Upload
risang-bagaskoro
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
1/11
Berita Acara Presentasi Portofolio Kasus Kematian
Pada hari ini Rabu, tanggal 2 Oktober 2013 telah dipresentasikan kasus kematian oleh :
Nama : dr. Ana Yunitasari
Judul/ topik : Meningitis
No. ID dan Nama Pendamping : dr. Ken Mardyanah
No. ID dan Nama Nara Sumber : dr. AM Setyoko, Sp.S
No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. R. Soetijono Blora
Nama Peserta Presentasi No. ID Peserta Tanda Tangan
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
dr. Ken Mardyanah
NIP. 19600226 200604 2 002
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
2/11
No. ID dan Nama Peserta : dr. Ana Yunitasari Presenter : dr. Ana Yunitasari
No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. R. Soetijono Blora Pendamping : dr. Ken Mardyanah
TOPIK : Meningitis
Tanggal (kasus) : 15 September 2013 Nama Pasien : Sdr. S No. RM : 280323
Tanggal Presentasi : 2 Oktober 2013 Pendamping : dr. Ken Mardyanah
Tempat Presentasi : RSUD dr. R. Soetijono Blora
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja Dewasa o Lansia o Bumilo Deskripsi :
Seorang laki-laki 27 tahun datang ke IGD dibawa oleh keluarganya dengan
penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sejak 1 hari SMRS. Keluarga pasien
mengatakan bahwa sebelumnya pasien mengeluh kepala terasa sakit, mual dan muntah
sebanyak 2 kali. Pasien juga demam sejak 3 hari SMRS dan sakit batuk pilek sejak 2
minggu SMRS. Pasien tidak mau makan dan minum. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat jatuh/trauma disangkal.
o Tujuan:
Mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan kasus meningitis
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka o Riset Kasus o AuditCara Membahas Diskusi o Presentasi
dan Diskusi
o E-mail o Pos
DATA PASIEN Nama : Sdr. S No Registrasi : 280323
Nama klinik : ICU Telp : - Terdaftar sejak : 15 September 2013
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis : Meningitis
2. Gambaran Klinis :
Seorang laki-laki 27 tahun datang ke IGD dibawa oleh keluarganya dengan
penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sejak 1 hari SMRS. Keluarga
pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien mengeluh kepala terasa sakit, mual dan
muntah sebanyak 2 kali. Pasien juga demam sejak 3 hari SMRS dan sakit batuk pilek
sejak 2 minggu SMRS. Pasien tidak mau makan dan minum. BAB dan BAK tidak ada
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
3/11
keluhan. Riwayat jatuh/trauma disangkal. Setelah perawatan 6 hari di ICU, pasien
apneu dan denyut jantung melemah kemudian pasien meninggal dunia.
3. Riwayat Pengobatan : Pasien sudah berobat ke dokter umum karena batuk pileknya.
4.
Riwayat Kesehatan/Penyakit : Pasien belum pernah opname dirumah sakit5. Riwayat Keluarga : Tidak ada sakit serupa pada anggota keluarga.
6. Riwayat Pekerjaan : Karyawan.
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama orang tua.
8. Lain-lain : (-)
DAFTAR PUSTAKA:
1. Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan . Jakarta : Erlangga
Medical Series.
2. Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis dasar Cetakan ke-12 . Jakarta : Dian
Rakyat.
3. Price, Sylvia dan Wilson, LM.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 6 Vol 2 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
HASIL PEMBELAJARAN:
1. Pengetahuan tentang etiologi kematian pada pasien
2. Pengetahuan tentang etiologi, patogenesis, penatalaksanaan meningitis
1. SUBJEKTIF
RPS : Seorang laki-laki 27 tahun datang ke IGD dibawa oleh keluarganya dengan
penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS. Keluarga pasien mengatakan bahwa
sebelumnya, pasien mengeluh kepala terasa sakit, mual dan muntah sebanyak 2 kali.
Pasien juga demam sejak 3 hari SMRS dan sakit batuk pilek sejak 2 minggu SMRS.
Pasien tidak mau makan dan minum. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Riwayat jatuh/trauma disangkal. Setelah perawatan 6 hari di ICU, pasien apneu dan denyut
jantung melemah kemudian pasien meninggal dunia.
RPD : Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-).
2. OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : lemas, sopor
b. Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 68 kali/menit
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
4/11
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 37,7C
c. Kepala
Mata : CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor 3 mm
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : mukosa basah
Leher : kaku kuduk (+)
d. Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris, retraksi (-/-) ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
e. Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
f. Ekstermitas : akral dingin - - edema - -- - - -
refleks fisiologis +2 +2 refleks patologis - -
+2 +2 - -
motorik dan sensorik sulit dievaluasi.
