Upload
hanif-andhika-wardhana
View
216
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS PORTOFOLIO
STROKE HEMORAGIK
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Dokter Internship
oleh
dr. Maulia Prismadani
Pembimbing:
dr. Iceu Helmina
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
KABUPATEN KARANGANYAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS PORTOFOLIO
STROKE HEMORAGIK
Karanganyar, Desember 2014
Mengetahui :
Pembimbing Internship
dr. Iceu Helmina
(NIP : 19800813 200604 2 009)
2
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. MM
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tasikmadu
Tanggal masuk : 15 November 2014
B. Anamnesis
Alloanamnesis dengan keluarga pasien dilakukan tanggal 15 November 2014
jam 10.00 WIB
1. Keluhan Utama : kesadaran menurun
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Menurut keluarga pasien, ± 4 jam SMRS pasien mengeluh lemah anggota
gerak sebelah kanan. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba, saat pasien
sedang bekerja di sawah tanpa didahului riwayat jatuh maupun kejang.
Pasien masih bisa berjalan sendiri namun dengan kaki diseret. Selain itu,
pasien juga mengeluh bicara pelo. Menurut keluarganya, wajah pasien
tampak perot ke kiri ketika berbicara. ± 1 jam SMRS pasien mengeluh
kepalanya sakit disertai muntah-muntah, sampai akhirnya pasien sulit
diajak komunikasi dan mengalami penurunan kesadaran. BAB dan BAK
tidak ada keluhan, kejang (-), demam (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa disangkal
- Riwayat darah tinggi (+) sejak lebih dari 10 tahun yang lalu
- Riwayat trauma sebelumnya disangkal
- Riwayat infeksi sebelumnya disangkal
- Riwayat penyakit liver disangkal
3
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat penyakit ginjal disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga punya sakit yang sama disangkal
- Riwayat penyakit jantung dan paru disangkal
- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat penyakit liver disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat penyakit ginjal disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dan suaminya adalah seorang petani. Saat ini suaminya sudah
meninggal dan pasien hidup bersama anak dan cucunya. Pendapatan
keluarga perbulan ± Rp. 900.000,- - Rp. 1.000.000,-. Pendidikan terakhir
pasien adalah SD. Biaya pengobatan menggunakan kartu jamkesmas.
Kesan sosial ekonomi : cukup
C. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 15 November 2014 jam 10.10 WIB di IGD
Keadaan Umum : tidak sadar
Kesadaran : E1V1M4
BB/TB : 40 kg/150 cm
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 190/110 mmHg
- Nadi : 110 x/menit
- Frekuensi napas : 28 x/menit
- Suhu : 36,5°C
Kulit : ikterik (-), pucat (-), petechiae (-), sianosis (-)
Turgor : normal
Tonus : normotonus
Kepala : mesocephal, rambut rontok (-)
4
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
anisokor, edema palpebra (-/-)
Telinga : discharge (-/-), nyeri (-/-).
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Tenggorokan : stridor (+), tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Mulut : sianosis (-),bibir pucat (-), bibir kering (-)
Leher : simetris, deviasi trakea (-) pembesaran kelenjar limfe
(-), pembesaran tyroid (-), kaku kuduk (-)
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : hemithorax kiri = kanan (statis=simetris)
gerak napas paru kanan = kiri (dinamis=simetris)
retraksi (-)
Palpasi : fremitus taktil kanan = kiri
gerakan thorax kiri dan kanan tidak ada yang tertinggal
nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : redup, batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 110 x / menit, irama reguler, suara dasar SI-SII, suara
tambahan: (-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+) N
Ekstremitas : Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
5
Fx sensorik sde/sde sde/sde
Kekuatan sde/sde sde/sde
R. Fisiologis +2/+2 +2/+2
R. Patologis -/- +/- (babinsky)
Pemeriksaan nervus kranialis
Sulit dievaluasi
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah 15 November 2014
Hematologi
Hb : 11 g / dl
Ht : 34 %
Eritrosit : 3,33 juta / μl
MCV : 78,4 fl
MCH : 27,3 pg
MCHC : 34,9 g / dl
Leukosit : 6.400 / μl
Lymfosit : 1.800 / μl
Monosit : 300 / μl
Trombosit : 243.000 / μl
Granulosit : 9.300 / ul
