Upload
fajar-tri-purnama
View
77
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pra planning p3k
PRE PLANING
PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)
DI MTS NU MA’ARIF DESA LINGGASARI KABUPATEN BANYUMAS
Oleh:
M GHOFUR FAIZAL
SIGIT SUTRISNO
ARIF EKO YUNIAWAN
DANANG REZKHA NOVANDHORI
SASONGKO DWI PRIO OKTORA
FAJAR TRI PURNAMA
TISKAWATI SUTISNA
TRIANA INDRAJATI
NURMALA SARI
NOVITA SEKARSARI PUTRI
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDIKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2014
PRE PLANING
PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)
DI MTS NU MA’ARIF DESA LINGGASARI KABUPATEN BANYUMAS
A. Latar Belakang Kegiatan
Kecelakaan merupakan suatu peristiwa yang tidak direncanakan yang
dapat mengakibatkan seseorang kehilangan waktu, kerugian harta benda,
cedera, cacat, atau kematian. Kecelakaan dapat terjadi di mana saja seperti di
rumah, dalam perjalanan, di tempat kerja maupun di sekolah. Jenis
kecelakaan yang menimpa seseorang pun bisa bermacam-macam mulai dari
kecelakaan ringan sampai dengan kecelakaan berat yang dapat berakibat fatal.
Sekolah sebagai institusi yang telah dipercaya oleh orang tua tentunya
mempunyai tangguang jawab dalam menjaga peserta didiknya. Akan tetapi
realita yang ada sering kali terdapat banyak kecelakaan di area sekolah
seperti terjatuh, tersandung, tertabrak, cedera saat berolahraga, pingsan,
terkena cairan kimia saat sedang praktikum dan lain sebagainya. Melihat
banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi di lingkungan sekolah, maka
penting bagi siswa untuk diberikan pendidikan tentang Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K).
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) merupakan suatu upaya yang
digunakan untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat
kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum
korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari.
Pendidikan P3K mengajarkan kepada siswa teknik yang tepat bagaimana
dalam memberikan pertolongan pertama kepada korban kecelakaan yang
dilihatnya, bagaimana dia harus bersikap, bagaimana dia memanfaatkan
benda-benda di sekitarnya untuk dijadikan sebagai alat pertolongan. Dengan
memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik P3K maka siswa diharapkan
dapat memberikan pertolongan pertama jika ada kejadian kecelakaan
disekitarnya. Pendidikan P3K ini dapat diaplikasikan pada kegiatan
ekstrakurikuler sekolah seperti PMR maupun kegiatan pramuka.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan penatalaksanaan P3K ini diharapkan
para siswa dapat mengaplikasikan prinsip P3K di lingkungan sekolah
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pelatihan penatalaksanaan P3K diharapkan para
siswa :
a. Mampu menyebutkan pengertian Evakuasi dan Balut Bidai.
b. Memahami tujuan dan manfaat dilakukannya Evakuasi dan Balut
Bidai.
c. Memahami kontaindikasi melakukan Evakuasi dan Balut Bidai.
d. Mampu mendemonstrasikan Balut Bidai secara benar.
C. Proyek Inovasi Integratif
1. Nama dan Bentuk Program
Pelatihan Penatalaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
di MTS NU MA’Arif.
2. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Demonstrasi
3. Media
a. LCD
b. Layar
c. Laptop
d. Leaflet/modul
e. Probandus.
f. Mitela
4. Waktu dan Tempat
Waktu :
Tempat :
5. Pengorganisasian
a. Koordinator :
b. Notulen :
c. Pembawa Acara :
d. Penyaji :
e. Perkap & Dekdok:
f. Observer :
D. Setting Tempat
Keterangan:
= peserta = pembawa acara
= fasilitator =observer
= penyaji
= LCD
E. Kriteria Evaluasi
P
P
P
P P P
P
P
P
P
P
1. Kriteria Struktur
a. Narasumber : Kelompok Remaja Bakung Desa Linggasari
b. Audience : Siswa MTS NU MA’ARIF
2. Kriteria Proses
Penyaji menyampaikan materi mengenai Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K) pada para siswa kemudian dilanjutkan dengan proses
diskusi antara penyaji dengan peserta sehingga didapatkan pemahaman
yang searah antara penyaji dan peserta. Kegiatan dilanjutkan dengan
simulasi/demontrasi untuk masing-masing pananganan kasus dengan
menggunakan alat peraga kemudian peserta dipersilahkan untuk
redemonstrasi sesuai kasus yang diperoleh.
