Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    1/25

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. YD

    Jenis Kelamin : laki laki

    Usia : 18 tahun

    Alamat : Tanah Sereal Tambora, Jakarta Barat

    Status : belum menikah

    Pendidikan : SMK

    Pekerjaan : -

    Suku : Jawa

    Agama : Islam

    Tanggal masuk : 10 Juni 2013

    NRM : 293-20-30

    II. RIWAYAT PSIKIATRI

    Diperoleh dari: autoanamnesis dan alloanamnesis sejak tanggal

    21 Juni -25 Juni 2013

    A. Keluhan Utama

    Pasien datang dengan keluhan marah-marah sejak 1 hari yang lalu.

    B. Riwayat Gangguan Sekarang

    pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

    dengan keluhan marah- marah dan menjadi galak sejak 1 hari yang

    lalu. Sejak 2 minggu yang lalu, Pasien selalu marah-marah dan

    sering mengancam ibunya hendak memukul ibunya. Menurut

    tetangganya, Awalnya pasien sering bicara sendiri, ketawa-ketawa

    sendiri dan bicaranya kacau, karena dikiranya pasien telahmengkonsumsi obat-obatan terlarang sehingga menjadi teler.

    Namun gejala seperti ini terus berlangsung. pasien sering keluar

    rumah dengan tidak memakai pakaian sehelai pun. Empat hari

    sebelum dibawa ke rumah sakit, Pasien pernah berupaya untuk

    bunuh diri ingin melompat dari atap rumahnya. Pasien juga pernah

    mencoba membakar dirinya dengan menaik ke atas kompor yang

    menyala. Pasien juga membakar barang- barang berharganya

    1

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    2/25

    seperti KTP dan isi dompetnya sendiri di penggorengan karena

    menurutnya ada yang membisikannya dan menyuruhnya untuk

    melakukan hal-hal tersebut.

    Saat autoanamnesis, alasan pasien datang kerumah sakit adalahkarena dia merasa telah masuk ke lingkaran setan. Os merasa os

    telah salah pergaulan karena os pernah memakai obat obat

    terlarang sejak lulus SMP. Os juga mengaku sering mendengar

    suara- suara yang tidak bisa di dengar orang lain. Suara itu suara

    seseorang yang sering memaki-makinya dengan kata-kata kotor

    sehingga os merasa kesal. Menurut pasien, suara itu berasal dari

    ayahnya dan Gusti Allah. Pasien tidak ingat kapan pertama kali

    suara itu muncul namun bisikan itu muncul setelah dia berhenti

    memakai obat-obatan. Pasien juga mengatakan dan meyakini

    bahwa orang-orang disekitarnya saat ini adalah orang-orang yang

    rakus dan ingin mengambil rejekinya.

    Saat berada di perawatan bagian NAPZA RSJSH, os sering menangis

    sendiri karena os sering merasa rindu dengan ibu nya. Os mengaku

    sulit tidur karena os memikirkan orang tuanya. Os juga sering

    merasa ketakutan terhadap ayahnya, yang menurutnya ayahnya

    benci terhadapnya karena os melakukan hal buruk selama ini.

    C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

    1. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien belum pernah mengalami trauma kepala, kecelakaan. Os

    Pasien juga menyangkal adanya riwayat sering sakit kepala

    maupun sering demam tinggi.

    2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

    Pasien merokok, minum-minum alkohol, pernah mengkonsumsi

    metadon satu kali dengan cara disedot, sering menggunakan

    ganja (gelek) dan sabu-sabu di lingkungan sekitar rumahnya.

    Pertama kali menggunakan ini sejak lulus SMP.

    3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

    2

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    3/25

    Os belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya

    ataupun mengalami penyakit jiwa yang lain.

    D. Riwayat Kehidupan Pribadi

    1. Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien lahir spontan ditolong bidan, cukup bulan, dengan berat

    lahir cukup. Riwayat trauma, infeksi, dan kejang selama hamil

    disangkal.

    2. Riwayat Masa Kanak Awal

    Pasien diasuh oleh orang tua pasien. Menurut ibu pasien saat

    balita pasien pernah mengalami kejang demam satu kali.

    3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan

    Pasien tinggal bersama orang tua pasien. Orang tua pasien sering

    ribut dan pasien sering mendapatkan imbasnya sering dipukul

    oleh ayahnya. Pasien adalah seorang anak yang penurut tehadap

    orangtuanya.

