Upload
dody-tri-permadi
View
231
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sdkj
Citation preview
PRESENTASI KASUS
Gejala Depresi Berat
Dengan Gejala Psikotik
Oleh:
Dimas Windu Jati122.0221.090
Pembimbing:
dr. YOS SUWARDI Sp.KJ
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
2014
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Ervina
Jenis kelamin : wanita
Tempat/ Tanggal Lahir : 5 Mei 1992
Usia : 22 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Bekasi Utara
Tanggal masuk RS : 27 Juni 2014
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesis : Tanggal 1, 3,7, 8 Juli 2014
Alloanamnesis : Tanggal 4, 8 Juli 2014
A. Keluhan Utama
Lebih dari sebulan terakhir ini pasien merasa seperti ada sesosok
mahluk bermata satu yang mengejar dirinya.
B. Keluhan Tambahan
Pasien merasakan kepalanya terasa berat dan pusing kadang
mendengar suara suara ditelinganya
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien adalah pasien baru dibangsal amino yang masuk tanggal 27
Juni 2014 datang diantar keluarganya dengan keadaan prilaku kacau,
berhalusinasi, gelisah dan teriak teriak. Saat datang pasien sempat
difixasi karena agresif. Setelah empat hari dirawat amino pasien mulai
bisa sedikit diajak bicara, pembicaraan pasien berkisar rasa takut akan
dikejar oleh mata satu, topik keagamaan, dan kebutuhan untuk
diselamatkan dari kekuatan hebat yang memintanya sebagai tumbal.
Pasien sempat berupaya menyayat tangannya sebagai usaha bunuh diri
untuk mencegah ketakutan dan kebingungan.
Dua hari kemudian tanggal 3 Juli 2014 pasien diwawancara
kembali, didapatkan pasien masih agresif dan tampak gelisah,pasien
ingin keluar dari ruang perawatan, mengatakan ingin menyelesaikan
masalahnya karena mempunyai tanggung jawab dan menemui
sahabatnya reqi.
Berdasarkan alloanamnesis tanggal 4 Juli 2014, menurut ayahnya
sudah 1 bulan ini pasien suka berbicara sendiri, berprilaku aneh, tidak
mau memakai celana, tidak mau makan, hanya mengurung diri
dikamarnya. Saat ini pasien sedang menyelesaikan tugas akhir
kuliahnya di UPN Yogyakarta. Pasien mempunyai sahabat dekat
bernama reqi. Pasien tidak mempunyai penyakit berat atau trauma
sebelumnya. Pada hari itu pasien direncanakan mendapat terapi
zyprexia im selama 3 hari.
Berdasarkan autoanamnesis tanggal 7 Juli 2014, pasien saat ini
sudah cukup tenang tidak agresif, tampak masih kebingungan. Pasien
merasa bingung mengapa dia berada disini kepalanya pusing banyak
ingatan yang dilupakan. Saat ini mengaku kadang-kadang ada orang
yang mengejarnya disertai suara-suara ditelinganya. Pasien
mengatakan sedang menyelesaikan tugas akhirnya dan tidak ada
masalah dalam mengerjakannya, hanya mengingat pernah dikirim
gambar oleh seorang temannya, semenjak itu suka lupa ingatan.
Berdasarkan autoanamnesis tanggal 8 Juli 2014, pasien tampak
tenang, kebingungan, susah untuk mandi, makan dan minum obat.
Pasien merasa seperti kehilangan jati dirinya karena lupa bagaimana
masa kecilnya dan mengatakan ini semua sudah terlambat. Selalu
mengatakan ingin pulang.
Berdasarkan alloanamnesis tanggal 8 Juli 2014, menurut ayahnya
awal kejadian dimulai 3 bulan lalu pasien sempat bicara kacau saat
masih di Yogyakarta, lalu dijemput kerumahnya di Bekasi selama 3
minggu pasien sempat normal. Pasien kembali lagi ke Yogyakarta
bersama ayahnya. Setelah 2 minggu di Yogyakarta pasien kembali
berprilaku aneh sampai sekarang. Ayahnya juga menerangkan bahwa
ibu mertuanya sempat mempunyai gejala yang sama seperti anaknya
dahulu namun sekarang mertuanya sudah meninggal. Menurut
kakaknya pasien sempat bercerita dikirim video dan gambar berupa
mata satu dan tengkorak setelah itu pikiran pasien suka hilang.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiatri pada pasien sebelumnya
2. Riwayat Medis
Riwayat trauma kepala (-), penyakit saraf (-), riwayat kejang/
epilepsi (-), tumor otak (-), riwayat nyeri kepala (-).
