31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. (Depkes RI, 2002). Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia. Sebanyak 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak < 5 tahun setiap tahun meninggal akibat pneumonia di seluruh dunia. Kejadian tersebut melebihi dari penyakit AIDS, malaria dan TBC jika dikelompokkan (WHO, 2012). Menurut The United Nations Children's Fund (UNICEF) pneumonia menyumbang hampir seperlima kematian anak di dunia dan ± 2 juta anak balita meninggal setiap tahun, mayoritas terjadi di negara Afrika dan Asia Tenggara (UNICEF, 2004). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan diantaranya: 1. Apapengertian pneumonia? 2. Apatanda dan gejala pneumonia? 3. Bagaimanapenyebab pneumonia? 4. Bagaimanaklasifikasi pneumonia? 5. Bagaimana Pemeriksaan diagnostikpneumonia? 1

Pneumoni (Jadi Fix)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stikes bp

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,

demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam. (Depkes RI, 2002).

Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian

anak di seluruh dunia. Sebanyak 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak < 5 tahun setiap

tahun meninggal akibat pneumonia di seluruh dunia. Kejadian tersebut melebihi dari

penyakit AIDS, malaria dan TBC jika dikelompokkan (WHO, 2012). Menurut The United

Nations Children's Fund (UNICEF) pneumonia menyumbang hampir seperlima kematian

anak di dunia dan ± 2 juta anak balita meninggal setiap tahun, mayoritas terjadi di negara

Afrika dan Asia Tenggara (UNICEF, 2004).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan diantaranya:

1. Apapengertian pneumonia?

2. Apatanda dan gejala pneumonia?

3. Bagaimanapenyebab pneumonia?

4. Bagaimanaklasifikasi pneumonia?

5. Bagaimana Pemeriksaan diagnostikpneumonia?

6. Bagaimana cara pengobatan pneumonia?

C. Tujuan

Tujuan penulisan dari makalah ini:

1. Untuk mengetahui pengertian pneumonia.

2. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia.

3. Untuk mengetahui penyebab pneumonia.

4. Untuk mengetahui klasifikasi pneumonia.

5. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostikpneumonia.

6. Untuk mengetahui cara pengobatan pneumonia.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peneumonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,

demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam. (Depkes RI, 2002).

Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya

disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang

menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut

alveoli dipenuhi cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam

buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada

Balita”, disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4)

Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT))

akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya pneumonia bukan

penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada sumber infeksi,

dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia

maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik

terparah muncul pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).

B. Tanda dan Gejala:

Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:

1. Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, terkadang dapat berwarna kuning hingga

kehijauan) .

2. Nyeri dada (nyeri bisa tajam seperti ditusukatau tumpul dan bertambah hebat jika

penderita menarik nafas dalam atau terbatuk) .

3. Demam tinggi disertai Menggigil

4. Sesak nafas

5. Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai denganadanya darah,sakit kepala,atau

mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab.

6. Gejalalain berupa hilang nafsu makan, mudah merasa lelah,kulit menjadi

pucat,mual,muntah,nyeri sendiatau otot.

Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain:

2

7. Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri

perut dan diare

8. Pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkanpenurunan

berat badan dan berkeringat pada malam hari.

9. Pada orang tua manifestasi daripneumonia mungkin tidak khas.

10. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala,tetapi padabanyak kasus, mereka hanya

tidur atau kehilangan nafsu makan.

C. Penyebab Peneumonia

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,

virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus), protozoa dan jamur.

a. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia

lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah

Streptococcus pneumoniae Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau

malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh

jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh

melalui aliran darah. Pada pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan

penyakit gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh adalah golongan yang

paling berisiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan terinnfeksi penyakit

ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah.

Penelitian lainnya menyebutkan bahwa Streptococcus pneumonia diidentifikasikan

sebagai agen etiologi pada 34 dari 64 pasien (53%) dan pada 34 dari 43 pasien (79%).

Streptococcus pneumonia adalah pathogen teridentifikasi yang sering ditemukan pada

pasien di segala usia walaupun tidak ada hubungan antara usia dan kemungkinan jenis

darah positif terinfeksi (Wall., et al: 1986).

b. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang

tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun

virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita

gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar

pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi

terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang

3

menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008). Virus yang menginfeksi paru akan

berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.

c. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada

manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski

memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat

ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering

pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada

yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).

Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan dengan

pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh

mikoplasma yang belum ditemukan ini sering disebut Atypical Pneumonia ‘pneumonia

yang tidak tipikal’. Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi saat perang dunia II.

d. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia

pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat

lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam

hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan Pneumocystitis Carinii pada

jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).

e. Jamur

Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum, tetapi hal ini mungkin terjadi pada

individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan

imunosupresif atau masalah kesehatan lain. patofisiologi dari pneumonia yang

disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia

yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,

Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.

Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi, dan

Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.

Infeksi bakteri Infeksi atifikal Infeksi jamur

Streptococcus pneumonia

Haemophillus influenza

Mycoplasma pneumonia

LegionellaPneumophillia

Aspergillus

Histoplasmosis

4

Klebsiella pneumonia

Pseudomonas aeruginosa

gram negatif (E.coli)

Coxiella burnetii

Chlamydia psittaci

Candida

Nocardia

Infeksi virus Infeksi protozoa Penyebab Lain

Influenza

Coxsackie

Adenovirus

Sinsitial respiratori

Pneumocytis carinii

Toksoplasmosis

Amebiasis

Aspirasi

Pneumonia lipoid

Bronkiektasis

Fibrosis kistik

D. Klasifikasi Pneumonia

a. Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia, CAP):

pneumonia yang didapatkan di lingkungan masyarakat yaitu terjadinya infeksi di luar

lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di

rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama > 14 hari

(Jeremy, 2007).

b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang terjadi selama

atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini didapat selama penderita

dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir 1% dari penderita yang dirawat di

rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam perawatannya. Demikian pula

halnya dengan penderita yang dirawat di ICU, lebih dari 60% akan menderita

pneumonia (Supandi, 1992).

c. Pneumonia aspirasi: Pneumonia ini biasanya disebabkan oleh aspirasi isi lambung,

Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat kimia akibat reaksi terhadap asam lambung,

sebagian lagi bersifat bakterial akibat organisme yang mendiami mulut dan lambung.

Aspirasi paling sering terjadi sebelum dan sesudah anastesia, para pecandu alcohol,

atau pada pasien yang refleks muntah dan batuknya tertekan.

d. Pneumonia oportunistik: Pneumonia tipe ini menyerang seseorang dengan sistem

kekebalan tubuh yang rendah, sehingga mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur,

dan mikobakteri, selain organisme bakteria lain, misalnya pada pasien HIV-AIDS,

terapi kortikosteroid, kemoterapi, dan pasca transplantasi, organisme penyebabnya

adalah Pneumocystis carinii.

5

E. Pemeriksaan diagnostik :

1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

a. Anamnesis

Mengetahui mekanisme dan keluhan yang sering dirasakan/terjadi pada klien.

1. Batuk 5. Sputum

2. Sesak nafas 6. Cepat lelah

3. Demam 7. Bunyi pernafasan abnormal

4. Nyeri dada

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi :

Menggunakan indra penglihatan, memerlukan bantuan cahaya yang baik, dan

pengamatan yang teliti.

1. Demam 3. Pucat

2. Sesak nafas 4. Batuk

Palpasi:

Perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.

digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran.

1. Demam mengigil

2.  Kurangnya vocal fremitus

Perkusi:

Dilakukan dengan mengetuk permukaan tubuh dengan tangan pemeriksa.

Didapatkan bunyi pekak pada dada akibat udem pleura

Aukultasi:

Menggunakan indra pendengaran, bisa menggunakan alat bantu (stetoskop)

ataupun tidak. Suara di dalam tubuh dihasilkan oleh getaran udara ( misalnya :

suara nafas ).

1. Didapatkan bunyi nafas crackle

2. Didapatkan bunyi nafas mengi (wheezing)

2. Rontgent

Gambaran yang diperoleh dari hasil rontgent memperlihatkan kepadatan pada bagian

paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya

merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Akibatnya fungsi paru terganggu,

penderita mengalami kesulitan bernapas karena tidak tersisa ruang untuk oksigen.

