Click here to load reader
Upload
dangcong
View
235
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PowerPoint Presentation
PENGUPAHAN DAN TUNJANGAN BAHAYA RADIASI BAGI RADIOGRAFER
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
Workshop PARI PENGDA Provinsi Jawa Tengah, 25 Maret 2018
1
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN
RENSTRA KEMENKES 2015-2019
TERTUANG DALAM
PROGRAM : INDONESIA SEHAT
MELALUI 3 PILAR :
Paradigma sehat
Penguatan pelayanan kesehatan
Jaminan kesehatan nasional
SASARAN:
Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;
Meningkatnya pengendalian penyakit
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan
Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN NASIONAL / PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJMD)
PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2018
(URUSAN KESEHATAN)
VISI : MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI
mboten korupsi, mboten ngapusi
TUJUAN : MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
MISI 6 : MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK UNTUK
MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR MASYARAKAT
PROGRAM UNGGULAN : RAKYAT SEHAT
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN JAWA TENGAH / PROGRAM PRIORITAS JAWA TENGAH
RENSTRA DINKESPROV JATENG 2013-2018
RPJMD PROV JATENG 2013-2018
VISI DINKES PROV JATENG : Institusi yang Profesional dalam Mewujudkan Kesehatan Paripurna di Jawa Tengah
MISI :
Misi I : Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu dan Berkeadilan
Misi II : Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing
Misi III : Mewujudkan Peran Serta Masyarakat dan Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Kesehatan
Misi IV : Melaksanakan Pelayanan Publik yang Bermutu
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN JAWA TENGAH / PROGRAM PRIORITAS JAWA TENGAH
PROGRAM PRIORITAS KESEHATAN JAWA TENGAH
RENSTRA DINKESPROV JATENG 2013-2018
RAKYAT SEHAT
SASARAN:
Meningkatnya kesehatan ibu dan anak
Terkendalinya penyakit menular dan tidak menular
Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar
Meningkatnya penerbitan ijin dan registrasi sumber daya kesehatan
STRATEGI
KEBIJAKAN
Peningkatan kesehatan ibu, bayi
Pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular
3. Peningkatan status gizi balita
PROGRAM PRIORITAS 2018
Kematian Ibu dan bayi
Penyakit menular dan tidak menular
Stunting
BAB sembarangan
Kurangnya akses sanitasi
Standar mutu bagi Fasyankes dasar dan rujukan
Aksesibilitas fasyankes dasar dan rujukan
JKN
SPM kab/kota
Jejaring mitra kesehatan
Sistem Kesehatan Provinsi (SKP)
Menurunkan kematian ibu dan bayi
Mengendalikan faktor-faktor resiko penyakit menular dan tidak menular
Penggerakkan Germas
Pengembangan desa STBM
Peningkatan desa ODF
Peningkatan proporsi fasyankes dasar dan rujukan terstandar
Pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang terstandar
Peningkatan kepesertaan JKN
Mendorong kepesertaan mandiri
Mengalokasikan PBI non kuota
Peningkatan dukungan kepala daerah untuk SPM
Penguatan jejaring mitra
Implementasi KP
Fasilitasi SPM kab/kota
Penguatan jejaring kemitraan
Optimalisasi SKP
Peningkatan proporsi desa STBM
Peningkatan proporsi desa ODF
ISU ISU STRATEGIS JAWA TENGAH
Kematian Ibu dan bayi
Penyakit menular dan tidak menular
Stunting
BAB sembarangan
Kurangnya akses sanitasi
Standar mutu bagi Fasyankes dasar dan rujukan
Aksesibilitas fasyankes dasar dan rujukan
JKN
SPM kab/kota
Jejaring mitra kesehatan
Sistem Kesehatan Provinsi
ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN
SANITASI DASAR
AKSES DAN MUTU FASYANKES
PEMBIAYAAN MELALUI JKN
SISTEM KESEHATAN
PROGRAM PRIORITAS 2018
8
PROGRAM YANG PERLU DITUNTASKAN
Bebas Malaria pada Tahun 2021 (Gebrak Malaria)
Bebas BAB Sembarangan Tahun 2021
Menuju Bebas Kusta 2019
Penurunan Angka Kejadian dan Kematian DBD
Belkaga Menuju Bebas Filaria Tahun 2020
Kasus Kematian Ibu < 300, AKI/AKABA
Gerakan Masyarakat Sehat GERMAS
1
2
3
4
5
7
8
Sanitasi Terpadu Berbasis Masyarakat Tahun 2020
6
9
9
KETERPADUAN PERAN
DALAM PENANGANAN MASALAH KESEHATAN
MASALAH KES :
P2M : DBD
HIV/AIDS
PTM : HYPERTENSI
DM, CA
GERMAS
PIS-PK
JEJARING/KEMITRAAN
AKI
AKB/AKAB
GIZI BURUK/STUNTING
ODF/BBAS
MITRA :
OP KESHT
KNCV
EMAS
GF
PPTI
DLL.
