2
27 MPA 312 / September 2012 Jika saja harga gas elpiji me- lambung tinggi, tak perlu panik. Se- geralah bertandang ke pondok pe- santren SPMAA (Sumber Pendi- dikan Mental Agama Allah) Turi, Lamongan. Sebab pesantren ini te- lah memiliki sumber biogas alami sendiri sebagai pengannti gas elpi- ji. Dan yang mencengangkan, ter- nyata biogas itu berasal dari kotor- an santri. “Biogas ini sudah dikem- bangkan pesantren sejak 2005 si- lam,” ujar Gus Hafidh SK Purnomo, SH dengan senyum dikulum. Namun hingga kini biogas tersebut masih belum dimanfaatkan untuk keperluan memasak sehari- hari. Sebab pesantren tak ingin ter- jebak pada polemik ikhtilaf hukum fiqih terkait pemanfaatannya. Mes- ki demikian, biogas ini terus dikem- bangkan sebagai cadangan sumber biogas alternatif. Bahkan ada bebe- rapa pesantren yang telah melakukan alih teknologi biogas ini. Semula bahan biogas tersebut awalnya menggunakan kotoran he- wan. Sebab kotoran hewan sendiri banyak didapat dari peternakan kam- bing yang dimiliki pesantren. Lantar- an kotoran hewan ternak mudah di- proses menjadi pupuk organik, maka pihak pesantren merasa tergugah un- tuk mencoba memanfaatkan kotoran santri. Apalagi sebelumnya pesan- tren dihadapkan kenyataan harus menguras WC minimal tiga bulan sekali. “Biayanya tak murah lho.. Waktu itu kami malah harus menda- tangkan penyedia jasa sedot WC dari Surabaya,” kata salah satu Dewan Pembina Yayasan Ponpes SPMAA ini menjelaskan. Setelah diuji, biogas berbahan tinja santri ini ternyata membuahkan hasil yang memuaskan. Dengan nyala api yang tampak kebiru-biruan, me- nandakan bahwa proses pembakar- annya sempurna. Saat ini ada dua buah sumber biogas yang berada di komplek santri putra dan komplek santri putri. “Teknologi ini pun kami ajarkan kepada masyarakat di sekitar pesantren,” tukas pria kelahiran La- mongan 7 Mei 1971 ini. Pondok yang berada di ka- wasan sentra tambak bandeng ini, selalu menjaga hubungan baik de- ngan masyarakat sekitar dengan berbagi ilmu. Idealnya, pesantren memang seharusnya menjadi pu- sat penyebaran teknologi dan ber- bagai inovasi. Tak itu saja, pesan- tren SPMAA pun mengajak ma- syarakat desa sekitar untuk mela- kukan penghijauan. Sebab wilayah desa Turi merupakan kawasan tan- dus yang minim pepohonan. Gerakan penghijauan itu pun dilakukan pesantren sejak tahun 1997 silam dengan menanam 1.000 lebih bibit pohon mangga. Hasil- nya, desa Turi terlihat hijau dan rindang lantaran banyaknya pepo- honan. “Alhamdulillah.. masya- rakat menyambut baik gerakan ter- sebut. Andai tidak, saya tak bisa membayangkan kawasan ini seper- ti apa panasnya,” ucap Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) teladan tingkat nasional ini. “Andaikata pesantren ini belum melakukan penghijauan dalam komplek sendiri, mungkin saja ma- syarakat enggan mengikuti seruan tersebut,” imbuhnya. Berkah dari gerakan penghijau- an itulah, yang menjadikan suasana lingkungan pesantren terasa asri. Di mana-mana dipenuhi pepohonan yang tumbuh menghijau. Beraneka hayati tampak menghiasi setiap lahan terbuka yang ada di areal pesantren. Udara pun terasa sejuk meski saat cuaca panas kerontang. Lebih mena- Pontren SPMAA Lamongan Bekal Mandiri Satu Santri Satu Kambing Gus Hafidh SK Purnomo, SH Alami. Biogas berbahan dasar tinja santri Asri. Suasana pesantren tampak hijau nan rindang

Pontren SPMAA Lamongan Bekal Mandiri Satu Santri …jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar312/cysp1347361768.pdfdan Panti Asuhan Pancasila bagi santri balita dan anak-anak. Bahkan Panti

Embed Size (px)

Citation preview

27MPA 312 / September 2012

Jika saja harga gas elpiji me-lambung tinggi, tak perlu panik. Se-geralah bertandang ke pondok pe-santren SPMAA (Sumber Pendi-dikan Mental Agama Allah) Turi,Lamongan. Sebab pesantren ini te-lah memiliki sumber biogas alamisendiri sebagai pengannti gas elpi-ji. Dan yang mencengangkan, ter-nyata biogas itu berasal dari kotor-an santri. “Biogas ini sudah dikem-bangkan pesantren sejak 2005 si-lam,” ujar Gus Hafidh SK Purnomo,SH dengan senyum dikulum.