    4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

    Pasien di sekolahkan di pesantren di Pati jawa tengah. Pasien

    dapat bergaul dengan teman di sekolahnya, pasien juga

    berperilaku baik selama di dalam pondok.

    5. Riwayat Masa Dewasa

    a. Riwayat Pendidikan

    Pasien hanya bersekolah hingga 1 SMK. Pasien mengambil

    jurusan Akutansi.

    b. Riwayat Pekerjaan

    Pasien pernah bekerja sebagai pekerja serabutan dan pasien

    menikmati pekerjaan tersebut.

    c. Riwayat Pernikahan

    Belum menikah

    d. Riwayat Kehidupan Beragama

    Pasien beragama Islam. Walaupun dari kecil pengetahuan

    tentang agama nya baik namun dalam kehidupan kesadaran

    dalam menjalankan ibadah masih sangat kurang.

    e. Riwayat Militer

    3

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    4/25

    Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.

    f. Riwayat Pelanggaran Hukum

    Pasien pernah tertangkap oleh polisi dan dibawa ke kantor

    polisi setempat karena telah mencuri handphone.namun tidaksampai di penjara. Alasan pasien mencuri karena pasien butuh

    uang untuk makan, karena sejak orang tuanya bercerai pasien

    jarang dikasih makan.

    g. Riwayat Psikoseksual

    Pasien belum menikah

    h. Aktivitas Sosial

    Pasien jarang mengikuti aktivitas yang bersifat sosial di

    lingkungan sekitar rumahnya.

    i. Situasi Kehidupan Sekarang

    sebelum sakit pasien sering pergi dari rumahnya kabur lalu

    tidur di pinggir jalan. Lalu sering bergaul dengan teman-

    temanya yang dia anggap sebagai abangnya dan sering

    mengkonsumsi minuman-minuman keras serta obat-obatan

    terlarang. Lalu penyakit nya yang diderita sekarang muncul, os

    hanya dirumah sehari-hari sering melamun, bicara sendiri,

    ketawa sendiri dan marah-marah. Os masih dapat melakukan

    kegiatan Activity Daily Living (ADL).

    6. Riwayat Keluarga

    Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah

    dan ibu pasien bercerai pada tahun 2011, dan setelah itu pasien

    tinggal bersama ibunya. Sejak kecil kedua orangtua pasien sering

    marah dan galak pada pasien tanpa alasan yang jelas, padahal

    menurut tetangganya pasien adalah anak yang baik dan sangat

    penurut. Sejak orangtuanya bercerai, pasien tinggal bersama

    ibunya yang pada tahun 2012 menikah lagi. Ayah pasien tidak

    mampu menafkahi pasien karena hanya bekerja tukang sablon

    yang ikut dengan temannya. Sedangkan ibu pasien tidak bekerja

    dan terlilit hutang sampai 20 juta, tapi menurut tetangganya

    walaupun banyak berhutang tapi uangnya tidak digunakan untuk

    4

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    5/25

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    6/25

    : tinggal satu rumah

    / : sudah meninggal: bercerai

    8. Persepsi Keluarga tentang Diri Pasien

    Keluarga pasien menganggap bahwa pasien adalah anak yang

    baik dan penurut. Namun anaknya sering berperilaku aneh karena

    akibat dari pergaulan-pergaulan yang salah akibat penggunaan

    obat-obat terlarang.

    9. Impian, Fantasi, dan Cita-cita Pasien

    Pasien ingin bisa membuat suatu bangunan dan pasien ingin bisa

    memberikan rejeki kepada orang tuanya.

    III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

    (Dilakukan pada tanggal 21 Juni 2013)

    A. Deskripsi Umum

    1. Penampilan

    Seorang laki-laki, berpenampilan sesuai usianya,

    berpakaian kusut. Secara umum, penampilan pasien

    menunjukkan pasien dapat merawat diri.

    2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

    Pasien terlihat kurang tenang saat diwawancara. Kontak

    mata baik

    3. Sikap Terhadap Pemeriksa

    Pasien memberikan keterangan cukup jelas, terbuka, dan

    tidak berbelit-belit. Sikap pasien terhadap pemeriksa

    kooperatif.

    B. Mood dan Afek

    1. Mood : hipothym

    2. Afek : terbatas, tumpul

    3. Keserasian : serasi

    C. Pembicaraan

    Pasien berbicara dengan lancar namun tidak menjawab

    semua pertanyaan. Jumlah kata-kata yang dikeluarkan pasien

    6

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    7/25

    cukup (produktivitas sudah baik). Kontak mata dengan

    pemeriksa baik.