3. Kriteria Hasil
a. Kehadiran peserta 100%
b. Peserta mampu memahami prinsip dasar P3K
c. Peserta dapat mendemonstrasikan prinsip P3K sesuai kasus dengan
benar sebesar 80%.
F. Susunan Acara
Terlampir
G. Materi
Terlampir
Lampiran 1
Susunan Acara Kegiatan Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(P3K) di MTS NU MA’Arif
No. Waktu Peran Penyuluh Peran Klien
1 15 Menit Pembukaan:
1. Memberi salam dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan TIU dan TIK
3. Melakukan kontrak waktu
4. Menyebutkan materi P3K
yang akan diberikan
1. Menjawab salam
dan mendengarkan
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan dan
memperhatikan
4. Mendengarkan
2 6 0 Menit Penyajian :
1. Menyampaikan materi
evakuasi
2. Menyampaikan materi balut
bidai
3. Demonstrasi
1. Mendengarkan dan
menjawab
2. Memperhatikan
3 30 Menit Evaluasi :
1. Memberi kesempatan peserta
untuk bertanya
2. Menjawab pertanyaan dari
peserta
3. Redemonstrasi dari peserta
4. Memberikan kesimpulan dan
bertanya secara lisan sesuai
dengan TIK.
1. Memberi pertanyaan
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menjawab
pertanyaan
4 15 Menit Penutup :
1. Kontrak pertemuan
selanjutnya
2. Salam penutup
1. Membuat kontrak
waktu
2. Menjawab salam
Lampiran 2
LAMPIRAN MATERI
A. EVAKUASI DARURAT
1. Definisi
Evakuasi adalah perpindahan atau pemindahan dari ancaman atau
kejadian yang berbahaya.
2. Prinsip evakuasi
1. Jangan dilakukan jika tidak perlu
2. Melakukan sesuai dengan cara yang benar
3. Kondisi Fisik Penolong harus baik dan terlatih
4. Bila tidak ada bahaya berikan pertolongan dulu baru pindahkan
penderita. Bila situasi dan kondisi dilapangan relative tidak aman
mungkin harus dilakukan pemindahan penderita terlebih dahulu.
3. Alasan evakuasi
Alasan pemindahan atau evakuasi ada 2 macam, yaitu :
a. Pemindahan darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap
korban
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
1.) Kebakaran atau bahaya kebakaran
2.) Ledakan atau bahaya ledakan
3.) Bahaya di lingkungan, seperti :
a.) Bangunan yang tidak stabil
b.) Mobil terbalik
c.) Kerumunan masa yang resah
d.) Material berbahaya
e.) Tumpahan minyak
f.) Cuaca ekstrim
Beberapa macam pemindahan darurat
a.) Tarikan baju
b.) Tarikan selimut atau kain
c.) Tarikan bahu/lengan
d.) Menggendong
e.) Memapah
f.) Membopong
g.) Angkatan pemadam
b. Pemindahan tidak darurat
Pemindahan biasa atau pemindahan tidak darurat dilakukan jika
keadaan tidak membahayakan penderita maupun penolong.
Contoh :
1.) Gangguan pernafasan
2.) Nyeri perut
3.) Pingsan
4. Teknik evakuasi
a. Teknik angkat langsung dengan tiga penolong:
1.) Ketiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita , jika
memungkinkan beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera.
2.) Penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan
bahu, lengan yang satu disisipkan dibawah punggung
penderita.
3.) Penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan
bokong penderita.
4.) Penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan
dibawah lutut penderita.
5.) Penderita siap diangkat dengan satu perintah.
6.) Angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara
bersamaan.
7.) Sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh
penolong yang lain.
8.) Letakkan kembali penderita diatas tandu dengan satu perintah
yang tepat.
9.) Jika akan berjalan tampa memakai tandu, dari langkah no 6
10.) Teruskan dengan memiringkan penderita ke dada penolong.
11.) Berdiri secara bersamaan dengan satu perintah.40
b. Teknik mengangkat tandu:
1.) Penolong dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat
tandu
2.) Tempatkan kaki pada jarak yang tepat.
3.) Punggung harus tetap lurus.
4.) Kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap
menghadap kedepan dalam posisi netral.