DINAS KESEHATAN
RS PUSAT/ PRUMAH SAKITOV/KAB-KOTA / SWASTA
PUSKESMAS
PT KESHT:
FK
FKM
AKBID
AKPER
KESLING
GIZI
DLL
LINSEK :
LINSEK (BAPERMASDES, BP3APK, DIKNAS
PKK
FATAYAT
AISIYAH
NGO
10
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SDMK
PERENCANAAN
PENDAYAGUNAAN
PENGADAAN
BINWAS MUTU
MANAJEMEN PROGRAM PPSDMK
12
Jumlah
Jenis
Mutu
Distri-busi
Perencanaan kebutuhan SDMK : proses sistematis dalam upaya menetapkan jumlah dan kualifikasi SDMK yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi suatu wilayah
disusun secara berjenjang (dimulai dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, pemda kab/kota, pemda provinsi, sampai dengan Pemerintah secara nasional) berdasarkan ketersediaan Tenaga Kesehatan dan kebutuhan (pasal 14 ayat 2 UU Nakes)
Pusat Provinsi Kab/Kota menyusun perencanaan kebutuhan SDM kesehatan
PERENCANAAN
Permenkes Nomor 33/2015 :
Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan
INSTITUSI PENDIDIKAN KESEHATAN
PENGADAAN
Pengadaan Tenaga Kesehatan dilakukan melalui pendidikan tinggi bidang kesehatan, sesuai Standar nasional Pendidikan Tinggi
PEMENUHAN TENAGA KESEHATAN
TETAP/PERMANEN
SEMENTARA/TEMPORARY
PNS
PPPK
Nusantara Sehat Berbasis Tim (Team Based)
Nusantara Sehat Individual
Wajib Kerja Dokter Spesialis
PTT Pusat
Kontrak/Honor BLUD
PTT Daerah
Pemenuhan Tenaga dibantu Pusat untuk daerah DTPK
* PTT Pusat Moratorium
Kontrak/Honor
Swasta/PMA
PENDAYAGUNAAN
PEMENUHAN TENAGA KESEHATAN OLEH PUSAT
Puskesmas
Nusantara sehat
Penugasan Khusus Individual
Rumah Sakit
Penugasan Khusus Residen
Wajib Kerja Dokter Spesialis
Nusantara Sehat
Pendayagunaan secara khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim
Permenkes No 23 Tahun 2015
9 jenis Nakes
penempatan min 5 Jenis Nakes
Masa Penugasan 2 (dua) thn
Target :
2015 (120 tim), 2016 (130 tim), 2017 (188 tim), 2018 (150 tim), 2019 (160 tim)
Realisasi 251 tim , 1.422 tenaga di tempatkan 91 Kab/Kota pada 28 Propinsi
Lokasi Penempatan
Puskesmas DTPK dan DBK (Kriteria T/ST) yang Nakes kosong/kurang dari 5 jenis di seluruh Indonesia
Penugasan Khusus Individual
Pendayagunaan secara khusus Tenaga Kesehatan Individual
Regulasi :
Sedang Proses Penetapan
9 jenis Nakes
Individual/Perorangan
Masa Penugasan : 2 (dua) thn
Target :
2017 (6.000 orang), 2018 (3.850 orang), 2019 (6.000 orang)
Lokasi Penempatan
Puskesmas DTPK dan DBK (Kriteria T/ST) yang nakesnya kosong/kurang 1 - 4 jenis di seluruh Indonesia
PENUGASAN KHUSUS RESIDEN
Pendayagunaan secara khusus Residen di RS Kelas C dan D
Permenkes No 80 Tahun 2015
Dokter Sedang Masa Pendidikan spesialis pasca jenjang I
Target : 800 org/Tahun
Realisasi Tahun 2017 , 154 orang dari 15 FK di tempatkan pada 114 RS di 31 Propinsi
Lama Penugasan :
6 (enam) bln
WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS
Yang Terhormat Bapak Presiden,
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Presiden atas ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis
Kami laporkan kepada Bapak Presiden bahwa kondisi Indonesia yang mempunyai geografi berupa daratan, lautan, pegunungan serta banyaknya pulau-pulau yang tersebar menyebabkan akses pelayanan kesehatan untuk daerah tertentu sangat sulit dijangkau. Rumah Sakit yang disediakan Pemerintah masih banyak yang kosong atau kekurangan tenaga kesehatannya khususnya tenaga dokter spesialis. Terdapat disparitas yang cukup besar antar provinsi di Indonesia terkait keberadaan dokter spesialis. dimana dokter spesialis banyak berada di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, Bali sementara daerah daerah yang lain jumlah dokter spesialias sangat kurang.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan dengan didukung oleh Organisasi Profesi, Kolegium Spesialis 4 dasar dan Anestesiologi dan Terapi Intensif serta pihak terkait lainnya akan melakukan pemenuhan dan pemerataan dokter spesialis di rumah sakit di seluruh Indonesia melalui Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS). Diharapkan dengan adanya pemenuhan dan pemerataan dokter spesialis di seluruh rumah sakit pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya maka kebutuhan serta akses masyararakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya pelayanan kesehatan spesialistik dapat ditingkatkan.
Penugasan dokter spesialis sebagai Wajib Kerja Dokter Spesialis untuk tahap awal diprioritaskan bagi lulusan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis penyakit dalam, spesialis anak, spesialis bedah dan spesialis anestesiologi dan terapi intensif
Peserta WKDS akan ditempatkan di seluruh rumah sakit pemerintah pusat dan pemenerintah daerah di seluruh indonesia diprioritaskan pada rumah sakit DTPK, rumah sakit rujukan regional, rumah sakit rujukan propinsi.
Penetapan kelayakan rumah sakit sebagai lokasi penempatan WKDS setelah dilakukan visitasi oleh tim.
Adapun peserta WKDS terdiri dari :
Peserta mandiri, lulusan pendidikan di dalam negeri dan tidak mendapatkan beasiswa dan/atau bantuan pendidikan
Peserta penerima beasiswa dan/atau bantuan pendidikan, lulusan pendidikan di PTN dalam negeri dan PT luar negeri yang mendapat beasiswa dan/atau program bantuan pendidikan baik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Masa penugasan Wajib Kerja Dokter Spesialis bagi yang mandiri yaitu 1 (satu) tahun sementara bagi penerima beasiswa dan/atau bantuan pendidikan disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Bapak Presiden yang terhormat, pelaksanaan Wajib Kerja Dokter Spesialis melibatkan semua unsur antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, institusi pendidikan, KKI, Organisasi Profesi dan Kolegium dimulai dari perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, monitoring dan evalausi, pencatatan dan pelaporan, pembinaan dan pengawasan.
Dalam kesempatan yang baik ini juga kami meminta kepada Gubenur, Bupati/Walikota yang akan mengusulkan kebutuhan dokter spesialis hendaknya bertanggung jawab dalam menyediakan sarana, prasarana dan peralatan spesialistik di rumah sakit, menyiapkan fasilitas tempat tinggal atau rumah dinas termasuk menyiapkan insentif daerah kepada peserta WKDS serta mempermudah penerbitan Surat Ijin Praktik bagi peserta WKDS di wilayah penempatan.
Target penugasan 1.000 1.250 dokter Spesialis Anak, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Spesialis Bedah dan Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif. Penugasan ke lokasi penempatan dilakukan secara bertahap sesuai dengan jumlah lulusan dari pendidikan profesi program dokter spesialis sehingga tidak ada waktu tunggu bagi lulusan yang akan melaksanakan WKDS. Berdasarkan data dari Kolegium, sebanyak 64 orang lulusan dari spesialis anak, spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah dan spesialis anestesiologi dan terapi intensif telah siap untuk ditugaskan untuk tahap pertama di 61 rumah sakit pada 59 kabupaten/kota di 29 provinsi.
