Upload
marsusyi
View
64
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah
berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha mengubah
salah satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan,
pengolahan tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan
dengan masalah baru karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang
merupakan salah satu akibat dari perubahan tersebut.
Berbagai batasan (definisi) gulma bersifat temporer (sementara) bergantung
pada tempat dan waktu (objektif-subjektif).Beberapa definisi untuk gulma antara
lain :
1) gulma adalah tumbuhan yang tidak sesuai dengan tempatnya;
2) gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki;
3) gulma adalah tumbuhan yang bernilai negatif;
4) gulma adalah tumbuhan yang bersaing dengan manusia dalam memanfaatkan
lahan;
5) gulma adalah tumbuhan yang tumbuh secara spontan;
6) gulma adalah tumbuhan yang tidak berguna (belum diketahui kegunaannya);
7) gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki pada
waktu tertentu sehingga kita berusaha memberantas atau mengendalikannya.
Gulma dikenal karena adanya perlakuan manusia pada sebidang tanah untuk
ditanami dengan tanaman yang dapat memenuhi kebutuhannya. Berarti manusia
yang karena kebutuhannya secara subjektif membedakan tanaman menjadi gulma
dan bukan gulma. Tanaman bukan gulma dapat termasuk pertanaman yang
dibudidayakan, tanaman ruderalle, dan tanaman liar. Gulma terhadap pertanaman
merupakan tanaman pesaing.
Gulma dengan demikian, adalah tanaman yang tidak dikehendaki oleh para
penanam, karena tanaman ini tumbuhnya salah tempat, tidak dikehendaki dan
merugikan. Gulma yang selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan
dapat menghambat pertumbuhan serta menekan hasil akhir.
Ilmu gulma adalah ilmu tentang gulma dan dasar-dasar pengendaliannya.
Dalam prinsip pengendaliaanya dikenal biologi gulma, fisiologi, taksonomi,
biokimiawi, dan lain-lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, ilmu gulma
termasuk dalam bidang budidaya pertanian sebab cara menyerang gulma pada
tanaman tidak sama dengan hama, namun secara mengadakan persaingan antar
tanaman. Persaingan antar tanaman tesebut meliputi persaingan untuk cahaya,
nutrisi, air, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup
dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah.
Akibat perilaku gulma yang menghambat pertumbuhan dan penurunan hasil
cenderung membuat manusia berusaha mengurangi atau menghilangkan hal
tersebut. Gulma yang dihilangkan selama periode tumbuh pertanaman
berlangsung disebut pemberantasan gulma; namun jika dihilangkan pada sebagian
periode tumbuh pertanaman disebut pengendalian gulma. Waktu pengendalian
gulma yang tepat ialah pada saat periode kritis yakni waktu setelah pengaruh
gulma pada pertanaman relatif dapat diabaikan.
Adanya gulma membuat pekerjaan serta biaya pertanaman menjadi
bertambah. Biaya yang banyak tidak dapat diabaikan. Dari uraian diatas, perlu
dilakukan praktek akan pentingnya arti gulma bagi manusia ditinjau dari segi
pertanian dan bagaimana serta dengan cara apa mengendalikannya.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan
bersaing dengan tanaman budidaya
2. Mahasiswa mengetahui komposisi atau spesies gulma dan dominasi pada
suatu vegetasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan habitatnya, gulma digolongkan menjadi dua yaitu gulma
obligat dan fakultatif. Gulma obligat yaitu gulma yang hidup pada tempat yang
sudah ada campur tangan manusia, seperti padadaerah pemukiman dan
pertanian.Sebagai contoh, gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan gulma
ceplukan (Physalis angulata) hidup pada habitat pertanian. Gulma fakultatif
adalah gulma yang hidup pada tempat yang sudah ataupun belum ada campur
tangan manusia.Sebagai contoh, gulma bawang liar (Allium sp.), pakis-pakisan
(Ceratoptoris sp.dan Nephrolepsis sp.).Pengamatan komposisi jenis gulma pada
pelbagai jenis pertanaman adalah berdasarkan pada persen penutupan, tingkat
kepadatan dan berat kering gulma. Penurunan hasil panen akibat kompetisi gulma
pada sawah adalah sebesar 15-42% (Bangun, 1987)
Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang
berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai kaya nutrisi. Sifat
inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan.
Kemampuan gulma mengadakan regenerasi sangat besar sekali.gulma juga ada
yang memberikan bau yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat
disekitar tempat tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain (peristiwa
allelopati).
Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan: sesuai dengan bentuk
daun, lama hidupnya, habitat hidupnya ,serta dari sudut pentingnya.
- Gulma berdaun lebar. Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun lebar, dari jenis
dikotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C3
- Gulma teki-tekian. Mirip dengan rerumputan akan tetapi dapat dibedakan
melalui batangnya yang berbentuk segitiga, mempunyai umbi atau akar
rimpang di dalam tanah.
- Gulma rerumputan. Tumbuhan ini biasanya bervariasi ukurannya, tegak
maupun menjalar. Batang biasa disebut clums jelas terbagi menjadi ruas
dengan buku-buku yang terdapat antar ruas.
- Gulma darat. Pertumbuhan dan persyaratan tumbuhnya di darat.
- Gulma air. Pertumbuhan dan persyaratan tumbuhnya di air.
- Gulma musiman. Siklus hidupnya berlangsung selama satu tahun atau kurang.
- Gulma tahunan. Siklus hidupnya berlangsung selama lebih dari satu tahun.
Pemberantasan gulma dilaksanakan bila gulma itu benar-benar “jahat”,
tumbuh di suatu tempat tertentu dalam lintasan yang cukup sempit dan
membahayakan lingkungan. Dengan demikian tujuan pemberantasan gulma
semata-mata untuk membasmi gulma itu selengkapnya.
Kita perlu membedakan gulma yang berbahaya , cukup berbahaya dan
sedikit berbahaya bagi tanaman budidaya aagar kita tahu bagaimana cara
pengendalian gulma yang baik. Yang kita harus lakukan yaitu identifikasi dan
analsis vegetasi. Nama latin suatu gulma akan sangat berarti karena nama tersebut
diterima di dunia internasional. Nama latin suatu jenis biasanya terdiri dari dua
kata, kata pertama menunjukkan marganya yang selalu dimulai dengan huruf
kapital, sedang kata kedua dimulai dengan huruf kecil, merupakan petunjuk ke
arah jenis.
Cara-cara identifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari
sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini:
- Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di
herbarium
- Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan
- Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
- Membandingkan dengan determinasi yang ada
- Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia
Karakteristik gulma dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma; terbagi
atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-
sifat generatif yang cenderung tetap. Tanda-tanda yang dipakai yaitu bagian
vegetatif gulma dan bagian generatif gulma. Keadaan gulma yang paling ideal
untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan
generatif) lengkap.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuan. Metode analisis vegetasi sangat beragam
tergantung keadaan vegetasi itu sendiri. Beberapa analisis vegetasi antaralain:
- Metode garis. Merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa
garis. Untuk areal luas, metode ini sering digunakan karena selain cepat juga
cukup teliti. Alat yang digunakan yaitu pita meteran 15-25 meter disebut
sebagai garis rintisan.
- Metode titik. Merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika suatu kuadrat
diperkecil sampai tidak terhingga, akan menjadi titik. Metode ini sangat efektif
untuk sampling vegetatif yang rendah, rapat dan membentuk anyaman, yang
tidak jelas batas satu dengan lainnya. Parameter yang diperoleh adalah
dominasi dan frekuensi.
- Metode estimasi. Digunakan untuk pengamatan sebuah petak untuk daerah
yang luas serta tidak tersedia waktu yang banyak.
Parameter dalam analisis vegetasi yang digunakan adalah persentase
penyebaran , kerapatan, frekuensi dan dominansi. Selain dinyatakan dalam persen,
luas penyebaran komponen vegetasi sering diubah kedalam 5-10 skala abundansi.
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak
contoh. Yang dimaksud frekuensi jenis tumbuhan adalah beberapa jumlah petak
contoh (dalam persen) yang memuat jenis tersebut, dari sejumlah petak-contoh
yang dibuat. Dominansi, istilah digunakan untuk menyatakan berapa luas area
yang ditumbuhi atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing dengan
jenis lainnya. Dominansi dinyatakan dalam istilah kelindungan (coverage) atau
luas basal atau biomassa atau volume. Perbandingan nilai penting atau summed
dominance ratio (SDR) menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran.
SDR biasa dipakai karena jumlahnya tidak pernah lebih dari 100%, sehingga
mudah diinterprestasi. SDR hanya berharga jika dipakai untuk menunjukkan
jumlah dominasi suatu jenis dengan jenis lain dalam suatu komunitas. Dalam
suatu analisis vegetasi akan diperoleh beberapa data yang penting yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
Bahan yang digunakan adalah lahan sawah basah dan kering
B. Alat
Alat yang digunakan yaitu:
- kantong plastik
- alat square method (50X50cm)
- buku deskripsi gulma atau herbarium
- kantong kertas
- oven
- timbangan analatik
- label
- alat tulis
- penggaris
C. Prosedur Kerja
Tahap pengambilan gulma:
1. Lahan yang akan diamati dibagi kedalam 3 petakan yang dibatasi dengan tali
rafia.
