PRESENTASI KASUS ANESTESI ULFAH.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PRESENTASI KASUS GENERAL ANESTESI PADA LAPAROSCOPY APPENDICTOMY

Diajukan Kepada :dr. Budi Aviantoro, Sp. An (K)

Disusun Oleh :ULFAH WULANDARI(20100310025)

BAGIAN ILMU ANESTESIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR MAGELANGFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITASNama: Ny. Tri SusianiUmur : 49 tahunPendidikan Terakhir: SMPPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAgama: IslamAlamat: Jalan Barito I Kedungsari, MagelangTanggal masuk: 10 Agustus 2015 Diagnosis: Appendicitis akut

B. ANAMNESISDilakukan autoanamnesis pada tanggal 11 Agustus 2014.Keluhan Utama : Nyeri Perut kanan bawahRiwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang dengan mengelukan nyeri pada perut kanan bawah yang dirasakan terus-menerus sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Nyeri hilang timbul, menjalar sampai daerah pusar dan sampai pinggang. 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengaku demam disertai mual. Diare, sembelit disangkal. Pasien pernah berobat tetapi tidak kujung membaik dan nyerinya semakin mengganggu aktifitas.Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi:disangkalRiwayat DM :disangkalRiwayat asma :disangkalRiwayat jantung :disangkalRiwayat Alergi:disangkalRiwayat Trauma:disangkalRiwayat Penyakit KeluargaTidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal serupa.

C. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum: BaikKesadaran: Compos MentisVital Sign: T : 130/80 mmHg N : 96x/menit S : 37,5 0C R : 22x/menitKepala : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterikLeher: Limfonodi Tidak TerabaThorax: S1 S2 Reguler, BJ (-), Ictus Cordis dbn, SDV +/+, STP -/-Abdomen: Perut datar, Bising Usus dbn, Nyeri Tekana (+) pada bagian kanan bawah.Ektremitas: Akral hangat +/+, edema tungkai -/-, deformitas -/-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Thorax Foto: Cor dan Pulmo dalam batas normal2. EKG: Dalam batas normal3. LaboratorimJenis Pemeriksaan HasilSatuanNilai Rujukan

HEMATOLOGI

Hemoglobin14.4g/dL12.0 16.0

JUMLAH SEL DARAH Leukosit Eritrosit Hematokrit Angka Trombosit.12.65.243.5366.0.103/uL106/uL%103/uL.3.98 10.044.20 5.4037.0 47.0150 450

DIFF COUNT PERSENTASE Netrofil Segmen Limfosit Monosit Eosinofil Basofil.75.018.06.01.00.0.%%%%%.50 7025 402 82 40 1

DIAMETER SEL / SIZE RDW CV RDW SD P LCR .13.440.915.0.%fL%.11.7 14.436.4 46.39.3 27.9

CALCULATED MCV MCH MCHC. 84.637.732.8.fLpgg/dL.79.0 99.027.0 31.033.0 37.0

SERO IMUNOLOGI

HBsAgNegatifNegatif

KIMIA KLINIK

Gula Darah Sewaktu113mg/dl70-140

FUNGSI GINJAL

Ureum13.8mg/dl16.6-48.5

Creatinin0.52mg/dl0.51-0.95

FUNGSI HATI

SGOT14.1U/L< 32

SGPT15.3U/L< 33

COAGULASI

Masa Pembekuan/ CT530Menit1.00-10.000

Masa Perdarahan/ BT210Menit

E. DIAGNOSIS KERJABerdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maka:Diagnosis preoperatif : Appendicitis akut dengan status fisik ASA ITindakan operatif: Laparoscopy AppendictomyTindakan anestesi: Rencana General Anestesi

