69
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA A. Anatomi dan Fisiologi Paru Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya berada di dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis. Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10 segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior. Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen kesepuluh adalah segmen posteriobasal.

Pneumonia

  • Upload
    adhezzz

  • View
    61

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pneumonia

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. Anatomi dan Fisiologi Paru

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya

berada di dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh

mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.

Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis.

Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan

dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior.

Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10 segmen yaitu pada lobus superior terdiri

atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua

adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.

Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah

segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior

terdiri atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen

ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen

anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen

kesepuluh adalah segmen posteriobasal.

Page 2: Pneumonia

Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus

inferior. Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri

dari segmen pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah

segmen anterior, segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat

adalah segmen inferior.

Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen

superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen

ketujuh adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen

posterobasal.

B. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi

yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak

dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah

dialirkan ke sekitar alevoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi

tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri, 2007).

C. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu

bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri.

Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,

Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus.

Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza.

Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang

disebabkan oleh pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu

lobus paru yang terkena. Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan

oleh bakteri lain, misalnya bronkopneumonia yang penyebabnya sering

haemophylus influenza dan pneumococcus.

Page 3: Pneumonia

D. Klasifikasi

Berdasarkan klinis dan epidemiologi

1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)

didapat Sporadis atau endemic; muda atau orang tua.

2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) didapat

dengan didahului perawatan di RS

3. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host didapat

biasanya pada pasien transpalansi, onkologi, AIDS

4. Pneumonia aspirasi, biasanya pada Alkoholik, usia tua

Berdasarkan lokasi infeksi

1. Pneumonia lobaris

Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri

(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang

terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan

oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan. Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan

konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara

yang terdapat pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh

Page 4: Pneumonia

bayangan opak rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal

ini bersifat diagnostik untuk pneumonia lobaris.

2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis.

Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen

membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.

Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran

nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan

sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah,

Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.

3. Pneumonia interstisial

Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus

dan peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan

mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan

interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada

alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata

E. Manifestasi Klinis

Secara umum dapat dibagi menjadi:

a. Manifestasi nonspesifik infeksi ini dan toksisitas berupa demam, sakit

kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan

gastrointestinal.

b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu,

akspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih, dan

sianosis. Penderita pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang

sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri.

c. Tanda pneumonia berupa retraksi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara

napas melemah, dan ronki.

Page 5: Pneumonia

d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di

daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,

suara napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub, nyeri dada

karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah

menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa

inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang

terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan

bawah).

e. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu

bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada

auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang

kadang-kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian

menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.

F. Patofisiologi

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi

sampai usia lanjut. Pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang

dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun

kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko.

Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan

yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,

usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang

biak dan merusak organ paru-paru.

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh

pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada

pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel sistem

pernapasan bawah. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:

1. Inokulasi langsung

2. Penyebaran melalui pembuluh darah

3. Inhalasi bahan aerosol

4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

Page 6: Pneumonia

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi.

Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal,

mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 – 2,0 nm

melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya

terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,

orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi

inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian

besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada

orang normal waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan kesadaran,

peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan

reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel

PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum

terbentuknya antibodi.

Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang

paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru,

ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga

di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari

jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui

peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum

sebagai penyebab pneumonia.

Terdapat empat stadium anatomik dari pneumonia terbagi atas:

1. Stadium kongesti (4 – 12 jam pertama)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.

Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari

sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-

mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel

mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama

dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler

paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan

Page 7: Pneumonia

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga terjadi

pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan

di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh

oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah

paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen

hemoglobin.

2. Stadium hepatisasi merah (48 jam selanjutnya)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin

yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi

peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi

merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli

tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak.

Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

3. Stadium hepatisasi kelabu (konsolidasi)

Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang

terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah

yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit

di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan

leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi

mengalami kongesti.

4. Stadium akhir (resolusi)

Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna

secara enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk.

Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai

pulih mencapai keadaan normal.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dibagi menjadi beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,

biasanya >10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada

Page 8: Pneumonia

hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan

LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan

dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25%

penderita yang tidak diobati. Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia

dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

2. Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara

lain:

Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau

segment paru secara anantomis.

Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.

Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru

mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada

atelektasis.

Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas

lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan

jantung atau di lobus medius kanan.

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.

Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang

paling akhir terkena.

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.

Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign

(terperangkapnya udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara

pada alveolus).

Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab

pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya

penyebab pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus

pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat

bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia

sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun

dapat mengenai beberapa lobus.

Page 9: Pneumonia

Pneumonia Lobaris

Foto Thorax

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu

segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan

pada pneumonia jenis ini.

CT Scan

Page 10: Pneumonia

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai

ke perifer.

Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Foto Thorax

Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang

dapat tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak

konsolidasi dalam lobus. Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak

homogen di lobus atas kiri dan lobus bawah kiri.