2. Dilemparkan square method secara acak pada setiap petakan.
3. Gulma-gulma yang berada dalam square method diambil.
4. Gulma dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibawa ke laboratorium
untuk diidentifikasi.
Tahap identifikasi
1. Gulma pada masing-masing kantong plastik disusun dan dikelompokan
berdasarkan petak dan kenampakan visual yang sejenis.
2. Gulma diidentifikasi dan dicari klasifikasinya.
3. jumlah gulma dihitung dan dicatat pada tabel pengamatan.
4. Gulma dicuci hingga bersih dan dikering anginkan.
5. Gulma dimasukan pada kantong kertas, diberi keterengan jumlah dan nama
spesies.
6. Gulma dimasukkan ke dalam oven selama 24jam.
7. Ditimbang berat gulma setelah dioven.
8. Dilakukan perhitungan.
B. Pembahasan
1. Cynotis axilaris
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperacea
Genus : Cyperus
Spesies :Cyperus axilaris
Tanaman tahunan sedikit tegak lurus dengan cabang berbau sedap, tinggi
40-100 cm. Tangkai agak gemuk, lembut, berbentuk rusuk, berujung dengan
pendek, berambut tebal, lebih rendah ke bawah berbulu halus; cabang berbulu
rapat. Daun tersusun memilin, jorong, lontong atau bulat telur sungsang
menjorong, parah atau runcing, berlekuk menyirip atau bercangap menyirip,
bergerigi tak tentu, sangat jarang berbulu padat atau bulu halus, 8-18 x 2-5.5 cm;
berdasar ramping dan seringkali panjang melanjut hingga tangkai (daun)nya; daun
paling atas lebih kecil, melekat. Bongkol di ujung, malai rata agak kecil,
homogamous, berbunga banyak, berbentuk silinder, 13-16 x 5-6 mm, menunduk
selama antesis, kemudian tegak lurus; daun gagang lurus, panjang 0.5-10 cm, ibu
gagang berbulu padat; sebelah luar daun pembalut bebas, lurus, panjang 1-4 mm,
salah satu bagian dalam tidak sama, berderet 1-2, berwarna hijau dengan coklat
tua, lancip, puncak berpapil, berbentuk lanset, panjang 8-12 mm, berambut jarang,
tegak lurus selama antesis, tipis tembus cahayaPerkembangan dan perbanyakan:
Buah longkah, anemochorous
Kepala sari dengan dasar seluruh atau bagian dangkalnya teriris, berwarna
ungu, ujung lancip. Tangkai putik bercangap dua, berlengan panjang, tipis,
puncak kurang lebih berbentuk kuas oleh umbai cacing berbentuk tusuk. Buah
longkah berbentuk silinder lurus, berbentuk rusuk, coklat tua dengan dasar dan
ujung berwarna pucat, berbulu padat tipis, panjang 2 mm; rambut papus banyak,
tipis, halus, bergigi teratur, berwarna putih, mudah luruh, panjang 9-12 mm. Asal :
Afrika tropis
Pernyebaran : Daerah tropis Asia. Pada awal tahun 1926 pertamakali
ditemukan di dekat Medan (Sumatra Utara); dengan sengaja didatangkan ke Jawa
dimana tanaman ini segera menaturalisasikan dan menyebar ke seluruh Indonesia.
Ekologi : Lahan yang baik untuk ditanami, sungai-sungai dan tepi-tepi jalan,
perkabunan the dan kina, terutama sekali di tempat basah; dari ketinggian 250-
2500 m. berbunga sepanjang tahun.
2. Cyperus cephalotes Vahl
Family : Cyperaceae
Nama asli : Sunda - Jukut babawangan W. Kutai - Gelunggung
Location : 1000 m ; Kotobaru, Sepuluh Kota, Tanah Datar, W. Sumatra,
Indonesia
Ecology : First road Sumatra In floating islands of Pistia, Salvinia, etc.,
in ponds or rivers, up to 100 m alt. Lebak rice field. The
corky tissue acts as a floater
Origin : Asia
Distribution : From India to S. China and tropical Australia; rare in Malesia.
