20
MAKALAH MATA KULIAH DAYA TEKNIK TENAGA LISTRIK PLTN SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF MASALAH KELISTRIKAN NASIONAL Oleh : MUHAMAD ABDUH H1C009003

Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

MAKALAH MATA KULIAH DAYA TEKNIK TENAGA LISTRIK

PLTN SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF MASALAH KELISTRIKAN NASIONAL

Oleh :

MUHAMAD ABDUHH1C009003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKPURWOKERTO

2011

Page 2: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan krisis energi yang menimpa Indonesia saat ini yang ditandai dengan semakin menipisnya cadangan minyak yang dimiliki Indonesia maka pemerintah berniat untuk membangun PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di Indonesia. Pemerintah merasa pembangkit-pembangkit listrik yang sudah ada sekarang dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari masih maraknya pemadaman listrik secara bergantian di beberapa daerah di Indonesia.

Ada dua cara untuk menghasilkan listrik secara ekonomis dalam skala besar. Pertama menggunakan tenaga air dan kedua menggunakan tenaga panas. Tenaga air memanfaatkan energi gravitasi air terjun, sedangkan tenaga panas memanfaatkan energi yang terdapat pada uap bertekanan tinggi. Kedua-duanya untuk memutar turbin dan generator listrik. Murahnya pembangkit listrik tenaga air (PLTA) karena ia tidak memerlukan bahan bakar. Bahan bakar PLTA disuplai secara tidak langsung dari energi surya melalui siklus hidrologik. Jadi PLTA satu-satunya pemanfaatan energi surya sebagai pembangkit listrik yang layak secara ekonomi. Uap bertekanan tinggi pada pembangkit listrik tenaga uap dapat diperoleh dengan cara membakar batu bara, minyak, gas, kayu, dan bahan-bahan lain yang dapat terbakar untuk memanaskan air. Pemanasan air ini juga dapat ditempuh dengan memanfaatkan energi yang dikeluarkan melalui proses pembelahan inti atom uranium (proses fissi inti). Pembangkit listrik yang terakhir ini dikenal dengan nama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Dalam sudut pandang kebutuhan energi di masa sekarang dan akan datang, sebagian besar masyarakat sepakat bahwa Indonesia harus meningkatkan suplai energinya, terutamaenergi listrik yang peningkatan kebutuhannya untuk kini saja gagal diantisipasi oleh PLN. Selain listrik merupakan sumber penerangan, ia mempunyai peranan lain yaitu sebagai pendorong perekonomian, sehingga ada suatu korelasi antara konsumsi energi listrik dan keadaan perekonomian suatu masyarakat. Namun demikian, dari beberapa sumber energi yang ada perlu ditentukan beberapa alternatif pilihan. Alternatif-alternatif tersebut sudah sering ditawarkan oleh pemerintah dan telah banyak dibahas, dikaji dan dikomentari oleh para pakar energi, pakar listrik maupun masyarakat umum.

Dalam makalah ini akan dibahas apa sebenarnya PLTN itu, sejarah singkat, bagaimana cara kerjanya, prospek pembangunan PLTN di Indonesia dan persepsi masyarakat indonesia tentang pembangunan PLTN

Page 3: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

yang direncanakan pemerintah dibangun pada tahun 2012 dan mulai beroperasi pada tahun 2017.

B. Permasalahan

Rencana pembangunan PLTN di Indonesia sebagai salah satu alternatif mengatasi krisis energi di Indonesia. Pembangunan PLTN ini juga merupakan penerapan IPTEK dalam pembangunan yang berkesinambungan di Indonesia. Krisis ini sudah cukup lama dirasakan masyarakat yaitu seringnya PLN (Perusahaan Listrik Negara) melakukan pemadaman listrik secara bergilir di Sumatera, Jawa, Bali, dan daerah- daerah lainnya di Indonesia. Ini terjadi karena masih kurangnya pasokan listrik yang dipasok pembangkit-pembangkit listrik yang sudah ada.

Hal yang perlu diperhatikan dalam proyek pembangunan PLTN adalah dari segi ekonomi, energi, sosial dan lingkungan. Dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai dampak positif dan negatif dari proyek pembuatan PLTN di Indonesia.

Page 4: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

BAB II PEMBAHASAN

A. Definsi dan Sejarah PLTN

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Reaktor nuklir adalah tempat di mana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan.

Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dimulai beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha mengembangkan pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya, pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di Amerika Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga mulai menjalankan program energi nuklirnya.

Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun 1951. Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di Rusia. PLTN pertama di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada bulan Oktober 1956 di Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir yang mampu memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. Sukses pengoperasian PLTN tersebut telah mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai tempat.

B. Proses Kerja PLTN

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada dasarnya sama dengan pembangit listrik tenaga uap lainnya. Pembangkit Listrik Tenaga

Page 5: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

Uap (PLTU) menggunakan uap bertekanan tinggi yang dihasilkan dari pemanasan air dalam boiler . Uap air bertekanan tinggi tersebut dihasilkan dengan membakar batubara, gas, minyak, kayu dan bahan-bahan lain yang dapat terbakar seperti limbah tebu, kelapa sawit, sekam, dll. Uap air hasil pembakaran tersebut akan memutar turbin generator yang kemudian menghasilkan energi litrik. Keseluruhan proses tersebut terjadi dalam satu siklus tertutup.

Perbedaan mendasar PLTU lainnya PLTN adalah pemanasan air pada PLTN dilakukan oleh pembelahan inti reaksi bahan fosil seperti uranium didalam reaktor seperti pada gambar-1

Gambar-1 Skema prinsip kerja PLTN

Reaksi pembelahan inti uranium terjadi dalam reaktor. Didalam reaktor reaksi tersebut terjadi secara berantai pada saat inti dari uranium dalam hal ini U-235 atau U-233 terbelah bereaksi dengan neutron yang akan menghasilkan berbagai unsur lainnya dalm waktu yang sangat cepat, proses ini akan menimbulkan panas dan netron-netron baru. Panas yang berasal dari inti reaktor dialirkan ke sistem pendingin primer, untuk kemudian dilewatkan pada alat penukar panas dan selanjutnya panas dibuang ke lingkungan melalui sisten pendingin sekunder.

Adapun bagian-bagian terpenting dari reaktor seperti pelindung atau perisai, elemen bahan bakar, elemen kendali dan moderator. Sedangkan jenis-jenis pendingin pada reaktor nuklir antara lain reaktor nuklir dengan pendingin gas, reaktor air biasa terdiri dari reaktor air mendidih dan reaktor air tekanan, selain itu reaktor jenis reaktor air berat dan reaktor pembiak cepat.

Page 6: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW.

Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN sbb :

a. Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yangsangat besar.

b. Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bias pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.

c. Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).

d. Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkanarus listrik.

PLTN di Indonesia akan menggunakan reaktor jenis PWR (Pressurized Water Reactor) karena teknologi reaktor ini banyak digunakan di seluruh dunia. Reaktor jenis ini terdiri dari sebuah bejana yang penuh air yang diletakan bahan bakar yang disusun dalam pipa-pipa yang dipasang berkelompok. Bahan bakar yang dipakai adalah U-235 untuk menghasilkan panas yang akan memanaskan air. Karena bejana terisi penuh, maka tidak terjadi uap melainkan tekanan tinggi yang akan disalurkan ke penghasil uap untuk kemudian memutar turbin bagi menghasilkan energi listrik. . Selangkapnya seperti pada gambar-2

Gambar-2 Skema reaktor air tekan (Pressurized Water Reactor)

C. Prospek Pembangunan PLTN di Indonesia

Page 7: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

Melihat cadangan sumber energi tak terbarukan (antara lain minyak bumi, gas, batu bara) yang semakin menipis, perlu difikirkan energi lain yang dapat menggantikan sebagai energi alternatif. Upaya-upaya penganekaan ragam sumber energi agar ketersediaan energi terjamin harus dilakukan oleh seluruh kekuatan para ilmuawan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan dan sebagian negara juga sudah memanfaatkan sumber energi baru tersut adalah pemanfaatan teknologi nuklir.

Pemanfaatan energi nuklir dapat meniminimalkan ketergantungan dari energi fosil Ujar Menteri Negara Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata didalam sambutan pembukaan seminar. Selain itu Suharna Surapranata mengatakan dengan pemanfaatan energi nuklir dapat mengurangi potensi problem dari pemanasan global yang sedang menjadi perhatian dunia.