CT Scan

Page 11: Pneumonia

Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak

menjalar sampai perifer.

Pneumonia Interstisial

Foto Thorax

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial

prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih

terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak merata.

CT Scan

Page 12: Pneumonia

 Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19

tahun. (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan

peribronkovaskuler yang irreguler. (B) CT Scan pada hasil follow up

selama 2 tahun menunjukan area konsolidasi yang irreguler tersebut

berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah)

3. Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,

torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada

sputum disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi.

H. Penatalaksanaan

Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya.

Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat dirawat dirumah.

Penderita yang tidak dirawat di RS

1) Istirahat ditempat tidur, bila panas tinggi di kompres

2) Minum banyak

3) Obat-obat penurunan panas, mukolitik, ekspektoran

4) Antibiotika

Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya dibagi menjadi 2 :

Penatalaksanaan Umum

Pemberian Oksigen

Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit

Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan jalan nafas

Page 13: Pneumonia

Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C, takikardi atau

kelainan jantung.

Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.

Pengobatan Kausal

Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya

berdasarkan MO (Mikroorganisme) dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi

beberapa hal perlu diperhatikan:

Penyakit yang disertai panas tinggi untuk penyelamatan nyawa

dipertimbangkan pemberian antibiotika walaupun kuman belum dapat

diisolasi.

Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab

sakit, oleh karena itu diputuskan pemberian antibiotika secara empiric.

Pewarnaan gram sebaiknya dilakukan.

Perlu diketahui riwayat antibiotika sebelumnya pada penderita.

Pengobatan awal biasanya adalah antibiotik, yang cukup manjur mengatasi

pneumonia oleh bakteri., mikroplasma, dan beberapa kasus ricketsia.

Kebanyakan pasien juga bisa diobati di rumah. Selain antibiotika, pasien

juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan

dan oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Pada pasien

yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk

mengembalikan kondisi tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari

pneumonia mikroplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang.

I. Asuhan Keperawatan pada Pasien Pneumonia

A. Pengkajian Data Dasar

Aktifitas

Gejala:            kelemahan, kelelahan, Insomania

Tanda:             letargi, Penurunan toleransi terhadap aktivitas

Sirkulasi

Gejala:            riwayat adanya GJK kronis

Tanda:             Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat

Page 14: Pneumonia

Integritas ego

Gejala:            Banyaknya stressor, masalah financial

Makanan/cairan

Gejala:             kehilangan nafsu makan, mual/muntah, Riwayat diabetes

mellitus

Tanda:             Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering

dengan turgor buruk, Penampilan kakeksia (malnutrisi)

Neorusensori

Gejala:             sakit kepala daerah frontal (influensa)

Tanda:             Perubahan menrtal (bingun somnolen)

Nyeri/ Kenyamanan

Gejala:             Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh

batuk; nyeri dada substernal (influenza), Mialgia,

artralgia

Tanda:             melindungi area yang sakitn (pasiennya umumnya tidur)

pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)

Pernafasan

Gejala:             riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret

Takpenia, dispenia progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot

aksesoris, pelebaran nasal

            Tanda:             Sputum: merah mudah, berkarat, atau purulen

                                    Perkusi: pekak di atas area konsolidasi

                                    Fremitus: taktil dan vocal bertahap meningkat

dengan konsolidasi

                                    Gesekan fliksi pleural

Bunyi nafas: menurun atau tak ada diatas area yang terlibat, atau nafas

brongkial

Warna: pucat atau sianosis bibir/kuku

Page 15: Pneumonia

Keamanan

Gejala:            riwayat gangguan system imun, mis, SLE, AIDS,

penggunaan steroid atau kemotrapi, institusionalisasi, ketidak mampuan

umum

                        Demam (mis, 38,5 – 39.6ºC)

Tanda:             berkeringat

                        Menggigil berulang, gemetar.

                        Kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela

Penyuluhan/Pembelajaran

            Gejala:                        riwayat mengalami pembedahan

            Pertimbangan:           DRG menunjukkan rerata lama riwayat

6,8 hari

            Rencana permulaan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas

pemeliharaan rumah

                                    Oksigen mungkin diperlukan, bila odakondisi

pencetus

Pemeriksaan dignostik

sinar x: mengidentifikasi distribusi structural (mis, lobar, bronkial); dapat juga

menyatakan abses luas/infiltrate, ampiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar

atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih

sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.

GDA/ nadi oksimentari : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas

paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: Dapat diambil dengan biopsi

jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan

baru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada:

bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia, stpilococcus aereus, A-

hemolitik strepcoccus, Haemopilus influenza; CMV.

Catatan : Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organism yang ada.

Kultur darah dapat menunjukkan baktremia sementara.