In Indonesia: in Java, Kalimantan and Irian Jaya, as far as
known
3. Eleusine indica
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica (L.) Gaertn
Nama umum : Rumput belulang, [jampang, carulang (Sunda)], [suket lulangan,
suket welulang (Jawa)]
Morfologi
Rumput berumur pendek, kerapkali berumpun kuat, kadang-kadang pada
buku yang bawah keluar akar : batang kerapkali berbentuk cekungan yang
terbentang; tinggi 0.1 – 1.9 m. Batang menempel pipih sekali, bergaris, kerap
bercabang. Daun dalam dua baris. Pelepah daun menempel kuat bertulas. Lidah
seperti selaput, pendek. Helaian bentuk garis dengan tepi kasar pada ujung, pada
pangkalnya ada rambut panjang, 12 – 40 x 0.41 – 1 cm. Bulir terkumpul 2 – 12,
satu sisi. Poros bulir bersayap dan berlunas, panjang 2.5 – 17 cm. Anak bulir
berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting,
menempel rapat, panjang 4 – 7 mm. Sekam terekat rapat berlunas, dua yang
terbawah tetap tinggal lama. Benang sari 3; kepala sari pendek. Tangkai putik 2;
kepala putik sempit, ungu. Di tempat cerah matahari, kerapkali di tanah keras
karena terinjak; 1 – 2000 m.
4. Cyperus rotundus
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus
Morfologi
Herba menahun, tinggi 0.1 – 0.8 m. Batang tumpul sampai persegi tiga
tajam. Daun berjumlah 4 – 10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang,
dengan pelepah daun yang tertutup tanah, helaian daun bentuk garis, dari atas
hijau tua mengkilat, 10 – 60 kali 0.2 – 0.6 cm. Anak bulir terkumpul menjadi bulir
yang pendek dan tipis, dan keseluruhan terkumpul lagi menjadi berbentuk
panjang. Daun pembalut berjumlah 3 – 4, tepi kasar, tidak merata. Jari-jari payung
6 – 9, pangkal tertutup oleh daun pelindung yang berbentuk tabung, yang t
erpanjang 3 – 10 cm, yang terbesar sekali lagi bercabang. Anak bulir 3 – 10
berkumpul dalam bulir, duduk, berbetnuk garis, sangat gepeng, coklat, panjang 1
– 3 cm, lebar 2 mm, berbunga 10 – 40. sekam dengan punggung hijau dan sisi
coklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3, kepala sari kuning cerah.
Tangkai putik bercabang 3. buah memanjang sampai bulat telur terbalik, persegi
tiga, coklat, panjang kurang lebih 1.5 mm. Dapat tumbuh pada bermacam-macam
keadaan tanah, dengan ketinggian 1 – 1000 m. Gulma ini selalu terdapat pada
segala tanaman budidaya di darat maupun di daerah yang tidak dibudidayakan
dengan tanaman pertanian. Golongan ini termasuk keluarga teki-tekian atau
cyperaceae. Kemampuan gulma ini untuk beradaptasi di segala jenis tanah sangat
tinggi, sehingga menjamin luasnya daerah penyebaran.
Bagian tumbuhan yang terdapat di bawah tanah biasanya terdiri dari akar,
akar rimpang, dan umbi. Gulma ini termasuk golongan hulma tahunan dan
berkembang biak terutama dengan umbinya. Umbi yang pertama dibentuk kira-
kira 3 minggu setelah pertumbuhan. Umbi yang terbentuk akan membentuk akar
rimpang yang kemudian akan membentuk umbi lagi. Semua umbi akan
membentuk banyak akar tambahan, sehingga dalam jangka waktu 6 minggu sudah
terbentuk sistem akar, akar rimpang dan umbi yang saling berhubungan. Umbi
gulma ini dapat tumbuh pada suhu sekitar 13 – 14°C, suatu sifat yang dapat
penyebarannya baik di daerah tropis ataupun daerah sub tropis. Suhu optimum
untuk pertumbuhan teki berkisar antara 30 – 35°C.