    D. Gangguan Persepsi

    Terdapat halusinasi auditorik berupa bisikan-bisikan yangsering berkata kotor kepadanya dan juga bisikan bisikan

    berupa perintah untuk melakukan sesuatu. Terdapat ilusi

    yaitu pasien melihat seseorang berubah menjadi setan karena

    mata orang-orang tersebut berubah menjadi hitam.

    E. Pikiran

    1. Proses Pikir/Bentuk Pikir

    Tidak ditemukan gangguan proses pikir

    2. Isi Pikir

    Terdapat ide-ide paranoid terhadap ayahnya yang dia rasa

    membenci dirinya. Terdapat pikiran curiga terhadap orang-

    orang disekitarnya yang dia pikir akan mengambil

    rejekinya.

    F. Kesadaran dan Kognisi

    1. Taraf Kesadaran dan Kesigapan

    Kompos Mentis. Pasien memiliki kesan sigap bila ada

    bahaya yang akan datang pada pasien.

    2. Orientasi Waktu:baik (pasien dapat menyebutkan hari, tanggal,

    bulan)

    Tempat: baik (pasien mengetahui tempat pasien

    berada saat wawancara dan letak rumah pasien)

    Orang: baik (pasien dapat menyebutkan nama orang-

    orang di sekitar pasien

    3. Daya Ingat

    Jangka panjang : baik (pasien masih ingat masa

    kecilnya ketika

    SD sampai SMP, pasien juga ingat

    pengalaman-pengalamannya semasakanak-kanak)

    7

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    8/25

    Jangka sedang : baik (pasien masih ingat hal-hal yang

    membawa pasien datang ke rumah

    sakit dan orang-orang yang

    mengantar pasien ke rumah sakit) Jangka pendek : baik (pasien ingat akan menu makan

    paginya

    dan nama pewawancara)

    Segera : baik (pasien dapat

    menyebutkan empat

    macam benda yang disebutkan oleh

    pemeriksa)4. Konsentrasi dan Perhatian

    Baik. Pasien dapat mempertahankan konsentrasinya saat

    diwawancarai .

    5. Kemampuan Membaca dan Menulis

    Baik. Pasien dapat membaca dan menulis sesuai

    permintaan.

    6. Kemampuan VisuospasialBaik. Pasien dapat menggambar lingkaran segitiga dan

    satu buah kubus sesuai dengan permintaan.

    7. Pikiran Abstrak

    Cukup baik. Pasien dapat menyebutkan persamaan apel

    dan pisang pasien mengerti peribahasa ada udang dibalik

    batu

    8. Inteligensi dan Kemampuan InformasiCukup baik. Pasien tau informasi di Indonesia bahwa bbm

    telah naik harga.

    9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri

    Baik (pasien dapat makan, minum, mandi, dan mencuci

    baju sendiri).

    G. Pengendalian Impuls

    8

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    9/25

    Baik. Pasien tidak menujukkan agresivitas selama

    diwawancara. Namun pasien sering menangis saat

    menceritakan soal ibunya.

    H. Daya Nilai dan Tilikan1. Daya Nilai Sosial: baik (pasien mengatakan bahwa

    memakai narkoba itu tidak baik).

    2. Uji Daya Nilai: baik, pasien mengatakan bahwa koruptor

    seharusnya dipenjara dan mendapat hukuman yang berat

    3. Penilaian Realita: baik (pasien menyadari kenyataan

    yang sesungguhnya pada diri dan lingkungannya)

    4. Tilikan: Derajat 1. Pasien merasa dirinya tidak sedang

    sakit.

    I. Taraf Dapat Dipercaya

    Secara umum dapat dipercaya meskipun keterangan pasien

    suka berubah-rubah.