Page 16: Pneumonia

JDL: Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada

infeksi firus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan

berkembangnya pneumonia bacterial

Pemeriksaan serologi, mis, titer virus atau Leginella, agglutinin dingin : 

membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus

LED: meningkat

Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kogesti dan kolaps

alveolar): tekanan jalan nafas mungkin meniongkat dan complain menurun.

Mungkin terjadi pembebasan (hipoksemia)

Elektrolit: Natrium dan kalorida mungkin rendah

Bilirubin: mungkin meningkat

Aspirasi perkutan/ biopsy jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan

intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV); karaktristik sel

raksasa (rubeolla)

Prioritas Keperawatan

1.        Mempertahankan/ memperbaiki fungsi pernafasan

2.        Mencegah komplikasi

3.        Mendung proses penyembuhan

4.        Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan

Tujuan pemulangan

1.        Ventilasi dan okzigenasi adekuat untuk kebutuhan individu

2.        Komplikasi dicegah/ diminimalkan

3.        Proses penyakit/ prognosis dan program terapi dipahami

4.        Perubahan pola hidup teridentifikasi/ dilakukan untuk mencegah

kebutuhan.

N

O

DIAGNOSA

KEPERAWAT

AN

TUJUAN DAN

HASIL

KRETERIA

INTERVE

NSI

RASIONAL

Page 17: Pneumonia

1 Bersihan jalan

nafas, tidak

efektif s/d

inflamasi

trakebronkial,

pembentukan

edema,

peningkatan

produksi sputum.

Nyeri pleurtik,

penurungan

energy,

kelemahan.

Ditandai dengan:

Perubahan

frekuensi,

kedalaman

pernafasan.

Bunyi nafas tak

normal,

penggunaan otot

aksesori.

Dispnea,

sionosis.

Batuk, efektif

atau tak apektif,

dengan/ tanpa

pruduksi sputum.

- mengidentifikasi /

menunjukkan

prilaku mencapai

bersihan jalan

nafas.

m

e

n

u

n

j

u

k

k

a

n

j

a

l

a

n

n

a

f

a

s

p

a

t

e

n

d

e

n

Mandiri

Kaji

frekuensi/

kedalaman

pernafasa

n dan

gerakan

dada.

Auskultasi

area paru,

catat area

penurunan

atau tak

ada aliran

udara dan

bunyi

nafas

adventisiu

s. Mis,

krekles,

mengi

Bantu

pasien

latihan

nafas

sering.

Tunjukkan

atau bantu

pasien

mempelaja

ri

melakukan

batuk mis,

menekan

dada dan

batuk

efektif

sementara

Penurunan

aliran udara

terjadi pada

area

konsolidasi

dengan

cairan. Bunyi

nafas

bronchial

(normal

bronkus)

dapat juga

terjadi pada

area

konsolidasi.

Krekles,

ronki, dan

mengi

terdengar

pada

inspirasi

dan/atau

ekspirasi

pada respons

terhadap

pengumpulan

cairan, secret

kental, dan

spasme jalan

nafas/

obstruksi.

Nafas dalam

memudahkan

ekspansi

maksimum

paru- paru /

jalan nafas

lebih kecil.

Page 18: Pneumonia

g

a

n

b

u

n

y

i

n

a

f

a

s

b

e

r

s

i

h

,

t

a

k

a

d

a

d

i

s

p

n

e

posisi

duduk

tinggi.

Penghisap

an sesuai

indikasi

Berikan

cairan

sedikitnya

2500 ml/hr

(kecuali

kontra

indikasi).

Tawarkan

air hangat,

dari pada

dingin

Kolaborasi

Bantu

mengawas

i efek

pengobata

n nebulizer

dan

fisiotrafi

lain, mis.

Spirometer

insentif,

IPPB,

tiupan

botol,

perkusi,

drainase

postural.

Lakukan

tindakan

diantara

waktu

Batuk adalah

mekanisme

pembersihan

jalan nafas

alami,

membantu

silia untuk

mempertaha

nkan jalan

nafas paten.

Penekanan

menurunkan

ketidak

nyamanan

dada dan

posisi duduk

memungkink

an upaya

nafas lebih

dalam dan

lebih kuat.

Merangsang

batuk atau

pembersihan

jalan nafas

secara

mekanik

pada pasien

yang tak

mampu

melkukan

karena batuk

tak efetif atau

menurun

tingkan

kesadaran.

Cairan

(khususnya

Page 19: Pneumonia

a

,

s

i

a

n

o

s

i

s

makan dan

batasan

cairan bila

mungkin.

Berikan

obat

sesuai

indikasi:

mukolitik,

ekspektora

n,

bronkodilat

or,

analgesic.

Berikan

cairan

tambahan,

mis, IV,

oksigen

humudifika

si, dan

ruangan

humidifika

si.