Energi nuklir saat ini pemanfaatannya sudah banyak dimanfaatkan ke bidang-bidang yang diperlukan oleh masyarakat, seperti halnya bidang kedokteran, pangan, hewan juga sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).  Khusus pada PLTN saat ini berbagai negara telah banyak negara menggunakannya, sesuai World Nuclear Association per 1 Februari 2010 jumlah PLTN didunia mencapai 463 unit yang beroperasi dan 53 unit tahap pembangunan serta 142 unit tahap perencanaan.

Dikawasan Asia, disamping Jepang dan Korea Selatan pertumbuhan PLTN di China cukup signifikan yaitu pembanguan 20 unit dari rencana 37 unit. Selain negara tersebut dikawasan Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand dan Vietnam juga sudah mengusulkan ke Badan Tenaga Nuklir Dunia (IAEA) untuk dapat dibantu dalam pembangunan PLTN.

Sedangkan kawasan kawasan Timur Tengah, sebagai kawasan negara sumber penghasil minyak saat ini kecenderungan untuk memanfaatkan PLTN sebagai opsi Pemasok Tenaga listriknya. Seperti Uni Arab Emirat langsung merencanakan pembangunan PLTN 4 unit dari sepuluh yang diusulkan. Sedangkan di eropa khususnya negara Prancis, seluruh kebutuhan listrik negaranya di suplai dari PLTN.

Besarnya minat negara-negara untuk mengembangkan PLTN kita ketahui adalah didasari atas keunggulan dari : Relatif bersih dari polusi rumah kaca sebagai penyebab Golbal Warming; Nuklir sebagai energi cukup besar; persediaan bahan baku relatif cukuo dan stabil; teknologinya semakin teruji dan handal dan terakhir harga jual listrik murah.

Dari kelebihan-kelebihan tersebut memang ada kekurangannya yang perlu diantisipasi dari PLTN. Kekurangan tersebut diantaranya adalah resiko dari PLTN cukup tinggi dari faktor keamanan dan keselamatan apabila terjadi sesuatu dimana resiko radiasi yang dapt mengakibatkan kematian. Perlu diketahui bahwa teknologi bak dua mata pisau, dimana dengan pemanfatan yang betul akan mendapatkan keuntungan sedangkan salah dalam pemanfaatan akan berakibat fatal.

Page 8: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

Semua ini diperlukan pengkajian dan penerapan yang betul-betul dibutuhkan tingkat kemampuan dan pertimbangan yang sangat tinggi agar resiko akibat yang tidak menguntungkan dapat dikurangi.

Oleh karena itu sebelum melangkah mengambil keputusan dalam pemanfaatan PLTN, perlu dilakukan pemilihan teknologi yang betul-betul maju, pemahaman dan peningkatkan kemampuan SDM yang handal agar dalam pelaksanaan dan pengoperasian PLTN tidak terjadi kesalahan yang fatal. Untuk dapat tercapainya maka pada Kamis tanggal 18 Maret 2010 diadakan seminar dengan tema “Prospect of Nuclear Electrict Power In Indonesia di Ruang Komisi I BPPT lantai 3 Jakarta.

Penyelenggaraan Seminar ini merupakan kerjasama Pemerintah Jepang (JAIF-JICC) dengan RISTEK, BATAN, BAPPETEN, METI dan ESDM.  Tujuan dari diselenggarakan seminar ini untuk menggali pengalaman Jepang didalam pengelolaan dari pemanfaatan Teknologi Nuklir  untuk pembangkit Tenaga Listrik. Suharna Surapranata mengatakan dengan diselenggaranya seminar ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan pelajaran dari pengalaman negara Jepang untuk Indonesia didalam rencana pembangunan PLTN diwilayah Indonesia kedepan.

Menurut Chif Scretary of Senior Network, Atonomic Energy Society of Japan , Akira kaneuji bahwa Jepang didalam pemanfaatan nuklir berpengalaman sejak 50 tahun sebelumnya. Saat ini Jepang sudah mempunyai 57 unit PLTN  tersebar diseluruh wilayah negara. Teknologi Nuklir di Jepang selalu diperbaharui dan ditingkatkan didalam sistem keamanan dan keselamatannya. Sehingga kekhawatiran akan akibat yang fatal dapat dikurangi menjadikan masyarakat dapat menerima.

