tidak

    mengerti dengan spek kendaraan, karena dia adalah sebagai accounting di perusahaan tersebut.

    Jadi yang dia mengerti hanyalah sepanjang dokumen administrasi keuangan tentang kendaraan

    tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari rekaman persidangan hari Jumat tanggal 6 Maret 2015.

    Padahal semestinya jika JPU berkeinginan dan bersungguh-sungguh untuk mengetahui dan

    mengungkapkan kebenaran dari standar mobil tersebut, yang dihadirkannya adalah tenaga

    teknisi atau paling tidak, sales marketing dari perusahaan tersebut. Padahal JPU menyatakan

    bahwa jaksa penyidikpun telah pergi ke showroom kendaraan tersebut, tetapi kenyataannya

    yang dibawanya untuk menjadi saksi adalah orang yang sama sekali tidak mengerti tentang spek

    kendaraan karena keduanya adalah orang accounting. Upaya jaksa yang seperti ini yang hanya

    untuk menjustifikasi dakwaaannya saja dengan menghalalkan segala cara termasuk

  • 12

    menghadirkan saksi yang tidak memenuhi persyaratan formil dan materil. Inilah yang kemudian

    dituangkan JPU di dalam surat tuntutannya. Sementara bagi persidangan Pidana, dalam mencari

    kebenaran materiil peristiwanya harus terbukti beyond reasionable doubt tanpa diragukan.

    Kontradiksi keadaan seperti ini dimana JPU sendiri tidak memiliki pengetahuan tentang dunia

    otomotif tetapi kemudian malah menghadirkan saksi yang juga tidak mengetahui dunia otomotif,

    disisi lain keterangan-keterangan dari saksi yang lain bahwa kendaraan itu adalah Type TX

    Limited, itu dikesampingkan begitu saja oleh JPU. Padahal saksi tersebut memiliki kapasitas dan

    kapabilitas untuk menyatakan kendaraan tersebut, sesuai dengan spesifikasi Type TX Limited

    dan menuangkannya ke dalam Berita Acara Pemeriksaan Barang. Saksi yang dimaksud dalam hal

    ini adalah Saksi Amrianto, Saksi Bobby P. Riza, Saksi Setia Bakti dan Saksi Roni HEP yang

    merupakan Tim Panitia Pemeriksa Barang yang diangkat berdasarkan SK Bupati Pasaman Barat

    Nomor : 188.45/248/BUP-PASBAR/2010 tanggal 14 April 2010.

    Demikian juga dengan keterangan saksi Arifin, Frans Wijaya dan Tjen Imanuel dan Oyong Narli

    yang sehari-hari dalam kehidupannya memang selalu bergelut dibidang jual beli kendaraan

    bermotor yang mengerti dan paham tentang spesifikasi kendaraan bermotor.

    Keadaan seperti ini adalah ibarat cerita bagaimana 3 orang buta menceritakan gambaran dari

    seekor gajah, yang kemudian menceritakan bagaimana bentuk gajah tersebut tergantung dari

    bagian mana yang dipegangnya. Karena sama-sama tidak sepakat akhirnya mereka bertanya

    kepada orang yang lewat, yang ternyata orang itu juga buta (Suparman dan Jono Hans).

    9. Pada Hal 5 Alinea ke-5 baris ke-14 dan 15

    Terdakwa sengaja menunjuk anggota tim yang tidak memiliki kompetensi yang memadai dalam

    melakukan pemeriksaan sehingga pada saat itu tim langsung berkesimpulan bahwa kendaraan

    yang datang tersebut telah sesuai dengan spesifikasi pada kontrak.

    Bahwa apa yang dinyatakan oleh JPU ini adalah merupakan sebuah bukti yang nyata bagi kita

    bersama bahwa untuk membuktikan dakwaannya, JPU bahkan tidak bisa lagi membaca SK Tim

    Pemeriksa Barang yang ada, dimana SK tersebut adalah bertanggal 14 April 2010 yang

    ditandatangani oleh H. Syahiran sebagai Bupati Pasaman Barat, sedangkan Terdakwa sendiri

    baru mulai bertugas di Pasaman Barat pada tanggal 29 September 2010. Artinya ini

    membuktikan bahwa tuduhan JPU yang mengatakan Terdakwa sengaja menunjuk anggota tim

    yang tidak memiliki kompetensi yang memadai dalam melakukan pemeriksaan adalah sama

    sekali tidak berdasar, mengada-ada dan bertentangan dengan fakta dokumen yang ada, yang

    bahkan SK Tim Pemeriksa Barang tersebut dijadikan juga sebagai Barang Bukti No. 41 oleh JPU

    sendiri sebagaimana yang tertera pada Surat Tuntutan perkara ini pada hal 79. Dan sampai

    dengan pemeriksaan barang dilakukan, Terdakwapun secara pribadi belum kenal dengan para

    pemeriksa. Juga berdasarkan tugas-tugas KPA di dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang

    Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Pasal 9, tidak ada yang memerintahkan agar

    KPA memilih, mengusulkan apalagi menetapkan panitia pemeriksa barang. Hal ini adalah

    berkaitan dengan Indepensi dari masing-masing yang terlibat dalam proses pengadaan barang

    dan jasa. Hal yang sama juga berlaku untuk panitia pengadaan barang dan jasa di ULP. Kab.

    Pasaman Barat. Apalagi dasar hukum pembentukan PPTK, KPA, PA, ULP, Panitia Pengadaan

    Barang dan Jasa dan Panitia Pemeriksa Barang, adalah sama-sama SK Bupati, dengan SK yang

    terpisah satu sama lainnya

    10. Pada Hal 6 Aliniea 1 baris ke-1

    Terdakwa juga tidak melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap 1 (satu) unit kendaraan

  • 13

    dinas Bupati dan Wakil Bupati yang diserahkan PT. Baladewa Indonesia tersebut.

    Lagi-lagi JPU menyampaikan hal yang tidak benar dan tidak berdasar yang dituduhkan kepada

    Terdakwa. Disini dikatakan bahwa Terdakwa tidak melakukan pemeriksaan dan penilaian

    terhadap 1 (satu) unit Kendaraan Dinas Bupati dan Wakil Bupati yang diserahkan PT. Baladewa

    Indonesia. Padahal dari fakta persidangan yang disampaikan oleh para panitia pemeriksa barang

    bahwa pada waktu pemeriksaan kendaraan tersebut juga diikuti dan dihadiri oleh Terdakwa

    sendiri. Kemudian juga di dalam persidangan hari Jumat tanggal 10 April 2015 dibawah sumpah

    persidangan, Terdakwa sendiri juga telah menyampaikan bahwa bersamaan dengan

    pemeriksaan tersebut juga diikuti dan dihadiri oleh petugas Badan Pemeriksa Keuangan RI yang

    pada saat itu sedang melakukan pemeriksaan di Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat.

