31
POTENSI SENYAWA ANTIPARASIT DARI BAKTERI SIMBION SPONS Spirastrella hartmani DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU JAKARTA ANISA DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

POTENSI SENYAWA ANTIPARASIT DARI BAKTERI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/71417/C14ani.pdf · cacing komersial Pirantel Pamoat® dengan dosis 250 mg dan hanya menggunakan

Embed Size (px)

Citation preview

POTENSI SENYAWA ANTIPARASIT DARI BAKTERI

SIMBION SPONS Spirastrella hartmani DI PULAU PRAMUKA

KEPULAUAN SERIBU JAKARTA

ANISA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Senyawa

Antiparasit dari Bakteri Simbion Spons Spirastrella hartmani di Pulau Pramuka

Kepulauan Seribu Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi

Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Anisa

NIM C54100044

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB

harus didasarkan pada kerja sama yang terkait

ABSTRAK

ANISA. Potensi Senyawa Antiparasit dari Bakteri Simbion Spons Spirastrella

hartmani di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh DIETRIECH

GEOFFREY BENGEN dan ADRIANI SUNUDDIN.

Spons dan simbion bakteri di dalam tubuhnya memiliki senyawa bioaktif

yang banyak dan bermanfaat untuk farmakologi, seperti sitotoksik, anti-HIV,

antitumor, antikanker, antivirus, antibakteri, antijamur, dan antiparasit. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui adanya potensi antiparasit yang terdapat pada

isolat bakteri simbion spons Spirastrella hartmani. Rancangan penelitian yang

digunakan yaitu rancangan acak faktorial, 5 isolat terbaik (S121a, S121b, S122a,

S122b dan S122c) dipilih dari 44 isolat bakteri simbion Spirastrella hartmani di

Pulau Pramuka. Uji antiparasit dilakukan secara in vitro terhadap Ascaridia galli,

konsentrasi yang digunakan pada masing-masing ekstrak isolat adalah 0.7

gram/ml, kemudian pirantel pamoat® dan etanol digunakan sebagai kontrol positif

dan kontrol negatif. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dan uji

Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing isolat memiliki

aktivitas antiparasit yang berbeda nyata, dan ekstrak S122c menunjukkan aktivitas

antiparasit yang lebih baik dibandingkan yang lainnya.

Kata kunci: antiparasit, bakteri simbion, Spirastrella hartmani, spons

ABSTRACT

ANISA. Potencial Antiparasitic Compounds Isolated from Spirastrella hartmani

Sponge-associated Bacterya in Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Guided by

DIETRIECH GEOFFREY BENGEN and ADRIANI SUNUDDIN.

Sponges and their bacterial symbionts have many bioactive compounds

fuctional to pharmacological purposes, such as cytotoxic, anti-HIV, antitumor,

anticancer, antiviral, antibacterial, antifungal, and antiparasitic. The objective of

this study was to investigate the potency of antiparasite compounds isolated from

bacterial symbiont of Spirastrella hartmani sponges. Utilizing randomized

factorial design 5 isolates were selected, that is S121a, S121b, S122a, S122b and

S122c, from 44 bacterial isolates Spirastrella hartmani in Pramuka Island. In

vitro antiparasitic assay was applied against Ascaridia galli, using extracted

antiparasitic compound with concentration of 0.7 gram/ml, while pyrantel

pamoat® and ethanol were applied as positive and negative control. The data were

analyzed by ANOVA and Duncan’s test. Results of this study showed that each

antiparasitic compound has different antiparasitic activity, and antiparasitic

compound S122c was the most effective compare to others.

Keywords: antiparasitic, bacterial symbionts, Spirastrella hartmani, sponge

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

POTENSI SENYAWA ANTIPARASIT DARI BAKTERI

SIMBION SPONS Spirastrella hartmani DI PULAU PRAMUKA

KEPULAUAN SERIBU JAKARTA

ANISA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Potensi Senyawa Antiparasit dari Bakteri Simbion Spons

Spirastrella hartmani di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta

Nama : Anisa

NIM : C54100044

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA

Pembimbing I

Adriani Sunuddin, S.Pi., M.Si.

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (tanggal penandatanganan skripsi oleh ketua departemen)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini adalah Potensi

Senyawa Antiparasit dari Bakteri Simbion Spons Spirastrella hartmani di Pulau

Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dietriech G.