Sedangkan pengalaman di Indonesiapun sudah berpangalaman sejak tahun 1975, dimana Indonesia sudah memiliki reaktor Nuklir di tiga kota Serpong  Tanggerang, Jogja dan Bandung. Sampai saat ini ketiga rektor masih berjalan dengan baik dan masih dimanfaatkan untuk penelitian. Disini menunjukan kemampuan dari SDM anak bangsa tidak perlu diperdebatkan dalam penguasaan teknologi Nuklir. Reaktor penelitian ini dimanfaatkan radioisotopnya untuk penelitian, tidak memanfaatkan pemansannya sebagai sumber panas untuk memanaskan Air agar uapnya dapat menggerak turbin listrik.

Pada prinsipnya PLTN dan PLTU mempunyai kesamaan sistem kerja. Satu-satunya yang membedakan adalah sumber panas yang dipakai. Untuk PLTU sumber Panas berasal dari Batu Bara dimana batubara dibakar guna merubah fluida kerja (air) menjadi uap lalu dialirkan untuk memutar turbin, sedangkan PLTN panas yang diperoleh adalah hasil reaksi pembelahan inti atom (fisi) didalam selongsong yang kedap udara dan air dengan suhu tinggi sama halnya untuk merubah air menjadi uap.

Saat ini perkembangan terakhir dari rencana pembangunan PLTN Indonesia tetap berjalan sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Page 9: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

enery Mix . Dimana menurut Kepala BATAN Hudi Hastowo bahwa sudah sampai pada tahap persiapan pembangunan. Pembangunan PLTN melalui tiga tahap evaluasi. diantaranya evaluasi Pengusulan rencana pembangunan sesuai program nasional, Persiapan dari pembangunan dan kebijakan-kebijakan yang mendukung; Pembangunan dan operasi.

Pada Acara seminar tersebut dihadirkan narasumber Dr. Hudi hastowo dengan topik bahasan “NPP Infrastructure Development”;  “Regulation Development” oleh Dr. As. Natio lasman; “Experience of Japan for Nuclear Energy Development in Indonesia” oleh Koyama Masaomi (METI); “nuclear Safety Technology accomplished and Realities of Chernobyl Accident “ oleh ISHIKAWA Michio (JANTI); “Japanese Seismic Safety Technology proved in Nilgata Earthquake “ oleh  KONNNO Takaaki (JANTI).

D. Persepsi Pemerintah dan Masyarakat Terhadap Proyek Pembangunan PLTN

Masyarakat yang dimaksud adalah rakyat Indonesia yang memberikan pendapat mengenai resiko maupun prospek keberadaan PLTN. Pendapat yang dikemukakan merefleksikan persepsi tentang PLTN. Dalam konteks ini, mereka yang memberikan tanggapan diambil atau diseleksi dari berbagai kalangan yakni para cendekiawan dari perguruan tinggi, para politisi yang merepresentasikan masyarakat banyak, para pegiat lingkungan hidup.

Pihak pemerintah maupun anggota masyarakat yang mendukung keberadaan PLTN di Indoensia umumnya mendasari argumentasinya dengan beberapa alasan utama antara lain keterbatasan energi fosil untuk pembangkitan tenaga listrik, tingginya dampak lingkungan dari penggunaan energi fosil, minimnya resiko atau keamamanan teknologi nuklir serta pembangunan PLTN relatif lebih ekonomis.

Anggota masyarakat yang kritis terhadap rencana pembangunan PLTN lazimnya mempersoalkan resiko yang ditimbulkan.Adapun aspek-aspek yang menjadi perhatian antara lain; kecelakaan reaktor, radiasi yang ditimbukan, limbah radioaktif, dampak sosial dan proliferasi

D.1 Persepsi Pemerintah

Argumentasi pemerintah untuk mendukung PLTN didasari oleh fakta yang cukup obyektif mengenai peningkatan kebutuhan energi listrik yang tidak sebanding dengan ketersediaan energi listrik oleh PLN. Kebutuhan energi listrik di Indonesia terus meningkat seiring dengan kemajuan pembangunan di sektor industri,konstruksi, jasa dan domestik.

Page 10: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

Pada tahun 1990 diprediksi tingkat pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Indonesi sekitar 8,2 % setiap tahunnya, kenyataannya ramalan tersebut jauh berbeda dengan kenyataan bahwa di tahun 1992 kebutuhan energi listrik Indonesia justru meningkat secara mengejutkan yakni 18% rata-rata setiap tahun. Pada 2001, terjadi kenaikan permintaan listrik sebesar 6,4 persen, disusul kemudian pada 2002 menjadi 12,8 persen. Diprediksi tahun 2010 mendatang kenaikan permintaan rata-rata menjadi 7 persen setiap tahunnya sebagaimana disajikan pada tabel-1 yang dikeluarkan oleh PT PLN.

