77
ANASTESI LOKAL Monheim. local anesthesia. 1975 Peterson et al. Oral and maxillofacial surgery.1998 Disampaikan Budi Yuwono

Anastesi Lokal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ooo

Citation preview

Page 1: Anastesi Lokal

ANASTESI LOKAL

Monheim. local anesthesia. 1975

Peterson et al. Oral and maxillofacial surgery.1998

Disampaikan Budi Yuwono

Page 2: Anastesi Lokal

DASAR ILMU

ANATOMI RAHANG & GIGIANATOMI RAHANG & GIGI NEUROANATOMICALNEUROANATOMICAL FARMAKOLOGIFARMAKOLOGI INSTRUMENTINSTRUMENT PRINCIPLES OF SURGERYPRINCIPLES OF SURGERY

Page 3: Anastesi Lokal

PENDAHULUAN

Rasa sakit : suatu sensasi yg tidak menyenangkan yg ditimbulkan oleh rangsangan yg merusak,

sensasi ini diteruskan oleh saraf khusus menuju SSP untuk di interpretasikan sebagai rasa sakit

Rasa sakit ini dianggap menguntungkan karena merupakan: - peringatan adanya bahaya yg merugikan

- mekanisme perlindungan tubuh

Page 4: Anastesi Lokal

Mekanisme Konduksi ImpulsDalam keadaan istirahat pd permukaan membran sel saraf terdapat perbedaan potensial antara anion (Na) di luar sel dg kation (K) didalam sel : resting potential - 70 -90 mv proses ini terjadi karena mekanisme sodium pump; memompa ion-ion Na dari konsentrasi rendah intra sel ke konsentrasi tinggi ekstra sel.

Pada saat sel saraf menerima rangsangan terjadi perubahan permeabilitas membran sel shg terjadi peningkatan difusi ion-ion Na ke dalam sel diikuti ion K keluar sel depolarisasi

Proses ini berlangsung sangat cepat & diteruskan dari node ke node berikutnya sepanjang sel saraf shg terjadi konduksi impuls sampai ke SSP

Page 5: Anastesi Lokal

Konduksi impuls

Membran sel saraf Sodium pump

Blocking AL

Page 6: Anastesi Lokal

Metode Penanganan Rasa sakit

1. Menghilangkan faktor penyebab2. Menghambat penghantaran impuls rasa sakit3. Meningkatkan nilai ambang rasa sakit4. Mencegah reaksi sakit dengan depresi korteks5. Metode psikosomatik

Page 7: Anastesi Lokal

Analgesia : hilangnya sensasi rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran

Analgesia lokal: hilangnya sensasi rasa sakit pd bagian tertentu dari tubuh tanpa disertai hilangnya kesadaran

Anestesia lokal: hilangnya semua sensasi; rasa sakit, tekan, suhu, fungsi motorik pada suatu daerah tertentu dari tubuh tanpa disertai hilangnya kesadaran

Pengertian dan definisi

Page 8: Anastesi Lokal

definisiAnastesi lokal: suatu metode penanganan rasa sakit

yg bekerja secara lokal dg jalan memblokir penghantaran impuls pd

serat saraf ke SSP

Analgesia lokal ≠ anastesi lokal

Anastesi umum: hilangnya sensasi secara menyeluruh disertai hilangnya kesadaran

Anastetikum: bahan/ obat yg digunakan untuk anastesi

Page 9: Anastesi Lokal

Faktor keberhasilan AL

1. Panjang serat saraf2. Ukuran serat saraf3. Konsentrasi larutan AL

Untuk hasil yg maksimal larutan AL harus kontak dg serat saraf minimal sepanjang 8-10 mm

Page 10: Anastesi Lokal

Keuntungan & kerugian AL

Keuntungan AL1. Px masih sadar2. Gangguan fisiologis ↘3. Angka morbiditas ↘4. Px dapat segera pulang

sendiri5. Penerapan AL sederhana,

tanpa asisten6. Biaya murah7. Px tanpa harus puasa

Kerugian AL

1. Px takut berlebihan

2. Terdapat infeksi regio AL

3. Px alergi thd bahan AL

4. Px tidak kooperatif

5. Tindakan bedah besar

6. Terdapat anomali anatomi

Page 11: Anastesi Lokal

Macam-macam obat ALObat AL digolongkan berdasarkan struktur kimianya, hal ini penting dari sudut biotransformasi dan reaksi alergi yg mungkin terjadi, sebab px yg alergi terhadap suatu obat biasanya juga akan alergi terhadap obat lain yg struktur kimianya sama