Awasi seri

sinar x

dada,

GDA, nadi,

oksimetri. (

Rujuk ke

DK:

pertukaran

gas,

dangguan,

167)

Bantu

bronkosko

pi/

yang hangat)

memobilisasi

dan

mengeluarka

n secret

Memudahkan

pengencaran

dan

pembanguna

n secret.

Drainase

postural tidak

efektif pada

pneumonia

intertisial

atau

menyebabka

n eksudat

alveolar/keru

sakan.

Koordinasi

pengobatan/

jadwal dan

memasukkan

oral

menurunkan

muntah

karena batuk,

pengeluaran

sputum.

Alat untuk

menurunkan

spasme

bronkus

dengen

mobilisasi

secret.

Analgesic

Page 20: Pneumonia

torasentesi

s bila

diindikasik

an

diberikan

untuk

memperbaiki

batuk dengan

neburunkan

ketidak

nyamanan

tetapi harus

digunakan

secara hati-

hati, karena

da[pat

menurunkan

upya batuk/

menekan

pernafasan

Cairan

diperlukan

untuk

menggatikan

kehilangan

(termasuk

yang tak

nampak) dan

mobilisasikan

secret.

Mengevaluas

i kemajuan

dan efek

proses

penyakit dan

memudahkan

pilihan terapi

yang di

perlukan.

Kadang-

kadang

diperlukan

Page 21: Pneumonia

untuk

membuang

perlengketan

mukosa,

mengeluarka

n sekresi

parulen, dan /

atau

mencegah

atelektasis.

2 Kerusakan

Pertukaran gas,

s/d perubahan

membrane

alveolar – kapiler

(efek inflamasi).

Gangguan

kapasitas

pembawa

oksigen darah

(demam,

perpindahan

kurva

oksihemoglobin)

Gannguan

pengiriman

oksigen

(hipoventilasi)

Ditandai dengan:

Dispnea,

sianosis

Takikardia

Gelisah

perubahan

mental

Hipoksia

-menunjukkan

perbaikan ventilasi

dan oksigenasi

jaringan dengan

GDA dalam rentang

normal dan tak ada

gejala distress

pernafasan.

-berpartisipasi pada

tindakan untuk

memaksimalkan

oksigenasi .

Mandiri

Kaji

frekuensi,

kedalaman

, dan

kemudaha

n

bernafas.

Observasi

warna

kulit,

membrane

mukosa,

dan kuku,

catat

adanya

sianosis

perifeir

(kuku)

atau

sianosis

sentral

(sirkumoral

).

Kaji status

mental.

Awasi

frekuensi

Manifestasi

distress

pernafasan

tergantung

pada /

indikasi

derajat

keterlibatan

paru dan

status

kesehatan

umum.

Sianosis

kuku

menunjukkan

vasokontriksi

atau respons

tubuhterhada

po demam/

menggigil.

Namun

seanosis

daun telinga,

membrane

mukosa, dan

kulit sekitar

mulut

(membrane

Page 22: Pneumonia

jantung/

irama.

Awasi

suhu

tubuh,

sesuai

indikasi.

Bantu

tindakan

kenyaman

an untuk

menurunk

an demam

dan

menggigil,

mis,

selimut

tanmbaha

n/

menghilan

gkannya,

suhu

ruangan

nyaman,

kompres

hangat

atau

dingin.

Pertahank

an istirahat

tidur.

Dorong

mengguna

kan teknik

relaksasi

dan

aktifitas

senggang.

hangat)

menunjukkan

hipoksemia

sistemik.

Gelisah,

mudah

terangsang,

dan

somnolen

dapat

menunjukkan

hiposemia/

penurunan

oksigenasi

terserebral.

Takikardia

biasanya ada

sebagai

akibat

demam/

dehidrasi

tetapi dapat

sebagai

respon

terhadap

hipoksemia.

Demam

tinggi (Umum

pada

pneumonia

bacterial dan

influenza)

sangat

meningkatka

n kebutuhan

metabolic

dan

kebutuhan

Page 23: Pneumonia

Tinggikan

kepala dan

dorong

sering

mengubah

posisi,

napas

dalam, dan

batuk

efektif.

Kaji tingkat

ansietas.

Dorong

menyataka

n masalah/

perasaan.

Jawab

pertayaan

dengan

jujur.

Kunjungi

dengan

sering,

atau

pertemuan

/

kunjungan

oleh orang

terdekat/

pengunjun

g sesuai

indikasi.

Observasi

penyimpan

an kondisi,

catat

hipotensi,

banyaknya

oksigendan

mengganggu

oksigenasi

seluler.

Mencegah

terlalu lelah

dan

menurunkan

kebutuhan /

konsumsi

oksigen

untuk

memudahkan

perbaikan

infeksi.

Tindakan ini

meningkatka

n inspirasi

maksimal,

meningkatka

n

pengeluaran

secret untuk

memperbaiki

ventilasi

(rujuk pada

DK:

bersihkan

jalan nafas,

tak efektif.