Tabel-1 Kebutuhan Energi Listrik di Indonesia

Description 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Energy Sales (GWh)

99,012 104,985 111,858 119,222 127,194 135,691 144,763 154,448 164,794

Growth Rate (%)

- 6.03 6.55 6.58 6.69 6.68 6.69 6.69 6.70

Production (GWH)

115,116 122,692 130,714 139,332 148,649 158,579 169,182 180,500 192,590

Peak Demand (MW)

21,902 23,343 24,869 26,509 28,282 30,171 32,188 34,342 36,642

Installed Capacity

27,503 28,356 29,356 30,529 31,578 31,601 31,608 31,566 31,380

Dari fakta-fakta ini pihak pemerintah menyakinkan bahwa pembangunan PLTN merupakan salah satu solusi alternatif untuk penyediaan energi listrik. Keyakinan ini dipekuat dengan kebijakan pemerintah untuk segera mungkin mengakhiri ketergantungan kepada energi fosil yang menjadi bahan bakar dominan pada pembangkit tenaga listrik di Indonesia. Batubara masih menduduki peringkat tertinggi, yaitu 45 persen. Gas alam menduduki tingkat kedua, yakni 27 persen. Sisanya dipasok dari energi minyak sebesar 13 persen dan energi terbarukan 15 persen.

Dengan penuh optimisme Soedyartomo Soentono, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menyatakan bahwa energi nuklir

Page 11: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

berpotensi menekan pemakaian listrik hingga 18 persen dan bahan bakar sampai 8 persen.

Selain itu, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil memberikan dampak pada polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil. Pemakaian energi nuklir sebagai sumber bahan bakar juga mampu mengurangi polutan CO2 sampai 8 persen yang berarti PLTN dipresepsi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan.

Mengenai resiko kehadiran PLTN para pendukung PLTN nampaknya mengabaikan resiko kecelakaan, bahkan dianggap lebih kecil kemungkinan memakan korban dibandingkan dengan merokok. Untuk mendukung argumentasi ini pemerintah melakukan berbagai kampanye di media cetak dan elektronik dengan menampilkan pakar di bidang energi untuk mengedukasi masyarakat mengenai keamanan penggunaan nuklir.

D.2 Presepsi Anggota Masyarakat

Dari kelima aspek yang dikemukanan masyarakat seperti kecelakaan reaktor, radiasi yang ditimbukan, limbah radioaktif, dampak sosial dan proliferasi. Faktor kecelakaan reaktor paling banyak menjadi sorotan. Kecelakaan reaktor terjadi akibat lenyapnya pendingin atau lost of coolant accident. Kecelakaan ini terjadi karena karena hilangnya zat pendingin yang mengakibatkan suhu pada teras reaktor meningkat dengan tajam sehingga kandungan dalam reaktor akan dimuntahkan ke atmosfir. Hal ini akan mengakibatkan zat radioaktif akan menyebar dalam radius yang cukup besar sehingga membahayakan mahluk hidup yang ada dalam jarak jangkaun zat radioaktif tersebut.

Kecelakaan PLTN Cernobyl di Rusia salah satu bukti. Hal ini telah menjadi momok bagi manusia seantero jagat yang memandang PLTN sebagai teknogi laksana pisau bermata dua yang dapat mengancam keselamatan manusia sewaktu-waktu. Belajar dari berbagai kelemahan penanganan PLTN, maka sangatlah beralasan jika timbul keraguan akan kemampuan sumber daya insani Indonesia dalam menangani teknologi yang memerlukan kecermatan dan kedisiplinan yang tinggi.