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
- Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan disangkal oleh
pasien dan keluarganya.
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Dalam masa kehamilan ibu pasien tidak terdapat keluhan dalam
kehamilannya, pasien lahir cukup bulan( aterm ) dilahirkan oleh dokter
dengan persalinan normal dan termasuk anak yang diharapkan.
B. Masa Kanak-Kanak (0-3 tahun)
Menurut Ayahnya sama seperti anak anak biasanya, dapat berjalan dan
berbicara sesuai waktunya. Pasien dirawat oleh kedua orangtuanya
C. Masa Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien memulai jenjang pendidikan dari taman anak anak dan
dilanjutkan pada usia 6 tahun di SD Harapan Jaya 2 Bekasi, pasien
anak sekolah yang punya banyak teman dan suka bermain.
D. Masa Kanak akhir dan Remaja
Setelah pendidikan sekolah dasar pasien melanjutkan pendidikan
disekolah menengah pertama (SMP 5 Bekasi ), tidak terdapat
permasalahan dalam pendidikannya.
Selanjutnya pasien melanjutkan pendidikannya di sekolah SMAN 4
Bekasi, pasien tidak ada kesulitan dalam belajar maupun dalam
berteman
E. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien mengaku mudah bergaul dan mempunyai banyak
teman. Selama sekolah, pasien tidak pernah ada masalah dengan
teman-temannya, tidak pernah berkelahi. Saat ini sedang
mengenyam pendidikan di Fakultas Pertambangan UPN
Yogyakarta. Merupakan mahasiswi tingkat 4 yang tinggal
menyelesaikan sidang skripsi. Prestasi selama kuliah cukup baik.
Pasien pernah menjadi asisten dosen dan pernah menjuarai karya
ilmiah.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum bekerja
3. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
4. Agama
Pasien beragama Islam, mengerti ajaran agama islam, dan
rajin solat 5 waktu.
5. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal yaitu
heteroseksual.
6. Aktivitas Sosial
Pasien mengaku mudah bergaul dengan lingkungannya.
Pasien kadang mengikuti kegiatan bersama teman-temannya
7. Riwayat Hukum
Menurut ayahnya dan pasien, tidak pernah melakukan
pelanggaran hukum dan berurusan dengan pihak berwajib
8. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ayahnya
adalah seorang pensiunan TNI-AL dan ibu pasien seorang ibu
rumah tangga. Pasien mempunyai kakak perempuan. Hubungan
pasien dengan orangtua dan kakaknya baik.
9. Persepsi Pasien tentang Diri dan Lingkungannya
Pasien menyadari dirinya sedang sakit dan ingin sembuh
dan kembali sehat seperti orang lain. Tetapi pasien tidak tau apa
yang membuat pasien sampai sakit seperti itu. Pikirannya seperti
hilang begitu saja tidak ingat apa-apa. Pasien mengatakan dirinya
masih memiliki tanggung jawab yang harus segera
diselesaikan.pasien sulit untuk minum obat dan mandi.
10. Persepsi Keluarga tentang Diri Pasien
Menurut ayahnya, dahulu sebelum kuliah dijogja
merupakan seorang yang baik di keluarganya, saat kuliah dijogja
ayahnya mengaku jarang menengok anaknya. Setelah dijemput
pulang karena sakit dari jogja pasien menjadi pendiam dan
berprilaku aneh saat dirumah.
Genogram
Keterangan:
- Garis-garis = pasien
- Putih = normal
- Hitam = meninggal
- Hitam garis = gejala yang sama
pria
wanita
IV. STATUS MENTAL (dilakukan pada tanggal 7 Juli 2014)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Wanita, 22 tahun, perawatan diri kurang, rambut tidak tertata rapi
panjang terurai, mata cekung, daerah sekitar mata tampak
menghitam, bibir kering, memakai baju daster dengan selimut.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara, pasien hanya tiduran tidak mau duduk,
mengaku kepalanya pusing. Dalam wawancara cukup koperatif,
pasien tampak ingin bercerita namun harus ditanya terlebih dahulu.
