39
Sengketa Tata Usaha Negara Perspektif Praktisi Hukum

Praktik Tata Usaha Negara

Embed Size (px)

Citation preview

Sengketa Tata Sengketa Tata

Usaha NegaraPerspektif Praktisi Hukum

• Obyek sengketa TUN adalah KTUN

• Tipologi KTUN menurut Hukum Administrasi Negara (dan UU PTUN) terdapat 3 yaitu :

� Faktual (berupa tindakan)

� Tertulis

� Sikap Diam (pasal 3 UU 5/86).

Obyek Sengketa TUN

� Sikap Diam (pasal 3 UU 5/86).

� Pasal 1 (3) + Pasal 3 – pasal 2 (UU 5/1986)

� Pasal 1 (9) + Pasal 3 – pasal 2 (UU 5/1986, UU UU 9/2004, UU/51/2009)

Rumus KTUN

Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan TUN (pasal 2) :

a. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata;b. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang bersifat

umum;c. Keputusan TUN yang masih memerlukan persetujuan;d. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan KUHPdan

KUHAP atau peraturan perundang-undangan lain yg bersifat hukum pidana;

e. Keputusan TUN yg dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilanberdasarkan ketentuan peraturan perudangan-undangan yg berlaku;

Pengecualian Obyek TUN

undangan yg berlaku;f. Keputusan TUN mengenai tata usaha TNI;g. Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) baik di pusat

maupun didaerah mengenai hasil pemilihan umum;

a) bentuk penetapan itu harus tertulis;b) dikeluarkan oleh Badan atau Jabatan TUN;c) berisi tindakan hukum TUN;d) berdasarkan peraturan perundang-undangan yg

berlaku;e) bersifat konkret, individual dan final;

Unsur-Unsur KTUN

f) menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;

• Wewenang, dalam arti setiap tindakan pemerintah disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah

• Prosedur, dalam arti berkaitan dengan perlindungan hak-hak dasar yang bertumpu pada tiga landasan utama hukum administrasi yaitu : asas negara hukum, asas demokrasi (keterbukaan) dan asas instrumental (efisiensi dan efektivitas)

• Substansi, dalam arti kekuasaan pemerintahan dibatasi

Syarat syah Keputusan

• Substansi, dalam arti kekuasaan pemerintahan dibatasi secara substansial (menyangkut apa/ tindakan sewenang-wenang serta menyangkut untuk apa/ tindakan penyalahgunaan wewenang)

� Peraturan Perundang- undangan

� Asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik

[pasal 53 ayat (2) UU PTUN]

Alat Ukur

[pasal 53 ayat (2) UU PTUN]

• Atribusi adalah wewenang yang diberikan kepada atau ditetapkan untuk jabatan tertentu, wewenang yang melekat pada sebuah jabatan

• Delegasi adalah wewenang pelimpahan

• Mandat adalah penugasan bukan pelimpahan wewenang

Sumber wewenang

wewenang

� Delegasi harus diartikan sebagai pelimpahan wewenang sedangkan mandat merupakan penugasan

� Wewenang dibatasi oleh materi (substansi)

� Wewenang dibatasi oleh ruang (lokasi)

� Wewenang dibatasi oleh waktu (tempus)

Batas- batas Wewenang

Mandat Delegasi

Prosedur pelimpahan Dalam hubungan rutinatasan bawahan, hal biasa kecuali dilarang tegas

Dari suatu organ pemerintahan kepada organ lain dengan peraturan perundang-undangan

Tanggung jawab Tetap pada pemberi mandat

Tanggung jawab jabatan dan tanggung gugat beralih kepada delegataris

Aspek Pembeda

delegataris

Kemungkinan penggunaan wewenang

Setiap saat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu

Tidak dapat menggunakan wewenangitu lagi kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang pada asas contrarius actus

Tata Naskah Dinas a.n, u.b, a.p Tanpa a.n (langsung)

Persidangan

Tata Usaha NegaraTata Usaha Negara

Pasal 53 ayat 1 UU No. 9 Tahun 2004“Orang atau badan hukumperdatayang merasakepentingannyadirugikan oleh suatuKeputusanTata Usaha Negaradapat mengajukan gugatantertulis kepada pengadilan yang berwenang yangberisi tuntutan agar keputusan Tata Usaha Negarayangdisengketakanitu dinyatakan batalatautidaksah, denganatautanpadisertaituntutanganti rugi