    IV. PEMERIKSAAN FISIK

    A. Status Generalis

    Keadaan umum : Sakit ringan

    Kesadaran : kompos mentis

    Tekanan darah : 110/80mmHg

    Frekuensi nadi : 92x / menit

    Frekuensi napas: 20x / menit

    Suhu : afebris

    Kepala : deformitas (-), rambut hitam, tidak mudah

    dicabut

    Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-,

    refleks pupil

    baik

    THT : deformitas (-), serumen (-/-)

    Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)

    Mulut : oral higiene cukup

    Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)

    9

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    10/25

    Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

    Abdomen : datar lemas, nyeri tekan (-), bising usus (+)

    normal

    Ekstremitas : simetris, akral hangat, edema -/-, perfusiperifer

    cukup, needle tract (-), terdapat luka

    bekas sundutan rokok

    B. Status Neurologikus

    a. Gejala rangsang selaput otak (-)

    b. Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, RCL +/+ dan RCTL +/+

    c. Refleks fisiologis normal

    d. Nervus kranialis: kesan paresis (-), nistagmus (-)

    e. Refleks patologis (-)

    e. Pemeriksaan Motorik : 5555 5555

    5555 5555

    f. Gejala ekstrapiramidal :

    - gaya berjalan dan postur tubuh normal

    - stabilitas postur tubuh normal

    - rigiditas ekstremitas tidak ada

    - gangguan keseimbangan dan tremor (-)

    g. Pemeriksaan Sensorik

    Sensibilitas : parestesia di kaki-tangan kiri dan kanan (-)

    h. Pemeriksaan Saraf Otonom

    Inkontinensia alvi dan urin(-), anhidrosis(-)

    V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

    Telah diperiksa seorang laki-laki, Tn.Y 18 tahun, bertempat tinggal

    di Tanah Sereal, suku Jawa, agama Islam, status belum menikah,

    pendidikan terakhir SMK kelas 1. Pasien mengalami keluhan marah-

    marah dan menjadi galak sejak 1 hari yang lalu. Sejak 2 minggu

    yang lalu, Pasien selalu marah-marah dan sering mengancam

    ibunya hendak memukul ibunya. Menurut tetangganya, Awalnya

    pasien sering bicara sendiri, ketawa-ketawa sendiri dan bicaranya

    10

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    11/25

    kacau, karena dikiranya pasien telah mengkonsumsi obat-obatan

    terlarang sehingga menjadi teler. Namun gejala seperti ini terus

    berlangsung. pasien sering keluar rumah dengan tidak memakai

    pakaian sehelai pun. Empat hari sebelum dibawa ke rumah sakit,Pasien pernah berupaya untuk bunuh diri ingin melompat dari atap

    rumahnya. Pasien juga pernah mencoba membakar dirinya dengan

    menaik ke atas kompor yang menyala. Pasien juga membakar

    barang- barang berharganya seperti KTP dan isi dompetnya sendiri

    di penggorengan karena menurutnya ada yang membisikannya dan

    menyuruhnya untuk melakukan hal-hal tersebut.

    Alasan pasien datang kerumah sakit adalah karena dia merasa telah

    masuk ke lingkaran setan. Os merasa os telah salah pergaulan

    karena os pernah memakai obat obat terlarang sejak lulus SMP. Os

    juga mengaku sering mendengar suara- suara yang tidak bisa di

    dengar orang lain. Suara itu suara seseorang yang sering memaki-

    makinya dengan kata-kata kotor sehingga os merasa kesal. Menurut

    pasien, suara itu berasal dari ayahnya dan Gusti Allah. Pasien tidak

    ingat kapan pertama kali suara itu muncul namun bisikan itu

    muncul setelah dia berhenti memakai obat-obatan. Pasien juga

    mengatakan dan meyakini bahwa orang-orang disekitarnya saat ini

    adalah orang-orang yang rakus dan ingin mengambil rejekinya.

    Saat berada di perawatan bagian NAPZA RSJSH, os sering menangis

    sendiri karena os sering merasa rindu dengan ibu nya. Os mengaku

    sulit tidur karena os memikirkan orang tuanya. Os juga sering

    merasa ketakutan terhadap ayahnya, yang menurutnya ayahnya

    benci terhadapnya karena os melakukan hal buruk selama ini.

    Os adalah seorang pengguna obat obatan terlarang yaitu metadon,

    ganja dan sabu. Os adalah korban dari perceraian kedua orang tua

    nya.