I Golongan Ester1. Benzoid Acid Ester

a. piperocaineb. meprylcaine

2. Para Amino Acid Estera. tetracaineb. propaxycaine

3. Meta Amino Acid Estera. primacaineb. uncaine

II Golongan Amida a. lidocaine b. mepivacaine c. prylocaine

Page 12: Anastesi Lokal

Sifat ideal Obat AL1. Bekerja secara reversible

2. Tidak mengiritasi jaringan

3. Derajat toksisitasnya rendah

4. mula kerja cepat, lama kerja panjang

5. Efek anastesi baik, tanpa konsentrasi tinggi

6. daya penetrasi baik

7. tidak menimbulkan reaksi alergi

8. Stabil dlm larutan

9. Dapat disterilkan dg panas

Page 13: Anastesi Lokal

VasokonstriktorObat ini terbuat dari golongan simpatomimetik, bila diberikan pada organ efektor akan memberi efek yg sama seperti pada rangsangan pd serat saraf simpatik adrenergik postganglionik.

Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor alfa yg terdapat pd dinding pembuluh darah yg menyebabkan kontriksi pembuluh darah lokalisir obat AL

Masa kerja AL berbanding langsung dg waktu kontak aktifnya dg saraf, akibatnya tindakan yg dapat melokalisasi obat pd saraf akan memperpanjang waktu AL

Page 14: Anastesi Lokal

Macam Vasokonstriktor Epineprin (adrenalin) 1:50.000-250.000 levarterenol (nor adrenalin;nor epineprin) 1:30.000 levonordefrin (neo-cobefrin) 1:50.000-250.000 Phenylephrine Hcl (neo-synephrine) vasophresin Bp (pitersin) felypressin Ornipressin

Keuntungan pemberian vasokonstriktor

- Mengurangi toksisitas AL- Meningkatkan lama kerja AL- Memerlukan volume kecil larutan AL- Meningkatkan efisiensi AL

Page 15: Anastesi Lokal

Dosis Maksimum AL Larutan ALLarutan AL Dosis maksimumDosis maksimumo BupivicaineBupivicaineo Bupivicaine-adrenalinBupivicaine-adrenalino EtidocaineEtidocaineo Etidocaine-adrenalinEtidocaine-adrenalino LinguocaineLinguocaineo Linguocaine-adrenalinLinguocaine-adrenalino MepivacaineMepivacaineo Mepivacaine-adrenalinMepivacaine-adrenalino ProlocaineProlocaineo Prolocaine-adrenalinProlocaine-adrenalin

150 mg150 mg

150 mg150 mg

300 mg300 mg

400 mg400 mg

200 mg200 mg

500 mg500 mg

350 mg350 mg

350 mg350 mg

400 mg400 mg

400 mg400 mg

Page 16: Anastesi Lokal

Dosis maksimal AL dalam sediaan Ampul

Larutan ALLarutan AL % % MaxMax mlml

ProcaineProcaine 2 – 42 – 4 400 mg400 mg 20 ml20 ml

LidocaineLidocaine 22 300 mg300 mg 15 ml15 ml

MepivacaineMepivacaine 33 300 mg300 mg 15 ml15 ml

PrilocainePrilocaine 44 400 mg400 mg 20 ml20 ml

TetracaineTetracaine 0,250,25 30 Mg30 Mg 1,5 ml1,5 ml

Page 17: Anastesi Lokal

Pertimbangan tindakan Praanastesi lokal

1. Status kardiovaskular

2. Sistem respiratorik

3. Sistem neurologik

4. Defisiensi metabolik

5. Ketidak seimbangan endokrin

6. Manifestasi alergi

7. Kelainan hematologi

Page 18: Anastesi Lokal

Pembagian anastesi lokalBerdasarkan : area yg teranastesi & tempat insersi jarum

Area yang teranastesi:Nerve Block : larutan AL dideponer pd atau sekitar batang saraf utama, efek AL meliputi area yg cukup luasField block : larutan AL dideponer pd atau sekitar cabang saraf terminal Local infiltration: larutan AL dideponer di sekitar ujung saraf terminalTopical Anastesia: bahan AL dioleskan pd permukaan mukosa atau kulit untuk meniadakan stimuli pd ujung saraf bebas