5. Cyperus breviolus
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus breviolus
Morfologi
Herba menahun, tinggi 0.1 – 0.8 m. Batang tumpul sampai persegi tiga
tajam. Daun berjumlah 4 – 10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang,
dengan pelepah daun yang tertutup tanah, helaian daun bentuk garis, dari atas
hijau tua mengkilat, 10 – 60 kali 0.2 – 0.6 cm. Anak bulir terkumpul menjadi bulir
yang pendek dan tipis, dan keseluruhan terkumpul lagi menjadi berbentuk
panjang. Daun pembalut berjumlah 3 – 4, tepi kasar, tidak merata. Jari-jari payung
6 – 9, pangkal tertutup oleh daun pelindung yang berbentuk tabung, yang t
erpanjang 3 – 10 cm, yang terbesar sekali lagi bercabang. Anak bulir 3 – 10
berkumpul dalam bulir, duduk, berbetnuk garis, sangat gepeng, coklat, panjang 1
– 3 cm, lebar 2 mm, berbunga 10 – 40. sekam dengan punggung hijau dan sisi
coklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3, kepala sari kuning cerah.
Tangkai putik bercabang 3. buah memanjang sampai bulat telur terbalik, persegi
tiga, coklat, panjang kurang lebih 1.5 mm. Dapat tumbuh pada bermacam-macam
keadaan tanah, dengan ketinggian 1 – 1000 m. Gulma ini selalu terdapat pada
segala tanaman budidaya di darat maupun di daerah yang tidak dibudidayakan
dengan tanaman pertanian. Golongan ini termasuk keluarga teki-tekian atau
cyperaceae. Kemampuan gulma ini untuk beradaptasi di segala jenis tanah sangat
tinggi, sehingga menjamin luasnya daerah penyebaran.
Bagian tumbuhan yang terdapat di bawah tanah biasanya terdiri dari akar,
akar rimpang, dan umbi. Gulma ini termasuk golongan hulma tahunan dan
berkembang biak terutama dengan umbinya. Umbi yang pertama dibentuk kira-
kira 3 minggu setelah pertumbuhan. Umbi yang terbentuk akan membentuk akar
rimpang yang kemudian akan membentuk umbi lagi. Semua umbi akan
membentuk banyak akar tambahan, sehingga dalam jangka waktu 6 minggu sudah
terbentuk sistem akar, akar rimpang dan umbi yang saling berhubungan. Umbi
gulma ini dapat tumbuh pada suhu sekitar 13 – 14°C, suatu sifat yang dapat
penyebarannya baik di daerah tropis ataupun daerah sub tropis. Suhu optimum
untuk pertumbuhan teki berkisar antara 30 – 35°C.
6. Fimbristilis spp.
Termasuk gulma semi akuatik (semi aquatic weed)Yaitu gulma yang dapat
hidup di darat/tempat kering dan di air, dengan daya adaptasi yang tinggi.Gulma
ini hanya berumur kurang dari satu tahun. Umumnya berkembang biak dengan
biji, pertumbuhannya cepat, dengan kemampuan bereproduksi yang amat tinggi.
Setelah biji masak, biasanya gulma akan mati.Biji yang dihasilkan pada tahun
pertama umumnya akan mengalami dormansi, dan tumbuh kembali pada tahun
berikutnya. Ada gulma daun lebar semusim, teki semusim, dan rumput semusim
sebenarnya gulma ini secara ekonomis merupakan gulma penting pada tanaman
padi.Eksistensinya karena melimpahkan produksi biji.
7. Echinochula colonum
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku-rumputan)
Genus : Echinochloa
Spesies : Echinochloa colona (L.).
Tanaman tahunan, biasanya banyak, roset seperti batang kurus menanjak,
tinggi 15-40 cm; akar tunggang kuat.Batang berbentuk silinder atau bersudut
tumpul, bagian yang lebih mudah agak tebal ditutup dengan memencar, rambut
kelenjar tebal dan rambut tunggal panjang. Daun tertata memilin, melekat,
setengah memeluk batang, 1-6 x 0.5-2 cm; yang lebih rendah berbentuk lonjong
hingga bulat telur, dasarnya runcing, ujungnya lebih kecil, berbentuk lebih bulat
telur hingga lonjong, ujung lancip hingga sedikit lonjong, sedikit bergerigi atau
bagian atas hampir seluruhnya, hijau muda, kedua sisi dengan rambut-rambut tipis
panjang dan pendek, rambut kelenjar tebal; daun paling atas selalu kecil. Bunga
heterogamous pada ujung bungkul atau bungkul di 2-4 grup, seringkali tersusun
bebas, berdaun banyak, hampir bermalai perbungaan; bungkul ibu gagang agak
berbulu kelenjar tebal dan meroma putih panjang; pembalut berbentuk lonceng,
nantinya menggembung pada dasarnya, pada akhirnya terterum; daun gagang
pada banyak lingkaran, menyirap, hijau, garis tepi menyerupai selaput, bagian luar
halus dan agak tebal meroma; bagian dalamnya lurus, lancip, panjang 6 mm, putih
berkelijak (ujung kelijak paling panjang), lebih luar lagi lebih pendek; bunga
periuk sedikit cembung, , berbulu. Bunga kecil banyak, betina; mahkota berbentuk
benang, sangat pendek berbaga 2-3, kuning, berbulu, panjang 3.3 mm; bakal buah
dengan halus meroma; tangkai putik berlengan 2, akhirnya terjulur. DISC bunga
berbentuk pipa, 10-15; lengkung mahkota berujung melebar, segera berbaga 5,
kuning, berbulu atau pada sisi luar baga-baganya dengan beberapa rambut tebal
pendek, panjang 1.5 mm; bakal buah dan tangkai putik berada pada tepian bunga;
kepala sari berwarna kuning, masuk ke dalam lengkung mahkota, panjang 2 mm.
