32
LESI PRAKANKER PADA KULIT Oleh: R.A. Gita Tanelvi, S.Ked Pembimbing: dr. Yuli Kurniawati, SpKK Referat

PPT-Lesi-Prakanker

  • Upload
    surya

  • View
    41

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

LESI PRAKANKER PADA KULIT

Oleh:

R.A. Gita Tanelvi, S.Ked

Pembimbing:

dr. Yuli Kurniawati, SpKK

Referat

Lesi Prakanker Pada Kulit

1. Keratosis Aktinik

2. Keratosis Arsenik

3. Keratosis Termal

4. Keratosis Hidrokarbon

5. Keratosis Radiasi Kronik

6. Keratosis Skar Kronik

7. Keratosis Viral

Bowenoid Papulosis (EP)

Epidermodysplasia Verruciformis (EV)

8. Penyakit Bowen

9. Eritroplasia (Queyrat)

10. Leukoplakia

11. Eritroplakia

1. Keratosis Aktinik

• Adalah kelainan kulit yang ditandai lesi hiperkeratotik akibat perubahan sel epidermis.

• Dapat berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa (SCC).

• Tersering pada usia diatas 50 tahun.

• Terjadi akibat pajanan sinar matahari secara kronis dan berkaitan dengan penimbunan berlebihan keratin.

• Radiasi sinar matahari menyebabkan mutasi pada DNA seluler dan mengganggu homeostasis sel.

Radiasi sinar UV mutasi gen supresor tumor p53 mencegah terjadinya apoptosis mengakibatkan proliferasi sel tak terkendali membentuk gambaran lesi prakanker.

Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine

Gambaran lesi makula atau plak hitam kecoklatan, berbentuk bulat/ irregular dengan permukaan kasar, sebagian lesi menghasilkan banyak keratin, berbentuk suatu “tanduk kulit” (cutaneous horn).

Prinsip pengobatan destruksi lesi bedah listrik, bedah beku dengan nitrogen cair, salep 5-fluorourasil 1-5%.

2. Keratosis Arsenik

• Adalah jenis lesi prakanker yang berhubungan dengan arsenism kronik.

• Lesi ini memiliki potensi untuk berkembang menjadi SCC invasif.

• Lebih sering pada orang dengan pekerjaan yang berisiko terpapar arsenik yang tinggi.

• Etiologi berhubungan dengan toksisitas dari arsenik pada tubuh yang bergantung dari akumulasi arsenik pada jaringan target, metabolisme, dan eliminasinya.

• Mekanisme terjadinya keratosis dan keganasan karena arsenik tidak sepenuhnya diketahui.

• Arsenik dapat menyebabkan mutasi kromosom, kerusakan kromosom, dan mutasi gen p53.

• Arsenik keratosis dapat berupa penonjolan ringan, eritematous, berskuama dan plak pigmentasi.

• Rata-rata periode laten untuk berkembang menjadi SCC selama 40 tahun.

Jenis pengobatan bedah eksisi, cryosurgery, kuretase dengan atau tanpa elektrokauterisasi, laser CO2, kemoterapi topikal dengan 5-FU.

3. Keratosis Termal

• Merupakan lesi keratosis yang terdapat pada kulit oleh karena paparan radiasi inframerah.

• Memiliki potensi untuk berkembang menjadi SCC.

• Patogenesis terbentuknya lesi tidak sepenuhnya diketahui, dan persentase progresifitas terjadinya SCC invasif dari keratosis termal juga tidak diketahui.

• Gambaran lesi berupa lesi erythema ab igne

• Penatalaksanaan dengan bedah eksisi, kuretase dengan atau tanpa elektrokauter, cryosurgery, dan kemungkinan terapi laser.

• Pasien-pasien dengan erythema ab igne harus menghindari paparan sumber panas, serta dilakukan follow up secara rutin dengan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal terjadinya termal keratosis atau SCC.

4. Keratosis Hidrokarbon

• Merupakan lesi prakanker keratosis kulit yang terjadi pada orang-orang yang memiliki pekerjaan dengan resiko paparan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs)

• Keratosis hidrokarbon dapat berkembang menjadi SCC, namun laju progresifitas dan risikonya tidak diketahui.

• Gambaran lesi berupa papul yang kecil, bulat sampai oval, berwarna keabuan, pipih, yang mudah dihilangkan tanpa sisa perdarahan.

• Papul dapat membesar dan lebih verukosa, dan akhirnya dapat berkembang menjadi SCC invasif.

• Tempat predileksi dari lesi ini adalah di wajah, bibir atas, lengan bawah, punggung kaki, tungkai bawah, vulva dan skrotum.

• Penatalaksanaan direkomendasikan biopsi dan pembedahan untuk mengangkat lesi prakanker ini, terutama yang terdapat pada vulva, skrotum, dan permukaan mukosa

5. Keratosis Radiasi Kronik

• Merupakan lesi prakanker keratosis yang timbul pada kulit setelah bertahun-tahun terpapar radiasi ion.

• Keratosis radiasi kronik dapat berkembang menjadi SCC invasif.

• Lokasi tersering dari lesi prakanker ini adalah telapak tangan, telapak kaki, dan permukaan mukosa.

• Gambaran lesi timbul adalah papul hiperkeratotik atau plak.

• Periode laten dari waktu paparan hingga berkembang menjadi keratosis radiasi kronik sekitar 56 tahun.

• Gambaran lesi timbul adalah papul hiperkeratotik atau plak.

• Pengobatan : bedah eksisi

6. Keratosis Skar Kronik

• Merupakan lesi prakanker yang berasal dari skar kronik, dari bermacam-macam penyebab, umumnya karena luka bakar.