Pemeriksaan penunjang (lab darah) :
AL : 12,8 . /ul
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
5/11
Hb : 15,0 gr/dl
AE : 5,29 . /ul
Hct : 44,2 %
AT : 284. /ul3. ASSESSMENT
Susp. meningitis
4. PLAN
Penatalaksanaan di UGD
O2 3 lpm Infus Ringer Laktat 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 1 gr (skin test) Inj. Raclonid 1 amp
5. FOLLOW UP
Tanggal KUVS dan Diagnosis Terapi
15-9-2013 KU : sopor
TD : 120/80 mmHg HR : 72 x/menit
RR : 20 x/menit t : 37,7C
Diagnosis : Obs. meningitis
Konsul dr. Setyoko, Sp.S terapi :
- O2 3 lpm- Inf. RL/D5% 20 tpm- Inj. Ceftriaxon 2x1gr- Inj. Piracetam 3x1gr- Paracetamol supp 3x250 mg- Cek lab
16-9-2013 KU : sopor
TD : 118/73 mmHg HR : 77 x/menit
RR : 20 x/menit t : 37,5C
Diagnosis : Obs. meningitis
- Terapi lanjut- Inj. Metilprednisolon 2x125 mg
Jam 16.50 :
Pasien kejang tiap 10 menit, kejang
berlangsung
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
6/11
Diagnosis : obs meningitis dengan susp.
abses serebri
Hasil lab
GDS : 169 mg/dl
Ur/Cr : 48/0,86 mg/dl
Asam urat : 3,8 mg/dl
Kolesterol : 145 mg/dl
Trigliserida : 65 mg/dl
HDL : 32 mg/dl
LDL : 100 mg/dl
OT/PT : 11/23 U/L
- Inj. Kemicetin 2x1gr (skin test)- Inj. Fenitoin 3x100mg- Paracetamol supp 3x250mg
18-9-2013 KU : sopor
TD : 106/66 mmHg HR : 106 x/menit
RR : 23 x/menit t : 38,5C
Diagnosis : obs. meningitis dengan susp.
abses serebri
- Terapi lanjut- Motivasi rujuk karena tidak ada
CT scan (keluarga pasien
menolak rujuk)
19-9-2013 KU : spoor
TD : 105/63 mmHg HR : 119 x/menit
RR : 25 x/menit t : 38,0C
Diagnosis : obs. meningitis dengan susp
abses serebri
- Terapi lanjut
20-9-2013 TD : 116/72 mmHg HR : 138 x/menit
RR : 35 x/menit t : 38,9C
Diagnosis : obs. meningitis dengan susp.
abses serebri
- O2 3lpm- Inf. RL/D5% 20 tpm- Inj. Cefpirome 2x1gr (skin test)- Inj. Kemicetin 2x1gr
- Inj. Piracetam 3x3gr- Inj. Metilprednisolon 2x125mg- Inj. Fenitoin k/p
Jam 14.25
Pasien apnea
TD : 30/20 mmHg Nadi : lemah
- Bagging
Jam 14.30
Nafas : - TD : - Nadi : -
- RJP
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
7/11
Jam 14.35
Nafas : - TD : - Nadi : -
Pupil midriasis maksimal
- Pasien dinyatakan meninggal
TINJAUAN PUSTAKA
MENINGITIS
1. Definisi
Meningitis adalah reaksi peradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput
otak (meningen) yang melapisi otak dan medula spinalis.
2. Klasifikasi dan etiologi
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan serebrospinalis, yaitu :
a. Meningitis Serosa
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai
cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah
bakteri Mycobacterium tuberculosis dan virus.
b. Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut
dan menghasilkan eksudat berupa pus. Meningitis jenis ini bukan disebabkan oleh
bakteri spesifik maupun virus. Bakteri yang banyak menyebabkan meningitis
purulenta antara lain : Neisseria meningitidis (meningokokus), Haemophilus
influenza, dan Streptococcus pneumoniae (pneumokokus)
3. Patogenesis
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan
droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan
tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port dentree utama pada penularan
penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara
dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen
(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan.
4. Manifestasi klinik
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi,
muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairanserebrospinal melalui pungsi lumbal.
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
8/11
Meningitis virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta rasa sakit
penderita tidak terlalu berat. Meningitis yang disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai
dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer
parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Meningitis yang disebabkan
oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri
otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di
daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada
meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil,
dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam,
kaku leher, dan nyeri punggung.
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan
gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan gejala
panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang,
dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang
mencembung. Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran
pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri
kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak
kabur, keruh atau purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu Stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi
biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam,
muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah
tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa
apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi,
kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu dengan gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang
disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal
mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan
intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III atau stadium
terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada
stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak
mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
9/11
5. Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum menunjukkan tanda infeksi seperti demam, takikardia, tanda
syok, dan kadang adanya bukti sumber infeksi primer (misalnya pneumonia,
endokarditis, sinusitis, otitis media). Sebagian besar kasus meningitis
meningokokus akan disertai kemerahan pada kulit seperti petekie atau purpura.
Tanda neurologis :
1) Rangsang meningeal : bukti iritasi meningen menunjukkan kaku kuduk saat
leher difleksikan, tanda kernig (+), brudzinski I dan II (+).