Kontak mata dengan pemeriksa cukup baik. Kadang perhatiannya
teralih saat diwawancara.
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pemeriksa namun terbatas karena suara yang pelan.
4. Kesadaran
1. Kesadaran Neurologik : Compos Mentis
2. Kesadaran Psikiatrik : Tampak Terganggu
B. Mood dan Afek
1. Mood : Hipotin
2. Afek : depresif
3. Keserasian : Serasi antara afek dengan perasaannya
C. Bicara
Bicara kurang spontan, volume suara cukup, dan artikulasi cukup jelas.
D. Gangguan Persepsi
- Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik (+) dan
visual (+).
E. Pikiran
1. Proses Pikir
Blocking
2. Isi Pikir
- Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan waham
keagamaan,yakni bahwa pasien merasa dirinya menjadi tumbal
untuk menyelamatkan keluarganya dan merasa bersalah kepada
bunda maria.
- Saat diwawancarai didapatkan isi pikiran berupa waham kejar
dan nihilstik : pasien mengakui dikejar mahluk mata satu dan
merasa semuanya sudah terlambat untuk kembali normal.
F. Sensorium dan Kognitif
1. Taraf Kesadaran dan Kesiagaan
Kompos mentis dan kesiagaan baik
2. Orientasi
Waktu : kurang, pasien tidak tahu berapa lama telah berada
di rumah sakit.
Tempat : cukup baik, pasien mengetahui dirinya berada di
Rumah Sakit
Orang : cukup baik, pasien dapat mengenali teman teman
sebangsalnya
3. Daya Ingat
Jangka Panjang :
Cukup, pasien mengingat sekolah dimana saja dari SD sampai
SMA. Namun lupa akan masa kecilnya.
Jangka Sedang :
cukup, pasien dapat mengingat kejadian sebelum pasien sakit. Dan
mengingat nama teman sebangsalnya.
Jangka Pendek :
Baik, pasien dapat mengingat menu makan pagi sebelum
wawancara.
4. Konsentrasi dan Perhatian
Kurang, perhatian pasien kadang-kadang teralih saat dilakukan
wawancara.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien dapat membaca dengan baik saat menyebutkan kata-kata
dimajalah.
6. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat menunjukan jarum jam dengan benar
7. Intelegensia dan Kemampuan Informasi
Cukup, pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pemeriksa
G. Kemampuan Mengendalikan Impuls
Selama wawancara pasien tampak bingung, dapat mengendalikan diri,
berperilaku baik, bersikap cukup kooperatif.
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya Nilai Sosial
Pasien kooperatif ketika diwawancara
2. Penilaian Realita
Terganggu.
3. Tilikan
Derajat II, pasien mengatakan dia ingin sehat kembali seperti
orang-orang. Beberapa saat kemudian mengatakan ini semua sudah
terlambat untuk kembali normal.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum, keterangan yang diberikan pasien dapat dipercaya
karena setelah di crosscek ulang kepada keluarganya, pasien ternyata
mempunyai persamaan dalam setiap pernyataan pasien.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 7 Juni 2014
A. Status Interna
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Status Gizi : Baik
Tekanan Darah : 110/ 80
Frekuensi Nadi : 80 x/ menit
Frekuensi Nafas : 20 x/ menit
Suhu : Afebris
Mata : Konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik
THT : Tidak ada gangguan
Mulut dan Gigi : Gigi lengkap,Tidak sianosis
Thorax : Jantung paru dalam batas normal
Abdomen : Datar, Bunyi Usus normal
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi perifer baik, tidak ada
edema
B. Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal : Negatif
Tanda-tanda Efek Ekstrapiramidal :Negative
Motorik : Baik
Sensorik : Baik
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pemeriksaan dilakukan pada Nn. Ervina usia 22 tahun,agama
islam,suku jawa, pendidikan terakhir SMA, masuk pavilion Amino
RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 27 Juni 2014 diantar oleh keluarganya
dikarenakan Ervina berprilaku aneh, berbicara sendiri, susah makan, dan
merasa ada yang mengejar dirinya sekitar 1 bulan terakhir ini.