6

Kelainan yang tampak pada foto rontgent penderita penumonia dapat berupa bercak

putih setempat atau tersebar di sekitar paru ataupun gambaran lainnya terdapat

komplikasi pneumonia.

3. Pemeriksaan Sputum

Pasien yang dicurigai menderita pneumonia, perlu dilakukan pengambilan sputum/

dahak untuk dikultur dan di test resistensi kuman untuk dapat mengetahui

mikroorganisme penyebab pneumonia tersebut.

Pengambilan sputum dapat dilakukan dengan cara :

a. Dibatukkan atau didahului dengan proses perangsangan (induksi) untuk

mengeluarkan dahak dengan menghirup NaCl 3 %.

b. Dahak dapat diperoleh dengan menggunakan alat tertentu seperti protective brush

(semacam sikat untuk mengambil sputum pada saluran napas bawah ).

Pada penderita pneumonia akan didapatkan lebih dari satu tipe organisme , seperti

Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, A.hemolytic streptococcus, dan

Hemophilus influenzae.   

 4.Pemeriksaan Darah Lengkap ( Complete Blood Count –CBC)

Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood

count –WBC) rendah pada infeksi virus ( Somantri, 2007). Pada penderita pneumonia

umumnya, jumlah leukosit (sel darah putih ) dapat melebihi batas normal yaitu

10.000/mikroliter .

5. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru

Penderita pneumonia akan menunjukkan volume pernapasan mungkin menurun

(kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas

pemenuhan udara menurun, hipoksemia.

6. Pemeriksaan sorologi

Membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus.

F. Pengobatan

1. Non Farmakologi:

a. Menjaga pola makan (mengkonsumsi makanan bersih dan sehat).

b. Menjaga pola hidup sehat (menjaga agar rumah dan lingkungan tetap bersih dan

terawat).

c. melakukan olah raga secara rutin seperti lari pada pagi hari (jogging).

7

2. Farmakologi

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, kepada penyakitnya

yang tidak terlalu berat, bisa diberika antibiotik per oral (lewat mulut). Penderita anak

yang lebih besar dan penderita dengan sesak napas atau dengan penyakit jantung atau

paru-paru lainnya, harus dirawat dan diberikan antibiotik melalui infus, mungkin perlu

diberikan bantuan oksigen ataupu alat bantu nafas mekanik (Misnadiarly, 2008).

Pneumonia biasa’nya diobati dengan antibiotik, tetapi ini hanya efektif bila

pneumonia disebabkan oleh bakteri-tidak efektif untuk melawan virus. Pemilihan

antibiotik tergantung pada tipe bakteri.

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang

memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman. Peresepan

antibiotika untuk pasien yang tidak membutuhkan dapat mengakibatkan resistensi

(Setiabudy, 2007).

Daftar nama kuman penyebab pneumonia dan terapi empiris antibiotika yang digunakan:

Farmakologi Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

Agen Penyebab Antibiotik yang

digunakan

Pilihan Antibiotik Lain

Bakteri:

S. pneumonia

Penisilin G atau

V

Sefalosporin:

sefazolin, sefuroksim,

sefotaksim, seftizoksim,

seftriakson, sefalosporin oral

H. influenzae Sefalosporin

generasi kedua

atau ketiga,

klaritromisin,

azitromisin,

trimetoprin-

ulfametoksazol

Tetrasiklin;

betalaktam- betalaktamase,

fluorokuinolon,

kloramfenikol

S. aureus Nafsilin /

oxasillin dengan

atau tanpa

rimfapisin atau

Sefazolin atau sefuroksim,

vankomisin, klindamisin,

trimetoprin-

sulfametoksazol,

8

gentamisin fluorokuinolon

Enterobakteriaceae

(E.coli,Klebsiella,Proteus,Enterobac

ter)

Sefalosporin

generasi ke dua

atau ketiga

dengan/tanpa

aminoglikosida

Aztreonam,imipenem,

betalaktam-betalaktamase

Salah satu jenis Obat:

Antibiotik yang di gunakan:

1. Benzilpenisilin (Penisilin G)

Benzilpenisilin: penisilin G bersifat bakterisid terhadap kuman Gram-positif

(khususnya cocci) dan hanya beberapa kuman negatif. Penisilin G tidak tahan-asam,

maka hanya digunakan sebagai injeksi i.m atau infus intravena. Ikatan dengan protein

plasma lebih kurang 60%; plasma t½ nya sangat singkat, hanya 30 menit dan kadar

darahnya cepat menurun. Eksresinya berlangsung sebagian besar melalui transport aktif

tubuler dari ginjal dan dalam keadaan utuh. Aktivitas penisilin G masih dinyatakan

dalam Unit Internasional (UI) (Tjay, 2007)

Indikasi : infeksi ternggorokan, oritis media, strepkokis, endokrditis, meningkokus

meningitis, pneumonia, profilaksis amputasi pada lengan atau kaki.