2) Penurunan tingkat kesadaran
3) Peningkatan tekanan intrakranial : edema papil, fontanela menonjol pada bayi
4) Palsi nervus kranialis dan tanda neurologis fokal lainnya
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pungsi Lumbal Analisa cairan LCS pada meningitis serosa : cairan LCS jernih, tekanan
bervariasi, peningkatan leukosit (biasanya leukosit mononuklear), glukosa
dan protein normal, hasil kultur (-).
Analisa cairan LCS pada meningitis purulenta : cairan LCS keruh,
peningkatan tekanan cairan LCS, leukositosis polimorfik (ratusan atau
ribuan sel per uL), peningkatan protein (lebih dari 1 gram perL),
konsentrasi glukosa rendah (kurang dari setengah konsentrasi glukosa
dalam darah, tetapi seringkali tidak terdeteksi). Organisme kausatif dapat
dideteksi dengan pewarnaan gram atau kultur.
Kontraindikasi pungsi lumbal : edema papil, penurunan tingkat kesadaran,
dan tanda neurologis fokal. Pada pasien dengan gejala seperti ini
membutuhkan CT scan kepala untuk menyingkirkan adanya lesi massa
misalnya massa pada fosa posterior yang gejalanya menyerupai
meningitis.
2) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan laboratorium meliputi hitung darah lengkap (neutrofilia),
pemeriksaan koagulasi (koagulasi intravaskuler diseminata), elektrolit
(hiponatremia), kultur darah (dapat positif walaupun cairan serebrospinal
steril).
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
10/11
3) Radiologi
Radiologi dada dan kranium (misalnya sinus paranasal) dibutuhkan untuk
mengidentifikasi sumber infeksi primer.
6. Komplikasi
Komplikasi akut meningitis adalah kejang, pembentukan abses, hidrosefalus, sekresi
hormon antidiuretik yang tidak sesuai, dan syok septik.
7. Tata laksana
a. Meningitis bakterial dapat menjadi fatal dalam hitungan jam, sehingga penting
dilakukan diagnosis dini dan tata laksana dengan antibiotik intravena dosis tinggi
yang sesuai.
b. Pada infeksi meningokokus atau pneumokokus : benzilpenisilin merupakan obat
pilihan (walaupun terjadi peningkatan jumlah strain meningokokus dan
pneumokokus yang resisten terhadap penisilin). Dosis awal 2,4 gr diikuti 1,2 gr
setiap 2 jam. Dalam 48-72 jam, jika terdapat bukti perbaikan klinis, maka regimen
obat dapat diberikan tiap 4-6 jam dengan dosis total harian tetap sama (14,4 gr).
Terapi harus dilanjutkan selama 7 hari setelah pasien bebas demam (14 hari untuk
infeksi pneumokokus).
c. Pemberian kloramfenikol, sefotaksim, atau seftriakson dosis tinggi intravena
efektif terhadap Haemophilus influenza . Jika organisme penyebab belum
diketahui, maka digunakan kombinasi benzilpenisilin dan sefotaksim atau
seftriakson.
d. Terapi umum lainnya berupa : tirah baring, antipiretik, analgetik, antikonvulsan,
dan terapi suportif untuk koma, syok, peningkatan tekanan intrakranial, gangguan
elektrolit, dan gangguan perdarahan. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
terapi awal kortikosteroid intravena dosis tinggi dengan antibiotik akan
memperbaiki morbiditas dan mortalitas pada meningitis bakterial.
ABSES SEREBRI
1. Etiologi
Abses serebri lebih jarang terjadi dibanding daripada meningitis bakterial, tetapi dapat
menjadi komplikasi pada otitis media (terutama menyebabkan abses lobus temporalis
dan abses sereberal) dan infeksi lokal lainnya (misalnya sinusitis paranasal). Infeksi
dapat juga terjadi akibat penyebaran jauh dari paru (bronkiektasis), pelvis, atau jantung (endokarditis bakterialis dan lesi kongenital).
8/11/2019 Portofolio Nita Kasus Kematian
11/11
2. Gambaran Klinis
Kumpulan pus menyebabkan gambaran yang dapat diprediksi yaitu :
a. Peningkatan TIK
b. Tanda fokal (disfasia, hemiparesis, ataksia)
c. Kejang
Demam sering terjadi tetapi tidak selalu. Progresivitas gejala dan tanda, terutama
dalam hitungan hari atau bahkan beberapa minggu, dapat menyerupai gambaran
neoplasma otak.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. CT scan atau MRI harus dilakukan bila ada kecurigaan abses
b. Pungsi lumbal merupakan kontraindikasi pada keadaan ini
c. Pemeriksaan darah yaitu hitung darah lengkap (netrofil dan leukositosis) dan
kultur darah.
4. Tata laksana
a. Intervensi bedah saraf untuk dekompresi dan drainase abses mungkin harus
dilakukan untuk mengatasi gejala klinis dan mendapatkan diagnosis bakteriologis.
b. Antibiotik spektrum luas (misalnya sefotaksim dengan metronidazol) diberikan
sampai diagnosis bakteriologis ditegakkan.
c. Kortikosteroid (dengan perlindungan antibiotik) mungkin diperlukan untuk
mengatasi edema serebri.