Hitung jenis : Granulosit : 80,5 % (45-70)
Limfosit : 15,4% (25-45)
Monosit : 4,1 % (4-7)
GDS : 118 mg/dL
Uruem : 55,5 mg/dL
Creatinin : 2,68 mg/dl
6
Data Abnormalitas
1. Data anamnesis
a. Lemah anggota gerak kanan
b. Bicara pelo
c. Wajah perot ke kiri
d. Sakit kepala
e. Muntah-muntah
f. Tidak sadar
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : tidak sadar, E1V1M4
b. Tekanan Darah : 190/110 mmHg
c. Mata : Pupil anisokor
d. Tenggorokan : Stridor
e. Ekstremitas : Reflek babinsky (+/-)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Ureum : 55,5 mg/dL
b. Creatinin. 2,68 mg/dL
E. Analisis Dan Sintetis
Dari anamnesis ,data pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diatas
dapat dibuat diagnosis stroke hemoragik. Dari anamnesis terdapat kelemahan
anggota gerak kanan yang terjadi tiba-tiba saat pasien sedang beraktivitas,
disertai bicara pelo dan wajah perot. Kemudian juga ada perubahan keadaan
umum pasien yang signifikan dari sadar menjadi tidak sadar disertai nyeri
kepala dan muntah-muntah, hal ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan
intrakranial yang terjadi pada stroke hemoragik. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 190/110 mmHg dengan GCS E1V1M4, stridor (+),
pupil anisokor, serta refleks babinsky (+/-). Berdasarkan pemeriksaan tersebut
menunjukkan adanya lateralisasi pada pasien.
Dari pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan laboratorium darah
dan didapatkan ureum 52,8 mg/dL yang mungkin bisa diakibatkan karena
komplikasi hipertensi ataupun penyebab lain.
7
F. Rencana Awal
Masalah
1. Penurunan kesadaran e/c stroke hemoragik
Assessment : Stroke hemoragik
Etiologi : Hipertensi
Komplikasi : Herniasi
Ip. Dx : CT scan kepala
Ip. Tx : Head up 300
O2 3-4 lpm
Pasang DC kateter
Pasang NGT
Inf RL 20 tpm
Inf Manitol 20% 125cc/ 6 jam/ 30’
Inj Citikolin 250mg/ 12 jam
Inj Ceftriaxon 1gr/ 12 jam
Inj Ranitidin 1amp/ 12 jam
Inj Ondancentron 1amp/ 12 jam
Inj Antrain 1amp/8 jam, jika suhu > 37,50C
Ip. Mx : Pemeriksaan KUVS/ 8jam, klinis pasien, cek lab ulang
Ip. Ex : Menjelaskan tentang penyakit dan keadaan pasien
kepada keluarganya.
G. Prognosis
Qua ad vitam : dubia ad malam
Qua ad sanam : dubia ad malam
Qua ad fungsionam: dubia ad malam
8
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
A. Definisi
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala
hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global). Yang berkembang
cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala yang timbul berlangsung lebih
dari 24 jam dan dapat menyebabkan kecacatan yang menetap dan kematian,
tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler yang dapat berupa infark
maupun hemoragik (Ginsberg, 2008; WHO, 2006).
B. Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di dunia.
Insidensi stroke di setiap negara bervariasi dan meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Insidensi stroke di negara-negara barat tiap tahunnya
mencapai 2 kasus pada setiap 1000 populasi, dimana kurang lebih 80% stroke
disebabkan oleh iskemia serebral dan 20% sisanya adalah hemoragik
(Ginsberg, 2008; Worp dan Gijn, 2007). Prevalensi penderita stroke di Asia
diperkirakan mencapai 50 - 400 orang per 100.000 penduduk per tahun
(Bethesda Stroke Center, 2007).
C. Etiologi dan Klasifikasi
Infark regional kortikal, subkortikal maupun pada batang otak terjadi
karena daerah tersebut kurang mendapat vaskularisasi. Vaskularisasi
terhambat akibat arteri yang bersangkutan tersumbat (iskemik) ataupun pecah
(hemoragik) (Sidharta, 2008). Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Stroke hemoragik (perdarahan)
Perdarahan di otak dapat terjadi apabila terdapat sebagian pembuluh
darah otak yang rapuh kemudian pecah. Darah yang keluar dari
pembuluh darah yang pecah tersebut tidak saja merusak jaringan saraf
tetapi dapat juga menghambat aliran darah yang normal. Penderita stroke
hemoragik biasanya berusia di atas 45 tahun dan terdapat riwayat
penyakit lain seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan
9
hiperkolesterolemia (Hadi, 2004). World Health Organization (WHO,
2006), mengklasifikasikan stroke hemoragik menjadi dua sub grup
mayor, yaitu:
a. Stroke hemoragik intraserebral (perdarahan intraserebral)
Perdarahan yang berasal dari arteri di otak ke jaringan otak.
