PR orto

Embed Size (px)

DESCRIPTION

orto

Citation preview

Richesio Sapata T11.2014.003Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah RSUD KOJA

1. Jelaskan mengenai berbagai macam jahitan, gambarkan beberapa jenis benang dan funginya?2. Apakah yang dimaksud dengan sepsis dan antisepsis?3. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit, dan cara menghitug tetesan secara makro dan mikro?4. Jelaskan proses penyembuhan luka, tahapan luka, jenis luka dan gambarkan? 5. Penanganan kekurangan cairan / dehdrasi?6. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa?7. Definisi syok dan macam-macam syok?8. Jelaskan tentang perdarahan (ATLS dan penatalaksanaannya)9. Jelaskan tentang GCS?10. Jelaskan mengenai status neurologis dari nervus kranialis dan refleks patologis dan fisiologis?

Jawaban

1) Macam-macam jahitan: Jahitan simpul tunggal. Jarum masuk ke dalam kulit yang membentuk sudut yang melewati dermis dalam pada titik yang selanjutnya keluar ke titik berlainan. Setiap jahitan terputus disimpul sendiri-sendiri. Umunya jahitan satu-satu ini dianggap teknik yang aman, karena kegagalan satu jahitan tidak mempengaruhi seluruh jahitan. Keuntungan luka jahitan ini adalah bila terjadi infeksi, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi saja. Jahitan jelujur. Digunakan satu benang untuk seluruh panjang luka sehingga pengerjaanya lebih cepat. Namun bila benang yang putus, seluruh panjang luka dapat terkuak, dan bila terjadi infeksi, luka akan mengalami dehisensi. Jahitan matras. Jahitan matras digunakan bila diperlukan pertautan tepi luka yang tepat yang tidak dapat dicapai dengan jahitan satu-satu biasa. Keuntungan jahitan ini adalah luka tertutup rapat sampai ke dasar lka sehingga terjadinya rongga dalam luka dapat dihindari. Terdiri dari matran vertical dan matras horizontal. Jahitan subkutkuler. Jahitan subkutikuler adalah jahitan jelujur yang dibuat pada jaringan lemak tepat di bawah dermis. Keuntungan: benang jahit tidak terlihat sehingga jahitan tampak lebih rapi (segi kosmetik). Kerugian: jahitan tampak lebih kompleks dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Teknik jahitan Dalam (deep suturing). Jahitan dalam dilakukan jika robekan jaringan mencapai fascia. Jahitan delapan (figure of eight)Jenis-jenis benang : Seide (silk/sutera)Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus dibuka kembali.Warna : hitam dan putihUkuran : 5,0-3Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel (kendali) Plain catgutDiserap tubuh dalam waktu 7-10 hariWarna : putih dan kekuninganUkuran : 5,0-3Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil.Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang. Chromic catgut Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom, sehinggan menjadi lebih keras dan diserap lebih lama 20-40 hari.Warna : coklat dan kebiruanUkuran : 3,0-3Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk menjahit tendo untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan. EthilonBenang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lainWarna : biru dan hitamUkuran : 10,0-1,0Penggunaan : bedah plastic, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor yang kecil digunakan pada bedah mata. EthibondBenang sintetis(polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minimum, tidak terserap.Warna : hiaju dan putihUkuran : 7,0-2Penggunaan : kardiovaskular dan urologi Vitalene Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat lembut, tidak diserap. Kemasan atraumatisWarna : biruUkuran : 10,0-1Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, plastic, menjahit kulit VicrylBenang sintetis kemasan atraumatis. Diserap tubuh tidak menimbulkan reaksi jaringan. Dalam subkuitis bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulanWarna : unguUkuran : 10,0-1Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic SupramidBenang sintetis dalam kemasan atraumatis. Tidak diserapWarna : hitam dan putihKegunaan : penjahitan kutis dan subkutis LinenDari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimumWarna : putihUkuran : 4,0-0Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah Steel wireMerupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat tidak korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul Warna : putih metalikKemasan atraumatukUkuran : 6,0-2 Kegunaan : menjahit tendoUkuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric. Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7.Ukuran benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan faktor kosmetik. Sedangkan kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0)