Hal 166)

Ansietas

adalah

manifestasi ,

masalah

psikologi

sesuai

dengan

Page 24: Pneumonia

jumlah

sputum

merah

muda/

berdarah,

pucat,

sianosis,

perubahan

tingkat

kesadaran,

dispnea

berat,

gelisah.

Siapkan

untuk/

pemindaha

n ke unit

perawatan

kritis bila

diindikasik

an.

Kolaborasi

Berikan

terapi

oksigen

dengan

benar,

mis.,

dengan

nasal

porong,

masker,

masker

penturi.

renpon

fisilogi

terhadap

hiposia.

Pemberian

keyakinan

dan

meningkatka

n rasa aman

dapat

menurunkan

komponen

psikologis,

sehingga

menurunkan

kebutuhanok

sigen dan

efek

merugikan

dari respon

psikologis.

Syok dan

edema paru

adalah

penyebab

umum

kematian

pada

pneumonia

dan

membutuhka

n interfensi

medis

segera.

Intibasi dan

ventilasi

mekanik

mungkin

Page 25: Pneumonia

diperlukan

pada

kejadian

kegagalan

pernafasan.

Tujuan terapi

oksigen

adalah untuk

mempertaha

nkan PaO2

diatas 60 mm

hg. Oksigen

diberikan

dengan

metode yang

memberikan

pengiriman

tepat dalam

toleransi

pasien

Mengevaluas

i proses

penyakit dan

memudahkan

terapi paru.

3 Resiko tinggi

terhadap

penyebaran

infeksi s/d

ketidak ada

kekuatan

pertahankan

utama

(penurunan kerja

silia,

perlengketan

secret

m

e

n

c

a

p

a

i

w

a

k

t

Mandiri

Pantau

tanda vital

dengan

ketat,

khususnya

selama

awal

terapi.

Anjurkan

pasien

memperha

tikan

Selama

waktu ini,

potensial

komplikasi

(hipotensi/sy

ok) dapat

terjadi.

Meskipun

pasien dapat

menemukan

pengeluaran

dan upaya

membatasi

Page 26: Pneumonia

pernapasan).

Tidak adekuat

pertahanan

skunder (adanya

infeksi,

penekanan imun)

penyakit kronis,

malnutrisi.

Ditandai dengan:

Tidak dapat

diterapkan;

tanda- tanda dan

gejala – gejala

membuat

diagnose actual.

u

p

e

r

b

a

i

k

a

n

i

n

f

e

k

s

i

b

e

r

u

l

a

n

g

t

a

n

p

a

k

o

n

pengeluar

an sekresi

(mis.

Meningkat

kan

pengeluar

an dari

pada

menelanny

a) dan

melaporka

n

perubahan

warna,

jumlah dan

bau secret.

Tunjukkan/

dorong

teknik

mencuci

tangan

yang baik.

Ubah

posisi

dengan

sering dan

berikan

pembuang

an paru

yang baik.

Batasi

pengunjun

gan sesuai

indiukasi

Lakukan

isolasi

pencegaha

n sesuai

atau

menghindarin

ya, penting

bahwa

sputum harus

dikelarkan

dengan

cara ,aman.

Perubahan

karaktristik

sputum

menunjukkan

perbaikan

pneumonia

atau

terjadinya

infeksi

skunder.

Efektif berarti

menurunkan

penyebaran /

tambahan

infeksi

Meningkatka

n

pengeluaran,

pembersihan

infeksi.

Menurunkan

pemajanan

terhadap

pathogen

infeksi lain.

Tergantu

pada tipe

infeksi,

respon

terhadap anti

Page 27: Pneumonia

f

l

i

k

a

s

i

.

-menidentifikasi

intervensi untuk

mencegah/

menurunkan resiko

infeksi.

individual.

Dorong

keseimban

gan

istirahat

adekuat

dengan

aktifitas

sedang.

Tindakan

masukan

nutrisi

adekuat.

Awasi

keefetifan

terapi

antimicrobi

al.

Selidiki

perubahan

tiba- tiba/

penyimpan

an kondisi,

seperti

peningkata

n nyeri

dada,

bunyi

jantung

ekstra,

gangguan

sensori,

berulangny

a demam,

perubahan

karaktristik

sputum

biotic,

kesehatan

umum

pasien, dan

terjadinya

konflikasi,

teknik isolasi

mungkin

diperlukan

untuk

mencegah

penyebaran/

melindungi

pasien dari

proses infeksi

lain.

Memudahkan

proses

penyembuha

n dan

meningkatka

n tahanan

alamia.

Tanda

perbaikan

kondisi haus

terjadi dalam

24 – 28 jam.