20
Pemenuhan Kebutuhan dan PENINGKATAN akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas DI seluruh Indonesia
Lokasi Penempatan :
Rumah Sakit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, diprioritaskan :
1. Rumah Sakit DTPK
2. RS Rujukan Regional
3. RS Rujukan Propinsi
Peserta adalah dokter spesialis yang baru lulus pendidikan profesi program dokter spesialis dari PTN di dalam negeri dan PT di luar negeri.
Jangka Waktu WKDS :
Peserta mandiri 1 (satu) tahun, peserta penerima beasiswa dan/atau pendidikan sesuai ketentuan peraturan perundangan
Target : 1.000 1.250 per tahun sesuai kelulusan
Unsur yang terlibat :
Kemenkes, Kemristekdikti, Kemendagri, Kemenkeu, Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Institusi Pendidikan, KKI, Organisasi Profesi dan Kolegium
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2017
Wajib Kerja Dokter Spesialis
BIN-WAS MUTU meliputi
Registrasi nakes
peningkatan kualifikasi, kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan
Pengembangan jenjang karir jabatan fungsional
BIN WAS MUTU
Pemberian beasiswa
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) : seminar, on the job training/magang
Pemberian dan pengawasan ijin praktek
PENGEMBANGAN SDMK DI PROVINSI JAWA TENGAH
PROGRAM TUBEL-PPDS-PPDGS
PROGRAM RPL
PROGRAM PIDI
PROGRAM UKOM JABFUNG
PROGRAM INPASSING
PROGRAM WKDS
PELATIHAN
DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN SDM KESEHATAN
NODUKUNGAN1Pemenuhan APBD Kesehatan minimal 10 % dari Total APBD, tidak termasuk gaji (UU No 36/2009)2Pejabat struktural bidang kesehatan diisi oleh tenaga kesehatan sesuai kompetensi (Permenkes No 971/2009 dan UU No 23 Tahun 2014)3Kewenangan provinsi /kab/kota dalam penempatan dan pemerataan tenaga kesehatan , pembinaan, pengawasan mutu4Mendorong daerah yang belum memberikan insentif tenaga kesehatan agar mengalokasikan anggaran5Menyusun rencana kebutuhan SDM Kesehatan secara berjenjang termasuk didalamnya melakukan updating data SDM Kesehatan6Pemenuhan Tenaga, Pemda di minta untuK menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS dan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja untuk pengusulan formasi ke Kemenpan-RB
23
UU NO 23 TAHUN 2014 : PEMERINTAHAN DAERAHURUSAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
PUSATPROVINSIKABUPATEN/KOTAPenetapan standardisasi dan registrasi tenaga kesehatan Indonesia, TK-WNA serta penerbitan rekomendasi pengesahan rencana penggunaaN tenaga kerja asing (RPTKA) dan izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA). Penerbitan izin praktik dan izin kerja tenaga kesehatan.
PUSATPROVINSIKABUPATEN/KOTAPenetapan penempatan dr spesialis dan drg spesialis bagi Daerah yang tidak mampu dan tidak diminati. Penetapan standar kompetensi teknis dan sertifikasi pelaksana Urusan Pemerintahan bidang kesehatanPenetapan standar pengembangan kapasitas SDM kesehatan. Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP Nasional. Perencanaan danpengembangan SDMkesehatan untuk UKM danUKP Daerah provinsi. Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP Daerah kabupaten/kota.