Namun hingga kini biogastersebut masih belum dimanfaatkanuntuk keperluan memasak sehari-hari. Sebab pesantren tak ingin ter-jebak pada polemik ikhtilaf hukumfiqih terkait pemanfaatannya. Mes-ki demikian, biogas ini terus dikem-bangkan sebagai cadangan sumberbiogas alternatif. Bahkan ada bebe-rapa pesantren yang telah melakukanalih teknologi biogas ini.

Semula bahan biogas tersebutawalnya menggunakan kotoran he-wan. Sebab kotoran hewan sendiribanyak didapat dari peternakan kam-bing yang dimiliki pesantren. Lantar-an kotoran hewan ternak mudah di-proses menjadi pupuk organik, makapihak pesantren merasa tergugah un-tuk mencoba memanfaatkan kotoransantri. Apalagi sebelumnya pesan-tren dihadapkan kenyataan harusmenguras WC minimal tiga bulansekali. “Biayanya tak murah lho..Waktu itu kami malah harus menda-

tangkan penyedia jasa sedot WC dariSurabaya,” kata salah satu DewanPembina Yayasan Ponpes SPMAAini menjelaskan.

Setelah diuji, biogas berbahantinja santri ini ternyata membuahkanhasil yang memuaskan. Dengan nyalaapi yang tampak kebiru-biruan, me-nandakan bahwa proses pembakar-annya sempurna. Saat ini ada duabuah sumber biogas yang berada dikomplek santri putra dan kompleksantri putri. “Teknologi ini pun kamiajarkan kepada masyarakat di sekitarpesantren,” tukas pria kelahiran La-mongan 7 Mei 1971 ini.

Pondok yang berada di ka-wasan sentra tambak bandeng ini,selalu menjaga hubungan baik de-ngan masyarakat sekitar denganberbagi ilmu. Idealnya, pesantrenmemang seharusnya menjadi pu-sat penyebaran teknologi dan ber-bagai inovasi. Tak itu saja, pesan-tren SPMAA pun mengajak ma-syarakat desa sekitar untuk mela-kukan penghijauan. Sebab wilayahdesa Turi merupakan kawasan tan-dus yang minim pepohonan.

Gerakan penghijauan itu pundilakukan pesantren sejak tahun1997 silam dengan menanam 1.000lebih bibit pohon mangga. Hasil-nya, desa Turi terlihat hijau danrindang lantaran banyaknya pepo-honan. “Alhamdulillah.. masya-rakat menyambut baik gerakan ter-sebut. Andai tidak, saya tak bisamembayangkan kawasan ini seper-

ti apa panasnya,” ucap Pekerja SosialMasyarakat (PSM) teladan tingkatnasional ini. “Andaikata pesantren inibelum melakukan penghijauan dalamkomplek sendiri, mungkin saja ma-syarakat enggan mengikuti seruantersebut,” imbuhnya.

Berkah dari gerakan penghijau-an itulah, yang menjadikan suasanalingkungan pesantren terasa asri. Dimana-mana dipenuhi pepohonanyang tumbuh menghijau. Beranekahayati tampak menghiasi setiap lahanterbuka yang ada di areal pesantren.Udara pun terasa sejuk meski saatcuaca panas kerontang. Lebih mena-

Pontren SPMAA Lamongan

Bekal Mandiri Satu Santri Satu Kambing

Gus Hafidh SK Purnomo, SH

Alami. Biogas berbahan dasar tinja santri Asri. Suasana pesantren tampak hijau nan rindang

28 MPA 312 / September 2012

wan lagi, mayoritas bangunan yangada selalu berbahan dasar kayu. “Ka-yu-kayu itu kita tak beli, tapi menggu-nakan sisa kayu palet pabrik,” ungkappria murah senyum ini.

Yang menarik, meski ditumbuhianeka hayati, pada setiap sudut pe-santren tak tampak dedaunan berse-rakan. Pasalnya, pondok ini sangatgetol mencanangkan diri sebagaikawasan bebas sampah. Tak ayal, jikaada satu lembar saja daun yang jatuh,dengan sigap para santri langsungmemungut dan memasukkanya ke da-lam bak sampah yang tersedia. Baksampah ini pun sudah dipilah; khu-sus sampah organik dan non organik.

