Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POLA PENDIDIKAN PADA KELUARGA DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI
RENDAH
(Studi Kasus di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
WINDHA AMALIAH
NIM. 1113011000019
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Windha Amaliah (1113011000019). Pola Pendidikan pada Keluarga dengan Status
Sosial Ekonomi Rendah (Studi Kasus di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi)
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui bagaimana pola pendidikan
dalam keluarga dengan status sosial ekonomi rendah di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi. (2) untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi orangtua dalam memberikan pola pendidikan kepada anaknya di
RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pola
pendekatan deskriptif. Hasil peneltian ini dilakukan dengan cara mendeskriptifkan
bagaimana pola pendidikan yang dilakukan orangtua dengan status sosial ekonomi
rendah di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara
terstruktur dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dimulai dengan
menganalisis data sebelum terjun ke lapangan, setelah itu menganalisis data selama di
lapangan dengan tahapan: (1) mereduksi data dengan mencatat atau merekam data yang
didapat selama di lapangan, (2) menyajikan data dengan uraian dekriptif dan teks
naratif, (3) menyimpulkan data dengan mengolah data yang didapat dan menarik
kesimpulan secara garis besar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria,
Bekasi yang lebih cenderung menerapkan pola pendidikan permisif sedangkan dua
keluarga lainnya lebih cenderung menggunakan pola pendidikan demokratis. Faktor
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan dan jenis
tempat tinggal menjadi faktor yang dapat mempengaruhi orangtua dalam memberikan
pola pendidikan kepada anak di dalam keluarga.
Kata Kunci: Pola Pendidikan Keluarga, Status Sosial Ekonomi Rendah
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin segala puji bagi kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat ikhsan, iman dan Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat teriring salam tak lupa senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, para sahabat
dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit
kesulitan danhambatan yang dialami. Namun, berkat doa, perjuangan, kesungguhan hati
dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk
menyelesaikan skripsi ini hingga semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., Sekertaris Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Abdul Ghofur, MA., Selaku Dosen Penasehat Akademik yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan dalam menempuh studi S1 pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Sururin, M.Ag., Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. Kebaikan Ibu akan
selalu terkenang bagi diri penulis dan semoga keberkahan hidup senantiasa
mengiringi.
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dari awal hingga akhir
perkuliahan. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari
Allah SWT.
iii
7. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Bu Isti Selaku Staf Program Studi
Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
banyak kemudahan dalam pembuata surat-surat serta sertifikat.
8. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Perpustakan Universitas Negeri
Jakarta, Perpustakaan Indonesia serta Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberi pinjaman literatur
yang penulis butuhkan.
9. Bapak Madrus selaku ketua RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di lingkungan ini.
10. Seluruh keluarga responden di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi yang telah memberikan izin serta membantu penulis dalam
melaksanakan dan menyelesaikan penelitian ini.
11. Ibu Tercinta, Ibu Oyoh terimakasih sedalam-dalamnya penulis ucapkan atas segala
doa, arahan, masukan, motivasi, nasihat, dukungan serta kasih sayang yang luar
biasa kepada penulis.
12. Keluarga tersayang, Bapak Arman Maulana, Uwa Rumiati, Uwa Hasan dan adik
Rifqi Maulana terimakasih atas nasihat, doa, dukungan serta motivasi yang terus
tercurah kepada penulis.
13. Bapak Wendrizal, terimakasih atas segala doa dan dukungan serta kasih sayang
yang tulus kepada penulis.
14. Suami tersayang, Agus Haflaturrochman, S.Pd.I., terimakasih telah mendampingi
penulis, memberikan arahan, motivasi, doa, semangat dan dukungan dengan penuh
ketulusan dan kasih sayang.
15. Anak tercinta, Ahmad Zaynurrrohman yang telah menjadi semangat yang luar biasa
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat Nur Najmi Lailah, S.Pd., Merlin Melania, S.Pd., Khalimah, S.Pd., Qothrun
Nada, S.Pd., dan Emma Yuliana Nurbaity, S.Pd., terimakasih telah menjadi sahabat
iv
yang baik yang selalu memberikan motivasi dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman seperjuangan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam angkatan
2013, terutama kelas A. Semoga kesuksesan menyertai kalian dan senantiasa
dinaungi keberkahan dan lindungan Allah SWT. Terimakasih telah menjadi teman
yang baik, memberikan canda tawa dan kebersamaan dengan kalian yang kelak akan
dirindukan.
Ucapan terimakasih juga dihaturkan kepada pihak-pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, namun turut membantu penulis dalam penulisan skripsi
ini ataupun memberikan pelajaran hidup bagi penulis. Penulis tidak dapat membalasnya
dengan apapun, semoga Allah SWT yang akan membalas dengan balasan yang sebaik-
baiknya di dunia maupun di akhirat kelak.
Demikianlah skripsi ini dibuat. Seperti pepatah tiada gading yang tak retak
begitupun dengan pembuatan skripsi ini, walaupun penulis sudah berusaha dengan
sebaik mungkin untuk meminimalisir kekurangan akan tetapi nanti pasti ditemukan
kekurangan dan kelemahan. Harapan besar semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya, serta kritik dan saran juga
akan penulis terima dengan hati terbuka.
Jakarta, September 2019
Penulis
Windha Amaliah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 9
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga ...................................................... 12
1. Pengertian Pola Pendidikan Anak ....................................................... 12
2. Keluarga ............................................................................................... 14
3. Pola Pendidikan Anak ......................................................................... 27
a. Pola Pendidikan Otoriter .............................................................. 29
b. Pola Pendidikan Permisif ............................................................. 33
c. Pola Pendidikan Demokratis ........................................................ 34
4. Dasar dan Tujuan Pendidikan Anak .................................................... 37
B. Status Sosial Ekonomi Rendah .................................................................. 40
1. Pengertian Status Sosial Ekonomi ....................................................... 40
2. Faktor yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi ........................... 42
a. Pendidikan .................................................................................... 43
vi
b. Pekerjaan ...................................................................................... 46
c. Pendapatan .................................................................................... 48
d. Jumlah Tanggungan Orangtua ...................................................... 50
e. Pemilikan ...................................................................................... 51
f. Jenis Tempat Tinggal ................................................................... 51
3. Kriteria Status Sosial Ekonomi Rendah .............................................. 52
C. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 57
B. Metode Penelitian ...................................................................................... 57
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 58
D. Sumber Data .............................................................................................. 59
E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 60
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 62
G. Teknik Kalibrasi Data ................................................................................ 65
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Demografi Lokasi ....................................................................................... 69
B. Deskripsi Data ............................................................................................ 73
C. Pembahasan dan Hasil Penelitian ............................................................... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 95
B. Saran ........................................................................................................... 96
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................................... 61
Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Penduduk di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi .............................................................. 70
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi .............................................................. 71
Tabel 4.3 Agama Penduduk Penduduk di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi .............................................................. 71
Tabel 4.4 Latar Belakang Pendidian Orangtua ........................................................... 73
Tabel 4.5 Jenis Pekerjaan Orangtua ............................................................................ 74
Tabel 4.6 Tingkat Pendapatan Orangtua ..................................................................... 75
Tabel 4.7 Jumlah Tanggungan Orangtua .................................................................... 75
Tabel 4.8 Kepemilikan Orangtua ................................................................................ 76
Tabel 4.9 Jenis Tempat Tinggal Keluarga .................................................................. 77
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Latar Belakang Penduduk di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ......................................................... 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi
seorang anak yang menjadi pusat pendidikan bagi perkembangan pribadi anak,
pendidikan yang diberikan keluarga kepada anaknya berlangsung sejak anak masih
berada di dalam kandungan hingga anak menjadi pribadi yang utuh.1 Keluarga
mempunyai peran yang sangat penting dalam membawa anak menuju kedewasaan
jasmani dan ruhani dalam dimensi kognitif, afektif maupun skill, dengan tujuan
untuk mengembangkan aspek mental spiritual, moral, intelektual dan profesional.
Dalam keluarga, orangtua terutama ayah sebagai kepalakeluarga dengan
bantuang anggotanya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebuah
keluarga, dimana bimbingan, ajakan, pemberian contoh, kadang sanksi yang khas
dalam sebuah keluarga baik dalam wujud pekerjaan kerumah-tanggaan, keagmaan
maupun kemasyarakatan lainnya, yang dipikul atas seluruh anggota komunitas
keluarga atau secara individual, merupakan cara-cara yang biasa terjadi pada
interaksi pendidikan dalam keluarga.2 meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor,
keluarga merupakan unsur yag sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian
anak.3
Pendidikan keluarga merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
Nasional Indonesia, oleh karena itu norma-norma hukum bagi pendidikan di
Indonesia juga berlaku bagi pendidikan dalam pendidikan keluarga. Pendidikan
dalam keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan
pencapaian mutu sumber daya manusia. Dalam penyelenggaraannya keluarga tidak
hanya berperan sebagai pelaksana yang bersifat rutin dan alamiah, melainkan juga
1 Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama
dan Jender, 1999), hal.5 2 M. Syahran Jailani (Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN STS Jambi), Teori
Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal
Pendidikan Vol. 8 Nomor 2, 2014, hal.90 3 Fuaduddin TM, Loc.Cit.
2
berperan sebagai pengelola yang bertanggung jawab dalam meletakkan landasan
dan memberikan bobot dan arah serta pola-pola kehidupan anak.
Keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya, hal ini karena baik disadari maupun tidak disadari
pendidikan akan selalu terjadi di dalam keluarga. secara operasional pendidikan
anak yang berlangsung di dalam keluarga, masyarakat dan sekolah merupakan
tanggung jawab orangtua. Orangtua memiliki tanggung jawab yang sangat besar
dalam memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya. Dalam pandangan
orangtua, anak adalah buah hati dan tumpuan di masa depan yang harus
dipeliharadan dididik. Memeliharanya dari segala marabahaya dan mendidiknya
agar menjadi anak yang cerdas.4 Bagi anak orangtua adalah model yang harus ditiru
dan diteladani.5
Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan
kepribadian anak. Sejak lahir anak sudah mendapat pendidikan dari kedua
orangtuanya melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga.
Baik tidaknya keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orangtua
sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Keteladanan dan kebiasaan yang orangtua tampilkan dalam bersikap dan berperilaku
tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak, terkait dengan cara bagaimana
orangtua mendidik dan membesarkan anak dengan memberikan motivasi yang
tinggi dan cinta kasih keluarga, penanaman nilai moral, penanaman nilai sosial
maupun nilai keagamaan.
Pola asuh dan kehidupan dalam keluarga akan terekan dalam kehidupan
anak. Apabila kehidupan yang dialami seseorang dalam keluarga bahagia, damai,
penuh kasih sayang maka ia akan berusaha mewujudkan kehidupan keluarganya
kelak sebagaimana kehidupan orangtuanya saat kecil. Akan tetapi, bila kehidupan
yang dilalui dalam suasana konflik, banyak masalah dan kurang kasih sayang, maka
4 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Untuk
Membangun Citra dan Membentuk Pribadi Anak), (Jakarta: PT Asdi Mahasatya), 2014, hal.44 5 Ibid, hal.47
3
dua alternatif yang muncul. Pertama, dia akan mengalami kehidupan yang sama
dengan masa kecilnya, artinya meniru apa yang sudah dilakukan orangtua. Dia
berperilaku bagaimana dia diperlakukan. Kedua, pengalaman pahit dalam kehidupan
akan menjadi cambuk dan pelajaran berharga sehingga dia tidak akan mengulangi
pengalaman pahit dalam hidupnya.6
Segala bentuk perilaku keluarga tersebut, khususnya kedua orangtua, baik
lisan maupun perbuatan baik yang bersifat pengajaran, keteladanan maupun
kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan di dalam kehidupan sosial keluarga akan
mempengaruhi pola perkembangan perilaku anak selanjutnya. Oleh karena itu,
orangtua harus mampu menanamkan dan mengajarkan pendidikan yang baik dan
benar kepada anak sejak usia dini, agar perkembangan perilaku anak selanjutnya
dapat mencerminkan kepribadian yang luhur, yang bermanfaat bagi dirinya sendiri,
agama, keluarga juga masyarakat dan bangsanya.7 Namun, tidak sedikit dari
perilaku atau perangai orangtua justru membuat anak tertekan atau stress bahkan
depresi.
Tugas menyiapkan generasi penerus yang berkualitas adalah tugas bersama
antara suami dan istri. Al-Qur’an memerintahkan agar suami dan istri (ayah dan ibu)
mempersiapkan generasi yang berkualitas dan takut akan hadirnya generasi yang
lemah. Allah berfirman dalam surah An-Niisa/4: 9
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
6 Sururin dan Moh. Muslim, (Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Koordinator Bidang
Hukum dan Advokasi PP Muslimat NU, Sekretaris HIDMAT Muslimat NU dan Dosen Institut Bisnis
Nusantara Jakarta), Pendidikan Bagi Calon Pengantin, 2019, hal.9 7 Hasby Wahy (Dosen Tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry), Keluarga Sebagai Basis
Pendidikan Pertama dan Utama, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2012, Vol. XII No.2, 245
4
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ayah dan ibu sama-sama bertanggung jawab
atas generasi penerusnya, baik dalam hal kesejahteraan, intelektual, spiritual
maupun akhlaknya. Tanggung jawab itu harus dipikul bersama-sama dan tidak ada
yang lebih ditekankan siapa yang harus menanganinya.8
Menjadi orangtua yang efektif tidaklah mudah, karena harus bisa
menerapkan pola pendidikan yang tepat, memfasilitasi anak yang siap untuk masa
depan dan mampu menjalankan perannya baik untuk keluarga maupun masyarakat.
Mendidik dengan baik dan benar berarti menumbuhkembangkan totalitas potensi
anak secara wajar. Pola asuh pun menjadi awal perkembangan pribadi dan jiwa
seorang anak.9 walaupun pada umumnya masyarakat, khususnya orangtua sudah
mengetahui betapa pentingnya peran orangtua bagi pertumbuhan dan pendidikan
anak, tetapi pada kenyataannya masih banyak orangtua yang masih keliru dan belum
memahami dengan benar tentang pola pendidikan anak di dalam keluarga, sehingga
banyak keluarga yang salah dalam memberikan pendidikan kepada anak mereka.
Misalnya, orangtua yang masih mendidik anak dengan cara yang tidak bijaksana.
Orangtua yang membiarkan anak-anakmereka berkumpul dan bermain dengan
temannya sampai larut malam atau orangtua yang menganggap bahwa memarahi,
menghardik, mencela atau memberikan hukuman fisik sesuka hati adalah tindakan
yang paling benar dari pendidikan anak, padahal hal itu merupakan kesalahan besar
dan tidak bijaksana.
Orangtua saat ini menerapkan berbagai pola dalam mengasuh dan mendidik
anak seperti lemah lembut, masah bodoh dan membebaskan anaknya dan yang
paling mengerikan adalah dengan kekerasan. Pola asuh orangtua sangat
mempengaruhi mental dan kepribadian anak. maka, orangtua perlu mempelajari
8 Istiadah, Pembagian Kerja Rumah Tangga dalam Islam, (Jakarta Kajian Agama dan Jender,
1999), hal. 52-53 9 Padjrin, Pola Asuh Anak dalam Perspektif Pendidikan Islam, (Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang), Intelektualita Volume 5, Nomor 1, Juni 2016,
https://www.jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita, hal. 7
5
bagaimana cara mendidik anak yang baik sesuai dengan usia anak terutama cara
mendidik anak yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW.10
Kurangnya pengetahuan orangtua tentang metode yang tepat dalam
memberikan pola pendidikan kepada anaknya akan mengakibatkan hal-hal yang
negatif seperti depresi, keguncangan nilai dan tidak sedikit yang melarikan diri
kepergaulan yang kurang menguntungkan, misalnya pre-marital, aborsi,
menggunakan obat-obatan psikotropika serta terlibat kriminalitas (tawuran pelajar
dan aksi kriminal remaja lainnya).11
Setiap orangttua wajib memberikan makanan bergizi, perlakuan adil,
pendidikan memadai, keterampilan yang dibutuhkan agar anak-anak mereka tumbuh
menjadi manusia yang berguna. Selain itu, hal yang tidak kalah pentignya adalah
menyediakan waktu yang cukup bagi anak-anak agar mereka dapat tumbuh dengan
penuh perhatian dan kasih sayang darikedua orangtuanya.12
Orangtua yang mempunyai waktu luang dapat memberikan pemahaman dan
penjelasan dengan lebih mendalam kepada anak mereka. Melalu interaksi dan
komunikasi yang baik dengan anak, orangtua dapat melakukan sosialisasi nilai,
sikap, dan budaya yang dipandang penting untuk dimiliki oleh anak. anak-anak yang
mendapatkan penjelasan dan memiliki pemahaman yang baik tenntang nilai-nilai
yang ditanamkan orangtua, anak akan lebih dapat menerima nilai-nilai yang
disampaikan orangtua.13
Meskipun suami dan istri sibuk berkarya di luar rumah
untuk mencari nafkah, perhatian serta kasih sayang orangtua terhadap anaknya tetap
tak boleh terabaikan agar tidak menjadi penyebab timbulnya kenakalan.14
10
Ibid. 11
Dwi Wahyuni, Studi Tentang Pola Asuh Anak dalam Meningkatkan Ketahanan Keluarga,
(Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga Sejahtera dan Peningkatan Kualitas Perempuan,
BKKBN, 2003), hal.2 12
Rani Anggeraini Dewi & Siti Musdah Mulia, 9 Jurus Menjadi Orang Tua Bijak: Mengasuh
dengan Hati dalam Pendidikan Karakter, Cet. I, (Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia, 2015), hal. 97 13
Sri Lestari, Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Kleuarga
Edisi Pertama), (Jakarta: Kencana), hal. 206 14
Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan (Struktur & Interaksi Sosial di dalam Institusi
Pendidikan), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. III, 2016), hal. 223
6
Seperti yang umumnya terjadi pada keluarga dengan status sosial ekonomi
yang lemah, dimana orangttua mereka menghabiskan waktu untuk mencari rezeki
untuk memenuhi kebutuhan hidup merekea, seperti untuk makan sehari-hari dan
lainnya yang dirasa cukup berat. Maka banyak anak dari keluarga dengan status
sosial ekonomi rendah yang kurang mendapatkan pendidikan dari orangtua mereka.
Orangtua yang sibuk dan bekerja keras siang dan malam dalam hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan materi anak-anaknya, waktunya dihabiskan di luar rumah,
jauh dari keluarga, tidak sempat mengawasi perkembangan anaknya, dan bahkan
tidak punya waktu untuk memberikan bimbingan sehingga pendidikan akhlak bagi
anak-anaknya terabaikan.15
Dalam kehidupan di masyarakat saat ini sering ditemukan anak-anak dengan
sikap dan perilaku yang kurang baik, bukan hanya terlibat dalam perkelahian, tetapi
juga terlibat dalam pergaulan bebas, perjudian, pencurian, narkoba dan
sebagainya.16
Kejahatan yang tampak pada diri anak sebenarnya merupakan cinta
kasih yang salah arah.. Anak yang kehilangan cinta kasih sayang akan tumbuh
dengan penuh deviasi dan patologis (keadaan berupa penyimpangan perilaku dalam
bentuk merugikan atau merusak diri sendiri dan orang lain).17
Kebahagiaan yang tidak mereka peroleh dari dalam rumah dan sekolah
menjadi penyebab sikap antisosial mereka. Anak-anak seperrti ini akan mencari
kebahagiaannya sendiri di luar rumah dengan melakukan tindakan-tindakan yang
merusak diri mereka.18
Hal ini juga terjadi karena kurangnya pendidikan agama atau
kurang fungsionalnya pendidikan agama sehingga tidak menjadi kontrol yang
efektif mengendalikan perilaku negatif, efek negatif dari kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi, serta kesalah pola pendidikan yang diberikan orangtua
15
Istiadah, Op.Cit. 16
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit. 17
Rizka Hendariah (109011000043), Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Konsep
Pendidikan Anak dalam Keluarga (Mendidik Anak Tanpa Kekerasan), (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013), hal.4 18
Mukhrizal Arif dkk, Pendidikan Posmodernisme (Telaah Krisis Pemikiran Tokoh
Pendidikan), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 128
7
kepada anak tersebut. Maka, orangtua mempunyai peranan yang sangat penting
dalam membentuk karakter dan sikap seorang anak di masa depan.
Pola pendidikan yang diberikan orangtua dalam mendidik buah hati mereka
di setiap keluarga pasti mempunyai perbedaan. Sebagian keluarga mendidik dengan
menggunakan cara yang otoriter, sebagain dnegan cara yang permisif dan yang
lainnya dengan cara yang demokratid. Banyak faktor yang mempengaruhi keluarga
dalam memberikan pendidikan kepada anak mereka, seperti model interaksi
orangtua (ayah-ibu) dan anak, kondisi keluarga dan harapan orangtua, keadaan
sosial ekonomi, pendidikan dan pekerjaan orangtua, besar kecilnya anggota keluarga
dan karakteristik anak.19
Dari faktor-faktor di atas, status sosial ekonomi mempunyai pengaruh yang
cukup besar yang mempengaruhi orangtua dalam memberikan pola pendidikan
kepada anak. status ekonomi keluarga berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis anak.20
status sosial
ekonomi orangtua dapat mempengaruhi anak dalam berperilaku karena di sisi
pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh orangtua akan mempengaruhi bagaimana
orangtua mengatur pemenuhan kebutuhan sang anak. status sosial dapat dilihat dari
pekerjaan, pendidikan dan pendapatan serta status sosial orang di masyarakat.21
Orangtua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah biasanya lebih
bersifat hangat dibanding dengan orangttua yang berasal dari ekonomi yang rendah.
Hal ini karena biasanya orangtua yang mempunyai ekonomi menengah mempunyai
banyak waktu yang lebih banyak dibanding dengan orangtua denagn ekonomi yang
rendah. Orangtua yang mengalami tekanan ekonomi cenderung lebih mudah putus
asa dan kehilangan harapan, kesempatan, depresi dan sifat cepat marah. Keadaan ini
menyebabkan orangtua tidak konsisten dalam menerapkan disiplin dan hukuman,
19
Syamsu Bahri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), hal. 68 20
Ibid. 21
Ratna Nurmasari, Hari Wahyono dan Agung Haryono, Peran Status Sosial Ekonomi Orangtua
dalam Penyusunan Orientasi Masa Depan Anak, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan
Volume I Nomor II, November 2016, hal. 2236
8
cenderung menerapkan hukuman fisik,bersifat unilateral atau mendominasi dan
mengontrol anak secara berlebihan.22
Latar belakang pendidikan dan pekerjaano orangtua mempunyai pengaruh
yang tidak kalah penting dalam peranannya memberikan pendidikan kepada anak.
Hal ini dikarenakan, dengan pendidikan orangtua yang telah dicapai akan secara
tidak langsung akan membentuk watak dan perilaku seseorang.23
Orangtua yang
mempunyai pendidikan tinggi dapat mempelajari tentang bagaimana cara mendidik
anak yang benar dengan mudah seperti membaca artikel, majalah-majalah lain atau
mencari dari sumber data yang sesuai untuk mengetahui bagaiman cara mendidik
yang sesuai dengan karakteristik masing-masing anak. Berbeda dengan orangtua
dengan pendidikan yang rendah, mereka umumnya membudayakan pendidikan yang
diberikan orangtuanya terdahulu dan mengaplikasikannya kembali saat mendidik
anak mereka. Dengan demikian, tingkat pendidikan dan lamanya pendidikan yang
ditempuh orangtua akan mempengaruhi bagaimana pola asuh yang diberikan kepada
anak sehingga mempengaruhi perilakunya.24
Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi pola pendidikan yang diberikan
orangtua terhadap anaknya. Maka, setiap keluarga mempunyai penerapan atau cara
yang berbeda-beda, hal ini karena setiap keluarga mempunyai pandangan yang
berbeda baik dari faktor sosial, ekonomi maupun latar belakang pendidikan
orangtua, pengalaman masa lalu orangtua dan sebagainya seperti yang telah
dijelaskan di atas.
Begitupun sama halnya dengan keadaan pada keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria,
Bekasi. Pola pendidikan anak pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah
masih menjadi perhatian banyak kalangan, tentang bagaimana cara orangtua
mendidik anak mereka dan apakah orangtua menanmkan sifat, sikap yang baik
kepada anak-anaknya saat mendidik.
22
Mukhrizal Arif, Op.Cit, hal. 128 23
Ratna Nurmasari, Loc.Cit. 24
Ibid
9
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meniliti mengenai pola pendidikan
keluarga dengan status sosial ekonomi rendah di RT. 01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi dengan judul: “Pola Pendidikan pada
Keluarga dengan Status Sosial Ekonomi Rendah (Studi Kasus di RT. 01/010
Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah, yaitu:
1. Banyak keluarga yang belum memahami dengan benar tentang bagaimana cara
mendidik anak yang yang baik sesuai dengan karakteristik anak.
2. Masih banyak keluarga yang keliru dalam memberikan pendidikan kepada anak
mereka.
3. Banyak orangtua dengan status sosial ekonomi rendah yang terlalu sibuk
sehingga berakibat pada kurang intensifnya pola pendidikan yang diberikan
kepada anak.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut, untuk lebih memperjelas
dan memberi arah yang tepat, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Bagaimana cara orangtua dalam mendidik anak mereka yang dibatasi pada pola
pendidikan otoriter, permisif dan demokratis.
2. Keluarga yang dibatasi pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah yang
dilihat dari segi pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah tanggungan
orangtua dan kepemilikan keluarga.
3. Subyek dalam penelitian ini yaitu:
a. Keluarga dengan status sosial ekonomi rendah
b. Memiliki anak usia sekolah
c. Bertempat tinggal di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi.
10
Dengan adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini, diharapkan dapat
mempermudah dan menghindari salah pengertian serta mempertegas ruang lingkup
pembahasannya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam
penulisan skripsi ini masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola pendidikan pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah
di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi orangtua dalam memberikan pola
pendidikan kepada anaknya di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pola pendidikan dalam keluarga dengan status sosial ekonomi
rendah di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria,
Bekasi.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi orangtua dalam memberikan pola
pendidikan kepada anaknya di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian sebagaimana diuraikan di atas, diharapkan
penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bersifat Akademik
a. Penelitian ini digarapkan dapat memberikan kontribusi terhadap lembaga-
lembaga pendidikan khusus.
b. Dapat diajukan sebagai referensi, bahkan mungkin dapat dijadikan acuan
bagi riset selanjutnya sehingga dapat menemukan solusi dalam memecahkan
masalah seputar anak dalam keluarga.
11
c. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya pada program
stusi Pendidikan Agama Islam Negeri dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Secara Praktis
a. Bagi Aparatur Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
sumbangan pemikiran dalam mengembangkan pendidikan anak dalam
keluarga
b. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi agar lebih mengetahui mengenai pola pendidikan anak yang
mereka erapkan dalam keluarga, apakah sudah baik atau belum. Sehingga
keluarga tersebut dapat memperbaiki pola pendidikan yang mereka terapkan
dalam menumbuhkembangkan anak mereka.
c. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan dapat
menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan yang akan datang.
12
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pola Pendidikan Anak Dalam Keluarga
1. Pengertian Pola Pendidikan Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola berarti “corak, medel,
sistem, cara, bentuk (struktur) yang tetap.1 Pendidikan sering diartikan
sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-
nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah
pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.2 Kata
pendidikan (education), dalam pandangan barat adalah suatu kata akar kata
yang menunjukkan aktifitas pembentukan individu melalui pembentukan
jiwanya, agar dalam hidupnya tertanam kebahagiaan, baik kepada dirinya
maupun orang lain dalam sebuah acuan karakteristik yang sempurna.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagaimana yang
dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah sebagai tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun pendidikan menurut segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
1 Inayati Ma‟rifah dkk, Pola Asuh Anak dalam Keluarga Pemulung, Jurnal Harkat: Media
Komunikasi Gender 14 (1), (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), hal.4-10 2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi, (Depok: Rajawali Press, 2017), hal.1
3 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lampiran 1
13
setinggi-tingginya.4 Sementara itu, Bojonegoro memberi makna pendidikan
secara luas sebagai bentuk pemberian tuntunan kepada manusia yang belum
dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya
kedewasaan dalam arti ruhani dan jasmani.5
Pendidikan secara spesifik adalah pemberian bimbingan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.
Sedangkan secara umum dapat diartikan sebagai bentuk bantuan yang
diberikan kepada anak supaya anak itu kelak cakap dalam menyelesaikan
tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.6
Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang
utama.7 Kepribadian utama yang dimaksud oleh marimba ini adalah sebuah
kepribadian yang mengarah pada terbentuknya kerpibadian Muslim yakni
sebuah pribadi yang mampu melaksanakan fitrah manusia sebagai hamba
Allah dan khalifatullah. Jadi dari beberapa pendapat tersebut dapat kami
simpulkan bahwa arti pendidikan adalah sebuah proses untuk pendewasaan
yang melibatkan berbagai media, materi, alat, serta tujuan.Sementara kata
“anak” sering diartikan sebagai masa dalam perkembangan dari berakhirnya
masa bayi menjelang pubertas.8 Pada dasarnya semua pandangan yang
berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpulan awal yaitu pendidikan
merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan
kehidupan dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien.9
4 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga (Sebuah
Perspektif Pendidikan Islam), (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2004), hal. 5 5Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat Pendidikan: Mazhab-mazhab Filsafat Pendidikan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media), 2016, hal. 64 6Ibid, hal.64
7Ibid, hal. 62
8M Husaini, M Noor. HS. Himpunan Istialah Psikologi,(Jakarta: Mutiara, 1978), hlm. 11
9 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengan Tantangan Milenium
III Edisi Pertama, (Rawamangun: Kencana, 2012), hal. 4
14
Pendidikan lahir karena mulai disadari pentingnya upaya untuk
membentuk, mengarahkan dan mengatur manusia sebagaimana yang telah
dicita-citakan oleh masyarakat terutama cita-cita orang-orang yang mendapat
kekuasaan. Pendidikan adalah ujung tombak suatu negara, tertinggal atau
majunya sebuah negara, sangat tergantung kondisi pendidikannya. Semakin
berkembang pendidikan suatu negara, maka semakin besar dan majulah
negara tersebut. Negara akan maju dan berkembang bila sektor pendidikan
sebagai kunci pembangunan menjadi skala prioritas.10
Pendidikan dalam
lingkungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting. Orangtua
yang terdiri dari ayah dan ibu menjadi figur sentral dalam pendidikan
keluarga. Mereka bertanggung jwab memanusiakan, membudayakan, dan
menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya.11
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola pendidikan
anak adalah sistem atau strategi yang diterapkan orang tua dalam
membimbing atau mendidik anak demi terbentuknya kedewasaan, baik
emosi, mental, cara berpikir maupun kedewasaan fisik bagi generasi penerus,
mulai dari anak keluar dari fase bayi hingga menjelang pubertas.