Bengen, DEA selaku pembimbing utama, Ibu Adriani Sunuddin, S.Pi., M.Si.

selaku pembimbing anggota, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA

selaku dosen penguji. Ibu Meutia Samira Ismet, S.Si., M.Si yang telah

mendukung penelitian ini, serta DIKTI lewat dana BOPTN sehingga penelitian ini

dapat terfasilitasi dengan baik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan untuk

angkatan Ilmu dan Teknologi Kelautan tahun 2010, Muhammad Reza Faisal, Sena

Pasha Puradiredja, Juraij, Aditiya Hikmah Nugraha, Wahyu Adi Setyaningsih

selaku staf Laboratorium Mikrobiologi Laut Basah atas dukungan dan bantuannya

serta ayah, ibu, seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

Anisa

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Peremajaan Bakteri 3

Pewarnaan Gram 3

Pengukuran Kurva Pertumbuhan dan Waktu Propagasi 3

Ekstraksi Isolat Bakteri 3

Uji Antiparasit (Anthelmintik) 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Pewarnaan Gram Bakteri 4

Kurva Pertumbuhan dan Waktu Propagasi 6

Uji Antiparasit (Anthelmintik) 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

RIWAYAT HIDUP 18

DAFTAR TABEL

1. Hasil pengamatan pewarnaan gram 5 2. Hasil uji invitro antiparasit bakteri simbion spons 8

DAFTAR GAMBAR

1. Peta lokasi pengambilan sampel spons S.hartmani 2

2. Grafik kurva pertumbuhan :(a) isolat bakteri simbion spons S121a, (b)

S121b, (c) S122a 6 3. Grafik kurva pertumbuhan : isolat bakteri simbion spons (d) S122b, (e)

S122c 7

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sekitar 60% orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur

terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Rata-rata kandungan cacing per orang

enam ekor. Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan

oleh kementerian kesehatan di beberapa provinsi pada tahun 2006. Karena itu,

cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.

Salah satu cacing yang sering menginfeksi manusia dan hewan adalah

jenis Ascariasis. Ascariasis yang tergolong dalam kelompok soil transmitted

helminthes merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat (Dargatz et al.

2000). Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh

dunia, lebih banyak ditemukan di daerah beriklim panas dan lembab. Saat ini

sudah banyak obat sintetis dipasaran yang bertujuan untuk mengobati penyakit

cacingan. Namun obat tersebut memiliki beberapa efek samping seperti timbulnya

parasit cacing yang resisten terhadap anthelmintik dan bersifat toksik. Hal tersebut

membuat masyarakat sadar akan pentingnya obat yang berasal dari alam sehingga

banyak dilakukan penelitian untuk mendapatkan bahan obat alami. Salah satunya

berasal dari spons laut.

Spons merupakan organisme yang memiliki jenis senyawa bioaktif yang

tergolong banyak dan memiliki berbagai macam aktivitas farmakologi, seperti

sitotoksik, anti-HIV, antitumor, antikanker, antileukemia, antivirus, antibakteri,

anti jamur, dan anthelmintik (Benson 2001). Ada 15.000 spesies spons laut di

seluruh dunia dan sekitar 45% senyawa bioaktif laut ditemukan pada spons laut

(Lee et al. 2001). Spons laut itu sendiri memiliki mikroorganisme simbion yang

berada pada ekstra maupun intra selular, dan merupakan sumber metabolit

sekunder terkaya. Metabolit yang dihasilkan oleh spons merupakan hasil

biosintesis simbionnya sehingga bakteri yang bersimbiosis dengan spons tersebut

memiliki komponen bioaktif yang hampir mirip dengan yang dimiliki spons

(Nurhayati et al. 2006).

Spesies spons yang akan dijadikan penelitian kali ini adalah Spirastrella

hartmani. Spons S.hartmani merupakan salah satu biota laut yang mengandung

berbagai metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat (Satari

1999). Isolat dari spons ini dilaporkan memiliki aktivitas anti mikroba (Amir dan

Budiyanto 1996) dan juga beberapa metabolit sekunder yang memiliki bioaktifitas

telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari spons tersebut, yaitu mengandung

senyawa 4,8,12- trimethyltridecanoid acid (Soest dan Braekman 1999).

Namun sejauh ini belum banyak data penelitian yang mengeksplorasi

senyawa metabolit sekunder bakteri simbion dari spons Spirastrella hartmani

sebagai bahan baku obat pada penyakit manusia dan hewan yang bersifat sebagai

antiparasit. Oleh karena itu perlu dilakukan penelusuran senyawa metabolit

sekunder bakteri simbion dari spons Spirastrella hartmani serta uji in vitro

sebagai antiparasit menggunakan parasit Ascariasis .

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi potensi senyawa antiparasit dari

bakteri yang bersimbiosis dengan spons Spirastrella hartmani.

METODE

Pengambilan sampel spons dilakukan di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu

Jakarta pada Bulan Oktober 2013 (Gambar 1). Proses peremajaan sampai pada

tahap uji dilakukan pada Bulan Februari - Juni 2014 di Laboratorium

Bioprospeksi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan untuk proses ekstraksi

dilakukan di Laboratorium Biologi 1, Departemen Biologi, Fakultas Matematikan

dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan sampel spons S.hartmani Pulau Pramuka

Kepulauan Seribu Jakarta

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tube (2 ml), cutter,

alat tulis, bunsen, cawan petri, tissue, micropippet (500, 1000 μL), pipet tetes,

kalkulator, timbangan, tabung pereaksi, gelas ukur, sudip, jarum ose, waterbath, L

spreader, botol duran, centrifuge, komputer, spektrofotometer,water microtube,

rotary evaporator, erlenmeyer 250 ml, serta freeze dry.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel isolat

bakteri yang berasosiasi dengan spons S.hartmani yaitu isolat S121a, S121b,

P. Pramuka

3

S122a, S122b, dan S122c. Sampel isolat bakteri yang berasosiasi dengan spons ini

merupakan koleksi yang terdapat di Laboratorium Bioprospecting ITK IPB.