5.) Genggamlah pegangan tandu dengan baik.
6.) Pada saat mengangkat punggung harus tetap terkunci sebagai
poros dan kekuatan konstraksi otot seluruhnya pada otot
tungkai.
7.) Saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas pada urutan
selanjutnya.
c. Teknik angkat anggota gerak
Biasanya diperlukan dua penolong untuk melakukan teknik ini :
1.) Penolong pertama berada diposisi kepala penderita.
2.) Lakukan pengangkatan pada lengan penderita.
3.) Penolong yang lain berdiri diantara dua tungkai penderita,
menyelipkan tangan dan mengangkat ke dua lutut penderita.
4.) Dengan satu aba- aba kedua penolong dapat memindahkan
penderita dilokasi yang diinginkan.
5. Hal yang perlu diperhatikan
a. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan
penderita.
b. Jangan memindahkan dan mengangkat penderita jika tidak mampu.
c. Gunakan otot tungkai, panggul serta otot perut. Hindari
mengangkat dengan otot punggung dan membungkuk.
d. Jaga keseimbangan.
e. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat
memindahkan dan mengangkat penderita.
f. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
BALUT BIDAI
A. PENGERTIAN
Balutan adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian
tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki. Bidai
atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian
tulang/ organ yang patah tidak bergerak (imobilisasi) sehingga
memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
.
B. TUJUAN
1. Pembalutan
a. Menahan sesuatu sebagai penutup luka, pita tali kulit, bidai dan
bagian tubuh yang cedera.
b. Memberi tekanan
c. Melindungi bagian tubuh yang cedera
d. Memberikan penyongkong terhadap bagian tubuh yang cedera
e. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya.
f. Mencegah terjadi pembengkakan.
g. Mencegah terjadinya kontaminasi
2. Pembidaian
a. Imobilisasi (
b. Mengurangi nyeri
c. Mencegah kerusakan jaringan lunak, pembuluh darah & syaraf di
sekitarnya
C. MACAM BALUT BIDAI
1. Pembalutan
a. Plester biasanya dipergunakan untuk menutup luka yang telah diberi
antiseptik. Juga dapat dipakai merekatkan penutup luka dan fiksasi
pada sendi yang terkilir.
b. Pembalut pita/gulung dapat dibuat dari kain katun, kain kasa,
flannel ataupun bahan elastik. Di pasaran, yang banyka dijual
sebagai pembalut pita adalah yang terbuat dari kain kasa. Ada
beberapa ukuran pembalut pita/gulung:
- Pembalut pita ukuran 2,5 cm untuk jari-jari
- Pembalut pita ukuran 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan
- Pembalut pita ukuran 7,5 cm untuk kepala, lengan atas, lengan
bawah, betis dan kaki.
- Pembalut pita ukuran 10 cm untuk paha dan sendi panggul
- Pembalut pita ukuran >10 - 15 cm untuk dada, punggung dan
perut
c. Mitela merupakan kain segitiga sama kaki dengan panjang kaki 90
cm, terbuat dari kain mori. Pada penggunaannya seringkali dilipat-
lipat sehingga menyerupai dasi. Dalam hal ini mitela dapat diganti
dengan pembalut pita.
d. Funda adalah kain segitiga samakaki yagn sisi kiri dan kanannya dibelah 6 – 10 cm tingginya dari alas, sepanjang kurang lebih 1/3 dari panjang alas dan sudut puncaknya dilipat ke dalam.
e. Platenga merupakan pembalut segitiga yang dibelah dari puncak
sampai setengah tingginya. Pembalut ini biasa digunakan pada
pembalutan payudara/mammae untuk membalut perut atau panggul.
2. Pembidaian
a. Bidai Kaku (Rigid Splint) : Dapat dibuat dari bahan apapun (kayu,
logam, fiber glass)
b. Bidai Lunak (Soft Splint) : Air splints (PASG), bantal
c. Bidai Traksi (Traction Splint) : Untuk fraktur ekstremitas bawah
D. BEBERAPA TEKNIK PENGGUNAAN BALUT BIDAI
1. Pembalutan Dengan Pita (Gulung)
Pembalut pita dapat digunakan sebagai pengganti pembalut yang
berbentuk segitiga. Secara umum cara membalut dengan pita dapat
mengikuti langkah-langkah berikut:
- Berdasar pada besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka
dipilih pembalut pita dengan ukuran Iebar yang sesuai.