    Sehingga itulah makanya BPK RI telah menyatakan bahwa pengadaan kendaraan dinas tersebut

    tidak ada masalah yang tertuang dalam LHP BKP RI Nomor : 53/S/XVII.pdg/01/2011 tanggal 20

    Januari 2011 dan bahkan Majelis Hakim sendiri menyampaikan pada waktu itu agar LHP BKP

    tersebut dilampirkan pada saat penyampaian pembelaan, sebagai bukti dapat didengar pada

    rekaman persidangan ini.

    11. Pada Hal 6 Alinea ke-4

    Bahwa tindakan Terdakwa melaksanakan kegiatan pengadaan Mobil Dinas Bupati dan Wakil

    Bupati Pasaman Barat Tahun Anggaran 2010 yang hanya dilaksanakan sebanyak 1 (satu) unit

    padahal didalam DPPA SKPD TA 2010 adalah untuk 1 (satu) paket yaitu sebanyak 2 (dua) unit,

    adalah tidak sesuai dengan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

    Keuangan Daerah Pasal 160 ayat (1) : Pergeseran Anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan,

    dan antar jenis belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf b serta pergeseran

    antar objek belanja dalam jenis belanja dan antar rincian obyek belanja diformulasikan dalam

    DPPA-SKPD. Bahwa perubahan dari 2 unit menjadi 1 unit mobil tersebut seharusnya diawali

    dengan adanya persetujuan dari DPRD Kabupaten Pasaman Barat dan perubahan terhadap Perda

    No. 04 tahun 2010 tentang perubahan APBD tahun anggaran 2010 yang menjadi dasar DPPA-

    SKPD.

    Bahwa apa yang dituduhkan oleh JPU tentang tindakan Terdakwa yang melaksanakan kegiatan

    pengadaan mobil Dinas Bupati yang hanya dilaksanakan sebanyak 1(satu) unit dikatakan

    bertentangan dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

    Daerah Pasal 160 ayat (1) adalah tidak benar. Dalam hal ini JPU sendiri telah salah menafsirkan

    Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 160 ayat

    (1) tersebut. Jika kita akan melakukan perubahan APBD, tentu merubah apa yang telah

    dicantumkan dalam APBD tersebut dengan mengganti seluruh atau sebagiannya. Dalam hal ini

    bahwa angka 2 (dua) unit mobil tersebut tidak tercantum sama sekali di dalam DPPA Sekretariat

    Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tahu 2010, jadi apa yang harus dirubah? Apa yang harus

    melalui mekanisme perubahan APBD dan mendapatkan persetujuan dari DPRD? Jawabannya

    tidak ada yang harus dirubah apalagi meminta persetujuan DPRD. Perubahan unit kendaraan ini

    tidak terkait sama sekali dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

    Keuangan Daerah Pasal 160 ayat (1), karena ini hanya merupakan perubahan volume realisasi

    dari kegiatan yang telah dianggarkan, bukan perubahan objek ataupun rincian objek seperti yang

    dimaksud dalam Pasal 160 ayat (1) tersebut.

    Dalam DPPA Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat Tahun 2010 pada Bagian Umum, Kegiatan

    Pengadaan Kendaraan Dinas/ Operasional tertulis Pekerjaannya adalah Pengadaan Kendaraan

    Dinas dengan pagu dana Rp. 1.400.000.000 (satu milyar empat ratus juta rupiah) dan volume 1

  • 14

    (satu) paket. Dalam Pelaksanaanya, pekerjaan tersebut direalisasikan dalam bentuk Pengadaan

    Kendaraan Dinas Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Barat dengan volume 1 (satu) Paket dan

    diumumkan pelelangannya melalui media Koran Tempo. Dan berhubung dengan telah

    dilaksanakannya pelelangan namun gagal karena anggaran tersebut tidak mencukupi untuk

    Kendaraan Dinas Bupati dan Wakil Bupati, maka yang dilaksanakan adalah Kendaraan Bupati

    saja, usulan perubahan volume inipun disampaikan oleh Wakil Bupati Pasaman Barat dan

    kemudian disetujui oleh Bupati Pasaman Barat selaku Kepala Daerah melalui disposisinya pada

    TS tertanggal 10 Nopember 2011. Jadi bukan merupakan usulan dari Terdakwa selaku KPA.

    Hal ini juga telah dijelaskan oleh Saksi Celly Decilia Putri, SE, MM. A.kt dibawah sumpah di

    persidangan pada hari Jumat tanggal 27 Februari 2015 dan juga penjelasan dari Ahli Dr. Sumule

    Tumbo dari Dirjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI dibawah sumpah pada

    persidangan hari Jumat tanggal 17 April 2015. Dimana kedua orang saksi tersebut Celly Decilia

    Putri, SE, MM. A.Kt adalah praktisi yang sehari-hari tugas dan pekerjaannya adalah mengelola

    keuangan daerah Pasaman Barat yang jumlahnya mencapai hampir 1 triliun rupiah, sudah

    barang tentu sangat menguasai dan ahli di dalam pelaksanaan aturan Permendagri No. 13 Tahun

    2006 sebagai kitab suci pelaksanaan tugasnya. Dan Dr. Sumule Timbo disamping dalam

    kapasitasnya sebagai Kasi Wilayah I Pada Subdit Bagian Kebijakan dan Bantuan Keterangan Ahli

    pada Dirjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri RI, dimana dalam tugasnya sehari-hari

    adalah untuk memberikan penjelasan dan penafsiran terhadap peraturan-peraturan keuangan

    kepada seluruh stakeholder, bukan cuma dari Pemerintah Darah Kabupaten dan Propinsi se-

    Indonesia saja, tetapi juga termasuk dari instansi Kejaksaan, Kepolisian, KPK dan LSM-LSM yang

    membutuhkan informasi dan penjelasan mengenai substansi dari sebuah peraturan. Apalagi

    seperti yang dinyatakan oleh beliau di dalam persidangan, beliau bukan hanya mengerti dan

    paham tentang Permendagri No. 13 Tahun 2006 tersebut dan Permendagri-permendagri

    lainnya, tetapi bahkan beliau sangat mengerti dengan filosofi dan semangat serta suasana

    kebatinan yang mewarnai pada proses penyusunan peraturan tersebut karena beliau adalah

    orang yang terlibat langsung di dalam penyusunan peraturan tersebut. Beliau bukanlah

    hanya sekedar akademisi atau pemerhati hukum administrasi negara belaka.

    Didalam persidangan tanggal 17 April 2015, Ahli Sumule Timbo dibawah sumpah persidangan

    memberikan keterangan, berikut saya kutip percakapan antara Jaksa dan Ahli Sumule Timbo :

    Jaksa : Baik majelis. Supaya tidak mengambang kita masuk ke main kasusnya saja.