Subyek TUN (Penggugat)

yangdisengketakanitu dinyatakan batalatautidaksah, denganatautanpadisertaituntutanganti rugiatau rehabilitasi”

Pasal 1 butir 12 UUNo. 51 Tahun 2009Badan atau pejabat TUNdi lain pihak sebagaiTergugat adalah badan atau Pejabat Tata UsahaNegara yang mengeluarkan keputusanberdasarkan wewenangyang ada padanya atauyang dilimpahkan kepadanya, yang digugat olehorangataubadanhukumperdata.

Subyek TUN (Tergugat)

orangataubadanhukumperdata.

• Apakah putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan sudah dapat dikategorikan sebagai obyek gugatan TUN, memenuhi kriteria Pasal 1 ayat 3 atau Pasal 3 UU PTUN;

• Putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan tersebut, termasuk putusan TUN yang dikecualikan atau tidak (Pasal 2 UU No.9 Thn 2004 dan Pasal 49 UU PTUN);

• Siapa yang berhak menjadi Penggugat dan jabatan pejabat mana sebagai Tergugat (Pasal 1 ayat 6 jo Pasal 1 ayat 2 UU PTUN);

• Dengan adanya putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan,terdapat unsur kepentingan dirugikan “point d’interet,point d’action” bagi Penggugat atau tidak (Pasal 53 ayat 1 UU No.9 Thn 2004);

Identifikasi Gugatan

(Pasal 53 ayat 1 UU No.9 Thn 2004);• Apakah putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan, dalam aturan dasarnya

terbuka untuk melakukan upaya administrasi atau tidak (Pasal 48 UU PTUN);• Putusan TUN yang menjadi dasar perselisihan masih dalam tenggang waktu

mengajukan gugatan atau tidak(Pasal 55 UU PTUN jo SEMA No.2 Thn l991);• Badan Peradilan TUN mana dapat diajukannya gugatan (Pasal 54 UU PTUN);

dan• Alasan-alasan (onrechtmatige overheidsdaad) yang dapat digunakan menjadi

dasar diajukannya gugatan.

• UU mensayaratkan bahwa gugatan diajukan secaratertulis, dalamhal penggugat buta huruf makapanitera akan menuliskan setelah secara lisandisebutkan oleh penggugat

• Pasal 56 ayat 1 mengatur bahwa gugatan harusmemuat:

• nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat atau kuasanya;

• nama jabatan dan tempat kedudukan tergugat;

Syarat Formal

Surat Gugatan

• nama jabatan dan tempat kedudukan tergugat;• dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh

pengadilan

• Format Surat gugatan menyangkut 3 hal yaitu• Persona Standi in Judicio• Posita• Petitum

Pasal 55 UUNo. 5 tahun 1986Gugatan dapat diajukan hanya dalamtenggang waktu sembilanpuluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannyaKeputusan Badan atau pejabat Tata usaha Negara.

SEMA No.2 Tahun 1991.Bagi pihak ketiga yang tidak dituju langsungkeputusanTUN

Tenggang Waktu Mengajukan Gugatan

Bagi pihak ketiga yang tidak dituju langsungkeputusanTUNtetapi yang merasa kepentingannya dirugikan, makatenggangwaktu 90 hari adalah dihitung secara kasuistis, sejak iamengetahui dan merasa dirugikan atas terbitnya keputusan TUNtersebut.

• Mengabulkan gugatan penggugat.

• Menyatakan batal keputusan TUN yang disengketakan yang dikeluarkan oleh nama intansi atau nama Badan/Pejabat TUN tanggal… Nomor….perihal….atau menyatakan tidak sah keputusan TUN yang disengketakan yang dikeluarkan oleh nama instansi atau nama Badan/Pejabat TUN, tanggal

Petitum

nama Badan/Pejabat TUN, tanggal ….nomor…perihal…).