PEMBAGIAN PERAN DAN TANGGUNGJAWAB
PUSATPROVINSIKABUPATEN/KOTAPenerbitan STRMemberikan dukungan dg berfungsinya MTKIMembina org profesiAlokasi anggaranMemberikan dukungan dg berfungsinya MTKPMembina org profesiAlokasi anggaranMenerbitkan SIPMembina mutu & kompetensiMengawasiMembina org profesiAlokasi anggaranPenerbitan rekomendasi pengesahan RPTKA dan IMTAMemberikan dukungan kerja sama lintas sektor dan pengawasanAlokasi anggaranMemberikan dukungan kerja sama lintas sektor dan pengawasanAlokasi anggaranMenerbitkan SIP TKWNAMengawasiAlokasi anggaran
PUSATPROVINSIKABUPATEN/KOTAPenetapan penempatan dr spesialis dan drg spesialis bagi Daerah yang tidak mampu dan tidak diminati. Menyusun rencana kebutuhan nakes di fasyankes provinsi dan lintas kab/kotaMembuat regulasiAlokasi anggaranMembina dan mengawasiMenyusun rencana kebutuhan nakes di fasyankes kab/kotaMembuat regulasiAlokasi anggaranMembina dan mengawasi
Penetapan standar kompetensi teknis dan sertifikasi pelaksana Urusan Pemerintahan bidang kesehatanMenyusun kurikulum dan modul pelatihanMenggunakan standar kompetensi Kadinkes, Kabid/Kabag dan kasubid/kasubag/kasiMelaksanakan pelatihanMenggunakan standar kompetensi Kadinkes, Kabid/Kabag dan kasubid/kasubag/kasiMelaksanakan pelatihan
PUSATPROVINSIKABUPATEN/KOTAPenetapan standar pengembangan kapasitas SDM kesehatan. Menyusun regulasi jabatan fungsional, jenjang karirMenerapkan NSPK yang disusunPelatihan jabatan fungsionalPenggunaan jenjang karirMenerapkan NSPK yang disusunPelatihan jabatan fungsionalPenggunaan jenjang karir
Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP Nasional. Perenc dan pengemb. SDM kes utk UKM danUKP Daerah provinsi. Menyusun renbut nakes di fasyankes prov,lintas kab/kotaMembuat regulasiAlokasi anggaranBinwas Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP Daerah kabupaten/kota. Menyusun renebutuhan nakes di fasyankes kab/kotaMembuat regulasiAlokasi anggaranMembina dan mengawasi
KUALIFIKASI NAKES
MAHASISWA
LULUS INSTITUSI PENDIDIKAN
SERKOM
STR
SIP
TENAGA KESEHATAN
FASYANKES
Radiografer
PNS
PNS Pusat :
- Gaji/Upah
- Tunjangan Fungsional
- Tunjangan Bahaya Radiasi
- Remunerasi
PNS Daerah (Jateng) :
- Gaji/Upah
- Tunjangan Fungsional
- Tunjangan Bahaya Radiasi
- TPP (Pergub. No 9 Th 2015 + Pergub No 6 Th 2017)
Swasta/BUMN
PP Pari No 090/PP PARI/IV/2017 + SE MENKES No HK.03.03/MENKES/604/2015
KUALIFIKASI TENAGA KESEHATAN
Tenaga medis;
Tenaga psikologi klinis;
Tenaga Keperawatan;
Tenaga kebidanan;
Tenaga kefarmasian;
Tenaga kesehatan masyarakat;
Tenaga kesehatan lingkungan;
Tenaga gizi;
Tenaga keterapian fisik;
Tenaga Keteknisian Medis
Tenaga Teknis Biomedis ; Radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik
Tenaga kesehatan tradisional; dan
Tenaga kesehatan lain
32
( UU No 36 th 2014, ps 11)
Radiografer
Kategori Nakes Dlm Uu No 36 Tahun 2014
PARI (Perhimpunan Radiografer Indonesia)
DASAR :
UU 36 Tahun 2014 ttg Tenaga Kesehatan
Permenkes No 81 tahun 2013
Radiografer adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan teknik radiodiagnostik dan radioterapi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Permenkes No. 81/2013, pasal 17, Radiografer mempunyai Hak :
Menerima imbalan jasa profesi dan tunjangan lain sesuai peraturan perundang-undangan
2. Memperoleh jaminan perlindungan terhdp risiko kerja yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya sesuai perundang-undangan
TENAGA TEKNIS BIOMEDISDI JAWA TENGAH
RadiograferElektromedisATLMFisika MedisRadioterapiOrtotik Prostetik1055261285983231
Radiografer di Jawa Tengah
PERBEDAAN DATA ANTARA OP DAN DARIDATA PROFIL SDMK MASIH BANYAK ANGGOTA IPAI SK JABFUNG PERAWAT DIKELOMPOKKKAN DLM PERAWAT
35
BanjarnegaraJeparaKaranganyarKebumenKendalKlatenKudusMagelangPatiPekalonganPemalangBanyumasPurbalinggaPurworejoRembangSemarangSragenSukoharjoTegalTemanggungWonogiriWonosoboBatangKota MagelangKota SurakartaKota SalatigaKota SemarangKota PekalonganKota TegalaBloraBoyolaliBrebesCilacapDemakGrobogan20331936305235174017291213119154632643081813112793312811827181830301931
REGISTRASI DAN PERIJINAN
REGISTRASI TENAGA KESEHATAN
Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.