buah longkah memanjang, menyolok, coklat dengan dasar lebih muda, jarang
merapat meroma, panjang 0.5-1 mm;
HERBISIDA
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia
yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik
secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak
maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau
pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan
efektif, terutama untuk areal yang luas. Selain itu manfaat pengendalian ini
memungkinkan pembasmian hingga mencapai daerah perakaran. Keadaan ini
akan mematikan gulma. Perkecambahan individu baru gulma akan muncul relatif
lebih lama setelah beberapa bulan pengendalian dibandingkan cara pengendalian
lainnya. Gulma yang terkena racun herbida akan mati, dengan demikian individu
produktif akan berkurang, bahkan akan habis jika pengendalian dilakukan dengan
cermat dan akurat. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman,
mempunyai efek residu terhadap alam sekitar, selain itu penggunaan khemikalia
yang kurang tepat juga akan berdampak terhadap peningkatan daya tahan individu
gulma.. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi
ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma
lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar
pengetahuan yang cukup. Pengendalian khemikalia sangat efektif untuk tujuan
mematikan induk penghasil benih, dan juga seedling-seedling muda.
Tentang arah penggunaan herbisida dengan alat penyemprotan dapat diberikan
secara
- langsung pada gulmanya
- langsung pada gulma yang tumbuh terpencar
- langsung pada gulma dalam larikan
- diberikan di atas tanaman
- diberikan pada keseluruhan tanaman dan gulma
1. HEBISIDA KONTAK
Herbisida merupakan suatu senyawa kimia yang dapat meracuni
gulma.Efek atau pengaruhnya akan cepat terlihat dalam
mengendalikan gulma. Tetapi p e n g g u n a a n n y a h a r u s d i s e s u a i k a n
d e n g a n s i f a t d a n m a c a m g u l m a y a n g dikendalikan. Aplikasi
herbisida akan berfungsi dengan baik jika tepat sasaranyaitu pada
gulma yang dikendalikan. Herbisida memiliki kemampuan
untuk meracun tanaman yang berbeda – beda sesuai dengan jenisnya.
Herbisida dapatdibedakan menjadi herbisida kontak dan sistemik.Herbisida
kontak dapat digunakan untuk mengendalikan gulma semusim dandalam
penggunaannya dapat dilakukan berulang - ulang secara periodik
karena pengaruhnya kecil atau persistensinya rendah. Pada herbisida kontak
hanya dapatmengendalikan gulma yang terkena secara langsung atau
mengadakan kontak dengan gulma. Sedangkan pada herbisida sistemik
digunakan untuk gulma tahunandan mempunyai kemampuan atau pengaruh
meracunnya lama serta herbisida jenisini masuk cairannya masuk kedalam
jaringan tanaman atau kedalam gulmasehingga dapat mengendalikan
gulma secara keseluruhan tidak hanya bagian tertentu dari gulmanya.
Untuk herbisida kontak yang perlu dilakukan adalah
penyemprotan yangdilakukan agar tepat sasaran dan penyebaran semprot yang
merata sehingga seluruh bagian gulma dapat terkena. Dengan demikian
diharapkan herbisida dapat bekerjasecara efektif. Tingkat keracunan gulma
bervariasi tergantung jenis gulmanya dancara aplikasi serta dosis yang sesuai.
Penggunaan herbisida yang terlalu berlebihanakan membahayakan tanaman
karena menimbulkan residu. Residu bahan aktif dariherbisida berada dalam
tanah , jika tanah ditanami oleh tanaman maka dapatmenimbulkan
kematian bagi tanaman.
2. HERBISIDA SISTEMIK
Pada herbisida sistemik efektifitasnya tergantung pada sifat gulmanya.