Lokasi penjahitanJenis benangUkuran

FasiaSemua2,0-1

OtotSemua3,0-0

KulitTak diserap2,0-6,0

LemakTerserap2,0-3,0

HeparKromik catgut2,0-0

Ginjal Semua catgut4,0

PancreasSutera atau kapas3,0

Usus halusCatgut, sutera, kapas2,0-3,0

Usus besarKromik catgut4,0-0

TendonTak terserap5,0-3,0

Kapsul sendiTak terserap3,0-2,0

PeritoneumKromik catgut3,0-2,0

Bedah mikroTak terserap7,0-11,0

2) Aseptik/asepsisAseptik berarti tidak adanya patogen pada suatu daerah tertentu. Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan objek agar bebas dari mikroorganisme.Asepsis ada 2 macam:1. Asepsis medisTehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Misalnya: mencuci tangan, mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat.

2. Asepsis bedahTeknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari suatu daerah.

Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis Yang UmumSemua benda yang menyentuh kulit yang luka atau dimasukkan ke dalam kulit untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam rongga badan yang dianggap steril haruslah steril.1. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.2. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar pengawasan.3. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril.4. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah steril.5. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas.6. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril.7. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar.

Antiseptic Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara selektif. Tujuannya yaitu memusnahkan semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai daya tahan yang sangat kuat sehingga masih tetap hidup.Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan kegunaanya yaitu:1.Ethyl alkohol Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya kerjanya akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi.2.Jodium Tinctura. Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini dipakai untuk mendisinfeksi kulit dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada permukaan kulit.

Penggunaan desinfektan/antiseptic:1. Desinfeksi kulit secara umum (Pre Operasi) dengan larutan savlon 1:30 dalam alkohol 70%. Hibiscrup 0,5% dalam alkohol 70%.2. Desinfeksi tangan dan kulit dengan Chlorrhexidine 4% (hibiscrup) minimal 2 menit3. Untuk kasus Obgin (persiapan partus, vulva hygiene, neonatal hygiene). Hibiscrup 0,5% dalam Aquadest Savlon 1:300 dalam aqua hibiscrup

3) Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari unsur dan zat-zat yang terlarut di dalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel yang bermuatan listrik yang disebut ion. Cairan tubuh sebagian berada diluar sel (ekstraseluler) dan sebagian lagi di dalam sel (intra seluler).1. Cairan Intra SelulerMerupakan 40 % dari berat badan total pria rata-rata (28 liter). Cairan masing-masing sel mengandung campuran tersendiri, tapi konsentrasi zatnya cukup mirip antara sel satu dengan sel lain dengan alas an ini cairan intra seluler dari seluruh sel yang berbeda dianggap sebagai satu kompariemen cairan yang besar.1. Cairan Ekstra SelulerSeluruh cairan diluar sel disebut cairan ekstra seluler, terdiri dari cairan intersial dan plasma. Cairan ekstra seluler merupakan 20 % dari berat badan atau sekitar 4liter pada orang dewasa normal. Cairan intersial merupakan dari cairan ekstra seluler, dan plasma (intravaskuler) dari cairan ekstr seluler (3 liter).Cairan ekstra seluler secara konstan terus brcampur, sehingga plasma dan cairan intertisial mempunyau komposisi yang sama.Asupan cairan harian, ada 2 sumber utama, yaitu :1. Berasal dari larutan atau cairan makanan yang dimakan yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar 200 ml / hari.2. Berasal dari sintesis dalam tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat menambah sekitar 200 ml / hari.Cairan yang sering digunakan dan cara menghitung tetesan1. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.2. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).3. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.Untuk memahami lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui rumus dasar menghitung jumlah tetesan cairan dalam satuan menit dan dalam satuan jam:

Rumus dasar dalam satuan menit

Rumus dasar dalam satuan jam

Elektrolit dalam tubuh adalah substansi yang membawa muatan positif (kation) atau muatan negative (anion).Fungsi dari elektrolit bermuatan positif (kation) dan negative (anion) adalah untuk mentronsmisi implus saraf keotot dan kontraksi otot-otot.Fungsi dari elektrolit bermuatan positif (kation) yang sangat penting :a. Kalium : Suatu kation yang penting 20 x lebih banyak terdapat di sel Penting untuk trasmisi dn konduksi implus-implus saraf dan untuk kontraksi rangka, jantung dan otot polos Penting untuk trasmisi dn konduksi implus-implus saraf dan untuk kontraksi rangka, jantung dan otot polos Diperlukan untuk kerja enzim dalam mengubah karbohidrat menjadi energi, dan asam amino menjadi protein. Meningkatkan penyimpanan glikogen (energi) dalam sel-sel hati Mengatur osmolaritas (konsentrasi solut) dari cairan selulerb. Natrium Berperan penting dalam osmosisc. Kalsium Membantu aktivitas saraf dan otot normal Meningktkan kontraksi otot jantung (miokordium) Mempertahankan permeabilitas seluler normal dn membantu pembekuan darah dengaan mengubah protrombin menjadi trombin Pembentukan tulang dan gigid. Magnesium Berguna untuk kerja enzim

Tanda dan gejala umum defisit cairan dan elektrolit, adalah : Turgor jelek (kembali lebih dari 5 detik) Kulit dan selaput lendir jelek Berat badan menurun Output urine menurun akibat produksi urine menurun Rasa lemah serta lemas Gemetar dan pucat Taclicardi dan dyspnca Eritrosit dan Hb serta Hematrokit meningkat Ubun-ubun cekung Pada keadaan yang lebih buruk terjadi shok hypavole

Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit adalah : Turgor jelek (kembali lebih dari 5 detik) Kulit dan selaput lender jelek. Berat badan menurun Output urine menurun akibat produksi urine menurun Rasa lemah serta lemas Gemetar dan pucat Tachicardi dan dysprea Eritrosit dan hemoglobin serta hermatokrit meningkat Ubun-ubun cekung Pada keadaan yang lebih buruk terjadi shok hypouole.

Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit adalah: Kalium Hypokolemia : Mual, muntah, aritmia, kembung dan otot yang lembek dan kendor. Hyperkolemia : Mual, kejang perut, oligerta, takikardi dan akhirnya bradikardi lemas Natrium Hyponatremia : Kejang, mual dan muntah. Hypernatremia : Kulit terasa panas temperature tubuh dan tekanan darah meningkat,lidah kering dan kasar. Kalsium Hypokalsemia : Rasacemas, iritabilitas dan tetani (kedutan sekitar mulut, kesemutan dan boal pada jari-jari spasme kompo peda, kontraksi spasmudik spasme laring dan kejang. Hyperkalsemia : otot-otot yang kendor, nyeri sekitar daerah yang bertuang dan terjadinya batu ginjal dengan komposisi kalsium.Rumus pemberian cairan: MacroJika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu, maka rumusnya adalah:MACRO = 1 cc = 20 tts/mntTetes/menit : (jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60)

Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah sebagai berikut:Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (jumlah tetesan dlm menit x 60) MicroSelang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil dari macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan untuk bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal. Rumus untuk menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut:Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit x 60)

4) Fase penyembuhan luka : a. Fase InflamasiFase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriksi yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang yang akan menutup pembuluh darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF 1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis.Eksudasi ini jugamengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler. Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka.Fungsi makrofag disamping fagositosis adalah:a. Sintesa kolagenb. Pembentukan jaringan granulasi bersama-sama dengan fibroblasc. Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasid. Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesisDengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

b. Fase ProliferasiProses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjaid luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan baru.Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membnetuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetiknya disebut fibroblasia.Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses fibroplasia adalah:a. Proliferasib. Migrasic. Deposit jaringan matriksd. Kontraksi lukaAngiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proleferaswi proses penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth factors).Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.c. Fase MaturasiFase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. . Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari ajringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan ajringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).Macam-macam lukad. Vulnus excoriasi (Luka lecet)Vulnus Excoriasi atau di singkat VE adalah luka yang di akibatkan terjadi gesekan dengan benda keras. Cara mengidentifikasikan Vulnus Excoriasi adalah luka yang memiliki Panjang dan Lebar, Berbeda dengan VL yang memiliki kedalaman luka. Sebagai contoh luka lecet akibat terjatuh dari motor sehingga terjadi gesekan antara anggota tubuh dengan aspal. Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.Cara penanganan: Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk.