Peringatan:  riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal

Kontraindikasi: hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin

Efek samping: reaksi alergi berupa urtikariam, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopenia, trombositopenia, syok anafilaktik pada pasien yang alergi.

Diare pada pemberin oral.

Dosis:

Dewasa : 500-750 mg tiap 6 jam

Anak :

- < 1 tahun: 62,5 mg

- 1- 5 tahun: 125 mg

- 6-12 tahun: 150 mg

Pemakaian : 4 x/ hari (tiap 6 jam)

9

Sediaan : Tab 250 mg, 500 mg

Injeksi Intravena lambat, intramuskular atau infus : 1,2 g/hari dalam dosis terbagi

4, jika diperlukan dapat ditingkatkan 2,4 g/hari atau lebih

Bayi prematur dan neonatal : 50 mg/kg dalam dosis terbagi 2 : Bayi 1-4

minggu:75mg/kg/hari, dalam dosis terbagi 3 ; Anak 1-12 tahun : 100mg/kg/hari

dalam dosis terbagi 4 (dosis lebih tinggi mungkin dibutuhkan)

Endokarditis bakterialis: infus atau injeksi intravena lambat 7,2 gram/hari dalam

dosis terbagi 4-6.

Meningitis mengokokus: injeksi intravena lambat atau infus 2,4 gram setiap 4-6

jam; Bayi Prematur dan Neonatal: 100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 2; Bayi 1-4

minggu: 75 mg/kg/hari, dalam dosis terbagi 3; Anak 1-12 tahun: 180-300

mg/kg/hari, dalam dosis terbagi 4-6. PENTING: Jika diduga menderita penyakit

meningokokus, dokter dianjurkan untuk memberikan injeksi tunggal benzilpenisilin

secara i. M atau i.v sebelum membawa pasien ke Rumah sakit. Dosis yang sesuai

Dewasa 1,2 g; Bayi 300 mg; Anak sampai 9 tahun 600 mg; 10 tahun ke atas sama

dengan dewasa. Pemberian injeksi intratekal tidak dianjurkan

Sediaan Beredar

Benzatin penisilin G (Generik) serbuk inj. 1,2 UI/vial, 2,4 UI/vial (K).

Prokain penisilin G Meiji (Meiji Indonesia) serbuk inj. 3 juta UI/vial (K).

Penadur LA (Sunthi Sepuri) serbuk Inj. 1.200.000 UI/vial. 2.400.000 UI/vial (K).

Pilihan Antibiotik Lain

2. Sefalosporin

Sefalosporin merupakan antibiotika betalaktam dengan struktur, khasiat, dan sifat

yang banyak mirip penisilin, tetapi dengan keuntungan-keuntungan antara lain spektrum

antibakterinya lebih luas tetapi tidak mencakup enterococci dan kuman-kuman anaerob

serta resisten terhadap penisilinase, tetapi tidak efektif terhadap Staphylococcus yang

resisten terhadap metisilin (Istiantoro, 2007; Elin, 2008). Seperti antibiotik Betalaktam

lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis

dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptida tahap ketiga dalam

rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram

positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.

Sefalosporin generasi kedua: Sefaklor, sefamandol, sefmetazol, sefuroksim.

Dibandingkan dengan generasi pertama, sefalosporin generasi kedua kurang aktif

10

terhadap bakteri gram positif, tetapi lebih aktif terhadap gram negatif, misalnya H.

Influenza, E. Coli, dan Klebsiella. Golongan ini tidak efektif terhadap kuman anaerob.

Sefuroksim dan sefamandol lebih tahan terhadap penisilinase dibandingkan dengan

generasi pertama dan memiliki aktivitas yang lebih besar terhadap H. Influenzae dan N.