F. TINDAKAN ANASTESI1. Persiapan Operasi Lengkapi Informed Consent Anestesi Puasa 8 jam sebelum operasi. Memakai baju khusus kamar bedah.2. Premedikasi: -3. Diagnosis Pra Bedah: Appendicitis Akut4. Diagnosis Pasca Bedah: Post Laparoscopy Appendictomy a/i appedicitis akut5. Jenis Anestesi: General Anestesi6. Teknik: Semi Closed, Respirasi Kontrol, dengan ET no.7.7. Induksi: Propofol 120mg IV, Tramus 30mg8. Pemerliharaan: O2 3L/menit, N2O 3L/menit, Sevoflurance, Isoflurance.9. Obat Sisipan: Ketese 2.5% 50mg IV, Piralen 10mg IV.10. Jenis Cairan: RL11. Intruksi Pasca Bedah Posisi: Head Up Infus RL: Ringer Laktat Antibiotik: Sesuai Operator Analgetik: inj. Ketorolac 30mg/8jam Anti muntah: inj. Ondansentron 4mg/8jam Lain-lain: Awasi Vital sign dan KU Jika sadar penuh, peristaltik (+), mual (-), muntah (-), coba mulai minum dan makan perlahan.Bed Rest 24 jam post op.12. Lama Operasi: 40 menit13. Maintenence anastesi:B1 (Breathing): Suara nafas vesikuler, nafas terkontrolB2 (Bleeding): Perdarahan -/+ 75ccB3 (Brain): Pupil IsokorB4 (Bladder): Terpasang kateterB5 (Bowel): BU (-)B6 (Bone): Intak14. Monitoring pasca operasiSkor Locharte/AlderteJam ke-1(per 15 menit)

Aktivitas12

Respirasi22

Sirkulasi22

Kesadaran12

Warna Kulit22

Skor Total910

PEMBAHASANGENERAL ANESTESI PADA LAPAROSCOPY APPENDICTOMY

I. DEFINISIAnestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada syaraf. Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat (SSP) secara reversible. Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran (unconsciousness).II. MEKANISME KERJAMekanisme kerja anestesi umum pada tingkat seluler belum diketahui secara pasti, tetapi dapat dihipotetiskan mempengaruhi sistem otak karena hilangnya kesadaran, mempengaruhi batang otak karena hilangnya kemampuan bergerak, dan mempengaruhi kortek serebral karena terjadi perubahan listrik pada otak. Anestesi umum akan melewati beberapa tahapan dan tahapan tersebut tergantung pada dosis yang digunakan. Tahapan teranestesi umum secara ideal dimulai dari keadaan terjaga atau sadar kemudian terjadi kelemahan dan mengantuk (sedasi), hilangnya respon nyeri (analgesia), tidak bergerak dan relaksasi (immobility), tidak sadar (unconsciousness), koma, dan kematian atau dosis berlebih.Anestesi umum yang baik dan ideal harus memenuhi kriteria : tiga komponen anestesi atau trias anestesi (sedasi, analgesi, dan relaksasi), penekanan refleks, ketidaksadaran, aman untuk sistem vital (sirkulasi dan respirasi), mudah diaplikasikan dan ekonomis. Dengan demikian, tujuan utama dilakukan anestesi umum adalah upaya untuk menciptakan kondisi sedasi, analgesi, relaksasi, dan penekanan refleks yang optimal dan adekuat untuk dilakukan tindakan dan prosedur diagnostik atau pembedahan tanpa menimbulkan gangguan hemodinamik, respiratorik, dan metabolik yang dapat mengancamAgen anestesi umum dapat digunakan melalui injeksi, inhalasi, atau melalui gabungan secara injeksi dan inhalasi. Anestetikum dapat digabungkan atau dikombinasikan antara beberapa anestetikum atau dengan zat lain sebagai preanestetikum dalam sebuah teknik yang disebut balanced anesthesia untuk mendapatkan efek anestesi yang diinginkan dengan efek samping minimal. Anestetika umum inhalasi yang sering digunakan pada hewan adalah halotan, isofluran, sevofluran, desfluran, dietil eter, nitrous oksida dan xenon. Anestetika umum yang diberikan secara injeksi meliputi barbiturat (tiopental, metoheksital, dan pentobarbital), cyclohexamin (ketamine, tiletamin), etomidat, dan propofol. Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu; Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal.