Ketika bak sampah penuh, khu-susnya sampah organik akan dima-sukkan ke dalam lubang bipori se-bagai resapan air sekaligus penguraisampah. Lubang berdiameter kuranglebih 10 cm dengan kedalaman 50 cmitu tersebar di berbagai titik. Nah, ke-tika lubang ini penuh, maka sampahyang telah terurai ini dijadikan seba-gai pupuk kompos tananam.

Lubang bipori ini pun juga ber-fungsi sebagai penahan banjir. Makajangan heran jika tak dijumpai gena-ngan air sedikit pun di sini. “Hanyasekitar 10 persen sampah pesantren

yang terbuang. Sedangkan sisanyatelah termanfaatkan secara maksi-mal,” tukas pria yang kini menjadi Ke-tua PSM Jawa Timur ini.

Meski demikian, berbagai upayapun terus dilakukan untuk menjagalingkungan pesantren. Seperti pem-berian wawasan lingkungan kepadapara santri. Dengan begitu setiapsantri merasa memiliki kewajiban

untuk menjaga kebersihan lingku-ngannya. Tak heran jika pesantrenSPMAA dijadikan sebagai pionerdalam program eco pesantren olehBadan Lingkungan Hidup Jawa Ti-mur.

Selain mengajarkan wawasanlingkungan, pesantren yang telahberusia lebih dari 50 tahun ini punmendidik santri untuk mandiri de-ngan giat bekerja. Hal itu dibuktikandengan program satu santri satu kam-bing. Program ini dikhusukan bagisantri usia madrasah aliyah. Namunbagi santri yang baru mengijak se-mester pertama, tak dikenai kewajibantersebut. Hanya santri semester duahingga semester limalah yang dike-nakan program ini.

Bagi santri yang telah memasukisemester enam, mereka diwajibkanmerawat santri usia anak-anak dansantri berusia senja. Sebab selain di-huni santri remaja, pesantren ini jugaditempati santri berusia balita, anak-anak, hingga orang yang berusiauzhur. “Dengan keberadaan santri-santri ini, kami ingin mengajarkanempati dan rasa saling menyayangibagi sesama,” tukas suami IrawatiHasibuan ini menegaskan.

Banyak manfaat dengan keber-

adaan santri usia anak-anak dan lan-sia tersebut. Para santri bisa belajarmenyelami dunia anak dan kondisipsikologis orang berusia lanjut. Pe-lajaran ini bisa menjadi lahan aplikasisantri dalam menerapkan kajian aga-ma yang didapat di bangku formalmaupun pelajaran pesantren. Bahkanada semacam kebanggan bagi santrisaat menjadi pengasuh santri yunior

maupun santri lansia. “Skill ini yangtidak diajarkan di pesantren lain,”tukas pria ramah ini membandingkan.

Tak heran, jika keseharian santriyang demikian itu mampu menarikperhatian para pastur, pendeta, bia-rawati dan komunitas Hindu bertan-dang ke pesantren. Mereka sangatkagum dan ingin belajar bagaimanamerawat dengan penuh kasih paralansia dan balita. Ada panti WerdaMental Kasih khusus santri lansiadan Panti Asuhan Pancasila bagisantri balita dan anak-anak. BahkanPanti Asuhan Don Bosco Surabayapun sempat menyerahkan anakasuhnya untuk dididik di pesantrenSPMAA.

Inilah bukti bahwa pesantrenmemang mengajarkan kehidupannyata kepada peserta didiknya. Parasantri tak hanya diajarakan konsepkehidupan semata, melainkan sekali-gus prakteknya. “Agar jargon pesan-tren sebagai miniatur masyarakat taksekedar jargon belaka,” tandas GusHafidh.

Itulah pasalnya, kenapa pesan-ten SPMAA selalu memberikan bekalskill-keterampilan kepada para san-trinya. Mental mereka bahkan disiap-kan untuk menghadapi kondisi yang

terburuk sekalipun. Seperti denganmenggembala kambing, serta mera-wat balita dan lansia. “Ada tiga halyang selalu saya tekankan; bahwadalam hidup harus siap diremehkan,banyak bersedekah, dan rajin berdoaterutama saat shalat malam. Denganbegitu mereka akan bisa tegak bedirimenyongsong tantangan zaman,”pungkasnya. pri

Daur ulang. Salah satu bangunan pesantren yang terbuat darilimba kayu palet

Internet mobile. Pesantren menerima bantuan mobil internetdari Telkom Speedy