Dari autoanamnesa
Dari pemeriksaan status mental tanggal 7 Juli 2014 pasien
berpenampilan sesuai umur, rawat diri kurang, selama wawancara pasien
cukup koperatif dan kontak mata cukup baik. Terdapat mood yang hipotim
dan afek yang depresif. Pembicaraan tidak spontan dengan volume suara
pelan. Pasien mempunyai waham keagamaan, waham nihilistik, dan
waham kejar. Proses berpikir pasien blocking dengan perhatian dan
konsentrasi yang kurang.
Pasien sadar dirinya sakit dan ingin sembuh tetapi berapa saat
kemudian menyangkal mengatakan semuanya sudah terlambat tidak ada
gunanya. Selama wawancara pasien tampak tenang, RTA tampak
terganggu. Nilai tilikan pasien pada derajat 2.
Dari alloanamnesa
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.
Keluhan dimulai saat 3 bulan lalu pasien sempat bicara kacau. Pasien
sempat kembali normal selama 3 minggu dan kembali lagi sampai
sekarang. Keluhan semakin memburuk terutama 1 bulan terakhir. Prilaku
pasien mulai kacau, berbicara ngaco, gelisah, teriak-teriak, suasah makan
dan lebih banyak mengurung diri dikamar. Sempat mencoba membunuh
dirinya karena takut dikejar mahluk mata satu.
Saat ini pasien sedang menyelesaikan tugas akhirnya dan tidak
pernah mengeluhkan masalah akademiknya. Pasien sempat bercerita
kepada kakaknya jika dia dikirimkan gambar dan video oleh temannya
berupa gambar tengkorak dan mata satu, semenjak itu dia menjadi suka
lupa ingatannya
Menurut keluarganya pasien tidak pernah mempunyai penyakit
berat, riwayat kejang, ataupun trauma sebelumnya. Tidak pernah
mengkonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, ataupun
merokok. Nenek pasien pernah mempunyai gejala yang sama seperti
pasien
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan pikiran
yang bermakna yang menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan
disability dalam kehidupan sosial pasien. Sehingga dapat disimpulkan
pasien mengalami gangguan jiwa.
Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah
menderita penyakit yang secara fisiologis mengganggu fungsi otak dan
juga tidak ditemukan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif, maupun
riwayat merokok. Tidak pernah trauma kepala, demam tinggi atau kejang
sebelumnya. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis
gangguan mental organik dan penggunaan zat psikoaktif.
Berdasarkan anamnesis didapatkan pada pasien gejala utama afek
depresif, hilangnya minat dan kegembiraan, dan menurunnya aktifitas
disertai gejala-gejala berupa halusinasi visual dan auditorik, waham kejar,
waham keagamaan, dan waham nihilistik, juga gejala negatif. Gejala-
gejala tersebut berlangsung selama kurun waktu 3 bulan terakhir. Menurut
PPDGJ III, gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria diagnosis
episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3).
Aksis II
Di nilai dari prilaku pasien berdasarkan alloanamnesis kepribadian
campuran
Aksis III
Tidak ditemukan kelainan
Aksis IV
Tekanan dari lingkungan pendidikan dan pergaulan.
Pasien sulit untuk makan, minum obat dan susah untuk mandi
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global
Assement Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III, didapatkan GAF
tertinggi dalam 6 bulan terakhir 80-71 dimana gejala hanya sementara dan
dapat diatasi. Nilai GAF saat masuk ke bangsal amino 20-11 bahaya
menciderai diri sendiri dan orang lain. Nilai GAF saat pemeriksaan
terakhir 50-41 gejala berat, disabilitas berat.
VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik
Aksis II : Kepribadian Campuran
Aksis III : Tidak ditemukan kelainan
Aksis IV :
Adanya tekanan dari lingkungan pendidikan dan teman
pergaulannya.Pasien sulit untuk makan, minum obat dan
susah untuk mandi
Aksis V :
GAF tertinggi dalam 6 bulan terakhir adalah 80-71 dimana
gejala hanya sementara dan dapat diatasi
GAF saat masuk RS (tanggal 27 Juni 2014) : 20-11 yaitu
pasien bahaya menciderai diri sendiri dan orang lain
GAF pasien saat ini (tanggal 7 Juli 2014): 50-41 yaitu
beberapa gejala masih berat dan menetap, disability berat
dalam fungsi.