III. KONTRA INDIKASIKontra indikasi General Anestesi Tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan, (harus hindarkan pemaiakaian obat)1. Hepar : obat hepatotoksik, dosis dikurangi/ obat yang toksis terhadap hepar/dosis obat diturunkan2. Jantung : obat-obat yang mendespresi miokard/ menurunkan aliran darah koroner3. Ginjal :obat yg diekskresi di ginjal4. Paru : obat yg merangsang sekresi Paru5. Endokrin : hindari obat yg meningkatkan kadar gula darah/ hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis pada diabetes penyakit basedow, karena bias menyebabkan peninggian gula darah

IV. PERSIAPAN PASIENPersiapan pre bedah dilakukan oleh pasien sebelumnya, sehingga diperlukan kunjungan pra anestesi yang bertujuan untuk mengurangi kesakitan operasi, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penilaian yang dilakukan sebelumnya meliputi identitas penderita, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, status fisik. Anamesis dilakukan untuk mengetahui riwayat pasien seperti, hipertensi, jantung, asma, alergi tidaknya terhadap makanan tertentu atau sesaat sebelum minum obat, serta riwayat operasi.Hal ini dikarenakan terdapat obat-obatan tertentu yang dapat menimbulkan efek samping sampai 3 bulan, seperti halotan. Pemeriksaan fisik meliputipemeriksaan gigidan pemeriksaan fisk sistemik tentang keadaan umum seperti inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi semua system organ. Pemeriksaan laboratorium harus sesuai indikasi. Pemeriksaan yang biasa dilakukan seperti darah rutin dan urinalisa. Pada pasien diatas 50 tahun dilakukan pemeriksaan EKG dan foto thorax. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium dapat dinilai kebugaran pasien atau menggunakan penialain dari ASA.Klasifikasi ASA :ASA I : Pasien sehat organic, fisiologik, psikiatri, biokimia.ASA II: Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.ASA III: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutinterbatas.ASA IV: Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.ASA V: Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