    Perubahan 7 micro bus tadi dibahas bersama DPRD Kab Pasaman Barat, disetujui oleh

    DPRD Kab Pasbar atas dasar usulan Pemda, Sekretariat daerah, merubah 7 micro bus

    tadi menjadi dua unit kendaraan bupati dan wabup. Dua unit kendaraan bupati dan

    Wabup, dibahas waktu itu adalah fortuner dua-duanya. Kemudian juga diadakan

    lelang 2 spek kendaraaan berbeda, dua kendaraan yang berbeda, kembali saya

    katakan, sudah saya perlihatkan bersama, Ketika merubah 7 menjadi 2 unit tersebut

    itu disetujui dan ditandatangani oleh PPKD. Kemudian ketika diadakan dua kendaraan

    ini, speknya dua. Ternyata tidak jadi dua diadakan, dirubah berdasarkan surat atau

    petunjuk telaahan staf menjadi 1 unit saja tanpa sepengetahuan PPKD, bagaimana itu

    pandangan saudara ahli?

    Sumule : Ya. Makasih. Sebenarnya tidak masalah, karena begini rupanya perubahan tadi itu

    masuk mekanisme pada perubahan. Tidak ada yang salah dengan itu, sehingga sudah

    menjadi satu paket, dan ini sekarang direalisasikan. Tidak ada perubahan disini yang

    dimaksud itu tadi pak, bukan perubahan, tetapi realisasinya kurang.. Realisasinya

    kurang jadi tidak perlu lagi persetujuan PPKD yang dimaksud pasal 160 itu. Rupanya

    perubahan itu clear di perda perubahan itu, kuat ini, ga ada masalah ini. Begitu mau

  • 15

    direalisasikan oleh SKPD terkait, dari dua itu terealisasi 1, ya kan. Pertanyaannya

    nanti, kenapa direncanakan dua kok hasilnya satu. Apa penjelasannya, nah ini, jadi

    bukan di perobahan yang saya maksud pasal 160 lagi. Bukan. Giliran itu,

    perubahannya barang ini oleh Dewan di Perda Perubahan, ditetapkan

    Dari kutipan tersebut, dengan jelas dan terang dapat kita lihat bahwa dalam perubahan 2 (dua)

    unit kendaraan dinas Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Barat menjadi 1 (satu) unit kendaraan

    Bupati Pasaman Barat tidak perlu melalui persetujuan DPRD dan merubah Perda No. 04 Tahun

    2010 tentang Perubahan APBD Kab. Pasaman Barat Tahun 2010 yang menjadi dasar DPPA SKPD.

    Ini hanyalah pengurangan volume, bukan pergeseran antar objek belanja dalam jenis belanja dan

    antar rincian objek belanja sebagaimana yang dimaksud dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006

    Pasal 160 ayat (1). Jadi dalam hal ini tidak ada pelanggaran yang dilakukan Terdakwa terhadap

    Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 160 ayat (1).

    Adalah sangat beruntung sekali kita semua yang hadir pada persidangan hari itu mendapatkan

    rahmat dengan kedatangan dan kehadiran beliau untuk memberikan penjelasan kepada kita

    bersama, apalagi terhadap JPU yang betul-betul tidak mengerti dengan Permendagri No. 13

    Tahun 2006 tersebut karena memang di dalam pelaksanaan tugasnya tidak pernah bersentuhan

    dan menggunakan Permendagri No 13. Tahun 2006, konon lagi untuk bisa mengetahui dan

    menguasainya. Dan kenyataannya apa yang telah disampaikan oleh saksi Celly Decilia Putri, SE,

    MM, A.kt dan Ahli Sumule Tumbo tersebut tidak sedikitpun diperhatikan, dilaksanakan, apalagi

    dimasukkan di dalam fakta persidangan yang dibuat dalam surat tuntutan JPU. Hal ini hanya

    memberikan penegasan kepada kita bahwa kemauan dan kemampuan JPU untuk mencari

    kebenaran materiil di dalam persidangan sangat tidak berpihak kepada kebenaran.

    12. Pada Hal 6 Alinea ke-5 baris ke-4 s/d 10

    proses pengadaan kendaraan dinas Bupati dan Wakil Bupati yang dilaksanakan dengan cara

    penunjukan langsung kepada PT. Baladewa telah bertentangan dengan Keppres Nomor 80 tahun

    2003, karena PT. Baladewa tidak pernah ikut dalam proses pelelangan sebelumnya. Didalam pasal

    28 ayat 8 yang menyatakan Apabila dalam pelelangan ulang, jumlah penyedia barang / jasa yang

    memasukan penawaran hanya 1 (satu) maka dilakukan negosiasi seperti pada proses penunjukan

    barang. Apalagi pada saat pelelangan ulang tidak ada satupun perusahaan yang memasukan

    penawaran.

    Bahwa tuduhan JPU terhadap Terdakwa yang mengatakan cara penunjukan langsung kepada PT.

    Baladewa adalah bertentangan dengan Keppres Nomor 80 tahun 2003 Pasal 28 ayat (8) adalah

    tidak benar. Karena yang dimaksud dan yang diatur di dalam Pasal 28 ayat (8) tersebut adalah

    kondisi pada saat pelaksanaan lelang ulang, bukan setelah lelang ulang gagal. Sementara pada

    kasus kegiatan pengadaan kendaraan dinas Bupati ini, berada diluar aturan Pasal 28 ayat (8).

    Karena Proses Pengadaan Kendaraan dinas ini telah melalui dua kali pelelangan dan keduanya

    gagal karena tidak ada yang mendaftar. Hal ini menandakan ketidak pahaman JPU terhadap

    Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa yang karena memang Jaksa-Jaksa Penuntut Umum ini

    tidak mengerti tentang pelelangan karena belum pernah mengikuti pelatihan pengadaan barang

    dan jasa, konon lagi memahami aturan-aturan lainnya. Keadaan yang tidak ada diatur inilah yang

    menjadi alasan bagi panitia-panitia ULP se-Indonesia untuk melaksanakan Proses PL apabila

    telah melewati dua kali pelelangan gagal. Dan menyikapi fenomena yang dilaksanakan oleh insan

    pengadaan barang dan jasa tersebut, maka LKPP pada revisi Keppres No. 80 Tahun 2003

    tersebut akhirnya melegalkan mekanisme PL yang telah dua kali gagal dalam Perpres No. 54

  • 16

    Tahun 2010. Sehingga tidak lagi menjadi perdebatan yang tidak ada dasar hukumnya. Namun

    apabila JPU berpendapat lain, menganggap PL yang dilakukan setelah dua kali lelang gagal ini

    adalah suatu kejahatan, maka silahkan para jaksa-jaksa yang terhormat untuk menangkap

    seluruh PA atau KPA yang melaksanakan PL setelah dua kali lelang gagal yang dilaksanakannya,

    seperti halnya yang telah saudara JPU lakukan terhadap saya. Dan saya yakin, banyak kasus yang

    serupa dengan kasus saya yang bisa saudara naikkan untuk mendongkrak popularitas dan

    pencapaian target kasus saudara, yang sekaligus akan meningkatkan pundi-pundi dan poin-poin

    untuk mendongkrak karir bagi saudara.