Penyembuha

n melambat

atau

peningkatan

beratnya

gejala diduga

tahanan

terhadap anti

biotic atau

infeksi

Page 28: Pneumonia

Kolaborasi

Berikan

antimicrobi

al

sesuindika

si dengan

hasil kultur

sputum/

darah, mis,

pinisillin,

eritromisin,

tetrasiklin,

amikain,

sefalospori

n;

amantadin

skunder.

Konflikasi

mempengaru

hi beberapa

atau smua

system organ

termasuk

abses paru/

empiema,

bakteremia,

perikarditis/

endokarditis,

meningitis/

ensefalitis,

dan super

infeksi.

Obat ini

digunakan

untuk

membunuh

kebanyakan

microbial

pneumonia.

Kombinasi

antiviral dan

anti jamur

mungkin

digunakan

bila

pneumonia di

akibatkan

oleh

organism

campuran

4 Intoleransi

aktifitas s/d

ketidakseimbang

an antara suplei

-melaporkan /

menunjukkan

peningkatan

toleransi terhadap

Mandiri

Evaluasi

respon

pasien

Menetapkan

kemampuan/

kebutuhan

pasien

Page 29: Pneumonia

dan kebutuhan

sendiri

Kelemahan

umum.

Kelelahan yang

berhubungan

dengan

gangguan pola

tidur yang

berhubungan

dengan ketidak

nyamanan, betuk

berlebihan, dan

dispnea.

Ditandai dengan:

-Laporan verbal

kelemahan,

kelelahan,

keletihan.

-dispnea karena

kerja, takisknea.

-takikardia

sebagai respon

terhadap aktifitas

- terjadinya /

memburuknya

pucat/ sianosis

aktifitas yang dapat

diukur dengan tak

adanya dispnea,

kelemahan

berlebihan, dan

tranda vital dalam

rentang normal

terhadap

aktifitas.

Catatan

laporan

dispnea,

peningkata

n

kelemahan

/kelelahan

dan

perubahan

tanda vital

selama

dan

setelah

aktifitas

Berikan

lingkungan

tenang

dan batasi

pengunjun

g selama

fase akut

sesuai

indikasi.

Dorong

pengguna

an

manajmen

stress dan

pengalih

yang tepat.

Jelaskan

pentingnya

istirahat

dalam

rencana

pengobata

memudahkan

pemilihan

interfensi.

Menurunkan

stress dan

rangsangan

berlebihan,

meningkatka

n istirahat.

Tirah baring

dipertahanka

n selama

fase akut

untuk

menurunkan

kebutuhan

metamolik,

menghemat

energy untuk

penyembuha

n.

Pembatasan

aktifitas

ditentukan

dengan

respon

individual

pasien

terhadap

aktifitas dan

perbaikan

kegagalan

pernafsan.

Pasien

mungkin

nyaman

dengan

kepala tinggi,

Page 30: Pneumonia

n dan

perlunya

keseimban

gan

aktifitas

dan

istirahat

Bantu

pasien

memilih

posisi

nyaman

untuk

istirahat

dan/ atau

tidur.

Bantu

aktifitas

perawatan

diri yang

diperlukan.

Berikan

kemajuan

peningkata

n aktifitas

selama

fase

penyembu

han

tidur di kursi

atau

menunduk

kedepan

meja atau

bantal.

Meminimalka

n kelahan

dan

membantu

keseimbanga

n suplai dan

kebutuhan

oksigen

5 Nyeri Akut

s/d inflamasi

parenkim paru.

Reaksi seluler

terhadap

sirkulasi toksin

Batuk menetap.

Ditandai dengan:

-Nyeri dada

-menyatakan nyeri

hilang / terkontrol

- menunjukkan

rilaks, istirahat atau

tidur, dan

peningkatan

aktifitas dengan

tepat.

Mandiri

Tentukan

karaktristik

nyeri, mis,

tajam,

konstan,

ditusuk.

Selidiki

perubahan

nyeri dada,

biasanya ada

dalam

beberapa

derajat pada

pneumonia,

juga dapat

timbul

konplikasi

Page 31: Pneumonia

pleuritik

sa

kit

ke

pal

a,

oto

t

ata

u

ny

eri

se

ndi

-melindungi area

yang sakit.

pril

ak

u

dis

tra

ksi,

gel

isa

h

karakter/

lokasi/

intsnsitas

nyari.

Pantau

tanda vital

Berikan

tindakan

nyaman,

mis,

pijatan

punggung,

perubahan

posisi,

music

tenang/

perbincang

an,

relaksasi/

latihan

nafas

Tawarkan

pembersih

an mulut

dengan

sering.

Anjurkan

dan bantu

pasien

dalam

teknik

menekan

dada

selama

episode

batiuk

(rujuk ke

DK:

pneumonia

seperti

perikarditis

dan

endokarditis

Perubahan

frekuensi

jantung atau

TD

menujunkkan

bahwa

pasien

mengalami

nyeri,

khususnya

bila alasan

lain untuk

perubahan

tanda vital

telah terlihat

Tindakan

non-

analgesik

diberikan

dengan

sentuhan

lembut dapat

menghilangk

an ketidak

nyamanan

dan

memperbesa

r efek terapi

analgesic.