IX. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Depresi Berat dengan Gejala Psikotik(F32.3)
Diagnosis Banding : Skizoafektif tipe depresif (F25.1)
Skizofrenia Paranoid (F20.0)
X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Adanya faktor genetik dari keluarga yang mempunyai keluhan yang
sama dengan pasien.
B. Psikologis
Mood : Hipotim
Afek : Depresi
Gangguan Persepsi : halusinasi visual dan audiotorik
Proses pikir : Blocking
Isi pikir : waham kejar, waham keagamaan, waham
nihilistik
RTA : Terganggu
Tilikan : derajat 2
C. Lingkungan dan Sosioekonomi
Adanya tekanan dari lingkungan pendidikan dan teman
pergaulannya.Pasien sulit untuk makan, minum obat dan susah untuk
mandi
XI. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
XII. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidon 2 x 1 mg
Amitriptilin 3 x 25mg
B. Psikoterapi
1. Kepada pasien :
Psikoterapi suportif : berempati dan memberikan perhatian pada
pasien, menerima pasien tanpa menghakimi, mensuport usaha
adaptif pasien, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan
menunjukkan ketertarikan pada aktivitas keseharian pasien.
2. Kepada keluarga:
Psikoedukasi mengenai penyakit pasien dengan memberikan
penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif
mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-
faktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahannya.
Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien
serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Serta memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien dengan menerangkan mengenai kegunaan obat terhadap
gejala pasien serta efek samping yang mungkin muncul pada
pengobatan. Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien minum
obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta dan
bekerja sama dalam berjalannya program terapi.
XII. DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan gejala utama afek depresif, hilangnya
minat dan kegembiraan, dan menurunnya aktifitas disertai gejala-gejala
berupa halusinasi visual dan auditorik, waham kejar, waham keagamaan,
dan waham nihilistik, juga Gejala negatif. Gejala-gejala tersebut
berlangsung selama kurun waktu 1 bulan terakhir. Menurut PPDGJ III,
gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria diagnosis episode depresif
berat dengan gejala psikotik (F32.3).
Diagnosis banding pada pasien ini adalah skizofrenia paranoid (F20,0)
ini diambil dimana pada pasien didapatkan gejala dasar skizofrenia berupa
adanya thought echo, dellusion of passivity, halusinasi audiotorik dan
visual, waham, dan gejala negatif. Diagnosis ini dapat disingkirkan, pada
skizofren waham dan halusinasi terlihat lebih menonjol dari gejala yang
lain sedangkan pada pasien ini hanya menonjol pada awal gejala. Pada
skizofren gejala negatif harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Pada pasien ini jelas
keluhan akibat gejala depresi sebelumnya.
Diagnosis banding yang kedua pada pasien ini adalah skizoafektif tipe
depresif(F25.1) dimana didapatkan gejala afektif dan dan defenitif adanya
skizofren sama sama menonjol pada saat bersamaan. Tetapi karena saat ini
gejala afektif pasien yang lebih menonjol jadi diagnosis penyakit ini bisa
disingkirkan.
Gangguan kpribadian pada pasien ini diambil dari alloanamnesis pada
keluarga pasien lebih mengarah ke gangguan kpribadian campuran dimana
tidak dapat menunjukan gejala yang khas yang menjadi ciri dari gangguan
kpribadian. Pada pasien terdapat gejala gangguan kpribadian anankastik,
dependen, dan paranoid.
Dari riwayat genetik, didapatkan pada pasien ini dimana terdapat
gejala yang sama pada nenek pasien. Dimana sebagian besar gangguan
jiwa disebabkan karena faktor keturunan. Dimana sifat-sifat gangguan jiwa
yang akan dialami oleh individu diturunkan oleh orang tua maupun nenek
moyang mereka melalui gen dan kromosom dalam sel reproduksi.