2. Keluarga
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena
ikatan perkawinan. Di dalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara
sah karena pernikahan.12
Perkawinan yang sah dapat dikatakan sebagai
syarat mutlak dalam membangun keluarga yang baik.13
Dalam konteks
keluarga inti, menurut Soelaeman, secara psikologis, keluarga adalah
sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi
10
Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), 2006,
hal.21 11
Teguh Wangsa Gandhi, Op.Cit 12
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, (Jakarta:
Riena Cipta), 2014, hal. 18 13
Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama
dan Jender), hal. 6
15
saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri.
Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah satu persekutuan
hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang
dikukuhkan dengan pernikahan yang bermaksud untuk saling
menyempurnakan.14
Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam proses
pengasuhan anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga
merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan keperibadian
anak.15
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama yang
dikenalkan kepada anak atau dapat dikatakan bahwa seorang anak mengenal
kehidupan sosial itu pertama-tama di dalam lingkungan keluarga. Adanya
interaksi antar anggota keluarga yang satu dengan yang lain menyebabkan
seorang anak menyadari akan dirinya, bahwa ia berfungsi sebagai individu
dan juga makhluk sosial. Sebagai individu dia harus memenuhi segala
kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia ini.
Sebagai makhluk sosial, dia harus menyesuaikan diri dengan
kehidupan bersama yaitu, saling tolong menolong dan mempelajari adat
istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Adat-istiadat tersebut yang
memperkenalkan adalah orangtuanya yang nantinya dimiliki oleh anak itu
sehingga dengan demikian perkembangan seorang anak dalam keluarga itu
sangat ditentukan oleh kondisi situasi keluarga dan pengalaman-pengalaman
yang dimiliki orangtuanya. Sehingga di dalam kehidupan masyarakat akan
kita jumpai perkembangan anak yang satu dengan yang lain akan berbeda-
beda16
Lingkungan atau latar belakang keluarga sangat mempengaruhi
pertumbuhan anak. Lingkungan atau latar belakang keluarga itu sangat
beragam, tergantung pada penghasilan orangtua, pendidikan mereka, aturan
14
Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hal.19 15
Fuaduddin TM, Op.cit, hal. 5 16
Ibid, hal. 9
16
yang disepakati dalam keluarga, bertempat di kota atau desa, jumlah anak
dalam keluarga, hubungannya dengan karib kerabat dan sebagainya.17
Secara teoritis dapat dipastikan bahwa dalam keluarga yang baik,
anak memiliki dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan yang cukup kuat
untuk menjadi manusia dewasa. Dalam bentuknya yang paling umum dan
sederhana, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak.18
Anggota keluarga
seperti ibu, ayah dan saudara-saudara lainnya merupakan orang-orang
pertama yang berinteraksi langsung dengan anak seperti mengajarkan kepada
anak untuk dapat berinteraksi dan hidup dengan orang lain. Keluarga
merupakan keharusan yang diwajibkan oleh Agama, salah satunya tertera
pada Kitab Suci Al Qur‟an dalam Surat At-Tahrim Ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Keluarga merupakan institusi yang bersifat universal dan
multifungsional. Dalam Undang-undang No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21
tahun 1994 fungsi keluarga secara umum adalah sebagai berikut:
17
M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006),
h.80-81 18
Fuaddin TM, Loc.cit, hal. 9
17
1. Fungsi Keagamaan. Keluarga memiliki fungsi agama maksudnya adalah
selain orangtua sebagai guru dalam pendidikan anaknya, orangtua juga
merangkap sebagai ahli agama. Orangtua tempat mengaji dan
membacakan kitab suci dalam membentuk kepercayaan anak-anak
mereka. Fungsi ini bertujuan untuk mengembangkan keluarga dan
anggota-anggotanya agar tetap dan makin bertambah iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan keimanan dan ketaqwaan ini
penting, mengingat di era globalisasi seperti sekarang ini, permasalahan
keluarga semakin ruwet dan kompleks. Beberapa upaya efektif yang
dapat dijalankan keluarga guna menghidupkan dan mengoptimalkan
pelaksanaan fungsi ini adalah:
a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga. Dalam hal ini, meskipun tidak harus,
hendaknya norma/ajaran yang dianut oleh seluruh anggota keluarga
adalah sama, dengan maksud agar pembinaan keimanan dan
ketaqwaan tidak menemui hambatan secara teknis. Karena
bagaimanapun juga bila dalam satu keluarga agamanya berbeda-
beda, hambatan psikologis akan selalu mengiringi upaya-upaya
peningkatan keimanan dan ketaqwaan ini sepanjang tidak ada
toleransi beragama yang cukup tinggi.
b. Menerjemahkan ajaran/norma ke dalam tingkah laku hidup sehari-
hari seluruh anggota keluarga.
c. Memberi contoh kongkret dalam kehidupan sehari-hari dalam
pengamalan ajaran agama yang dianut.
d. Melengkapi dan menambah proses belajar anak, khususnya tentang
keagamaan yang tidak atau diperolehnya disekolah dan di
masyarakat. Misalnya, dengan mengikutsertakan anak dalam
pengajian anak-anak, kegiatan BKB iqro', dan kegiatan-kegiatan lain
yang sejenis.
18
e. Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama
sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
2. Fungsi sosial budaya, fungsi ini bertujuan untuk menggali,
mengembangkan dan melestarikan kekayaan sosial budaya yang dimiliki
oleh bangsa indonesia.19
Terkait dengan itu, upaya yang dapat ditempuh
di antaranya:
a. Memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam
pengamalan ajaran agama yang dianut. Terutama norma-norma dan
budaya bangsa yang baik dan dapat mengangkat masyarakat,
keluarga dan bangsa ke posisi yang lebih terhormat di hadapan
bangsa-bangsa lain di dunia.
b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring
norma dan budaya asing yang tidak sesuai
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga dimana anggota-
anggotanya mencari pemecahan masalah daripengaruh negatif
globalisasi dunia
d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga dimana anggotanya
mengadakan kompromi atau adaptasi dari praktek kehidupan
globalisasi dunia
e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan
budaya masyarakat atau bangsa yang menunjang terwujudnya norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.20
Dalam fungsi ini terdapat 5 dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga, yaitu gotong royong, sopan santun,
kerukunan, kepedulian dan kebersamaan.
3. Fungsi Cinta Kasih. Fungsi ini perlu dihidupkan karena pada dasarnya
rasa kasih sayang antara setiap anggota keluarga, antar kekerabatan serta
antar generasi merupakan dasar terciptanya keluarga yang harmonis.
19
Sunartiningsih, Menghidupkan 8 Fungsi Keluarga Menuju Keluarga Sejahtera, hal. 2-5 20
Setiadi, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2008), hal.8
19
Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk dapat menghidupkan fungsi
ini adalah:
a. Menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antara
anggota (suami-isteri-anak) ke dalam simbol-simbol nyata (ucapan,
tingkah laku) secara optimal dan terus menerus.
b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota
keluarga yang satu dengan yang lainnya secara kuantitaif dan
kualitatif,
c. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
ukhrowi dalam keluarga secara serasi,selaras dan seimbang,
d. Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal
menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
Dalam fungsi ini terdapat 8 nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga, yakni empati, akab, adil, emaaf, setia.Suka
menolong.Pengorbanan dan tanggungjawab.
4. Fungsi Melindungi. Fungsi ini dimaksudkan untuk memberikan rasa
aman kepada seluruh anggota keluarga sehingga mereka dapat merasa
tentram lahir batin dan hidup bahagia tanpa ada rasa tekanan dari pihak
manapun. Secara umum upaya ini dapat dilakukan dengan jalan
memelihara keutuhan rumah tangga serta memelihara ketahanan keluarga
terhadap benturan yang datang dari luar baik yang bersifat sosial budaya
maupun ideologi. Upaya menghidupkan fungsi melindungi ini dapat
dilakukan dengan jalan:
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa
tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga,
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar,
20
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera21
Dalam fungsi ini terdapat 5 dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga, yakni aman, pemaaf, tanggap, tabah, peduli.
5. Fungsi Reproduksi. Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa setiap
pasangan suami isteri yang diikat oleh perkawinan yang sah, pasti
mengharapkan dapat memberikan keturunan yang berkualitas, agar dapat
menjadi insan pembangunan yang handal di masa yang akan datang.22
Adapun upaya secara terinci sebagai berikut:
a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
b. Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan
keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental
c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak
yang diinginkan dalam keluarga
d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera23
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan. Sebagai wahana pendidikan yang
pertama dan utama bagi anak, keluarga diharapkan mampu
menumbuhkembangkan kekuatan fisik, mental, sosial dan spiritual secara
serasi dan selaras serta seimbang. Sehingga upaya untuk menghidupkan
dan mengoptimalkan pelaksanaan fungsi ini, orangtua sebagai
penanggung jawab rumah tangga harus mampu berperan sebagai contoh,
pemberi inisiatif dan pendorong bagi anak dalam menerapkan nilai-nilai
kebaikan, kebenaran dan kemanusiaan.24
21
Setiadi, Op.Cit, hal.9 22
Sunartiningsih, Op.Cit, hal. 2-5 23
Setiadi, Loc.Cit, hal. 9 24
Sunartiningsih, Loc.Cit, hal. 2-5
21
a. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama
b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai
konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan
sekolah maupun masyarakat
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik
dan mental) yang tidak atau kurang diberikan oleh lingkungan
sekolah mapun masyarakat.
d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga
bagi orangtua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup
bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera25
7. Fungsi ekonomi. Upaya menghidupkan fungsi ini tidak terlepas dari
upaya meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomis produktif
sehingga dapat tercapai peningkatan pendapatan keluarga guna
memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan demikian untuk
merealisasikannya perlu dilakukan dengan cara menanamkan etos kerja
yang tinggi bagi setiap anggota keluarga yang dibarengi kreatifitas yang
tinggi pula.26
a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan
perkembangan kehidupan keluarga
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan
dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga
25
Setiadi, Loc.Cit, hal. 10 26
Sunartiningsih, Loc.Cit, hal. 6
22
c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orangtua di luar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras dan
seimbang
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera27
8. Fungsi pelestarian lingkungan. Kemampuan keluarga untuk
menempatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam
yang dinamis secara serasi, selaras dan seimbang. Guna
mengaktualisasikan dan menumbuhkembangkan fungsi ini, orangtua
harus memelopori dalam kehidupan nyata sehingga setiap anggota
keluarga tergugah kepeduliannya terhadap lingkungan sosial budaya
maupun lingkungan alam.28
a. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan intern
keluarga
b. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan ekstern
keluarga
c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang
serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat sekitarnya
d. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup
sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.29
Pada umumnya sebuah keluarga terdiri dari beberapa elemen yaitu
orangtua dan anak. Adapun pengertian dari setiap elemen keluarga tersebut
adalah:
a. Orang tua
27
Setiadi, Loc.Cit, hal. 10 28
Sunartiningsih, Loc.Cit, hal. 7 29
Setiadi, Op.Cit, hal. 11
23
Orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka. Dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Oleh
karena itu, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan
keluarga.30
Orangtua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik
anak karena anak merupakan buah cinta kasih hubungan suami-istri.
Motivasi yang kuat ini melahirkan hubungan emosional antara orangtua
dengan anak. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa hubungan
emosional lebih berarti dan efektif daripada hubungan intelektual dalam
proses sosialisasi.31
Orangtua mempunyai peranan yang sangat strategis bagi masa
depan anaknya, yaitu kemampuan membina dan mengembangkan
potensi dasar anak. Masing-masing memiliki peran dalam keluarga
sehingga terbentuklah karakter keluarga dan anak. Selain peranan pokok
tersebut, ibu mempunya peran dominan dalam mendidik anak di
lingkungan keluarga, terlebih karena fungsi alaminya yang menyusui
anak.
Pada umumnya ibu mempunyai peran sebagai sumber dan
pemberi kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi
hati, mengatur kehidupan dalam rumah tangga, pembimbing hubungan
pribadi dan pendidik dalam segi-segi emosional. Para ibu berkonsentrasi
pada kewajiban menjaga rumah dan membesarkan anak. padahal, dalam
perubahan sosial saat ini, ibu juga melakukan aktivitas nontradisional
(bekerja di luar rumah).
Disamping itu, ayah mempunyai peranan yang penting karena
seorang ayah merupakan kepala rumah tangga dan pemimpin di dalam
keluarga. Secara tradisional peran ayah atau suami adalah menyediakan
kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang dan papan bagi istrinya,
sedangkan di dalam pendidikan keluarga ayah mempunyai peran sebagai
30
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hal. 162 31
St.Vembriarto,Sosiologi Pendidikan, (Jakart: Grasindo, 1993), hal.42
24
sumber kekuasaan di dalam rumah tangga, penghubung intern keluarga
dengan masyarakat atau dunia luar, pemberi perasaan aman bagi seluruh
keluarga, pelindung terhadap ancaman dari luar, hak atau yang mengadili
jika terjadi perselisihan, dan pendidik dalam segi-segi rasional. Akan
tetapi, saat ini ketika istri/ibu bekerja, maka keterlibatan suami dalam
pengasuhan lebih terasa.
Pentingnya pendidikan orangtua kepada anak-anak seringkali
digambarkan oleh Nabi bukan hanya keteladanan dan kasih sayang,
tetapi juga rasio. Kualitas pengasuhan dan pendidikan anak di
lingkungan keluarga sangat ditentukan oleh kesiapan orangtua sendiri
untuk melaksanakan tugas-tugasnya.32
Tampaknya pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis
dalam menunjang keberhasilan pendidikan selanjutnya. Karenanya tugas
dan tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak tidak ringan.
Tanggung jawab orangtua sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
1) Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling
sederhana dan tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan
dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia
2) Melindungi dan menjamin kesamaan baik jasmani maupun rohaniah,
dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan
dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang
dianutnya.
3) Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh
peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan
setinggi mungkin yang dapat dicapainya
4) Membahagiakan anak, baik di dunia maupun akhirat.33
b. Anak
32
Ibid, h. 9 33
Syaiful Bahri Djamarah, OpCcit, hal.164
25
Pengertian anak menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997
tentang pengadilan anak bahwa anak adalah bagian dari generasi muda
sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan
penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan
mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan perlindungan dan
pembinaan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan
fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.34
Anak adalah karunia Allah sebagai hasil perkawinan antara ayah
dan ibu. Dalam kondisi normal, anak adalah buah hati belahan jantung,
tempat bergantung di hari tua dan generasi penerus cita-cita orangtua.
Rasulullah SAW dalam salah satu hadis menyebutkan anak sebagai buah
hati. UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0
sampai dengan 18 tahun.Sedangkan, Undang-undang Perkawinan
menetapkan batas usia 16 tahun.35
Dalam al-Qur‟an disebutkan bahwa anak (perempuan dan laki-
laki) adalah buah hati keluarga dengan iringan doa harapan menjadi
pemimpin atau imam bagi orang yang bertaqwa.36
Hal ini tercantum
dalam QS. Al-Furqan/25: 74
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah
kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang
hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Furqan/25:74)
34
Inayati Ma‟rifah dkk, Op.Cit, hal. 5-11 35
Huraerah, Abu, M.Si, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung:Penerbit Nuansa, 2006), hal. 19. 36
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hal. 27
26
Anak juga merupakan amanat untuk diasuh, dibesarkan dan
dididik sesuai dengan tujuan kejadiannya yaitu “mengabdi kepada Sang
Pencipta”. Anak mempunyai hak dan usaha untuk berkembang sehingga
mereka tidak menjadi korban dari hubungan buruk orang tuanya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl (16) : 72
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (QS. An-
Nahl/16:72)
Karena itulah, pengasuhan dan pengajaran terhadap anak dalam
Islam tidak hanya terbatas pada pendidikan keluarga, tetapi juga model-
model pendidikan lain. Masyarakat dengan segala potensinya dituntut
untuk menyediakan lingkungan dan situasi yang baik bagi pendidikan
anak-anak.37
Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan
anak itu dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
a. Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan
terhadap perkembangan anak-anak, misalnya keluarga yang
perekonomiannya cukup, menyebabkan lingkungan materiil yang
dihadapi oleh anak di dalam keluarganya akan lebih luas, sehingga ia
37
Fuaduddin TM, Op.Cit, hal.25-27
27
dapat kesempatan yang lebih luas di dalam memperkenalkan
bermacam-macam kecakapan, yang mana kecakapan-kecakapan
tersebut tidak mungkin dapat dikembangkan kalau tidak ada alat-
alatnya. Hubungan sosial antara anak-anak dan orangtuanya itu
ternyata berlainan juga corak-coraknya, misalnya keluarga yang
ekonominya cukup hubungan antara orangtua dan anak akan lebih
baik, sebab orangtua tidak ditekankan di dalam mencukupi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya, sehingga perhatiannya dapat
dicurahkan kepada anak-anak mereka. Status sosial ekonomi keluarga
bukanlah satu-satunya faktor mutlak yang menentukan
perkembangan anak.
b. Faktor keutuhan keluarga
Salah satu faktor utama yang lain yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak adalah faktor keutuhan keluarga. Yang
dimaksud dengan faktor keutuhan keluarga itu terutama ditekankan
kepada strukturnya, yaitu keluarga yang masih lengkap, ada ayah,
ibu, dan anak. Di samping keutuhan keluarga yang berbentuk
struktur-struktur tersebut, yang diperlukan pula adalah keutuhan
interaksi hubungan antara anggota satu dengan anggota lain.
c. Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua
Peranan keadaan keluarga terhadap perkembangan sosial
anak-anak tidak hanya terbatas kepada situasi sosial ekonomi atau
kebutuhan struktur dan interaksinya. Tetapi, cara-cara dan sikap-
sikap dalam pergaulannya memegang peranan penting di dalam
perkembangan sosial anak-anak mereka.38
3. Pola Pendidikan Anak
Ketika dilahirkan seorang anak adalah pribadi yang bersih dan peka
terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungannya. Orangtua
38
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2007), hal. 91-92
28
menjadi tokoh yang sangat penting dalam mengatur rangsangan-rangsangan
dalam mengisi secarik kertas. Ibu dan ayah dalam melakukan pendidikan
kepada anaknya bukan semata-mata karena si anak adalah keturunan darah
dagingnya tetapi lebih dari itu dikarenakan tanggung jawab sebagai
pimpinan keluarga dan menjalankan amanat Tuhan.
Sebagai makhluk pedagogik, anak pasti bisa dididik sehingga pada
akhirnya nanti akan mampu dengan baik mengemban amanat dari Allah
yang bertugas sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini tersurat dalam AL-
Qur‟an QS. Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
“Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
Orangtua bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai itu kepada
anak-anak. Pewarisan nilai-nilai itu dilakukan orangtua melalui pendidikan.
Sebagai seorang pemimpin orangtua dituntut mempunyai dua keterampilan,
yaitu keterampilan manajemen (managerial skill) maupun keterampilan
teknis (technical skill). Sedangkan kriteria kepemimpinan yang baik meiliki
beberapa kriteria, yaitu keterampilan memikat hati anak, keterampilan
29
Orangtua mempunyai perilaku yang berbeda-beda dalam membentuk sikap,
watak maupun karakter seorang anak di dalam keluarga.
Pola pendidikan orangtua adalah pola yang diberikan dalam
mendidik atau mengasuh anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Cara mendidik secara langsung artinya bentuk asuhan yang berkaitan dengan
pembentukan kepribadian, kecerdasan, keterampilan yang dilakukan dengan
sengaja, baik berupa perintah, larangan, hukuman, penciptaan situasi
maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Sedangkan mendidik
secara tidak langsung merupakan contoh dari kehidupan sehari-hari mulai
dari tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dari pola hidup, hubungan
orangtua, keluarga, masyarakat dan hubungan suami dengan istri.
Pola pendidikan orangtua ini merupakan cara yang dilakukan
orangtua dalam mendidik anaknya sebagai bentuk tanggung jawab mereka
kepada anaknya. Baumrind mengidentifikasi tiga gaya pengasuhan yaitu,
bijaksana (demokratis), otoriter, permisif. Orangtua otoriter menggunakan
banyak perintah dan ancaman, tapi penalaran kecil. Orangtua permisif adalah
penuh kasih sayang, tapi rendah kebijaksanaannya. Sebaliknya, orang tua
yang bijaksana (demokratis) adalah kombinasi orangtua yang otoriter dengan
alasan, keadilan dan cinta.39
Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri
dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan
berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya.
Masing-masing orangtua tentu saja memiliki pola asuh yang berbeda-
beda terhadap anaknya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakangn
pendidikan orangtua, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, dan
sebagainya. Dengan kata lain pola pendidikan petani tidak akan sama dengan
pedagang. Demikian pula pola pendidikan orangtua yang berpendidikan
rendah dengan orangtua yang berpendidikan tinggi. Ada yang menerapkan
39
Thomas Lickona, Character Matters (persoalan karakter): bagaimana membantu anak
mengembangkan penilaian yang baik, integritas, dan kebajikan penting lainnya, Terj. Juma Abdu
Wamaungo dan Jean Antunes Rudolf Zien, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2012, hal.51
30
pola yang kasar atau kejam dan tidak berperasaan. Namun, ada pula yang
memakai pola lemah lembut dan kasih sayang. Ada pula yang memakai
sistem militer yang apabila anaknya bersalah akan langsung diberi hukuman
dan tindakan tegas.40
a. Pola pendidikan otoriter
Pola pendidikan orangtua yang pertama yaitu Pola Pendidikan
yang otoriter. Pola Pendidikan ini ditandai dengan cara mengasuh anak
yang dilakukan dengan memberikan aturan-aturan yang sangat ketat,
seringkali oranggtua yang menerapkan perilaku ini memaksa anak untuk
berperilaku sesuai dan seperti apa yang dia perintahkan. Seorang anak
tidak mendapatkan kebebasan untuk mengemukakan pendapat yang dia
miliki, apabila anak mencoba untuk berpendapat maka anak ini akan
dianggap sebagai perlawanan karena telah membantah orangtuanya.
Maka seorang anak harus mematuhi setiap perintah dan larangan yang
diberikan orang tuanya.
Ciri-ciri lain dari pola pendidikan yang otoriter diantaranya, anak
harus tunduk dan patuh pada kehendak orangtua; pengontrolan orangtua
terhadap anak sangat keras, ketat dan kaku; anak bisa dikatakan tidak
pernah diberi pujian dan orangtua yang tidak mengenal kompromi dan
dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.41
Hubungan antarpribadi
di antara orangtua dan anak cenderung renggang dan berpotensi
antagonistik (berlawanan).42
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
Braumind dalam jurnal yang dikutip oleh Ainis Mufarika bahwa orang
tua yang otoriter adalah orang tua yang menerapkan berbagai peraturan,
40
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hal. 14 41
Al. Tridhonanto dan Beranda Agency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo), 2014, hal.12 42
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hal.60
31
menginginkan ketaatan yang ketat dan jarang menjelaskan terhadap
peraturan-peraturan tersebut serta akan sering menghukum.43
Pola asuh ini cenderung membentuk, mengontrol anak-anaknya
dengan menegaskan standar tertentu yang harus diikuti (kepatuhan).
Makanya tidak heran jika dalam pelaksanaannya akan melibatkan
hukuman dan pemaksaan, agar tingkah laku yang diinginkan orangtua
terbentuk pada anak.44
Orangtua dengan kepemimpinan seperti ini
menganggap dirinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dalam
sebuah keluarga, ia merupakan pemimpin yang absolut. Orangtua lah
yang menentukan segala sesuatu untuk anaknya, karena anak hanya
sebagai pelaksana atas perintah yang diberikan orangtuanya. Semua
kegiatan yang dilakukan anak telah ditentukan oleh orang tuanya, bahkan
sampai kepada hal terkecil sekalipun. Orangtua menganggap dirinya
mengetahui segala hal dan mengganggap dirinya sebagai orang yang
paling benar.
Dalam pola otoriter hukuman merupakan sarana utama yang
digunakan dalam suatu proses pendidikan. Orangtua seringkali
mengancam untuk menghukum anaknya apabila sang anak berbuat salah.
Terkadang hukuman yang diberikan orangtua cenderung kasar. Maka,
tidak jarang anak akan mengerjakan perintah yang diberikan atas dasar
takut memperoleh hukuman dari orang tuanya.
Orangtua dianggap berhasil mendidik anak bila dapat menjadikan
anak penurut, patuh, taat terhadap peraturan-peraturan yang ditentukan
orang tua. Sikap ini sering dipertahankan oleh orang tua dengan dalih
untuk menanmkan disiplin pada anak.45
43
Ainis Mufarika, Jurnal Tentang Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Miskin (UNESA),
(Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2013), hal. 4 44
Karlinawati Silalahi dan Eko A. Meinarno, Keluarga Indonesia Aspek dan Dinamika Zaman,
(Jakarta: Rajawali Press), 2010, hal. 8 45
Merry Purwatiningsih, Pola Pendidikan Anak Dalam Keluarga Pemulung, Program Studi
Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, 2005, hal.18
32
Pola otoriter lebih banyak menerapkan pola dengan aspek-aspek
sebagai berikut:
1) Orangtua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milih orang
yang menjadi teman anaknya,
2) Orangtua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di
rumah maupun di luar rumah. Aturan tersebut harus ditaati oleh anak
walaupun tidak sesuai dengan keinginan anak,
3) Orangtua melarang anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok, dan
4) Orangtua menuntut anaknya untuk bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukan tetapi tidak menjelaskan mengapa anak
harus bertanggung jawab.46
Pola pendidikan otoriter ini memiliki banyak dampak yang
kurang baik terhadap perkembangan anak. Dengan peraturan yang kaku
anak akan merasa terkekang di rumah sehingga ia bisa bersifat agresif
saat berada di luar rumah, dengan model hukuman yang diberikan
orangtua, anak menjadi tertekan meresa ketakutan, kurang pendirian dan
mudah untuk dipengaruhi. Anak juga tidak percaya diri akan dirinya dan
sering kali ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam segala hal
karena tidak terbiasa untuk mengambil keputusan sendiri. Sebaiknya
orangtua tidak berlebih-lebihan dalam menolong anak sehingga anak
tidak kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri.
Sebaiknya orangtua tidak berlebih-lebihan dalam menolong anak
sehingga anak tidak kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri. Lebih
lanjut Braumind mengemukakan bahwa perilaku anak yang orangtuanya
bersikap otoriter dapat ditandai dengan mudahnya anak tersinggung,
46
Al. Tridhonanto dan Beranda Agency, Op.Cit, hal.13
33
penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress,
tidak mempunyai arah masa depan yang jelas dan tidak bersahabat.47
Akan tetapi, dalam penanaman nilai tertentu pola kepemimpinan
seperti ini juga memiliki dampak yang positif, seperti dalam hal
penanaman nilai akidah yang dilakukan orangtua kepada anaknya yang
masih kecil. Apabila penanaman akidah ini dilakukan dengan pola
demokrasi atau laissez faire maka dikhawatirkan anak tersebut dapat
melenceng dari akidah Islamiyah. Selain penanaman nilai akidah, hal-hal
yang sangat prinsip mengenai pilihan agama, pilihan nilai hidup yang
bersifat universal dan absolut, orangtua dapat memaksakan kehendaknya
terhadap anak karena anak belum memiliki alasan yang cukup kuat
mengenai hal itu. Karena itu, tidak semua materi pelajaran agama
seluruhnya diajarkan secara demokratis terhadap anak.48
b. Pola pendidikan permisif
Pola pendidikan permisif diartikan sebagai cara mendidik dengan
membiarkan anak berbuat sekehendaknya. Menurut Lawrebce E. Shopiro
orangtua permisif berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin,
tetapi cenderug sangat pasif, orangtua permisif cenderng tidak menuntut
serta tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya.49
Orangtua
seperti ini cenderung menggantungkan diri pada penalaran dan
manipulasi, tidak menggunakan kekeuasaan secara terang-terangan.
Orangtua tetap menyayangi anaknya tapi menghindari pemberian
perintah kepada anaknya. Mereka melakukan pengasuhan, tetapi tidak
melakukan kontrol.50
Gaya pengasuhan permisif biasanya dilakukan oleh orangtua
yang terlalu baik, cenderung memberi banyak kebebasan pada anak-anak
47
Ainis Mufarika, Op.Cit, hal. 4 48
Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa,Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
(Jakarta: PT Gunung Mulia), hal.83 49
Ainis Mufarika, Op.Cit hal.4 50
Karlina Silalahi dan Eko A. Meinarno, Op.Cit, hal.9
34
denngan menerima dan memaklumi segala perilaku, tuntutan dan
tindakan anak, namun kurang menuntut sikap tanggungjawab dan
keteraturan perilaku anak. Orangtua yang demikian akan menyediakan
dirinya sebagai sumber daya bagi pemenuhan segala kebutuhan anak,
membiarkan anak untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak terlalu
mendorongnya untuk mematuhi standar eksternal. Bila pembebasan
terhadap anak sudah berlebihan dan sama sekali tanpa ketanggapan dari
orangtua menandakan bahwa orang tua tidak peduli terhadap anak.51
Orangtua cenderung bersifat acuh tak acuh dan bersifat masa
bodoh terhadap anaknya. Biasanya orang tua yang seperti ini merupakan
orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, karir dan urusan sosial
pribadinya. Jadi menomor dua kan perkembangan dan pertumbuhan sang
anak. Hal ini tidak sepatutnya terjadi, karena orangtua merupakan
lingkungan utama dan pertama dalam mendidik anaknya, sesibuk apapun
seharusnya orangtua tetap mementingkan perkembangan sang anak
karena orangtua juga mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Orangtua menganggap anak
sudah cukup dewasa dan mampu mengambil keputusannya sendiri tanpa
harus diawasi.
Pola pendidikan seperti ini mempunyai beberapa dampak negatif
seperti, tidak dapat mengontrol dirisendiri, tidak mau patuh dan tidak
terlibat dalam aktivitas di kelas.52
Namun, selain dampak negatif pola
asuh ini juga mempunyai dampak yang positif, Menurut Syamsu Yusuf
perilaku anak yang berasal dari orangtua permisif yaitu pandai mencari
jalan keluar, dapat bekerja sama, dan percaya diri.53
c. Pola pendidikan demokratis
51
Sri Lestari, Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Kel;uarga),
(Jakarta: Kenana Prenada Media Group), 2012, hal.48 52
Karlina Silalahi dan Eko A. Meinarno, Op.Cit, hal. 166 53
Ainis Mufarika, op.cit, hal. 4
35
Pola pendidikan demokratis merupakan pola yang lebih dinamis
dibandingkan dengan pola perilaku yang pertama. Peraturan yang
diberikan orangtua lebih luwes, orangtua menentukan peraturan-
peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan
keadaan, perasaan dan pendapat anak serta memberikan alasan-alasan
yang diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak. Anak menjadi faktor
utama dan yang terpenting dalam pendidikan. Hubungan yang terjalin
antara orangtua dan anak dalam proses pendidikan terbentuk dalam
hubungan yang baik dan didasari oleh prinsip menghargai dan saling
menghormati satu dan yang lain.