e. Vulnus punctum (Luka tusuk)Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka kita harus curiga adanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.

f. Vulnus contussum (luka kontusiopin)Luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja.Cara penanganan: Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.

g. Vulnus insivum/scissum (Luka sayat)Luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda tajam, bisa logam maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis.Cara penanganan: yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.

h. Vulnus schlopetorumJenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera dikeluarkan tembakanya.Cara penanganan : jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

i. Vulnus combustion (luka bakar)Luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas seperti air panas (air memdidih), api, dll.Cara penanganan: Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.

j. Luka gigitan (vulnus morsum)Luka jenis ini biasanya disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa yang berbahaya.Cara penanganan: mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain. Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.

k. Laserasi atau Luka Parut (vulnus laceratum)Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh saat berlari.Cara penanganan: Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi.

l. Vulnus AmputatumVulnus Amputatum adalah luka yang di akibatkan terputusnya salah satu bagian tubuh, biasa di kenal dengan amputasi. Luka yang di sebabkan oleh amputasi di sebut Vulnus Amputatum.

m. Vulnus perforatumVulnus Perforatum adalah luka tembus yang merobek dua sisi tubuh yang disebabkan oleh senjata tajam seperti panah, tombak atau pun proses infeksi yang sudah meluas sehingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan tubuh.

5) Penanganan kekurangan cairan atau dehidrasiPada dehidrasi sedang sampai dapat diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus Cairan Badan Total [CBT] (liter): CBT yang diinginkan = kadar Na serum x CBT saat ini/140 CBT saat ini (pria) = 50% x berat badan (kg) CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg) Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis rehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total perhari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl, 45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksanakan dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

