29
LAPORAN KASUS GENERAL ANASTESI PADA ILEUS OBSTRUKTIF GHAYATRIE HEALTHANIA Dr PEMBIMBING Dr. GUNTUR MUHAMAD, Sp.An

ppt anastesi cvc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cvc

Citation preview

LAPORAN KASUS

GENERAL ANASTESI PADA ILEUS OBSTRUKTIF

GHAYATRIE HEALTHANIADr PEMBIMBING

Dr. GUNTUR MUHAMAD, Sp.An

IDENTITAS PASIEN Nama : Bp. ES

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 16 tahun

Alamat : Harjawinangun

Agama : Islam

No RM : 559691

Tanggal masuk RS : 14 febuari 2015

Tanggal Operasi : 20 febuari 2015 Jam : 09.00 WIB

ANAMNESIS• Keluhan utama : Nyeri perut

• Riwayat Penyakit Sekarang :• Pasien datang pada sabtu tanggal 14 febuari 2015 ke IGD Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Soeselo Slawi dengan dengan mengeluhkan nyeri perut dan tidak bisa BAB 2 hari SMRS. Awalnya ketika pasien akan buang air besar yang keluar hanya lendir namun tidak disertai darah.Namun makin lama os tidak bisa bab. Os juga mengeluhkan adanya muntah sejak 2 hari yang lalu . Muntah berwarna hijau dan frekuensi nya 3 x dalam sehari. Pasien merasakan sangat sakit pada perutnya apalagi bila ditekan. Pasien juga tidak dapat kentut. 1 hari SMRS. Pusing disangkal pasien. Demam juga disangkal oleh pasien, buang air kecil tidak ada perubahan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat operasi disangkal Riwayat mondok di rumah sakit disangkal

Riwayat batuk lama disangkal Riwayat asma atau sesak nafas disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

Pasien tidak sedang dalam pengobatan suatu penyakit tertentu dan tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun.

Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat penyakit serupa : disangkal• Riwayat Alergi dlm keluarga : disangkal• Riwayat Asma dlm keluarga : disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Gizi : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

BB : 55 kg

Vital Sign

- TD : 120/80 mmHg

- N : 80 x/ menit

- RR : 18

- Suhu : 36,60C

STATUS GENERALIS

leher : dbn

thoraks: dbn

Inspeksi : distensi abdomen (+) Auskultasi :

peristaltik (+), metalis sound (+), Palpasi : Nyeri Tekan (+) Perkusi : Hipertimpani

Kepala : dbn

Eksteremitas : dbn

PEMERIKSAAN PENUNJANGLeukosit 8.0 103/uL

Eritrosit 5.5 106/uL

Hemoglobin 16.4 %

Trombosit 201 103/uL

APTT 32.2 detik

PT 11.5 detik

Golongan darah O

Rhesus factor Positif

Gula darah sewaktu 72

Ureum 29.7

Kreatinin 0.59

HBsAG Non reaktif

SGOT 21

SGPT 10

Kalium 4.4

Chloride 97.0

Natrium 131.0

Albumin 3.82

DIAGNOSA KERJAIleus obstruktif letak tinggi

KESIMPULAN• Pada kasus, seorang pasien dengan keluhan sakit perut, mual muntah dan tidak bisa

BAB sejak sekitar2 HARI. Badan merasa lemas,terdapat mntah berwarna hijau. Dari pemeriksaan radiologi menyokong gambaran ileus dengan adanya perforasi, dengan diagnosis ileus obstruktif. Tekanan darah 120/80 Pada pemeriksaan lokalis

• Inspeksi : distensi abdomen (+)• Auskultasi : peristaltik (+), metalis sound (+), • Palpasi : Nyeri Tekan (+)• Perkusi : Hipertimpani• Status ASA III dan akan dilakukan anestesi GA

PENATALAKSANAAN• Terapi operatif : Laparotomi dengan General Anesthesia

pada pasien ASA III.

TINDAKAN ANESTESI PADA PERI-OPERASI• Macam : Laparotomi• Jenis AN : General anestesi• Teknik AN : IV• Induksi Propofol• Anestesi mulai : 09.00 WIB

• Anestesi selesai : 10.45 WIB• Operasi mulai :09.15 WIB• Operasi selesai : 11.00 WIB

PRE-OPERATIF

Pasien puasa 6 jam pre-operatif. Os menolak pasang NGT

Keadaan umum dan vital sign baik (TD=120/80 mmHg, N=76/’, RR=180/’, S= 360C)

Intra Operatif

Pasien masuk ke ruang OK, diposisikan di atas meja operasi, pasang alat

monitoring: monitor tensi, Heart Rate, SpO2, untuk monitoring ulang vital sign

pasien. Pemberian obat analgesik fentanyl 25 µg iv dan obat antracurium 25

mg.