Anak diarahkan dengan tegas, konsisten, dan rasional. Kedua
orangtua menjelaskan alasan di balik tuntutan dan dorongan untuk saling
memberi dan menerima. Orangtua menggunakan kekuatannya untuk
menegakkan aturan dan perintah ketika diperlukan. Orangtua menghargai
keduanya, yaitu kepatuhan pada kebutuhan menjadi orang dewasa dan
kebebasan pada anak, orangtua menetapkan standar dan memberlakukan
dengan tegas tetapi tidak menganggap dirinya sebagai orang tua yang
sempurna, orangtua mendengarkan anak, tetapi tidak mendasarkan
keputusan semata-mata pada keinginan anak.54
Menurut Lawrence E. Shapiro orang tua demokratis yaitu
orangtua yang memberikan bimbingan, tetapi tidak mengatur, mereka
memberikan penjelasan tentang peraturan yang lakukan serta anak boleh
memberi masukan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting.55
Dalam hal ini, orangtua memiliki batasan dan harapan yang jelas
terhadap tingkah laku anak. Mereka berusaha untuk menyediakan paduan
dengan menggunakan alasan dan aturan dan mereka menggunakan
ganjaran/penghargaan (rewards)dan hukuman (punishment) yang
berhubungan dengan tingkah laku anak secara jelas.
54
Thomas Lickona, Op.Cit, hal. 51 55
Ibid
36
Beberapa ciri dari tipe pola asuh yang demokrasi adalah berikut:
1) Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
2) Orangtua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan
pribadi dengan kepentingan anak.
3) Orangtua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
anak.
4) Mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan
pendidikan kepada anak agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak
mengurangi daya kreativitas, inisiatif, dan prakarsa dari anak.
5) Lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan.
6) Orangtua selalu berusaha untuk menjadikan anak lebih sukses
darinya.56
Semua larangan dalam suatu peraturan yang dibuat disampaikan
orangtua kepada anak dengan menggunakan kata-kata yang mendidik,
tidak dengan kata-kata yang kasar. Anak-anak juga diberikan arahan dan
bimbingan dalam mengerjakan suatu hal.
Saat menghadapi suatu permasalahan keluarga dengan perilaku
demokratis ini akan melakukan musyawarah untuk mengambil keputusan
yang terbaik. Orangtua tidak menganggap mereka selalu benar. Orangtua
sangat menghargai segala pendapat anank. Maka, orangtua dan anak
akan mendiskusikannya dan mencari jalan keluar yang paling baik
dengan bermusyawarah. Ketika anak melakukan kesalahan orangtua
tidak langsung menghukum anak tersebut, akan tetapi memberikan
penjelasan terlebih dahulu kepada anak agar anak dapat mengerti dan
memahami kesalahan yang telah ia lakukan.
Pola pendidikan seperti ini akan menghasilkan komunikasi yang
baik antara dua pihak. Anak menjadi kreatif dan mudah untuk
56
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hal.61
37
berinisiatif, anak akan mudah menyesuaikan dirinya di lingkungan yang
baru ia temui, ia juga akan tumbuh lebih percaya diri, dan terlatih untuk
bertanggung jawab dan berani untuk mengambil keputusan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pola pendidikan demokratis
merupakan kepemimpinan yang terbuka yang dilakukan dengan cara
musyawarah mufakat. Artinya sekalu orangtua dalam bertindak dan
mengerjakan sesuatu yanng berhubungan dengan anak dan keluarga
dilaksanakan dengan perasaan dan pertimbangan. Hal ini akan
memberikan dampak positif kepada anak, salah satunya anak akan
berkembang sesuai dengan tingkat atau fase perkembangannya.
4. Dasar dan Tujuan Pendidikan Anak
a. Dasar Pendidikan Anak
Pelaksanaan pendidikan anak di Indonesia mempunyai dasar yang dapat
ditinjau dari bebapa aspek, diantaranya:
1) Dasar Hukum
Dasar dari sisi ini berasal dari peraturan-peraturan perundang-
undangan yang secara langsung dapat dijadikan pedoman atau dasar
dalam pelaksanaan dan pembinaan anak, yang dapat dilihat pada
undang-undang „sistem pendidikan nasional (UUSPN) No. 20 Tahun
2003 pada bab II pasal 3 yaitu, pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratif serta bertanggung jawab.57
2) Dasar Agama
Dasar agama adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam, yaitu
Al-Qur‟an dan al-Hadist. Dalam al-Qur‟an bahwa anak adalah sama
57
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, hlm. 11
38
dengan amanah dari Allah seperti yang terkandung dalam QS. At-
Tahrim ayat 6, yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ayat ini memberikan anjuran untuk memberkan pendidikan
dan pengetahuan mengenai kebaikan terhada diri dan keluarga. dalam
tafsir Hamka menjelaskan, bahwa beriman saja tidaklah cukup, iman
mestilah dipelihara untuk keselamatan diri dan rumah tangga. M.
Quraish Shihab juga memberikan makna pada “memelihara
keluarga” yang meliputi istri, anak-anak dan seluruh yang ada di
bawah tanggung jawab suami, dengan membimbing dan mendidik
mereka agar semuanya terhindar dari api neraka.58
b. Tujuan Pendidikan Anak
Secara umum, pendidikan bertujuan untuk mengarahkan manusia
agar berdaya, berpengetahuan, cerdas, serta memiliki wawasan dan
ketermpilan agar siap menghadapi kehidupan dnegan potensi-potensinya
58
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati, 2004), cet. II, hal. 326.
39
yang telah diasah dalam proses pendidikan. Misalnya, kita sering
memahami bahwa proses pendidikan itu berkaitan dengan kegiatan yang
terdiri dari proses dan tujuan berikut:
1) Proses pemberdayaan (empowerment), yaitu ketika pendidikan
adalah proses kegiatan manusia menjadi lebih berdaya menghadapi
keadaan, dari situasi yang lemah menjadi kuat dengan dilengkapi
dengan proses pemberian wawasan dan keterampilan agar hal itu
membuatnya berdaya
2) Proses pencerahan (enlightment) dan penyadaran (conscientization),
yaitu ketika pendidikan merupakan proses mencerahkan manusia
melalui dibukanya wawasan dengan pengetahuan, dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari yang tidak sadar menjadi sadar, akan
(potensi) dirinya dan lingkungannya.
3) Proses memberikan motivasi dan inspirasi, yaitu suatu upaya agar
para peserta didik tergerak untuk bangkit dan berperan bukan hanya
sekedar karena arahan dan paksaan, melainkan karena diinspirasi
oleh apa yang dilihatnya yang memicu semangat dari dalam diri dan
sesuai dengan bakat kemampuannya.
4) Proses mengubah perilaku, yaitu bahwa pendidikan memberikan
nilai-nilai yang ideal yang diharapkan mengatur perilaku peserta
didik ke arah yang lebih baik.59
Anak-anak yang perilakunya
menyimpang dan tidak sesuai dnegan kebiasaan masyarakat
diharapkan akan berubah sesuai dengan nilai-nilai sosial yang baik
dan sekaligus perilaku tersebut mendukung perkembangan
keperibadian yang dibutuhkan untuk memainkan peran dari ilmu dan
nilai yang diperolehnya.
59
Amiruddin, Peran Pendidikan Sejarah dalam Membangun Karakter Bangsa, Artikel
Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa dalam Rangka Daya Saing Global, Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang, 29 Oktober 2016 yang diunduh pada 12 Agustus 2019, hal. 195
40
Tujuan pendidikan anak tentu tidak dapat terlepas dari tujuan
pendidikan Islam. Heri Norer Aly dan Munzier mengemukakan bahwa
tujuan pendidikan Islam mempunyai tujuan umum dan khusus. Secara
umum tujuan pendidikan Islam adalah berusaha mendidik individu
mukmin agar tunduk dan bertakwa dan beribadah dengan baik kepada
Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.60
Akan tetapi, situasi nyata yang sering kita jumpai adalah proses
dari output pendidikan tidak sesuai dengan cita-cita indah semacam itu.
Misalnya, kita justru melihat bahwa pendidikan ternyata justru
menghasilkan manusia-manusia yang kehilangan potensi dirinya,
manusia yang serakah dan merusak, dan manusia yang justru mengisi
sistem yang mengarahkannya menuju tatanan yang malah tidak
memanusiakan manusia.
B. Status Sosial Ekonomi Rendah
1. Pengertian Status Sosial Ekonomi
Secara harfiah status berarti posisi atau keadaan dalam suatu jenjang
atau hirarki dalam suatu wadah sebagai simbol dari hak dan kewajiban dan
jumlah peranan yang ideal dari seseorang. Status selain merupakan unsur
yang baku dalam sistem berlapis-lapis, juga mempunyai arti pentng bagi
sistem masyarakat.Sedangkan menurut Astrid S.Susanto “status adalah
kedudukan seseorang yang dapat ditinjau terlepas dari individunya, jadi
status adalah keududkan objektif yang memberikan hak dan kewajiban
kepada orang yang menempati kedudukan tadi.61
Sementara pengertian sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu society
asal kata socius yang berarti kawan. Selanjutnya yang dimaksud dengan
sosial adalah segala sesuatu mengenai masyarakat dan kemasyarakatan.
Sedangkan menurut Soejono Soekanto sosial adalah prestise secara umum
60
Heri Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani) 2000,
hal. 142. 61
Astrid S.Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Bina Cipta, 1979),
Cet.2, hal. 94
41
dari seseorang dalam masyarakat.62
Maka status sosial merupakan aspek
status yang berupa derajat atau tingkat kedudukan seseorang dalam
masyarakat, dan mempunyai ciri serta perbedaan yang jelas dengan status-
status sosial lain. Umpanya status pegawai negeri berbeda dengan status para
guru, buruh, pedagang dan lainnya.63
Menurut Soerjono Soekanto status atau kedudukan sosial adalah
tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan
orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestisenya, dan hak-hak
serta kewajiban-kewajibannya.64
Rauck dan Warren menyatakan bahwa
status sosial selalu mengacu kepada kedudukan khusus seseorang dalam
lingkungan yang di sertainya, martabat yang diperolehnya dan hak serta
tugas yang dimilikinya. Status sosial tidak hanya terbatas pada statusnya
dalam kelompok sendiri dan sesungguhnya status sosialnya mungkin
mempunyai pengaruh terhadap status dalam kelompok-kelompok yang
berlainan.
Status sosial biasanya didasarkan pada unsur kepentingan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu status pekerjaan, status dalam sistem
kekerabatan, status jabatan dan status agama yang dianut. Menurut
perkembangannya status sosial dapat dibedakan menjadi dua macam:
1) Status yang diperoleh atas dasar keturunan (Ascribet-Status). Pada
umumnya status ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang
menganut stratifikasi tertutup. Misalnya masyarakat feodal atau
masyarakat yang menganut paham rasialisme.
2) Status yang diperoleh atas dasar usaha yang disengaja (Achieved-Statu,
sattus ini dalam perolehannya berbeda dengan status atas dasar kelahiran,
62
Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV Rajawali, 1983), Cet. Ke-1, hal. 347 63
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2012, hal.93 64
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),
Ed.1. Cet.44, h. 210
42
kodrat atau keturuna, status ini bersifar lebih terbuka, yaitu atas dasar
cita-cita yang direncanakan dan diperhitungkan dengan matang.65
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ekonomi merupakan kata
serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy. Sementara kata economy itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti
pengelolaan rumah tangga. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai
rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya
rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan
mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing.66
Menurut Alfred Marshall sebagaimana dikutip oleh Tom Gunadi,
mengatakan bahwa ekonomi adalah studi tentang manusia sebagaimana
mereka hidup dan berbuat serta berpikir dalam urusan kehidupan biasa.
Selanjutnya, bahwa ekonomi mempelajari segi tindakan individu dan
masyarakat, yaitu tindakan yang paling erat berhubungan dengan perolehan
dan penggunaan barang-barang yang diperlukan bagi kesejahteraan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka status sosial ekonomi
merupakan kondisi yang menggambarkan kedudukan seseorang atau
keluarga dalam masyarakat berdasarkan kondisi kehidupan ekonomi atau
kekayaan. Hal ini membuktikan betapa dominannya faktor kehidupan
ekonomi seseorang dalam menentukan status sosial, walaupun kita sadari
bahwa status sosial banyak dipengaruhi oleh unsur lain.
2. Faktor yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi
Menurut Bornstein dan Bradley sebagaimana dikutip oleh Jhon W.
Santrock bahwa status sosisal ekonomi (socio economic status atau SES)
sebagai sekelompok orang yang memiliki pekerjaan, pendidikan, dan
karakteristik ekonomi yang kurang lebih sama. Di dalam status sosio-
ekonomi terkandung sejumlah kualitas yang tidak setara. Biasanya, anggota
65
AbdulSyani, Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta:PT Bumi Aksara), 2012, hal.93 66
Damsar dan Indriyani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2009), h.9-10
43
dari suatu masyarakat memiliki pekerjaan dengan prestise yang bervariasi,
dimana beberapa individu mungkin memiliki jalinan lebih banyak dengan
orang-orang yang memiliki status pekerjaan lebih tinggi, tingkat pencapaian
pendidikan yang berbeda di mana terdapat individu yang memiliki akses
lebih banyak terhadap pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan
beberapa individu lainnya, memiliki sumber daya ekonomi yang berbeda,
memiliki tingkat kekuasaan berbeda dalam mempengaruhi lembaga-lembaga
komunitas. Perbedaan dalam hal kemampuan mengendalikan sumber daya
dan berpartisipasi di dalam penghargaan kepada masyarakat, menghasilkan
peluang yang tidak setara diantara para remaja.
Beberapa perbedaan status sosial ekonomi yang terlihat secara jelas
tergantung pada ukuran dan kompleksitas komunitas. Sebagain besar peneliti
menggunakan dua kategori ketika mendeskripsikan status sosial-ekonomi.
Sosial-ekonomi rendah kadangkala dideskripsikan sebagai orang yang
memiliki penghasilan rendah, kelas pekerja. Contoh dari pekerjaan sosial-
ekonomi rendah adalah buruh pabrik, buruh manual, penerima dana
kesejahteraan dan pekerja bagian pemeliharaan di dalam lapisan sosial akan
terbentuk kelas sosial, kelas sosial adalah semua orang atau keluarga yang
sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan sosial dam kedudukannya
diketahui serta diakui masyarakat umum.
Status sosial ekonomi keluarga dapat menentukan kedudukan suatu
keluarga di dalam sebuah lapisan masyarakat, apakah mereka tergolong
dalam keluarga dengan status sosial ekonomi yang menengah ke atas,
menengah atau menengah ke bawah. Dari sekian banyak unsur yang
mempengaruhi ada beberapa faktor yang lebih dominan dalam
memepengaruhi status sosial dan biasa dijadikan ukuran yang dapat
digolongkan untuk mengklasifikasikan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan
tertentu. Penggunaan indikator status sosial ekonomi orang tua antara lain
meliputi:
a. Pendidikan
44
Di dalam undnag-undang Pendidikan Nasional atau disingkat
UU SISDIKNAS memberikan penjelasan mengenai pengertian
pendidikan yaitu sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belahar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia sert
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.67
Pendidikan merupkan salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan, pengetahuan
seseorang akan bertambah yang akan bermanfaat untuk mempelajari
keterampilan yang berguna di dunia kerja. Dengan demikian pendidikan
dapat dimasukan sebagai investasi pembangunan yang hasilnya dapat
dinikmati di kemudian hari. Sebagaimana pembangunan di bidang lain,
pendidikan menjadi salah satu bidang utama selain kesehatan dan
ekonomi.
Pendidikan diakui secara luas bahwa memiliki peran sebagai
pemimpin dalam instrumen pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
pendidikan semakin dikembangkan. Beberapa tahun lalu pendidikan
hanya dipusatkan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Namun, saat ini pendidikan telah dikembangan hingga pendidikan tinggi.
Hal tersebut dilakukan karena pendidikan mampu memperbeiki
kesejahteraan dan menguangi kemiskinan.68
Pendidikan dapat digunakan juga untuk membantu seseorang
dalam menentukan taraf hidupnya ketingkat yang lebih tinggi melalui
usaha mereka sendiri. Merut Bj. Chandler dalam bukunya yang berkudul
“Education and Teacher” yang dikutip oleh tim dosen FIP-IKIP Malang
67
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003) 68
Fadliyah Maulidah dan Ady Soejoto, Pengaruh tingkat pendidikan, pendapattan dan konsumsi
terhadap jumlah penduduk miskin di provinsi jawa timur, Vol.3 No.1 Tahun 2015, hal 290
45
mengatakan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat keadaan ekonomi
Penelitian yang dilakukan oleh Doshi menyatakan bahwa
pendidikan dapat mengurangi kemiskinan secara langsung yaitu dengan
meningkatkan produktivitas bagi golongan miskin, memperbaiki
kesempatan mereka untuk memperoleh pekerjaan dengan upah yang
lebih baik. Dengan demikian, pendidikan dapat mengurangi jumlah
penduduk miskin yang ada. Tingkat pendidikan menjadi faktor penting
yang mempengaruhi kemiskinan. Karena tingkat pendidikan akan
mempengaruhi distribusi pendapatan yang pada akhirnya akan juga
mempengaruhi kemiskinan. Jika semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin distribusi pendapatan akan merata sehingga kemiskinan bisa
berkurang.69
Ngadiyono dalam bukunya membedakan pendidikan berdasarkan
isi program dan penyelenggaraannya menjadi 3 macam, yaitu:
1) Pendidikan formal merupakan pendidikan resmi di sekolah-sekolah,
penyelenggarannya teratur dengan penjenjangan yang tegas,
persyaratan tegas, disertai peraturan yang ketat, pendidikan ini
didasarkan pada peraturan yang tegas.
2) Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diperoleh melalui
hasil pengalaman, baik yang diterima dalam keluarga maupun
masyarakat. Penjenjangan dan penyelanggaraannya tidak ada,
sistemnya tidak diformulasikan.
3) Pendidikan non formal merupakan pendidikan di luar sekolah,
penyelenggarannya teratur. Isi pendidikannya tidak seluar pendidikan
formal, begitu juga dengan peraturannya.
Dalam berbagai studi, tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh
seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut
69
Ibid, hal. 230
46
penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial
seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Walaupun
tingkat sosial seseorang tidak dapat diramalkan sepenuhnya berdasarkan
pendidikannya, namun pendidikan tinggi bertalian erat dengan
kedudukan sosial yang tinggi. Ini tidak berarti bahwa pendidikan tinggi
dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi.70
Jadi, pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan seseorang
tetapi juga meningkatkan keahlian atau keterampilan tenaga kerja, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan di pihak
lain dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan yang pada
akhirnya dpat menempatkan seseorang pada status sosial ekonomi pada
tingkat yang lebih tinggi dari kelompok masyarakat.
b. Pekerjaan
Menurut Soeroto pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan
barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan
dengan dibayar atau tidak. Lebih lanjut ia menjelaskan bahea dengan
bekerja orang akan memperoleh pendapatan, dari pendapatan yang
diterima orang tersebut diberikan kepadanya dan keluarganya untuk
mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan demikian
menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia
telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan.
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kehidupan pribadinya,
pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu
akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan yang rendah sampai
70
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal.30
47
pada tingkat penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang
ditekuninya.71
Pekerjaan menjadi salah satu faktor dalam menentukan status
sosial ekonomi seseorang. Dalam pedoman ISCO (International Standart
Clasification of Oecuption) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut;
1) Profesional ahli teknik dan ahli jenis
2) Kepemimpinan dan ketatalaksana‟administrasi tata usaha dan
sejenisnya
3) Jasa
4) Petani
5) Produksi dan operator alat angkut
Seiring perkembangan zaman, tren dunia kerja perlahan berubah.
Ada beberapa jenis pekerjaan baru yang mungkin 10 tahun lalu bahkan
tidak ada. Banyak jenis pekerjaan baru muncul karena adanya perubahan
dalam gaya hidup kita. Salah satu yang paling tren di idang teknologi
adalah pekerjaan yang menyangkut sosial media. Dulu, orang hanya
berpikir bahwa sosial media hanyalah alat untuk bersosialisasi dan
berjejaring di dunia maya. Namun kini, lebih dari itu, sosial media
menjadi satu bidang pekerjaan yang cukup menjanjikan. Dari mulai
social media consultant hingga community manager muncul dari
kepiawaian orang dalam menggunakan media sosial. Tak tanggung-
tanggung, pendapatan yang diraih dari profesi-profesi ini pun cukup
menggiurkan.72
Salah satu dari jenis pekerjaan online yang sangat banyak
diminati yaitu berbisnis online. Bisnis online merupakan segala jenis
kegiatan bisnis yang dilakukan secara online (melalui internet). Kegiatan
71
Endang Sri Endarwati, Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi Keluarga Pada Ibu
Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara, Jurnal Psikologi UNDIP, Vol.14 No.1, April 2015,
hal. 55 72
Ervina Luthfi, Mengenal 4 Jenis Pekerjaan Menjanjikan di Bidang Media Sosial
(www.labana.id), diposting pada 15 Desember 201,6, dikutip pada 27 November 2018 pukul 15.36
48
ini bisa berupa jual-beli barang dan jasa yang dilakukan secara online.
Saat ini kegiatan tersebut sangat digandrungi, apalagi di kalangan
remaja. Selain hemat waktu, banyak keuntungan lain yang dapat
diperoleh dari kegiatan ini, seperti, hemat biaya sewa tempat dan
karyawan, produk fleksibel, bisa dilakukan kapan dan dimana saja.
Status sosial ekonomi juga dapat ditentukan dengan melihat
pekerjaan yang ia geluti. Seperti yang dikemukakan oleh Dakir yang
dikutip oleh Dian Anita yang menyatakan bahwa jenis pekerjaan di
Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 5 golongan, yaitu:
1) Golongan Pegawai Negeri, merupakan mereka yang telah memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri tertentu
serta digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pegawai Negeri dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a) Pegawai Negeri yang terdiri dari pegawai Negeri pusat dan
daerah
b) Pegawai Negeri lain seperti TNI dan POLRI.
2) Golongan pegawai swasta, merupakan mereka yang bekerja pada
instansi non-pemerintah atau mereka yang bekerja pada perusahaan-
perusahaan swasta.
3) Golongan pedagang, adalah mereka yang memiliki
perusahaan/bidang usaha yang besar maupun yang kecil.
4) Golongan petani, nelayan dan perkebunan merupakan mereka yang
mata pencahariannya dari hasil bumi atau sumber daya alam yang
tersedia di laut dan di darat. Misalnya hasil bercocok tanam,
memancing, dan berkebun.73
c. Pendapatan
73
Dian Anita, “Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Berprestasi
dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK
Muhammadiyah 2 Bantul Tahun Ajaran 2014/2015”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta,
(Yogyakarta: UNY), 2015, hal. 13-14.
49
Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas
jasanya dalam proses produksi. Balas jasa tersebut bisa berupa upah,
bunga, sewa, maupun laba tergantung pada faktor produksi yang
dilibatkan dalam proses produksi.74
Menurut standar Akuntansi Keuangan
penghasilan didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama
satu periode akuntansi tertentu dalam pemasukan atau penambahan
aktivitas atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) pendapatan merupakan hasil kerja
(usaha dan sebagainya).75
Penghasilan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh
anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Penghasilan juga
merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, informal dan
pendapatan subsistem. Pendapatan formal adalah segala penghasilan baik
berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa.
Pendapatan informal berupa penghasilan yang diperoleh melalui
pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokoknya. Sedangkan pendapatan
subsistem adalah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang
dinilai dengan uang dan terjadi bila produksi dengan konsumsi terletak di
satu tangan atau masyarakat kecil.
Besarnya pendapatan akan menentukan jumlah kebutuhan yang
hendak dipuaskan. Setiap keluarga mempunyai kebutuhan yang berbeda-
beda biasanya kebutuhan ini disesuaikan dengan pendapatan yang
mereka terima. Semakin tinggi taraf hidup (kemampuan ekonomi)
seseorang maka akan semakin tinggi pula kualitas dan kuantitas
kebutuhannya. Untuk itu dibutuhkan pula kemampuan yang digunakan
74
Yuliana Sudremi, Pengetahuan Sosial Ekonomi kelas X, (Jakarta: Bumi Aksara), 2007, hal.
133 75
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), 1998, hal. 185
50
untuk memenuhi kebutuhannya. Segala hal yang diuraikan di atas juga
berlaku bagi orangtua atau keluarga.
Orangtua atau keluarga dikatakan sejahtera apabila di dalam
keluarga tersebut terpenuhi semua kebutuhannya, keselamatannya,
ketentramannya dan kemakmurannya, baik lahir maupun batin.
Kesejahteraan batin pencapaiannya harus dengan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang bersifat rohaniah, antara lain kebutuhan akan pendidikan
sehingga semakin tinggi tingkat ekonomi orangtua atau keluarga akan
semakin tinggi pula tingkat pendidikan yang ingin diraih. Kalau kondisi
ini dapat dirasakan oleh anak dan anak mendapatkan bimbingan yang
benar, maka akan dapat menumbuhkan prestasi yang lebih baik.
Perbedaan pendapatan riil yang ada pada setiap keluarga akan
menentukan golongan sosial ekonomi keluarga tersebut, apakah ia
berada pada golongan keluarga dengan sosial ekonomi yang tinggi,
sedang, atau rendah. Berdasarkan golongan tersebut dapat diketahui
bahwa sejak dahulu sampai sekarang sudah diakui adanya tingkatan-
tingkatan golongan sosial ekonomi masyarakat yang berdasarkan pada
tingkat pendapatan, kepemilikan sesuatu yanga patut dihargai baik yang
berupa uang, benda-benda yang bernilai ekonomis, tanah, dan
kekuasaan/ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan). Antara tingkat
pendapatan seseorang dengan tingkat pendidikan mempunyai keterkaitan
yang erat. Tingkat pendidikan yang tinggi memerlukan dana yang
memadai. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya
seseorang yang berhasil dalam pendidikannya berlatar belakang sosial
ekonomi yang rendah.
Dalam mengukur kemiskinan, BPS mengggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan
yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah
51
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan
dibawah garis kemiskinan.76
BPS mengeluarkan garis kemiskinan
sebesar Rp. 401.220 per kapita perbulan pada Maret 2018.. Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas
menerangkan bahwa garis kemiskinan ini dihitung berdasarkan
pendekatan kebutuhan kalori manusia itu sendiri. Kebutuhan tersebut
memperhitungkan harga acuan terkini.77
d. Jumlah tanggungan orangtua
Jumlah tanggungan orangtua yaitu berapa banyak anggota
keluarga yang masih bersekolah dan membutuhkan biaya pendidikan,
yaitu 1 orang, 2 orang, 3 orang, lebih dari 4 orang. Proses pendidikan
anak dipengaruhi oleh keadaan keluarga sebegai berikut: Pertama, adalah
ekonomi orangtua banyak membantu perkembangan dan pendidikan
anak. Kedua, adalah kebutuhan keluarga, kebutuhan keluarga yang
dimaksud adalah kebutuhan dalam struktur keluarga yaitu ayah, ibu dan
anak. Ketiga, adalah status anak, apakah anak tunggal, anak kedua, anak
bungsu, anak tiri atau anak angkat.
e. Pemilikan
Pemilikan barang-barang yang berhargapun dapat digunakan
untuk ukuran tersebut. Semakin banyak seseorang memiliki sesuatu yang
berharga seperti rumah dan tanah, maka dapat dikatakan bahwa orang itu
mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi dan mereka semakin
dihormati orang-orang di sekitarnya.
Apabila seseorang memiliki tanah sendiri, rumah sendiri, sepeda
motor, mobil, komputer, televisi dan tape biasanya mereka termasuk
golongan orang mampu atau kaya. Apabila seseorang belum mempunyai
rumah dan menempati rumah dinas, punya kendaraan, televisi, tape,
76
http;//www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html, diunduh pada 12
November 2018 pukul 13.24 77
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4119922/kenapa-patkan-pendapatan-
orang-miskin-di-ri-rp-400000bulan, diunduh pada hari Selasa 23 Oktober 2018, pukul 04.33
52
mereka termasuk golongan sedang. Sedangkan apabila seseorang
memiliki tinggal di rumah kontrakan, sepeda dan radio biasanya
termasuk golongan biasa.
f. Jenis tempat tinggal.
Menurut Kaare Svalastoga dalam Sumardi untuk mengukur
tingkat sosial ekoomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:
1) Status rumah yang ditempati, bisarumah sendiri, rumah dinas,
menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
2) Kondisi bangunan fisik, dapat berupa permanen, kayu dan bambu.
Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya
menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan
sosial ekonominya menengah ke bawah menggunakan semi
permanen atau tidak permanen.
3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati
pada umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.78
3. Kriteria Status Sosial Ekonomi Rendah
Dalam suatu masyarakat, sering kita jumpai aneka ragam masyarakat
diantaranya ada yang kaya, sementara sebagian besar lainnya termasuk
dalam kategori miskin. Beberapa diantaranya juga kita temukan tingkat
pendidikan sekelompok masyarakat yang mencapai jejang perguruan tinggi,
tetapi tidak sedikit pula kelompok yang lainnya yang hanya lulus sampai
tingkat sekolah menengah atas atau bahkan dibawahnya. Hal ini
menggambarkan bahwa dalam suatu masyarakat pasti terdapat strata sosial
yang disebabkan oleh beberapa perbedaan diantara mereka, seperti
perbedaan tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kekuasaan dan lain
sebagainya.
78
Wijiyanto dan Ika Farida Ulfa, Pengaruh Status Sosial dan Kondisi Ekonomi Keluarga
terhadap Motivasi Bekerja Bagi Remaja Awal (Usia 12-16 Tahun) di Kabupaten Ponorogo), Al-Tijarah
Vol.2, No.2, Desember 2016, hal.194
53
Prof. Dr. Emil Salim juga menegaskan bahwa golongan rendah
adalah sautu keadaan yang dilukiskan sebagai kekurangan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan yang paling pokok seperti, pangan, pakaian, tempat
tinggal dan lain-lain.79
Sedangkan Mulyanto Sumardi menjelaskan bahwa
kelas bawah adalah golongan yang memperoleh pendapatan atau penerimaan
sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya.
