Upload
nidia-ranah-azmi-lbs
View
86
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
persentaasi
Citation preview
UJUD KELAINAN KULITKelompok B11
EPIDERMISTerletak di permukaanMerupakan epitelBerasal dari ektoderm
DERMISTerletak di bawah epidermisJaringan penyambung padat yg vaskularBerasal dari mesoderm
EPIDERMIS
Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
Mempunyai 4 macam sel :
1. Keratinosit2. Melanosit3. Sel langhans4. Sel merkel
1. STRATUM GERMINATIVUM / STRATUM BASAL
Selapis sel torak sampai kubisTerletak pd L. BasalisMempunyai tonjolan sitoplasma yg pendek dan tipis yg tertanam pd L. BasalisSering terlihat mitosisAkan memperbaharui sel2 epidermis
2. STRATUM SPINOSUM / LAPIS TAJU
Makin ke permukaan sel2 makin gepeng
Sel-sel mempunyai tonjolan2 sitoplasma seperti SPINA, bertemu dg tonjolan2 sitoplasma sel disebelahnya, membentuk jembatan interseluler
Dengan M.E jembatan ini membentuk kontak dg desmosom
3. STRATUM GRANULOSUM / LAPIS BERBUTIR
Tdd 3-5 lapis sel gepeng, sb panjang sejajar permukaan kulitSitoplasma mengandung granula keratohialin
4. STRATUM LUCIDUM
Merupakan lpsn jernih translusen tdd 3-5 lapis sel gepeng yang tersusun sangat rapatBatas2 sel tidak jelasSitoplasma mengandung substansi semifluid keratohialin, yg bersifat eosinofil. Diduga dihasilkan oleh granula keratohialin
5. STRATUM KORNEUM
Tdd sel jernih , mati seperti sisik yg semakin menggepeng dan menyatuInti sel tdk adaSitoplasma diganti keratinSel2 tersusun padat tanpa batas yg tegasLpsn paling luar selalu mengelupas STRATUM DISJUNCTUM
DERMISTebal rata2 0,5-3 mm atau lebihAnyaman padat tersusun tak teraturTdd 2 lpsn :- str. Papilare- Str. retikulare
Dermis jg mengandung bbrp derivat epidermis:
1. Folikel rambut2. Kelenjar keringat3. Kelenjar sebacea
Reseptor Saraf di kulit (Sensorik)
Fungsi Kulit
1. Sebagai Proteksi• Masuknya benda- benda dari luar(benda asing, invasi bacteri.)• Melindungi dari trauma yang terus menerus.• Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.• Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.• Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
2. Pengontrol/Pengatur Suhu.
Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.
3 proses hilangnya panas dari tubuh:
Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksiKecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)
3. Sensibilitas
Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
4. Keseimbangan Air
Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
5. Produksi Vitamin
Kulit yang terpejan sinar UV akan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin D.
Kusta/Lepra/Morbus Hansen
Definisi :Penyakit kusta (Penyakit Hansen) adalah infeksi granulomatosa kronik pada manusia yang menyerang jaringan superfisial, terutama kulit dan saraf perifer (Fauci, 2008). Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum
Epidemiologi
Masalah epidemiologi masih belum terpecahkan, karena cara penularannya sendiri belum diketahui dengan pasti, hanya berdasarkan anggapan yang klasik ialah melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. Penyebaran penyakit kusta dari suatu tempat ke tempat lain sampai tersebar ke seluruh dunia disebabkan oleh perpindahan orang-orang yang telah terkena penyakit tersebut.
Epidemiologi
Di indonesia jumlah kasus kusta yang tercatat akhir tahun 2008 adalah 22.359 orang.Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar.
Mycobacterium leprae
Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen pada tahun 1873.Mycobacterium leprae berbentuk basil atau batang dengan ukuran 3-8 µm x 0,5 µm, merupakan bakteri tahan asam.
Bakteri ini tidak terlalu mudah menular dan memiliki masa tunas yang lama dan bervariasi, antara 40 hari sampai 40 tahun, rata-rata 3 sampai 5 tahun.Timbulnya penyakit ini tergantung beberapa faktor antara lain:
1. Faktor Sumber Penularan : penderita kusta multibasiler2. Faktor bakteri : dapat hidup diluar tubuh manusia 1-9
hari3. Faktor Daya Tahan Tubuh
Cara Penularan
• Kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi basiller (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit.
Klasifikasi dan Gejala Klinis Lepra
Klasifikasi kusta menurut Ridley dan Jopling1. Tipe Tuberkuloid (TT)Lesi ini mengenai baik kulit maupun syarafJumlah lesi bisa satu atau beberapa, dapat berupa makula atau plakat yang berbatas jelas dan pada bagian tengah dapat ditemukan lesi yang regresi atau central healing. Permukaan lesi dapat bersisik dengan tepi yang meninggi, bahkan dapat menyerupai gambaran psoriasis atau tinea sirsinata. Dapat disertai penebalan saraf perifer yang biasanya teraba, kelemahan otot, dan sedikit rasa gatal. Tidak adanya kuman merupakan tanda terdapatnya respon imun pejamu yang adekuat terhadap kuman kusta.