Gonorrheae (Tjay, 2007; Elin, 2008).

Sefalosporin generasi ketiga: sefoperazon, sefotaksim, seftriakson, sefiksim,

sefodoksim, sefprozil. Golongan ini umumnya kurang efektif terhadap kokus gram

positif dibandingkan dengan generasi pertama, tapi jauh lebih aktif terhadap

Enterobacteriaceae termasuk strain penghasil penisilinase (Elin, 2008). Aktivitasnya

terhadap gram negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan

Bacteroides, khususnya seftazidim (Tjay, 2007).

Sefaklor (Sefalosporin generasi kedua)

1. Indikasi

Berguna untuk mengobaatan infeksi: otitis media, infeksi saluran pernafasan,

infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran kemih dan

ginekologik, septicemia.

2.    Kerja obat

Berikatan dengan membrane sel bakteri, menyebaokan kematian sel. Efek

terapeutik: bersifat bakterisida terhadap organisme yang rentan. Spectrum: berbagai

bakteri kokus gram positif termasuk: Streptococcus pneumoiae, streptokokus

betahemolitik group A, stafilokokus penghasil penisilinase. Peningkatan aktifitas

terhadap pantogen gram negatif yang penting, termasuk: Haemophilus influenza,

Asinetobakter, Enterobakter, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Neisseria

gonorrhea (termasuk jenis yang memperoduksi penisilinase), providemia, protcus,

seratia. Tidak aktif terhadap stafilokokus resisten metisilin , enterokokus.

3.   Farmakokinetik

Adsorpsi: diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral.

Distribusi: diditribusi secara luas penertasi ke CSS buruk. Menembus placenta dan

memasuki ASI dalam kosentrasi rendah.

Metabolisme dan Ekskresi: terutama diekskresi oleh ginjal tanpa mengalami

perubahaan.

Waktu Paruh: 0,6 - 0,9 jam (semakin lama pada ginjal yang rusak).

4.   Kontra indikasi dan perhatian

11

Dikontraindikasikan pada: hipersensitivitas terhadap sefalosfori, hipersensitivitas

yang serius terhadap penisilin.

Gunakan secara hati - hati pada: kerusakan ginjal (diperlukan pengurangan dosis

jika kerusakan parah), kehamilan dan laktasi (keamanan penggunaan belum

ditetapkan tetapi sudah dilakukan dalam bedah obstetrik).

5.   Reaksi merugikan dan efek samping.

GI: Mual, muntah, kram, diare, kolitis pseudomembranosa.

Derm: ruam, urtikaria.

Hemat: diskrasia darah, anemia hemolitik.

Lain –lain: superinfeksi, reaksi alergik termasuk anafilaksis, dan serum sickness.

6. dosis

Sefaklor

· (Dewasa): 250 -500 mg tiap 8 jam

·  (Anak –anak) dosis digandakan pada infeksi berat, maksimum 4 g per hari; Bayi di

atas 1 bulan; 20 mg/kg/hari diberi dalam tiga dosis, maksimum 1 g/hari. Bayi

berusia 1 bulan-1 tahun; 62,5 mg tiap 8 jam. Anak berusia 1-5: 125 mg. Diatas 5

tahun: 250 mg.

 Dalam dosis terbagi tiap 8 -12 jam.

7. Sediaan

·   Kapsul: 250 mg, 500 mg

·    Suspensi oral: 125 mg/5 ml, 187 mg/5 ml, 375 mg/5 ml

Farmakologi Pneumonia yang Disebabkan oleh Infeksi Atipikal

Agen Penyebab Antibiotik yang

digunakan

Pilihan Antibiotik Lain Tanggapan

Legionella Eritromisin dengan

atau tanpa rifampin

siprofloksasin

Klaritromisin atau

azitromisin,

rifampin,

doksisiklin dengan

rifampin, ofloksasin

Mycoplasma

pneumoniae

Doksisiklin,eritromisin Klaritromisin

atau azitromisin,

rifampin,siprofloksasin

Selama

1-2 minggu

12

atau ofloksasin

Chlamydia

pneumoniae

Doksisiklin,eritromisin Klaritromisin atau

azitromisin,Siprofloksasi

n atau ofloksasin

Selama

1-2 minggu

Chlamydia

psittaci

Doksisiklin Eritromisin,kloramfenikol

Salah satu jenis Obat:

Antibiotik yang di gunakan:

1. Erythromycin (Eritromisin)

Memiliki spektrum antibakteri yang hampir digunakan sama dengan penisilin,

sehingga obat ini digunakan sebagai alternatif pengganti penisilin (Elin, 2008).