6) Keseimbangan asam basa:Untuk mempertahankan pH antara 7.38-7.42, tubuh menetralisasikan dan menyisihkan asam yang mudah menguap (dari pembakaran karbohidrat dan lemak dalam sel) dan asam yang tidak menguap (hasil metabolism protein). Asam-asam segera di buffer setelah terbentuk, yang mencegah perubahan pH yang tiba-tiba. System buffer utama tubuh adalah protein dan fosfat dalam ICF, system asam karbonat-bikarbonat dalam ECF dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Efek buffer merupakan hasil pembentukan sejumlah asam basa kuat yang ditambahkan pada system tersebut. Hasil akhir perubahan pH jelas kurang dibandingkan bila zat ditambahkan pada air saja. Diagnosis sebagian besar kelainan asam basa dapat dibuat dengan data laboratorium minimum, termasuk pH, pCO2, konsentrasi bikarbonat, klorida urin, dan anion gap yang sudah dihitung. Tetapi untuk diagnosis yang tepat, nilai-nilai laboratorium ini harus dikorelasikan dengan pasti melalui pengukuran pCO2 arterial, nilai dibawah 40 mmHg menunjukkan ventilasi pulmoner yang berlebihan, nilai di atas 40mmHg menunjukkan hipoventilasi. Apakah perubahan ventilasi menunjukkan kelainan utama (asidosis atau alkalosis respiratorik), atau kompensasi untuk masalah metabolic primer (asidosis atau alkalosis metabolic) merupakan masalah klinis. Komponen metabolic dinilai dengan mengukur kandungan CO2 atau CO2-combining power. Perubahan konsentrasi bikarbonat mungkin menunjukkan kelainan metabolic primer atau perubahan kompensasi untuk kelainan akibat respirasi.Umumnya pengobatan kelainan asam basa langsung ditujukan untuk mengatasi penyebab, bukan pH. Pengobatan pH itu sendiri dengan larutan asam atau alkali jarang diperlukan, sebaiknya pengukuran demikian hanya menjanjikan control untuk sementara saja.a. Asidosis respiratorikSejumlah keadaan yang menyebabkan ventilasi yang tidak adekuat, termasuk obstruksi jalan nafas, penyakit paru (misalnya pneumonia dan penyakit paru obstruksi kronik), cedera SSP atau penyakit SSP yang menyebabkan depresi respirasi, dan berbagai cedera thoraks, mungkin terdapat tersendiri atau bersama dengan yang lain untuk menimbulkan asidosis respirasi. Masalah yang tidak jarang pada masa pascabedah adalah kegelisahan, hipertensi, dan takikardia, mungkin disebabkan oleh nyeri tetapi mungkin pula menunjukkan ventilasi yang tidak adekuat dan hiperkarbia, yang mungkin dipersulit oleh penggunaan narkotik yang salah untuk mengatasi kegelisahan. Penanganan meliputi perbaikandefek pulmoner yang cepat bila mungkin, dan pengukuran untuk menjamin ventilasi yang adekuat. Hal ini terutama penting pada penderita trauma dengan cedera kepala tertutup atau kerusakan otak hipoksik, hiperkarbia akut memperburuk edema serebral yang telah ada karena vasodilatasi serebral dan peningkatan aliran darah serebral.b. Alkalosis respiratorikHiperventilasi akibat ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan bantuan ventilasi merupakan penyebab yang sering dari alkalosis respiratorik. Tiap keadaan tersebut mungkin menyebabkan penurunan pCO2 arterial yang cepat dan peningkatan pH. Bahaya alkalosis respiratorik berat berkaitan dengan kekurangan kalium (masuknya ion kalium ke dalam sel menggantikan hydrogen, dan kehilangan kalium yang berlebihan dalam urin digantikan dengan natrium) dan termasuk timbulnya aritmia ventrikel serta fibrilasi ventrikel, terutama pada penderita yang diberikan digitalis atau mengalami hypokalemia. Iskemia serebral dan asidosis akibat vasokonstriksi serebral mungkin pula terjadi dan menyebabkan kerusakan menetap pada penderita dengan aliran darah serebral terganggu akibat penyakit arteri obstruktif atau selama dilakukan endarteroktomi karotis. Komplikasi lain meliputi pergeseran kurva disosiasi oksigen ke kiri, yang membatasi kemampuan hemoglobin terhadap oksigen yang melimpah pada tingkat jaringan, dan penurunan kalsium terionisasi, yang mungkin menyebabkan tetani, kejang, dan potensiasi aritmia jantung.Alkalosis respiratorik berat dan menetap sering sulit diatasi dan mungkin disertai dengan prognosis yang buruk karena hiperventilasi (misalnya cedera intracranial). Pengobatan bila mungkin ditujukan langsung pada penyebab kelainan. Selain itu, penggunaan ventilator mekanis yang tepat dan mengatasi tiap kekurangan kalium adalah penting. c. Asidosis metabolicAsidosis metabolic menyertai retensi atau produksi asam (azotemia, ketoasidosis diabetic, asidosis laktat) atau kehilangan bikarbonat (diare, fistula pancreas atau usus halus). Kompensasi pulmoner untuk kelainan ini diperantarai melalui pusatnpernapasan di medulla untuk menaikkan kecepatan dan kedalaman respirasi, menyebabkan penurunan kompensasi pCO2 kira-kira 1,1 mmHg untuk