2. Tipe Borderline Tuberkuloid (BT)Lesi pada tipe ini menyerupai tipe TT, yakni berupa makula atau plakat yang sering disertai lesi satelit di tepinya. Jumlah lesi dapat satu atau beberapa, tetapi gambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak sejelas tipe TT. Adanya gangguan saraf tidak seberat tipe TT dan biasanya asimetris. Lesi satelit biasanya ada dan terletak dekat saraf perifer yang menebal.3. Tipe Mid Borderline (BB)Merupakan tipe yang paling tidak stabil, disebut juga sebagai bentuk dismorfik dan jarang dijumpai. Lesi sangat bervariasi, dapat berbentuk makula infiltratif, permukaan lesi dapat mengkilap dan batas lesi kurang jelas. Ciri khasnya adalah lesi punched out, yaitu, suatu lesi hipopigmentasi dengan bagian tengah oval dan berbatas jelas.
4. Tipe Borderline Lepromatosus (BL)Secara klasik lesi dimulai dengan makula, awalnya sedikit dan dengan cepat menyebar ke seluruh badan. Walaupun masih kecil, papul dan nodul lebih tegas dengan distribusi lesi yang hampir simetris dan beberapa nodul nampaknya melekuk pada bagian tengah. Lesi bagian tengah sering tampak normal dengan infiltrasi di pinggir dan beberapa tampak seperti punched out. Tanda-tanda kerusakan saraf lebih cepat muncul dibandingkan dengan tipe LL.5. Tipe Lepromatous LeprosyJumlah lesi pada tipe ini sangat banyak, simetris, permukaan halus, lebih eritematus, berkilap, berbatas tidak tegas, dan pada stadium dini tidak ditemukan anestesi dan anhidrosis. Distribusi lesi khas, yakni di daerah wajah, mengenai dahi, pelipis, dagu, cuping telinga; sedangkan di badan mengenai bagian badan yang dingin, seperti lengan, punggung tangan, dan ekstensor tungkai.
Pada stadium lanjut, tampak penebalan kulit yang progresif, cuping telinga menebal, facies leonina, madarosis, iritis, keratitis, deformitas pada hidung, pembesaran kelenjar limfe, dan orkitis yang selanjutnya dapat menjadi atrofi testis.Kerusakan saraf yang luas menyebabkan gejala stocking and glove anesthesia dan pada stadium lanjut serabut-serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yang menyebabkan anastesi dan pengecilan otot tangan dan kaki.
Klasifikasi menurut Ridley dan JoplingGejala yang lain : 1. Adanya bercak tipis seperti panu pada
badan/tubuh manusia2. Pada bercak putih ini pertamanya hanya
sedikit, tetapi lama- kelamaan semakin melebar dan banyak
3. Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus
4. Adanya bintil-bintil kemerahan (Leproma, Nodul) yang tersebar pada kulit
5. Alis rambut rontok6. Muka berbenjol-benjol dan tegang yang
disebut Facies Leomina (muka singa)7. Memperlihatkan gejala 5A (Akromia,
Anestesi, Anhidrosis, Alopesia, Atrofi)
Diagnosis• Anamnesa• Gambaran klinisDitemukannya bercak kulit yang mati rasaPada pemeriksaan didapatkan :• Penebalan cuping telinga (+)• madarosis (+)• Kulit kering (+)• Saraf facialis : kerusakan (+), penebalan (-)• Saraf aurikularis magnus : kerusakan (-), penebalan (+)• Saraf medianus : kerusakan (+), penebalan (-)• Saraf ulnaris : kerusakan (+), penebalan (-)• saraf peroneus : kerusakan (+), penebalan (-)• Pada pemeriksaan laboratorium pengecatan ZN : ditemukan bakteri tahan asam berwarna merah (globi).
Diagnosis Banding
• Pada lesi makula, differensial diagnosisnya adalah vitiligo, Ptiriasis versikolor,Ptiriasis alba, Tinea korporis , dll.
• Pada lesi papul, Granuloma annulare, lichen planus dll.
• Pada lesi plak, Tinea korporis, Ptiriasis rosea, psoriasis dll.
• Pada lesi nodul, Acne vulgaris, neurofibromatosis dll.
• Pada lesi saraf, Amyloidosis, diabetes, trachoma dll.