V. TEKNIK ANESTESI UMUMTeknik anestesi umum:1. Inhalasi dengan Respirasi Spontan a. Sungkup wajahb. Intubasi endotrakealc. Laryngeal mask airway (LMA)2. Inhalasi dengan Respirasi kendali a. Intubasi endotrakealb. Laryngeal mask airway3. Anestesi Intravena Total (TIVA) a. Tanpa intubasi endotrakealb. Dengan intubasi endotrakealCara pemberian:1. Parenteral (intramuscular/intravena). Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi. Umumnya diberikan thiopental, namun pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin, diazepam, dll. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral dikombinasikan dengan cara lain.Anestetik intravena selain untuk induksi juga dapat digunakan untuk rumatan anestesia, tambahan pada analgesia regional atau untuk membantu prosedur diagnostic misalnya thiopental, ketamin, dan propofol. Untuk anestesia intravena total biasanya menggunakan propofol.a) TiopentalThiopental (pentotal,tiopenton) dikemas dalam bentuk tepung atau bubuk berwarna kuning, berbau belerang, biasanya dalam bentuk ampul 500 mg atau 1000 mg. Sebelum digunakan dilarutkan dalam aquades steril sampai kepekatan 2,5% (1 ml = 25 mg). Thiopental hanya boleh digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7 mg/kg disuntikkan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik. Larutan ini sangat alkalis dengan pH 10-11, sehingga suntikan keluar vena akan menimbulkan nyeri hebat apalagi masuk ke arteri akan menyebabkan vasokontriksi dan nekrosis jaringan sekitar. Kalau hal ini terjadi dianjurkan memberikan suntikan infiltrasi lidokain. Bergantung dosis dan kecepatan suntikan thiopental akan menyebabkan pasien berada dalam keadaan sedasi, hypnosis, anestesia atau depresi nafas. Thiopental menurunkan aliran darah otak, tekanan likuor, tekanan intracranial dan diduga dapat melindungi otak akibat kekurangan O2 . Dosis rendah bersifat anti-analgesi. Kontra indikasinya adalahstatus asmatikus, syok, anemia, disfungsi hepar, dispnue berat, asma bronchial, versi ekstraksi, miastenia gravis. Keuntungannya adalah induksi mudah dan cepat, tidak ada delirium, masa pemulihan cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan nafas, sedangkan kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernafasan, depresi kardiovaskular, cenderung menyebabkan spasme taring, relaksasi otot perut dan bukan analgetik. Thiopental di dalam darah 70% diikat oleh albumin, sisanya 30% dalam bentuk bebas, sehingga pada pasien dengan albumin rendah dosis harus dikurangi. Thiopental dapat diberikan secara kontinyu pada kasus tertentu di unit perawatan intensif, tetapi jarang digunakan untuk anestesia intavena total.b) PropofolPropofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi berisi 10% minyak kedelai, 2,25% gliserol dan lesitin telur. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA. Propofol (diprivan, recofol) dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1 ml = 10 mg). Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena. Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untu anestesia intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intesif 0,2 mg/kg. Pengenceran propofol hanya boleh dengan dekstrosa 5%. Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak < 3 tahun dan pada wanita hamil tidak dianjurkan. Sebaiknya menyuntikkan obat anestetik ini pada vena besar karena dapat menimbulkan nyeri pada pemberian intravena.c) KetaminKetamin adalah suatu rapid acting non barbiturate general anesthesia. Indikasi pemakain ketamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan nafas yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi, tindakan operasi sibuk dan asma. Ketamin (ketalar) kurang digemari untuk induksi anestesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. Kalau harus diberikan sebaiknya diberikan midazolam (dormikum) atau diazepam (vallum) terlebih dahulu dengan dosis 0,05-0,08 mg/kg intravena. Dosis bolus untuk induksi intravena ialah 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg. Ketamin dikemas dalam cairan bening kepekatan 1% (1 ml = 10 mg), 5% (1 ml = 50 mg) dan 10% (1 ml = 100 mg).d) OpioidOpioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dosis tinggi. Opioid tidak menggangu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan jantung. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.2. Parekteral. Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat.3. Anestesi inhalasi. Anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap (volaitile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernafasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (dengan oksigen) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentukan kekuatan daya anestesi, zat anestetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial yang rendah sudah dapat memberi anestesi yang adekuat. 1. Anestetik gasN2O : gas tidak berwarna, tidak berbau, lebih berat dari pada udara, dikombinasi dg O2 potensi anestetik lemah, induksi cepat efek analgesik baik (N2O 20%) sering pada partus. Penggunaan lama : mual, muntah, lambat bangun2. Anestetik yg menguap (volatile)Bentuk cair pada suhu kamar, anestetik kuat pada konsentrasi rendah, mudah larut dalam lemak,darah, jaringan keseimbangan lambat dan induksi lama perlu konsentrasi tinggi halothane, enfluran, isoflurane dll- Halothane Tidak berwarna, bau enak,tidak mudah terbakar Efek anelgesik lemah, relaksasi otot baik, depresi pernapasan (+) Cegah spasme laring, bronkus, hambat salivasi Menghambat langsung otot jantung & pembuluh darah , turunkan akvitas saraf simpatis Vasodilatasi pembuluh darah otak (+) otot lurik menyebabkan tekanan intra kranial meningkat Bradikdi (+) Hepatotoxicity (digunakan berulang),kurangi efektivitas oksi-tosin , alkaloid ergot Absorpsi & ekskresi : paru-Enfluran Anestetik eter berhalogen tidak mudah terbakar, induksi cepat dan sedikit eksitasi. Sekresi kelenjar saliva dan bronkus sedikit meningkat sehingga tidak perlu atropin. Kadar tinggi, menyebabkan depresi kardiovaskular & stimulasi SSP, harus dihindari dengan menambah kadar rendah N2OnRelaksasi otot lebih baik dari pada halothane. Kadar1% + N2O + O2 dapat menurunkan tekanan intraokuler. Efek samping menggigil ok hipotermi, gelisah, delirium, depresi napas, kelainan ringan fgs hati. Sedian : induksi enfluran 2-4,5% + O2 or camp N2O-O2; maintenance 0,5-3% Isofluran (Forane)Eter berhalogen tidak mudah terbakar.Induksi cepat, sedikit eksitasi. Relaksasi otot polos intubasi (+). Tidak sebabkan sensitisasi jantung sehingga resiko aritmia mengecil. Aman untuk gangg hati & ginjal,stimulasi SSP (-). Sediaan : isofluran 3-3,5% dlm O2; + NO2-O2 induksi; maintenance : 0,5%-3%.