Prevalensinya lebih tinggi pada negara-negara berkembang
dikarenakan diet, aktivitas fisik, pengobatan hipertensi yang tidak
adekuat, maupun predisposisi genetik. Penegakan diagnosis jenis
stroke ini berdasarkan neuroimaging.
b. Stroke hemoragik subarakhnoidal (perdarahan subarakhnoidal)
Perdarahan pada arteri yang terletak di antara dua meninges yaitu
piamater dan arakhnoidmater. Gejala yang terjadi yaitu adanya
kejadian sakit kepala tajam secara tiba-tiba dan biasanya disertai
kesadaran yang menurun. Penegakan diagnosis jenis stroke ini
berdasarkan neuroimaging atau pungsi lumbal.
2. Stroke non hemoragik (iskemik)
Stroke non hemoragik atau iskemik terjadi akibat terganggunya atau
berkurangnya aliran darah ke otak karena adanya oklusi secara tiba-tiba
sehingga dapat membahayakan fungsi neuron (Sidharta, 2008). Oklusi ini
dapat disebabkan oleh pembentukan trombus pada tempat oklusi tersebut
(stroke iskemik trombotik) maupun pembentukan trombus di tempat lain
yang kemudian terbawa aliran darah dan menyumbat arteri di otak
(stroke iskemik embolik) (WHO, 2006). Ginsberg (2008) menjelaskan
bahwa arteri yang tersumbat oleh trombus maupun embolus akan
mengganggu suplai darah ke otak. Jika tidak ada sirkulasi kolateral yang
adekuat, maka area yang disuplai akan mengalami iskemia hingga infark.
Daerah sekitar zona infark total terdapat penumbra iskemik yang
fungsinya bisa pulih kembali (reversibel) jika perfusi normal kembali.
Iskemia pada otak ini dapat diperberat oleh edema otak, baik itu yang
sitotoksik (akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak)
maupun yang vasogenik (akumulasi cairan ekstraseluler akibat
10
perombakan sawar darah otak). Edema tersebut dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi struktur otak di
sekitarnya.
Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke non hemoragik (iskemik)
dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan serangan stroke
sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) merupakan gejala
neurologis yang akan menghilang lebih lama dari 24 jam sampai
dengan 21 hari.
c. Stroke progresif (progressive stroke atau stroke in evolution)
merupakan defisit neurologis yang terus menerus bertambah berat
dan belum stabil; berlangsung secara bertahap dari yang ringan
sampai menjadi berat.
d. Stroke komplet (completed stroke atau permanent stroke) merupakan
kelainan neurogis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi
(Junaidi, 2006)
D. Faktor Risiko
Faktor risiko stroke dibedakan menjadi yang dapat dikontrol dan yang
tidak dapat dikontrol.
Faktor risiko yang dapat dikontrol: 1) Hipertensi, 2) Diabetes Melitus, 3)
Merokok, 4) Alkohol, 5) Stress, 6) Penyakit jantung seperti aritmia, penyakit
jantung katup, dan pernah serangan jantung, 7) Dislipidemia.
Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol adalah usia, jenis
kelamin, dan ras, serta kelainan bawaan pembuluh darah (Yayasan Peduli
Jantung dan Stroke, 2003).