Eritromisin bersifat bakteriostatis terhadap bakteri gram-positif. Mekanisme kerjanya

melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya

dirintangi. Absorpsinya tidak teratur, agak sering menimbulkan efek samping saluran

cerna, sedangkan masa paruhnya singkat, maka perlu ditakar sampai 4 x sehari.

Eritromisin merupakan pilihan pertama khususnya pada infeksi paru-paru dengan

Legionella pneumophila dan Mycoplasna pneumonia. Eritromisin menyebabkan mual,

muntah, dan diare. Dosis: oral 2-4 dd 250-500 mg pada saat perut kosong selama

maksimal 7 hari (Tjay, 2007; Elin, 2008).

Komposisi :

Kapsul : Tiap kapsul mengandung Eritromisin

Stearat yang setara dengan 250 mg Eritromisin.

Kaplet salut selaput : Tiap kaplet salut selaput mengandung Eritromisin Stearat yang

setara dengan 500 mg Eritromisin.

Tablet kunyah : Tiap tablet kunyah mengandung Eritromisin Etilsuksinat yang setara

dengan 200 mg Eritromisin.

Sirop kering : Setelah penambahan air minum.tiap 5 ml mengandung Eritromisin

Etilsuksinat yang setara dengan 200 mg Eritromisin.

Cara Kerja Obat

Eritromisin bekerja dengan cara menghambat sintesa protein tanpa mempengaruhi

sintesa asam nukleat. Pada pemakaian per oral Eritromisin cepat diabsorpsi. terutama

13

bila perut kosong, Setelah diabsorpsi, Eritromisin terdifusi ke dalam cairan tubuh dan

akan dicapai kadar terapi yang efektif dari Eritromisin dalam darah selama 6 jam.

Indikasi :

Infeksi saluran pernapasan bagian atas ringan sampai sedang yang disebabkan oleh

Streptococcus pyogenes (Streptococci p-Hemolitik Group A), Streptococcus

pneumonlae (Diplococcus pneumoniae), Haemophilus influenzae.

Infeksi saluran pernapasan bagian bawah ringan sampai agak berat yang disebabkan

oleh Streptococcus pyogenes (Streptococci p-Hemolitik Group A), Streptococcus

pneumoniae (.Diplococcus pneumoniae).

Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae.

Pertusis yang disebabkan oleh Bordetella pertussis.

Infeksi kulit don jaringan lunak ringan sampai agak berat yang disebabkan oleh

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus.

Kontra-Indikasi

Hipersensitif terhadap Eritromisin.

Efek Samping

Gangguan pada saluran pencernaan seperti mual. muntah, diare.

Reaksi-reaksi kepekaan seperti urtikaria, ruam kulit, reaksi anafilaksis dapat terjadi

pada penderita yang hiper-sensitivitas.

Pengobatan dalam jangka waktu lama mungkin menimbulkan superlnfeksi

Kadang-kadang terjadi gangguan pendengaran jika digunakan pada dosis besar,

penderita gagal ginjal atau penderitd lanjuf usia.

Pernah dilaporkan terjadi kolitis pseudomembran.

Perhatian :

Eritromisin harus digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil dan penderita dengan

ganggudn fungsi hati.

Penggunaan jangka panjang atau berulang-ulang dapat menyebabkan pertumbuhan

yang berlebihan dari bakteri yang tidak peka atau fungi.

Bila terjadi superinfeksi hentikan penggunaan dan ganti dengan pengobatan yang

sesuai.

Hatl-hati pemberian pada ibu yang menyusui karena Eritromisin diekskresikan ke

dalam ASI.

Hati-hati pemberian pada penderita gangguan ginjal.

14

Interaksi Obat :

Teofilin: mengurangi bersihan dan meningkat-kan level serum teofilin, terutama pada

dosis besar.

Karbamazepin: meningkatkan toksisitas karba-mazepin.

warfarin/antikoagulan oral: dapat memper-panjang waktu pembentukan protrombin

dan kemung-kinan perdarahan.