    13. Hal 6 Alinea ke-6

    Bahwa proses penunjukan langsung yang dilakukan atas kegiatan pengadaan Mobil Dinas Bupati

    dan Wakil Bupati Pasaman Barat tahun 2010 adalah bertentangan dan tidak memenuhi kriteria

    sebagaimana yang diatur dalam Lampiran I Keppres Nomor 80 tahun 2003 Bab I huruf C angka 1

    Apa yang disampaikan oleh Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya, khususnya mengenai

    Keppres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,

    menggambarkan kepada kita akan keawaman dan ketidak mengertian Penuntut Umum terhadap

    pemahaman Kepres tersebut. Bahwa apa yang disebutkan di dalam Lampiran 1 Keppres No. 80

    Tahun 2003 Bab 1 huruf C angka 1, adalah Mekanisme Pemilihan Penyedia Barang dengan

    langsung melakukan Penunjukan Langsung, tanpa terlebih dahulu dilakukan Pelelangan Ulang.

    Sementara dalam kegiatan pengadaan kendaraan dinas bupati Pasaman Barat ini, mekanisme

    Penunjukan Langsungnya dilakukan setelah melalui dua kali pelelangan umum dan gagal.

    Kondisi setelah mengalami dua kali pelelangan umum dan gagal kemudian baru dilaksanakan

    Penunjukan Langsung, itu berbeda dengan apa yang disebutkan di dalam Lampiran 1 Keppres

    No. 80 Tahun 2003 Bab 1 huruf C angka 1 seperti yang dimaksudkan oleh Penuntut Umum

    tersebut.

    Penjelasan mengenai pelelangan umum setelah dua kali pelelangan gagal itu tidak termasuk

    kedalam aturan yang ada didalam Kepres No. 80 Tahun 2003 tersebut juga sudah dijelaskan oleh

    Ahli dari LKPP RI di depan persidangan ini. Tetapi karena memang Penuntut Umum mempunyai

    target bahwa Terdakwa tidak boleh terlepas dari jerat hukum, menyebabkan Penuntut Umum

    tidak memperdulikan apa yang disampaikan oleh Ahli dari LKPP RI tersebut. Padahal kehadiran

    Saksi Ahli dari LKPP RI Jakarta di suatu sidang pengadilan, itu adalah sesuatu yang sangat jarang

    sekali bisa terjadi, bahkan dalam 5 tahun ini baru hanya satu kasus ini LKPP RI yang mau turun

    gunung untuk datang ke persidangan dalam rangka memberikan kesaksian ahli. Kecuali kalau

    yang meminta kehadiran LKPP tersebut adalah Lembaga Pengadilan atau Kejaksaan. Tidak untuk

    memenuhi permintaan dari pribadi seperti yang Terdakwa ajukan kepada LKPP.

    Hal ini adalah karena dari hasil bedah kasus yang dilakukan di LKPP RI Jakarta, bahkan

    jangankan untuk merugikan negara, justru sebaliknya negara beruntung dengan mekanisme

    Pengadaan Langsung yang dilaksanakan oleh KPA melalui Panitia Pengadaannya. Karena dengan

    sistem pengadaan yang dilakukan, negara bisa membeli kendaraan dinas, dengan harga yang

    lebih murah. Seandainya kalau pengadaan ini tetap dilakukan dengan sistem pelelangan umum,

    maka satu-satunya jalan untuk menarik minat penyedia barang, adalah dengan menambah

    margin keuntungan di dalam HPS saat ini yang hanya berkisar 3,6%. Suatu angka yang sangat

    tidak menarik bagi pengusaha.

    14. Pada Hal 7 Alinea ke-1

    Bahwa perbuatan Terdakwa Drs. HENDRI, MM. yang tidak melakukan pemeriksaan dan penilaian

  • 17

    terhadap 1 (satu) unit mobil dinas Bupati yang diserahkan PT. Baladewa Indonesia merupakan

    perbuatan melawan hukum, yang bertentangan dengan Pasal 36 ayat (2) dan (3) Keppres Nomor

    80 Tahun 2003

    Lagi-lagi JPU menyampaikan hal yang tidak benar dan tidak berdasar yang dituduhkan kepada

    Terdakwa. Karena pada kenyataanya, Terdakwa ada melakukan pemeriksaan terhadap

    Kendaraan Dinas Bupati dimaksud yang juga bersamaan dengan pemeriksaan yang dilakukan

    oleh Tim Pemeriksa Barang. Dimana, sebagai dasar hukum pembentukannya, Tim Pemeriksa

    Barang ini diatur di dalam Permendagari No. 17 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik

    Daerah

    Hal ini sesuai dengan fakta di persidangan yang disampaikan oleh para panitia pemeriksa barang

    yaitu Sdr. Bobby P, Riza, Setia Bakti, Roni HEP dan Amrianto sendiri selaku ketua Tim Pemeriksa

    Barang, bahwa pada waktu pemeriksaan kendaraan tersebut juga diikuti dan dihadiri oleh

    Terdakwa sendiri, sebagai bukti dapat didengar pada rekaman persidangan. Kemudian juga di

    dalam persidangan hari Jumat tanggal 10 April 2015, dibawah sumpah persidangan, Terdakwa

    sendiri juga telah menyampaikan bahwa bersamaan dengan pemeriksaan tersebut juga diikuti

    dan dihadiri oleh petugas auditor dari Badan Pemeriksa Keuangan RI yang pada saat itu sedang

    melakukan pemeriksaan di Sekretariat Daerah Kab. Pasaman Barat. Sehingga itulah makanya

    BPK RI telah menyatakan bahwa pengadaan kendaraan dinas tersebut tidak ada masalah yang

    tertuang dalam LHP BKP RI Nomor : 53/S/XVII.pdg/01/2011 tanggal 20 Januari 2011 dan

    bahkan Majelis Hakim sendiri menyampaikan pada waktu itu agar LHP BKP tersebut

    dilampirkan pada saat penyampaian pembelaan. Dan hasil dari pemeriksaan tersebut

    dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan No. 027/267/BAPB/Setda-2010 tanggal 20

    Desember 2010 dan bahkan langsung dilakukan serah terima antara PT. Baladewa Indonesia

    dengan KPA, sesuai dengan Berita Acara Serah Terima No. 027/268/BASB/Setda-2010 tanggal

    20 Desember 2010.

    Hal ini merupakan sebuah keanehan, karena JPU Nazif Firdaus sendiri pada persidangan

    menyatakan dengan lantang pada persidangan, untuk apa lagi dibentuk KPA kalau semua

    tanggung jawab itu dilimpahkan kepada PA, berarti percuma dibentuk adanya KPA. Pertanyaan

    yang sama semestinya juga dipakai oleh JPU, untuk apa dibentuk panitia pemeriksa yang dasar

    pembentukannya adalah Permendagri No. 17 Tahun 2007 yang juga menerima honor dari

    negara. kalau semua pekerjaannya tetap menjadi tanggung jawab KPA ?