Bahan-bahan lain yang digunakan dalam penelitian yaitu : etanol, alkohol, pepton,

yeast, air laut, media agar, akuades, safranin, dan iodin.

Peremajaan Bakteri

Peremajaan isolat bakteri spons merupakan tahapan untuk memperoleh

biakan isolat yang segar. Sebanyak 44 isolat bakteri yang diremajakan, namun

yang termasuk isolat bakteri spons S.hartmani hanya ada 5 isolat yaitu S121a,

S121b, S122a, S122b, dan S122c. Peremajaan ini menggunakan media agar

Zobell 2216 (Lampiran 1).

Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan

yang paling penting dan luas di gunakan untuk mengidentifikasi bakteri (Sunatmo

2009). Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans

Christian Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884.

Metode pewarnaan gram menurut Sunatmo (2009) menggunakan teknik aseptik,

dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pada kaca preparat terlebih dahulu diteteskan akuades kemudian dibuat olesan

dari kelima isolat. Selanjutnya preparat dikering-udarakan.

2. Genangi olesan dengan ungu kristal selama satu menit. Bilaslah dengan

akuades mengalir secara hati-hati. Genangi dengan iodium gram dan biarkan

satu menit.

3. Bilas kembali dengan akuades mengalir. Teteskan etanol 95%, bilas kembali

dengan akuades mengalir.

4. Beri pewarna tandingan safranin dan biarkan 45 detik lalu bilas kembali secara

hati-hati. Keringkan dengan kertas serap. Amati menggunakan mikroskop

dengan perbesaran 40 x 10 µ.

Pengukuran Kurva Pertumbuhan dan waktu propagasi

Kurva pertumbuhan dibuat dengan menggunakan metode spektofotometri.

Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada besarnya nilai

absorbansi suatu zat terhadap radiasi sinar elektromagnetik (Khopkar 1990).

Tahapan untuk melakukan pengukuran kurva pertumbuhan yaitu :

1. Dibuat terlebih dahulu media cair 100 ml kemudian masukan 1 lup isolat

bakteri ke dalam media tersebut, diamkan selama 24 jam. Setelah itu ambil 10

ml dari kultur awal untuk dimasukkan ke media cair baru sebanyak 100 ml.

2. Kultur baru dimasukkan ke dalam waterbath pada suhu 30 oC dengan

kecepatan 90 rpm.

3. Setelah itu kultur diamati dengan pengenceran 10-6

setiap 4 jam menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.

4

Ekstraksi Isolat bakteri

Ekstraksi isolat bakteri dilakukan dengan menggunakan pelarut organik

etanol pada masing-masing isolat. Tahapan yang untuk melakukan proses

ekstraksi isolate bakteri yaitu :

1. Sebanyak 1.5 liter isolat cair bakteri terbaik disentrifugasi dengan kecepatan

7000 rpm, suhu 4 oC selama 15 menit, sehingga mendapatkan lapisan

supernatan dan natan.

2. Supernatan tersebut ditambahkan etanol dengan perbandingan volume 1:1.

Kocok dahulu selama 10 menit dan diamkan selama 30 menit sehingga

terbentuk 2 lapisan.

3. Lapisan supernatan yang berada di atas diambil dan dimasukkan ke dalam labu

ukur kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator.

3. Selanjutnya pengeringan menggunakan freeze dry agar didapatkan ekstrak

kasar yang kering.

Uji Antiparasit (Anthelmintik)

Uji antiparasit dilakukan secara in vitro, dengan mencampurkan 1 ml larutan

ekstrak bakteri spons S.hartmani pada cacing Ascaridia galli di dalam cawan

petri. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0.7 gr/ml dan ditambahkan 1 ml

NaCl 0.9%. Pengujian juga menggunakan kontrol negatif (-) hanya menggunakan

air dan etanol sebanyak 1 ml. Sementara itu kontrol positif (+) menggunakan obat

cacing komersial Pirantel Pamoat®

dengan dosis 250 mg dan hanya menggunakan

pelarut air. Hal ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas sampel dengan

antiparasit komersial. Aktivitas antiparasit bakteri spons maupun obat komersial

diukur melalui waktu yang dibutuhkan untuk mematikan cacing A.galli dalam

satuan menit. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji ANOVA dan

dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pewarnaan gram

Hasil yang diperoleh dari pewarnaan gram adalah morfologi isolat bakteri

yang berasosiasi dengan spons Spirastrella hartmani. Dalam proses pewarnaan

bakteri sebaiknya menggunakan bakteri yang baru diremajakan.

