6

Click here to load reader

PR Dr Aritantri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Internal medicine

Citation preview

Page 1: PR Dr Aritantri

7. Klasifikasi Gagal Jantung ACC (American College of Cardiology)/AHA (American Heart Association)

Stage Deskripsi ContohA Pasien dengan risiko tinggi mengalami gagal

jantung karena adanya kondisi yang berhubungan kuat dengan terjadinya gagal jantung. Pasien tidak mengalami abnormalitas structural dan fungsional pada pericardium, myocardium, atau katup jantung dan tidak pernah mengalami gejala gagal jantung

Hipertensi, penyakit arteri koroner, diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat kardiotoksik atau penyalahgunaan alkohol, riwayat demam reumatik, riwayat keluarga dengan kardiomiopati

B Pasien dengan kerusakan sruktural jantung yang berhubungan kuat dengan terjadinya gagal jantung namun tidak pernah mengalami gejala gagal jantung

hipertrofi atau fibrosis ventrikel kiri, dilatasi atau hipokontraktilitas ventrikel kiri, penyakit jantung katup asimtomatik, riwayat infark miokard

C Pasien dengan gejala gagal jantung yang berhubungan dengan penyakit jantung struktural yang mendasari

Dispneu atau fatigue karena disfungsi sistolik ventrikel kiri, pasien asimtomatik yang menjalani terapi gejala awal gagal jantung

D Pasien dengan penyakit jantung lanjut dan gejala gagal jantung yang nyata saat istirahat dengan terapi maksimal yang membutuhkan intervensi khusus

Pasien yang sering mondok karena gagal jantung, pasien yang menunggu transplantasi jantung, pasien dengan dukungan intravena kontinu untuk mengurangi gejala atau menggunakan alat pendukung sirkulasi mekanik

Sumber : Hunt SA, Baker DW, Chin MH, Cinquegrani MP, Feldmand AM, Francis GS, Ganiats TG, et al (2001). ACC/AHA Guidelines for the Evaluation and Management of Chronic Heart Failure in the Adult : Executive Summary A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. Circulation 104: 2996-3007

8. Kriteria SLICC (Systemic Lupus International Collaborating Clinics) 2012 untuk Lupus Eritematosus Sistemik

Seseorang didiagnosis SLE jika:

Memenuhi 4 kriteria dalam tabel, dengan minimal 1 kriteria klinis dan 1 kriteria imunologis

ATAU

Memiliki hasil biopsi positif nefritis lupus dengan ANA atau antibodi dsDNA positif

Page 2: PR Dr Aritantri

Kriteria Klinis Kriteria Imunologis1. Lupus kutaneus akut

Termasuk : Lupus malar rash (tidak termasuk malar

discoid) Lupus bulosa SLE varian toxic epidermal necrolysis Mucopapular lupus rash Photosensitive lupus rash tanpa

dermatomyositis Atau lupus kutaneus subakut (lesi

psoriaform nonindurasi/ lesi anular polisiklik yang membaik tanpa skar, walaupun kadang disertai dispigmentasi postinflamasi atau teleangiektasis)

1. ANA di atas range referensi laboratorium2. Anti-dsDNA di atas range referensi

laboratorium; kecuali ELISA, 2 kali di atas range referensi laboratorium

3. Anti-Sm4. Antibodi antifosfolipid: salah satu di bawah ini:

Antikoagulan lupus RPR false-positive Antikardiolipin (IgA, IgG, atau IgM) titer

tinggi atau medium Glikoprotein anti-β2 (IgA, IgG, atau IgM)

5. Komplemen rendah C3 rendah C4 rendah CH50 rendah

6. Tes Coombs direk tanpa adanya anemia hemolitik

2. Lupus kutaneus kronisTermasuk : Discoid rash klasik terlokalisasi (di atas

leher) atau generalisata (di atas dan di bawah leher)

Lupus (varikosa) hipertrofi Lupus panikulitis profunda Lupus mucosal Lupus eritematosus tumidus Lupus chilblains Lupus diskoid/overlap liken planus

3. Oral ulcer Palatum Bukal Lidah Nasal ulcer

Tanpa adanya penyebab lain seperti vaskulitis, Behcet, infeksi (herpes), inflammatory bowel disease, arthritis reaktif, dan makanan asam