Digoksin: meningkatkan level serum digoksin.

Dosis :

Anak-anak sampai 20 kg: 30-50 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam jumlah yang

sama tiap 6 jam.

Dewasa dan anak-anak diatas 20 kg: 1 kapsul ERY”,250 tiap 6 jam atau 1 kaplet

Eritromisin 500 tiap 12 jam (sebaiknya sebelum makan).

Pilihan Antibiotik Lain

1. Clarithromycin / Klaritromisin

klaritromisin merupakan derivat dari eritromisin. Memiliki sifat farmakokinetik yang

jauh lebih baik dibandingkan eritomisin, antara lain resorpsinya dari usus lebih tinggi

karena lebih tahan asam, begitu pula daya tembus ke jaringan dan intra-seluler. Makanan

memperburuk resorpsinya, maka sebaiknya diminum pada saat perut kosong (Tjay,

2007).

Komposisi / Kandungan

Abbotic 500 mg Tiap tablet mengandung klaritromisin 500 mg.

Abbotic Sirup 125 mg/5 ml Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung klaritromisin 125

mg.

Cara Kerja Obat

Clarithromycin (Klaritromisin) adalah antibiotik yang bekerja menghambat sisntesis

protein dengan cara mengikat ribosom subunit 50s dari bakteri yang sensitif.

Klaritromisin efektif terhadap bakteri (yang peka) seperti Streptokokus, Stafilokokus, B.

catarrhalis, Legionelle spp, C. trachomatis dan U. urealyticum.

Indikasi / Kegunaan

Indikasi Abbotic adalah :

Infeksi saluran pernapasan,

Otitis media akut,

Infeksi kulit dan jaringan kulit.

15

Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap  komponen obat Abbotic.

Penderita yang mendapatkan terapi terfenadine yang disertai kelainan jantung atau

gangguan elektrolit.

Hindari pemberian Abbotic bersamaan dengan cisapride, pimozide, terfenadine, dan

astemizole.

Dosis Dan Aturan Pakai

Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai Abbotic. Dosis yang

umum adalah:

Dewasa: Dewasa 250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat dapat

ditingkatkan menjadi 500 mg tiap 12 jam dapat sampai selama 14 hari.

Anak : berat badan < 8 kg 7,5 mg 2x/hari

8-12 kg (1-2 tahun) 62,5 mg 2x/hari

12-19 kg (3-6 tahun) 125 mg 2x/hari

20-29 kg (7-9 tahun) 187,5 mg 2x/hari

30-40 kg (10-12 tahun) 250 mg 2x/hari

Efek Samping

Efek samping Abbotic yang dapat terjadi adalah diare, mual, nyeri perut, rasa tidak

nyaman pada perut, dyspepsia, dan sakit kepala.

Interaksi Obat

Teofilin

Karbamazepine

Peringatan Dan Perhatian

Hati-hati penggunaan Abbotic pada kehamilan dan menyusui.

Hati-hati penggunaan Abbotic pada penderita gangguan fungsi hati atau ginjal.

Farmakologi Pneumonia yang Disebabkan oleh Infeksi Virus

Agen Penyebab Obat yang digunakan

Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:

Respiratori syncial virus (RSV)

Hantavirus

Virus influenza

Virus parainfluenza

Obat antivirus (misalnya amantadin dan

rimantadin, untuk virus influenza tipe

A), terutama pada bayi dan anak-anak.

Untuk pneumonia karena virus herpes

dan cacar air bisa diberikan acyclovir.

16

Adenovirus

Rhinovirus

Virus herpes simpleks

Sitomegalovirus.

Salah satu jenis Obat:

Amantadine dan Rimantadine

Amantadine dan Rimantadine merupakan antivirus yang berguna sebagai profilaktik.

Efektif dalam mencegah infeksi influenza dan juga dalam pengobatan parkinson.

Merupakan amin trisiklis yang efektif terhadap virus RNA.

Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya

terbatas hanya pada influenza A saja.

Mekanisme kerja: Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja

pada protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal

M2 merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating. Hal ini

menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta proses transport DNA virus ke nucleus.

Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH kompartemen intraseluler, terutama

aparatus Golgi.