Tabel 1 merupakan hasil dari pewarnaan gram yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa isolat bakteri S121a, S121b, S122a, S122b, dan S122c adalah

bakteri gram negatif dan berbentuk batang atau basil. Basil adalah bakteri yang

bentuknya menyerupai batang atau silinder membelah dalam satu bidang,

sebagian besar basil tampak sebagai batang tunggal, berpasangan atau dalam

bentuk rantai pendek atau panjang (Pratiwi 2008). Bakteri gram negatif akan

kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu

diberi zat pewarna tandingnya yaitu dengan zat pewarna safranin akan tampak

berwarna merah muda. Adapun bakteri gram positif akan mempertahankan zat

5

pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua atau biru di

bawah mikroskop. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur

kimiawi dinding selnya (Pelczar 2007).

Tabel 1 Hasil pengamatan pewarnaan gram

Isolat Bakteri Keterangan Gambar

S121a - Perbesaran 40 x 10 µ

- Bentuknya batang

-Berwarna merah muda

S121b - Perbesaran 40 x 10 µ

-Bentuknya batang

- Berwarna merah muda

S122a - Perbesaran 40 x 10 µ

- Bentuknya batang

- Berwarna merah muda

S122b - Perbesaran 40 x 10 µ

- Bentuknya batang

- Berwarna merah muda

S122c - Perbesaran 40 x 10 µ

- Bentuknya batang

- Berwarna merah muda

Hasil gambar yang didapatkan berupa warna merah muda, namun pada

gambar S121a masih ada warna biru tua disekitarnya. Hal tersebut dikarenakan

beberapa faktor, seperti yang dikemukakan oleh Pelezar (1986) bahwa banyak

faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri, yaitu fiksasi, peluntur warna ,

substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu

preparat yang sudah meresap suatu zat warna, apabila dicuci dengan asam encer

maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan

terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam,

dan hal ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro 2005).

6

Kurva Pertumbuhan Bakteri Endosimbions Spons

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler

dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti

pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan

parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau

pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba (Waluyo

2004).

(a)

(b)

(c)

7

(d)

(e)

Keterangan : kurva pertumbuhan isolat bakteri spons waktu

propagasi

Gambar 2 Grafik kurva pertumbuhan : (a) isolat bakteri simbion spons S121a, (b)

S121b, (c) S122a, (d) S122b, dan (e) S122c.

Gambar 2 menunjukan grafik kurva pertumbuhan isolat bakteri spons

S121a, S121b, S122a, S122b, dan S122c. Berdasarkan penentuan waktu

propagasi, maka ditetapkan bahwa waktu propagasi untuk semua isolat bakteri

yaitu pada jam ke-44 dengan nilai absorbansi sebesar 0.9479 untuk isolat S121a,

0.9191 untuk isolat S121b, 0.974 untuk isolat S122a, 0.945 untuk isolat S122b,

dan 0.9004 untuk isolat S122c. Laju pertumbuhan bakteri bervariasi menurut

spesies dan kondisi pertumbuhannya. Pada kondisi optimal bakteri

memperbanyak diri dengan pembelahan biner setiap 20 menit sekali (Waluyo

2004). Kurva pertumbuhan bakteri merupakan gambaran pertumbuhan secara

bertahap sejak awal hingga terhenti mengadakan kegiatan. Ada 4 fase

pertumbuhan bakteri yaitu fase adaptasi (fase lag), fase eksponensial, fase

stasioner (tetap), fase kematian (Waluyo 2004).

Kurva pertumbuhan diatas tidak sampai kepada fase kematian karena

tujuannya hanya untuk mendapatkan waktu propagasi dan mendapatkan biakan

yang baik. Fase yang diambil adalah fase eksponensial. Setelah mikroba

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yakni pada fase adaptasi dan fase

permulaan pembiakan, maka sel jasad renik membelah dengan cepat, dimana

8

pertambahan jumlahnya mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan

pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh media cair sebagai tempat tumbuhnya

seperti pH dan kandungan nutrien, suhu dan kelembapan udara. Pada fase ini sel

membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan dengan fase lainnya, selain itu

sel paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Bila kita ingin mengadakan

biakan yang cepat tumbuh, maka bakteri pada fase ini baik sekali untuk diadakan

inokulumnya (Schlegel dan Schmidt 1994).

Hubungan antara waktu dan nilai absorbansi dapat kita lihat dari hasil

penelitian yang telah dilakukan yaitu berbanding lurus. Konsentrasi yang

digunakan yaitu 10-6

. Seiring dengan lamanya waktu maka nilai absorbansi

meningkat. Salah satunya bisa dilihat pada gambar 1e bahwa persamaan garis y =

0.0691e0.4139 x

dan R2

= 0.9004 (sumbu y adalah nilai absorbansi dan sumbu x

adalah waktu). Dari nilai R2

yang bernilai 0.9004 ini kita dapat mengetahui nilai

presisi dari kurva tersebut ialah sebesar 90.04%. Berkas cahaya monokromatik

yang melewati suatu larutan sampel yang berkonsentrasi tinggi akan menurunkan

nilai intensitas cahaya yang berhasil tembus pada sampel tersebut secara

eksponensial. Hal itu akan membuat nilai dari absorbansi akan meningkat secara

aritmatik (Harjadi 1993).