Kemiskinan sesungguhnya tidak hanya semata-semata kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau standar hidup layak,
namun lebih dari itu esensi kemiskinan adalah menyangkut kemungkinan
atau probabilitas orang atau keluarga miskin itu untuk melangsungkan dan
mengembangkan usaha serta taraf kehidupan. Banyak bukti menunjukkan
bahwa yang disebut orang atau keluarga miskin pada umumnya selalu lemah
dalam kemampuanberusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi
sehingga serngkali makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki
potensi lebih tinggi.80
Definisi yang lebih lengkap tentang kemiskinan dikemukakan oleh
John Friedman dalam Jurnal yang dikutip oleh Bagong Suyanto yang
menjelaskan bahwa kemiskinan adalah ketidaksamaan untuk mengakumulasi
basis kekuasaan sosial. Sementara yang dimaksud basis kekuasaan sosial itu
meliputi, pertama, modal produktif atas aset misalnya tanah perumahan,
peralatan dan kesehatan. Kedua, sumber keuangan, seperti income dan kredit
yang memadai. Ketiga, ornganisasi sosial dan politik yang dapat digunakan
untuk mencapai kepentingan bersama, seperti koperasi. Keempat, network
atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang,
79
Wahyu MS, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional), 1986, hal.199 80
Bagong Suyanto, Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik, tahun XIV, nomor 4 , Oktober 2001, hal. 28
54
pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Kelima, informasi-informasi
yang berguna untuk kehidupan.81
Keluarga menengah ke bawah umumnya mempunyai banyak anak,
penghasilan kecil hidup dalam rumah yang penuh sesak. Dalam kondisi
demikian anak dituntuk untuk patuh, tidak banyak ribut, tidak banyak
inisiatif agar tidak menimbulkan banyak resiko bagi keluarga. sebaliknya
keluarga kecil, keadaan ekonominya lebih baik, keluarga demikian memberi
kesempatan kepada anak lebih banyak inisiatif. Kemudian, orang tua dari
keluarga menengah ke bawah biasanya dalam pekerjaan berkedudukan
sebagai bawahan. Sebagai bawahan mereka terbiasa bersikap patuh dan
tunduk kepada atasannya. Sikap ini secara tidak sadar terpancar dalam
proses mendidik anak-anaknya di rumah. Ciri-ciri keluarga dengan status
sosial ekonomi bawah:
a) Tinggal di rumah kontrakan atau rumah sendiri namun kondisinya masih
amat sederhana seperti terbuat dari kayu atau bahan lain dan bukan dari
batu.
b) Tanggungan keluarga lebih dari lima orang atau pencari nafkah sudah
tidak produktif lagi, yaitu berusia 60 tahun dan sakit-sakitan.
c) Kepala keluarga menganggur dan hidup dari bantuan sanak saudara dan
bekerja sebagai buruh atau pekerja rendahan seperti pembantu rumah
tangga, tukang sampah dan lainnya.
C. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang berjudul: “POLA PENDIDIKAN ANAK DALAM
KELUARGA PEMULUNG (STUDI DESKRIPTIF PADA
MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUL KELURAHAN CIKETING
UDIK KECAMATAN BANTAR GEBANG KOTAMADYA BEKASI)”
yang diteliti oleh Merry Purwatiningsih (4415970816) Mahasiswi pada
81
Ibid, hal. 29
55
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial di
Universitas Negeri Jakarta tahun 2005
Hasil penelitain yang relevan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa pada umumnya tingkat pendidikan pada tempat penelitian tergolong
masih cukup rendah sebagaian besar penduduknya tidak tamat SD (Sekolah
Dasar) atau sederajat. Rasa kekeluargaan dan kegotongroyongan masih
merupakan ciri dari masyarakat pada pemukiman ini terutama pada acara-
acara tertentu seperti kematian atau musibah, hajatan, pembangunan sarana
dan kepentingan umum dan pesta-pesta perkawinan. Kesimpulan dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mendidik anaknya, keluarga
pemulung lebih didasarkan pada bagaimana orang tuanya dahulu
mendidiknya. Ini terjadi karena pendidikan orang tua yang rendah sehingga
mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak-anak
dapat bertingkah laku sopan santun dan hormat pada orang tuanya ataupun
mengembangkan wawasan anak-anaknya sesuai keadaan hari ini dan
kedepan, pola pendidikan yang diterapkan dalam keluarga pemulung lebih
dominan menggunakan pola pendidikan otoriter terutama untuk
menanamkan nilai-nilai agama dan ketaatan pada anak. pada keluarga
pemulung anak harus mengikuti pendidikan agama, karena dalam mendidik
anak keluarga ini lebih diarahkan pada pendidikan agama dan mengharapkan
agar anaknya menjadi anak yang patuh dan taat pada orang tuanya. Pola
demokratispun juga diterapkan dalam pendidikan anak pada keluarga
pemulung di pemukiman ini. Pola tersebut digunakan untuk pengenalan adat
istiadat, kebudayaan dan kebiasaan. Pola permisif juga muncul yaitu
mengenai orang tua yag membebaskan anaknya untuk bergaul dan bermain
dengan siapapun.
2. Penelitian yang berjudul: “POLA PENGASUHAN ANAK PADA
KELUARGA MISKIN (STUDI KASUS 5 KELUARGA MISKIN DI
DESA KEBONGTUNGGUL KECAMATAN GONDANG
KABUPATEN MOJOKERTO)”Journal yang diteliti oleh Ainis Mufarika
56
(091034201) Mahasiswi Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar
Sekolah di Universiras Negeri Surabaya tahun 2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengasuhan anak pada 5
keluarga miskin. Desa Kebontunggul Kecamatan Gondang Kabupaten
Mojokerto tidak mempunyai kecenderungan untuk menggunakan salah satu
jenis pola asuh saja, orang tua di keluarga buruh tani, buruh pabrik, tukang
pukul batu, tukang rencek dan tukang becak lebih mengarah menggunakan
pola asuh demokratis, sedangkan untuk keluarga miskin menggunakan
kombinasi bentuk polaasuh demokratis dan laissez. Pola asuh demokratis
ditandai dengan adanya dorongan orang tua untuk anak, perhatian, jika ada
perbedaan pendapat dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mencari
jalan tengah, serta adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan
anak, sedangkan pola asuh laissez faire mempunyai cirri orang tua
memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bergaul atau bermain dan
mereka kurang begitu tahu tentang apa yang dilakukan anak. Para ibu
dikalangan keluarga yang ekonominya rendah sudah cukup mengerti tentang
perananya adalah sebagai orang tua dalam mengasuh anak, hanya yang perlu
diperhatikan adalah masalah penanaman perilaku kepada anak agar orang tua
lebih memperhatikan.
3. Penelitian yang berjudul: “PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI
ORANG TUA SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI
SMP ISLAMIYAH CIPUTAT” yang diteliti oleh Atirah Mahasiswa
jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1427 H/2006 M.
Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat status sosial ekonomi orang tua di SMP Islamiyah Ciputat
Tangerang Selatan dapat dikatakan sebagian besar berstatus sosial ekonomi
menengah ke bawah. Prestasi belajar siswa di SMP Islamiyah Ciputat
tergolong sedang atau cukup. Status sosial ekonomi orang tua siswa dengan
prestasi belajar, dapat tidak ada pengaruhnya, hal ini dapat terlihat dari hasil
57
penelitian yang penulis laksanakan, dimana tingkat status sosial ekonomi
orang tua siswa yang sebagian besar menengah ke bawah tidak berdampak
pada prestasi belajar siswa di SMP Islamiyah Ciputat.
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan obyek penelitian adalah RT. 01/010 Kecamatan Medan
Satria, Kelurahan Medan Satria, Bekasi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 25 Desember 2018 sampai Maret 2019
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif guna menjelaskan,
menemukan makna dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pola
pendidikan anak dalam keluarga dengan status sosial ekonomi rendah di RT. 01/010
Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi. Penelitian kualitatif
adalah metode penelitian berlandaskan pada filsafat post-positivisme, digunakan
untuk meneliti pada obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat deskriptif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.1
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan makna terdalam,
menjelaskan proses, mendeskripsikan budaya secara lengkap dan rinci, serta
menggali pola-pola yang terbentuk dalam komunitas seperti pola pengasuhan dan
pendidikan anak.2 Peneliti memilih metode kualitatif karena peneliti hendak
mendeskripsikan fenomena sosial yang telah terjadi di lapangan secara alamiah
dalam realitas dilokasi dan mengaitkannya dengan suatu kondisi saat ini, khususnya
mengenai bagaimana pola pendidikan anak dalam keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah.
1 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2011, hal.9
2 Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2012,
hal.53
58
Adapun stategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Dengan menggunakan metode studi kasus ini diharapkan peneliti mampu
menghasilkan uraian mengenai topik penelitian ini. Studi kasus merupakan strategi
penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki dengan cermat suatu program,
peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh
waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan.3
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya yaitu, bahwa peneliti dapat
mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh. Namun kelemahannya sesuai
dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya
hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk
kasus yang sama pada individu lainnya. Studi kasus bukan untuk menguji hipotesis,
namun sebaliknya hasil studi kasus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji
melalui penelitian lebih lanjut. Banyak teori, konsep dan prinsip dapat dihasilkan
dan temuan studi kasus.4
C. Populasi dan Sampel
Secara umum, pengertian populasi merupakan kumpulan dari keseluruhan
pengukuran, objek, atau individu yang sedang dikaji. Menurut Sugiyono populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya.5 Jadi, populasi adalah keseluruhan objek atau
subjek yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah yang mempunyai anak berusia sekolah yang
terletak di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi
yang terdiri dari 4 keluarga dengan jumlah anggota 5-7 orang.
3 Ibid, hal.178-179
4 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah Edisi
Pertama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), 2011, hal. 36 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta Bandung), 2012, hal.117
59
Sedangkan sampel dalam sebuah penelitian adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.6 Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil jumlah sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu
teknik sampel dengan pertimbangan tertentu.7 Maka dari itu yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah 4 keluarga dengan status sosial ekonomi rendah di
RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi. Karena
populasi dibawah 100 maka peneliti mengambil sampel sejumlah populasi yaitu 4
keluarga.
D. Sumber Data
Sumber data adalah informasi yang relevan dengan konsep yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini berupa tulisan,
uraian dan gambar. Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah di RT. 01/010 Kecamatan Medan Satria,
Kelurahan Medan Satria, Bekasi. Keluarga ini meliputi orang tua dan anak. berikut
ini pembagian sumber data yang akan dilakukan peneliti yang terdiri atas data
primer dan data sekunder adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau
sumber pertama di lapangan.8 Sumber utama pada penelitian ini adalah key
informan atau informan kunci. Adapun yang dimaksud dengan key informan
adalah pertama, tentuya mereka yang memiliki informasi yang dibutuhkan.
Kedua, mereka yang memiliki kemampuan untuk menceritakan penglamannya
atau memberika informasi yang dibutuhkan. Ketiga, mereka yang benar-benar
terlibat dengan gejala, peristiwa atau masalah itu, dalam arti mereka
mengalaminya secara langsung. Keempat, mereka harus tidak berada di bawah
6 Sugiyono, Op.Cit, hal118
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rieneka
Cipta), 1999 Edisi ke-5, hal.112 8Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi (Format-format Kuantitatif dan
Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran), (Jakarta:
Kencana, 2013), hal. 128
60
tekanan, tetapi perlu kerelaan dan kesadaran akan keterlibatannya. Jadi, syarat
utama key informan yaitu kredibel dan kaya akan informasi yang dibutuhkan.9
2. Data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat
diperoleh dari berbagai sumber yang berisi data kewilayahan, seperti data
kependudukan yang meliputi jumlah penduduk, mata pencaharian, pendidikan,
agama atau data sekunder yang berupa dokumentasi seperti foto-foto dan catatan
hasil wawancara yang diperoleh peneliti saat melakukan wawancara dengan para
informan penelitian, serta data-data yang dijadikan bahan tambahan untuk
mendapatkan data objek penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri.Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan.Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi
validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawancara
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian,
baik secara akademik maupun logistiknya.Yang melakukan validasi adalah peneliti
sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemhaman terhadap metode kualitatif,
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan untuk
bekal memasuki lapangan.10
Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
9 J.R.Racho, Metode Penelitian Kualitatif: bisnis karakteristik dan keunggulannya, (Jakarta:
Grasindo), 2010. Hal, 109 10
Ibid,hal. 306
61
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
POLA PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA DENGAN STATUS
SOSIAL EKONOMI RENDAH (STUDI KASUS DI RT. 01/010 KELURAHAN
MEDAN SATRIA, KECAMATAN MEDAN SATRIA, BEKASI)
Fokus Aspek/Dimensi Indikator
Pola Pendidikan
Anak Dalam
Keluarga Dengan
Status Sosial
Ekonomi Rendah
1. Kondisi RT.01/010
Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi
a. Luas wilayah, jumlah
masyarakat, sarana dan
prasarana di RT.01/010
Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria,
Bekasi
b. Harga sewa lapak di
RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi
c. Hubungan sosial masyarakat di
RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi
2. Pola Pendidikan
dalam Keluarga
a. Pola pendidikan otoriter
b. Pola pendidikan permisif
c. Pola pendidikan demokratis
3. Status Sosial Ekonomi
Keluarga
a. Tingkat pendidikan orangtua
b. Mata pencaharian orangtua
c. Tingkat pendapatan orangtua
d. Jumlah tanggungan orangtua
e. Kepemilikan
f. Jenis Tempat tinggal
62
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data lazimnya menggunakan
observasi dan wawancara. Juga tidak diabaikan kemungkinan penggunaan sumber-
sumber non-manusia (non-human source information), seperti dokumen dan
rekaman atau catatan (record) yang tersedia. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Observasi atau Pengamatan
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk
melihat mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti
memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.11
Sugiyono mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan
dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipatif, observasi terus terang atau
tersamar dan observasi tak berstruktur.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengamatan berperan serta
(Participant Observer) artinya peneliti mengamati dan melihat secara langsung
setiap kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh keluarga yang menjadi objek
penelitian. Pengamatan terlibat ini dilakukan untuk memperlancar peneliti dalam
memasuki setting penelitian dan untuk menghindari jawaban yang kaku yang
diberikan oleh informan akibat kecurigaan atau keengganan karena mencium bau
penelitian. Dengan ini diharapkan akan dapat mengungkapkan unsur-unsur
kebudayaan yang tidak dapat diungkapkan oleh informan.12
Observasi yang dilakukan adalah dengan melihat, mengamati kondisi
lokasi penelitian serta mengamati kegiatan-kegiatan para pelaku dan mengamati
situasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Observasi yang dilakukan dalam
11
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rieneka Cipta), 2008, hal.
93-94 12
Angga Syaripudin Yusuf (109015000130), Kerukunan Umat Beragama Antara Islam, Kristen
dan Sunda Wiwitan (Studi Kasus: Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, Kuningan-Jawa Barat), (UIN
Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2014), hal.
34
63
penelitian ini adalah mengamati aktivitas keluarga dengan status sosial ekonomi
rendah, sarana dan prasarana yang tersedia serta pola pendidikan yang diterapkan
orangtua kepada anak di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu alat pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian kualitatif. Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang
sangat penting dalam penelitian tersebut, dimana peneliti tersebut melibatkan
manusia sebagai subjek atau pelaku terkait dengan realitas atau gejala yang
diteliti. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam (in-dept interview), yaitu proses memperoleh keterangan
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan dengan tujuan penelitian, baik menggunakan pedoman ataupun tidak
menggunakan pedoman, dimana keduanya saling terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama.
Dengan melakukan wawancara mendalam, maka seorang peneliti akan
dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai sikap,
pengetahuan, pandangan responden. Wawancara dapat dipengaruhi oleh materi
wawancara, situasi, waktu, maupun tempat melakukan wawancara dan berbagai
aspek lain yag bisa mengkondisikan. Wawancara sedapat mungkin dilakukan
oleh peneliti, karena dialah yang lebih menguasai segala sesuatu tentang
penelitianyang dimaksud, dan kalaupun terdapat situasi yag menyebabkan
wawancara dilakukan oleh tim, maka “pembekalan” wajib dilakukan terlebih
dahulu agar diperoleh persepsi dan pemahaman yang sama diantara para
pewawancara.13
Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur, dimana peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan-
pertanyaan yang akan digunakan saat melakukan wawancara, walaupun
13
Rachmad Baro, Penelitian Hukum Non-Doktrinal, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hal. 64-
65
64
kemudian pada saat wawancara dilakukan, pertanyaan yang diajukan
berkembang sesuai dengan pengembangan dari jawaban-jawaban yang diberikan
oleh informan dan key informan agar mendapatkan data yang sahih terhadap
masalah penelitian.
Wawancara terstruktur ini mengacu pada pertanyaan penelitian untuk
mendapatkan informasi penting tentang kondisi orangtua dan lingkungan di RT.
01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi. Untuk
mendapatkan informasi mengenai hal tersebut, peneliti akan mewawancarai
informan kunci yaitu, Pak. RT, Ibu O, dan Pak A. Kemudian dilengkapi dengan
wawancara tidak terstruktur yang tidak mengacu pada pertanyaan penelitian
namun tetap merujuk pada seputar informasi yang diperlukan, hal ini dilakukan
agar dapat mencairkan suasana sehingga warga dapat dengan santai memberikan
informasi yang dibutuhkan peneliti.
Wawancara selanjutkan diakukan pada tiga inforrman inti yaitu keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi. Yang termasuk dalam informan inti adalah
Keluarga Pak A, Keluarga Pak T, Pak L, dan Pak S. Peneliti mengambil empat
informan keluarga yang mempunyai kriteria khusus sehingga dapat ditemukan
informasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. Pertanyaan
wawancara terhadap informan inti ini mengenai bagaimana pola pendidikan anak
dalam keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, bagaimana aktivitas
keseharian mereka dan hal lain yang dianggap penting.
Ketika melakukan wawancara, peneliti dibantu dengan menggunakan
alat-alat berikut:
a) Alat rekem pada handphone, untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan dengan informan.
b) Buku catatan, untuk mencatat semua percakapan dengan informan.
c) Kamera, untuk membuat dokumentasi gambar sebegai bukti visual bahwa
peneliti sedang melakukan percakapan dengan informan.
3. Dokumentasi
65
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara. Teknik pengumpulan data ini termasuk dalam pengumpulan data
dengan menggunakan sumber non-manusia (non-human source information).
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berupa suatu
laporan tertulis dari suatu peristiwa dan sengaja disimpan sebagai dokumen atau
sumber data. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang.14
G. Teknik Kalibrasi Data
Dalam penelitian kualitatif tidak tidak dilakukan pemeriksaan keabsahan
dokumen tetapi pemeriksaan keabsahan data. Menurut Nusa Putra, agar data dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya digunakan pemeriksaan data melalui: 15
1. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan adalah mencara kedalaman. Untuk itu, diadakan
pengamatan yang diteliti secara berkesinambungan sampai muncul proses
pengembangan yang diharapkan. Oleh karena itu, pola pendidikan anak dalam
keluarga dengan status sosial ekonomi rendah menjadi pokok penelitian yang
akan dilakukan.
2. Triangulasi
Triangulasi merupakan pengecekan keabsahan data yang paling populer
dalam penelitian kualitatif, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa cara ini
memiliki potensi untuk sekaligus meningkatkan akurasi, kepercayaan,
kedalaman, serta kerincian data.16
triangulasi dilakukan dengan tiga strategi,
antara lain:
a. Triangulasi sumber, yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mencari informasi lain tentang suatu topik yang digali lebih dari
sumber. Terkait dengan penelitian ini, jika data belum akurat maka peneliti
akan mencari lebih dari satu sumber dalam mencari informasi lain dengan cara
14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hal.329 15
Nusa putra, Research and Development, (Jakarta: Rajawali Pers), 2011, hal.191l-192 16
Nusa Putra, Op.Cit, hal.105
66
membandingkan informasi dari satu informan dengan informan lain,
mengecek tingkat kepercayaan data dan informasi tersebut. Dlam hal ini,
peneliti juga menggali satu data melalui beberapa informan untuk memastikan
keabsahan data.
b. Triangulasi metode, yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik
yang berbeda. Salah satu contoh, misalnya data yang diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, serta analisis dokumentasi. Dalam
halini, peneliti akan menggabungkan antara beberapa teknik pengumpulan
data (observasi, wawancara, serta dokumentasi) yang kemudian dihubungkan
atau analisis dengan hasil pengamatan. Agar peneliti dapat menyempurnakan
pemahaman terhadap data tersebut lalu untuk menyajikannya terhadap orang
lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah diperoleh langsung di lapangan.
c. Triangulasi waktu, waktu menjadi hal yang sering mempengaruhi kredibilitas
data. data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat
informan masih segar dan belum banyak masalah, akan memberikan data yang
lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian
kredibilitas data dapat dilakukan pengecekan dengan cara wawancara,
observasi atau teknik lain pada waktu dan situasi yang berbeda.17
Keseluruhan triangulasi tersebut akan digunakan untuk membandingkan
dan mengkroscek data yang telah diperoleh dari informan atau sumber data
lainnya sehingga dengan teknik triangulasi ini peneliti mendapatkan data yang
sistematis mengenai pola pendidikan anak dalam keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah. Kemudian dalam penyajian penulisannya dapat menjelaskan
kepada orang lain dengan lebih jelas dan dipahami tentang apa yang telah
diperoleh langsung di lapangan.
3. Kecukupan referensial
17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta), 2006, hal.204
67
Dalam pencarian data dan informasi peneliti selalu melengkapi diri
dengan alat bantu berupa kamera, alat perekam dengan menggunakan
handphone, pedoman wawancara, pedoman observasi, alat tulis dan buku catatan.
Ketika wawancara dengan informan, peneliti tidak selalu menggunakan
wawancara tetapi mengembangkan pertanyaan dan merekam hasil wawancara
dengan alat perekam yaitu handphone.
Ketika mengamati suatu kegiatan, mengamati perlakuan orang tua kepada
anak yang menjadi fokus penelitian maka peneliti menggunakan pedoman
observasi sebagai acuan da mengambil gambar setiap gambar kegiatan tersebut
dengan kamera secara sembunyi-sembunyi. Penelitian ini menggunakan
pendektan kualitatif, sehingga diusahakan semua indikator pemeriksaan
keabsahan data digunakan untuk memastikan bahwa data telah akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.18
H. Teknik Analisis Data
Pada hakikatnya analisis data dilakukan selama dan bersamaan dengan
proses pengumpulan data. untuk menganalisis data dalam penelitian ini akan
ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Peneliti meringkas semua data yang telah dipadatkan dari hasil catatan
lapangan, yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam proses klasifikasi data
dan mensortir data-data yang diperlukan.
2. Penyajian Data
Setelah data dikumpulka maka dipetakan sesuai kategori sehingga
menghasilkan pengelompokan berdasarkan sistematika yang telah dirancang.
Sajian data ini terus mengacu pada fokus penelitian kualitatif, proses
pengumpulan data seperti hasil catatan lapangan, hasil wawancara dengan
informan inti dan informan kunci. Analisis dokumen juga merupakan bagian
18
Nusa Putra, Op.Cit, hal.102
68
yang tidak bisa dipisahkan dengan proses analisis data sehingga proses penelitian
berlangsung secara bersamaan.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data
Hal ini dilakukan setelah semua data terkumpul dari data-data yang
sebelumnya disusun secara sistematis. Selain berpatokan pada data yang telah
ada, pengolahan data dihasilkan juga dari penafsiran atau analisis peneliti sendiri
dengan berdasarkan pengalaman peneliti selama peneliti berlangsung. Dengan
demikian penelitian dapat memberikan makna yang mendalam dan dapat diuji
pembenarannya dan cocok dengan hasil validitas datanya.19
19
Ibid, hal.204
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Demografi Lokasi
Lokasi penelitian ini berada di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi.Jumlah seluruh penduduk di RT.01/010 Kelurahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi yaitu 135 jiwa dengan 38 kepala
keluarga. Adapun batas wilayah RT.01 adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan lingkungan RT.02
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan lingkungan RT.06
3) Sebelah Timur berbatasan denganGelanggang Olahraga
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Mushollah Nurul Hikmah
Masyarakat yang berada di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi sebagian besar merupakan pendatang dari luar Jakarta.
Diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan lain sebagainya.
Meskipun mayoritas masyarakat di RT.01/010 ini merupakan pendatang, tetapi
kebanyakan dari mereka telah menetap lama di daerah ini. Semua masyarakat di
RT.01/010 ini menganut agama Islam.Masyarakat RT.01/010 merupakan
masyarakat yang cukup religius. Sebagai lingkungan yang masyarakatnya
beragama islam, tentunya mempunyai berbagai kegiatan keagamaan. Kegiatan
keagamaan yang ada di RT.01/010 pada umumnya tidak jauh berbeda dengan
kegiatan keagamaan di daerah lain.1
1. Tingkat Pendidikan Penduduk RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi
Tingkat pendidikan masyarakat RT.01/010 mayoritas tamat SMA
sederajat yang terdiri dari 57 orang. Namun, masih banyak penduduk yang
hanya tamat SD yang terdiri dari 24 orang. Hal ini karena kurangnya kesadaran
masyarakat pada saat itu mengenai pentingnya pendidikan. Kebanyakan
1 Wawancara dengan Pak Md selaku ketua RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi, pada hari Sabtu, tanggal 29 Desember 2018 pukul 19.25 dikediamannya.
70
masyarakat yang hanya tamat SD merupakan masyarakat pendatang dari luar
Bekasi. Setelah lulus SD mereka tidak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya dan lebih memilih bekerja untuk membantu kedua orang tuanya.
Mayarakat yang tamat perguruan tinggi hanya terdiri dari 3 oranng, 1 orang
merupakan lulusan sarjana dan 2 lainnya lulusan diploma. Masyarakat yang
tidak atau belum sekolah ini terdiri dari beberapa anak yang masih belum cukup
umur untuk bersekolah. Berikut ini adalah presentase tingkat pendidikan di
RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi:
Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan Penduduk di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
Penduduk
Presentase
1. Tamat Perguruan Tinggi 3 2,22%
2. Tamat SMA 57 42,22%
3. Tamat SMP 13 9,63%
4. Tamat SD 24 17,78%
5. Tidak / Belum Sekolah 38 28,15%
Jumlah 135 100%
(Sumber: Data sekunder yang diolah pada tanggal 03 Februari 2019)
2. Mata Pencaharian Penduduk RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi
Mata pencaharian penduduk di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi sangat beragam, ada yang bekerja sebagai
pedagang, buruh cuci, buruh industri, karyawan swasta dan beberapa penduduk
mempunyai pekerjaan yang tidak tentu.2 Adapun gambaran mata pencaharian
penduduk untuk usia produktif di RT.01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi adalah sebagai berikut:
2Ibid.
71
Tabel 4.2
Mata Pencaharian Penduduk di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan satria, Bekasi
No. Mata Pencaharian Jumlah
Penduduk
Presentase
1. Pedagang 15 11,11 %
2. Buruh 8 5,92%
3. Pegawai 24 17,78%
4. Pelajar 37 27,41%
5. Tidak / Belum Bekerja 51 37,78%
Jumlah 135 100%
(Sumbe Data sekunder yang diolah pada 03 Februari 2019)
3. Agama Penduduk RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi
Seluruh masyarakat di RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi beragama Islam. Meskipun ada beberapa kali perpindahan
masyarakat yang beragama kristen.3 Berikut ini presentase agama di RT.01/010
Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi:
Tabel 4.3
Agama Penduduk RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi
No. Agama Jumlah Penduduk Presentase
1. Islam 135 100%
2. Kristen Protestan - -
3. Kristen Katolik - -
4. Hindu - -
5. Budha - -
3Ibid.
72
6. Konghucu - -
Jumlah 135 100%
(Sumber: Data sekunder yang diolah pada tanggal 03 Februari 2019)
Kegiatan-kegiatan keagamaan di lingkungan ini juga aktif, diantaranya
kegiatan shalat berjamaa, pengajian remaja, pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-
bapak dan kegiatan keagamaan lainnya.4
4. Sarana dan Prasarana RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi.
Sarana dan Prasarana yang terdapat di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi yaitu Mushollah Nurul Hikmah dan
Posyandu. Mushollah Nurul Hikmah berada dekat dengan jalan utama menuju
arah Bekasi. Mushollah Nurul Hikmat terdiri dari dua lantai dengan lantai
pertama yang dikhususkan untuk Laki-laki dan lantai kedua untuk perempuan.
Di dalam Muhollah terdapat beberapa mukena dan Al-Qur’an yang berada di
lantai pertama. Selain dipergunakan untuk Sholat Berjamaah, Mushollah Nurul
Hikmah juga sering digunakan untuk berbagai kegiatan yang berada di
RT.01/010 dan sekitarnya, seperti kegiatan Maulid Nabi, Pengajian rutin Ibu-
Ibu setiap hari Rabu dan Minggu, Pengajian remaja setiap malam Senin dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
Bukan hanya itu, RT.01/010 juga menyediakan Posyandu yang berada
di gang samping pemukiman warga, dekat Sekolah Dasar Medan Satria VII dan
Sekolah Dasar Medan Satria XI. Posyandu dilaksanakan setiap satu bulan sekali
dipertengahan bulan. Posyandu yang berada di RT.01/010 ini sangat membantu
masyarakat RT.01/010 yang tidak mempunyai cukup uang untuk memeriksa
rutin anak-anak mereka.5
4Wawancara dengan Pak Md selaku ketua RT. 01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi, pada hari Sabtu, tanggal 29 Desember 2018 pukul 19.25 dikediamannya. 5Observasi atau pengamatan lapangan yang dilakukan peneliti pada hari Selasa, tanggal 25
Desember 2018
73
B. Deskripsi Data
Subjek informan penelitan yaitu 4 informan keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah yang mempunyai anak berusia sekolah yang terletak di RT.01/010
Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi.
1. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Melalui pendidikan, pengetahuan seseorang akan
bertambah yang akan bermanfaat untuk mempelajari keterampilan yang berguna
di dunia kerja. Dengan demikian pendidikan dapat dimasukan sebagai investasi
pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati di kemudian hari. Sebagaimana
pembangunan di bidang lain, pendidikan menjadi salah satu bidang utama selain
kesehatan dan ekonomi.Berikut latar belakang pendidikan orang tua yang
menjadi responden di RT.01/010 Kelurahan Medan Satrria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi.
Tabel 4.4
Tabel Latar Belakang Pendidikan Orangtua
No. Responden Pendidikan Terakhir
Orangtua
1. Responden 1 Bapak 1
Sekolah Menengah
Pertama (SMP)
Ibu 1 Sekolah Dasar (SD)
2. Responden 2 Bapak 2
Tidak Tamat Sekolah
Dasar (SD)
Ibu 2 Tidak Bersekolah
3. Responden 3
Bapak 3 Sekolah Dasar (SD)
Ibu 3 Sekolah Menengah Atas
(SMA)
4. Responden 4 Bapak 4 Sekolah Dasar (SD)
Ibu 4 Sekolah Dasar (SD)
74
(Sumber: Data sekunder yang diolah pada 03 Februari 2019)
Dari tabel di atas menyatakan bahwa 2 responden tidak lulus/tidak
bersekolah, dan 4 responden mempunyai pendidikan yang cukup rendah yaitu
hanya tamat Sekolah Dasar (SD), kemudian terdapat 1 responden yang tamat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta 1 responden atau yang menyelesaikan
sekolahnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini menunjukkan
bahwa keempat keluarga responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.