• Dalam praktek banyak petitum yang sifatnya deklaratoir(Menyatakan batal atau tidak sah saja) , tidak diikuti amar selanjutnya berupa : condemnatoir (untuk mencabut Keputusan TUN)

Realitas empirik

Dismissal Prosedure (Pasal 62 UUNo.5 Tahun 1986)Rapat Permusyawaratan (Dismissal Prosedur)dilakukan sebelumpemeriksaan persidangan.Hal ini merupakan kekhususan pemeriksaan diPeradilan Tata Usaha Negara, yang dipimpin olehKetua Pengadilan atau hakimsenior lainnya yangditunjukolehKetua.

Dismissal Prosedure

ditunjukolehKetua.Tujuannya adalah untuk memutuskan apakahgugatan yang diajukan itu diterima atau tidakditerima.

• Pemeriksan dengan acara singkat di PTUN dapat dilakukan apabila terjadi perlawanan (verzet) atas penetapan yang diputuskan oleh ketua pengadilan dalam rapat permusyawaratan (sidang dismissal).

• jangka waktu perlawanan yaitu empat belas hari dalam melakukan perlawanan terhitung sejak penetapan dismissal itu di ucapkan.

• Pemeriksaan dengan acara singkat pun selain dapat mengatasi berbagai rintangan yang dapat menjadi penghalang dalam penyelesaian sengketa secara cepat, juga dapat mengatasi

Pemeriksaan Singkat

penyelesaian sengketa secara cepat, juga dapat mengatasi masuknya perkara-perkara yang sebenarnya tidak memenuhi syarat, dengan begitu pemeriksaan singkat pun tidak perlu memakan banyak waktu dan biaya

• Pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan.

• Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak dipenuhi oleh Penggugat sekalipun ia telah diberitahu dan diperingatkan.

• Gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak.

• Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan TUN yang digugat.

Alasan Dismissal

oleh Keputusan TUN yang digugat.• Gugatan diajukan sebelum waktunya, atau telah lewat

waktunya.

• Penggugat dapat mengajukan perlawanan atas penetapan dismissal dari Ketua.

• Pemeriksaan perlawanan dilakukan oleh Majelis Hakim dengan acara singkat.

• Apabila Perlawanan Penggugat dikabulkan, penetapan dismissal dinyatakan gugur demi hukum, & gugatan diperiksa dengan acara biasa.

Dismissal Prosedur dan

Perlawanan

diperiksa dengan acara biasa.

• Atas putusan perlawanan tidak ada upaya hukum.

Pemeriksaan Persiapan (vide Pasal 63 UUNo. 5tahun 1986)Sebelumpemeriksaan persiapan pokok sengketadimulai, Hakim wajib mengadakan pemeriksaanpersiapan untuk melengkapi gugatan yang kurangjelas.Hakimwajib :

1. Memberi nasihat kepada Penggugat untuk

Pemeriksaan Persiapan

1. Memberi nasihat kepada Penggugat untukmemperbaiki gugatan dan melengkapinya dengandata yang diperlukan dalamjangka waktu 30 hari.

2. Dapat meminta penjelasan kepada Badan atauPejabat TUNyang bersangkutan

• Pemeriksaan tertutup untuk Umum dalam ruang khusus.• Penggugat berhak memperoleh nasehat guna melengkapi

gugatannya.• Hakim dapat meminta penjelasan dan data-data yang

diperlukan kepada Tergugat.• Dalam jangka waktu 30 hari Penggugat tidak melengkapi

gugatannya, hakim dalam putusannya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (NO).

Agenda Pemeriksaan

Persiapan

gugatan Penggugat tidak dapat diterima (NO).• Terhadap putusan tersebut tidak ada upaya hukum.

• Hakim dapat meminta kepada Badan/Pejabat TUN yang bersangkutan untuk mengirimkan kepada Pengadilan Keputusan TUN yang sedang disengketakan itu.

• Dengan kata “sedapat mungkin” tersebut ditampung semua kemungkinan, termasuk apabila tidak ada keputusan yang dikeluarkan menurut ketentuan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986.

• Pasal 63 UU No. 5 Tahun 1986 dan Surat Edaran (SEMA No. 2 Tahun1991) serta Juklak MARI (Juklak MARI No.052/Td.TUN/III/1992 tanggal 24 Maret 1992), (Surat MARI No. 223/Td.TUN/ X/ 1993 tanggal 14-10-1993 tentang

Dalam Pemeriksaan

Persiapan

MARI No. 223/Td.TUN/ X/ 1993 tanggal 14-10-1993 tentang Juklak), (Surat MARI No. 224 /Td.TUN/X/1993 tanggal 14-10-1993 tentang Juklak).