Uji Antiparasit Bakteri Simbion Spons

Antiparasit adalah senyawa kimia yang menghancurkan cacing dari saluran

pencernaan, organ dan jaringan di dalam inang (Permin et al. 1998 ; Susanti

2005). Hasil uji in vitro yang terdapat pada tabel 2 memiliki nilai aktivitas

bervariasi.

Tabel 2 Hasil uji in vitro antiparasit bakteri simbion spons

Kelas uji

Waktu yang dibutuhkan untuk mematikan cacing

A.galli dalam tiap pelarut (menit)

Etanol Air

S12(1)a 11.94 29.08

S12(1)b 15.92 28.85

S12(2)a 13.35 31.38

S12(2)b 15.74 34.95

S12(2)c 10.77 19.95

Kontrol positif - 22.09

Kontrol negatif 6.50 136.48

Berdasarkan tabel hasil uji in vitro dapat diketahui bahwa ekstrak bakteri

simbion spons S.hartmani yang memiliki aktifitas antiparasit tertinggi yaitu

S12(2)c dengan waktu 10.77 menit untuk etanol dan 19.95 menit untuk air.

Sedangkan aktifitas antiparasit terendah di miliki oleh ekstrak bakteri S122b

dengan rata-rata waktu 34.95 menit untuk air dan 15.92 menit untuk etanol

terdapat pada isolat bakteri S121b. Kontrol positif pada penelitian ini tidak

memakai larutan etanol karena dosisnya disesuaikan dengan dosis pengobatan

yang telah dianjurkan. Jika dibandingkan antara kontrol negatif yang memakai

9

etanol dengan kontrol yang memakai air terlihat jelas bahwa keduanya memiliki

waktu yang jauh berbeda. Kontrol negatif etanol itu sendiri memiliki waktu rata-

rata 6.50 menit sedangkan kontrol negatif air 136.48 menit.

Kelima ekstrak yang dibandingkan dengan Pirantel Pamoat (kontrol

positif) memiliki waktu tercepat mematikan A.galli yaitu dengan rata-rata waktu

19.95 menit untuk pelarut air dan 10.77 untuk etanol. Hal tersebut menunjukan

bahwa hasil ekstrak bakteri simbion spons S.hartmani mampu bersaing dengan

obat sintetis. Hal tersebut diperkuat dengan uji ANOVA bahwa masing-masing

ekstrak bakteri S121a, S121b, S122a, S122b, S122c berbeda nyata (p<0,05) dan

dilakukan uji lanjut Duncan (Lampiran 3). Hasil uji lanjut Duncan diperoleh isolat

S122c yang paling efektif mematikan parasit dengan waktu rata-rata 15.35 menit

(Lampiran 4). Penggunaan Pirantel Pamoat sebagai kontrol positif pada penelitian

ini dikarenakan obat sintetis tersebut termasuk obat lini pertama pada penyakit

Ascariasis (Katzung 2004). Pirantel pamoat dapat membunuh cacing dengan cara

merusak struktur subseluler dan menghambat intake glukosa secara irreversible

sehingga terjadi deplesi glikogen pada cacing. Obat sintetis ini sendiri memiliki

efek anthelmintik yang baik, akan tetapi kontraindikasi untuk ibu hamil, anak-

anak di bawah 2 tahun, dan yang mengalami gangguan fungsi hati (Rostianawati

2009).

Hasil uji ekstrak yang menggunakan dua pelarut berbeda yaitu etanol dan

air memiliki perbedaan yang nyata. Dibuktikan melalui uji ANOVA bahwa

keduanya berbeda nyata (p<0,05) (Lampiran 3). Etanol lebih cepat mematikan

A.galli dibandingkan dengan pelarut air. Hal ini disebabkan karena etanol mampu

mengikat senyawa bioaktif (Pelezar 1986) . Etanol hampir netral dalam air,

dengan pH 100% etanol adalah 7.33, berbanding dengan pH air murni yang

sebesar 7.00. Sifat basa yang dimiliki etanol mampu melarutkan ekstrak lebih baik

dan cepat masuk ke dalam jaringan-jaringan tubuh A.galli sehingga ekstrak

tersebut cepat bereaksi. Hal tersebut menyebabkan A.galli mengalami paralisis

dan kematian. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan

kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah

pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol

adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa

kimia lainnya (Badger 2002).