Keraguan tersebut disampaikan oleh Prof.Dr.Rahardi Ramelan yang mempertanyakan apa yang akan terjadi kalau musibah seperti banjir lumpur di Sidoarjo yang disebabkan oleh keteledoran manusia terjadi pada PLTN tentu akibanya sangat fatal melebihi apa yang terjadi di Sidoarjo. Kekuatiran serupa disampaikan juga oleh pakar Fisika Nuklir Eksperimen, Dr Iwan Kurniawan bahwa “menangani dampak kebocoran

Page 12: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

lumpur panas Lapindo Brantas saja kita belum mampu. Apalagi mengatasi penyebaran radiasi nuklir yang tidak kasat mata dan sangat membahayakan masyarakat,” Peringatan dini yang disampaikan oleh mantan menteri sekaliber Prof Rahardi Ramelan dan Dr Iwan Kurniawan tentu didasari oleh pengamatan yang seksama perihal mentalitas manusia Indonesia dikaitkan kompetensi penanganan teknologi yang memiliki resiko tinggi.

Kesangsian senada disampaikan pula oleh wartawan senior dan sastrawan Indonesia terkemuka yakni Moctar Lubis. Keberatan beliau selain masih belum yakin dengan kemampuan manusia Indonesia. Beliau juga mempersoalkan besarnya investasi yang dikeluarkan mulai dari membangun PLTN sampai proses penutupan jika masa produktif PLTN berakhir (decomisioning). Proses penutupan PLTN pada setiap tahapannya perlu dilakukan secara cermat agar tidak menimbulkan pencemaran radiasi nuklir. Masalah ini penting diangkat karena telah menjadi anggapan umum seolah-olah pendanaan hanya terbatas pada pembangunan dan pengoperasian serta pemeliharaan semata.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah pengelolaan limbah radioaktif. Limbah radioaktif perlu dikelola dengan cermat agar tidak memiliki resiko jangka panjang. Gagasan alternatif untuk memasukan limbah radioaktif dalam bejana-bejana besi untuk kemudian dimasukan kedalam laut, ditanam dalam tambang garam atau menyediakan satu pulau terpencil yang tidak berpenghuni untuk menyimpan.

Penanganan seperti ini belum dipastikan keamanannya dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Fisikawan Prof.Dr. Liek wilarjo mensinyalir selain resiko daur ulang, kalau tidak cermat, maka proses daur-ulang U-238 atau U-233 akan menghasilkan Plutonium atau Pu-239 yang dapat dipakai sebagai bahan senjata nuklir. Kemungkinan tersebut cukup rasional sehingga menimbulkan kecemasan terjadi persaingan penggunaan senjata nuklir atau lebih parah lagi apabila senjata nuklir tersebut dikuasai oleh para teroris. Kalau ini terjadi akan memberikan dampak sosial dalam skala global.

Kalangan lembaga swadaya masyarakat yang direpresentasikan oleh Wahana Lingkungan Indonesia (WAHLI) melalui kampanye-kampanye yang dilakukan, tersingkap alasan mendasar dari penolakan terhadap PLTN, selain resiko yang ditimbulkan, terbesit keraguan kepada kemampuan perusahaan partner yang akan membangun PLTN. Terdapat catatan masa lampau yang kurang memuaskan dari negara yang bersangkutan, yang mana keberadaan PLTN telah menimbulkan persoalan yang cukup serius di negara asal. Kalangan LSM juga menilai,

Page 13: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

pilihan PLTN bukan hal yang mendesak karena Indonesia memiliki potensi energi primer dan energi alternatif yang relatif mencukupi untuk jangka panjang, dibandingkan dengan resiko yang akan ditimbulkan oleh PLTN.

Anggota masyarakat lainnya seperti pimpinan DPRD di wilayah Pati dan Jepara yang akan dibangun PLTN memiliki pandangan yang beragam yakni faktor penguasaan teknologi yang belum sepenuhnya dikuasai dan bahaya yang ditimbulkan,namun yang menarik adalah argumentasi mengenai ketergantungan terhadap pihak asing yang menguasai teknologi nuklir,dengan demikian pihak asing dapat mendikte kepentingannya terhadap Indonesia. Argumentasi ini cukup beralasan karena bagaimanapun pihak asing yang memasok teknologi nuklir akan berupaya untuk meraup keuntungan sebesar mungkin dengan menciptakan ketergantungan. Kondisi seperti ini sudah menjadi dilema dari upaya alih teknologi dari negara maju ke negara berkembang.