- Pembalutan biasanya dibuat bebrapa lapis, dimulai dari salah satu
ujung yang dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke distal
untuk menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut,
kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah
bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan
yang satu dengan bebatan berikutnya.
- Kemudian ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung
yang lain secukupnya.
a. Balutan sirkuler (spiral bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk silinder.
Caranya:
Pembalut mula-mula dikaitkan dengan 2-3 putaran, lalu pada saat
membalut tepi atas balutan harus menutupi tepi bawah balutan
sebelumnya, demikian seterusnya.
b. Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk kerucut.
Caranya:
Setelah pembalut dikaitkan dengan 2-3 putaran, maka
pembalut diarahkan ke atas dengan menyudut 45°, lalu di tengah
pembalut tadi dilipat mengarah ke bawah dengan sudut 45° juga,
demikian seterusnya.
c. Balutan angka delapan (figure of eight)
Teknik balutan yang dapat digunakan pada hampir semua
bagian tubuh, terutama pada daerah persendian. Pada kasus terkilir,
ligamentum yang sering robek ialah yang terletak di lateral, karena
itu kaki diletakkan dalam posisi eversi/rotasi eksterna untuk
mengistirahatkan dan mendekatkan kedua ujung ligamentum
tersebut baru kemudian dibalut.
Caranya:
Pembalut mula-mula dililitkan di pergelangan beberapa kali,
lalu diteruskan ke punggung kaki (dalam hal membalut
pergelangan kaki), melingkari telapak kaki, naik lagi ke
punggung dan pergelangan kaki, demikian seterusnya
sehingga membentuk angka delapan.
Untuk menghindari menghindari teregangnya balutan ini,
dipergunakan plester selebar 2-3 cm. Plester tersebut
dilekatkan dari sisi medial pergelangan melingkari telapak
kaki ke sisi lateral, lalu dari sisi medial punggung kaki
melingkari rtumit ke sisi lateral, demikian seterusnya dengan
diselang-seling. Plester harus cukup panjang hingga
mencapai kulit yang tak terbalut. Balutan ini harus diganti
setiap 4-6 hari.
d. Balutan rekurens (recurrent bandage)
Balutan ini dapat dilakukan pada kepala atau ujung jari, misalnya
pada luka di puncak kepala.
Caranya:
Pembalut dilingkarkan di kepala tepat di atas telinga 2-3
kali. Setelah pembalut mencapai pertengahan dahi, dengan
dipegang oleh seorang pembantu pembalut ditarik ke oksiput dan
disini dipegang oleh pembantu, lalu pembalut kembali ditarik ke
dahi. Setelah seluruh kepala tertutup, ujung-ujung bebas di dahi
dan di oksiput ditutup dengan balutan sirkuler lagi. Lalu diperkuat
dengan plester selebar 2-3 cm mengelilingi dahi sampai oksipital.
2. Pembalutan Dengan mitela
Dalam kasus pertolongan pertama, pembalut segitiga sangat
banyak gunanya, sehingga dalam perlengkapan medis pertolongan
pertama pembalut jenis ini sebaiknya disediakan lebih dari satu macam.
Mitella dipergunakan untuk membalut bagian tubuh yang
berbentuk bulat. Dapat pula untuk menggantung lengan yang cedera.
Selain itu dapat dilipat sejajar dg alasnya, menjadi pembalut bentuk dasi
(cravat), dalam hal ini mitella dapat diganti dengan pembalut pita.
Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti langkah-
langkah berikut:
Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali.
Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang
akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu
diikatkan.
Salah satu ujung lainnya yang bebas ditarik dan dapat diikatkan
pada ikatan (b) diatas, atau diikatkan pada tempat lain atau dapat
dibiarkan bebas, hal ini tergantung tempat dan kepentingannya.
a. Membalut dada
Puncak kain segitiga diletakkan di salah satu bahu penderita,
sedang sisi alasnya dirapatkan di perut dan kedua sudut alasnya ditarik
ke punggung kemudian disimpulkan. Puncak kain tadi dari atas bahu
ditarik ke punggung dan disimpulkan dengan salah satu sudut alas.