Pernafasan

mulut dan

terapi

oksigen

Page 32: Pneumonia

bersihkan

jalan

nafas, tak

efektif, hal

166).

Kolaborasi

Berikan

analgesic

dan

antitusif

sesuai

indikasi.

dapat

mengiritasi

dan

mengeringka

n membrane

mukosa,

potensial

ketidak

nyamanan

umum.

Alat utnuk

mengontrol

ketidaknyam

anan dada

sementara

meningkatka

n kefektifan

upya batuk.

Obat ini

dapat

digunakan

untuk

menekan

batuk non-

pruduktif/paro

ksismal atau

menurunkan

mukosa

berlebihan,

meningkatka

n kenyaman/

istirahat

umum.

6 Resiko tinggi

kurangnya nutrisi

dari kebutuhan

tubuh terhadap

factor resiko

-menunjukkan

peningkatan nafsu

makan.

-mempertahankan

atau meningkatkan

Mandiri

Identifikasi

factor yang

menimbulk

an

Pilihan

intervensi

tergantung

pada

penyebab

Page 33: Pneumonia

meliputi:

-Peningkatan

kebutuhan

metabolic

skunder

terhadap demam

dan proses

infeksi.

-Anoreksia yang

berhubungan

dengan toksin

bakteri, baud an

rasa sputum, dan

pengobatan

aerosol

-distensi

abdomen/gas

yang

berhubungan

dengan menelan

udara selama

episode dispnea.

Ditandai dengan:

Tidak dapat

diterpakan :

adanya tanda-

tanda dan

gejala- gejala

membuat

diagnose actual.

berat badan. mual/munt

ah.

Mis,sptum

banyak,

pengobata

n aerosol,

dispnea

berat,

nyeri.

Berikan

wadah

tertutup

untuk

sputum

dan buang

sesering

mungkin.

Berikan /

bantu

kebersihan

mulut

setelah

muntah,

setelah

tindakan

aerosol

dan

drainase

postural,

dan

sebelum

makan.

Jadwalkan

pengobata

n

pernafasa

n sidikitnya

1 jam

masalah

Menghilangk

an tanda

bahaya, rasa,

bau dari

lingkungan

pasien dan

dapat

menurunkan

mual.

Menurunkan

efek mual

yang

berhubungan

dengan

pengobatan

ini

Bunyi usus

mungkin

menurun / tak

ada bila

proses infeksi

berat/mamanj

ang. Distensi

abdomen

terjadi

sebagai

akibat

menelan

udara untuk

menunjukkan

pengaruh

toksin bakteri

pada saluran

GI.

Tindakan ini

dapat

meningktkan

Page 34: Pneumonia

sebelum

makan.

Auskultasi

bunyi

usus.

Observasi/

palfasi

distensi

abdomen.

Berikan

makan

porsi kecil

dan sering

termasuk

makanan

kering (roti

panggan.

krekers)

dan/atau

makan

yang

menarik

untuk

pasien.

Evaluasi

status

nutrisi

umum,

ukur berat

badan

dasar.

masukan

meskipun

nafsu makan

mungkin

lambat untuk

kembali.

Adanya

kondisi kronis

(seperti

PPOM atau

alkoholisme)

atau

keterbatasan

keuangan

dapat

menimbulkan

malnutrusi,

rendahnya

tahanan

terhadap

infeksi, dan/

atau

lambatnya

respons

terhadap

terapi

7 Resiko tinggi

Kekurangan

volume cairan

terhadap factor

kehilangan

cairan berlebihan

(demam,

Menunjukkan

keseimbangan

cairan dibuktikan

dengan parameter

individual yang

tepat, mis,

membrane mukosa

Mandiri

Kaji

perubahan

tanda vital,

contoh

peningkata

n suhu/

Peningkatan

suhu atau

memanjangn

ya demam

meningktkan

laju metabolic

dan

Page 35: Pneumonia

berkeringat

banyak, nafas

mulut/

hiperventilasi,

muntah).

Penurunan

masukan oral

Ditandai dengan:

Tidak dapat

diterapkan :

adanya tanda-

tanda dan

gejala- gejala

membuat

diagnose actual

lembab, turgor kulit

baik, pengisian

kapiler cepat, tanda

vital stabil.

demam

memanjan

g,

takikardia,

hipotensi

ortostatik.

Kaji turgor

kulit,

kjelembab

an

membrane

mukosa

(bibir,lidah)

.

Catat

laporan

mual/

muntah

Pantau

masukan

dan

keluaran,

catat

warna,

karakter

urin.

Hitung

keseimban

gan cairan.

Waspadai

kehilangan

yang tak

tanpak.