Penelitian khusus mengenai spons S.hartmani sebagai antiparasit belum

pernah dilakukan, namun berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai senyawa

bioaktif antiparasit bakteri simbion spons dari ekosistem lamun diperoleh dugaan

bahwa bakteri simbion spons tersebut menunjukkan adanya kemampuan

menghasilkan senyawa bioaktif yang mampu mematikan parasit. Spons tersebut

diketahui dapat menghasilkan senyawa halogen derivat (1 dan 2) helianane (3),

yang berhasil diisolasi dari ekstrak 2-propanol spons tersebut (Martin et al. 2005).

Senyawa tersebut kemudian diketahui memiliki aktivitas sitotoksik terhadap galur

sel tumor manusia (A549, HT29, dan MDA-MB-231). Oleh karena itu,

kemungkinan spons jenis S.hartmani dan bakteri simbionnya dapat menghasilkan

senyawa yang bersifat toksik bagi parasit sangat besar. Senyawa-senyawa lainnya

yang dapat ditemukan dari spons genus Spirastrella adalah makrolida sitotoksik

(spirastrellolides A-G), 20a–c sphingosine sulfat dan hidrokarbon terhalogenasi

(Morinaka dan Mollinsky 2011), 4,8,12- trimethyltridecanoid acid (Soest dan

Braekman 1999).

10

Ada beberapa senyawa yang dihasilkan dari spons khususnya yang berada

di perairan Indonesia antara lain adalah senyawa seskuiterpenoid tipe bis-abolen,

(+)-curcuphenol (1) dan (+)-curcudiol (2) yang dihasilkan dari Axynissa sp

memiliki aktivitas menghambat sintesa protein kinase pada pengujian antikanker

secara in vitro (Wahyuono 2003). Senyawa Barrangamida suatu polipeptida siklik

baru adalah senyawa aktif yang dihasilkan oleh spons Theonella swinhoei asal

perairan Spermonde Sulawesi Selatan (Michael et.al 2000). Aktivitas sitotoksik

terhadap kanker serviks dari spons Aaptos suberitoides asal pantai Situbondo telah

dilaporkan oleh Awik et al. (2006). Namun penelitian khusus untuk ekstrak

bakteri simbion spons Spirastrella hartmani ini belum banyak dilakukan.

Penelitian dibidang anthelmintik itu sendiri sudah banyak dilakukan

seperti anthelmintik infusa daun andong (cordyline fruticosa) terhadap Ascaridia

galli secara in vitro (Asih 2014), aktivitas anthelmintik ekstrak daun jarak pagar

(Jatropa curcas L.) terhadap cacing pita dan Ascaridia galli (Hanifah 2010), dan

uji efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang temu ireng (Curcuma

aeruginosa roxb) terhadap Ascaridia galli secara in vitro (Tamara 2008). Ketiga

penelitian tersebut menggunakan parameter kematian cacing dengan

menggunakan konsentrasi yang berbeda, sedangkan penelitian yang dilakukan kali

ini menggunakan konsentrasi yang sama. Hasil rata-rata waktu kematian cacing

pada penelitian Asih (2014) yaitu 23.72 jam dengan konsentrasi infusa 60%. Hal

tersebut memiliki hasil yang berbeda jauh jika dibandingkan dengan ekstrak

bakteri simbion spons S.hartmani yang memiliki respon cepat mematikan parasit

dengan rata-rata waktu 15.35 menit. Hal ini menunjukan bahwa hasil ekstrak

bakteri simbion spons S.hartmani juga memiliki potensi yang cukup besar untuk

dijadikan antiparasit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil uji in vitro isolat bakteri spons Spirastrella hartmani pada A.galli

menunjukan bahwa ekstrak tersebut memiliki potensi senyawa antiparasit. Hal ini

dapat dilihat pada hasil penelitian yang didapatkan bahwa ekstrak tersebut mampu

mematikan semua parasit yang dijadikan uji coba target. Ekstrak terbaik

didapatkan dari isolat bakteri S122c dengan rata-rata waktu tercepat mematikan

parasit pada menit ke 15.35 menit.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih jauh mengenai spesies bakteri yang

terkandung pada spons Spirastrella hartmani serta perlu dilakukannya uji

biokimia untuk mengetahui secara pasti mengenai kandungan senyawa yang ada

didalamnya.

11

DAFTAR PUSTAKA

Amir I, Budiyanto A. 1996. Mengenal spons laut (Demospongia) secara umum.

Oseana, Vol 21 No 2, Jakarta(ID) : LIPI.

Awik P, Sukardiman, Hani T, Fardji. 2006. Uji sitotoksisitas dan efek ekstrak

spons laut Aaptos suberitoides terhadap sel kanker serviks (hela) secara in

vitro.Surabaya(ID):Digital Library ITS. [http://digilib.its.ac.id/public/ITS-

Undergraduate-15282-Paper-502348.pdf][diunduh pada 2014 Juli 24]

Asih A. 2014. Anthelmintik infusa daun andong (Cordyline fruticosa) terhadap

Ascaridia galli secara in vitro. [Skripsi]. Yogyakarta(ID) : Universitas Atma

Jaya Yogyakarta.