� Persidangan dengan Acara Cepat

� Persidangan dengan Acara Biasa

Persidangan

Pasal 98 dan 99 UU No. 5 Tahun 1986Apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak yang harusdisimpulkan dari alasan-alasan pemohonnya, penggugat dalam gugatannya dapatmemohon kepada pengadilan supaya pemeriksaan sengketa dipercepat.

Yang dipercepat meliputi:- Pemeriksaannya- Pemutusannya

Terhadap permohonan Pengugat untuk diperiksa dengan menggunakan acara cepat,tindakan Pengadilan ialah:

1. Ketua Pengadilan dalam jangka waktu empat belas hari setelah diterimanyapermohonan tersebut, mengeluarkanpenetapan tentang dikabulkan atau tidak

ACARA CEPAT

permohonan tersebut, mengeluarkanpenetapan tentang dikabulkan atau tidakdikabulkannya permohonan tersebut.

2. Dalam hal permohonan tersebut dikabulkan, Ketua Pengadilan dalam jangka waktutujuh hari setelah dikeluarkannya penetapan tersebut, menentukan hari, tempat, danwaktu sidang tanpa melalui prosedur Pemeriksaan persiapan, (pasal 63)

3. Terhadap penetapan perihal dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan tersebuttidak dapat digunakan upaya hukum.

• Pemeriksaan dengan acara cepat ( hakim tunggal )

• Pemeriksaan dilaksanakan di ruang sidang yang terbuka untuk Umum.

• Tanpa dilakukan Pemeriksaan Persiapan.

• pihak ketiga tidak dapat masuk dalam proses persidangan

• resiko tentang fakta tidak sekuat dan meyakinkan seperti dalam acara biasa.

Acara Cepat

dalam acara biasa.

• Proses jawab-menjawab, penyampaian surat-surat bukti dan saksi-saksi, sampai putusan maksimal 30 hari.

1.Pembacaan gugatan2.Jawaban dari tergugat3.Replik dari Penggugat4.Duplik dari Tergugat5.Pembuktian6.Kesimpulan7.Putusan, diucapkan dalamsidang terbuka untuk umum8.UpayaHukum: Banding,Kasasi,PeninjauanKembali

Acara Biasa

8.UpayaHukum: Banding,Kasasi,PeninjauanKembali9.Pelaksanaan Putusan

Psl 68 -97 UUNo.5 Th 1986

Pasal 67 UU No.5 Tahun 1986.1. Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakan Keputusan Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara serta tindakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yangdigugat.(presumtio iusteae causa).

2. Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan Tata UsahaNegara itu ditunda selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan,sampai ada putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.

3. Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) :

a. dapatdikabulkanhanyaapabilaterdapatkeadaanyangsangat

Penundaan pelaksanaan Keputusan

Tata usaha Negara

a. dapatdikabulkanhanyaapabilaterdapatkeadaanyangsangat

mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat

dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itutetap

dilaksanakan.

b. Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam rangka

pembangunan mengharuskan dilaksanakannya keputusan tersebut.

• DalamPasal 97 ayat (7) UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9Tahun 2004 mengenai putusan yaitu Putusan pengadilandapat berupa :

Gugatan penggugat ditolak.

Gugatan penggugat dikabulkan.

Gugatan penggugat tidak diterima.

Gugatan penggugat gugur.

• Pasal97 ayat (8) dalamhal gugatandikabulkan,makadalam

Putusan

• Pasal97 ayat (8) dalamhal gugatandikabulkan,makadalamputusan pengadilan dapat ditetapkan kewajiban yang harusdilakukan oleh Badan atau Pejabat TUN.

• Dalam Pasal 97 ayat (9) UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 mengenai putusan yaitu :

• Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) dapat disertai pembebanan ganti rugi berupa :

Pencabutan keputusan TUN yang bersangkutan atau

Pencabutan keputusan TUN yang bersangkutan dan penerbitan keputusan TUN yang baru; atau

Putusan

Penerbitan keputusan TUN dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3.