STR diberikan oleh konsil, masih MTKI
Persyaratan memperoleh STR meliputi:
Memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;
Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
Memiliki surat pernyataan telah sumpah/janji profesi;
Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
4. STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratan.
UU no 36 th 2014
PERIJINAN
Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin
SIP diberikan oleh pemerintah daerah kab/kota
SIP berlaku 1 tempat praktik
Syarat SIP :
STR yang masih berlaku;
Rekomendasi dari Organisasi Profesi;
Rekomendasi dari tempat praktik
UU no 36 th 2014
PRAKTIK TENAGA RADIOGRAFER
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013
TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER
Radiografer yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIKR.
SIKR diberikan kepada Radiografer yang telah memiliki STRR.
SIKR dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabu/kota.
SIKR berlaku untuk 1 (satu) tempat.
Radiografer hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) tempat bekerja.
Permohonan SIKR kedua dapat dilakukan dengan menunjukkan bahwa Radiografer telah memiliki SIKR pertama.
SIKR ( Surat Ijin Kerja Radiografer)
PENGUPAHAN RADIOGRAFER
Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Tengah Tahun 2018
Provinsi20172018Persentase Kenaikan (%)KeteranganJawa TengahRp. 1.367.000,-Rp. 1.486.065,-9%PP No 78 Th 2015
KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT PARI NO. 090/ PP/IV/2017 tanggal 8 April 2017 :
Upah minimum Radiografer :
Besaran gaji pokok ditambah tunjangan tetap di luar tunjangan bahaya radiasi dan tunjangan lainnya
Upah minimum radiografer dibayarkan sesuai dg pendidikan dan upah minimum wilayah bekerja :
D3 : 1,6 X upah minimum wilayah kerja
DIV/S1 : 1,7 X upah minimum wilayah kerja
S2 : 1,9 X upah minimum wilayah kerja
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 Pergub Jateng No 560/94 Tahun 2017
NoKabupaten/KotaUMKKeputusan Pengurus Pusat PARI No 090/PP PARI/IV/2017 (Pendidikan D-3,D-4,S-2)D-3 (1,6X)D-4 (1,7X)S-2(1,9X)1Banjarnegara Rp 1.490.000 Rp 2.384.000 Rp 2.533.000 Rp 2.831.000 2Jepara Rp 1.738.360 Rp 2.781.376 Rp 2.955.212 Rp 3.302.884 3Karanganyar Rp 1.696.000 Rp 2.713.600 Rp 2.883.200 Rp 3.222.400 4Kebumen Rp 1.560.000 Rp 2.496.000 Rp 2.652.000 Rp 2.964.000 5Kendal Rp 1.929.458 Rp 3.087.133 Rp 3.280.079 Rp 3.665.970 6Klaten Rp 1.661.632 Rp 2.658.611 Rp 2.824.774 Rp 3.157.101 7Kudus Rp 1.892.500 Rp 3.028.000 Rp 3.217.250 Rp 3.595.750 8Magelang Rp 1.742.000 Rp 2.787.200 Rp 2.961.400 Rp 3.309.800 9Pati Rp 1.585.000 Rp 2.536.000 Rp 2.694.500 Rp 3.011.500
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 Pergub Jateng No 560/94 Tahun 2017
NoKabupaten/KotaUMKKeputusan Pengurus Pusat PARI No 090/PP PARI/IV/2017 (Pendidikan D-3,D-4,S-2)D-3 (1,6X)D-4 (1,7X)S-2(1,9X)10Pekalongan Rp 1.721.637 Rp 2.754.619 Rp 2.926.783 Rp 3.271.110 11Pemalang Rp 1.588.000 Rp 2.540.800 Rp 2.699.600 Rp 3.017.200 12Banyumas Rp 1.589.000 Rp 2.542.400 Rp 2.701.300 Rp 3.019.100 13Purbalingga Rp 1.655.200 Rp 2.648.320 Rp 2.813.840 Rp 3.144.880 14Purworejo Rp 1.573.000 Rp 2.516.800 Rp 2.674.100 Rp 2.988.700 15Rembang Rp 1.535.000 Rp 2.456.000 Rp 2.609.500 Rp 2.916.500 16Semarang Rp 1.900.000 Rp 3.040.000 Rp 3.230.000 Rp 3.610.000 17Sragen Rp 1.546.492 Rp 2.474.387 Rp 2.629.036 Rp 2.938.335 18Sukoharjo Rp 1.648.000 Rp 2.636.800 Rp 2.801.600 Rp 3.131.200
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 Pergub Jateng No 560/94 Tahun 2017