    Dari pemeriksaan status mental ditemukan masih ada

    halusinasi auditori. Namun sudah sedikit berkurang. Pada pasien

    didapat ide-ide paranoid dan curiga. Sedangkan dari pemeriksaan

    11

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    12/25

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    13/25

    2. Adanya riwayat waham curiga dan paranoid(pasien merasa

    ada orang yang ingin mengambil rejekinya dan ketakutan

    akan ayahnya)

    3. Adany ilusi (melihat manusia berubah jadi setan dan matapada manusia berubah menjadi hitam).

    4. Gejala tersebut sudah muncul kurang dari satu bulan (sejak

    dua minggu sebelum masuk rumah sakit)

    Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan saat ini, diagnosis

    pada pasien adalah gangguan psikotik akut (F23) yang sedang

    dalam pengobatan. Gannguan mental dan perilaku penggunaan zat

    multiple dan zat psikoakfif merupakan diagnosis banding pada

    pasien ini.

    Diagnosis Aksis II

    Tidak ada diagnosis.

    Diagnosis Aksis III

    Tidak ada diagnosis

    Diagnosis Aksis IV

    Pasien mengalami masalah pada keluarga. Sejak kecil pasien sering

    berada ditengah-tengah pertengkaran ayah dan ibunya sehingga

    pasien sering terkena marah bahkan terkena pukulan dari ayahnya.

    Kemudian ayah dan ibunya bercerai, lalu ibunya menikah lagi.

    Pasien tidak diurusi oleh orang tuanya sehingga pasien sering kabur

    dari rumah dan mencuri supaya bisa membeli makanan.

    Masalah ini tidaklah jelas sebagai stressor untuk diagnosis.

    Tetapi stressor yang berpengaruh dalam pengobatan dan prognosis.

    Diagnosis Aksis V

    Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan

    menggunakan GAF ( Global Assessment of Functioning ). GAF saat

    dilakukan pemeriksaan adalah 70-(beberapa gejala ringan dan

    menetap disabilitas ringan dalam fungsi,secara umum masih baik).

    Hal ini ditetapkan karena pasien tetap bisa melakukan kegiatan

    sehari-hari seperti makan, mandi dan berpakaian,walaupun

    terkadang masih ada halusinasi auditorik dalam kuantitas dan

    13

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    14/25

    kualitas minimal (saat pemeriksaan tidaka ada) Sedangkan nilai

    tertinggi GAF 1 tahun yang lalu adalah 90

    VII. DAFTAR MASALAH

    1. Organobiologis: -2. Psikologis:

    Riwayat halusinasi auditorik yang bersifat commanding

    dan commenting

    Ilusi

    Riwayat waham curiga

    3. Lingkungan dan sosial ekonomi:

    Masalah keluarga: kedua orang tuanya sering bertengkardan memukul pasien, perceraian kedua orang tuanya

    mengakibatkan pasien tidak diurusi dan akhirnya masuk ke

    dalam pergaulan yang salah

    VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

    Aksis I : gangguan psikotik akut

    DD/ Gannguan mental dan perilaku penggunaan zatmultiple dan zat psikoakfif

    Aksis II : tidak ada diagnosis.

    Aksis III : tidak ada diagnosis

    Aksis IV : masalah keluarga

    Aksis V : GAF Current sebelum ke RS: 20

    GAF Highest Level Past Year : 90IX. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad functionam : bonam

    Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

    Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap perjalanan

    penyakit pasien:

    Pria

    14

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    15/25

    Onset pada usia dewasa

    Adanya pengetahuan pasien untuk berobat

    Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan yang

    sama Respon terhadap pengobatan baik

    Sikap pasien yang kooperatif

    Faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap perjalanan

    penyakit pasien : Gangguan berulang

    Pasien sewaktu-waktu gelisah

    Dukungan yang kurang dari keluarga (hanya ibu dan kakak

    kandungnya)

    Belum menikah

    X. FORMULASI PSIKODINAMIK

    Gangguan psikiatri dapat terjadi apabila terdapat

    ketidakseimbangan adaptasi antara faktor biologis, sosiokultural,

    dan psikologis. Psikodinamika adalah suatu pendekatan konseptual

    yang memandang proses-proses mental sebagai gerakan dan

    interaksi energi psikis, yang berlangsung intra- maupun inter-

    individual.

    Berdasarkan definisi tersebut, psikodinamika berusaha

    mempelajari struktur (kepribadian), kekuatan (dorongan), gerakan

    (aksi), pertumbuhan dan perkembangan, serta maksud dan tujuan

    dari fenomena patologik yang ada pada seseorang. Psikodinamika

    menganggap bahwa gejala-gejala psikosis yang dialami pasien

    terjadi akibat konflik yang dialaminya.