E. Manifestasi Klinis
Gejala neurologis yang timbul tergantung pada beratnya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya (Berg et al., 2001; Bruce, 2001; Mansjoer,
11
2000; Robinson et al., 2006; Whyte et al., 2002). Menurut World Health
Organization (WHO, 2006), gejala stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Gejala Mayor
Gejala-gejalanya harus berasal dari gangguan vaskuler dan harus
meliputi satu atau lebih dari beberapa gangguan fokal maupun global
pada fungsi otak di bawah ini:
a. Gangguan motorik unilateral atau bilateral (kelumpuhan wajah atau
anggota badan, biasanya hemiparesis yang timbul mendadak
termasuk berkurangnya koordinasi)
b. Gangguan sensorik unilateral atau bilateral (gangguan sensibilitas
pada satu atau lebih anggota badan)
c. Afasia/disfasia (bicara yang terganggu, tidak lancar, kurangnya
ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
d. Hemianopsia (gangguan pada separuh sisi lapang pandang)
e. Forced gaze (conjugate deviation)
f. Apraksia dengan onset akut
g. Ataksia dengan onset akut
h. Defisit daya tangkap dengan onset akut
2. Gejala minor
Merupakan gejala-gejala yang mungkin terlihat tetapi tidak
mencukupi untuk menegakkan diagnosis stroke, antara lain:
a. Pusing, vertigo
b. Sakit (nyeri) kepala yang terlokalisir
c. Penglihatan yang kabur pada kedua mata
d. Diplopia
e. Disartria (bicara pelo atau cadel)
f. Gangguan fungsi kognitif (termasuk kebingungan)
g. Gangguan kesadaran (perubahan mendadak status mental; delirium,
letargi, stupor atau koma)
h. Kejang
i. Disfagia (sakit saat menelan)
j. Mual, muntah
12
F. Diagnosis dan Skrining
Proses diagnosis stroke iskemik dapat melalui 3 tahapan yang terdiri dari
anamnesis, diagnosis fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
1. Anamnesis
Manifestasi pokok stroke adalah hemiparesis, hemiparestesia, afasia,
disartria dan hemianopsia. Semantik menduduki tempat penting dalam
anamnesis. Dalam anamnesis klinisi harus dapat mengerti maksud kata-
kata yang diucapkan pasien dalam menggambarkan gejala yang
dideritanya.
2. Diagnosis fisik
Pertama: pemeriksaan ketangkasan gerak. Pada penderita stroke
pasti terjadi gangguan ketangkasan gerak. Jika lesi pada serebelum maka
gangguan ketangkasan tidak disertai gangguan upper motor neuron.
Kedua: diagnosis klinis stroke. Pada penderita stroke, terjadi kerusakan
pada salah satu atau arteri yang ada di otak. Kerusakan salah satu arteri
akan menimbulkan gejala yang berbeda sebagaimana yang telah
dijelaskan pada patofisiologi stroke iskemik.
3. Pemeriksaan laboratorium.
Menurut Biola dan Crowell (2005), pasien yang menunjukkan
gejala-gejala stroke harus menjalani pemeriksaan pencitraan otak segera
dalam waktu kurang dari 3 jam. Pemeriksaan pencitraan perjalanan
penyakit berupa MRI dan CT scan. Sejak ditemukannya MRI dan CT
scan, pencitraan pada penyakit stroke iskemik mengalami peningkatan
keakuratan proses diagnosis.
Pemeriksaan laboratorium saat fase akut meliputi kadar gula darah,
darah lengkap, komponen kimia darah, gas, elekrolit, dan pengukuran
waktu protrombin serta tromboplastin parsial. Pemeriksaan
elektrokardiogram mungkin juga diperlukan untuk mendeteksi adanya
fibrilasi atrium atau infark miokard. Pungsi lumbal dan analisis likuor
13
serebrospinalis bila dicurigai adanya perdarahan subarakhnoidal (Worp
dan Gijn, 2007).
G. Penatalaksanaan
Pasien dengan disabilitas neurologis yang signifikan harus segera
dirawat (Ginsberg, 2008). Ngoerah (1991) menyatakan bahwa prinsip utama
penatalaksanaan stroke iskemik fase akut adalah mempertahankan suplai
darah ke otak (cerebral blood flow) tetap memadai bagi metabolisme sistem
saraf pusat.
Hal yang dapat dilaksanakan, antara lain:
1. Airway, mengusahakan jalan nafas bebas dari segala hambatan, baik
benda asing maupun akibat strokenya sendiri.
2. Breathing, menata fungsi bernafas.
3. Cardiovascular function and coagulation, menjaga fungsi jantung dan
pembuluh darah serta memperhatikan status koagulasi menyeluruh
termasuk kadar fibrinogen.
4. Drug/medication (obat-obatan), harus dievaluasi yang sudah/sedang atau
akan diberikan, jangan mengganggu fungsi homeostasis.
5. Electrolyte (elektrolit) terutama natrium, kalium, kalsium yang akan
memperberat/mengganggu berbagai fungsi organ.
6. Fluid status/balance (status/keseimbangan cairan).
7. Glucose level (kadar gula darah) dan gastric bleeding (perdarahan
lambung). Kadar gula darah yang terlalu rendah seringkali memberikan
gejala neurologis fokal serupa dengan stroke, sedangkan kadar gula darah
yang terlalu tinggi dikatakan akan memperburuk lesi sehingga akan
memperburuk pula status neurologis. Perdarahan lambung sebagai akibat
stress ulcer yang memerlukan penanganan tersendiri.
