5
POSTMATUR Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Ada penulis yang menghitung waktu 42 minggu sesudah haid terakhir, adapula yang mengambil 43 minggu. Partusnya disebut partus postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut postmaturitas A. Frekuensi Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4-12 %. Apabila batas waktu 43 minggu frekuensi 3,4-4 % B. Etiologi Etiologi pasti belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah faktor herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu. C. Diagnosis 1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar 2. Bila wanita tidak tahu, tidak ingat atau lupa, atau sejak melahirkan yang lalu tidak mendapatkan haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis 3. Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang 4. Pemerisaan rontgenologik : dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter biparietal 9,8 cm atau lebih 5. Ultrasonografi : ukuran diameter biparietal, gerakan janin, dan jumlah air ketuban 6. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diambil dengan amniosentesis bai transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat

Post Matur

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Post Matur

POSTMATUR

Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Ada penulis yang menghitung waktu 42 minggu sesudah haid terakhir, adapula yang mengambil 43 minggu. Partusnya disebut partus postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut postmaturitas

A. FrekuensiApabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4-12 %. Apabila batas waktu 43 minggu frekuensi 3,4-4 %

B. EtiologiEtiologi pasti belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah faktor herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

C. Diagnosis1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar2. Bila wanita tidak tahu, tidak ingat atau lupa, atau sejak melahirkan yang lalu tidak

mendapatkan haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis

3. Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang

4. Pemerisaan rontgenologik : dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter biparietal 9,8 cm atau lebih

5. Ultrasonografi : ukuran diameter biparietal, gerakan janin, dan jumlah air ketuban6. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diambil dengan amniosentesis bai

transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat baru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :a. Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggub. Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu

7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena dikeruhi mekonium

8. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena infusiensi plasenta

9. Uji oksitosin : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan

10. Pemeriksaan kadarestriol dalam urin11. Pemeriksaan pH darah kepala janin12. Pemeriksaan sitologi vagina

TANDA-TANDA BAYI POSTMATUR

Page 2: Post Matur

1. Biasanya lebih berat dari bayi matur2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang4. Verniks kaseosa di badan kurang5. Kuku-kuku panjang6. Rambut kepala agak tebal7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

PENGARUH TERHADAP IBU DAN JANIN

A. Terhadap ibuPersalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena :a. Aksi uterus tidak terkoordinirb. Janin besarc. Molage kepala berkurang

Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka morbiditas dan mortalitas

B. Terhadap janinJumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi : berat badan janin bertambah besar, tetap, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Adapula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan

PENATALAKSANAAN

1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya

2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi

4. Bila :a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim b. Terdapat hipertensi, preeklamsiac. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitasd. Pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di rumah sakit

5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matangb. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama, dan terjadi tanda gawat janinc. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsia, hipertensi

menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin6. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan

bayi, janin postmatur kadang-kadang besar, dan kemungkinan disporposi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan narkosa, jadi pakailah anastesi konduksi. Jangan lupa, perawatan neonatus postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter anak

Page 3: Post Matur

IUFD

Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. IUFD sering dijumpai, baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu

a. Sebelum 20 minggu : kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion

b. Sesudah 20 minggu : biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim

ETIOLOGI

1. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta2. Pre-eklamsi dan eklamsi3. Penyakit-penyakit kelainan darah4. Penyakit infeksi dan penyakit menular5. Penyakit saluran kencing : bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal6. Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid7. Malnutrsi dan sebagainya

DIAGNOSIS

1. Anamnesis : ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat kurangIbu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil, atau kehamilan tidak seperti biasanyaAtau wanita belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan skit seperti mau melahirkan

2. Inspeksi : tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus

3. Palpasi :a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan , tidak teraba gerakan-gerakan

janinb. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin

4. Auskultasi : baik memakai stetoskop monoral maupun dengan deptone akan terdengar denyut jantung janin

5. Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan baru negatifsetelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan

6. Rontgen foto abdomen :a. Adanya akumulasi gas dalam jantungdan pembuluh darah besar janinb. Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janinc. Tanda gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janind. Tanda spalding : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin e. Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegakf. Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat

Page 4: Post Matur

7. Ultrasonografi : tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin

PENANGANAN

1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis

2. Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90% akan terjadi persalinan yang spontan3. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis,

partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus4. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek

progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip, dengan atau tanpa amniotomi

PENGARUH TERHADAP IBU

Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebh besar, karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia, bahayanya adalah perdarahan postpartum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau pamberian fibrinogen.

Rferensi :

Postmatur

Buku obstetri jilid 1 hal 221-224

Iufd

Buku obstetri hal 224-225