tiap 1 mEq/L penurunan kadar bikarbonat. Control lebih pasti selanjtnya dipengaruhi oleh ginjal. Penyebab asidosis metabolic dapat dibagi dalam dua golongan dengan memperkirakan kadar anion serum yang tidak dapat diukur (anion gap). Nilai normal adalah 10-12 mEq/L dan dihitung dengan mengurangi jumlah klorida dan bikarbonat serum dari konsentrasi natrium. Anion yang tidak dapat diukur merupakan gap adalah sulfat dan fosfat ditambah laktat serta anion asam organic lain. Bila asidosis disebabkan oleh kehilangan bikarbonat (misalnya fistula pancreas) atau pertambahan asam klorida (misalnya pemberian ammonium klorida), anion gap normal. Sebaliknya, bila asidosis disebabkan oleh peningkatan produksi asam organic (misalnya asam laktat dalam syok sirkulatoris), atau retensi asam sulfat atau asam fosfat (misalnya gagal ginjal), konsentrasi anion yang tidak terukur (anion gap) meningkat. Pengobatan asidosis metabolic selalu ditujukan pada penyebabnya. Salah satu yang tersering pada penderita bedah adalah gagal sirkulasi akut dengan akumulasi asam laktat. Syok hemoragik akut menyebabkan penurunan pH yang cepat dan mencolok, dan usaha untuk mengatasi asidosis dengan infus natrium bikarbonat dalam jumlah banyak tanpa perbaikan aliran adalah sia-sia. Setelah pemulihan volume, produksi asam laktat terhenti, dan asam laktat yang tersisa dibersihkan dengan cepat. Penggunaan rutin natrium bikarbonat selama resusitasi penderita dengan syok hipovolemik mengecewakan. Alkalosis metabolic ringan merupakan temuan yang sering setelah resusitasi, yang sebagian disebabkan oleh efek alkalinisasi transfuse darah dan cairan untuk resusitasi lain (misalnya larutan ringer laktat)d. Alkalosis metabolicUntuk tujuan diagnostic dan terapeutik, keadaan alkalosis metabolic dapat dibagi menjadi jenis chloride responsive dan chloride resistant, tergantung pada jumlah klorida dalam urin pada keadaan tidak diobati. Keadaan alkalosis metabolic chloride resistant disertai dengan sedikit penambahan volume ECF dan kebanyakan sekunder terhadap kelainan adrenal. Tingkat sekresi steroid yang tinggi menyebabkan resorpsi natrium dan bikarbonat yang maksimal oleh tubuli serta pengeluaran klorida yang berlebihan dalam urin hal ini menyebabkan alkalosis metbolik dan penambahan volume ECF. Penanganan termasuk pemulihan kelainan adrenal.Jenis chloride responsive lebih sering dan sering disertai kekurangan volume ECF yang nyata. Prototip untuk jenis alkalosis ini adalah timbul akibat muntah terus menerus atau penyedotan nasogastric untuk waktu lama pada obstruksi pylorus. Berlainan dari kehilangan akibat muntahdengan pylorus yang membuka (kehilangan sekresi lambung, pancreas, empedu, dan usus), kehilangan tersebut hampir selalu terdiri dari hydrogen, klorida, dan kalium. Respon ginjal yang diharapkan terhadap kehilangan kehilangan asam adalah retensi hydrogen dan resorbsi bikarbonat berkurang. Tetapi kekurangan ECF yang progresif merangsang resorbsi natrium yang maksimal oleh ginjal, dalam tubuli distal, ini membutuhkan pertukaran untuk hydrogen atau kalium dan pembentukan ion bikarbonat. Masalah bertambah dengan timbulnya hipokloremia yang menunjukkan resorbsi natrium oleh tubuli distal meningkat (klorida kurang tersedia untuk resorbsi dengan natrium oleh tubuli proksimal), dan kekurangan kalium menyebabkan lebih banyak hydrogen perlu ditukar untuk natrium. Perubahan ini menimbulkan temuan yang khas alkalosis sistemik berat dan urin yang asam (asiduri paradoksal). Penanganan meliputi penggantian kekurangan ECF dengan larutan sodium klorid isotonic dan kalium (bila output urin ditentukan dengan tepat). Persediaan klorida memungkinkan peningkatan resorbsi natrium dalam tubuli proksimal, sehingga alkalosis mulai teratasi karena ion hydrogen yang disekresi berkurang dan lebih sedikit bikarbonat yang dibentuk dalam tubuli distal. Selain itu, sekresi ion hydrogen lebih berkurang ketika hypokalemia teratasi, karena sekarang lebih banyak kalium tersedia untuk pertukaran dengan natrium. Perlu ditekankan bahwa alkalosis (tidak pandang jenis atau penyebabnya) meningkatkan kehilangan kalium dari sel-sel tubuh digantikan sebagian oleh hydrogen, yang menyebabkan alkalosis ECF. Proses yang sama terjadi dalam sel-sel tubuli distal ginjal, sehingga terdapat lebih sedikit kalium untuk ditukar dengan natrium, dan lebih banyak hydrogen yang harus dieksresikan dalam urin untuk menggantikan natrium. Sebaliknya, alkalosis menambah kehilangan kalium. Bila hydrogen meninggalkan sel, ia akan digantikan sebagian oleh kalium. Dalam sel tubuli ginjal, lebih banyak kalium daripada hydrogen yang tersedia untuk ditukarkan dengan natrium, menyebabkan peningkatan kalium dalam urin.