2. Jenis Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kehidupan pribadinya,
pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan
menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan yang rendah sampai pada tingkat
penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya.6 Berikut
jenis pekerjaan orang tua yang menjadi
Tabel 4.5
Jenis Pekerjaan Orang Tua
No. Responden Pekerjaan
1. KeluargaBapak 1 Bapak1 Penjaga Parkir
Ibu 1 Ibu Rumah Tangga
2. Keluarga Bapak 2 Bapak 2
Pedagang Mie Ayam Ibu 2
3. Keluarga Bapak 3 Bapak 3 Supir Angkutan Barang
Ibu 3 Ibu Rumah Tangga
4. Keluarga Bapak 4 Bapak 4
Pedagang Mie Ayam Ibu 4
(Sumber: Data sekunder yang diolah pada 03 Februari 2019)
Dari tabel di atas menyatakan bahwa 2 keluarga responden atau yang
kedua orang tuanya bekerja, dan 2 keluarga responden atau lainnya hanya
6Endang Sri Endarwati, Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi Keluarga Pada Ibu
Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara, Jurnal Psikologi UNDIP, Vol.14 No.1, April 2015,
hal. 55
75
responden bapak yang bekerja. Alasan 2 responden ibu yang tidak bekerja
karena tidak ada yang merawat anak-anaknya yang masih sangat kecil.
3. Pendapatan Orang Tua
Tabel 4.6
Tingkat Pendapatan Orangtua
No. Responden Pendapatan Bulanan
1. Keluarga Bapak 1 Bapak 1 Rp. 1.500.000,-
Ibu 1 -
2. Keluarga Bapak 2 Bapak 2
Rp. 2.000.000,- Ibu 2
3. Keluarga Bapak 3 Bapak 3 Rp. 3.000.000,-
Ibu 3 -
4. Keluarga Bapak 4 Bappak 4
Rp. 2.500.000,- Ibu 4
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa pendapatan paling tinggi
diperoleh keluarga Bapak 3 yaitu sebesar Rp. 3.000.000,- setiap bulannya dan
pendapatan terendah diperoleh oleh Bapak 1 yaitu sebesar Rp.1.500.000,-.Hal
ini menunjukkan bahwa keempat keluarga responden mempunyai pendapatan di
bawah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di wilayah Bekasi yaitu sebesar
Rp. 4.229.756,61.
4. Jumlah Tanggungan Orang Tua
Tabel 4.7
Jumlah Tanggungan Orangtua
No. Responden Jumlah Tanggungan Orangtua
1. Keluarga Bapak 1 5 orang
2. Keluarga Bapak 2 5 orang
3. Keluarga Bapak 3 6 Orang
76
4. Keluarga Bapak 4 5 Orang
(Sumber: Data sekunder yang diolah pada 03 Februari 2019)
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 3 keluarga responden mempunyai
jumlah tanggungan keluarga sebanyak 5 dan 1 keluarga responden mempunyai
jumlah tanggungan yang lebih besar yaitu 6 orang.
5. Pemilikan Orang Tua
Tabel 4.8
Kepemilikan Orangtua
No. Nama Barang
Responden
Keluarga
Bapak 1
Keluarga
Bapak 2
Keluarga
Bapak 3
Keluarga
Bapak 4
1. Televisi 1 1 1 1
2. DVD/VCD - - - -
3. Radio - - - -
4. Kipas Angin 1 2 1 1
5. Mesin Cuci - - - -
6. Lemari Pendingin - - - 1
7. Sepeda - - - -
8. Sepeda Motor - 1 1 1
9. Mobil - - - -
10. Kasur 1 1 1 1
11. Lemari Kayu 1 - - 1
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa semua responden mempunyai
televisi dan kipas angin namun tidak mempunyai DVD/VCD, mesin cuci,
sepeda, dan mobil. Dari keempat responden hanya keluarga Pak A yang tidak
mempunyaisepeda motor. Keluarga Pak A mempunyai barang kepemilikan yang
paling sedikit.
77
6. Jenis Tempat Tinggal
Tabel 4.9
Jenis Tempat Tinggal Keluarga
No. Responden Jenis Tempat Tinggal
1. Keluarga Bapak 1 Kontrakkan
2. Keluarga Bapak 2 Kontrakkan
3. Keluarga Bapak 3 Kontrakkan
4. Keluarga Bapak 4 Kontrakkan
Data di atas menunjukkan bahwa semua responden tidak memiliki rumah
pribadi sehingga keluarga responden harus menyewa sebuah rumah kontrakkan
dengan harga sewa rumah yang berbeda-beda.Keluarga Bapak 1 tinggal di
sebuah kontrakan yang tidak terlalu besar. Kontrakan tempat tinggal Keluarga
Bapak 1terdiri dari 2 petak, 1 petak digunakan untuk ruang keluarga dan 1 petak
untuk dapur serta satu kamar mandi umum yang berada di samping kontrakan.
Keluarga Bapak 1merupakan warga asli RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi dan telah lama menetap disana. Bapak dan Ibu
1 sudah cukup lama tinggal di kontrakan ini. Meskipun harga sewa kontrakan
tempat tinggal Ibu 1 dirasa cukup berat, Ibu 1 tetap merasa nyaman, hal ini
karena ibu 1 sering mendapat keringanan waktu dalam membayar kontrakan.
Meskipun harga sewa kontrakan tersebut beberapi mengalami kenaikan, namun
Ibu 1 tetap merasa nyaman,Berikut penuturan dari Ibu 1:
“Saya dari awal menikah emang udah tinggal di daerah sini, awalnya
tinggal bareng ibu di sebelah tapi pas 1.1 umur satu tahun setengah saya sama
suami pindah ke kontrakan dan pas banget dapet kntrakannya yang ga jauh dari
rumah emak”7
7 Hasil Wawancara dengan Ibu 1 yang dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 28 Desember 2018,
pukul 10.00, di kediaman Ibu 1
78
Sedangkan Keluarga Bapak 2 merupakan keluarga yang berasal dari
Jawa, Bapak 2 berasal dari Purwokerto dan Ibu S dari Tegal. Keluarga Bapak
dan Ibu 2 sudah 4 tahun tinggal di lingkungan ini. Kontrakan yang ditinggali
keluarga Bapak 2 dari 3 petak kecil, 1 petak pertama digunakan sebagai ruang
keluarga, petak kedua untuk ruang tidur dan petak ketiga untuk dapur serta
kamar mandi dengan ukuran kecil. Ibu 2 mengaku sulit untuk mencari kontrakan
dengan harga yang murah di lingkungan ini. Berikut penuturan Ibu S:
“Saya tinggal disini baru 4 tahunan kayaknya, pokoknya pas DL masih
kelas 2 SMP pindah kesini. Sekarang aja kan, 2.1 udah kelas 2 SMK ya berarti
udah 4 tahun ya. Dulu sih sebelumnya tinggal di Pondok Ungu, di depan Naga
Swalayan tapi pengen pindah aja, eh dapetnya disini. Susah sih ya nyari
kontrakan yang murah.”8
Tidak jauh berbeda dengan keluarga Bapak 1, keluarga Bapak 3 juga
sudah lama menetap di Rt.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan
Satria Bekasi. Keluarga Bapak 3 sempat berpindah-pindah dari satu kontrakan
ke kontrakan lainnya, namun tetap di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi. Bapak 3 berasal dari Lampung dan Ibu 3
berasal dari Klaten.
“Bapaknya dari Lampung, saya Jawa Klaten. Tadinya saya tinggal di
Priuk terus saya pindah sini tapi di belakang sana deket Pak RW pas 3.2 umur
satu tahun. Ya sekitar 15 tahunan lah ya saya di RT ini. Saya mah bukan orang
asli sini tapi udah kayak asli sini.”9
Keluarga Bapak 3 tinggal di sebuah kontrakan yang dekat dengan
Mushollah Nurul Hikmah, kontrakan tersebut terdiri dari 2 petak. Petak pertama
digunakan Bapak 3 dan keluarga sebagai tempat berkumpul bersama dan tempat
beristirahat, sedangkan petak yang kedua digunakan untuk dapur dan di ruangan
ini terdapat kamar mandi dengan ukuran yang sangat kecil. Ibu 3 mengaku
8 Hasil Wawancara dengan Ibu 2 yang dilakukan pada hari Rabu, tanggal 09 Januari 2019, pukul
13.15, di tempat berjualan Ibu 2 9 Hasil Wawancara dengan Ibu 3 yang dilakukan pada hari Minggu, tanggal 06 Januari 2019,
pukul 11.00, di kediaman Ibu 3
79
sering mendapatkan keringanan harga sewa kontrakan dari pemilik kontrakan,
hal ini membuat Ibu 3 merasa sangat terbantu.
Keluarga Bapak 3 berasal dari Majalengka, Jawa Barat. Keluarga Pak 3
baru 1 tahun tinggal di lingkungan ini. Bapak dan Ibu 3 tinggal di sebuah
kontrakan yang terdiri dari 2 petak. Mereka merasa berat dengan harga sewa
kontrakan yang selalu naik setiap tahunnya.
Dari data di atas maka dapat disimpulkan bahwa seluruh responden
tinggal di sebuah kontrakan dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan dengan
harga sewa kontrakan yang berbeda-beda. Beberapa responden sesekali
mendapatkan keringanan harga sewa atau keringan waktu membayar sewa
kontrakan dari pemilik kontrakan, hal ini karena pemilik kontrakan mengetahui
bagaimana status sosial ekonomi keluarga responden yang masih rendah.
Gambar 4.1
Latar Belakang Penduduk RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi
(Sumber: Data sekunder yang diolah pada 03 Februari 2019)
C. Pembahasan Dan Hasil Penelitian
1. Pola Pendidikan Anak dalam Keluarga
Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka.Keduanya mempunyai peranan yang sangat strategis bagi masa depan
anaknya, yaitu kemampuan memelihara, membina, mengembangkan potensi
dasar anak, memberikan kasih sayang dan menjaga ketentraman dan
80
kenyamanan di dalam lingkungan keluarga. Masing-masing orang tua memiliki
peran dalam keluarga sehingga terbentuklah karakter keluarga dan anak.
Pendidikan anak akan berjalan dengan baik apabila kedua orang tua saling
mendukung dan saling bekerja sama sebagai satu tim yang kuat, tidak hanya
menyerahkan tanggung jawab kepada salah satu pihak saja.
a. Pola Pendidikan Otoriter
Pola pendidikan otoriter (parents orieted) yaitu cara orang tua yang
lebih mengutamakan membentuk keperibadian anak dengan cara
menetapkan standar mutlak yang harus dituruti, biasanya dibarengi dengan
ancaman-ancaman. Pada pola pendidikan ini orang tua menentukan aturan
dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak. Pola pendidikan
otoriter ditandai dengan ciri seperti anak harus tunduk dan patuh pada
kehendak orang tua, pengontrolan orang tua terhadap anak sangat keras,
ketat dan kaku, anak bisa dikatakan tidak pernah diberi pujian dan orang tua
tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.
Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan maka dapat
diketahui bahwa responden 3 menerapkan pola pendidikan otoriter dalam
mendidik anak-anak mereka, hal ini terlihat dari sikap orang tua dalam
memberikan aturan yang ketat kepada anak, jika anak melanggar aturan yang
telah dibuat atau ketika anak melakukan suatu kesalahan maka orang tua
akan memberikan hukuman yang cukup keras kepada anak, seperti
membiarkan anak tidak masuk ke dalam rumah jika pulang melewati waktu
yang telah ditentukan. Berikut penuturan responden ibu 3:
“Kalau anak salah ya diomongin dulu, tapi kadang kan namanya anak
ya susah dibilanginnya. Kalau udah kelewatan banget sama bapaknya suka
kadang dipukul gitu. Pernah juga dikunciin diluar. Makanya kalau bapaknya
udah pulang kerja, pasti langsung pada buru-buru pulang soalnya takut
diomelin. Bapaknya galak jadi dia takut.”10
10
Ibid,
81
Orang tua tidak melibatkan anak dalam membuat suatu peraturan di
dalam keluarga. Maka, anak-anak dalam keluarga responden 1 dituntut harus
patuh dan mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh orang tua mereka.
Selain itu, orang tua tidak pernah memberikan pujian kepada anak ketika
anak berhasil melakukan sesuatu atau ketika anak mendapatkan nilai yang
bagus di sekolah. Berikut penuturan responden 3:
“Ya... kalau bagus nilainya yaudah aja gitu aja, cukup tau aja gitu.
Saya gak pernah kasih apa-apa ke anak soalnya gak punya uang untuk
belinya.”11
Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa keluarga responden 3
memberikan pola pendidikan otoriter terhadap anak-anak mereka, hal ini
terlihat dari perlakuan dan sikap orang terhadap anak-anaknya seperti yang
telah dijelaskan di atas.
b. Pola Pendidikan Permisif
Pola pendidikan permisif adalah cara orang tua dalam rangka
membentuk keperibadian anak dengan cara pengawasan yang sangat
longgar dan memberikan kesempatan pada anak-anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Ciri-ciri pola pendidikan
permisif yaitu orang tua bersikap aceptable tinggi namun kontrolnya yang
rendah, anak diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sesuai
keinginan dan kemauannya, orang tua memberi kebebasan terhadap anak
untuk menyatakan dorongan atau keinginannya, orang tua kurang
menerapkan hukuman pada anak bahkan hampir tidak pernah menggunakan
hukuman.
Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan dapat diketahui
bahwa keluarga yang menerapkan pola pendidikan permisif yaitu:
1) Keluarga Bapak 1
11
Ibid
82
Dalam keluarga 1, Bapak 1 lah yang sering menerapkan pola
pendidikan permisif kepada anak-anaknya. Komunikasi yang terjalin
antara Bapak 1 dan anak-anaknya sangat terbatas. Bapak 1 tidak pernah
memberikan dukungan terhadap anak-anaknya dan Bapak 1 juga tidak
pernah mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anaknya baik
di sekolah ataupun di rumah. Karena kesibukannya, Bapak 1 jarang
sekali menemani anak bermain di luar bersama teman-temannya
sehingga Bapak 1 tidak mengetahui dengan siapa saja anak-anaknya
bergaul. Dalam hal beribadah Bapak 1 jarang sekali memberikan teladan
kepada anak-anaknya seperti shalat di mushollah dekat rumah dan lain
sebagainya. Bapak 1 mempercayakan sepenuhnya pendidikan anak di
rumah kepada Ibu 1.12
2) Keluarga Bapak 2
Dalam keluarga, orang tua melakukan kontrol dan pemantauan
yang cukup longgar, hal ini terlihat dari ketidaktahuan orang tua
mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anaknya baik di
sekolah maupun di rumah. Bapak dan Ibu 2 menyerahkan tanggung
jawab sepenuhnya kepada guru di sekolah tanpa tahu bagaimana
aktivitas dan kegiatan yang dilakukan di sekolah. Anak-anak dibebaskan
untuk memilih sekolah yang diinginkan, yang terpenting sekolah yang
dipilih dekat dengan rumah dengan biaya yang tidak mahal. Tidak hanya
sekolah, orang tua juga membebaskan anak-anak dalam bergaul dan
memilih teman. Berikut penuturan ibu 2:
“Iya, terserah anak-anak sih mau temenan sama siapa aja, yang
penting harus bisa jaga diri. Saya juga tau ya temen-temennya, paling
juga mainnya sama anak-anak lingkungan sini aja gak kemana-mana.
12
Hasil observasi atau pengamatan di lapangan yang dilakukan secara berkala sejak Desember
sampai Februari 2019
83
Apalagi yang paling gede mah gak pernah main, Cuma nonton TV sama
baca novel aja di rumah.”13
Komunikasi yang terjalin dalam keluarga sangat terbatas. Hal ini
karena orang tua yang terlalu sibuk bekerja, sepulang bekerja Bapak dan
Ibu 2 jarang sekali berkomunikasi atau sekedar menonton tv bersama
dengan anak-anak di rumah bahkan terkadang anak terkecil Bapak dan
Ibu 2 sudah tertidur, Bapak dan Ibu 2 merasa lelah dan lebih memilih
untuk beristirahat. Seperti penuturan responden 2.1:
“Mamah gak pernah tau kegiatan-kegiatan aku di sekolah. Aku
jarang ngobrol sama mamah, soalnya kan mamah sama bapak pulangnya
malem kasian gitu udah cape dagang jadi biasanya kalau sampai rumah
langsung istirahat.”14
Orang tua tidak mempunyai peraturan khusus di dalam keluarga.
Dalam menentukan suatu keputusan orang tua jarang sekali melibatkan
anak. Bapak dan Ibu 2 kurang memberikan perhatian terhadap
kebutuhan anak. Orang tua juga kurang memberikan teladan dalam hal
ibadah kepada anak-anak mereka, seperti shalat dan mengaji. Meskipun
demikian responden anak 2.1 sering melaksankan shalat dan mengaji
walaupun tidak mendapat tauladan dari kedua orang tuanya. Berikut
penuturan Ibu 2:
“Saya jarang nyuruh anak-anak shalat sama ngaji gitu, tapi ya
alhamdulillahnya anak 2.1 rajin shalatnya, kadang-kadang ngaji juga. Ya
walaupun ibunya mah shalatnya kalau lagi inget aja. Makanya kadang
saya malu sama anak.”
Bapak dan Ibu 2 tidak pernah memberikan hukuman fisik kepada
anak-anak mereka, hukuman yang diberikan Bapak dan Ibu 2 hanya
berupa nasihat ringan yang diharapkan Bapak dan Ibu 2 dapat
13
Hasil wawancara dengan Ibu 2 pada hari Rabu, tanggal 09 Januari 2019 pukul 13.15 di tempat
Ibu 2 berjualan. 14
Hasil wawancara dengan 2.1 yang dilakukan pada Selasa, 15 Januari 2019, pukul 17:00,
dikediaman Ibu 2
84
membangun kepribadian anak-anaknya menjadi lebih baik lagi. Ibu 2
membebaskan anak-anak dalam menentukan perihal cita-cita apa yang
hendak mereka capai. Ibu 2 hanya berharap anak-anaknya bisa menjadi
orang yang lebih baik dari orang tuanya sehingga dapat mengangkat
derajat dan martabat orang tua.15
3) Keluarga Bapak 4
Kontrol dan pemantau yang dilakukan Bapak dan Ibu 4 kurang.
Ibu 4 membebaskan anak dalam memilih sekolah maupun dalam hal
bergaul. Pendisiplinan yang diberlakukan keluarga Bapak 4 kurang, 4.2
sering bermain sampai larut malam. Ibu 4 membebaskan anak-anaknya
untuk bermain dengan siapapun. Hal ini karena Ibu 4 sudah percaya
kepada anaknya bahwa anaknya pasti akan memilih teman yang baik
untuk bergaul. Berikut penuturan Ibu 4:
“Iya, ada aturannya kayak pulang sekolah ga boleh main
kemana-mana. Kalau main ga boleh pulang malem-malem. Kalau milih
sekolah, saya mah saya bebasin aja, ga mau ngekang gitu istilahnya. Ya
paling mainnya kemana sih dia mah, sekitaran sini aja palingan. Main
juga sama, yang penting jangan jauh aja mainnya. Lagian anak-anak
mah mainnya kemana sih ya, paling cuma di daerah sini aja.”
Orang tua tidak pernah menemani dan membantu anak
mengerjakan tugas sekolah. Hal ini karena responden mengaku tidak
mengerti dengan materi pelajaran anak-anaknya di sekolah sehingga
tidak bisa membantu mengerjakannya. Ibu 4 hanya sekedar
mengingatkan anak untuk mengerjakan tugas tersebut tanpa
menemaninya.
c. Pola Pendidikan Demokratis
Menurut Lawrence E. Shapiro orang tua demokratis yaitu orang tua
yang memberikan bimbingan, tetapi tidak mengatur, mereka memberikan
15
Op.Cit,
85
penjelasan tentang peraturan yang lakukan serta anak boleh memberi
masukan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting.16
Pada pola
pendidikan ini anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan
kontrol internal, anak diakui sebagai pribadi oleh orang tuadan diturut
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, menetapkan peraturan serta
mengatur kehidupan anak, memprioritaskan kepentingan anak namun tetap
dikendalikan, bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap
yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak, memberi kebebasan
kepada anak untuk memilih danmelakukan suatu tindakan, pendekatannya
terhadap anak bersifat hangat.
Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan dapat diketahui
bahwa keluarga yang menerapkan pola pendidikan demokratis yaitu:
1) Keluarga Bapak dan Ibu 1
Keluarga Bapak dan Ibu 1 juga menerapkan pola pendidikan
demokratis di dalam keluarga. Terlihat dari kontrol dan pemantauan
yang dilakukan Ibu 1 yang sangat memperhatikan segala aktivitas yang
dilakukan oleh anak-anak mereka baik di lingkungan rumah maupun
sekolah. Dukungan yang diberikan Ibu 1 seperti selalu mengingatkan
anak 1.1 untuk belajar dengan giat agar dapat menggapai cita-citanya di
masa depan.
Ibu 1 selalu memperhatikan setiap kegiatan yang anak-anak
lakukan. Dalam pengontrolan, Ibu 1 memantau dengan menanyakan
langsung kepada anak 1.1 tentang semua kegiatan yang dilakukannya.
Ibu 1 sangat mendukung segala aktivitas 1.1 di sekolah. Hal ini terlihat
saat Ibu 1 yang selalu menanyakan segala aktivitas anak di sekolah. Ibu
N juga terlibat langsung dalam pendidikan 1.1, seperti saat mengambil
rapor dan rapat orang tua. Namun, dalam hal belajar Bapak 1 dan Ibu 1
16
Ibid
86
tidak bisa membantu dalam mengerjakan tugas sekolah. Berikut
penuturan Ibu 1:
“Iya selalu saya perhatiin, saya tanya tadi di sekolah ngapain aja,
ada tugas atau enggak. Saya selalu dukung sih kegiatan anak kalau
emang kegiatannya bagus buat dia. Tapi, kalau ada tugas saya ga pernah
bantuin, soalnya saya ga ngerti nanti takut salah.”17
1.1 mengaku bahwa Ibu 1 selalu memperhatikannya. Berikut
penuturan 1.1:
“Iya mamah sering nanyain di sekolah gimana, sama nyuruh
makan kalau pulang sekolah terus juga aku ga boleh main jauh-jauh.”18
Dalam keseharian 1.1 sering bermain bersama teman-teman di
lingkungannya. Ibu N mengaku mengetahui semua teman bermain anak-
anaknya. 1.1 biasanya bermain di rumah temannya yang berada tidak
jauh dari rumahnya. Ibu 1 selalu menemani dan mengawasi anak-
anaknya dalam bermain, hal ini karena anak-anak yang masih kecil dan
sangat perlu pengawasan dari kedua orang tua.
“Anak-anak kalau main ya disini-sini aja, sama saya juga ga
boleh main jauh-jauh takut diculik. Nanti kalau belum pulang saya cari
ke rumah temen-temennya, kalau yang kecil kan mainnya saya temenin.
Kadang kalau saya mau masak ya saya suruh main di dalem dulu, nonton
TV aja gitu nanti kalau saya udah selesai baru boleh main ke luar
rum19
ah itu juga kan saya temenin soalnya takut berantem atau jatuh.”
1.1 sangat terbuka kepada Ibu 1, 1.1 senang ketika menceritakan
segala aktivitasnya disekolah. Ibu 1 menanamkan pendidikan agama
kepada anak-anaknya sejak dini. Ibu 1 memberikan teladan kepada anak-
anaknya dengan melakukan shalat lima waktu. Ibu 1 senantiasa
menyuruh 1.1 untuk shalat di Mushollah ketika sedang di rumah dan Ibu
17
Hasil Wawancara dengan 1.1 yang dilakukan pada Sabtu, 29 Desember 2018 pukul 12:00, di
kediaman Ibu 1 18
Ibid, 19
Loc.Cit, di kediaman Ibu 1
87
1 juga memasukkan ketiga anaknya ke lembaga pengajian yang
digratiskan untuk umum. Ibu 1 merasa sangat terbantu dengan lembaga
pengajian tersebut, karena anak-anaknya dapat mengaji dan belajar ilmu-
ilmu agama secara gratis. Meskipun harus dengan usaha yang cukup
keras. Ibu 1 selalu memotivasi anak-anaknya untuk pergi mengaji
mengingat anak-anak Ibu 1 yang masih sangat kecil dan lebih senang
bermain. Ibu 1 juga mengajarkan kepada anak-anak untuk selalu berbuat
baik dan tidak berkata kasar kepada siapapun. Ibu 1 juga mengingatkan
anak-anaknya untuk hormat kepada yang lebih tua, seperti ketika anak
berangkat dan pulang sekolah 1.1 dibiasakan untuk salim untuk
berpamitan kepada orang-orang yang lebih tua. Berikut penuturan 1.1:
“Iya mamah yang suka nyuruh shalat terus kalau bapak jarang,
tapi aku kadang-kadang shalatnya. Paling solat maghrib bareng bareng
sama temen ke masjid. Aku ngajinya maghrib kalau yang ngaji sore ade-
ade aku, mamah yang nganterin ngajinya ke depan situ.”20
Pendisipilinan yang diterapkan Bapak 1 dan Ibu 1 seperti dalam
pergaulan, 1.1 tidak boleh bermain terlalu jauh dari rumah dan Ibu 1
harus mengetahui siapa saja teman bermain 1.1 di luar rumah. Ketika
hendak mengambil suatu keputusan Ibu 1 sering mengajak anak untuk
berdiskusi terlebih dahulu, seperti saat akan memilih sekolah dan lain
sebagainya. Pak A dan Ibu S tidak pernah memberikan hukuman fisik
kepada anak, jika anak melakukan suatu kesalahan Ibu S hanya sekedar
memberikan nasehat yang membangun kepada anak. Ketika anak
bertengkar dengan teman sebayanya Ibu S tidak lantas memarahi anak,
akan tetapi mencari tahu terlebih dahulu penyebab pertengkaran yang
terjadi kemudian jika anak Ibu S yang salah Ibu langsung memberikan
nasehat dengan nada yang lembut.
2) Keluarga Bapak 3
20
Op.Cit,
88
Kontrol dan pemantauan yang dilakukan Bapak dan Ibu 3 sangat
baik. Orang tua selalu memberikan dukungan kepada anak-anaknya
untuk terus bersekolah dan mengejar cita-cita mereka. Perhatian yang
diberikan Bapak dan Ibu 3 terhadap anak-anak cukup baik, Ibu 3 selalu
menanyakan segala aktivitas yang dilakukan anak-anaknya di sekolah.
Ibu 3 juga mengingatkan anak-anaknya untuk mengulang pelajaran dan
mengerjakan tugas sekolah.
Bapak dan Ibu 3 membebaskan anak dalam memilih sekolah dan
bermain. Meskipun membebaskan, mereka tetap mengarahkan anak
untuk memilih sekolah yang terbaik, seperti sekolah dengan biaya yang
ringan dan lain sebagainya. Sedangkan, dalam hal bermain Ibu 3 tetap
mengawasi anak-anak dari kejauhan. Seperti Penuturan Ibu 3 sebagai
berikut:
“Tergantung anaknya, ntar kita ngarahin. Kaya kemarin nih nyari
sekolah negeri dulu misalnya yang gratis. Dia maunya disitu, pas saya
liat emang sekolahnya lumayan deket dan negeri. Jadi yaudah saya
setuju, kalau negeri kan gratis ya neng, banyak temen-temennya juga
yang masuk ke situ.”21
Ketika anak bermain, Ibu 3 tidak selalu menemani anak hanya
sesekali mengontrolnya secara berkala, untuk memastikan anak masih
bermain disana atau tidak. Ibu 3 mengaku mengetahui semua teman
bermain anak dan mengetahui dimana saja anak bermain. Seperti
penuturan Ibu 3:
“Yang gede mah di rumah aja ga pernah main-main, kalau ada
temennya yang nyamper aja baru main, itu juga ga jauh mainnya. Paling
yang kecil tuh suka mainnya di Mushollah aja situ bareng sama anak-
anak lingkungan sini. 3.2 juga main mulu, tuh di pinggir kali mainnya
sama anak-anak muda disitu. Saya mah maunya anak-anak diem aja di
21
Hasil Wawancara dengan Ibu 3 pada hari Minggu, tanggal 06 Januari pukul 11.00, di
kediaman Ibu 3
89
rumah, nanti kalau waktunya main ya main gitu jangan sampe malem-
malem mainnya.Kalau mainnya jauh saya juga bingung ya nyariinnya
kemana. Kadang ya saya temenin tapi kalau lagi pusing ga saya temenin,
kakanya aja yang nemenin. Kalau pas main paling saya ngawasinnya
gitu, bentar-bentar saya longok gitu ke depan masih pada main disitu apa
nggak. Takutnya mainnya pada jauh, saya ga nemenin sih mainnya,
kalau anak-anak kan mainnya pada begitu nanti dari belakang pindah ke
depan, capek juga ya kalau kita nemenin terus mah.”22
Komunikasi yang terjalin antara anak-anak dan orang tua terjalin
dengan baik, ayahnya yang berprofesi sebagai supir juga sering
menanyakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anaknya. Ketika
libur bekerja, Bapak 3 selalu menyempatkan waktu untuk berkomunikasi
dan bersenda gurau dengan anak-anak walaupun hanya di rumah, seperti
menonton TV bersama dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan
kedekatan diantara mereka terjalin dengan baik, anak-anak Bapak 3 dan
Ibu 3 mempunyai sifat yang terbuka. Mereka selalu menceritakan segala
aktivitasnya baik di sekolah maupun ketika bermain bersama teman di
lingkungan rumah dan Ibu 3 menanggapi cerita anak-anaknya dengan
baik. Ibu 3 jarang sekali mengajak anak untuk berlibur bersama, hal ini
karena tidak adanya uang untuk keperluan seperti itu. Seperti penuturan
Ibu 3:
“Iya kalau Bapaknya lagi di rumah, paling kaya gini aja ngobrol
bentar, nonton TV bareng terus nanti Bapaknya tidur di dalem. Anak-
anak mah nonton TV aja disini sampe ketiduran”
Keluarga Bapak 3 juga menanamkan nilai-nilai agama kepada
anak. Ibu 3 mengikuti pengajian mingguan di mushollah nurul hikmah,
yang lokasinya tidak jauh dari kediaman keluarga Bapak 3. Dan sesekali
Ibu 3 mengajak anaknya yang paling kecil untuk mengaji di mushollah.
22
Ibid
90
Jika sedang di rumah, Bapak 3 pergi ke mushollah nurul hikmah untuk
menjalan shalat maghrib. Meskipun butuh kesabaran dalam menanamkan
nilai-nilai agama kepada anak-anak Ibu 3 tetap mengingatkan anak-
anaknya untuk selalu shalat lima waktu dan mengaji, dengan cara
memberikan tauladan kepada mereka. Ibu 3 mengajarkan kepada anak-
anaknya untuk berperilaku baik dan sopan santun kepada siapapun.
3) Keluarga Bapak dan Ibu 4
Komunikasi yang terjalin dalam keluarga Bapak 4 cukup baik.