Patogenesis
Penatalaksanaan
Multi Drugs Treatment (MDT) :DDS (Diamino Difenil Sulfon)Klofazimin (Lamprene)Rifampisin
Pemberian MDTMencegah dan mengobati resistensiMemperpendek masa pengobatanMempercepat pemutusan mata rantai penularan
Obat alternatif :OfloksasinMinosiklinKlaritromisin
MDT Multibasiler (MB) BB,BLdan LL atau semua tipe BTA
(+)• Rifampisin 600 mg/bulan• DDS 100 mg/hari• Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari• Diberikan 2 – 3 tahun bakterioskopik (-)• Pemeriksaan klinis setiap bulan• Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
MDT Pausibasiler (PB) I, TT dan BT
• Rifampisin 600 mg/bulan• DDS 100 mg/hari• Diberikan 6 – 9 bulan• Pemeriksaan klinis setiap bulan• Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
MH Pausibasiler Lesi tunggal
• Rifampisin 600 mg• Ofloksasin 400 mg• Minosiklin 100 mg
• ROM diberikan dosis tunggal
Release From Treatment (RFT) :
Penghentian pemberian obatKontrol klinis dan bakterioskopis
Release From Control (RFC) :
Bebas dari pengamatanLesi baru (-), BTA (-)
WHO (1998)
RFT & RFC tidak dianjurkan lagiPasien dinyatakan sembuh jika :
Kasus MB 12 dosis dalam 12 – 18 bulanKasus PB 6 dosis dalam 6 – 9 bulan
Reaksi Kusta
Suatu keadaan akut pd perjalanan peny kusta yg kronikPenyebab utama kerusakan saraf dan cacatDapat terjadi pada awal, selama & setelah terapiPembagian :Reaksi tipe I ~ reversal hipersensitifitas tipe IVReaksi tipe II ~ ENL hipersensitifitas tipe IIIKe-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat
KLINIS REVERSAL ENL
Kulit
Saraf
Konstitusi
Lesi >> eritematosaLesi baru
MembesarNyeri +/-Gangguan fungsi +/-
Demam ringanMalese
Nodus < >>>Nyeri, ulserasi
MembesarNyeri +/-Gangguan fungsi +/-
Demam ringan – beratMalese
Reaksi Lepra
Pengobatan Reaksi
Prinsip pengobatan :1. Pemberian obat anti reaksi2. Istirahat atau imobilisasi3. Analgetik, sedatif u mengatasi rasa
nyeri4. MDT diteruskan
Reaksi ENLRingan rawat jalan, istirahatBerat rawat inapObat :
Prednison 15 – 30 mg/hr berat/ringan reaksiKlofazimin 200 – 300 mg/hrThalidomide teratogenik, di Indonesia (-)
Reaksi ReversalNeuritis (+)
Prednison 15 – 30 mg/hrAnalgetik + sedatifAnggota gerak yang terkena istirahatkan
Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)Analgetik kalau perlu
Reaksi lepra setelah diobati
Komplikasi
Sensorik Anestesi
Tangan /kaki baal
Luka Mutilasi
Kornea mata anestesi, refleks kedip menurun
Infeksi kebutaan
Gangguan saraf Tepi
Kelemahan motorik
Tangan/kaki lumpuh
Jari bengkok/k
aku
mutilasi
Mata lagoftalmus
kebutaan
Gangguan saraf Tepi
Gangguan saraf Tepi Otonom
gg. Kel. Keringat,
aliran darah
Kulit kering luka
Infeksi
Prognosis
• Dengan obat-obat kombinasi, pengobatan lebih sederhana dan lebih singkat, serta prognosis lebih baik
• Jika ada kontraktur dan ulkus kronik, prognosis kurang baik
• untuk terjadi reinfeksi kembali akan terjadi jika pengobatan dilakukan tidak teratur dan menghentikan pengobatan sebelum terjadi eliminasi dari kuman
Pencegahan
• Menciptakan lingkungan yang bersih• Jaga daya tahan tubuh• Segera memeriksakan diri:– bercak putih seperti panu– mati rasa, untuk pengobatan lebih dini
• Pencegahan cacat primer, sekunder
Perlakuan Terhadap Penderita Kusta
Dari syariat disebutkan beberapa ketentuan mengenai penderita kusta, di antaranya tentang hak perceraian dengan model khiyar (pilihan pembatalan nikah). Hak ini diberikan dalam konteks rumah tangga atas dasar hadis Nabi :
أهلها إلى فردها بياضا بكشحها رأى أدخلت فلما بامرأة تزوج QَّنOه أ"Sesungguhnya (Nabi) mengawini seorang perempuan, dan ketika (perempuan itu) masuk ke kamar Nabi, Beliau melihat di sekitar lambungnya, belang-belang putih. Maka Nabipun mengembalikannya kepada keluarganya" Menurut pakar hukum Islam, hak tersebut berlaku ketika kondisi kusta yang dideritanya sudah mencapai fase kritis (istihkam). Bahkan menurut sebagian pendapat harus diberikan kesempatan berobat selama satu tahun, baru kemudian seseorang boleh menggunakan hak semacam ini.