Potensi Pasar Pertanian Herbal Indonesia Juga Masih Jauh Dari Harapan

Embed Size (px)

Citation preview

Potensi pasar pertanian herbal Indonesia juga masih jauh dari harapan. Berdasarkan data dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), industri jamu selalu berada di peringkat 10 besar pengekspor herbal dunia sejak 1975. Nilai ekspor jamu Indonesia sampai akhir 2009 mencapai US$200 juta. Sayangnya, di Asia, pasar jamu masih didominasi oleh China, yang menguasai 62 %. Sementara pasar Indonesia di Asia baru mencapai kisaran 3%, kata Martha Tilaar, pemilik Martha Tilaar Group, salah satu perusahaan kosmetik di Indonesia."Singapura bisa menjadi eksportir keempat di dunia untuk produk-produk aromatik padahal tidak punya lahan untuk menanam bahan bakunya, " lanjutnya. Sementara Indonesia yang punya lahan dengan biodiversitasnya yang tinggi hanya di urutan ke-31 dalam produsen produk aromatik dunia. Padahal Singapura, hanya membeli bahan bakunya dari petani Indonesia dengan harga yang sangat murah, lalu dengan sentuhan teknologi, bahan-bahan itu dijual dengan sangat mahal sebagai produk aromatik, parfum, dan kosmetik.Pada dasarnya peranan seorang farmasis sangat penting dalam menyikapi permasalahan ini, akan tetapi hal ini tidak sesuai pada kenyataannya. Contoh kasus kurangnya peran apoteker atau farmasis dalam dunia herbal khususnya pada bidang klinik jamu adalah pada permenkes nomer 3 tahun 2010 tentang saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan.Sungguh disayangkan jika ilmu kefarmasian yang kita dapat di perguruan tinggi tidak bisa di manfaatkan secara maksimal. Pemerintah juga harus mendukung penuh upaya penelitian lanjutan obat-obatan herbal baik dari segi pendanaan maupun tempat penelitian. Mungkin pembangunan lembaga penelitian baru dan lahan khusus untuk budidaya tanaman obat di beberapa tempat yang strategis akan sangat membantu. Serta keikutsertaan lembaga kesehatan lain dalam membantu pemasaran atau edukasi kepada masyarakat tentang penggunaan obat-obat herbal ini. Serta peran industri-industri farmasi yang ada di seluruh Indonesia untuk membantu produksi sediaan herbal dalam jumlah banyak. Pengelolaan tanaman obat pascapanen juga memberi nilai positif dalam hal ini. Penanganan dan pengelolaan pascapanen tanaman obat dilakukan terutama untuk menghindari kerugian-kerugian yang mungkin timbul akibat perlakuan prapanen dan pascapanen yang kurang tepat. Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian, misalnya terjadinya perubahan sifat zat yang terdapat dalam tanaman, perlakuan dan cara panen yang tidak tepat, masalah daerah produksi yang menyangkut keadaan iklim dan lingkungan, teknologi pascapanen yang diterapkan, limbah, serta masalah sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.Jika kesemua aspek ini dapat berperan optimal, tidak menutup kemungkinan mewujudkan cita-cita penggunaan obat-obatan herbal di Indonesia demi meminimalisir efek samping suatu obat. Serta tuntutan seorang farmasis untuk menyikapi masalah ini lebih mendalam akan sangat membantu sekali. Mungkin sedikit saran dari saya selaku penulis adalah dengan membuat suatu aturan/perencanaan bahwa di setiap perguruan tinggi farmasi harus memiliki laboratorium khusus herbal, dari mulai proses budidaya tanaman yang terkontrol serta uji aktifitas senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya untuk kemudian bisa di uji dan di verifikasi di BPOM. Dengan tujuan setelah lulus uji dan verifikasi keamanan di BPOM dapat di produksi dalam skala industri dan hasilnya bisa digunakan oleh masyarakat luas.