Page 19: Anastesi Lokal

Berdasarkan tempat insersi jarum

1. Submucosal injectionjarum diinjeksikan & larutan AL dideponer ke dalam jar. dibawah mukosa

2. Paraperiosteal injectionjarum diinjeksikan sampai mendekati/ kontak dg periosteum. Larutan AL dideponer shg terjadi difusi menembus periosteum & porositas tulang alveolar

Page 20: Anastesi Lokal

3. Intra Osseous injectioninjeksi dilakukan ke dlm struktur tulang,

setelah dibuat jalan masuk dg bur

4. Intraseptal injectionmodifikasi dari teknik 3. Jarum diinjeksikan ke dlm tulang alveolar bagian intraseptal diantara kedua gigi yg akan dianastesi

5. Intra periodontal injectionjarum langsung diinjeksikan pada membran

periodontal dari akar gigi yg bersangkutan

Page 21: Anastesi Lokal

Berbagai Metode AL

Page 22: Anastesi Lokal

Neuroanatomi

Keberhasilan dari metode AL tergantung pd kemampuan operator dlm melaksanakan prosedur anastesi dg benar ; tempat deponasi benar & volume yg memadai.

Karena itu operator dituntut untuk memahami neuroanatomical yg dapat digunakan sebagai petunjuk untuk tindakan AL

Page 23: Anastesi Lokal

Nervus Trigeminus (N. V)Merupakan Nervus cranialis V yg menginervasi sebagian besar jar. orofacial

Ada 3 cabang:-N. Opthalmicus (dvs.1)-N. Maxillaris (dvs.2)-N. Mandibularis (dvs.3)

Page 24: Anastesi Lokal

N.Opthalmicus (devisi 1)

Merupakan cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura orbitalis superior

Menginervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus frontalis, palpebra superior

Page 25: Anastesi Lokal

N. Maxillaris (devisi 2)

Keluar dari cranium melalui foramen rotundum menuju fossa pterygopalatina terus berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior canalis infra orbitalis. Keluar melalui foramen infra orbitalis; N. infra orbitalis.

N. Infra orbitalis menginervasi:palpebra inferior, sisi lateral hidung & labium oris superior

Page 26: Anastesi Lokal

Cabang N. Maxillaris

Cabang pertama N. Maxillaris meliputi:- n. pharyngeus- n. palatinus mayus- n. palatinus minor- n. nasopalatinus- n. nasalis superior

Page 27: Anastesi Lokal

n. Palatinus mayus

Keluar melalui foramen palatinus mayorInervasi; mucoperiosteum sebelah palatal molar & premolar RA & beranastomosis dg

n. nasopalatinal

n. NasopalatinusKeluar dari kanalis nasopalatinus Inervasi; mucoperiosteum palatal regio gigi anterior RA (caninus ka-ki)

Page 28: Anastesi Lokal

Cabang kedua N. Maxillaris meliputi

N. Alveolaris Superior PosteriorInervasi: semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar gigi molar pertama kecuali akar mesiobukal

Cabang ketiga N. MaxillarisN. Alveolaris Superior MediusInervasi: gigi premolar pertama & ke-2

akar mesiobukal gigi molar pertama RA

Cabang keempat N. MaxillarisN. Alveolaris Superior AnteriorInervasi: gigi insisivus sentral, insisivus lateral, caninus, membran mukosa labial, periosteum, alveolus semua pada satu sisi RA

Page 29: Anastesi Lokal

Neuroanatomical N. maxillaris

Page 30: Anastesi Lokal

N. Mandibularis (devisi. 3)

Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri.Dari cranium keluar melalui foramen ovale membentuk 3 cabang;