• Patogenesis dari keratosis prakanker ini tidak diketahui.

• Mekanisme yang mungkin berhubungan adalah adanya produksi toksin karsinogen pada luka bakar, iritasi kronis yang dapat menyebabkan kerusakan DNA.

• Gambaran lesi prakanker ini adalah hiperkeratosis papul, plak, atau erosi pada skar kulit.

• Penatalaksaan: dengan eksisi

7. Keratosis Viral

1. Bowenoid Papulosis (EP)

2. Epidermodysplasia Verruciformis (EV)

Lesi ini disebabkan oleh Human Palilomavirus

(HPV).

Bowenoid Papulosis (EP)

• BP memiliki karakteristik klinis berupa papul dan plak verukosa pigmentasi yang awalnya pada genitalia.

• Disebabkan oleh sejumlah tipe HPV, yaitu 16, 18, 31, 35, 39, 42, 48, 51, dan 54.

• Lesi bewarna pink, coklat kemerahan, atau keunguan.

• Pengobatan meliputi kuretase dengan atau tanpa elektrokauterisasi, laser CO2, laser YAG, cryosurgery, dan eksisi.

Epidermodysplasia Verruciformis (EV)

• Merupakan kelainan genetik autosomal resesif.

• Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi SCC.

• Dapat disebabkan oleh infeksi HVP5 dan HPV8.

• Gambaran lesi sejumlah papul dan plak yang tipis, pink, dan datar, yang menyerupai veruka plana. Lesi ini menyebar, bersisik, berupa makula eritematous atau hipopigmentasi.

8. Penyakit Bowen

• Merupakan suatu karsinoma sel gepeng intraepidermal yang mengenai kulit dan mukosa mulut.

• Penyakit ini adalah Squamous Cell Carcinoma (SCC) in situ yang berpotensi berkembang menjadi SCC.

• Penyebab pasti belum diketahui secara jelas. Namun pajanan radiasi ultraviolet, arsenism kronik, imunosupresif, pajanan radiasi ion, dan HPV termasuk faktor etiologi

• Jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Umumnya menyerang usia 30-60 tahun

• Lesi berupa eritema dengan batas-batas tegas, irregular, lentikular sampai plakat, nodul lentikular dengan skuama atau krusta, menyerupai plak psoriasis. Kadang terlihat permukaan hiperkeratotik dan verukosa.

• Penatalaksanaan eksisi untuk mengangkat semua lesi kuretase atau elektrokauterisasi, atau salep 5-fluorourasil topikal selama 4-12 minggu.

9. Eritroplasia (Queyrat)

• Merupakan SCC in situ yang mengenai permukaan mukosa dari penis pria yang tidak disirkumsisi.

• Sekitar 10% kasus berkembang menjadi SCC invasif.

• Gambaran lesi berupa kemerahan dan plak pada glan penis, skrotum, atau uretra.

• Lesi diawali oleh sebuah plak soliter pada 50% kasus.

• Pasien mengeluh adanya rasa nyeri, gatal, berdarah, dan permukaan yang mengeras pada lokasi lesi.

• Pencegahan untuk pria yang tidak disirkumsisi adalah dengan lebih memperhatikan kebersihan diri.

• Beberapa pengobatan yang tersedia meliputi eksisi, CO2 laser ablation, topical 5-FU, dan topical imiquimod.

10. Leukoplakia

• Merupakan terminologi klinis yang menunjukkan predominan lesi putih pada mukosa mulut yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut ketika diusap atau dikikis dan secara klinis ataupun histopatologi tidak termasuk penyakit lain di dalam mulut.

• Leukoplakia merupakan lesi prakanker yang paling umum pada mukosa oral, yang memiliki potensi untuk menjadi oral SCC (OSCC).

• Secara klinis, OL dibagi menjadi dua subtipe yaitu homogeneous OL dan non-homogeneous OL.

• Pada homogeneous OL terdapat gambaran lesi keputih-putihan, permukaan rata, seragam, licin atau berkerut, dapat pula beralur atau berupa suatu peninggian dengan penggiran yang jelas.

• Pada non-homogeneous OL ditemukan gambaran lesi yang berwarna keputih-putihan dan lesi merah (eritroleukoplakia) yang mungkin irregular dan rata, bernodul, ulseratif, atau verukosa.

• Pengobatan lesi prakanker ini yaitu dengan pengangkatan lesi bila terdapat displasia sedang hingga berat.

• Dapat berupa elektrokauterisasi, cryosurgery, ataupun laser, bergantung dari luas serta derajat displasia yang terjadi.

11. Eritroplakia

• adalah makula-pacth berwarna merah pada permukaan mukosa dan tidak dapat dikategorikan sebagai penyakit lain yang disebabkan oleh proses inflamasi, vaskular, atau faktor traumatik.

• Etiologi dan pathogenesis terjadinya eritroplakia belum diketahui secara pasti.

• Faktor risiko yang berhubungan dengan lesi ini adalah penggunaan produk tembakau dan konsumsi alkohol.

Gambaran lesi makula-patch eritematous dan asimptomatik, diameter kurang dari 1,5 cm (dapat juga mencapai d=4cm), tepi lesi biasanya berbatas tegas.

Penatalaksanaan bedah eksisi.

Kesimpulan

• Tanda khas dari lesi prakanker:

A (Asimetri) tidak teratur

B (Border) tepi tak teratur

C (Colour) warna bervariasi

D (Diameter) umumnya > 6 mm

E (Elevation) permukaan yang tidak teratur

• Bila ditemukan tanda khas tersebut perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan + tatalaksana adekuat mencegah keganasan.

TERIMA KASIH..