19
Pembimbing Jurnal Reading dr. Camelia K, Sp.PD Wahyu Caesar Ramdani 2010730111

ppt jurrnal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bb

Citation preview

Page 1: ppt jurrnal

Pembimbing Jurnal Readingdr. Camelia K, Sp.PD Wahyu Caesar Ramdani

2010730111

Page 2: ppt jurrnal

Latar BelakangBanyak pasien dengan gagal jantung yang memiliki fraksi ejeksi normal / mendekati normal. Dimana terdapat gejala dan tanda serta prognosis buruk. Dimanas untuk penurunan fraksi ejeksi untuk gagal jantung berkurang 40%) Diantara pasien dengan gagal jantung disertai adanya infark miokard dan disfungsi ventrikel kiri responsif terhadap penggunaaan obat mineralkortikosteroid untuk menurunkan angka kematian dan rawat inap . Penelitian dalam skala kecil penggunaan mineralkortikosteroid pada gagal jantung memiliki efek meningkatkan distolik. Oleh karena itu (TOPCAT) melakukan percobaan untuk menentukan spironalakton dapat meningkatkan klinis dan menjaga agar fraksi ejeksi yang stabil.

Page 3: ppt jurrnal

Tujuan

• Untuk Tujua

n

Page 4: ppt jurrnal

Metode penelitian Dilakukan multicenter dan di ambil secara acak, double blind

Dialkukan tanggal 10 agustus 2006 – 31

januari 2012Total peserta 3445 dari 233

lokasi AS (11510, 326 (CA), 167 (BRA),123(ARG),1066(RUS),

621(GER)2464 rawat inap, 981 tdk

1722 (spironalakton), 1723(placebo)

Page 5: ppt jurrnal
Page 6: ppt jurrnal
Page 7: ppt jurrnal
Page 8: ppt jurrnal

Hasil Penelitian

Page 9: ppt jurrnal

Hasil Penelitian

Mengidenifikasi sebanyak 294

(17,9%) pengobatan 2

tahun

SNP >> 100 pasien >>

114

Uji replikasi

Page 10: ppt jurrnal

Definisi Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung

sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.

Page 11: ppt jurrnal
Page 12: ppt jurrnal
Page 13: ppt jurrnal
Page 14: ppt jurrnal

\ 14

Kriteria FraminghamKRITERIA MAYOR

Paroksismal nokturnal dispnea

Distensi vena leher Ronki paru Kardiomegali Edema paru akut Gallop S3 Peninggian tekana

vena jugularis Refluks hepatojug

KRITERIA MINOR

Edema eksremitas Batuk malam hari Dispnea d’effort Hepatomegali Efusi pleura Penurunan kapasitas

vital 1/3 dari normal Takikardi(>120/menit)

Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria minor.

Page 15: ppt jurrnal

April 28, 2023 STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI 15

Klasifikasi menurut New York Heart Association

(NYHA) NYHA class I, penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak napas atau berdebar-debar, apabila melakukan kegiatan biasa.

NYHA class II, penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak napas atau nyeri dada.

NYHA class III, penderita penyakit dengan pembatasan yang lebih banyak dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang tersebut di atas.

NYHA class IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan.

Page 16: ppt jurrnal

April 28, 2023 STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI 16

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Rutin : Pemeriksaan darah rutin lengkap,

elektrolit, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin serum, enzim hepatik, dan urinalisis. Juga dilakukan pemeriksaan gula darah, profil lipid.

Elektrokardiogram (EKG) untuk menilai ritme, menentukan adanya left ventrikel hypertrophy (LVH) atau riwayat MI (ada atau tidak adanya Q wave). EKG Normal biasanya menyingkirkan kemungkinan adanya disfungsi diastolik pada LV.

3. Radiologi : mengetahui ukuran jantung dan bentuknya, distensi vena pulmonalis, dilatasi aorta, dan kadang-kadang efusi pleura. begitu pula keadaan vaskuler pulmoner dan dapat mengidentifikasi penyebab nonkardiak pada gejala pasien.

Penilaian fungsi LV : Pencitraan kardiak noninvasive penting untuk mendiagnosis, mengevaluasi, dan menangani gagal jantung. Pemeriksaan paling berguna adalah echocardiogram 2D/ Doppler, dimana dapat memberikan penilaian semikuantitatif terhadap ukuran dan fungsi LV begitu pula dengan menentukan keberadaan abnormalitas pada katup dan/atau pergerakan dinding regional (indikasi adanya MI sebelumnya).

Page 17: ppt jurrnal

April 28, 2023 STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI 17

Terapi Non-Farmakologi Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan. Aktivitas sosial dan pekerjaan sesuai kemampuan fisik Menghindari penerbangan panjang. Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung ringan

dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.

Hentikan rokok dan Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari pada yang lainnya.

Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang).

Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut.

Page 18: ppt jurrnal

April 28, 2023 STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI 18

Terapi Farmakologi Diuretik reguler dosis rendah. Permulaan dapat digunakan loop diuretik atau

tiazid. Diuretik hemat kalium, spironolakton, dengan dosis 25-50 mg/hari dapat mengurangi mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat (klas fungsional IV) yang disebabkan gagal jantung sistolik.

Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivitas neurohormonal, dan pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai dengan dosis rendah, dititrasi selama beberapa minggu sampai dosis yang efektif.

Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE. Pemberian dimulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama beberapa minggu dengan kontrol ketat sindrom gagal jantung. Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil.

Angiotensin II antagonis reseptor dapat digunakan bila ada intoleransi terhadap ACE ihibitor.

Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung disfungsi sistolik ventrikel kiri dan terutama yang dengan fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretik, ACE inhibitor, beta blocker.

Page 19: ppt jurrnal

April 28, 2023 STASE INTENA - BLUD SEKARWANGI 19

Terapi Farmakologi

Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan untuk pencegahan emboli serebral pada penderita dengan fibrilasi atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk. Antikoagulan perlu diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat emboli, trombosis dan Trancient Ischemic Attacks, trombus intrakardiak dan aneurisma ventrikel.

Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk pasien yang asimptomatik atau aritmia ventrikel yang menetap. Antiaritmia klas I harus dihindari kecuali pada aritmia yang mengancam nyawa. Antiaritmia klas III terutama amiodaron dapat digunakan untuk terapi aritmia atrial dan tidak digunakan untuk terapi aritmia atrial dan tidak dapat digunakan untuk mencegah kematian mendadak.

Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakan kalsium antagonis untuk mengobati angina atau hipertensi pada gagal jantung.