• DalamPasal 97 ayat (10), (11) UUNo. 5 Tahun 1986 joUU No. 9 Tahun 2004 mengenai putusan yaitu :

• Kewajiban sebagaimana dimaksud dalamayat (9) dapatdisertai pembebanan ganti rugi.

• Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksuddalam ayat (8) menyangkut kepegawaian, makadisampingkewajibansebagaimanadimaksuddalam (9)

Putusan

disampingkewajibansebagaimanadimaksuddalam (9)dan ayat (10) dapat disertai pemberian rehabilitasi.

• Dalam praktek masih adanya putusan yang sifatnya deklaratoir (Menyatakan batal atau tidak sah saja) , tidak diikuti amar selanjutnya berupa :

• Mewajibkan atau Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Keputusan TUN yang disengketakan.

Realitas Empirik

mencabut Keputusan TUN yang disengketakan.

• Ex tunc : secara harfiah diartikan sejak waktu (dulu itu). ex post facto law yaitu berlaku surut, atau berlaku kemudian. perbuatan dan akibatnya dianggap tidak pernah ada.

• Dasar pengujian “ex tunc”, berarti peradilan menilai suatu perbuatan pemerintah dengan memperhitungkan semua fakta perbuatan itu dilakukan, jadi atas suatu surat keputusan, fakta dan keadaan yang dinilai adalah fakta dan keadaan pada saat dikeluarkannya surat keputusan itu, perubahan fakta dan keadaan tidaklah masuk perhitungan dan penilaian peradilan,

• Pengujian “ex tunc” digunakan untuk pengujian keabsahan

Sifat Putusan Ex Tunc

• Pengujian “ex tunc” digunakan untuk pengujian keabsahan • pengujian “ex tunc” demi kepastian suatu perbuatan yang

dibuat pada waktu lampau.

• Ex Nunc : secara harfiah diartikan sejak saat sekarang. perbuatan dan akibatnya dianggap ada sampai saat pembatalannya. mulai sekarang, berlaku untuk hari depan, berlaku sejak hari ditetapkan (tidak berlaku surut).

• pengujian “ex nunc”, perubahan fakta dan keadaan termasuk dalam penilaian suatu perbuatan.

• pengujian “ex nunc” digunakan untuk pengujian ketepatgunaan, namun hendaknya dilihat secara relatif dan dikaitkan dengan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara yang dicanangkan, yaitu tidak hanya fungsi peradilan administrasi,

Sifat Putusan Ex Nunc

dikaitkan dengan fungsi Peradilan Tata Usaha Negara yang dicanangkan, yaitu tidak hanya fungsi peradilan administrasi,

• pengujian “ex nunc” perlu juga mendapat tempat dalam fungsi penasehatan, fungsi peradilan administrasi negara diterapkan

� Batal demi hukum (van rechtswege)

� Batal (nietig)

� Dapat dibatalkan (vernietigbaar)

Konsekuensi Hukum

Putusan

Uraian Batal BDH DDB

Sejak kapan batal Ex tunc Ex tunc Ex Nunc

Tindakan pembatalan

Tidak harus dengan putusan atau keputusan

Tanpa perlu ada putusan atau keputusan

Mutlak harus ada putusan atau keputusan

Sifat putusan atau keputusan

Sifat putusan atau keputusan

Konstatering atau deklaratur

Konstitutif

Perbedaan

deklaratur

Dalam Hukum Acara TUN dikenal istilah eksekusi Otomatis (videpasal 116 UU no. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9/2004 jo UU No.51/2009) dan eksekusi paksa melalui upaya paksa.Berdasarkan UU dikenal beberapa jenis upaya paksa yang dapatditerapkan apabila pejabat TUN tidak mentaati dan melaksanakansecara sukarela putusan pengadilan yang telah berkekuatanhukumtetap, yaitu:� Sanksi Administrasi, dan /atau;� Pembayaranuangpaksa(dwangsom)

EKSEKUSI

� Pembayaranuangpaksa(dwangsom)� Adanya sanksi pengumuman (publikasi) dalam media massa

cetak.� Perintah Pengadilan� Peran Presiden dalam konteks fungsi pengawasan