Jenisdaun aka n be rpenga ruh t e r had ap he r b i s i da yang d ig unakan .
Daun yang permukaannya licin tertutup oleh lapisan lilin sehingga cairan
herbisida menjaditerhalang untuk masuk kedalam jaringan gulma. Hal itu
menyebabkan gulmamen jad i t ah an t e rhadap he rb i s i da . Se l a in
men yebabkan r e s idu he r b i s i da menyebabkan gulma menjadi tahan
karena herbisida tersebut telah digunakansecara terus menerus dan
gulma telah mampu membuat ketahanan diri terhadapherbisida tertentu.
Efek herbisida
Peraturan Pemakaian herbisida (prinsipnya) :
1. Melindungi petani/konsumen dari keracunan herbisida/pestisida
2. Melindungi konsumen dari pestisida yg terkandung dalam bahan makanan
3. Melindungi ternak/hewan liar serta lingkungandari kontaminasi pestisida
4. Melindungi para pedagang pestisida dari kesalahan informasi/hal lain yg tdk
diinginkan yg disebabkan oleh keteledoran/kesalahan pembuatan.
Potensi bahaya pestisida :
a. Karsinogenik : Sifat bahan yang dapat mendorong atau menyebabkan
kanker
b. Onkogenik : Sifat bahan yang dapat mendorong atau menyebabkan tumor
c. Teratogenik : Sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan cacat tubuh
janin pada saat lahir
d. Mutagenik : Sifat bahan kimia yang dapat meyebabkan tejadinya mutasi
gen.
A. Bagi Gulma
Herbisida berasal dari kata herba ( gulma ) dan sida ( membunuh ). Dari
kata tersebut dapat diartikan bahwa herbisida adalah zat kimia yang dapat
menekan pertumbuhan gulma dan bahkan dapat mematikannya. Herbisida
digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan “asing” ini. Zat
kimia yang berperan sebagai herbisida dicirikan oleh gugusan khusus yang
terpenting adalah toksisitas pada tanaman, suatu gugusan yang dapat membunuh
tanaman pada laju dosis tertentu.
Ada 2 jenis toksisitas, yakni :
a). Toksisitas Akut
Herbisida akut diartikan sebagai toksisitas yang masuk secara intensif dan
kemudian membunuh dengan cepat dan bila gulma tidak terbunuh, maka kadan –
kadang gulma hanya menderita sejenak.
b). Toksisitas Kronik
Herbisida berlangsung cukup lama sehingga herbisida ini bertindak lambat.
Gugusan penting lainnya adalah selektivitas yang diartikan sebagai kemampuan
bahan kimia untuk membunuh gulma.Keuntungan pengendalian gulma secara
kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Selain itu
manfaat pengendalian ini memungkinkan pembasmian hingga mencapai daerah
perakaran. Keadaan ini akan mematikan gulma. Perkecambahan individu baru
gulma akan muncul relatif lebih lama setelah beberapa bulan pengendalian
dibandingkan cara pengendalian lainnya. Gulma yang terkena racun herbida akan
mati, dengan demikian individu produktif akan berkurang, bahkan akan habis jika
pengendalian dilakukan dengan cermat dan akurat. Beberapa segi negatifnya ialah
bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar, selain
itu penggunaan khemikalia yang kurang tepat juga akan berdampak terhadap
peningkatan daya tahan individu gulma.. Sehubungan dengan sifatnya ini maka
pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila
cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup. Pengendalian khemikalia
sangat efektif untuk tujuan mematikan induk penghasil benih, dan juga seedling-
seedling muda.
B. Bagi Manusia
Ancaman kematian di ladang pertanian karena penggunaan racun itu paling
tidak mulai diketahui ketika Rachel Carson pada tahun 1962 mengungkap dampak
penggunaan pestisida terhadap kerusakan ekosistem di Amerika Serikat. Bahan
kimia beracun itu ternyata bukan hanya membunuh hama tanaman pertanian,
tetapi juga predatornya.
Serangkaian penelitian di Indonesia menyingkap hal senada, sebutlah misalnya
yang pernah dilakukan akhir tahun 1980-an. Penelitian itu menunjukkan bahwa
penggunaan DDT (dikhloro difenil trikhloreytan)-jenis pestisida yang terkenal
ampuh untuk memberantas hama-pada penggunaannya di perkebunan sayur di
beberapa daerah di Jawa Barat terbukti telah mencemari air susu ibu melalui
makanan, dan disinyalir berakibat melemahkan daya tahan tubuh bayi terhadap
penyakit. Penelitian ini di antaranya yang kemudian mendorong pemerintah pada
tahun 1991 mengeluarkan larangan penggunaan DDT di Pulau Jawa.