Badger PC. 2002. Ethanol From Cellulose : A General Review. T, rends in new

crops and new uses. p17–21. Alexandria (US) : ASHS Press.

Benson. 2001. Microbiological Application, Laboratory manual in General

Microbiology. Ed ke-8. New York (US) : McGraw-Hill Companies.

Dargatz DA, Dargatz JLT, Sangster NC. 2000. Antimicrobic and anthelmintic

resistance. Veterinary Clinic of North America 16 (3) : 515-536.

Dwidjoseputro D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID) : Djambatan.

Hanifah SW. 2010. Aktivitas anthelmintik ekstrak daun jarak pagar (Jatropa

curcas) terhadap cacing pita dan Ascaridia galli. [Skripsi]. Bogor(ID) :

Institut Pertanian Bogor.

Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID) : Gramedia

Katzung, Bertram G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta (ID) : Penerbit

Salemba Empat. 272-273

Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta (ID) : Universitas

Indonesia.

Lee Y, Lee K, Lee HK. 2001. Microbial symbiosis in marine spons. J Microbiol

(30): 254-264.

Martin MJ , Berrué F, Amade P, Fernández R, Francesch A, Reyes F, and Cuevas

C. 2005. Halogenated Helianane Derivatives from the Sponge Spirastrella

hartmani. J Nat Prod (68) 10: 1554–1555.

Michael C, Roy, Ikuko I, Ohtani, Junichi T, Tatsuo H, Rachmaniar S. 2000.

Barangamide A, a new cyclic peptide from the Indonesian sponge Theonella

swinhoei. J Elsevier (40): 5373-5376.

Morinaka BI, Molinnsky TF. 2011. Mollenyne A, a Long-Chain

Chlorodibromohydrin Amide from the Sponge Spirastrella mollis. Org

Lett (13) 24: 6338–6341.

Nurhayati T, Suhartono MT, Nuraida L, Poerwanto SB. 2006. Karakterisasi awal

inhibitor protease dari bakteri yang berasosiasi dengan spons asal Pulau

Panggang, Kepulauan Seribu. Hayati 13(2):58-64

Pelczar MJ. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta(ID) : UI Press.

Permin A, Hansen P, Bisgaard M, Frandsen, Pearman M. 1998. Studies on

Ascaridia galli in chickens kept at different stocking rate. Avian Pathology

(27): 382-389.

Pelezar R, Chan. 1986. Microbiology. New York (US):McGraw Hill Book

Company.

12

Pratiwi S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta(ID) : Erlangga.

Rostianawati, Tina. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella

Terhadap E.Coli, S.Aureus Dengan Metode Difu Agar. [Penelitian Mandiri].

Bandung (ID) : Universitas Padjadjaran.

Satari RR. 1999. Penelitian Produk Bahan Alam Laut di Indonesia. Arah dan

prospek: Seminar Nasional Kimia Bahan Alam. Jakarta.

Schlegel HG, Schmidt K. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta (ID): Gadjah

Mada University Press.

Sunatmo TI. 2009. Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium.p33. Jakarta

(ID): Ardy Agency.

Susanti P. 2005. Efikasi anthelmintika Albendazol terhadap stadium pra dewasa

cacing Ascaridia galli pada ayam petelur. [Skripsi]. Bogor(ID) : Institut

Pertanian Bogor.

Soest RWM Van, Braekman JC. 1999. Chemosystematics of porifera: a review.

Memoir of the Queensland Museum 44: 569 -589.

Tamara O. 2008. Uji efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang

temu ireng (Curcuma aeruginosa roxb.) terhadap Ascaridia galli secara in

vitro. [Skripsi]. Semarang(ID) : Universitas Diponegoro.

Waluyo L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang (ID) : Universitas Muhammadiyah

Press.

Wahyuono S. 2003. Mencari obat antikanker dari spons perairan Indonesia.

Cakrawala Suplemen Pikiran Rakyat. [tersedia pada: http://www.pikiran

rakyat.com]. [diunduh pada 2014 Juli 14]

13

LAMPIRAN

1. Isolat yang telah diremajakan

Nama Isolat

SP 3-2(2) SP3-2(3)c

S15(4) S26(4)

S26(4) S2-2(5)

S9(1)c S26(2)

S9(a) S26(1)

S12(2)a S2-2(2)

SP 3-2(4) S2-2(3)c

S12(1)6 S2-2(1)a

S26(3) S23(3)c

S12(2)b S23(2)

S1-2(1) S2-3(3)b

S12(1)a S15(3)

S12(2)c S23(3)c

S1-2(4) S15(2)

S12(2)b AL3

SP3-2(1) AL6

S9(1)a AL1

S2-2(3)a AL2

S23(2) S9(d)

SP3-2(3) S2-2(1)b

S9(1)b S15(4)a1

S1-2(3) S23(2)

2. Hasil pewarnaan gram bakteri simbion spons S.hartmani menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 µ

a b c

14

d e

Keterangan :a. isolat bakteri spons S121 a

b. isolat bakteri spons S121 b

c. isolat bakteri spons S122 a

d. isolat bakteri spons S122 b

e. isolat bakteri spons S122 c

3. Analisis ragam jumlah kematian cacing Ascaridia galli

Keterangan : *Berbeda nyata (P<0,05), SK = Sumber Keragaman, db = Derajat Bebas, JK

= Jumlah Kuadrat, KT = Kuadrat Tengah, F hit = Faktor koreksi berdasarkan hasil

perhitungan,

(α = 0,05).