    15. Pada Hal 7 Alinea ke-2

    Berdasarkan Laporan Hasil Audit Perhitungan Kerugian Negara oleh BPKP Perwakilan Provinsi

    Sumatera Barat Nomor : SR-1422/PW03/V/2013 tanggal 3 Juni dengan kesimpulan bahwa akibat

    pengadaan kendaraan dinas Bupati dan Wakil Bupati yang tidak sesuai dengan aturan yang

    berlaku, mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp. 276.887.273,-

    Keuntungan rekanan/(kerugian keuangan negara) : Rp 276.887.273,00

    Bahwa kerugian negara yang dihitung oleh Sdr. Afrizal selaku auditor BPKP Perwakilan Propinsi

    Sumatera Barat terbukti tidak memiliki dasar hukum sama sekali. Setelah saksi membahas

    bermacam undang-undang yang mengatur tentang keuangan negara, mulai dari UU No. 31 Tahun

    1999 tentang Pemberantasan Tipikor, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.

    1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP, Kepres, Permendagri, dan Kepmendagri,

    serta aturan-aturan iternal BPKP itu sendiri, kemudian dengan santainya Ahli Afrizal dari BPKP

    Perwakilan Prop. Sumatera Barat menyampaikan didepan persidangan dibawah sumpah,

    menjawab pertanyaan Majelis Hakim, dan pertanyaan dari Terdakwa sendiri, bahwa dasar

  • 18

    hukum ahli menghitung kerugian negaranya sehingga didapat angka Rp. 276.887.273,- tidak

    ada sama sekali. Ini hanya menurut perhitungan saya. Inilah menurut saya angka yang

    realistis. Kalau berapa angka pastinya kerugian negara, silahkan Majelis Hakim yang

    menghitungnya. Entah kemana lagi segerobak peraturan yang dibacanya sebelumnya

    diletakkannya ketika orang yang disebut ahli ini melakukan penghitungan uang. Due Process of

    Law. Saya cukup terharu pada waktu Majelis Hakim, Hakim Anggota 1, Bapak Fahmiron,

    mencerca saksi tersebut sampai membuat saksi tersebut manggaretek menggigil.

    Untuk menjustifikasi dakwaannya, bahwa telah terjadi suatu tindak pidana korupsi dengan

    memberikan keuntungan kepada orang lain atau korporasi maka dengan semena-mena, JPU

    merubah dokumen Laporan Hasil Audit BPKP Perwakilan Propinsi Sumatera Barat dalam rangka

    penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana korupsi pengadaan

    kendaraan dinas bupati dan wakil bupati Pasmaan Barat, No. SR-1422/PW03/5/2013 tanggal 3

    Juni 2013. Dengan menambahkan kalimat keuntungan rekanan pada poin ke-6 rincian

    perhitungan, dan hal ini di dalam persidangan, Sdr Ahli Afrizal, membantah apa yang

    ditambahkan oleh JPU tersebut, saya tidak ada membuatnya seperti itu, katanya. Sebagai

    bukti dapat didengar pada rekaman persidangan pada hari selasa tanggal 31 Maret 2015.

    Itulah tadi beberapa bantahan Terdakwa terhadap dakwaan yang dituduhkan JPU yang padahal

    sebenarnya sudah disangkal dan dibantah pada saat proses sidang berlangsung, namun JPU tidak

    menyimak dan memperhatikan berjalannya persidangan, tetap membuat surat tuntutannya

    berdasarkan kepada BAP yang dibuat pada saat pemeriksaan di tingkat penyidikan. Lantas

    bagaimana dengan keterangan saksi yang dibawah sumpah persidangan, apakah JPU juga tetap

    tidak menyimak dan tidak memperhatikan keterangan saksi pada saat persidangan? Berikut saya

    ulas satu-persatu.

  • 19

    II. TERHADAP POIN A. KETERANGAN SAKSI

    Bahwa terhadap keterangan saksi yang telah disampaikan dibawah sumpah dipersidangan,

    saya berkeyakinan bahwa apa yang diungkapkan dalam persidangan tersebut sudah dicatat oleh

    Panitera Pengganti sebagaimana mestinya. Dan kamipun telah mencatat dan membuat resume serta

    rekaman audio persidangan untuk menjadi pegangan saya nantinya apabila terjadi perbedaan atau

    ketidaksamaan keterangan saksi yang disampaikan oleh JPU. Untuk beberapa rekaman persidangan

    bahkan telah saya transkrip dan menjadikannya 1 (satu) dokumen Resume Persidangan. Izinkan saya

    untuk memberikan resume ini terlebih dahulu kepada Ibu Hakim. Khusus untuk rekaman

    persidangan dan transkripnyapun sudah saya upload ke dropbox dengan daftar link sebagaimana

    saya sampaikan di dalam resume persidangan tersebut, sehingga siapa saja di atas dunia ini dapat

    mengaksesnya melalui jaringan internet, tidak kecuali JPU sendiripun dapat mengaksesnya. Dengan

    mendengarkan rekaman persidangan ini akan dapat menyegarkan ingatan kita kembali terhadap apa

    yang telah disampaikan oleh Saksi-saksi dipersidangan sebelumnya, yang sebagian besarnya lupa

    dikutip oleh JPU. Persis sama dengan sebagian besar saksi yang dibawa oleh JPU dari Simpang empat.

    Sampai disini semuanya menderita amnesia akut, lupa dan tidak tahu saja jawabnya lagi.

    Bahwa, di dalam persidangan kasus perkara ini, dari 23 (dua puluh tiga) saksi yang dimintai

    keterangannya oleh jaksa penyidik, tidak seluruhnya bisa dihadirkan oleh JPU dalam persidangan.

    Yang dihadirkan adalah 21 orang dan terdapat 2 orang saksi yang sudah diberkas yang tidak

    dihadirkan oleh JPU dalam persidangan yakni Yulisman dan Sakirman. Namun di dalam Surat

    Tuntutannya, JPU menyampaikan 22 orang yang dihadirkannya dalam persidangan. Sdr. Sakirman

    yang jelas-jelas tidak hadir didalam persidangan, tetap dibuatkan keterangannya di surat

    tuntutan sebagai saksi yang hadir dibawah sumpah persidangan. Ini membuktikan bahwa JPU

    sendiripun sampai lupa dengan siapa-siapa saksi yang sudah dihadirkannya. Konon lagi dengan apa

    yang disampaikan oleh saksi dan ahli di persidangan, sudah barang tentu banyak yang lupa bahkan

    dilupa-lupakannya.