- n. buccalis longus- n. lingualis- n. alveolaris inferior

Page 31: Anastesi Lokal

n. Buccalis longusBerjalan diantara kedua caput m. pterygoideus externus menyilang ramus dan masuk ke pipi melalui m. buccinatorInervasi: membran mukosa bukal, mucoperiosteum lateral gigi molar atas dan bawah

n. LingualisBerjalan ke bawah superfisial dari m. pterygoideus internus berlanjut kelingual apeks gigi molar ke-3 RB. Masuk ke basis lidah melalui dasar mulutInervasi: 2/3 anterior lidah, mucoperiosteum & membran mukosa lingual

Page 32: Anastesi Lokal

N. Alveolaris Inferior

Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m. pterygoideus externus disebelah posterior-lateral n.lingualis, berjalan antara ramus mandibula & ligamentum sphenomandibularis masuk ke canalis mandibula.Bersama arteri alveolaris inferior berjalan di dalam canalis mandibula & mengeluarkan percabangan untuk inervasi geligi RB dan keluar melalui foramen mentale

Cabang n. Alveolaris inferior:n. mylohyoideus, r. dentalis brevis, r. mentalis & r. incisivus

Page 33: Anastesi Lokal

n. MylohyoideusInervasi: m. Mylohyoideus, venter anterior m.

digastrici di dasar mulut.

r. Dentalis brevisInervasi; molar, premolar, proc. Alveolaris &

periosteum, membran mukosa bukal

r. MentalisInervasi: kulit dagu, membran mukosa labium

oris inferior

r. IncisivusInervasi: gigi incisivus sentral-lateral, caninus

Page 34: Anastesi Lokal

Neuroanatomical N. mandibularis

Page 35: Anastesi Lokal
Page 36: Anastesi Lokal

ANASTESI LOKAL PADA RA

Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya;☞ lokal infiltrasi (sering digunakan)☞ field block☞ blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)☞ blok N. alveolaris superior posterior ☞ blok N. nasopalatina☞ blok N. palatina mayor

Page 37: Anastesi Lokal

a. Lokal Infiltrasi- saraf : cabang terminal/ free nerve ending

- area teranastesi : terbatas dimana larutan AL dilakukan

- pedoman anatomis : tidak ada pedoman khusus - indikasi : bila hanya sebatas mukosa & jaringan ikat dibawahnya - teknik : jarum diinsersikan dibawah mukosa ke dalam jaringan ikat simptom: tidak ada simptom subyektif

Page 38: Anastesi Lokal

b. Blok cabang saraf terminal

- saraf : cabang saraf terminal besar - Area yg teranastesi : semua area yg diinervasi - pedoman anatomi : tergantung area yg diinginkan, pedoman umum; letak gigi & akarnya serta periosteum tulang alveolar yg bersangkutan

- indikasi : untuk LA satu/dua gigi RA & sekitarnya

Tehnik

Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering digunakan karena porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus membran mukosa & jar.ikat dibawahnya sampai menyentuh periosteum lalu larutan dideponer

- saraf : cabang saraf terminal besar - Area yg teranastesi : semua area yg diinervasi - pedoman anatomi : tergantung area yg diinginkan, pedoman umum; letak gigi & akarnya serta periosteum tulang alveolar yg bersangkutan

- indikasi : untuk LA satu/dua gigi RA & sekitarnya

Tehnik

Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering digunakan karena porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus membran mukosa & jar.ikat dibawahnya sampai menyentuh periosteum lalu larutan dideponer

Page 39: Anastesi Lokal

c. Blok N. Alveolaris Superior Anterior & Medius

Saraf : cabang saraf terminal besar; n. infra orbitalis, n. alveolaris superior anterior & medius, n. palpebra inferior

Area : gigi insisive, caninus, premolar & akar mesio bukal gigi molar pertama bibir atas , pelupuk mata bawah & sebagian hidung

Pedoman anatomi: infraorbital ridge, infraorbital depression, supraorbital notch, gigi anterior & pupil mata

Indikasi: untuk bedah yg melibatkan gigi insisive, caninus, premolar & akar mesio bukal molar pertama RA

Page 40: Anastesi Lokal

Tehnik

px diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi bag supraorbital & infraorbital notch, ditarik garis khayal dari orbita pupil mata, foramen infraorbitalis, gigi premolar ke-2 & foramen mentalis. Jarum diinsersikan di mukolabial fold ± 1,9 mm