NoKabupaten/KotaUMKKeputusan Pengurus Pusat PARI No 090/PP PARI/IV/2017 (Pendidikan D-3,D-4,S-2)D-3 (1,6X)D-4 (1,7X)S-2(1,9X)19Tegal Rp 1.617.000 Rp 2.587.200 Rp 2.748.900 Rp 3.072.300 20Temanggung Rp 1.557.000 Rp 2.491.200 Rp 2.646.900 Rp 2.958.300 21Wonogiri Rp 1.524.000 Rp 2.438.400 Rp 2.590.800 Rp 2.895.600 22Wonosobo Rp 1.585.000 Rp 2.536.000 Rp 2.694.500 Rp 3.011.500 23Batang Rp 1.749.900 Rp 2.799.840 Rp 2.974.830 Rp 3.324.810 24Kota Magelang Rp 1.580.000 Rp 2.528.000 Rp 2.686.000 Rp 3.002.000 25Kota Surakarta Rp 1.668.700 Rp 2.669.920 Rp 2.836.790 Rp 3.170.530 26Kota Salatiga Rp 1.735.930 Rp 2.777.488 Rp 2.951.081 Rp 3.298.267 27Kota Semarang Rp 2.310.087 Rp 3.696.139 Rp 3.927.148 Rp 4.389.165
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 Pergub Jateng No 560/94 Tahun 2017
NoKabupaten/KotaUMKKeputusan Pengurus Pusat PARI No 090/PP PARI/IV/2017 (Pendidikan D-3,D-4,S-2)D-3 (1,6X)D-4 (1,7X)S-2(1,9X)28Kota Pekalongan Rp 1.765.178 Rp 2.824.285 Rp 3.000.803 Rp 3.353.838 29Kota Tegala Rp 1.630.500 Rp 2.608.800 Rp 2.771.850 Rp 3.097.950 30Blora Rp 1.564.000 Rp 2.502.400 Rp 2.658.800 Rp 2.971.600 31Boyolali Rp 1.651.650 Rp 2.642.640 Rp 2.807.805 Rp 3.138.135 32Brebes Rp 1.542.000 Rp 2.467.200 Rp 2.621.400 Rp 2.929.800 33Cilacap Rp 1.841.209 Rp 2.945.934 Rp 3.130.055 Rp 3.498.297 34Demak Rp 2.065.490 Rp 3.304.784 Rp 3.511.333 Rp 3.924.431 35Grobogan Rp 1.560.000 Rp 2.496.000 Rp 2.652.000 Rp 2.964.000
TUNJANGAN BAHAYA RADIASI
Melindungi
Meningkatkan prestasi kerja,
Meningkatkan pengabdian
Meningkatkan semangat kerja
TUNJANGAN BAHAYA RADIASI
TUNJANGAN BAHAYA RADIASI (TBR) BAGI RADIOGRAFER
Permenkes No 56 TH 2015
TBR bagi PNS
Surat Edaran Menkes No. HK.03.03/Menkes/604/2015
TBR bagi pegawai Swasta & BUMN
Sesuai dengan kemampuan RS masing2.
Sudah ditentukan nominalnya
Dasar Hukum :
Perpres No. 138 tahun 2014 tentang Tunjangan bahaya radiasi bagi pegawai negeri yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang kesehatan
Permekes 56 tahun 2015 tentang Penetapan nilai tingkat tunjangan bahaya radiasi bagi pegawai negeri sipil yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang kesehatan
PEKERJA RADIASI
Perpres No. 138/ 2014 :
Setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau instalasi radiasi pengion yang diperkirakan menerima dosis tahunan melebihi dosis untuk masyarakat umum.
Permenkes No. 56/ 2015 :
Setiap Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di instalasi nuklir atau instalasi radiasi pengion yang diperkirakan menerima dosis tahunan melebihi dosis untuk masyarakat umum
dokter spesialis radiologi, dokter spesialis onkologi radiasi, dokter spesialis kedokteran nuklir, dokter gigi spesialis radiologi, dan dokter spesialis kardiologi yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
radiografer yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
fisikawan medis yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
perawat yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
tenaga teknisi elektromedis yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
tenaga radiofarmasi yang bekerja pada pelayanan kedokteran nuklir;
tenaga teknisi kardiovaskuler yang bekerja pada pelayanan kardiologi intervensional;
tenaga kamar gelap radiologi yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional;
tenaga administrasi radiologi yang bekerja pada pelayanan radiologi diagnostik, radioterapi, kedokteran nuklir, radiologi gigi, dan kardiologi intervensional.