4. Uji Duncan pengaruh pemberian ekstrak isolat bakteri spons S.hartmani terhadap

waktu kematian A.galli

Perlakuan

Rata-rata

(menit) Notasi

S121a 20.51 bc

S121b 22.382 b

S122a 22.365 b

S122b 25.342 b

S122c 15.358 c

Kontrol (+) 22.083 b

Kontrol (-) 71.492 a Keterangan : Notasi dengan menggunakan huruf kecil pada baris yang sama

menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).

ANOVA

SK JK db KT Fhitung* Pr>F

Sampel 13266.29 6 2211.05 85.03 <.0001

Kolom 9134.38 1 9134.38 351.26 <.0001

Interaksi 18065.46 6 3010.91 115.78 <.0001

Error 728.13 28 26.00

Total 41194.25 41

15

5. Hasil uji in vitro ekstrak bakteri simbion spons S.hartmani dengan parasit target

Ascaridia galli

Kelas uji Pelarut

Air (menit) Etanol (menit)

S121a

24.76 9.01

29.89 11.19

32.58 15.63

S121b

28.83 14.47

24.22 15.75

33.49 17.53

S122a

33.90 12.72

30.84 13.30

29.41 14.02

S122b

29.55 14.45

40.44 16.94

34.85 15.82

S122c

18.45 8.01

20.17 10.84

21.22 13.46

Kontrol +

24.79 24.79

22.73 22.73

18.73 18.73

Kontol -

152.75 6.55

135.36 6.67

121.33 6.29

6. Dokumentasi

Sentifuge Z326K 50 ml Pengamatan hasil pewarnaan gram

16

Rotary evaporator Spektrofotometer

Sentrifuge 500 ml Micropippet (500, 1000 μL)

Kultur cair menggunakan waterbath Freeze dry

17

A.galli yang sedang di uji secara in vitro Uji in vitro

7. Hasil pengamatan pertumbuhan bakteri simbion spons S.hartmani

Waktu

(Jam)

Isolat Bakteri

S121a S121b S122a S122b S122c

t4 0.03 0.06 0.05 0.09 0.07

t8 0.11 0.16 0.19 0.19 0.20

t12 0.31 0.30 0.31 0.32 0.31

t16 0.38 0.36 0.39 0.37 0.38

t20 0.45 0.44 0.48 0.45 0.48

t24 0.52 0.51 0.57 0.64 0.56

t28 0.61 0.50 0.62 0.64 0.74

t32 0.69 0.57 0.70 0.72 0.82

t36 0.78 0.72 0.74 0.80 0.94

t40 0.84 0.86 0.79 0.94 1.04

t44 0.98 0.92 0.89 0.96 1.07

t48 1.01 0.96 0.90 1.00 1.12

t52 1.00 0.96 0.94 0.99 0.92

t56 0.99 0.95 0.92 0.94 0.93

t60 0.98 0.98 0.92 1.04 0.94

t64 0.97 0.92 0.92 1.02 1.09

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Juni 1992

sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari orang tua

bernama Alm. H. Muhidin dan Hj. Komariah. Penulis lulus

dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Dramaga pada tahun

2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciampea tahun

2010. Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa

Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memperoleh beasiswa Bidik Misi

tahun 2010.

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor penulis pernah menjadi asisten

mata kuliah Biologi Laut periode 2013 dan 2014. Asisten Biologi Tumbuhan Laut

2014 dan Biologi Hewan Laut 2014. Penulis juga pernah mengikuti Program

Kreatifitas Mahasiswa Artikel Ilmiah (PKM-AI) tahun 2014 dengan judul

Distribusi dan Tutupan Lamun Di Pulau Tengah, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi

Kelautan (HIMITEKA-IPB) sebagai anggota divisi Kewirausahaan periode 2011-

2012, dan ketua divisi Biro Usaha periode 2012-2013. Penulis bergabung di

Laboratorium Hidro Biologi Laut Basah. Di luar bidang akademik penulis

berprestasi dalam kegiatan kompetisi di bidang olahraga dan seni seperti basket

(ITK-FPIK), dan perkusi (TPB).

Dalam rangka penyelesaian studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Potensi Senyawa

Antiparasit dari Bakteri Simbion Spons Spirastrella hartamni di Pulau Pramuka

Kepulauan Seribu Jakarta”.

19