7) Syok dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana kebutuhan metabolic tubuh tidak terpenuhi karena curah jantung yang tidak cukup. Syok hipovolemikSyok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg.Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1) kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites dan peritonitis Syok kardiogenikSyok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner.Koroner, disebabkan oleh infark miokardium, SedangkanNon-koronerdisebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia. Syok distributiveSyok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.Syok distributif dapat disebabkanbaik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok distributif yaitu(1) syok neurogenikseperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal, (2)syok anafilaktikseperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3) syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisiBerbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe: Syok neurogenicPada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi. Syok anafilaktikSyok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik. Syok septik Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.

8) Perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Berdasarkan letak keluarnya darah, perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:a. Perdarahan luar (terbuka)Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka). Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini dibagi menjadi tiga bagian: Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan medis. Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka. Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena.Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat diberikan antara lain: Tekanan Langsung pada Cedera. Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam). Cara yang terbaik pada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan terus sampai perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti dengan yang baru. Elevasi. Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan pada daerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap. Tekanan pada titik nadi. Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki). Immobilisasi. Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun. Torniquet. Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputansi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak dapat mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki). Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas dan tidak boleh ditutupi, sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30 detik setiap 10 menit sekali. Sementara itu, tempat perdarahan diikat dengan kasa steril. Torniket hanya digunakan untuk perdarahan yang hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera hebat. Korban harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa membusuk. Kompres dingin. Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh darah yang mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat dengan cepat terhenti.

b. Perdarahan dalam (tertutup)Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata.Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap korban mengalami perdarahan dalam daripada tidak, karena penatalaksanaan perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak mengalaminya.Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam: Memar disertai nyeri tubuh Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian dalam yang mengalami cedera Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar Muntah darah Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi Luka tusuk khususnya pada batang tubuh Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga Batuk darah Buang air kecil bercampur darahCara cara penatalaksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah sebagai berikut: Baringkan korban Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi Berikan oksigen bila ada Periksa pernafasan dan nadi secara berkala Rawat sebagai syok Jangan memberikan makan atau minum Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekatBerbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut: Rest. Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin Ice. Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh. Commpression. Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah Elevation. Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.

ATLS (Advance Trauma Life Support)1. Primery Surveya. Airway: Look (tanda hipoksia, sianosis, retraksi), Listen (snoring, crowing, stridor, gurgling), Feel (bernafas/tidak, letak trakea)b. Breathing: Inspeksi (deviasi trakea, RR), palpasi (deviasi trakea), perkusi, auskultasic. Circulation: Sumber perdarahan, Tekanan darah, nadi, warna kulitd. Disability: GCS (Glasgow Coma Skale), pupile. Exposure: membuka pakaian2. Secondary Surveya. AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, Environment)b. Kepalac. Vertebracervikalis dan leherd. Thorax (cor, pulmo)e. Abdomenf. Muskuloskeletal (Look, Feel, Move)

9) Glasgow Coma ScaleatauGCSadalah skala neurologis yang bertujuan untuk memberikan cara, dapat diandalkan Tujuan merekam keadaan sadar seseorang untuk awal serta penilaian berikutnya. Seorang pasien dinilai terhadap kriteria skala, dan poin yang dihasilkan memberikan nilai pasien antara 3 (menunjukkan ketidaksadaran dalam) dan baik 14 (skala asli) atau 15 (semakin banyak digunakan dimodifikasi atau direvisi skala). GCS awalnya digunakan untuk menilai tingkat kesadaran setelah cedera kepala, dan skala sekarang digunakan oleh pertolongan pertama, EMS, dan dokter sebagai berlaku untuk semua pasien medis dan trauma akut. Di rumah sakit itu juga digunakan dalam pemantauan pasien kronis dalam perawatan intensif.