Permenkes No. 56/ 2015,Pasal 2:
Pekerja Radiasi yang berhak menerima tunjangan bahaya radiasi merupakan pegawai negeri sipil yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sebagai Pekerja Radiasi, dan diberi tugas serta tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan langsung dan/atau tidak langsung dengan sumber radiasi serta berada dalam medan radiasi pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Permenkes No. 56/ 2015,Pasal 3 :
Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdiri atas:
rumah sakit;
b. puskesmas;
C. klinik/bagian radiologi;
d. balai kesehatan paru masyarakat;
e. balai laboratorium kesehatan;
f. laboratorium pengujian pesawat sinar x, laboratorium dosimetri radiasi perorangan, laboratorium kalibrasi alat ukur radiasi di balai/loka pengamanan fasilitas kesehatan;
g. laboratorium radiografi/radioaktif pada institusi pendidikan radiografer dan fisikawan medik.
Tunjangan bahaya radiasi bagi Pegawai Negeri yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang kesehatan, yang selanjutnya disebut tunjangan bahaya radiasi adalah tunjangan khusus yang diberikan kepada Pegawai Negeri yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku atas potensi risiko bahaya radiasi yang dihadapi oleh pekerja radiasi bidang kesehatan yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya.
JENIS RISIKO DAN TBR (PERMENKES NO 56 TH 2015 :
Risiko bahaya radiasi tingkat I adalah risiko bagi pekerja radiasi yang berhubungan langsung dengan sumber radiasi secara terus menerus, sebesar Rp 1.150.000,00 (satu juta seratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan.
Risiko bahaya radiasi tingkat II adalah risiko bagi pekerja radiasi yang berhubungan langsung dengan sumber radiasi sewaktu-waktu, sebesar Rp 950.000,00 (sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan.
Risiko bahaya radiasi tingkat III adalah risiko bagi pekerja radiasi yang berhubungan dengan sumber radiasi tidak langsung dan berada dalam medan radiasi terus menerus, sebesar Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan.
Risiko bahaya radiasi tingkat IV adalah risiko bagi pekerja radiasi yang berhubungan dengan sumber radiasi tidak langsung dan berada dalam medan radiasi sewaktu-waktu, sebesar Rp 425.000,00 (empat ratus dua puluh lima ribu rupiah) setiap bulan.
SE Menkes No. HK.03.03/MENKES/604/2015 Tentang Tunjangan Bahaya Radiasi bagi Pekerja Radiasi di bidang kesehatan :
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan swasta dan BUMN untuk dapat memberikan tunjangan bahaya radiasi bagi pekerja radiasi dengan berpedoman pada ketentuan yang diatur pada Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Kesehatan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan Radiografer yang tidak memiliki SIKR.
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Radiografer yang bekerja dan berhenti di fasilitas pelayanan kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi.
Tunjangan bahaya radiasi dihentikan apabila Pekerja Radiasi yang bersangkutan:
meninggal dunia;
diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil;
pindah ke instansi lain atau pindah ke unit lain yang tidak berada dalam medan radiasi;
pindah ke jabatan lain di luar jabatan pekerja radiasi;
tidak dapat bekerja sebagai pekerja radiasi;
menjalani cuti di luar tanggungan negara;
Pekerja Radiasi yang dijatuhi hukuman disiplin berat berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat karena dijatuhi hukuman disiplin berat karena alasan lain.
Pengupahan dan Tunjangan Bahaya Radiasi Radiografer
Pengupahan seharusnya didasarkan Upah Minimum Kab/Kota di Jawa Tengah dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan.
Tunjangan bahaya radiasi (TBR) bagi PNS didasarkan pada Permenkes No 56 TH 2015 yang telah ditentukan nominalnya.
Tunjangan bahaya radiasi (TBR) bagi Pegawai Swasta didasarkan pada Surat Edaran Menkes No. HK.03.03/Menkes/604/2015, nominalnya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing Rumah Sakit.
PENUTUP
TERIMA KASIH