Daya racun itu dapat berpengaruh jangka panjang, seperti memberi efek
merugikan bagi sistem reproduksi, kerusakan pada sistem imun, ketidaknormalan
fungsi organ, hingga timbulnya kanker. Racun ini juga mengganggu fungsi
endokrin sehingga berpotensi menimbulkan ketidaknormalan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Upaya untuk Menekan Residu :
a. Gunakan pestisida hanya apabila benar-benar diperlukan.
b. Hindari penggunaan pestisida sistemik menjelang panen .
c. Pengendalian Hama Terpadu .
d. Gunakan pestisida secara benar dan bijaksana
e. Taati masa tunggu (holding period, pre harvest interval)
Usaha Menanggulangi Efek Samping Herbisida
Peraturan Pemerintah ttg pengawasan/peredaran, penyimpanan &
penggunaan pestisida
Pestisida : semua zat kimia & bahan lain serta jasad renik / virus yang
dipergunakan untuk memberantas / mencegah hama & penyakit yang merusak
tanaman, memberantas rerumputan, mematikan daun/mencegah pertumbuhan
yang tidak diinginkan,mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman/bagian
tanaman. Peredaran :Import-eksport dan jual beli pestisida di dalam negeri
termasuk pengangkutan .
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Gulma adalah tanaman yang tidak dikehendaki oleh para penanam, karena
tanaman ini tumbuhnya salah tempat, tidak dikehendaki dan merugikan.
2. Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan: sesuai dengan bentuk
daun, lama hidupnya, habitat hidupnya ,serta dari sudut pentingnya
3. Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
mengendalikan gulma minimal dapat menekan pembentukan
organ perbanyakan.
4. Pengendalian dengan herbisida dapat dilakukan dengan menggunakan
herbisida yang bersifat sistemik, seperti glyphosate, dalapon, dan
gluposinate-ammonium. Hal ini dikarenakan gulma yang dominan adalah
Ottochloa nodosa ,jadi ini bisa mengefisienkan usaha tani dalam hal
pengendalian gulma.
B. SARAN
1. Dalam praktikum ini , harusnya di persiapkan lahannya terlebih dahulu,
supaya setiap kelompok dapat malakukan praktikum dengan baik.
2. Lahan yang sudah diber herbisida harus disiram setiap hari agar tumbuh
gulma baru.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A. 1973. Atlas of 220 Weeds of Sugar-Cane Fields in Java. Indonesian
Sugar Experiment Station (BP3G) Pasuruan, Indonesia, 240 p.
Birowo, A.T., 1977. Economic Aspects in The Improvement of Weed Control
Methods. Proc. of The Workshop on Weed Control in Small Farms,
Jakarta, p. 1-8.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 1985. Pedoman Pengendalian Gulma Penting
pada Budidaya Perkebunan. Direktorat Perlindungan Tanaman
Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta, 93 p.
Eddowes, M. 1977. Weed Control in Small Area Crops in Europe. Proc. of The
Workshop on Weed Control in Small Farms, Jakarta, p. 15-24.
Fitler, A.H. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gajahmada
Press.
Kasasian, L. 1971. Weed Control in the Tropic. Leonard Hill. London : 307 p.
Moenandir, J.M. 1990. Fisiologi Herbisida (Ilmu -ilmu Gulma). Jakarta : Rajawali
Pers. 141 halaman .
Ridwan. 1996. Pengendalian Gulma pada Tiga Sistem Tanam Padi Sawah
Prosedin Konferensi HIGI XIII : 358-362
Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta :Rajawali
Press.
Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta :
Rajawali Press.
Nai-Kin Ho. 1995. Current Status of Rice Herbicide Use in the Tropic. The 51
APWSS Symposium, Tsukuba, Japan : p 77-86.
Tjitrosoedarmo, S. 1984. Pengeloaan Gulma di Perkebunan. Jakarta :Gramedia.
Triharso . 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta :Gajahmada
Press.
Yakup, Sukman Y. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
LAPORAN PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA
Nama : Gusti Alif P
NIM : A1C010102
Kelompok : F2
Asisten : Ahmad
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
2011
BIODATA
NAMA : Gusti Alif Prassojo
NIM : A1C010102
TTL : Denpasar, 25 April 1992
ALAMAT : Jl. Gatot Soebroto No. 7, Purwokerto
NO. HP : 087836355050
EMAIL : [email protected]