Orang tua mempunyai cukup banyak waktu untuk berkomunikasi dengan
anak-anaknya, hal ini dikarenakan Bapak dan Ibu 4 berdagang di
kediaman sendiri. Bapak 4 selalu menanyakan segala kegiatan yang telah
dilakukan anak-anaknya di sekolah.Anak-anak juga selalu terbuka dan
senang menceritakan segala aktivitas dan kegiatannya di luar rumah. Hal
ini menjadikan kedekatan dalam keluarga Pak S dan Ibu J terjalin dengan
sangat baik. Berikut penuturan Ibu 4:
“Kan saya kerjanya juga di rumah ya, dagang begini jadi adalah
waktu komunikasi sama anak. Anak-anak juga ga pernah ngelawan sih
sama saya. Kalau lagi bandel, paling saya cuma nasehatin aja gitu ga
pernah mukul gitu.”
Bapak dan Ibu 4 menanamkan nilai-nilai agama kepada anaknya
dengan cukup baik. Ibu 4 selalu mengingatkan anak-anaknya untuk
shalat lima waktu, walaupun anak-anak terkadang susah untuk
melaksanakannya. 23
2. Pembahasan Penelitian
a. Pola Pendidikan Otoriter
Pola pendidikan otoriter ini memiliki banyak dampak yang kurang
baik terhadap perkembangan anak. Braumind mengemukakan bahwa
perilaku anak yang orang tuanya bersikap otoriter dapat ditandai dengan
23
Hasil Wawancara dan Observasi yang dilakukan pada hari Senin, tanggal 10 Januari 2019, di
kediaman Ibu 4
91
mudahnya anak tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah
terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas dan
tidak bersahabat.24
Keluarga yang menerapkan pola pendidikan otoriter merupakan
keluarga Bapak 3. Bapak 3 sering kali memberikan hukuman yang cukup
keras kepada anak ketika anak melakukan suatu kesalahan dan melanggar
peraturan yang telah dibuat, seperti tidak boleh pulang larut malam dan lain
sebagainya. Hal ini berdampak buruk terhadap sikap anak, diketahui bahwa
anak 3.2 beberapa kali menunjukkan sikap yang kurang baik. 3.2 senang
bermain sampai larut malam dan tidak mendengarkan nasihat-nasihat orang
tuanya.25
Tidak hanya dalam pergaulan, 3.2 juga mempunyai masalah di
sekolah. Ibu 3 sering sekali mendapat panggilan dari sekolah sikap 3.2 yang
kurang baik di sekolah, seperti membolos, merokok dan lain sebagainya.26
b. Pola Pendidikan Permisif
Pola pendidikan permisif mempunyai beberapa dampak negatif
seperti, anak akan menjadi sukar diatur, keras kepala, kurang ajar, sukar
membedakan norma yang benar dan salah, banyak permintaan, mengharap
perhatian yang tetap dan mementingkan diri sendiri, merasa kurang aman,
cemas, takut dan mentalnya kurang mantap.27
Namun, selain dampak negatif
pola asuh ini juga mempunyai dampak yang positif, Menurut Syamsu Yusuf
perilaku anak yang berasal dari orang ttua permisif yaitu pandai mencari
jalan keluar, dapat bekerja sama, dan percaya diri.28
Keluarga yang menerapkan pola pendidikan permisif yaitu, pertama
keluarga bapak 1, komunikasi yang terjalin antara bapak 1 dan ketiga
24
Ainis Mufarida, Jurnal tentang Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Miskin (UNESA),
(Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2013), hal. 4 25
Hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti secara berkala sejak bulan Desember
sampai Februari 2019, di kediaman keluarga Bapak 3 26
Hasil wawancara dan observasi dengan Ibu Oy sebagai tetangga, pada hari Minggu, tanggal 20
Januari 2019, di kediaman Ibu Oy 27
Markum M. Enoch, Anak, Keluarga dan Masyarakat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), hal.108-
110 28
Ainis Mufrida, op.cit, hal. 4
92
anaknya sangat terbatas, hal ini karena kesibukan bapak 1 yang sering kali
pulang larut malam. Selain itu, bapak 1 kurang memberikan dukungan dan
jarang memberikan penghargaan kepada anak ketika anak mendapatkan
suatu prestasi. Dengan komunikasi yang terbatas menjadikan hubungan
bapak 1 dan anak-anaknya tidak terlalu dekat, bapak 1 tidak mengetahui
kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan anaknya baik di sekolah maupun
di rumah. Hal ini berdampak pada karakteristik anak yang menjadi sulit
diatus dan keras kepala.29
Keluarga kedua yaitu Keluarga bapak 2. Keluarga ini menerapkan
pola pendidikan permisif kepada anak-anaknya. Orang tua sibuk bekerja,
sehingga mengabaikan pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal ini
berdampak kepada sikap 2.3 yang keras kepala dan sering mencari perhatian
kepada teman-teman bermainnya. Anak-anak keluarga bapak 2 juga
diketahui, jarang sekali bermain di lingkungan rumah, mereka lebih senang
menonton TV dan membaca novel di rumah.
Selain dampak negatif, terdapat pua dampak postif dari pola yang
diterapkan bapak dan ibu 2. Anak-anak bapak dan ibu 2 menjadi lebih
mandiri dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Anak pertama bapak 2
yaitu 2.1 lebih senang berjalan kaki menuju sekolahnya yang cukup jauh,
setiap pagi pukul 05.00 2.1 sudah siap untuk berangkat sekolah.30
Hal ini
jarang sekali dilakukan oleh anak-anak seusianya, yang lebih senang naik
kendaraan umum atau bahkan meminta orang tua untuk mengantarnya. Akan
tetapi, dampak positif dari pola pendidikan permisif ini sangat jarang
ditemukan saat ini.
Keluarga Bapak 4 juga menerapkan pola pendidikan yang permisif di
dalam keluarganya. Dampak yang terjadi dalam keluarga bapak 4 tidak jauh
berbeda dengan keluarga lain yang juga menerapkan pola pendidikan yang
29
Hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti secara berkala sejak bulan Desember
sampai Februari 2019, di kediaman keluarga Bapak 1 30
Hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti secara berkala sejak bulan Desember
sampai Februari 2019, di kediaman keluarga Bapak 2
93
permisif, yaitu seperti anak menjadi sulit untuk diatur, keras kepala, merasa
paling benar dan ingin menang sendiri.31
c. Pola Pendidikan Demokratis
Pola pendidikan demokratis akan menghasilkan komunikasi yang
baik antara dua pihak. Anak menjadi kreatif dan mudah untuk berinisiatif ,
anak akan mudah menyesuaikan dirinya di lingkungan yang baru ia temui, ia
juga akan tumbuh lebih percaya diri, dan terlatih untuk bertanggung jawab
dan berani untuk mengambil keputusan.
Keluarga Bapak 1 menerapkan pola pendidikan demokratis di dalam
keluarga. Pola pendidikan ini memberikan dampak yang positif bagi anak-
anak keluarga Bapak 1. Anak-anak menjadi lebih kreatif, lebih cepat
menangkap sesuatu dan lebih percaya diri dibanding dengan teman-teman
seusianya. Hal ini sangat terlihat jelas saat anak-anak bermain, anak kedua
yaitu 1.2 sering sekali menjadi seorang pemimpin di dalam suatu permainan.
Selain itu, 1.1 mempunyai teman yang sangat banyak, hal ini menandakan
bahwa 1.1 sangat mudah bergaul.
Tidak hanya keluarga Bapak 1, keluarga Bapak 3 juga menerapkan
pola pendidikan demokratis. Keluarga Bapak 3 mempunyai komunikasi yang
baik dengan anak-anaknya, anak-anak selalu bersikap terbuka terhadap
orang tua tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang telah mereka lakukan baik
di sekolah maupun di rumah dan orang tua menanggapi setiap cerita anak
dengan sangat baik. Hal ini memberikan dampak positif kepada anak, seperti
anak menjadi mempunyai tujuan dan cita-cita yang jelas untuk masa
depannya. Anak-anak keluarga Bapak 3 juga sangat mudah bergaul di
lingkungan tempat tinggalnya.32
Keluarga ketiga yang menerapkan pola pendidikan demokratis yaitu
keluarga Bapak 4. Pola pendidikan ini memberikan dampak kepada anak-
31
Hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti secara berkala sejak bulan Desember
sampai Februari 2019, di kediaman keluarga Bapak 4 32
Hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti secara berkala sejak bulan Desember
sampai Februari 2019, di kediaman keluarga Bapak 3
94
anaknya seperti anak-anak menjadi lebih percaya diri dan mudah
menyesuaikan diri di lingkungan yang baru.33
33
Hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti secara berkala sejak bulan Desember
sampai Februari 2019, di kediaman keluarga Bapak 4
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dari analisis data temuan di lapangan
sebagaimana yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Orang tua dengan status sosial ekonomi rendah di RT.01/010 Kelurahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi menerapkan pola
pendidikan yang berbeda-beda. Terdapat 2 keluarga yang lebih cenderung
menerapkan pola pendidikan permisif dan 2 keluarga lainnya lebih
cenderung menerapkan pola pendidikan yang demokratis di dalam keluarga.
2. Faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
kepemilikan dan jenis tempat tinggal merupakan faktor utama yang
mempengaruhi orangtua dalam memberikan pola pendidikan kepada anak di
dalam keluarga. Faktor yang mempengaruhi orangtua dalam memberikan
pola pendidikan permisif diantaranya faktor pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan dan jenis tempat
tinggal orangtua. Kedua orangtua responden yang memberikan pola
pendidikan merupakan orangtua dengan pendidikan yang sangat rendah.
Selain faktor pendidikan, faktor lain yang sangat mempengaruhi adalah
pekerjaan dan pendapatan keluarga. Kedua keluarga responden merupakan
pedagang kecil dengan pendapatan yang tidak terlalu besar, sehingga
orangtua harus bekerja dengan giat dan terkadang melalaikan tugas mereka
untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Faktor jumlah tanggungan
keluarga, kepemilikan dan tempat tinggal keluarga juga tidak kalah
mempengaruhi. Keluarga kedua responden mempunya jumlah tanggungan
keluarga yang cukup banyak, sehingga kebutuhan yang diperlukan juga
meningkat dan kedua keluarga responden tinggal di sebuah rumah kontrakan
yang tidak begitu besar dengan lingkungan yang padat.
96
Faktor yang mempengaruhi orangtua dalam memberikan pola
pendidikan demokratis diantaranya adalah pendidikan orang tua. Keluarga
responden yang memberikan pola demokratis mempunyai pendidikan yang
cukup tinggi. Selain faktor pendidikan. Faktor lingkungan tempat tinggal
keluarga dan adat kebiasaan yang diturunkan oleh orangtua terdahulu juga
cukup mempengaruhi orangtua dalam memberikan pola pendidikan kepada
anaknya. Keluarga responden yang memberikan pola demokratis tinggal di
lingkungan yang cukup baik, dekat dengan masyarakat yang berpendidikan
tinggi dan lebih terbuka.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pola pendidikan anak dalam
keluarga dengan status sosial ekonomi rendah dengan studi kasus yang
bertempat di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria,
Bekasi yang penulis lakukan dengan berbagai tahap, sehingga pada tahap
kesimpulan. Terdapat beberapa saran yang ingin penulis sampaikan diantaranya:
1. Bagi Orang tua, sebaiknya orang tua bersikap terbuka dengan anak,
memberikan pengontrolan dan pengawasan terhadap kegiatan anak-anak
baik di lingkugan rumah maupun di sekolah, memberikan contoh teladan
perbuatan yang baik dan buruk, membebaskan untuk mengungkapkan
pendapat, perasaan dan keinginannya agar anak dapat mewujudkan sikap
sosial yang baik serta memberikan dukungan, motivasi dan perhatian lebih
terhadap kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan anak baik di sekolah
maupun di rumah.Orang tua juga harus menambah wawasan baru tentang
bagaimana cara mendidik anak yang baik dan sesuai dengan usianya.
2. Bagi pemerintah, diharapkan pemerintah dapat memberikan penyuluhan
secara bertahap tentang cara mendidik anak dengan baik dan benar yang
sesuai dengan usia dan karakteristik anak terutama pada keluarga dengan
status sosial ekonomi yang rendah di RT.01/010 Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi.
97
3. Bagi masyarakat, diharapkan masyarakat dapat memberikan motivasi kepada
orang tua dengan status sosial ekonomi yang rendah untuk selalu
memperhatikan anak-anaknya.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan penelitian yang
dengan keterbatasan tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian.
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah populasi dan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini terlalu sedikit sehingga hasil penelitian ini tidak
dapat menjadi patokan atau kesimpulan tetap, karena hasil yang di dapat bisa
saja berbeda jika dilakukan penelitian pada lokasi yang berbeda.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. Sosiologi Skematika: Teori dan Terapan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012).
Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hal.91-92
Ahmadi, Abu dan Nur Unbayati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1991)
Anita, Dian. “Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi
Berprestasi dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bantul Tahun Ajaran
2014/2015”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, (Yogyakarta: UNY), 2015.
Arif, Mukhrizal dkk. Pendidikan Posmodernisme (Telaah Kritis Pemikiran Tokoh
Pendidikan). (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014).
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Yogyakarta:
Rieneka Cipta, 1999).
Azyumardi, Azra. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengh Tantangan
Milenium III Edisi Pertama, (Rawamangun: Kencana, 2012).
Baro, Rachmad. Penelitian Hukum Non-Doktrinal. (Yogyakarta: Deepublish, 2016).
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta:Rieneka Cipta, 2008).
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi (Format-format Kuantitatif
dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen
dan Pemasaran), (Jakarta: Kencana, 2013).
Damsar dan Indriyani. Pengantar Sosiologi Ekonomi. (Jakarta: Kencana, 2009).
Damsar. Pengantar sosiologi Ekonomi (Edisi Revisi). (Jakarta:Kencana 2011), Cet-2.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998).
Dewi, Rani Anggraeni & Siti Musdah Mulia. 9 Jurus Menjadi Orang tua Bijak:
Mengasuh dengan Hati dalam Pendidikan Karakter. Cet. I. (Bandung: Penerbit
NuansaCendikia, 2015).
Djamarah, Syaiful Bahri. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga
(Untuk Membangun Citra dan Membentuk Pribadi Anak). (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2014).
99
Fuaduddin TM. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam. (Jakarta: Lembaga Kajian
Agama dan Jender).
Gandhi, Teguh Wangsa HW. Filsafat Pendidikan: Mazhab-mazhab Filsafat
Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016).
Gunarsa, Singgih D. Dan Yulia Singgih D. Gunarsa. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. (Jakarta: PT Gunung Mulia).
Hendariah, Rizka. (108011000043) Mahasisiwi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Konsep Pendidikan Anaka dalam Keluarga (Mendidik Anak Tanpa Kekerasan).
(Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).
Heri Noer Aly dan Munzier. Watak Pendidikan Islam. (Jakarta: Friska Agung Insani,
2000).
Huraerah, Abu M.Si. Kekerasan Terhadap Anak. (Bandung:Penerbit Nuansa, 2006).
Husaini, M dan M Noor. HS. Himpunan Istialah Psikologi. (Jakarta: Mutiara, 1978).
Indarwati, Endang Sri. Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi Keluarga
Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara. Jurnal Psikologi
UNDIP, Vol.14 No.1, April 2015.
Isjoni. Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2006).
Istiadah. Pembagian Kerja Rumah Tangga Dalam Islam. (Jakarta: Lembaga Kajian
Agama dan Jender, 1999).
Jailani, M. Syahran. (Dosen Fakultas IlmuTarbiyah & Keguruan IAIN STS Jambi).
Teori Pendidikan Keluarga Dan Tangung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan
Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Vol.8 Nomor 2. 2014.
J.R.Racho. Metode Penelitian Kualitatif: bisnis karakteristik dan keunggulannya.
(Jakarta: Grasindo, 2010).
Lestari, Sri. Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga), (Jakarta: Kencana Prenada Mdia Group, 2012).
Lickona, Thomas. Character Matters (persoalan karakter): bagaimana membantu anak
mengembangkan penilaian yang baik, integritas, dan kebajikan penting lainnya.
100
Terj. Juma Abdu Wamaungo dan Jean Antunes Rudolf Zien. (Jakarta: PT Bumi
Aksara), 2012
Luthfi, Ervina. Mengenal 4 Jenis Pekerjaan Menjanjikan di Bidang Media Sosial
(www.labana.id). diposting pada 15 Desember 2016 dikutip pada 27 November
2018 pukul 15.36
Ma’rifah Inayati dkk. Pola Asuh Anak dalam Keluarga Pemulung. Jurnal Harkat: Media
Komunikasi Gender 14 (1). (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018)
Maulidah, Fadliyah dan Ady Soejoto. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapattan dan
Konsumsi Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Timur. Vol.3
No.1 Tahun 2015.
Mufarida, Ainis. Jurnal tentang Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga Miskin
(UNESA), (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2013).
Mu’in, Fatchul. Pensisikan Karekter Konstruksi Teoritik dan Praktik (urgensi
Pendidikan Progresif dan Revitalisasi Peran Guru dan Orangtua. ( Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011).
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1994).
Nurdin, M. Amin dan Ahmad Abrori. Mengerti Sosiologi. (Ciputat: UIN Jakarta Press,
2006).
Nurmasari, Ratna Hari Wahyono, dan Agung Haryono, Peran Status Sosial Ekonomi
Orangtua dalam Penyusunan Orientasi Masa Depan Anak, Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian dan Pengembangan Volume 1 Nomor 11, November 2016.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah
Edisi Pertama. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).
Padjrin, Pola Asuh Anak dalam Perspektif Pendidikan Islam, (Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang), Intelektualita Volume 5, Nomor 1, Juni 2016,
https://www.jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita, hal. 7
Purwatiningsih, Merry. Pola Pendidikan Anak Dalam Keluarga Pemulung. Program
Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta. 2005.
Putra, Nusa. Research and Development. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011).
101
_________ Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012).
Rifa’i, Muhammad. Sosiologi Pendidikan (Struktur & Interaksi Sosial di dalam Institusi
Pendidikan). (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. III, 2016).
Setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008).
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an.
Cet.II (Jakarta: Lentera Hati, 2004).
Silalahi, Karlinawati dan Eko A. Meinarno. Keluarga Indonesia Aspek dan Dinamika
Zaman. (Jakarta: Rajawali Press, 2010).
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012). Ed.1. Cet.44.Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung:
Alfabeta, 2006).
Soekanto, Soejono. Kamus Sosiologi Cet. Ke-1. (Jakarta: CV Rajawali, 1983).
Sudremi, Yuliana. Pengetahuan Sosial Ekonomi kelas X, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
Sunartiningsih. Menghidupkan 8 Fungsi Keluarga Menuju Keluarga Sejahtera.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
(Bandung: Alfabeta Bandung, 2012).
_________ Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2011).
Sururin dan Moh. Muslim, (Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Koordinator
Bidang Hukum dan Advokasi PP Muslimat NU, Sekretaris HIDMAT Muslimat
NU dan Dosen Institut Bisnis Nusantara Jakarta), Pendidikan Bagi Calon
Pengantin, 2019,
Suyanto, Bagong. Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik, tahun XIV. nomor 4 , Oktober 2001.
Susanto, Astrid S. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. (Bandung: Bina Cipta,
1979).
Thalib, Syamsu Bachri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
(Jakarta: Kencana, 2010).
102
Tridhonanto, Al dan Beranda Agency. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis.
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014).
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
Vembriarto. St. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1993)
Wahy, Hasby. (Dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry). Keluarga
Sebagai Basis Pendidikan Pertamadan Utama. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA
Februari 2012. VOL XII NO. 2
Wahyu MS, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986).
Wahyuni, Dwi. Studi Tentang Pola Asuh Anak dalam Meningkatkan Ketahanan
Keluarga. (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga Sejahtera dan
Peningkatan Kualitas Perempuan,BKKBN, 2003).
Wamaungo, Juma Abdu dan jean Antunes Rudolf Zien. Character Matters (Persoalan
Karakter): Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik,
Integritas, dan Kebajikan Penting Lainnya. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012).
Wijiyanto dan Ika Farida Ulfa. Pengaruh Status Sosial dan Kondisi Ekonomi Keluarga
terhadap Motivasi Bekerja Bagi Remaja Awal (Usia 12-16 Tahun) di Kabupaten
Ponorogo). Al-Tijarah Vol.2. No.2. Desember 2016.
Yusuf, Angga Syaripudin (109015000130). Kerukunan Umat Beragama Antara Islam,
Kristen dan Sunda Wiwitan (Studi Kasus: Kelurahan Cigugur Kecamatan
Cigugur, Kuningan-Jawa Barat). (UIN Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2014).
http;//www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html. diunduh pada 12
November 2018 pukul 13.24.
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4119922/kenapa-patkan-
pendapatan-orang-miskin-di-ri-rp-400000bulan, diunduh pada hari Selasa 23
Oktober 2018, pukul 04.33
LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Instrumen Observasi
TABEL PEDOMAN OBSERVASI
Tempat Partisipan Hal Yang Diamati
Lingkungan RT.
01/010 Kelurahan
Medan Satria,
Kecamatan Medan
Satria, Bekasi
1. Ketua RT a. Mengetahui jumlah keluarga
yang tinggal di RT.01/010
Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria,
Bekasi.
b. Mengetahui luas dan batas
wilayah RT. 01/010 Kelurahan
Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Bekasi.
c. Mengetahui kondisi sarana dan
prasarana yang terdapat di RT.
01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi.
d. Mengetahui kontribusi keluarga
dengan status sosial ekonomi
rendah di lingkungan
RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan
Satria, Bekasi.
2. Masyarakat di a. Mengamati hubungan sosial
lingkungan tempat
tinggal keluarga
dengan status sosial
ekonomi rendah
keluarga di RT. 01/010
Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria,
Bekasi.
b. Mengetahui tanggapan
masyarakat terhadap keluarga
dengan status sosial ekonomi
rendah di RT. 01/010
Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria,
Bekasi.
Tempat tinggal
keluarga yang
menjadi partisipan
1. Orangtua
2. Anak
a. Mengetahui latar belakang
sosial ekonomi keluarga.
1) Tingkat pendidikan
orangtua.
2) Mata pencaharian orangtua.
3) Pendapatan orangtua.
4) Jumlah tanggungan
orangtua.
5) Kepemilikan harta.
6) Jenis tempat tinggal
keluarga.
b. Mengetahui perilaku anak
ketika berada di rumah.
c. Mengetahui interaksi antara
anak dengan orangtua.
d. Mengetahui pola pendidikan
yang diberikan orangtua kepada
anak.
Lampiran 2
Instrumen Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ORANGTUA
Nama Informan :
Tempat Tanggal Lahir :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
2. Sebelum menetap di daerah ini dimana Bapak/Ibu tinggal?
3. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
4. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
5. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
6. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
7. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
8. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
9. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No. Nama Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
10. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
11. Apatujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
12. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
13. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
14. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
15. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
16. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
17. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
18. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
19. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
20. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
21. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
23. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
24. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
25. Adakah pengaturan jam belajar anak?
26. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
27. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
28. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
PEDOMAN WAWANCARA ANAK
Nama :
Usia :
Waktu Wawancara :
Pertanyaan
1. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
2. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
3. Menurut kamu, apakah peraturan tersebut memberatkan?
4. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
5. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
6. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
7. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
8. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
9. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
10. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
11. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
12. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
13. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
14. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
15. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
16. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
17. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
18. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
19. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
TRANSKIP WAWANCARA ORANG TUA
Nama Informan : Ibu 1
Usia : 33 Tahun
Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar
Alamat : Gang H. Halimi No.46 Rt.01/010 Kelurahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Udah empat tahunan, saya dari awal menikah emang udah tinggal di
daerah sini. Berarti emang dari awal disini ya? Iya, tadinya tinggal bareng ibu di
sebelah tapi pas AI umur satu tahun setengah saya sama suami pindah ke kontrakan
dan pas banget dapet kontrakannya yang ga jauh dari rumah emak.
2. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
Jawaban: Asli Betawi. Kalau Pak A dari mana? Sama Betawi juga, asli betawi.
3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu? apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
Jawaban: saya sekolahnya cuma tamat SD aja, dulu sih sama emak disuruh lanjutin
sekolah tapi sayanya ga mau. Kalau suami sampai tamat SMP. Kalau yang tidak
formal, sepeti les, private atau kursus gitu pernah? ga pernah juga ikut les-lesan
paling ya ngaji aja gitu.
4. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
Jawaban: Ga, Cuma suami aja yang kerja. Kalau saya sih ibu rumah tangga aja,
ngurusin anak aja di rumah. Sebenernya sih pengen kerja, tapi kalau saya kerja nanti
anak saya siapa yang jagain. Apalagi masih pada kecil-kecil begini ya mau bayar
orang juga saya ga sanggup.
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
Jawaban: Sebenernya kerjaan suami saya mah ga nentu, kalau lagi ada panggilan ya
dia berangkat kalau lagi kosong ya dia diem aja di rumah gitu, Alhamdulillah sih ini
lagi di panggil sama bos nya buat jagain parkiran motor di deket Naga Swalayan.
Saya juga seneng gitu ya soalnya dapet kerjaan lagi. Suami sih kalau berangkat ga
nentu juga dia, kadang berangkat pagi kadang siang ya gitu deh ga nentu pulangnya
juga sama.
6. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
Jawaban: Penghasilan suami mah ga jelas,kalau lagi banyak ya alhamdulillah
dapetnya. Sebulan paling sekitar 1.500.000 an.
7. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
Jawaban: Sebenernya masih kurang banget, apalagi kan saya ngontrak ya sebulan
aja buat kontrakan udah berapa, belum lagi dipotong yang lain-lain. Tapi ya
dicukup-cukupin aja, saya atur aja uangnya, saya selalu masak di rumah, pake yang
bisa dibeli aja. Makanya AI suka makan di rumah kalau lagi jam istirahat biar lebih
irit, jadi kalau ngasih dia bekel jajan ga banyak-banyak karena kan udah makan di
rumah. Yang penting mah buat sekolah anak jangan sampe gaada.
8. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No. Nama
Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1. Bapak 1 Suami Laki-laki 34 Tahun Bekerja
2. Ibu 1 Istri Perempuan 33 Tahun Ibu Rumah
Tangga
3. 1.1 Anak Laki-laki 10 Tahun Pelajar
4. 1.2 Anak Laki-laki 3 Tahun 5
Bulan
-
5. 1.3 Anak Laki-laki 2 Tahun -
9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
Jawaban: Kalau pendidikan anak itu penting lah ya, penting banget. Jangan kaya
Ibunya sekolahnya cuma bisa sampai SD.
10. Apa tujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: Biar anak bisa jadi anak yang pinter ga kayak ibunya, biar pada soleh dah
tuh anak-anak. Kalau bisa anak-anak harus lulus sekolah, minimal SMA. Syukur-
syukur kalau bisa kuliah nanti. Jangan kaya Orang tuanya.
11. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
Jawaban: Sekolah ya, tapi pendidikan orang tua juga penting ya.
12. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
Jawaban: Iya, anak mah ikut-ikut aja ya soalnya kan masih pada kecil hehe.
13. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
Jawaban: Gaada sih.
14. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
Jawaban: Bapaknya, kalau ada apa-apa juga yang ini Bapaknya.
15. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
Jawaban: Iya, saya perhatiin takutnya nanti mainnya berantem, takut jatuh terus
kalau mainnya pada jauh. Jadi kalau lagi main saya liatin gitu saya temenin kadang
sambil masak sama beres-beres rumah.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
Jawaban: Saya sih nanya ke anak tadi ada tugas ga di sekolah, tadi ngapain aja di
sekolah. Jadi nanya langsung ke anak.
17. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
Jawaban: Kalau baik ya saya dukung kaya cita-citanya kan dia mau jadi pemain bola
ya, ya saya dukung gitu ya sekedar semangat aja juga anak udah seneng.
18. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
Jawaban: Iya, bareng-bareng maunya dimana saya ngasih pilihan gitu mendingan
disini aja lebih deket, enak.
19. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
Jawaban: Ga, masih pada kecil ah disuruhnya juga susah.
20. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
Jawaban: ya paling cuma bilang bagus gitu, kalau ngasih hadiah mah ga pernah Ibu
ga punya uangnya.
21. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
Jawaban: gaada sih, Bapaknya kalau pulang kadang anak-anak udah pada tidur.
Paling kalau sebelum berangkat kerja atau lagi libur gitu.
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
Jawaban: Iya, paling jalan-jalan ke taman ya jalan-jalan aja gitu ga beli apa-apa
cuma main aja keliling-keliling.
23. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
Jawaban: mungkin kaya nyiapin makan pagi ya, nanyain tugas ya gitu-gitu aja sih.
24. Adakah pengaturan jam belajar anak?
Jawaban: Ga, kalau lagi mau belajar ya pada belajar gitu kayak ngulang-ngulang
ngaji. Ibu menemani anak atau tidak ketika anak sedang mengulang pelajaran? Iya
saya temenin, saya suruh nulis ulang.
25. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
Jawaban: Saya marahin paling, kalau susah lagi susah dibilangin”
26. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
Jawaban: Ungkapan verbal aja kayak ngomel gitu sebenernya mah bukan ngomel
ya tapi nasehatin, kalau fisik mah ga pernah ah kasian masa anak dipukul-pukul”
27. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
Jawaban: ga bagus sih ya, tapi suka sebel sih jadi pengen marah aja gitu.
TRANSKIP WAWANCARA INFORMAN
Nama Informan : Ibu 2
Usia : 38
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
Alamat : Jalan Tenggiri No.18 Rt.01/010 Kelurahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Kota
Bekasi
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: saya tinggal disini baru 4 tahunan kayaknya, pokoknya pas DL masih
kelas 2 SMP pindah kesini. Sekarang aja kan, DL udah kelas 2 SMK ya berarti udah
4 tahun ya. Sebelumnya Ibu tinggal di daerah mana? Dulu sih sebelumnya tinggal di
Pondok Ungu, di depan Naga Swalayan tapi pengen pindah aja, eh dapetnya disini.
2. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
Jawaban: Saya dari Jawa. Jawanya dimana bu? Tegal kalau suami dari Purwokerto,
Jawa juga hehe.
3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
Jawaban: Saya ga sekolah, emang nyata beneran ga sekolah. Ponakan emak saya
pada pinter-pinter, tapi saya disuruh sekolah malah ga sekolah. Palingan ngaji-ngaji
aja gitu, namanya juga tinggal di kampung kan ya. Bapaknya kayaknya sih SD itu
juga kayaknya ga sampe tamat deh. Ibu pernah ikut kursus tidak? Ga pernah saya.
4. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
Jawaban: Iya, barengan.
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
Jawaban: Saya sama suami bareng-bareng aja jualan mie ayamnya disini, nanti
Bapaknya paling bolak-balik ke rumah buat ngambil ayam, ngambil aer, sekalian
ngeliat anak-anak. Biasanya sih saya jalan jualan jam setengah tujuhan terus
pulangnya malem kadang-kadang jam 8 atau jam 9 ya kalau udah abis ya pulang.
6. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
Jawaban: ga nentu ya, kurang lebih 2.000.000 dapet.
7. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
Jawaban: Ga cukup sebenernya, tapi ya saya mah bersyukur aja, yang penting anak
sekolahnya lancar jangan sampe putus sekolah, jadi ya yang diutamain ya
sekolahnya anak-anak.
8. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No.