Glasgow Coma Scale.Penilaian* Refleks Membuka Mata (E)4 : membuka secara spontan3 : membuka dengan rangsangan suara2 : membuka dengan rangsangan nyeri1 : tidak ada respon* Refleks Verbal (V)5 : orientasi baik4 : kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan3 : kata-kata baik tapi kalimat tidak baik2 : kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang1 : tidak ada respon* Refleks Motorik (M)6 : melakukan perintah dengan benar5 : mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar4 : dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi.3 : hanya dapat melakukan fleksi2 : hanya dapat melakukan ekstensi1 : tidak ada respon

GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun. jika ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :a. Skor 14-15 : compos mentisb. Skor 12-13 : apatisc. Skor 11-12 : somnolentd. Skor 8-10 : stupore. Skor < 5 : komaDerajat Kesadaran- Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi- Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlelap lagi. Gelisah atau tenang.- Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.- Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh menghindari tusukan).- Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.

Kualitas Kesadaran1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Gangguan fungsi cerebral meliputi : gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi.Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :GCS : 14 15 = CKR (cidera kepala ringan)GCS : 9 13 = CKS (cidera kepala sedang)GCS : 3 8 = CKB (cidera kepala berat)

10) Cara pemeriksaan nervus cranialis :a. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi, tembakau, alkohol,dll)b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan):dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandangc. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata): Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.d. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.IIIe. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip): menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapasf. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) :sama sperti N.IIIg. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ):senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mataa dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garamh. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) :test Webber dan Rinnei. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam)j. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap ah!k. N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.l. N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.Pemeriksaan refleks a) Refleks superficiala. Refleks dinding perut :Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medialRespon : kontraksi dinding perutb. Refleks cremasterCara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawahRespon : elevasi testes ipsilateralc. Refleks glutealCara : goresan atau tusukan pada daerah glutealRespon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateralb) Refleks tendon / periosteuma. Refleks Biceps (BPR):Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.Respon : fleksi lengan pada sendi sikub. Refleks Triceps (TPR)Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasiRespon : ekstensi lengan bawah pada sendi sikuc. Refleks Periosto radialisCara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasiRespon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialisd. Refleks PeriostoulnarisCara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratuse. Refleks Patela (KPR)Cara : ketukan pada tendon patellaRespon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femorisf. Refleks Achilles (APR)Cara : ketukan pada tendon achillesRespon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemiusg. Refleks Klonus lututCara : pegang dan dorong os patella ke arah distalRespon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsungh. Refleks Klonus kakiCara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung

c) Refleks patologisa. BabinskyCara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anteriorRespon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnyab. ChadockCara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anteriorRespon : seperti babinskyc. OppenheimCara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distalRespon : seperti babinskyd. GordonCara : penekanan betis secara kerasRespon : seperti babinskye. SchaeferCara : memencet tendon achilles secara kerasRespon : seperti babinskyf. GondaCara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4Respon : seperti babinskyg. StranskyCara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5Respon : seperti babinskyh. RossolimoCara : pengetukan pada telapak kakiRespon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeali. Mendel-BeckhterewCara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideumRespon : seperti rossolimoj. HoffmanCara : goresan pada kuku jari tengah pasienRespon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksik. TrommerCara : colekan pada ujung jari tengah pasienRespon : seperti Hoffmanl. LeriCara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atasRespon : tidak terjadi fleksi di sendi sikum. MayerCara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tanganRespon : tidak terjadi oposisi ibu jari

d) Refleks primitivea) Sucking refleksCara : sentuhan pada bibirRespon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusub) Snout refleksCara : ketukan pada bibir atasRespon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidungc) Grasps refleksCara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasienRespon : tangan pasien mengepald) Palmo-mental refleksCara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenarRespon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)

Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :Pemeriksaan fungsi luhur:1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain.6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.