    Keterangan saksi yang disampaikan oleh JPU di dalam surat tuntutannya Hampir seluruhnya

    tidak berdasarkan fakta persidangan melainkan hanya menyalin dari BAP saja. Padahal di dalam

    persidangan berkembang keterangan dan informasi baru yang disampaikan oleh saksi-saksi dan ini

    tidak digubris sama sekali oleh JPU, hanya dianggap angin lalu saja, buktinya apa yang disampaikan

    saksi di persidangan tidak dimasukkan kedalam fakta persidangan yang ada di dalam surat

    tuntannya.

    Apa yang terdakwa maksudkan dalam hal ini bukanlah mengada-ngada saja dan bukanlah

    tidak berdasar melain apa yang terjadi di dalam persidangan demi persidangan, terdakwa memiliki

    rekamannya. Sehingga keterangan-keterangan, ucapan-ucapan, pertanyaan maupun jawaban dari

    majelis hakim, saksi, terdakwa, penasehat hukum bahkan ucapan dari JPU sendiri ada di dalam

    rekaman ini. Dengan demikian kita sama-sama bisa membuktikan apa sebenarnya fakta yang

    terungkap dipersidangan.

    Bahkan rekaman inipun dapat didengar oleh siapa saja di dunia ini yang memeiliki keinginan

    dan kepedulian terhadap keadilan dan kebaran dengan mengakses melalui link yang telah kami

    sediakan.

    Bahwa dalam persidangan perkara a quo, Terdakwa telah pula menghadirkan saksi yang

    meringankan yaitu Helmi Heryanto dan Norli (Oyong) dan telah memberikan keterangan dibawah

    sumpah persidangan.

    Dari saksi-saksi yang dihadirkan oleh JPU di dalam persidangan ini yang sebagian besar

    adalah aparatur pemda Pasaman Barat, baik itu panitia pengadaan, panitia pemeriksa, maupun

  • 20

    pejabat-pejabat terkait lainnya. Kita melihat sebuah fenomena yang sangat menarik, karena di dalam

    persidangan, sebagian besar dari mereka menjawab dengan tidak tahu, tidak ingat, dan lupa.

    Fenomena seperti ini sebenarnya bisa dijelaskan secara sederhana :

    1. Pengadaan Kendaraan Dinas Bupati Pasaman Barat ini, dilaksanakan pada akhir tahun

    2010, lebih dari 4 tahun yang lalu, adalah sesuatu yang manusiawi jika suatu pekerjaan

    kantor yang rutin dan biasa tidak begitu menyedot perhatian dan kenangan khusus bagi

    pelaksana-pelaksananya. Pengadaan kendaraan dinas bupati ini hanyalah merupakan

    satu dari ribuan pekerjaan rutin kami sebagai Aparatur Sipil Negara di Pemerintah Daerah

    Kabupaten Pasaman Barat. Pengadaan inipun berjalan dengan apa adanya menurut

    proses, ketentuan dan prosedural yang semestinya.

    Dalam pengadaan sebuah barang di kantor, tidak ada bedanya, antara membeli satu unit

    laptop dengan membeli satu unit mobil apalagi pengadaanya bukanlah untuk pribadi kita.

    Menghadapi suatu proses hukum, tidak ada seorangpun yang ingin terlibat apalagi sampai

    terseret dalam pusaran proses hukum, seperti yang saat ini sedang terdakwa hadapi. Pasti

    ada perasaan untuk melindungi dan menyelamatkan diri masing-masing. Apalagi yang

    dihadapi adalah aparatur Kejaksaan Negeri Simpang Empat, yang memang dengan nyata-

    nyata menyatakan, bahwa siapapun yang tidak mau bekerjasama dengan kami, tidak mau

    tahu dengan kami, sepersekian persenpun kesalahan pekerjaan kalian, akan kami usut

    dan angkat persoalan tersebut. Siapakah manusia dalam pekerjaannya yang tidak ada

    kesalahan ? Mana ada gading yang tidak retak. Sedangkan Penuntut Umum yang sudah

    orang hukum saja masih membuat kesalahan seperti dalam surat tuntutannya dengan

    membuat keterangan saksi yang tidak hadir dipersidangan. Sedangkan penyidik saja

    membuat BAP Suparman dan Djono Hans menyebutkan pembuatan BAP didalam BAPnya

    adalah bertempat di Kejaksaan Negeri Jakarta. Tapi mereka berkuasa. Mereka bisa

    berbuat apa saja. Dan ini menimbulkan ketakutan bagi saksi-saksi yang dihadirkan.

    Sehingga cara yang paling sederhana untuk menyelamatkan diri, adalah dengan

    mengatakan tidak tahu, tidak ingat dan lupa tersebut. Padahal didalam pelaksanaan

    kegiatan pengadaan ini, semuanya bekerja sesuai dengan tupoksinya masing-masing.

    Pada saat itu hanya kegembiraan dan kebahagiaan Tim karena perjuangan untuk

    melengkapi salah satu symbol-symbol negara, symbol-symbol daerah Pasaman Barat,

    sudah terwujud. Siapakah yang tidak akan bangga ketika dia ikut dan ada andilnya dalam

    proses tersebut?

    3. Demikian juga ketika yang diperiksa adalah Pejabat-pejabat yang saat ini masih

    berjabatan, eselon 2 lagi. Tentu mereka ingin melindungi diri dan jabatannya dari incaran

    aparat Kejaksaan Simpang Empat. Salah satunya adalah dengan cara berempati kepada

    Kejaksaan dengan tidak ada komentar untuk membantu orang yang saat ini sedang

    berperkara dengan Kejaksaan.

  • 21

    Tersangka : Drs. HENDRI, MM

    Penasehat Hukum : RISMAN SIRANGGI, SH

    Mp3 Durasi Kapasitas

    1 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 58.29 menit 53,54 MB

    06 Februari'15Sudirman Samin Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum

    Zalekha, SH

    2 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 2.34.15 jam 141,22MB

    13 Februari'15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum

    Zalekha, SH

    3 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 51.37 menit 118,15MB

    20 Februari'15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum

    Zalekha, SH

    4 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 2.14.36 jam 123,23MB

    27 Februari'15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum

    Zalekha, SH

    5 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 1.44.48 jam 95,95MB.