4. Non-scarring alopecia (penipisan rambut difus atau rambut mudah patah dengan rambut patah yang terlihat)Tanpa adanya penyebab lain seperti alopecia areata, defisiensi besi, dan alopesia androgenik

5. Sinovitis dengan melibatkan 2 atau lebih persendian, dengan karakteristik pembengkakan atau efusi ATAU nyeri tekan pada 2 atau lebih persendian dan kaku pada pagi hari 30 menit atau lebih

6. Serositis

Page 3: PR Dr Aritantri

Pleuritis tipikal > 1 hariAtau efusi pleuraAtau pleural rub

Nyeri pericardial tipikal (nyeri saat berbaring, membaik dengan duduk condong ke depan) > 1 hariAtau efusi perikardialAtau pericardial rubAtau perikarditis pada EKG

Tanpa adanya penyebab lain seperti infeksi, uremia, perikarditis Dressler

7. RenalProtein/kreatinin urin (atau protein urin 24 jam) : 500 mg protein/24 jamAtauCast sel darah merah

8. Neurologis Kejang Psikosis Multiplex mononeuritisTanpa adanya penyebab lain seperti vaskulitis primer Myelitis Neuropati perifer atau cranialTanpa adanya penyebab lain seperti vaskulitis primer, infeksi, dan DM Acute confusional stateTanpa adanya penyebab lain seperti toksik-metabolik, uremia, obat

9. Anemia hemolitik10.Leukopenia (< 4.000/mm3 minimal dalam 1 kali

pemeriksaan)Tanpa adanya penyebab lain seperti Felty’s, obat, hipertensi portaATAULimfopenia (< 1.000/mm3 minimal dalam 1 kali pemeriksaan)Tanpa adanya penyebab lain seperti kortikosteroid, obat, infeksi

11.Trombositopenia (< 100.000/mm3 minimal dalam 1 kali pemeriksaan)Tanpa adanya penyebab lain seperti obat, hipertensi porta, TTP

Page 4: PR Dr Aritantri

Sumber : Petri M, Orbai A, Alarcon GS, Gordon C, Merilli JT, Fortin PR, Bruce IN, et al (2012). Derivation and Validation of Systemic Lupus International Collaborating Clinics Classification Criteria for Systemic Lupus Erythematosus. Arthritis Rheum. 64 (8): 2677-2686

PR dr Yulyani :

4. Protap Terapi HONK

Sasaran pengobatan pada koma HONK ada 3 tingkatan :1. Pengobatan awal (jam 0-12)

Memperbaiki volume

2. Tingkat kedua (jam 12-24)

Pengobatan terhadap penyakit pencetus

Memperbaiki tonisitas vaskular menjadi normal

Koreksi keseimbangan asam basa

3. Tingkat ketiga (hari ke 2-14)

Penambahan air, elektrolit, Mg2+, PO4-

Terapi Segera SelanjutnyaCairan 1. NaCl 0,9% 1 L/jam

2. Ganti defisit Na 4-6 jam (500 mgEq)3. Pantau elektrolit setiap jam

1. Jika tekanan darah stabil, produksi urin adekuat, ganti NaCl 0,45% 250-500 ml/jam

2. Jika glukosa darah 250 mg/dL, tambah glukosa 5% ke cairan IV

3. Ganti defisit air selama 12-24 jam ( 5-10L)

Kalium 1. Jika K+ serum tinggi mulai KCl 20 mEq/jam setelah produksi urin jelas.

2. Jika K+ serum normal atau rendah, segera berikan KCl 20 mEq/jam, kurangi 50% jika oliguri.

3. Periksa K+ setiap jam

Sesuaikan dosis KCl dengan K+ serum

Insulin 1. Pemberian reguler dosis rendah 4-8 unit/jam sampai kadar glukosa 250 mg/dL

2. Monitor glukosa tiap jam.

1. Turunkan dosis insulin 4-6 unit/4-6 jam

2. Pantau glukosa dan elektrolit tiap 4 jam

Lain-Lain Antibiotika : Dosis tinggi

Makanan lunak karbohidrat kompleks

Sumber : Prosedur Tetap HCU Melati I SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Moewardi