(TD : 110/70 mmHg, N : 76x/menit, Saturasi O2 99%)

Induksi anestesi

Induksi dengan propofol 2-2.5 mg iv. - Setelah kesadaran pasien

menurun segera sungkup muka dirapatkan pada muka dan diberikan O2

100% 4 liter/menit atau preoksigenasi kalau perlu nafas dibantu dengan

menekan balon nafas secara periodik.

Setelah kesadaran pasien menurun segera sungkup muka dirapatkan pada muka dan diberikan O2 100% 4 liter/menit atau preoksigenasi kalau perlu nafas dibantu dengan menekan balon nafas secara periodik.

Setelah relaksasi pasien diintubasi dengan ETT no.7 cuff(+), untuk memastikan ETT terpasang dengan benar dengarkan suara nafas dengan stetoskop bahwa paru kanan dan kiri sama dan dinding dada kanan dan kiri bergerak simetris pada setiap inspirasi buatan. Pasang pipa guedel dan difiksasi menggunakan plester. Tutup mata pasien dengan plester.

ETT dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi, kemudian N2O dibuka 2 liter/menit dan O2 2 liter/menit kemudian sevofulrane dibuka Kedalaman anestesi dipertahankan dengan kombinasi N2O dan O2 masing-masing 2 lt/menit (50% : 50%), serta sevoflurane 2 vol%. Nafas pasien dikendalikan dengan respirator. Pasang kateter dan pembedahan dimulai

Maintenance dan sisipan

Tahap pemeliharaan anestesi (maintenance) dilakukan dengan N2O dibuka 2,5 liter/menit dan O2 2 liter/menit (50% : 50%), kemudian sevoflurane

Diberikan anti-emetik ondansentron 8mg IV dan analgesia ketorolak 30mg IV

Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan nadi senantiasa dikontrol setiap 5 menit.

Kemudian setelah operasi selesai.

Kemudian didukung dengan pemberian Ringer Laktat sebanyak 3 flabot yang diberikan selama operasi berlangsung.

Ketika operasi menjelang selesai (±10 menit), N2O

mulai diturunkan volumenya dan O2

dinaikkan volumenya, serta dosis sevoflurane juga perlahan dikurangi hingga akhirnya 0 vol%.

Anestesi dimatikanNadi 76x/menit, TD 120/80 mmHg, SPO2 99 %, ETT dan guedel dicabut setelah pasien dapat dibangunkan. Lendir dikeluarkan dengan suction

lalu pasien diberi oksigen murni selama 5 menit. Setelah semua

peralatan dilepaskan pasien dibawa ke ruang pemulihan.

• Terapi Cairan Intra operatif • Kebutuhan cairan basal (BB=55kg)• 4 x 10kg = 40• 2 x 10kg = 20• 1 x 35kg = 35• ----------+• 95 ml/jam• Kebutuhan cairan intraoperasi (operasi besar)• 8 x 55kg = 440ml/jam• Kebutuhan cairan saat puasa dari pukul 02.00 – 10.00 (8jam)• 8 x 95ml/jam = 760ml• Di ruangan sudah diberi cairan 500ml• Jadi kebutuhan cairan puasa sekarang = 760 – 500 = 260 ml• • Pemberian cairan pada jam pertama operasi • : Kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 50% x kebutuhan cairan puasa• : 95 + 440 + 130 = 665 ml• Pemberian cairan pada jam kedua operasi • : Kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 25% x kebutuhan cairan puasa• : 95 + 440 + 65 = 600 ml• Kebutuhan cairan selama operasi : ( 2 Jam )• Jam I + Jam II = 665 ml + 600 ml • = 1265 ml• Cairan yang masuk selama operasi (100 menit)• ± 1500 cc Ringer Laktat • • Allowed Blood Loss• 20 % x EBV = 20 % x (65x55) = 715 ml• Jumlah cairan keluar = 500 ml• Maka tidak perlu dilakukan transfusi darah, namun cukup diberikan cairan kristaloid • • Selama puasa dan operasi pasien telah diberikan cairan RL 500cc sebanyak 3 kali maka total terapi cairan yang paisen dapat

adalah 1500 cc, maka terapi cairan pasien terpenuhi.

Post Operatif

Operasi berakhir pukul 11.00 WIB.Selesai operasi pasien belum sadar kemudian pasien dipindahkan ke

Ruang Pemulihan (Recovery Room), pasien segera diberi bantuan oksigenasi melalui nasal O2 3 lt/menit, melanjutkan pemberian cairan, dan diobservasi terus dipantau setiap 15 menit dinilai pernafasan, tekanan darah, dan nadi. Saturasi O2 : 99 % TD : 110/70 mmHg, N : 65x/menit

Instruksi Post Operasi :• Bila muntah, pasien diberi Ondansentron 8 mg iv• Bila kesakitan , pasien diberi Ketrolac 30 mg iv

ILEUS

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan dokter.