b. Membalut sendi siku atau sendi lutut
Sendi siku (atau sendi lutut) dibalut pada posisi dengan nyeri
yang minimum. Sebuah k ain segitiga berbentuk dasi selebar 20 cm,
bagian tengahnya diletakkan pada lekuk siku (atau lekuk lutut) dan
ujung-ujungnya dililitkan mengelilingi sendi – ujung atas mengelilingi
lengan atas (atau tungkai atas) dari proksimal ke lekuk sendi, sedang
ujung bawah mengelilingi lengan bawah (atau tungkai bawah) dari
distal ke lekuk sendi. Lalu kedua ujug itu disimpukan di sisi lateral
sendi.
c. Menggendong lengan
1. Pilihlah jenis dan ukuran pembalut mitella yang sesuai dengan
keadaan luka dan postur pasien
2. Letakkan kain segitiga di depan dada dan di bawah lipatan ketiak,
dengan puncak alas kain mengarah ke sisi lengan yang cedera dan
salah satu sudut alas kain ujungnya mencapai belakang leher dari
sisi yang berlawanan dengan lengan yang cedera
3. Dalam posisi badan tegak, lekukkan siku dan letakkan lengan
bawah yang patah di atas kain dalam posisi datar
4. Untuk mengurangi perdarahan atau pembengkakan, letakkan jari
tangan lebih tinggi daripada siku
5. Lipatlah ke atas sudut alas lain dengan ujung mencapai belakang
leher dari arah sisi yang cedera sehingga membungkus lengan
bawah seperti menggendong
6. Simpul kedua ujung alas kain di belakang leher, dengan posisi
tidak boleh terletak di tengah untuk menghindari simpul menekan
kulit ke tulang belakang, dan juga tidak boleh diletakkan diatas
pleksus brakialis
7. Tarik puncak kain di lateral siku ke arah ventral dan lekatkan
dengan peniti.
d. Membalut pergelangan tangan
Sebuah kain segitiga berbentuk dasi bagian tengahnya diletakkan
di telapak tangan; ujung-ujungnya disilang di punggung tangan, lalu
mengitari pergelangan tangan dan disimpulkan disitu.
e. Membalut tumit dan dan pergelangan kaki
Kain segitiga dilipat-lipat dari sisi alas sampai 2/3 tinggi kain, lalu
letakkan alas (yang telah dilipat tadi) di pangkal tumit. Kedua ujungnya
dililitkan di pergelangan kaki membentuk angka delapan; setelah
diulang secukupnya, lalu disimpulkan di sisi dorsal pergelangan kaki.
3. Teknik Bidai
Pada setiap kecelakaan dengan benturan yang keras,
kemungkinan patah tulang harus dipikirkan. Bahkan bila ragu-ragu,
korban tetap harus diperlakukan sebagai penderita patah tulang. Salah
satu cara yag dilakukan untuk menangani patah tulang adalah dengan
teknik bidai.
a. Bidai pada Kasus Patah Tu;ang Lengan Atas
Tulang lengan atas hanya ada sebuah dan berbentuk tulang
panjang. Tanda-tanda patah pada tulang panjang baik lengan maupun
tungkai antara lain: nyeri tekan pada tempat yang patah dan terdapat
nyeri sumbu. Nyeri sumbu adalah rasa nyeri yang timbul apabila
tulang itu ditekan dari ujung ke ujung.
Tindakan pertolongan
Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan balutan
untuk mengikatnya. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan
bawah merapat ke dada, lengan digantungkan ke leher.
Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku
tidak dapat dilipat. Dalam hal ini dipasang juga bidai yang
meliputi lengan bawah, dan biarkan lengan dalam keadaan lurus
tanpa perlu digantungkan ke leher
b. Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Bawah
Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu di sisi
yang searah dengan ibu jari dan yang satu lagi di sisi yang searah
dengan jari kelingking. Apabila salah satu ada yang patah maka yang
yang lain dapat bertindak sebagai bidai, sehingga tulang yang patah
itu tidak beranjak dari tempatnya. Meski demikian tanda-tanda patah
tulang panjang tetap ada.
Tindakan pertolongan:
Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini
dapat dibuat dari dua bilah papan, dengan sebilah papan di sisi
luar dan sebilah lagi di sisi dalam lengan. Dapat pula
dipergunakan bidai dengan setumpuk kertas koran
membungkus lengan.
Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi
rasa sakit.
Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut
Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit
lengan sehingga pasien merasa lengannya menjadi lebih sakit.
Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan memakai
mitella.
c. Bidai pada Kasus Patah Tulang Paha
Seperti pada tulang lengan atas maka paha hanya memiliki
sebatang tulang panjang, sehingga tanda-tanda patah tulang paha
tidak jauh berbeda dengan pada lengan atas.
Tindakan pertolongan:
Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.
Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka
bidai sisi luar harus dipasang sampai pinggang.
Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka
bidai cukup sampai panggul.
Bidai sudah harus dipasang sebelum dipindahkan ke tempat lain.
d. Bidai pada Kasus Patah Tulang Betis
Seperti pada lengan bawah, betis memiliki dua buah tulang
panjang, yakni tulang kering dan tulang betis. Karena letaknya tidak
begitu terlindungi maka tulang kering lebih mudah patah. Apabila
hanya salah satu yang patah maka tulang yang lain dapat berfungsi
bidai. Karena itu meskipun sepintas tampak utuh, kemungkinan
patah tetap harus dipikirkan.
Tanda-tanda patah tulang betis adalah nyeri tekan di tempat
yang patah, nyeri sumbu, dan rasa sakit bila kaki digerakkan. Nyeri
tekan disini dapat pula diperiksa dengan menekan betis dari arah
depan dan belakang sekaligus.
Tindakan pertolongan:
1. Dengan dua bidai, betis dibidai dari mata kaki sampai beberapa
jari di atas lutut. Papan bidai dibungkus dengan kain atau selimut
untuk tempat menempatkan betis. Di bawah lutut dan mata kaki
diberi bantalan.
2. Selama menunggu pengangkutan kaki diletakkan lebih tinggi dari
bagian tubuh lainnya, untuk menghambat pembengkakan dan
mengurangi rasa sakit.
3. Apabila tulang yang patah terdapat di atas pergelangan kaki,
pembidaian berlapis bantal dipasang dari lutut hingga menutupi
telapak kaki.
E. INDIKASI
1. Fraktur (Patah Tulang)
a. Fraktur terbuka yaitu tulang yang patah mencuat keluar melalui luka
yang terdapat pada kulit.
b. Fraktur tertutup yaitu tulang yang patah tidak sampai keluar melalui
luka yang terdapat di kulit.
2. Terkilir
Terkilir merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama di lapangan olah
raga. Terkilir disebabkan adanya hentakan yang keras terhadap sebuah
sendi, tetapi dengan arah yang salah. Akibatnya, jaringan pengikat antara
tulang (ligamen) robek. Robekan ini diikuti oleh perdarahan di bawah
kulit. Darah yang berkumpul di bawah kulit itulah yang menyebabkan
terjadinya pembengkakan.
Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada sendi yang
mengalami terkilir :
a. Terjadi peregangan dan memar pada otot atau ligamen, jenis ini
digolongkan terkilir ringan.
b. Robekan pada ligamen, ditandai dengan rasa nyeri, bengkak dan
memar biasanya lebih berat dari pada jenis tang pertama. Jenis ini
digolongkan terkilir sedang.
c. Ligamen sudah putus total sehingga sendi tidak lagi stabil. Biasanya
terjadi perdarahan sekitar robekan, yang tampak sebagai memaryang
hebat.
3. Luka terbuka
4. Penekanan untuk menghentikan pendarahan
F. PRINSIP PEMBERIAN BALUT BIDAI
1. Prinsip pembalutan
a. Rapat dan rapi
b. Jangan terlalu longgar
c. Ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui funsi sirkulasi
d. Bila ada keluhan terlalu erat longgarkan
2. Prinsip pembidaian
a. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami
cedera.
b. Lakukan pembidaian pada dugaan terjadinya patah tulang.
c. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
d. Untuk pemasangan spalk pada saat pemasangan infuse pada bayi dan
anak-anak yang hiperaktivitas
REFERENSI
Ely, A dkk.1996. Penuntun Praktikum Keterampilan Kritis III Untuk Mahasiswa
D-3 Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Mancini, Mary E. 1994. Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta : EKG.
Mohamad, Kartono. 1991. Pertolongan Pertama. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Purwadianto, Agus. 2000. Kedaruratan medik. Jakarta : Binarupa Aksara.
Schaffer, dkk. 2000. Pencegahan Infeksi & Praktek Yang Aman. Jakarta : EGC.
Zydlo, Stanley M. 2009. First Aid Cara Benar Pertolongan Pertama dan
Penanganan Darurat. Yogyakarta : Casmic Book