Resistensi: Influenza A yang resisten terhadap amantadin dan rimantidin belum

merupakan masalah klinik, meskipun beberapa isolate virus telah menunjukkan

tingginya angka terjadinya resistensi tersebut. Resistensi ini disebabkan perubahan

satu asam amino dari matriks protein M2, resistensi silang terjadi antara kedua obat.

Indikasi: Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A ( Amantadin juga

diindikasi untuk terapi penyakit Parkinson ).

Farmakokinetik: Kedua obat mudah diabsorbsi oral. Amantadin tersebar ke seluruh

tubuh dab mudah menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat melintasi sawar darah-

otak sejumlah yang sama. Amantadin tidak dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan

melalui urine dan dapat menumpuk sampai batas toksik pada pasien gagal ginjal.

Rimantadin dimetabolisme seluruhnya oleh hati. Metabolit dan obat asli dikeluarkan

oleh ginjal.

Dosis: Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk

penggunaan oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x 100 mg

kapsul). Rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari ( 2 x sehari 150 mg

tablet). Dosis amantadin harus diturunkan pada pasien dengan insufisiensi renal,

17

namun rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien dengan klirens kreatinin ≤ 10

ml/menit.

Efek samping: Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi,

insomnia, hilang nafsu makan. Rimantadin menyebabkan reaksi SSP lebih sedikit

karena tidak banyak melintasi sawar otak darah. Efek neurotoksik amantadin

meningkat jika diberikan bersamaan dengan antihistamin dan obat

antikolinergik/psikotropik, terutama pada usia lamjut.

Farmakologi Pneumonia yang Disebabkan oleh Infeksi Jamur

Agen Penyebab Obat yang digunakan

1.Histoplasma capsulatum, menyebabkan

histoplasmosis

2.Coccidioides immitis, menyebabkan

koksidiomikosis

3.Blastomyces dermatitidis, menyebabkan

blastomikosis.

Infeksi jamur yang lainnya terjadi terutama

pada penderita gangguan sistem kekebalan.

4.Kriptokokosis yang disebabkan oleh

Cryptococcus neoformans

5.Aspergilosis yang disebabkan oleh

Aspergillus

6. Kandidiasis yang disebabkan oleh Candida

diobati dengan obat anti-jamur,

seperti itrakonazol, flukonazol dan

amfoterisin B.

Tetapi penderita AIDS dan

gangguan sistem kekebalan tidak

akan sembuh

Salah satu jenis Obat:

Amfoterisin B

Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi Streptomyces nodosus.

Mekanisme kerja

Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat padamembran sel jamur

sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan

menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.

Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan

reseptor sterol pada membran sel.

Farmakokinetik

18

Dalam hal absorbsi obat ini sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.Waktu

paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang  diikuti oleh eliminasi fase kedua

dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah

beberapa bulan setelah pemberian. Dalam hal ekskresi obat ini melalui ginjal

berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah yang diberikan.

Efek Samping

a. Infus: kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia,

nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.

b. 50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan

menggigil.

c. Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.

d. Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à  pemberian kalium.

e. Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama

flusitosin.

Indikasi

a. Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis,

kromoblastomikosis dan kandidosis.

b. Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.

c. Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.

Sediaan 

Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk

Dosis

a. Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang

dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6

mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.

b. Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur,

pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4

bulan.

BAB III

PENUTUP

19

A. Simpulan

Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya

disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang

menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut

alveoli dipenuhi cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam

buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada

Balita”, disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4)

Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada penyakit pneumonia: Batuk berdahak

(dahaknya seperti lendir, terkadang dapat berwarna kuning hingga kehijauan), nyeri dada

(nyeri bisa tajam seperti ditusuk atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik

nafas dalam atau terbatuk), demam tinggi disertai Menggigil, Sesak nafas. Orang dengan

pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala, atau mengeluarkan

banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, mudah merasa

lelah, kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot.

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus,

mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus), protozoa dan jamur.

B. Saran

Dengan mengetahui penyakit pneumonia, gejala, pengobatan, pemeriksaan

diagnostik, pengobatan non farmakologi dan farmakologi maka diharapkan pembaca dapat

menjaga kesehatan dengan baik, karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Dan dengan membaca tentang makalah ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan tentang penyakit pneumonia.

20