Simptom:

Kebas pd bibir atas, kelopak mata bawah & sebagian hidung pd satu sisi

Page 41: Anastesi Lokal

Blok N. alveolaris superior anterior & medius

Page 42: Anastesi Lokal

d. Blok N. Alveolaris Superior Posterior

- saraf : N. Alveolar Superior Posterior

- Area : Gigi molar RA kecuali akar mesiobukal molar pertama, periosteum, jar.ikat & mukosa bukal

- pedoman anatomi: mukobukal fold, batas anterior & proc. Coronoideus mandibula, tuberositas maksila

- indikasi: operasi gigi molar RA & jar. penyangga

Page 43: Anastesi Lokal

Tehnik

Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai mencapai proc. Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari telunjuk diputar hingga kuku jari menghadap mukosa & jari digeser kelateral membentuk sudut 45o dg bidang sagital px & px diminta menutup sedikit mulutnya. Jarum diinsersikan ditengah ujung jari paralel dg ujung jari lalu dideponir

Symptom Tidak ada symptom subyektif

Page 44: Anastesi Lokal

Blok N. alveolaris Superior Posterior

Page 45: Anastesi Lokal

e. Blok N Nasopalatina

- Saraf : Nervus palatinus yg keluar dari foramen insisivus

- Area : bagian anterior palatum durum & mukosa yg menutupi sampai daerah premolar

- Pedoman anatomi: gigi insisive pertama RA & papila insisiva

- indikasi : operasi bagian palatal

- teknik : jarum diinsersikan pada foramen insisivus

- Simptom : kebas pd mukosa palatum

Page 46: Anastesi Lokal

Blok N.nasopalatina

Page 47: Anastesi Lokal

f. Blok N. Palatinus Mayor

- Saraf : N. palatinus mayor

- area : bag. Posterior palatum durum & mukosa yg menutupi sampai daerah premolar pertama RA

- pedoman anatomi: molar kedua & ketiga RA, margin gingiva gigi molar, garis median palatum,

garis berjarak 1 cm dari marginal gingiva kegaris median palatum

Page 48: Anastesi Lokal

Teknik

Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di antara gigi molar ke-2 & ke-3 RA sejauh 1 cm dari marginal gingiva bagian palatal.

Symptom: kebas pada gingiva palatum posterior

Page 49: Anastesi Lokal

Blok N. palatinus mayor

Page 50: Anastesi Lokal

Teknik anastesi lokal pada RB

Blok N. Alveolaris Inferior

Blok N. Bukalis

Blok N. Lingualis

Blok N. mentalis

Blok N. Insisivus

Blok cabang terminal

Infiltrasi

Page 51: Anastesi Lokal

a. Blok N. Alveolaris Inferior

- Saraf: N.alveolaris inferior dan subdivisi; n. mentalis & n. insisivus

- area: corpus mandibula & bagian inferior ramus seluruh RB, seluruh gigi RB, mukosa & jar. di bawahnya anterior dari molar pertama RB

- pedoman anatomi: lipatan mukobukal fold, batas anterior ramus mandibula, linea obliqua interna, trigonum retromolar, linea obliqua eksterna, ligamen pterygomandibula

Page 52: Anastesi Lokal

Teknik Direct

1. Kepala px menghadap ke depan atau waktu membuka mulut mandibula sejajar dg lantai

2. Dilakukan perabaan pd mukobukal fold sampai linea obliqua eksterna & batas anterior ramus ascenden

3. Cari cekungan terdalam pd ramus anterior; coronoid notch

4. Jari digerakkan dari trigonum retromolar sampai linea obliqua interna yag merupakan perlekatan raphe pterygomandibula

5. Jarum diinsersikan dari arah kontra lateral antara premolar pertama & kedua setinggi kuku jari 0,5 cm kearah medial sampai menyentuh tulang permukaan dalam ramus

6. Jarum ditarik 1mm & dideponir sebanyak 1-1,5 cc

7. Jarum ditarik sampai tersisa 1 cm, dideponir untuk N lingualis 0,5 cc

Page 53: Anastesi Lokal

Teknik Indirect

1. Ujung jarum berakhir pd linea obliqua eksterna

2. Jarum diinsersikan dari araah kontra lateral tepat pd pertengahan kuku sampai menyentuh tulang

3. Arah syringe diubah hingga sejajar dg gigi posterior pd sisi yg sama & jarum diinsersikan lagi ke posterior melewati linea obliqua interna