Ukur berat

badan

sesuai

indikasi

Tekankan

kehilangan

cairan

melalui

epvorasi, TD

ortostatik

berubah dan

peningkatan

takikardia

menunjukkan

kekurangan

cairan

sistemik.

Indicator

langsung

keadekuatan

volume

cairan,

meskipun

membrane

mukosa

mulut

mungkin

kering karena

nafas mulut

dan oksigen

tambahan

Adanya

gejala ini

menurunkan

masukan oral

Memberikan

informasi

tentang

keadekuatan

volume

cairan dan

kebutuhan

Page 36: Pneumonia

cairan

sedikitnya

2500 ml/hr

atau

sesuai

kondisi

individual.

Kolaborasi

Beri obat

sesuai

indikasi

mis,

antipiretik,

antiemetic.

Berikan

cairan

tambahan

IV sesuai

keperluan

penggantian.

Pemenuhan

kebutuhan

dasar cairan,

menurunkan

resiko

dehidrasi.

Berguna

menurunkan

kehilangan

cairan

Pada adanya

penurunan

masukan/

banyak

kehilangan,

penggunaan

parental

dapat

memperbaiki/

mencegah

kekurangan

8 Kurang

pengetahuan

(kebutuhan

belajar,

mengenai

kondisi dan

kebutuhan tind)

s/d kurang

terpajan

Kesalahan

intepretasi

Kurang

mengingat

Ditandai dengan:

Permintaan

informasi

-menyatakan

pemahaman

kondisi, proses

penyakit dan

pengobatan.

-melakukan

perubahan pola

hidup dan

berpartisipasi dalam

program

pengobatan

Mandiri

Kaji fungsi

normal

paru,

patologi

kondisi

Diskusikan

ketidakma

mpuan

dari

penyakit,

lamanya

penyembu

han, dan

harapan

kesembuh

Meningkatka

n

pemahaman

situasi yang

ada dan

penting

menghubung

kannya

dengan

program

pengobatan.

Informasi

dapat

meningkatka

n koping dan

membantu

Page 37: Pneumonia

Pernyataan

kesalahan

konsep

Kegagalan

memperbaiki/

berulang.

an.

Identifikasi

perawatan

diri dan

kebutuhan/

sumber

pemelihara

an rumah

Berikan

informasi

dalam

bentuk

tertulis dan

verbal

Tekankan

pentingnya

melajutkan

batukl

efektif/

latihan

pernafsan

Tekankan

perlunya

melanjutkj

an terapi

antiobiotik

selama

priode

yang di

anjurkan

Buat

langkah

untuk

meningkat

kan

kesehatan

umum dan

kesejahtra

menurunkan

ansietas dan

masalah

berlebihan.

Gejala

permafasan

mungkin

lambat untuk

membaik,

dan

kelemahan,

kelelahan

dapat

menetap

selama riode

yang

panjang.

Factor ini

dapat

brhubungan

depresi dan

kebutuhan

berbagai

bentuk

dukungan

dan bantuan.

Kelemahan

dan depresi

dapat

mempangaru

hi

kemampuan

untuk

mengasimilas

i/ mengikuti

program

medic.

Selam awal

Page 38: Pneumonia

an mis,

istirahat

dan

aktifitas

seimbang,

diet baik,

menhindad

ri

kerumuna

n selama

musim

pilek/flu

dan orang

yang

mengalami

infeksi

saluran

nafas atas.

Takankan

pentingnya

melanjutka

n evaluasi

medic dan

vaksin /.

Imunisasi

dengan

tepat

Identifikasi

tanda/gejal

a yang

memerluka

n

pelaporan

pemberi

perawatan

kesehatan,

mis,

peningkata

6-8 minggu

setela

pulang,

pasiean

beresiko

besar untuk

kambuh dari

pneumonia.

Penghentian

dini antibiotic

dapat

mengakibatk

an iritasi

mukosa

bronkus, dan

maenghamba

t makropag

alveolar,

mempengaru

hi pertahanan

alamia/imunit

as,

membatasi

terpajan pada

pathogen.

Dapat

mencegah

kambuhnya

pneumonia

dan/ atau

komplikasi

yang

berhubungan

.

Upaya

evaluasi dan

interfensib

tepat waktu

Page 39: Pneumonia

n dipnea,

nyri dada,

ke;lemaha

n

memanjan

g,

kehilangan

berat

badan,

demam/ ,

menggigil,

menetapny

a batu

produktif,

perubahan

mental

dapat

mencegah/

meminimalka

n komlikasi.

  

Page 40: Pneumonia

                                                                             Daftar Pustaka

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru.

Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.

Airlangga University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A

Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol.

1. Penerbit EGC. Jakarta.

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2.

EGC Jakarta.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas

Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD

Page 41: Pneumonia

RSCM. 2007.

Somantri, Imran. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba

Medika. 2007