Nama
Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1. Bapak 2 Suami Laki-laki 45 Berdagang
Mie Ayam 2. Ibu 2 Istri Perempuan 38
3. 2.1 Anak Perempuan 17 Pelajar
4. 2.2 Anak Laki-laki 12 Pelajar
5. 2.3 Anak Laki-laki 8 Pelajar
9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
Jawaban: Ya penting ya, pendidikan buat anak mah penting banget. Biarin aja
walaupun ibunya ga sekolah, yang penting anak-anak pada pinter-pinter, apalagi
Alhamdulillahnya si DL mah di sekolah termasuk anak yang pinter. Makanya saya
pengennya dia nerusin sekolahnya biar bisa gapai cita-citanya sama ngangkat derajat
Ibu Bapaknya.
10. Apatujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: Biar anak-anak pinter, pada sholeh ya biar bisa ngangkat derajat orang
tuanya. Saya sih pengennya dia lanjut kuliah ya, tapi gatau dah ini bisa apa enggak.
11. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
Jawaban: Ya, ibunya ya. Ibu ya bu penting banget? Iya penting.
12. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
Jawaban: ga sih, gaada peraturan khusus buat anak.
13. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
Jawaban: ga juga.
14. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
Jawaban: Sama sih, bapaknya sama saya.
15. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
Jawaban: Iya. Dengan cara seperti apa bu? kan Bapaknya suka pulang ke rumah
kalau lagi dagang, nah nanti saya nanya ke Bapaknya.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
Jawaban: Nanya aja langsung ke anaknya, tapi biasanya bapaknya kan suka pulang
kalau lagi dagang, kayak masak ayam, ngambil air gitu. Jadi paling saya nanti nanya
ke bapaknya.
17. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
Jawaban: Kalau baik ya saya dukung.
18. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
Jawaban: Iya, lagian anak-anak mah mainnya juga cuma sama anak-anak disini aja,
ga pernah main jauh-jauh. Apalagi DL ga pernah main dia mah di rumah aja nonton
TV sama baca-baca buku. Kalau milih sekolah bagaimana bu? Kalau sekolah si DL
sama A saya bebasin gitu, tapi IN saya yang nyuruh disana.
19. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
Jawaban: Iya, kadang-kadang, jarang sih ngepel doang paling.
20. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
Jawaban: ga, ga pernah saya.
21. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
Jawaban: Ga selalu, soalnya kalau pulang kan saya udah cape ya jadi pengennya tuh
tidur gitu. Lalu kapan waktu Ibu dan anak-anak berkomunikasi? Ya paling kalau
saya lagi libur aja, lagi di rumah, akhir-akhir ini jualan saya lagi sepi jadi sering
liburnya.
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
Jawaban: ga, ga pernah ga ada uangnya hehe. Kan kalau jalan-jalan harus pegang
uang ya, belum beli ini beli itu duh ribet.
23. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
Jawaban: Kaya nyiapin sarapan gitu, IN juga setiap hari dianter jemput sama
Bapaknya. Apakah setiap hari Ibu menanyakan aktivitas anak di sekolah? Ga, ga
pernah.
24. Adakah pengaturan jam belajar anak?
Jawaban: Ga ada sih, kalau lagi mau belajar ya belajar gitu. Kalau anak-anak lagi
belajar di rumah, Ibu pernah nemenin atau bantu anak ga bu? Ga pernah, lagian saya
ga ngerti ah biar kakanya aja yang bantuin. Kakanya kan pinter, kalau saya ga
paham.
25. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
Jawaban: ya paling nasehatin aja. Ibu dan Bapak pernah sampai memukul anak ga?
saya alhamdulillah ga pernah mukul anak ya, paling ngasih tau aja gitu ya wajar
kaya ibu-ibu yang lain cuma kadang suami saya rada keras ngasih taunya, tapi dia
juga ga pernah mukul sih. Iya jangan di pukul ya bu? Iya jangan ah kasian.
26. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
Jawaban: Ungkapan verbal gitu ya kaya ngomel, nasehatin.
27. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
Jawaban: Ga bagus ya.
TRANSKIP WAWANCARA UNTUK ORANGTUA
Nama Informan : Ibu 3
Usia : 43 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jalan Tenggiri No..18 RT.01/010 Keluarahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Udah lumayan lama, sekitar 15 tahunan. Tadinya di Priuk terus baru
pindah ke Medan Satria ini
2. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
Jawaban: Suami asli Lampung, kalau saya asli Klaten.
3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
Jawaban: Saya SMA. Kalau Bapak apa bu? Bapak SD
4. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
Jawaban: Nggak, saya udah coba dagang-dagang gitu. Tapi berenti soalnya
modalnya kurang terus makanan jualannya juga malah abis dimakanin sendiri sama
anak-anak. Mau coba kerja di PT umur saya udah tua, nanti nggak ada yang jagain
anak-anak juga, apalagi disini ga ada saudara.
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
Jawaban: Jadi supir gitu,baru sih ini jadi supirnya. Tadinya cuma serabutan aja.
6. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
Jawaban: Alhamdulillah kurang lebih 2.500.000,00
7. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
Jawaban: Sebenernya kurang banget, tapi ya gimana. Makanya saya irit-irit, apalagi
anak banyak, keperluan banyak. Makanya saya masak biar ga beli, kalau beli
ngabisin uang banyak banget, walaupun sakit juga saya tetep masak. Kalau ga
masak nanti pada ga makan.
8. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No. Nama Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1. Bapak 3 Suami Laki-laki 48 Supir
2. Ibu 3 Istri Perempuan 43 Ibu Rumah
Tangga
3. 3.1 Anak Laki-laki 17 Pelajar
4. 3.2 Anak Perempuan 15 Pelajar
5. 3.3 Anak Perempuan 10 Pelajar
6. 3.4 Anak Laki-laki 8 Pelajar
9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
Jawaban: Pendidikan anak mah penting banget, di sekolah sama di rumah sama-
sama penting ya.
10. Apatujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: Kalau di rumah kan pergaulannya begitu, takut ke bawa. Jadi supaya anak-
anak bisa ngerti gitu yang baik sama yang salah.
11. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
Jawaban: Sama aja, dua-dua nya berperan penting.
12. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
Jawaban: Iya harus ada, kaya main ga boleh lewat dari jam sembilan malem, pulang
sekolah harus ke rumah dulu kalau mau main ya tetep harus pulang ke rumah dulu
baru main. Saya sering bilang ke anak, kalau pulang sekolah harus ke rumah, kalau
main ga boleh jauh-jauh jangan malem-malem, apalagi kan sekarang lagi banyak
penculikan anak ya, saya juga khawatir sih
13. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
Jawaban: Kadang namanya anak ya, kadang ngelanggar kadang nurut. Kalau ada
bapaknya aja pada takut, kalau bapaknya udah pulang nih udah buru-buru pada
pulang. Kalau yang kecil-kecil pada nurut lagian mainnya juga ga jauh, tapi yang
gede nih suka begitu lah mainnya jauh-jauh mulu, kalau ada bapaknya dia takut
langsung pulang. Kalau kata bapaknya jam empat harus mandi, yaudah pada mandi.
Tapi, kalau cuma ada Ibunya aja ya begitu nanti-nanti. Terus juga kalau jam sepuluh
malem malem belum pulang, sama Bapaknya disuruh kunciin pintu sama. Biasanya
mainnya kemana bu? Disitu tuh pinggir kali sama anak-anak remaja disitu.
14. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
Jawaban: Bapaknya yang suka ambil keputusan.
15. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
Jawaban: Iya, saya awasin kalau lagi main. Tapi saya ga nemenin terus, kan kalau
anak mainnya suka pindah-pindah ya, capek ngikutinnya. Jadi, saya sesekali ngeliat
gitu masih ada disitu apa nggak, nanti saya pulang lagi ke rumah. Buat mastiin aja,
anak masih main disana dan gak jauh mainnya.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
Jawaban:Saya nanya langsung ke anak, tadi ada apaan di sekolah, ngapain aja, ada
tugas atau ga gitu, kalau ada saya suruh kerjain. Kalau anak-anak lagi ada tugas, ibu
yang menemani ya? Kadang ya saya temenin tapi kalau lagi pusing ga saya temenin,
kakanya aja yang nemenin. Kalau aktivitas dirumah bagaimana memantaunya bu?
Ya sama sih, paling saya tanya tadi mainnya sama siapa aja. Terus juga kan kalau di
rumah masih keliatan sama saya, jadi saya suka pantau langsung.
17. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
Jawaban: Iya, yang penting baik buat mereka.
18. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
Jawaban:Iya, tapi saya tetep ngarahin. Kaya kemarin nih nyari sekolah negeri dulu
misalnya yang gratis. Kalau pas S kan belum gratis waktu itu jadi yaudah disitu aja
deh dia maunya disitu, banyak temen-temennya juga yang masuk ke situ
19. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
Jawaban: Iya, saya suruh bantu-bantu. Cape kalau ngerjain sendirian, jadi saya
minta tolong buat bantuin lagian juga emang harus belajar beres-beres rumah,
jangan sampai gak bisa apa-apa nanti.
20. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
Jawaban: Ya paling “oh iya bagus”, udah begitu aja sih. Gak pernah kasih hadiah
apa-apa, gak ada uangnya.
21. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
Jawaban: Iya, kadang-kadang gitu sambil nonton TV bareng-bareng sambil ngobrol
sama anak-anak.
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
Jawaban: Gak pernah, liburannya nonton tv di rumah aja deh.
23. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
Jawaban: Ya nyiapin makanannya, nganter dia pada sekolah gitu.
24. Adakah pengaturan jam belajar anak?
Jawaban: Gak ada sih, Cuma kalau lagi ada tugas sekolah baru saya suruh belajar.
25. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
Jawaban: Paling saya marahin gitu, tapi bapaknya yang suka galak kalau marahin
anak-anak.
26. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
Jawaban: Verbal aja, sesekali bapaknya sih yang mukul dikit gitu.
27. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
Jawaban: Gak sih., tapi kalau ga dikerasin nanti anaknya begitu, takutnya kelewatan.
TRANSKIP WAWANCARA ORANG TUA
Nama Informan : Ibu 4
Tempat Tanggal Lahir : Majalengka, 07 Juni 1977
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jalan Irigasi No. 11 RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Baru sekitar 1 tahunan. Sebelumnya ibu tinggal dimana? Oh sebelumnya
saya tinggal di kelapa satu, Cuma pindah kesini karena cari yang lebih murah tapi
ternyata sepi juga ya disini mah yang belinya sedikit.
2. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
Jawaban: Saya sama suami sama-sama dari Majalengka.
3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
Jawaban: Saya sama suami mah sekolahnya cuma sampai SD, maklumlah orang
kampung. Apakah Ibu/Bapak pernah mengikuti kursus dan sebagainya? Ga pernah,
itu SD aja.
4. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
Jawaban: Iya, Tapi Bapaknya kadang-kadang sih kalau ada panggilan aja. Serabutan
gitu lah ya sebutannya.
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
Jawaban: Bapaknya mah kadang-kadang. Saya dagang mie ayam disini. Kalau
suami ga nentu kerjanya, kalau lagi ada yang manggil aja. Kalau suami lagi di
rumah, ya bantuin saya dagang disini.
6. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
Jawaban: Penghasilannya ga nentu ya, kalau sepi paling 50.000 sehari. Soalnya
saya kan masih baru disini, jadi belum banyak yang tau.
7. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
Jawaban: Alhamdulillah aja, yang penting bisa buat sekolah anak-anak. Dicukup-
cukupin aja, kalau dibilang kurang mah, ya kurang aja gitu gaada cukupnya jadi
dibisa-bisain gitu.
8. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No. Nama Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1. Bapak 4 Suami Laki-laki 44 Serabutan
2. Ibu 4 Istri Perempuan 42 Berdagang
Mie Ayam
3. 4.1 Anak Perempuan 17 Pelajar
4. 4.2 Anak Laki-laki 14 Pelajar
5. 4.3 Anak Laki-laki 2 -
9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
Jawaban: Penting banget ya, pendidikan buat anak itu penting banget buat masa
depan anak. Buat saya pendidikan itu penting banget ya. Pendidikan anak di sekolah
sama di rumah sama-sama penting sih.
10. Apatujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: Ya saya maunya anak-anak bisa sukses, yang penting jangan ngikutin ibu
bapaknya.
11. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
12. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
Jawaban: Iya, ada aturannya kayak pulang sekolah ga boleh main kemana-mana.
Kalau main ga boleh pulang malem-malem.
13. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
Jawaban: Ga lah, gaada.
14. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
Jawaban: Bapaknya, kan kepala keluarga.
15. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
Jawaban: Ga juga sih kadang-kadang aja. Kalau yang besar suka mainnya dimana
bu? Yah dia mah paling juga main kemana sih, di daerah sini aja sih gitu ga suka
jauh-jauh namanya juga perempuan ya.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
Jawaban: Paling nanya, tadi ngapain aja gitu. Tapi jarang banget itu juga.
17. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
Jawaban: Iya saya dukung-dukung aja sih ya, yang penting baik buat dia gitu.
18. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
Jawaban: Iya sih saya mah saya bebasin aja, ga mau ngekang gitu istilahnya. Ya
paling mainnya kemana sih dia mah, sekitaran sini aja palingan. Jadi yang memilih
sekolah anak Ibu yah? Iyalah terserah dia aja mau kemana.
19. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
Jawaban: Iya, nyapu ngepel gitu bantui Ibunya. Tapi namanya juga anak ya harus
disuruh dulu baru mau.
20. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
Jawaban: Gak, ga punya duitnya.
21. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
Jawaban: Iya, kan kerjanya juga di rumah jadi keliatan anak-anak pada main juga
tau.
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
Jawaban: Duitnya gaada ah hehe
23. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
Jawaban: Mungkin kaya nyuruh dia belajar kali ya. Saya juga kadang buatin mereka
sarapan sebelum berangkat sekolah.
24. Adakah pengaturan jam belajar anak?
Jawaban: Ga sih. Kalau anak-anak lagi belajar, Ibu menemani dan membantu anak
atau tidak? Ya paling nanya doang sih, kalau bantuin mah ga bisa lah ga ngerti saya,
kalau ngasih tau atau ngajarin ga mungkin karena pelajarannya susah. Pokoknya ga
mau yang SMP sama SMA ga pernah ngajarin ajahehe.
25. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
Jawaban: Diomong aja, dibilangin di nasehatin.
26. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
Jawaban: Ungkapan Verbal
27. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
Jawaban: Ga bagus sebenernya mah, tapi gimana lagi ya kalau ga dibilangin nanti
begitu lagi.
Transkip Wawancara Anak
Nama : 1.1
Usia : 10 Tahun
Waktu Wawancara : 12 Januari 2019 pukul 12:00
Pertanyaan
20. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Ya gitu dah, baik-baik aja. Kamu suka main sama temen-temen disini ga?
Iya suka sama yang di depan rumah, gak kemana-mana lagi takut diomelin mamah.
21. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
Jawaban: Nggak, biasa aja. Kamu kalau main biasanya sampai jam berapa? Jam
10.00, kan aku mainnya di depan rumah.
22. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
Jawaban: Nggak, aku ga ngejadwal.
23. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
Jawaban: Nggak, mamah yang daftarin sendiri.
24. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
Jawaban: Nggak, aku belajarnya kadang-kadang aja kalau lagi mau.
25. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
Jawaban: Iya. Contohnya gimana, kayak disuruh makan gitu yah? Iya. Kalau belajar
gimana? Iya disuruh belajar kalau malem sama disuruh ngerjain tugas tapi aku
kadang males. Kamu suka disuruh solat ga sama mamah? Iya disuruh, aku kan kalau
maghrib ke Mushollah sama temen-temen. Kalau ngaji? Iya suka juga, aku ikut
pengajian di depan setiap malem tapi sekarang guru-gurunya jarang dateng. Adik-
adik ikut pengajian juga yah? Iya tapi dia mah sore kalau anak gedenya malem, anak
kecil sore.
26. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
Jawaban: Baik. Kalau bapak pulang kerja suka ngajak kamu ngobrol ga? Iya
kadang-kadang.
27. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
Jawaban: Ya gitu ka.
28. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
Jawaban: Iya, suka diomelin mamah kalau ngomong kasar gitu.
29. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
Jawaban: Marah-marah mamah mah. Tapi ga pernah mukul kan? Nggak.
30. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
Jawaban: Iya. Nasehatin aja ya? Iya.
31. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
Jawaban: Iya. Contohnya gimana? Ya dukung aja
32. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
Jawaban: Nyuruh aku makan, sekolah, solat sama ngaji.
33. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
Jawaban: Iya. Kalau lagi libur bapak suka nanya-nanya sekolah kamu ga? Jarang,
tapi suka nyuruh-nyuruh. Nyuruh gimana? Iya kaya ambilin ini, beliin itu kayak
gitu.
34. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
Jawaban: Kadang-kadang, kalau lagi ada motor. Biasanya kemana kalau pergi?
Cuma muter-muter aja di Taman Kelapa Satu. Semuanya diajak? Aku jarang ikut,
soalnya ga muat di motornya.
35. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
Jawaban: Aku belum tau mau jadi apa.
36. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
Jawaban: Iya tau, kan pulang sekolah aku ga pernah main jauh
37. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
Jawaban: Iya bilang.
Transkip Wawancara Anak
Nama : 2.1
Usia : 17 Tahun
Waktu Wawancara : 18 Januari 2019 pukul 16:49
Pertanyaan
1. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Ya baik-baik aja sih ka. Kamu sering main sama tetangga disini atau ga?
Nggak sih ka, aku lebih suka di rumah kalau pulang sekolah juga langsung ke rumah
nonton tv atau baca novel.
2. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
Jawaban: Nggak ada, bebas aja gitu ka. Berarti tidak ada yang memberatkan kamu
yah? Iya ka, ga ada.
3. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
Jawaban: Nggak, aku ga ngejadwal.
4. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
Jawaban: Nggak ka, ya aku nanti ikut-ikut aja. Kalau masalah sekolah gimana,
mamah yang nyuruh sekolah disana atau kamu yang milih sekolahnya? Aku.
5. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
Jawaban: Nggak, aku belajarnya kadang-kadang aja kalau lagi mau.
6. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
Jawaban: Iya. Contoh perhatian mamah gimana? Ya mamah nyuruh makan sama
sekolah gitu.
7. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
Jawaban: Baik-baik aja sih ka. Mamah sama bapak kalau pulang kerja suka ngajak
ngobrol ga? Nggak ka, biasanya mamah langsung tidur.
8. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
Jawaban: Ya gitu-gitu aja ka. Mamah suka nyuruh kamu solat ga? Jarang sih ka,
mamah kan jarang di rumah. Kalau kamu mau main gitu, orang tua suka ngelarang
ga? Ya, mamah sih terserah aku yang penting jangan malem aja pulangnya.Oh gitu,
orang tua kamu kalau lagi ngasih tau kamu nih, bahasanya suka kasar gitu ga?
Nggak ka.
9. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
Jawaban: Jarang ka.
10. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
Jawaban: Ngomel-ngomel.
11. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
Jawaban: Iya paling nasehatin aja gitu ka, biasa lah.
12. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
Jawaban: Iya mamah dukung aku sekolah. Tapi mamah suka nanya kegiatan kamu
di sekolah ga? Nggak ka.
13. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
Jawaban: Paling kayak nyiapin aku makan kalau pagi ka, sama nyekolahin aku kali
yah. Kalau ke adik-adik gimana? Bapak suka nganter jemput IN sekolah ka, soalnya
masih kecil dan sekolahnya jauh kalau aku berangkat sekolahnya jalan kaki aja pagi-
pagi. Kalau J gimana? J juga jalan dulu sampe depan terus naik angkot deh.
14. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
Jawaban: Jarang sih ka, soalnya kalau pulang mamah sama bapak langsung tidur.
Oh iya, mungkin capek ya seharian dagang? Iya ka, aku juga kadang udah tidur.
15. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
Jawaban: Nggak pernah ka. Kalau mamah sama bapak lagi libur di rumah aja? Iya,
paling nonton TV terus tidur ya gitu-gitu aja ka.
16. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
Jawaban: Pengennya sih jadi itu ka yang kayak pembicara gitu di PBB, tapi itu sih
ketinggian banget ya ka. Wah hebat, gak kok kamu pasti bisa tapi orang tua kamu
tau ga cita-cita kamu apa? Nggak mamah mah ga tau.
17. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
Jawaban: Nggak, jarang tau ka.
18. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
Jawaban: Iya suka, kalau mamah lagi di rumah.
PEDOMAN WAWANCARA ANAK
Nama : 3.1
Usia : 15 Tahun
Waktu Wawancara : 23 Januari 2019 pukul 16.35
Pertanyaan
1. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Baik-baik aja ka. Kamu suka main keluar sama teman disini ga? Nggak
sih ka, aku jarang main. Berarti di rumah aja yah? Iya ka. Biasanya kalau di rumah
ngapain aja? Ya paling aku nonton TV aja sih ka terus tidur.
2. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
Jawaban: Nggak. Oh gitu, berarti bebas aja ya? Iya ka.
3. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
Jawaban: Nggak bikin. Tapi kalau malem suka belajar kan? Iya kadang-kadang sih
ka, kalau ada tugas aja. Mamah suka nemenin ga? Nggak.
4. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
Jawaban: Iya ka.
5. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
Jawaban: Nggak ka, kalau lagi pingin aja belajarnya. Kalau ga ada tugas biasanya
aku langsung tidur.
6. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
Jawaban: Iya, kaya makan disiapin mamah terus berangkat sekolah juga aku dianter
mamah pulangnya dijemput. Oh gitu, berarti mamah perhatian banget ya? Iya ka.
Sama adik-adik juga begitu ga? Iya ka.
7. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
Jawaban: Baik ka. Suka ngobrol sama mamah? Iya, aku suka cerita. Oh bagus
berarti ya? Iya.
8. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
Jawaban: Biasa aja sih ka. Mamah ngebebasin kamu banget ga, kaya main
pulangnya boleh malem gitu? Nggak sih ka. Mamah sama Bapak suka keras ga
sama kamu? Nggak juga ka.
9. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
Jawaban: Iya, mamah suka nanyain sih tadi di sekolah ngapain aja. Oh gitu, kalau ke
kaka sama ke adik-adik gimana? Iya sama apalagi si bontot, soalnya mamah takut
dia berantem di sekolah ka.
10. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
Jawaban: Hmm mamah ngomel-ngomel. Tapi pernah ngebentak atau mukul kamu
ga? Nggak sih ka, paling bapak sih yang ngomelnya serem.
11. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
Jawaban: Ungkapan verbal, kayak ngomel-ngomel.
12. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
Jawaban: Iyah. Contohnya gimana? Iya itu kaya anter jemput aku sekolah, terus
banyak deh ka.
13. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
Jawaban: Perhatiannya mamah sama aku, nyiapin aku sama adik-adik makan dll.
14. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
Jawaban: Iya. Kalau bapak suka ngajak kamu ngobrol ga? Iya ka, pas bapak pulang
kerja atau lagi libur.
15. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
Jawaban: Jarang banget ka.
16. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
Jawaban: Aku maunya sih jadi chef ka. Mamah tau ga kamu mau jadi chef? Iya
mamah tau, aku suka bikin kue sama mamah. Oh, mamah nyediain alat-alat untuk
itu yah? Nggak ka, aku paling pake alat seadanya aja, pake panci dll. Wah bagus
banget, belajar buat kue-kue kecil dulu yah? Iyah ka hehe. Mamah dukung cita-cita
kamu ga? Iya dukung.
17. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
Jawaban: Iya, aku sama mamah deket ka. Berarti mamah suka ngawasin kamu yah?
Iya kan deket.
18. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
Jawaban: Iya suka, apalagi kalau ada kejadian lucu di sekolah.
Transkip Wawancara Anak
Nama : 4.1
Usia : 15 Tahun
Waktu Wawancara : 25 Januari 2019 pukul 17:00
Pertanyaan
1. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Baik ka
2. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
Jawaban: Nggak sih ka. Kalau main biasanya sampai jam berapa? Kadang jam 9
atau jam 10. Bapak sama mamah ga nentuin kamu harus pulang jam berapa? Nggak.
3. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
Jawaban: Nggak ka. Kamu belajarnya setiap malem atau gimana? Nggak sih ka, aku
belajar kalau ada tugas aja.
4. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
Jawaban: Jarang sih
5. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
Jawaban: Nggak ka, kalau lagi mau aja belajarnya.
6. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
Jawaban: Biasa aja
7. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
Jawaban: Baik. Kamu suka ngobrol ga sama bapak kalau bapak lagi di rumah? Iya,
kadang-kadang.
8. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
Jawaban: Gimana ya ka. Mamah suka minta kamu buat belajar nggak? Iya, kadang-
kadang ka. Kalau nyuruh solat? Iya ka.
9. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
Jawaban: Jarang.
10. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
Jawaban: Marah-marah gitu. Marahnya keras atau gimana? Biasanya aja kaya
ngomel-ngomel gitu. Cuma marah aja yah? Iya ka.
11. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
Jawaban: Iya, kalau lagi salah paling dimarahin tapi ga pernah mukul
12. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
Jawaban: Nganter aku sekolah
13. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
14. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
Jawaban: Kadang-kadang sih ka
15. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
Jawaban: Jarang banget ka.
16. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
Jawaban: Aku masih bingung mau jadi apa.
17. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
Jawaban: Nggak juga.
18. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
Jawaban: Kadang-kadang iya
TRANSKIP WAWANCARA ORANG TUA
Nama Informan : Ibu 1
Usia : 33 Tahun
Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar
Alamat : Gang H. Halimi No.46 Rt.01/010 Kelurahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Udah empat tahunan, saya dari awal menikah emang udah tinggal di
daerah sini. Berarti emang dari awal disini ya? Iya, tadinya tinggal bareng ibu di
sebelah tapi pas AI umur satu tahun setengah saya sama suami pindah ke kontrakan
dan pas banget dapet kontrakannya yang ga jauh dari rumah emak.
2. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
Jawaban: Asli Betawi. Kalau Pak A dari mana? Sama Betawi juga, asli betawi.
3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu? apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
Jawaban: saya sekolahnya cuma tamat SD aja, dulu sih sama emak disuruh lanjutin
sekolah tapi sayanya ga mau. Kalau suami sampai tamat SMP. Kalau yang tidak
formal, sepeti les, private atau kursus gitu pernah? ga pernah juga ikut les-lesan
paling ya ngaji aja gitu.
4. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
Jawaban: Ga, Cuma suami aja yang kerja. Kalau saya sih ibu rumah tangga aja,
ngurusin anak aja di rumah. Sebenernya sih pengen kerja, tapi kalau saya kerja nanti
anak saya siapa yang jagain. Apalagi masih pada kecil-kecil begini ya mau bayar
orang juga saya ga sanggup.
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
Jawaban: Sebenernya kerjaan suami saya mah ga nentu, kalau lagi ada panggilan ya
dia berangkat kalau lagi kosong ya dia diem aja di rumah gitu, Alhamdulillah sih ini
lagi di panggil sama bos nya buat jagain parkiran motor di deket Naga Swalayan.
Saya juga seneng gitu ya soalnya dapet kerjaan lagi. Suami sih kalau berangkat ga
nentu juga dia, kadang berangkat pagi kadang siang ya gitu deh ga nentu pulangnya
juga sama.
6. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
Jawaban: Penghasilan suami mah ga jelas,kalau lagi banyak ya alhamdulillah
dapetnya. Sebulan paling sekitar 1.500.000 an.
7. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
Jawaban: Sebenernya masih kurang banget, apalagi kan saya ngontrak ya sebulan
aja buat kontrakan udah berapa, belum lagi dipotong yang lain-lain. Tapi ya
dicukup-cukupin aja, saya atur aja uangnya, saya selalu masak di rumah, pake yang
bisa dibeli aja. Makanya AI suka makan di rumah kalau lagi jam istirahat biar lebih
irit, jadi kalau ngasih dia bekel jajan ga banyak-banyak karena kan udah makan di
rumah. Yang penting mah buat sekolah anak jangan sampe gaada.
8. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No. Nama
Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1. Bapak 1 Suami Laki-laki 34 Tahun Bekerja
2. Ibu 1 Istri Perempuan 33 Tahun Ibu Rumah
Tangga
3. 1.1 Anak Laki-laki 10 Tahun Pelajar
4. 1.2 Anak Laki-laki 3 Tahun 5
Bulan
-
5. 1.3 Anak Laki-laki 2 Tahun -
9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
Jawaban: Kalau pendidikan anak itu penting lah ya, penting banget. Jangan kaya
Ibunya sekolahnya cuma bisa sampai SD.
10. Apa tujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: Biar anak bisa jadi anak yang pinter ga kayak ibunya, biar pada soleh dah
tuh anak-anak. Kalau bisa anak-anak harus lulus sekolah, minimal SMA. Syukur-
syukur kalau bisa kuliah nanti. Jangan kaya Orang tuanya.
11. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
Jawaban: Sekolah ya, tapi pendidikan orang tua juga penting ya.
12. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
Jawaban: Iya, anak mah ikut-ikut aja ya soalnya kan masih pada kecil hehe.
13. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
Jawaban: Gaada sih.
14. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
Jawaban: Bapaknya, kalau ada apa-apa juga yang ini Bapaknya.
15. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
Jawaban: Iya, saya perhatiin takutnya nanti mainnya berantem, takut jatuh terus
kalau mainnya pada jauh. Jadi kalau lagi main saya liatin gitu saya temenin kadang
sambil masak sama beres-beres rumah.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
Jawaban: Saya sih nanya ke anak tadi ada tugas ga di sekolah, tadi ngapain aja di
sekolah. Jadi nanya langsung ke anak.
17. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
Jawaban: Kalau baik ya saya dukung kaya cita-citanya kan dia mau jadi pemain bola
ya, ya saya dukung gitu ya sekedar semangat aja juga anak udah seneng.
18. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
Jawaban: Iya, bareng-bareng maunya dimana saya ngasih pilihan gitu mendingan
disini aja lebih deket, enak.
19. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
Jawaban: Ga, masih pada kecil ah disuruhnya juga susah.
20. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
Jawaban: ya paling cuma bilang bagus gitu, kalau ngasih hadiah mah ga pernah Ibu
ga punya uangnya.
21. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
Jawaban: gaada sih, Bapaknya kalau pulang kadang anak-anak udah pada tidur.
Paling kalau sebelum berangkat kerja atau lagi libur gitu.
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
Jawaban: Iya, paling jalan-jalan ke taman ya jalan-jalan aja gitu ga beli apa-apa
cuma main aja keliling-keliling.
23. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
Jawaban: mungkin kaya nyiapin makan pagi ya, nanyain tugas ya gitu-gitu aja sih.
24. Adakah pengaturan jam belajar anak?
Jawaban: Ga, kalau lagi mau belajar ya pada belajar gitu kayak ngulang-ngulang
ngaji. Ibu menemani anak atau tidak ketika anak sedang mengulang pelajaran? Iya
saya temenin, saya suruh nulis ulang.
25. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
Jawaban: Saya marahin paling, kalau susah lagi susah dibilangin”
26. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
Jawaban: Ungkapan verbal aja kayak ngomel gitu sebenernya mah bukan ngomel
ya tapi nasehatin, kalau fisik mah ga pernah ah kasian masa anak dipukul-pukul”
27. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
Jawaban: ga bagus sih ya, tapi suka sebel sih jadi pengen marah aja gitu.
TRANSKIP WAWANCARA INFORMAN
Nama Informan : Ibu 2
Usia : 38
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
Alamat : Jalan Tenggiri No.18 Rt.01/010 Kelurahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Kota
Bekasi
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: saya tinggal disini baru 4 tahunan kayaknya, pokoknya pas DL masih
kelas 2 SMP pindah kesini. Sekarang aja kan, DL udah kelas 2 SMK ya berarti udah
4 tahun ya. Sebelumnya Ibu tinggal di daerah mana? Dulu sih sebelumnya tinggal di
Pondok Ungu, di depan Naga Swalayan tapi pengen pindah aja, eh dapetnya disini.
2. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
Jawaban: Saya dari Jawa. Jawanya dimana bu? Tegal kalau suami dari Purwokerto,
Jawa juga hehe.
3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
Jawaban: Saya ga sekolah, emang nyata beneran ga sekolah. Ponakan emak saya
pada pinter-pinter, tapi saya disuruh sekolah malah ga sekolah. Palingan ngaji-ngaji
aja gitu, namanya juga tinggal di kampung kan ya. Bapaknya kayaknya sih SD itu
juga kayaknya ga sampe tamat deh. Ibu pernah ikut kursus tidak? Ga pernah saya.
4. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
Jawaban: Iya, barengan.
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
Jawaban: Saya sama suami bareng-bareng aja jualan mie ayamnya disini, nanti
Bapaknya paling bolak-balik ke rumah buat ngambil ayam, ngambil aer, sekalian
ngeliat anak-anak. Biasanya sih saya jalan jualan jam setengah tujuhan terus
pulangnya malem kadang-kadang jam 8 atau jam 9 ya kalau udah abis ya pulang.
6. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
Jawaban: ga nentu ya, kurang lebih 2.000.000 dapet.
7. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
Jawaban: Ga cukup sebenernya, tapi ya saya mah bersyukur aja, yang penting anak
sekolahnya lancar jangan sampe putus sekolah, jadi ya yang diutamain ya
sekolahnya anak-anak.
8. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No.
Nama
Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1. Bapak 2 Suami Laki-laki 45 Berdagang
Mie Ayam 2. Ibu 2 Istri Perempuan 38
3. 2.1 Anak Perempuan 17 Pelajar
4. 2.2 Anak Laki-laki 12 Pelajar
5. 2.3 Anak Laki-laki 8 Pelajar
9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
Jawaban: Ya penting ya, pendidikan buat anak mah penting banget. Biarin aja
walaupun ibunya ga sekolah, yang penting anak-anak pada pinter-pinter, apalagi
Alhamdulillahnya si DL mah di sekolah termasuk anak yang pinter. Makanya saya
pengennya dia nerusin sekolahnya biar bisa gapai cita-citanya sama ngangkat derajat
Ibu Bapaknya.
10. Apatujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: Biar anak-anak pinter, pada sholeh ya biar bisa ngangkat derajat orang
tuanya. Saya sih pengennya dia lanjut kuliah ya, tapi gatau dah ini bisa apa enggak.
11. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
Jawaban: Ya, ibunya ya. Ibu ya bu penting banget? Iya penting.
12. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
Jawaban: ga sih, gaada peraturan khusus buat anak.
13. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
Jawaban: ga juga.
14. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
Jawaban: Sama sih, bapaknya sama saya.
15. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
Jawaban: Iya. Dengan cara seperti apa bu? kan Bapaknya suka pulang ke rumah
kalau lagi dagang, nah nanti saya nanya ke Bapaknya.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
Jawaban: Nanya aja langsung ke anaknya, tapi biasanya bapaknya kan suka pulang
kalau lagi dagang, kayak masak ayam, ngambil air gitu. Jadi paling saya nanti nanya
ke bapaknya.
17. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
Jawaban: Kalau baik ya saya dukung.
18. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
Jawaban: Iya, lagian anak-anak mah mainnya juga cuma sama anak-anak disini aja,
ga pernah main jauh-jauh. Apalagi DL ga pernah main dia mah di rumah aja nonton
TV sama baca-baca buku. Kalau milih sekolah bagaimana bu? Kalau sekolah si DL
sama A saya bebasin gitu, tapi IN saya yang nyuruh disana.
19. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
Jawaban: Iya, kadang-kadang, jarang sih ngepel doang paling.
20. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
Jawaban: ga, ga pernah saya.
21. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
Jawaban: Ga selalu, soalnya kalau pulang kan saya udah cape ya jadi pengennya tuh
tidur gitu. Lalu kapan waktu Ibu dan anak-anak berkomunikasi? Ya paling kalau
saya lagi libur aja, lagi di rumah, akhir-akhir ini jualan saya lagi sepi jadi sering
liburnya.
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
Jawaban: ga, ga pernah ga ada uangnya hehe. Kan kalau jalan-jalan harus pegang
uang ya, belum beli ini beli itu duh ribet.
23. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
Jawaban: Kaya nyiapin sarapan gitu, IN juga setiap hari dianter jemput sama
Bapaknya. Apakah setiap hari Ibu menanyakan aktivitas anak di sekolah? Ga, ga
pernah.
24. Adakah pengaturan jam belajar anak?
Jawaban: Ga ada sih, kalau lagi mau belajar ya belajar gitu. Kalau anak-anak lagi
belajar di rumah, Ibu pernah nemenin atau bantu anak ga bu? Ga pernah, lagian saya
ga ngerti ah biar kakanya aja yang bantuin. Kakanya kan pinter, kalau saya ga
paham.
25. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
Jawaban: ya paling nasehatin aja. Ibu dan Bapak pernah sampai memukul anak ga?
saya alhamdulillah ga pernah mukul anak ya, paling ngasih tau aja gitu ya wajar
kaya ibu-ibu yang lain cuma kadang suami saya rada keras ngasih taunya, tapi dia
juga ga pernah mukul sih. Iya jangan di pukul ya bu? Iya jangan ah kasian.
26. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
Jawaban: Ungkapan verbal gitu ya kaya ngomel, nasehatin.
27. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
Jawaban: Ga bagus ya.
TRANSKIP WAWANCARA UNTUK ORANGTUA
Nama Informan : Ibu 3
Usia : 43 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jalan Tenggiri No..18 RT.01/010 Keluarahan
Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Udah lumayan lama, sekitar 15 tahunan.
2. Sebelum menetap di daerah ini dimana Bapak/Ibu tinggal?
Jawaban: Tadinya di Priuk terus baru pindah ke Medan Satria ini
3. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
Jawaban: Suami asli Lampung, kalau saya asli Klaten.
4. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
Jawaban: Saya SMA. Kalau Bapak apa bu? Bapak SD
5. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
Jawaban: Nggak, saya udah coba dagang-dagang gitu. Tapi berenti soalnya
modalnya kurang terus makanan jualannya juga malah abis dimakanin sendiri sama
anak-anak. Mau coba kerja di PT umur saya udah tua, nanti nggak ada yang jagain
anak-anak juga, apalagi disini ga ada saudara.
6. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
Jawaban: Jadi supir gitu,baru sih ini jadi supirnya. Tadinya cuma serabutan aja.
7. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
Jawaban: Alhamdulillah kurang lebih 2.500.000,00
8. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
Jawaban: Sebenernya kurang banget, tapi ya gimana. Makanya saya irit-irit, apalagi
anak banyak, keperluan banyak. Makanya saya masak biar ga beli, kalau beli
ngabisin uang banyak banget, walaupun sakit juga saya tetep masak. Kalau ga
masak nanti pada ga makan.
9. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No. Nama Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1. Bapak 3 Suami Laki-laki 48 Supir
2. Ibu 3 Istri Perempuan 43 Ibu Rumah
Tangga
3. 3.1 Anak Laki-laki 17 Pelajar
4. 3.2 Anak Perempuan 15 Pelajar
5. 3.3 Anak Perempuan 10 Pelajar
6. 3.4 Anak Laki-laki 8 Pelajar
10. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
Jawaban: Pendidikan anak mah penting banget, di sekolah sama di rumah sama-
sama penting ya.
11. Apatujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: Kalau di rumah kan pergaulannya begitu, takut ke bawa. Jadi supaya anak-
anak bisa ngerti gitu yang baik sama yang salah.
12. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
Jawaban: Sama aja, dua-dua nya berperan penting.
13. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
Jawaban: Iya harus ada, kaya main ga boleh lewat dari jam sembilan malem, pulang
sekolah harus ke rumah dulu kalau mau main ya tetep harus pulang ke rumah dulu
baru main. Saya sering bilang ke anak, kalau pulang sekolah harus ke rumah, kalau
main ga boleh jauh-jauh jangan malem-malem, apalagi kan sekarang lagi banyak
penculikan anak ya, saya juga khawatir sih
14. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
Jawaban: Kadang namanya anak ya, kadang ngelanggar kadang nurut. Kalau ada
bapaknya aja pada takut, kalau bapaknya udah pulang nih udah buru-buru pada
pulang. Kalau yang kecil-kecil pada nurut lagian mainnya juga ga jauh, tapi yang
gede nih suka begitu lah mainnya jauh-jauh mulu, kalau ada bapaknya dia takut
langsung pulang. Kalau kata bapaknya jam empat harus mandi, yaudah pada mandi.
Tapi, kalau cuma ada Ibunya aja ya begitu nanti-nanti. Terus juga kalau jam sepuluh
malem malem belum pulang, sama Bapaknya disuruh kunciin pintu sama. Biasanya
mainnya kemana bu? Disitu tuh pinggir kali sama anak-anak remaja disitu.
15. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
Jawaban: Bapaknya yang suka ambil keputusan.
16. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
Jawaban: Iya, saya awasin kalau lagi main. Tapi saya ga nemenin terus, kan kalau
anak mainnya suka pindah-pindah ya, capek ngikutinnya. Jadi, saya sesekali ngeliat
gitu masih ada disitu apa nggak, nanti saya pulang lagi ke rumah. Buat mastiin aja,
anak masih main disana dan gak jauh mainnya.
17. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
Jawaban:Saya nanya langsung ke anak, tadi ada apaan di sekolah, ngapain aja, ada
tugas atau ga gitu, kalau ada saya suruh kerjain. Kalau anak-anak lagi ada tugas, ibu
yang menemani ya? Kadang ya saya temenin tapi kalau lagi pusing ga saya temenin,
kakanya aja yang nemenin. Kalau aktivitas dirumah bagaimana memantaunya bu?
Ya sama sih, paling saya tanya tadi mainnya sama siapa aja. Terus juga kan kalau di
rumah masih keliatan sama saya, jadi saya suka pantau langsung.
18. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
Jawaban: Iya, yang penting baik buat mereka.
19. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
Jawaban:Iya, tapi saya tetep ngarahin. Kaya kemarin nih nyari sekolah negeri dulu
misalnya yang gratis. Kalau pas S kan belum gratis waktu itu jadi yaudah disitu aja
deh dia maunya disitu, banyak temen-temennya juga yang masuk ke situ
20. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
Jawaban: Iya, saya suruh bantu-bantu. Cape kalau ngerjain sendirian, jadi saya
minta tolong buat bantuin lagian juga emang harus belajar beres-beres rumah,
jangan sampai gak bisa apa-apa nanti.
21. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
Jawaban: Ya paling “oh iya bagus”, udah begitu aja sih. Gak pernah kasih hadiah
apa-apa, gak ada uangnya.
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
Jawaban: Iya, kadang-kadang gitu sambil nonton TV bareng-bareng sambil ngobrol
sama anak-anak.
23. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
Jawaban: Gak pernah, liburannya nonton tv di rumah aja deh.
24. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
Jawaban: Ya nyiapin makanannya, nganter dia pada sekolah gitu.
25. Adakah pengaturan jam belajar anak?
Jawaban: Gak ada sih, Cuma kalau lagi ada tugas sekolah baru saya suruh belajar.
26. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
Jawaban: Paling saya marahin gitu, tapi bapaknya yang suka galak kalau marahin
anak-anak.
27. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
Jawaban: Verbal aja, sesekali bapaknya sih yang mukul dikit gitu.
28. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
Jawaban: Gak sih., tapi kalau ga dikerasin nanti anaknya begitu, takutnya kelewatan.
TRANSKIP WAWANCARA ORANG TUA
Nama Informan : Ibu 4
Tempat Tanggal Lahir : Majalengka, 07 Juni 1977
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jalan Irigasi No. 11 RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi
Pertanyaan
1. Sudah berapa lama Bapak/ibu tinggal di RT. 01/010 Keluarahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Baru sekitar 1 tahunan. Sebelumnya ibu tinggal dimana? Oh sebelumnya
saya tinggal di kelapa satu, Cuma pindah kesini karena cari yang lebih murah tapi
ternyata sepi juga ya disini mah yang belinya sedikit.
2. Dari daerah mana Bapak/Ibu berasal?
Jawaban: Saya sama suami sama-sama dari Majalengka.
3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan
pendidikan tambahan selain pendidikan formal?
Jawaban: Saya sama suami mah sekolahnya cuma sampai SD, maklumlah orang
kampung. Apakah Ibu/Bapak pernah mengikuti kursus dan sebagainya? Ga pernah,
itu SD aja.
4. Apakah Bapak dan Ibu sama-sama bekerja?
Jawaban: Iya, Tapi Bapaknya kadang-kadang sih kalau ada panggilan aja. Serabutan
gitu lah ya sebutannya.
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
Jawaban: Bapaknya mah kadang-kadang. Saya dagang mie ayam disini. Kalau
suami ga nentu kerjanya, kalau lagi ada yang manggil aja. Kalau suami lagi di
rumah, ya bantuin saya dagang disini.
6. Berapakah penghasilan Bapak/Ibu dalam satu bulan?
Jawaban: Penghasilannya ga nentu ya, kalau sepi paling 50.000 sehari. Soalnya
saya kan masih baru disini, jadi belum banyak yang tau.
7. Apakah penghasilan yang Bapak dan Ibu peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan membiayai pendidikan anak?
Jawaban: Alhamdulillah aja, yang penting bisa buat sekolah anak-anak. Dicukup-
cukupin aja, kalau dibilang kurang mah, ya kurang aja gitu gaada cukupnya jadi
dibisa-bisain gitu.
8. Berapakah jumal anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab keluarga?
No. Nama Anggota
Keluarga
Hubungan
dengan KK
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis
Kegiatan
1. Bapak 4 Suami Laki-laki 44 Serabutan
2. Ibu 4 Istri Perempuan 42 Berdagang
Mie Ayam
3. 4.1 Anak Perempuan 17 Pelajar
4. 4.2 Anak Laki-laki 14 Pelajar
5. 4.3 Anak Laki-laki 2 -
9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai pendidikan anak?
Jawaban: Penting banget ya, pendidikan buat anak itu penting banget buat masa
depan anak. Buat saya pendidikan itu penting banget ya. Pendidikan anak di sekolah
sama di rumah sama-sama penting sih.
10. Apatujuan Bapak/Ibu dalam mendidik anak?
Jawaban: Ya saya maunya anak-anak bisa sukses, yang penting jangan ngikutin ibu
bapaknya.
11. Menurut Bapak/Ibu siapa yang paling berperan dalam hal mendidik anak?
12. Apakah Bapak/Ibu memberlakukan peraturan khusus kepada anak dan apakah anak-
anak mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat?
Jawaban: Iya, ada aturannya kayak pulang sekolah ga boleh main kemana-mana.
Kalau main ga boleh pulang malem-malem.
13. Apakah ada peraturan yang memberatkan anak?
Jawaban: Ga lah, gaada.
14. Siapakah yang paling berperan saat mengambil suatu keputusan di dalam keluarga?
Jawaban: Bapaknya, kan kepala keluarga.
15. Apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi atau memperhatikan setiap aktivitas anak?
Jawaban: Ga juga sih kadang-kadang aja. Kalau yang besar suka mainnya dimana
bu? Yah dia mah paling juga main kemana sih, di daerah sini aja sih gitu ga suka
jauh-jauh namanya juga perempuan ya.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memantau setiap aktivitas anak?
Jawaban: Paling nanya, tadi ngapain aja gitu. Tapi jarang banget itu juga.
17. Apakah Bapak/Ibu mendukung setiap aktivitas yang dilakukan anak?
Jawaban: Iya saya dukung-dukung aja sih ya, yang penting baik buat dia gitu.
18. Apakah Bapak/Ibu memberikan kebebsasan kepada anak dalam memilih sekolah
atau dalam hal bergaul?
Jawaban: Iya sih saya mah saya bebasin aja, ga mau ngekang gitu istilahnya. Ya
paling mainnya kemana sih dia mah, sekitaran sini aja palingan. Jadi yang memilih
sekolah anak Ibu yah? Iyalah terserah dia aja mau kemana.
19. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apakah Bapak/Ibu melibatkan anak?
Jawaban: Iya, nyapu ngepel gitu bantui Ibunya. Tapi namanya juga anak ya harus
disuruh dulu baru mau.
20. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan hadiah/pujian kepada anak atas prestasi yang
dicapai anak?
Jawaban: Gak, ga punya duitnya.
21. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak
setelah pulang bekerja?
Jawaban: Iya, kan kerjanya juga di rumah jadi keliatan anak-anak pada main juga
tau.
22. Apakah Bapak/Ibu selalu meluangkan waktu untuk mengajak anak berlibur
bersama?
Jawaban: Duitnya gaada ah hehe
23. Bagaimana cara ibu memberikan perhatian kepada anak? Contohnya seperti apa?
Jawaban: Mungkin kaya nyuruh dia belajar kali ya. Saya juga kadang buatin mereka
sarapan sebelum berangkat sekolah.
24. Adakah pengaturan jam belajar anak?
Jawaban: Ga sih. Kalau anak-anak lagi belajar, Ibu menemani dan membantu anak
atau tidak? Ya paling nanya doang sih, kalau bantuin mah ga bisa lah ga ngerti saya,
kalau ngasih tau atau ngajarin ga mungkin karena pelajarannya susah. Pokoknya ga
mau yang SMP sama SMA ga pernah ngajarin ajahehe.
25. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika anak berbuat suatu kesalahan?
Jawaban: Diomong aja, dibilangin di nasehatin.
26. Dalam bentuk hukuman seperti apa yang Bapak/Ibu berikan kepada anak?
(hukuman secara fisik/ungkapanverbal)
Jawaban: Ungkapan Verbal
27. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu dalam pemberian hukuman apakah baik terhadap
perkembangan kepribadian anak?
Jawaban: Ga bagus sebenernya mah, tapi gimana lagi ya kalau ga dibilangin nanti
begitu lagi.
Transkip Wawancara Anak
Nama : 1.1
Usia : 10 Tahun
Waktu Wawancara : 12 Januari 2019 pukul 12:00
Pertanyaan
1. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Ya gitu dah, baik-baik aja. Kamu suka main sama temen-temen disini ga?
Iya suka sama yang di depan rumah, gak kemana-mana lagi takut diomelin mamah.
2. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
Jawaban: Nggak, biasa aja. Kamu kalau main biasanya sampai jam berapa? Jam
10.00, kan aku mainnya di depan rumah.
3. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
Jawaban: Nggak, aku ga ngejadwal.
4. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
Jawaban: Nggak, mamah yang daftarin sendiri.
5. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
Jawaban: Nggak, aku belajarnya kadang-kadang aja kalau lagi mau.
6. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
Jawaban: Iya. Contohnya gimana, kayak disuruh makan gitu yah? Iya. Kalau belajar
gimana? Iya disuruh belajar kalau malem sama disuruh ngerjain tugas tapi aku
kadang males. Kamu suka disuruh solat ga sama mamah? Iya disuruh, aku kan kalau
maghrib ke Mushollah sama temen-temen. Kalau ngaji? Iya suka juga, aku ikut
pengajian di depan setiap malem tapi sekarang guru-gurunya jarang dateng. Adik-
adik ikut pengajian juga yah? Iya tapi dia mah sore kalau anak gedenya malem, anak
kecil sore.
7. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
Jawaban: Baik. Kalau bapak pulang kerja suka ngajak kamu ngobrol ga? Iya
kadang-kadang.
8. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
Jawaban: Ya gitu ka.
9. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
Jawaban: Iya, suka diomelin mamah kalau ngomong kasar gitu.
10. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
Jawaban: Marah-marah mamah mah. Tapi ga pernah mukul kan? Nggak.
11. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
Jawaban: Iya. Nasehatin aja ya? Iya.
12. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
Jawaban: Iya. Contohnya gimana? Ya dukung aja
13. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
Jawaban: Nyuruh aku makan, sekolah, solat sama ngaji.
14. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
Jawaban: Iya. Kalau lagi libur bapak suka nanya-nanya sekolah kamu ga? Jarang,
tapi suka nyuruh-nyuruh. Nyuruh gimana? Iya kaya ambilin ini, beliin itu kayak
gitu.
15. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
Jawaban: Kadang-kadang, kalau lagi ada motor. Biasanya kemana kalau pergi?
Cuma muter-muter aja di Taman Kelapa Satu. Semuanya diajak? Aku jarang ikut,
soalnya ga muat di motornya.
16. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
Jawaban: Aku belum tau mau jadi apa.
17. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
Jawaban: Iya tau, kan pulang sekolah aku ga pernah main jauh
18. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
Jawaban: Iya bilang.
Transkip Wawancara Anak
Nama : 2.1
Usia : 17 Tahun
Waktu Wawancara : 18 Januari 2019 pukul 16:49
Pertanyaan
1. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Ya baik-baik aja sih ka. Kamu sering main sama tetangga disini atau ga?
Nggak sih ka, aku lebih suka di rumah kalau pulang sekolah juga langsung ke rumah
nonton tv atau baca novel.
2. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
Jawaban: Nggak ada, bebas aja gitu ka. Berarti tidak ada yang memberatkan kamu
yah? Iya ka, ga ada.
3. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
Jawaban: Nggak, aku ga ngejadwal.
4. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
Jawaban: Nggak ka, ya aku nanti ikut-ikut aja. Kalau masalah sekolah gimana,
mamah yang nyuruh sekolah disana atau kamu yang milih sekolahnya? Aku.
5. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
Jawaban: Nggak, aku belajarnya kadang-kadang aja kalau lagi mau.
6. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
Jawaban: Iya. Contoh perhatian mamah gimana? Ya mamah nyuruh makan sama
sekolah gitu.
7. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
Jawaban: Baik-baik aja sih ka. Mamah sama bapak kalau pulang kerja suka ngajak
ngobrol ga? Nggak ka, biasanya mamah langsung tidur.
8. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
Jawaban: Ya gitu-gitu aja ka. Mamah suka nyuruh kamu solat ga? Jarang sih ka,
mamah kan jarang di rumah. Kalau kamu mau main gitu, orang tua suka ngelarang
ga? Ya, mamah sih terserah aku yang penting jangan malem aja pulangnya.Oh gitu,
orang tua kamu kalau lagi ngasih tau kamu nih, bahasanya suka kasar gitu ga?
Nggak ka.
9. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
Jawaban: Jarang ka.
10. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
Jawaban: Ngomel-ngomel.
11. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
Jawaban: Iya paling nasehatin aja gitu ka, biasa lah.
12. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
Jawaban: Iya mamah dukung aku sekolah. Tapi mamah suka nanya kegiatan kamu
di sekolah ga? Nggak ka.
13. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
Jawaban: Paling kayak nyiapin aku makan kalau pagi ka, sama nyekolahin aku kali
yah. Kalau ke adik-adik gimana? Bapak suka nganter jemput IN sekolah ka, soalnya
masih kecil dan sekolahnya jauh kalau aku berangkat sekolahnya jalan kaki aja pagi-
pagi. Kalau J gimana? J juga jalan dulu sampe depan terus naik angkot deh.
14. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
Jawaban: Jarang sih ka, soalnya kalau pulang mamah sama bapak langsung tidur.
Oh iya, mungkin capek ya seharian dagang? Iya ka, aku juga kadang udah tidur.
15. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
Jawaban: Nggak pernah ka. Kalau mamah sama bapak lagi libur di rumah aja? Iya,
paling nonton TV terus tidur ya gitu-gitu aja ka.
16. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
Jawaban: Pengennya sih jadi itu ka yang kayak pembicara gitu di PBB, tapi itu sih
ketinggian banget ya ka. Wah hebat, gak kok kamu pasti bisa tapi orang tua kamu
tau ga cita-cita kamu apa? Nggak mamah mah ga tau.
17. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
Jawaban: Nggak, jarang tau ka.
18. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
Jawaban: Iya suka, kalau mamah lagi di rumah.
PEDOMAN WAWANCARA ANAK
Nama : 3.1
Usia : 15 Tahun
Waktu Wawancara : 23 Januari 2019 pukul 16.35
Pertanyaan
1. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Baik-baik aja ka. Kamu suka main keluar sama teman disini ga? Nggak
sih ka, aku jarang main. Berarti di rumah aja yah? Iya ka. Biasanya kalau di rumah
ngapain aja? Ya paling aku nonton TV aja sih ka terus tidur.
2. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
Jawaban: Nggak. Oh gitu, berarti bebas aja ya? Iya ka.
3. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
Jawaban: Nggak bikin. Tapi kalau malem suka belajar kan? Iya kadang-kadang sih
ka, kalau ada tugas aja. Mamah suka nemenin ga? Nggak.
4. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
Jawaban: Iya ka.
5. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
Jawaban: Nggak ka, kalau lagi pingin aja belajarnya. Kalau ga ada tugas biasanya
aku langsung tidur.
6. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
Jawaban: Iya, kaya makan disiapin mamah terus berangkat sekolah juga aku dianter
mamah pulangnya dijemput. Oh gitu, berarti mamah perhatian banget ya? Iya ka.
Sama adik-adik juga begitu ga? Iya ka.
7. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
Jawaban: Baik ka. Suka ngobrol sama mamah? Iya, aku suka cerita. Oh bagus
berarti ya? Iya.
8. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
Jawaban: Biasa aja sih ka. Mamah ngebebasin kamu banget ga, kaya main
pulangnya boleh malem gitu? Nggak sih ka. Mamah sama Bapak suka keras ga
sama kamu? Nggak juga ka.
9. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
Jawaban: Iya, mamah suka nanyain sih tadi di sekolah ngapain aja. Oh gitu, kalau ke
kaka sama ke adik-adik gimana? Iya sama apalagi si bontot, soalnya mamah takut
dia berantem di sekolah ka.
10. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
Jawaban: Hmm mamah ngomel-ngomel. Tapi pernah ngebentak atau mukul kamu
ga? Nggak sih ka, paling bapak sih yang ngomelnya serem.
11. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
Jawaban: Ungkapan verbal, kayak ngomel-ngomel.
12. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
Jawaban: Iyah. Contohnya gimana? Iya itu kaya anter jemput aku sekolah, terus
banyak deh ka.
13. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
Jawaban: Perhatiannya mamah sama aku, nyiapin aku sama adik-adik makan dll.
14. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
Jawaban: Iya. Kalau bapak suka ngajak kamu ngobrol ga? Iya ka, pas bapak pulang
kerja atau lagi libur.
15. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
Jawaban: Jarang banget ka.
16. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
Jawaban: Aku maunya sih jadi chef ka. Mamah tau ga kamu mau jadi chef? Iya
mamah tau, aku suka bikin kue sama mamah. Oh, mamah nyediain alat-alat untuk
itu yah? Nggak ka, aku paling pake alat seadanya aja, pake panci dll. Wah bagus
banget, belajar buat kue-kue kecil dulu yah? Iyah ka hehe. Mamah dukung cita-cita
kamu ga? Iya dukung.
17. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
Jawaban: Iya, aku sama mamah deket ka. Berarti mamah suka ngawasin kamu yah?
Iya kan deket.
18. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
Jawaban: Iya suka, apalagi kalau ada kejadian lucu di sekolah.
Transkip Wawancara Anak
Nama : 4.1
Usia : 15 Tahun
Waktu Wawancara : 25 Januari 2019 pukul 17:00
Pertanyaan
1. Menurut kamu bagaimana kondisi lingkungan di RT.01/010 Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan Medan Satria, Bekasi ini?
Jawaban: Baik ka
2. Apakah orang tua kamu membuat peraturan-peraturan khusus? Jika iya, contohnya
seperti apa?
Jawaban: Nggak sih ka. Kalau main biasanya sampai jam berapa? Kadang jam 9
atau jam 10. Bapak sama mamah ga nentuin kamu harus pulang jam berapa? Nggak.
3. Apakah kamu membuat jadwal kegiatan sehari-hari?
Jawaban: Nggak ka. Kamu belajarnya setiap malem atau gimana? Nggak sih ka, aku
belajar kalau ada tugas aja.
4. Apakah orang tua selalu melibatkan kamu dalam mengambil keputusan seperti
dalam hal memilih sekolah?
Jawaban: Jarang sih
5. Apakah kamu mempunyai waktu khusus untuk belajar atau mengerjakan tugas
sekolah?
Jawaban: Nggak ka, kalau lagi mau aja belajarnya.
6. Apakah kamu merasa diperhatikan oleh kedua orang tua? Jika iya, seperti apa
contohnya?
Jawaban: Biasa aja
7. Bagaimana hubungan yang terjalin antara kamu dengan orangtua di rumah?
Jawaban: Baik. Kamu suka ngobrol ga sama bapak kalau bapak lagi di rumah? Iya,
kadang-kadang.
8. Bagaimana cara orang tua mendidik kamu?
Jawaban: Gimana ya ka. Mamah suka minta kamu buat belajar nggak? Iya, kadang-
kadang ka. Kalau nyuruh solat? Iya ka.
9. Apakah orang tua selalu mengontrol perilaku kamu?
Jawaban: Jarang.
10. Bagaimana reaksi orang tua jika kamu melakukan kesalahan?
Jawaban: Marah-marah gitu. Marahnya keras atau gimana? Biasanya aja kaya
ngomel-ngomel gitu. Cuma marah aja yah? Iya ka.
11. Apakah orang tua kamu pernah memberikan hukuman dengan tangan/ungkapan
verbal?
Jawaban: Iya, kalau lagi salah paling dimarahin tapi ga pernah mukul
12. Apakah orang tua kamu memberikan dukungan? Bentuknya seperti apa?
Jawaban: Nganter aku sekolah
13. Bagaimana sikap orang tua dalam memberikan rasa kasih sayang kepada kamu?
14. Apakah orang tua kamu selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan
kamu?
Jawaban: Kadang-kadang sih ka
15. Apakah orangtua kamu selalu meluangkan waktu untuk mengajak berlibur bersama?
Jawaban: Jarang banget ka.
16. Apakah cita-cita kamu di masa depan?
Jawaban: Aku masih bingung mau jadi apa.
17. Apakah orang tua mengetahui semua aktivitas kamu?
Jawaban: Nggak juga.
18. Apakah kamu suka menceritakan setiap hal yang kamu alami kepada kedua orang
tua kamu?
Jawaban: Kadang-kadang iya