    06 Maret 15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum

    Zalekha, SH

    6 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Nazif Firdaus, SH Asmar, SH 1.38.12 jam 89,91MB

    13 Maret15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum

    Zalekha, SH

    7,1 Jum'at/ Pemeriksaan Saksi Wendri, SH Asmar, SH 1.39.24 jam 136,52MB

    20 Maret 15 Akhiruddin, SH Fahmiron, SH,M.Hum

    Zalekha, SH

    7,2 1.29.24 jam 122,77MB

    https://www.dropbox

    .com/s/gjun6pzuu0m

    vpjo/Rek%20Sidang

    %2013%20-

    %2003%20-

    %202015.MP3?dl=0

    Amrianto, Setia Bhakti

    dan Roni HEP

    https://www.dropbox

    .com/s/i5ad5smui6r9

    xix/Rek%20Sidang%

    2020%20-%2003%20-

    %202015_1.MP3?dl=0

    Bobby P Riza,

    Vitarman, Arifin dan

    https://www.dropbox

    .com/s/lagmid7qe4bg

    c9r/Rek%20Sidang%

    2020%20-%2003%20-

    %202015_2.MP3?dl=0

    https://www.dropbox

    .com/s/pkbhovzdljib0

    1q/Rek%20Sidang%2

    006%20-%2003%20-

    %202015.MP3?dl=0

    Suparman dan Jono

    Hans (Importir

    https://www.dropbox

    .com/s/6lbr3c1uoxf5

    pph/Rek%20Sidang%

    2006%20-%2002%20-

    %202015.MP3?dl=0

    https://www.dropbox

    .com/s/4ojkv507hcnp

    2ef/Rek%20Sidang%

    2013%20-%2002%20-

    %202015.MP3?dl=0

    Bendri, Indera Yani,

    Winardi Lubis, Tona

    https://www.dropbox

    .com/s/gsj9kr4l76h9v

    ag/Rek%20Sidang%2

    020%20-%2002%20-

    %202015.MP3?dl=0

    Zalmi, Erizal dan

    Hendri Fiterson

    https://www.dropbox

    .com/s/0bhxgspn76j9

    rle/Rek%20Sidang%2

    027%20-%2002%20-

    %202015.MP3?dl=0

    Aliman Afni dan Celly

    Decilia Putri

    DAFTAR LINK DROPBOX REKAMAN SIDANG

    KASUS PENGADAAN KENDARAAN DINAS BUPATI PASAMAN BARAT TAHUN 2010

    No Hari/ Tanggal Agenda JPU HakimRekaman Sidang

  • 22

  • 23

    III. TERHADAP POIN B. KETERANGAN AHLI

    Dalam perkara ini, untuk membuktikan ada atau tidaknya unsur-unsur tindak pidana korupsi yang

    dilakukan oleh Terdakwa maka didengarkan keterangan dari 3 (tiga) orang ahli sebagai berikut :

    1. AFRIZAL, ahli dalam menghitung kerugian negara dengan jabatan auditor di BPKP Perwakilan

    Propinsi Sumatera Barat

    2. MUDJISANTOSA, SE, MM, ahli dalam Pengadaan Barang dan Jasa dengan jabatan Kepala Sub Dit

    Advokasi LKPP (setara Es IIIa) pada LKPP RI (Anggota Tim Penyusun Peraturan-Peraturan

    tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah)

    3. DR. SUMULE TIMBO, ahli keuangan daerah dengan jabatan Kasi Wil I pada Subdit Bagian

    Kebijakan dan Bantuan Keterangan Ahli Pada Dirjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam

    Negeri (Anggota Tim Penyusun Peraturan-Peratuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah)

    Dari ketiga ahli tersebut, satu orang yaitu Sdr. Afrizal merupakan ahli yang dihadirkan oleh JPU dari

    Padang pada waktu persidangan pada hari dan dua orang ahli lainnya, yaitu Mudjisantosa, SE, MM

    dan DR Sumule Timbo, ahli yang dihadirkan oleh Terdakwa dari Jakarta

    Dari surat tuntutan yang dibacakan JPU pada persidangan sebelumnya, bahwa :

    a. Kita dapat sama-sama melihat dan menilai bahwa JPU berbuat sungguh sangat tidak adil karena

    keterangan ahli afrizal dimuat dalam 4,5 halaman walaupun isinya hanyalah mengenai biografi

    dan peraturan-peraturan undang-undang saja, sedangkan keterangan ahli Mudjisantosa, SE,

    MM dan DR. Sumule Timbo hanya dibuat sepertiga-sepertiga halaman saja. Sementara durasi

    persidangan masing-masing ahli tersebut kurang lebih sama-sama 1 jam 30 menit dengan

    rekaman persidangan yang saya lampirkan bersamaan dengan pledoi ini yang merupakan satu

    kesatuan.

    b. Keterangan ahli yang dituangkannya di dalam surat tuntuan hanyalah keterangan yang ada di

    dalam BAP tanpa ada lagi tambahan keterangan lainnya yang terungkap di dalam persidangan,

    alias jaksa cuma menyalin BAP saja ke dalam surat tuntutannya. Ini menandakan bahwa

    JPU tidak menyimak apa yang berlangsung di dalam persidangan. Berdasarkan KUHAP Pasal

    186 menyatakan keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan.

    Dalam hal ini, JPU tidak menyampaikan keterangan ahli Afrizal sebagaimana yang ia terangkan

    disidang pengadilan. Artinya JPU telah menghilangkan sebagian barang bukti yaitu keterangan

    ahli Afrizal.

    c. Hal yang sama dilakukan oleh JPU terhadap keterangan Ahli Mudjisantosa dan Ahli Sumule

    Timbo, selain tidak menyampaikan fakta persidangan yang sebenarnya, JPU juga memutar

    balikkan fakta terhadap keterangan ahli tersebut. Sehingga akhirnya JPU sendiri salah dalam

    mengambil kesimpulan yang berakibat kepada salahnya tuntutan yang dibuatnya.

    d. Dengan cara-cara JPU dalam menuangkan keterangan ahli yang disampaikan dalam

    persidangan kedalam surat tuntutannya, secara langsung telah memberikan gambaran kepada

    kita bahwa hal ini sengaja dilakukan oleh JPU dengan maksud untuk mempengaruhi Majelis

    Hakim dalam pengambilan keputusannya walaupun dilakukan dengan cara-cara yang tidak

    objektif dan tidak terhormat.

    Untuk memperjelas dan menyegarkan ingatan kita kembali, berikut saya kutip beberapa keterangan

    ahli-ahli tersebut :

    1. Ahli Afrizal, dibawah sumpah persidangan pada hari Selasa tanggal 31 Maret 2015,

  • 24

    memberikan keterangan sebagai berikut :

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Afrizal

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    Saya mengenai ini saya sepakat. Tapi kalau mengenai kerugian ini, seharusnya

    saudara realistis dong, disini yang saya maksud kan, sampai di akhir 860 juta.

    Sampai di Baladewa yang dibeli oleh Frans Wijaya. Seharusnya tidak ada

    Kerugian Negara, tapi penyimpangan saya sepakat. Tapi kalau mengenai

    kerugian Negara ini, seharusnya saudara realistis. Jangan asal uang

    Negara, ini yang saya minta di ahli ini realistis kita ya, jangan dipaksakan

    aturan main seperti ini, harganya di importir. Dari importir ke Deka 675

    itu, saya tidak sepakat itu. Saya rasa tidak ada kerugian Negara,

    penyimpangan sepakat. Seperti itu. Ini ahli jangan main-main, kasihan

    orang ini, orang ini ga menikmati kok, kok harus dia yang menikmati,

    harus dia yang bertanggung jawab? Tapi kalau penyimpangan oke. Tapi

    kalau masalah kerugian, ini jangan ambil patokan 675. Kenapa sampainya ke

    sekretariat Pemda Pasbar 860 ada kuintansi loh. Gimana itu? Besok itu gimana

    di BPKP? Ini yang saya bilang realitanya

    Kan kita gini pak, seperti yang kita laporkan, kita ekspose internal

    namanya, ekpose, sepakatlah langkahnya kayak gitu, kemudian kita

    lanjut ke penyidik. Sepakat juga langkahnya kayak begitu.