Argumentasi-argumentasi yang dikemukakan oleh anggota masyarakat yang kritis, maka hampir semua sepakat bahwa resiko kecelakaan PLTN merupakan faktor dominan yang mendasari penolakan terhadap kehadiran PLTN alasan yang dikemukakan ketidaksiapan sumber daya insani Indonesia yang dianggap belum cakap dari segi penguasaan teknologi maupun mentalitas yang cendung tidak disiplin dan teledor. Alasan ini diperkuat dengan fakta berbagai kecelakaan yang marak terjadi di Indonesia saat ini seperti banjir lumpur PT Lapindo di Jawa Timur, kecelakaan pesawat terbang, transportasi darat dan kapal laut yang tenggelam atau terbakar.Semua kecelakaan tersebut berakar pada kelalaian manusia atau humman error.

E. Dampak Positif dan Negatif Dari Proyek Pembuatan PLTN di Indonesia.

Reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia. Radiasi yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua. Pertama, radiasi langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif yang dipancarkan mengenai langsung kulit atau tubuh manusia. Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi tak langsung adalah radiasi yang terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar zat radio aktif, baik melalui udara, air, maupun media lainnya.

Keduanya, baik radiasi langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi fungsi organ tubuh melalui sel-sel pembentukannya. Organ-organ tubuh yang sensitif akan dan menjadi rusak. Sel-sel tubuh

Page 14: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

bila tercemar radio aktif uraiannya sebagai berikut: terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga dapat mengubah kondisi atom itu sendiri, mengubah fungsi asli sel atau bahkan dapat membunuhnya. Pada prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh pada sel. Pertama, sel akan mati. Kedua, terjadi penggandaan sel, pada akhirnya dapat menimbulkan kanker, dan ketiga, kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis, yang akan memulai proses bayi-bayi cacat. Selain itu, juga menimbulkan luka bakar dan peningkatan jumlah penderita kanker (thyroid dan cardiovascular) sebanyak 30-50% di Ukrania, radang pernapasan, dan terhambatnya saluran pernapasan, juga masalah psikologi dan stres yang diakibatkan dari kebocoran radiasi.

Ada beberapa bahaya laten dari PLTN yang perlu dipertimbangkan. Pertama, kesalahan manusia (human error) yang bisa menyebabkan kebocoran, yang jangkauan radiasinya sangat luas dan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup. Kedua, salah satu yang dihasilkan oleh PLTN, yaitu Plutonium memiliki hulu ledak yang sangat dahsyat. Sebab Plutonium inilah, salah satu bahan baku pembuatan senjata nuklir. Kota Hiroshima hancur lebur hanya oleh 5 kg Plutonium. Ketiga, limbah yang dihasilkan (Uranium) bisa berpengaruh pada genetika. Di samping itu, tenaga nuklir memancarkan radiasi radio aktif yang sangat berbahaya bagi manusia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Prisip kerja PLTN serupa dengan pembangkit tenaga uap lainnya, yang berbeda adalah energi fosil yang dibakar untuk menghasilan uap tekanan tinggi adalah reaksi fisi dari uranium. Kelebihan dari PLTN dibandingkan PLTU berbahan bakar fosil adalan PLTN lebih ramah lingkungan walaupun sangat berpotensi resiko.

2. Pertimbangan pemerintah atau anggota masyarakat yang meyakini prospek PLTN di Indonesia berkisar pada argumentasi untuk mengatasi krisis energi di Indonesia secara umum dan khususnya melepaskan ketergantungan penyediaan energi listrik dari energi fosil, rendahnya resiko PLTN, biaya pembangunan yang relatif murah dan ramah terhadap lingkungan.

3. Presepsi yang terbangun dikalangan anggota masyarakat yang kritis terhadap keberadaan PLTN meliputi resiko yang ditimbulkan

Page 15: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional

oleh PLTN dengan faktor-faktor antara lain kecelakaan reaktor, radiasi yang ditimbukan, limbah radioaktif, dampak sosial dan proliferasi

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, H.A. Persepsi dan Penerimaan Masyarakat Terhadap PLTN. Elektro Indonesia. Edisi VII.April 1997.

Akhadi, Mukhlis. Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN. Elektro Indonesia. Nomor 36, Th. VII. April 2001.

Rohi, Daniel. Mengkaji Kontroversi Penggunaan Energi Nuklir dalam Mendukung Kelistrikan Nasional. Jurusan Teknik Elektro,Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Surabaya.2007.

http://tf.ugm.ac.id/?p=1338

http://blog.beswandjarum.com/abdbasidl?s=pltn

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_nuklir

Page 16: Pltn Sebagai Solusi Alter Nat If Masalah Kelistrikan Nasional