VI. TATALAKSANA POST OPERATIF1. Observasi dan monitor tanda vital (nadi, tensi, respirasi)2. Bila pasien gelisah harus diteliti apakah karena kesakitan (tekanan darah dan nadi cepat) atau karena hipoksia (tekanan darah turun dan nadi cepat) misal karena perdarahan (hipovolemia).3. Bila kesakitan beri analgetik NSAID atau Opioid.4. Jika hipoksia cari sebabnya dan atasi penyebabnya (obstruksi jalan nafas) karena secret/lendir atau lidah jatuh ke hipofharing).5. Oksigen via nasal kanul 3-4 liter, selama pasien belum sadar betul tetep diberikan.6. Pasien dapat dikirim kembali ke bangsal atau ruangan setelah sadar, reflek jalan nafas sudah aktif, tekanan darah dan nadi dalam batas-batas normal.7. Pasien bisa diberi makan dan minum jika flatus sudah ada, itu bukti peristaltik usus sudah normal.VII. KOMPLIKASIKomplikasi (penyulit) kadang-kadang datangnya tidak diduga kendatipun tindakan anestesi sudah dilaksanakan dengan baik. Komplikasi dapat dicetuskan oleh tindakan anesthesia sendiri atau kondisi pasien. Penyulit dapat timbl pada waktu pembedahan atau kemudian segera ataupun belakangan setelah pembedahan (lebih dari 12jam).1. Komplikasi Kardiovasklara. Hipotensi : tekanan systole kurang dari 70mmHg atau turun 25% dari sebelumnya.b. Hipertensi : umumnya tekanan darah dapat meningkat pada periode induksi dan pemulihan anestesia. Komplikasi ini dapat membahayakan khususnya pada penyakit jantung, karena jantung akan bekerja keras dengan kebutuhan o2 mokard yang meningkat, bila tak tercukupi dapat timbl iskemia atau infark miokard. Namun bila hipertensi karena tidak adekuat dapat dihilangkan dengan menambah dosis anestetika.c. Aritmia Jantung : anestesi ringan yang disertai maniplasi operasi dapat merangsang saraf simpatiks, dapat menyebabkan aritmia. Bradikardia yang terjadi dapat diobati dengan atropined. Payah Jantung : mungkin terjadi bila pasien mendapat cairan IV berlebihan.2. Penyulit Respirasia) Obstruksi jalan nafasb) Batukc) Cekukan (Hiccup)d) Intubasi endobronkiale) Apnu (Henti Nafas)f) Atelektasisg) Pnemotoraksh) Muntah dan Regurgitas3. Komplikasi Mataa) Laserasi Korneab) Menekan bola mata terlalu kuat4. Perubahan Cairan Tubuha) Hipovolemiab) Hipervolemia5. Komplikasi Neurologia) KonvulsiTerlambat sadarb) Cidera saraf tepi (perifer)6. Komplikasi Lain-Laina) Menggihilb) Gelisah setelah anestesic) Mimpi burukd) Sadar selama operasie) Kenaiakn suhu tubuhf) Hipersensitif

DAFTAR PUSTAKAStaf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. 1989. Anestesiologi. Jakarta : CV. Info MedikaGaniswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I. Jakarta Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik (Basic Clinical Pharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Salemba Medika