Ileus obstruktif

Ileus Paralitik

kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang

disebabkan oleh sumbatan mekanik.

suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi

normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti.

Gejala ileus adalah:

kembungmuntah

Sembelit yang berat

Kram perut

Anestesi Umum

Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan rasa

sakit yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri secara

sentral serta hilangnya kesadaran dan bersifat reversibel (pulih

kembali). Dengan anestesi umum, akan diperoleh triad (trias)

anestesia, yaitu :

1. Hipnosis (tidur)

2. Analgesia (bebas dari nyeri)

3. relaksasi otot

• Untuk medikasi diberikan Propofol merupakan derivate fenol yang banyak digunakan sebagai anastesi intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang dripivan. Dosis induksinya 2-2.5 mg/kgBB. Sebaiknya menyuntikkan obat anastesi ini pada vena besar karena dapat menimbulkan nyeri.

• Ondansetron adalah antagonis reseptor 5HT yang poten dan selektif yang berfungsi untuk mencegah mual dan muntah pasca bedah 4 mg/i.m. sebagai dosis tunggal atau injeksi i.v. secara perlahan.

• Sulfas Atropin .Obat antikolinergik parasimpatis. Obat ini menimbulkan efek blokade pada ujung saraf choinergik postganglion.Dosis 0,01 – 0,04 mg/kgBB

• Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil). Diberikan dosis tinggi. Tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan jantung. Untuk anestesi opioid digunakan fentanil dosis 20-50 mg/kg dilanjutkan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.

• • Tramus merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi. Pelumpuh otot non depolarisasi

(inhibitor kompetitif, takikurare) berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja. Mula kerja dan lamanya tergantung pada dosis yang diberikan. Dosis dan cara pemberiannya:

• Untuk intubasi endotrakea, dosisnya 0,5 – 0,6 mg/kgBB, diberikan secara intravena.• Untuk relaksasi otot pada saat pembedahan, dosisnya 0,5 – 0,6 mg/kgBB,diberikan secara intravena.• Midazolam • Merupakan obat larut dan stabil dalam air , tidak menimbulkan nyeri ditempat suntikan ,

mempunyai sifat ansiolitik ,sedative, anti konfulsif, dan anterograde amnesia. Mekanisme kerjanya sama dengan diazepam , tapi onset lebih cepat, durasi kerja lebih pendek dan kekuatannya 1,5- 3x diazepam. Dosis :– Untuk sedasi dan anxiolitik 0.1 mg/kbgg. Onset sekitar 15 menit puncaknya dalam 30-45 menit.– Untuk induksi 10-15 mg /kgbb.

• •

• Sevofluran (ultane), waktu induksi dan waktu pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan.

Pada fase rumatan pada pasien ini digunakan N2O/O2 dan sevoflurane. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada akhir anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi pengenceran O2 100% selama 5-10 menit. Sevofluran (ultane), waktu induksi dan waktu pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan.

TINJAUAN PUSTAKA• Klasifikasi status fisik• Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang

adalah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat perkiraan resiko anestesi, karena dampak samping anestesi tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.

• Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.• Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang• Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin

terbatas• Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan

aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat• Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa • pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam•

Penatalaksanaan anastesi dimulai dari

• Premedikasi

Induksi anestesi

Rumatan anestesi

Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan ‘STATICS’:

• Obat-obatan yang sering dipakai• Induksi : intravena : thiopental, propofol,

ketamine• Inhalasi : N2O ,sevoflurane• Maintenance : N2o + O2

BAB IVKESIMPULAN

• Pasien bernama Tn. ES didiagnosis ”ileus obstruktif”, setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan status ASA III sehingga penyakit yang dideritanya merupakan penyakityang memiliki kecenderungan sepsis. Dan bila dibiarkan dapat menjadi buruk.

• Selama proses berlangsung tidak ditemukan permasalahan berarti. Pre anestesi dilakukan tanggal 20 febuari 2015pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 10.45 WIB diruang ibs. Selama operasi baik pada saat premedikasi maupun medikasi selama sampai proses anestesi selesai tidak ditemukan masalah yang berarti. Dosis yang diberikan pada saat proses anastesi sesuai dosis. Efek samping pemberian obat minimal tanpa ada permasalahan yang berarti. Selama operasi balans cairan pada pasien ini baik. Tidak terjadi ketidakkeseimbangan cairan yang dapat mengancam keselamatan pasien.

• Setelah selesai proses anestesi pasien langsung pindah ke ruang recovery, kesadaran pasien compos mentis dan tanda vital baik. Aldrette score 9. Pukul 10.00 WIB pasien dipindahkan ke bangsal bedah ruang Bedah laki-laki I. Dapat disimpulkan proses anastesi berlangsung baik tanpa ditemukan komplikasi.

TERIMA KASIH