    Tadi saudara bilang tadi, anda membuat patokan 675, karena ada

    penyimpangan tadi terhadap pasal 28 ayat 8 dan pasal 17 ayat 5, karena

    penyimpangan tadi patokan anda 675. Dasarnya apa anda ngomong seperti

    itu?? Kenapa ?? Karena laporan kwitansi yang ada 860. Kita harus

    objektif dong dalam penilaian ini. Saya tidak kemana-mana lho, saya

    objektif saja. Tidak ada keberpihakan disini. Jadi apa dasarnya anda

    berpatokan realnya lo 860, dia tidak menikmati sama sekali.

    Begini pak

    Iyaaa, realnya kan dia tidak menikmati. Saksi mengatakan, ini faktanya loh,

    sampainya 860, kenapa patokan saudara 675?? Dasarnya apa??

    Itu angka yang realistis, yang... yang... 675 itu kita pakai...

    Kenapa anda pakai 675? Karena melanggar aturan itu?

    Disitu kan Prakteknya kan berantai-rantai pak. Tidak langsung. Sampai lah ke

    860 itu, dari importir ke Deka, dari Deka ke Kencana. Jadi seakan-akan

    keuangan negara ini seakan-akan gampang-gampang saja dipermainkan,

    seharusnya sampainya cuma 675 itu, bukan 860, sebab pembeli sudah berantai

    dari atas ke bawah, banyak keuntungan makanya 860

    Ya boleh, itu karena keuntungan-keuntungan, akhirnya 860

    Ya

    Kalau terjadi hal seperti ini, sementara KPA mengambil Baladewa, tidak

    sanggup melakukan ini tapi dia sudah berantai-rantai sampai pada 860. Dia

    tidak menikmati. Kalau terjadi hal seperti ini tanggung jawab siapa??

    Maksudnya kan kita bukan ahli, kita mau pendapat dia. Apakah ada ketentuan

    yang misalnya, hasil penjualannya 860 juta, saya ga ada kepentingan loh disini,

    saya hanya mencari kebenaran materilnya, apakah nanti dalam kerugian

    Negara, ternyata harga real nya memang 860. Itu yang saya tanyakan

    Kita kan menghitung cuma. Berdasarkan keahlian kita menghitung

    menetapkan 675, kalau kebenarannya silakan Majelis Hakim yang

    menetapkannya.

  • 25

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Afrizal

    Hakim

    Jaksa

    Nazif

    Afrizal

    Jaksa

    Nazif

    Afrizal

    Terdakwa

    Afrizal

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    Kami berpatokan kepada ahli, tapi kami bisa mematahkan apa yang ahli

    katakan ini. Saudara sebagai ahli lo disini

    Ya

    Itu yang kami pertanyakan, supaya tidak ada orang yang dikorbankan,

    itu yang saya maksud. Kita hanya berdasarkan fakta yang ada, itu yang

    kita simpulkan nanti. Kesimpulan terakhir tetap ditangan majelis.

    Ya

    Perhitungan anda 675 ini, sementara anda juga melihat bukti kwintansi

    nya 860, dia tidak menikmati. Kalau terjadi hal seperti ini, yang

    bertanggung jawab siapa?? Apa masih juga dibebankan kepada orang

    yang tidak menikmati? Itu yang saya tanyakan. Menurut saudara sebagai

    ahli

    Kalau dia sebagai KPA, bertanggung jawab. Iya. Kalau pun dia tidak menikmati,

    karena dari awal dia telah melakukan penyimpangan terhadap aturan

    pengadaan

    Itu saya paham itu. Mengenai kerugian negara ini, kita lihat nanti saya tidak

    memojokkan ahli

    Ya

    Saya pengen tahu saja, Karena saudara ahli, kalau tidak ahli tidak saya

    tanyakan ini. Kepada saksi tidak tanyakan ini, termasuk Kepres 80. Saya hanya

    meluruskan, mencari kebenaran materil, nanti uang pengganti ini, dibebankan

    kemana. Kerugian seperti ini, uang pengganti dibebankan kemana. Kira-

    kira bagaimana, bisa tidak uang pengganti ini, kita bebankan kepada

    orang yang tidak menikmati ini harus dikorbankan?

    Ini menarik sedikit, sepertinya apabila ada aturan yang dilanggar, dari awal

    pengadaan, muncullah aturan harga pangkalnya, kemudian dari harga realistis

    patokan saudara kerugian Negara, berbeda dengan harga yang dibeli Baladewa

    860. Apakah memang begitu prosedur yang ditetapkan oleh BPKP, yang

    menyatakan kalau kerugian keuangan Negara itu yang muncul, atau

    saudara saja sebagai ahli?

    BPKP

    Berarti prosedur BPKP, karena memang perkara ini, dibunyikan juga

    kerugian dari semua kontrak konsultan pengawas yang bekerja, karena

    lelangnya gagal, sama seperti ini. Jadi prosedur BPKP, bukan prosedur

    saudara?

    Bukan

    Kalau begitu, apa dasar hukum dari perhitungan kerugian keuangan Negara

    yang saudara lakukan tersebut yaitu dengan cara menghitung nilai kontrak

    bersih setelah dikurangi pajak dan leges dan dikurangi dari nilai jual dari

    importir umum. Apa dasar hukumnya?

    Dasar hukumnya tidak ada

    Baik. dan merugikan keuangan Negara dan dari perhitungan yang saudara ahli

    lakukan bahwa keuntungan rekanan adalah 276.887.273. Apakah rekanan

    yang saudara maksud kan ini PT Baladewa?

    Bukan keuntungan, tapi kerugian

    Karena didalam BAP ini di point nomor 5, keuntungan rekanan / (kerugian

    keuangan Negara).

    Kan ada keuntungan rekanan, dilaporan kita kerugian

  • 26

    Hakim

    Hakim

    Terdakwa

    Afrizal

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    Hakim

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    Hakim

    Terdakwa

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    Nomor 5 yang mana ini?

    Ini yang ada rincian

    Rincian nomor 5 yang dicetak tebal, keuntungan rekanan

    Kalau di laporan kita kerugian keuangan Negara.

    Kerugian keuangan Negara dari hasilnya.

    Ini dakwaan sama BAP juga

    Kalo hasil dia ini, kerugian keuangan negara. Bukan keuntungan rekanan, ini

    BAP

    Berarti jaksa yang salah ya

    Saudara yang menilai yang salah. Didala