4. Arah syringe diubah keposisi semula & insersi jarum diteruskan sampai menyentuh tulang

5. Jarum ditarik 1 mm & dideponir 1-1,5 cc

6. Untuk N. lingualis sama dg teknik direct

Page 54: Anastesi Lokal

Blok N alveolaris Inferior

Page 55: Anastesi Lokal

Anatomical mandibular block

Page 56: Anastesi Lokal

Blok N Lingualis

- saraf : N lingualis

- area : 2/3 anterior lidah & mukosa dasar mulut, mukosa & mukoperiosteum pd mandibula sisi lingual

- Pedoman anatomi: sama dg teknik blok N alveolaris Inferior

- symptom : kebas pd 2/3 anterior lidah

Page 57: Anastesi Lokal

Blok N. Bukalis longus

- saraf: N. bukalis longus

- area : mukosa bukal dari periosteum daerah molar RB

- pedoman anatomi: linea obliqua eksterna, tyrigonum retromolar,

- teknik : insersi jarum pd mukosa bukal fold di distal gigi molar ke-3 RB atau

langsung pd trigonum retromolar

- symtom: tidak ada

Page 58: Anastesi Lokal

Blok N. Bukalis Longus

Page 59: Anastesi Lokal

Blok N. Mentalis

Saraf : N. mentalis

area : bibir bawah & mukosa labial fold disebelah anterior foramen mentalis pedoman anatomi: premolar RB, foramen mentalis terletak di sebelah anterior apeks gigi tsb.

Teknik:

pipi ditarik ke arah bukal lalu jarum diinsersikan pd mukosa labial fold, penetrasi jarum sampai menyentuh periosteum dari mandibula sebelah anterior dari apeks premolar kedua, deponir obat 0,5- 1 cc

symptom kebas pd bibir bawah satu sisi

Page 60: Anastesi Lokal

Blok N. Mentalis

Page 61: Anastesi Lokal

Blok N. Insisivus

- Saraf: n. insisivus, n. mentalis

- area : mandibula & struktur labialnya sebelah anterior dari foramen mentalis, gigi premolar, caninus, insisive pd satu sisi, bibir bawah satu sisi

- Pedoman anatomi: sama dg blok n. mentalis, bedanya ujung jarum harus di insersikan tepat kedalam foramen mentalis

- symptom : tidak ada

Page 62: Anastesi Lokal

Blok N. Insisivus

Page 63: Anastesi Lokal

Infiltrasi

- Saraf : ujung saraf bebas

- area : mukosa & mukoperiosteum pd area yg

dianastesi

- pedoman anatomi: tidak ada

- indikasi : operasi jar. lunak pd daerah yg terbatas

- teknik : sama dg injeksi submukosa

- symptom : tidak ada

Page 64: Anastesi Lokal

Berbagai teknik ALInjeksi Intraligament

Page 65: Anastesi Lokal

Infiltrasi N.Lingual Infiltrasi N. Palatinus Mayor

Page 66: Anastesi Lokal

Nasopalatine block

Page 67: Anastesi Lokal

Blok palatinus mayus

Page 68: Anastesi Lokal

alv superior anterior

Page 69: Anastesi Lokal

Buccalis longus block

Page 70: Anastesi Lokal

Blok mentalis

Page 71: Anastesi Lokal

alv inferior

Page 72: Anastesi Lokal

Anterior superior alv.block

Page 73: Anastesi Lokal

Posterior superior alv block

Page 74: Anastesi Lokal

Pemetaan al blok mandibula

Page 75: Anastesi Lokal

Komplikasi penggunaan AL

Obat AL

- Toksik

- Idiosinkrasi

- Alergi & reaksi anafilaktoid

Teknik AL

- Sinkop

- Trismus

- Rasa sakit

- Infeksi

- Jarum patah

- Hematoma

- parastesi

Page 76: Anastesi Lokal

Komplikasi tindakan AL

Page 77: Anastesi Lokal

Armamentarium AL