8. Hypertension (hipertensi) dan hidrasif. Pemberian hidrasi yang kurang
baik akan berakibat pada terjadinya berbagai gangguan homeostasis
organ-organ.
9. Intake (asupan), diperlukan guna mempertahankan fungsi metabolisme
tubuh. Di samping itu Infeksi juga harus selalu dicegah.
14
Perlakuan terhadap lesi tergantung terhadap jenis, besar, dan letak lesi,
serta berapa lama lesi sudah terjadi. Lesi hemoragik, terutama subarakhnoid
dan subdural bisa segera dilaksanakan operasi, akan tetapi jenis intraserebral
hanya yang terletak superfisial saja yang bisa dilaksanakan operasi, itupun
terbatas ketika waktu masih kurang dari 12 jam. Setelah 120 jam tidak dapat
dilakukan operasi, karena sudah terjadi nekrosis jaringan otak (Martono dan
Kuswardani, 2007).
Upaya rehabilitasi harus segera dikerjakan sedini mungkin apabila
keadaan pasien sudah stabil. Bila terdapat persangkaan kelainan penyakit
jantung dan komplikasi yang mengancam, Tatalaksana dan rehabilitasi dini
pada unit stroke dapat menyelamatkan hidup dan membantu pasien pulih
lebih cepat (Ginsberg, 2008; Ngoerah, 1991).
H. Prognosis
Outcome yang mengikuti stroke dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
usia pasien, penyebab stroke, dan kelainan lain yang berkaitan dengan akibat
dari stroke itu sendiri. Tidak kurang dari 80% pasien stroke bertahan paling
tidak satu bulan. Survival rate 10 tahun pada masyarakat tercatat mencapai
35%. Setengah hingga dua per tiga pasien yang selamat dari serangan akut
dapat memperoleh kembali fungsi normalnya dan sisanya memerlukan
perawatan lebih lanjut (Harsono, 2008). Inisiasi dini fisioterapi yang
bersinambung, terapi wicara, dan terapi okupasional, serta keterlibatan
petugas sosial dapat membantu pasien meraih kemandirian dalam aktivitas
dan fungsi sehari-harinya (Ginsberg, 2008; Ngoerah, 1991). Pasien yang
selamat setelah serangan stroke akut, memerlukan pengawasan dalam
pengobatan, pengendalian berbagai faktor risiko, dan perawatan baik oleh
keluarga maupun tenaga medis agar tidak terjadi serangan stroke ulang yang
berakibat fatal (Harsono, 2008).
15
DAFTAR PUSTAKA
Berg, A., Palomäki, H. 2001. Pehtihalmes, M. Post-stroke Depression in Acute Phase
after Stroke. Cerebrovasc Dis;12:14-20.
Bethesda Stroke Center. 2007. Enam Langkah Optimal Penanganan Stroke.
http://www.strokebethesda.com/content/view/152/42/. (9 Desember 2013).
Bruce, M. Depression and Disability in Late Life: Direction for Future Research. Am J
Geriatr Psychitry 2001; 9: 102-12.
Ginsberg, L. 2008. Lecture Notes Neurology. 8th ed. Surabaya: Erlangga, pp: 89-99.
Hadi, S. 2004. Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Saraf. Surakarta: BEM FK UNS Press, pp: 119-124.
Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
pp: 289-299.
Junaidi, I. 2006. Stroke A-Z. Jakarta: PT Buana Ilmu Popular.
Martono, H., Kuswardani, T. 2007. Stroke dan Penatalaksanaannya oleh Internis, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III – Ed.4 –. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp : 1411-20.
Ngoerah, I. G. N. G. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga
University Press. p;238-259.
Robinson, R. G., Starr, L. B., Kubos, K. L. 2006. A Two-year Longitudinal Study
Poststroke Mood Disorder: Findings during The Initial Evaluation. Stroke;14:736
41.
Sidharta, P. 2008. Neurologi Klinis dalam praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat, pp: 260-
2.
16
Whyte, E. M., Mulsant, B. H., Vanderbilt, J., Dodge, H. H., Ganguli, M. 2004.
Depression After Stroke: A Prospective Epidemiological Study. J Am Geriatr
Soc.;52:774 –778.
World Health Organization. 2006. The WHO STEPwise approach to stroke surveillance.
WHO.
Worp, H. B., Gijn, J. 2007. Acute Ischemic Stroke. N Engl J Med. 357:572-9
Yayasan Peduli Jantung dan Stroke, Apakah yang Dimaksud dengan Stroke.
http://kardiostroke.i-2.co.id/stroke.asp. (9 Desember 2014)
17