Pada pasien ini terdapat gangguan isi pikiran berupa waham. Waham
sendiri dapat di artikan keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak
beralasan, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan
eksternal, intelegensia dan latar belakang pasien. Waham yang terdapat
pada pasien waham kejar yaitu keyakinan palsu bahwa pasien sedang
diganggu, ditipu, atau disiksa. Waham keagamaan dimana pasien merasa
dirinya bersalah dan sedang dihukum oleh tuhan. Terakhir waham
nihilistik yaitu perasaan palsu bahwa dirinya orang lain, tidak ada, dan
semuanya akan berakhir.
Pasien juga mengalami gangguan persepsi berupa halusinasi.
Halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan
dengan stimulasi eksternal yang nyata. Pasien mempunyai halusinasi
visual dan auditorik.
Untuk terapi psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada pasien ini
adalah pemberian:
1. Risperidone dengan dosis 1 mg diberikan 2 kali sehari.
Risperidone termasuk ke dalam golongan antipsikosis atipikal.
Obat ini merupakan derivat dari benzisoksazol yang mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas
menengah terhadap reseptor dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2
adrenergik dan reseptor histamine. Aktivitas antipsikosis diperkirakan
melalui hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamine.
Risperidon diberikan untuk mengatasi gejala negatif ataupun positif
skizofrenia.Risperidon tersedia dalam Tablet 1, 2, 3 mg dengan dosis 2
– 6 mg/hari. Risperidon tablet biasanya berwarna putih.
Risperidon terbukti cukup baik untuk menangani gejala psikosis.
Berdasarkan data dari Manitoba Centre for Health Policy di Kanada
pada tanggal 16 Mei 2013 dan The British Journal of Psychiatry pada
tahun 2011. Dua penelitian ini membuktikan manfaat risperidon dalam
mengurangi efek ekstrapiramidal dan nocturnal enuresis pada pasien
skizofrenia.
Pemberian dosis pada obat anti psikosis ini dengan cara ;
Mulai dengan "dosis awal" sesuai dengan dosis anjuran yang dinaikan
setiap 2-3 hari --> pemberian tersebut dinaikan hingga mencapai "dosis
efektif" (mulai timbul peredaran sindrom psikosis) --> dievaluasi setiap
2 minggu dan bila perlu dinaikan --> "dosis optimal" --> dipertahankan
sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) --> diturunkan setiap 2 minggu -->
"dosis maintenance" --> dipertahankan 6 bulan - 2 tahun (diselingi
"drug holiday" 1-2 hari/minggu) --> tapering off (dosis diturunkan tiap
2-4 minggu) --> stop
Terdapat beberapa efek samping dari obat-obat antipsikosis,
diantaranya adalah:
1. Sedasi (mengantuk)dan inhibisi psikomotor (perlambatan gerakan)
2. Gangguan otonomik : hipotensi, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung
3. Gangguan antikolinergi/parasimpatolitik : mulut kering, kesulitan
miksi & defeksi, hidung tersumbat, mata kabur,
4. Gangguan ekstrapiramidal : distonia akut, akathisia, sindrom
Parkinson ( tremor, bradikinesia, rigiditas).
5. Gangguan endokrin : amenorrhoe, gynaecomastia,
6. Metabolik (jaundice),
7. Hematologik (agranulocytosis) pada pemakaian jangka panjang.
2. Amitripilin dengan dosis 25 mg diberikan 3 kali sehari.
Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik (TCA). Amitriptilin bekerja
dengan menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak.
Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga
lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa
ini juga mempunyaiaktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup
kuat. Diindikasi pada pasien dengan gejala-gejala utama depresi
terutama bila berkaitan dengan kecemasan, tegang, atau kegelisahan.
Sediaan: Tablet 10 mg, 25 mg. maksimal 150 mg/hari tablet berwarna
merah bata
beberapa efek samping dari antidepresan, diantaranya adalah
1. Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)
2. Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardia, dll)
3. Efek Anti-adrenergic alfa (perubahan EKG, hipotensi)
4. Efek Neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)
Hal yang menjadi perhatian khusus pada terapi adalah Kegagalan terapi
Obat Anti-depresi pada umumnya disebabkan :
1. Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat
hilang oleh karena adanya efek samping → perlu edukasi dan
informasi.
2. Pengaturan dosis obat belum adekuat.
3. Tidak cukup lama mempertahankan pada dosi optimal.