    Freud berpendapat bahwa skizofrenia terjadi akibat fiksasi

    dalam perkembangan kepribadian dan adanya defek ego. Karena

    kedua hal tersebut, seseorang akan mengalami regresi ke tingkat di

    mana terjadi fiksasi apabila ia mengalami konflik atau kejadian yang

    signifikan dalam hidupnya.

    15

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    16/25

    Skizofrenia digambarkan oleh Freud sebagai keadaan

    pecahnya objek dari emosi dari pikiran, ide, atau seseorang, dan

    sebuah regresi yang merupakan respon terhadap frustasi atau

    konflik terhadap orang lain. Pada berulangnya kasus pasien inikarena tidak ada pekerjaan sehingga pasien merasa putus asa.

    Onset dari gejala-gejala skizofrenia biasanya mulai muncul

    pada fase kehidupan adolesence , di mana pada saat ini seorang

    remaja membutuhkan ego yang kuat untuk berfungsi secara bebas,

    terlepas dari orang tua, untuk mengidentifikasi tugas, untuk

    mengkontrol insting-insting dasar, dan untuk menyeimbangkan diri

    dengan stimulasi eksternal yang intense . Gejala psikotik muncul

    pada pasien ketika usia dewasa tepat setelah masa adolescense .

    Teori psikoanalisis lain mengatakan bahwa setiap gejala

    psikosis memiliki makna simbolik bagi pasien. Halusinasi timbul

    akibat ketidakmampuan pasien dalam menghadapi kenyataan

    objektif dan menggambarkan ketakutan atau keinginan pasien yang

    terpendam. Sedangkan waham merupakan upaya-upaya regresif

    untuk menciptakan suatu realita yang baru atau untuk

    mengekspresikan ketakutan atau impuls yang tersembunyi.

    Pada kasus ini, gejala-gejala psikosis yang dialami pasien

    (dalam hal ini berupa antara lain halusinasi anditorik yang bersifat

    commanding dan commenting . Pada pasien dengan gangguan

    psikotik, mekanisme pertahanan yang digunakan biasanya berupa

    penyangkalan, proyeksi, regresi dan distorsi (semuanya merupakan

    mekanisme pertahanan yang imatur).

    Etiologipada pasien ini belum jelas. Namun beberapa faktor

    diduga berpengaruh terhadap etiologi penyakit ini. Factor pertama

    adalah faktor sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status

    perkawinan orangtua, jumlah sanak saudara, status sosial keluarga,

    perpisahan orangtua, perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur

    keluarga banyak berperan dalam terjadinya gangguan psikosis.

    Faktor yang lain diduga berpengaruh adalah factor

    penggunaan zat-zat psikoaktif dimana dapat mempengaruhi

    16

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    17/25

    gangguan mental dan perilaku pada pasien terutama saat pasien

    mengalami putus obat pasien mulai mengalami halusinasi-

    halusinasi.

    XI. RENCANA TERAPI

    1. Rawat Inap, indikasi:

    Keadaan pasien yang dapat membahayakan dirinya dan

    mengganggu ibunya.

    A. Psikofarmaka

    a. Olanzapine 1x10 mg

    b. Diazepam 1x 2mg

    B. Psikoterapi

    Dilakukan melalui:

    a. Psikoterapi suportif

    Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan, reassurance ,

    serta terapi kelompok

    b. Psikoterapi reedukatif

    Terhadap Pasien

    Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai

    penyakit yang dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-

    faktor penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan

    risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan

    segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian

    hari

    Memotivasi pasien untuk berobat teratur

    Mengajarkan terapi relaksasi pada pasien saat pasien marah

    ataupun akan marah sehingga diharapkan pasien dapat

    17

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    18/25

    mengontrol marahnya dan mengemukakan amarahnya

    dengan cara yang lebih halus.

    Terhadap Keluarga

    Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien,gejala, faktor-faktor pemicu, pengobatan, komplikasi,

    prognosis, dan risiko kekambuhan di kemudian hari.

    Menjelaskan kepada keluarga bahwa salah satu faktor pemicu

    penyakit pasien saat ini adalah keluarga pasien yang

    mengabaikan pasien

    Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat

    setelah sakit agar pasien dapat mengalami remisi.

    XII. DISKUSI

    Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatugangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1

    bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat

    fungsional premorbid.

    Didalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik

    singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis

    psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan

    diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.

    Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian

    besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin

    memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap

    perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat,

    18

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    19/25

    seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan,

    kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status

    imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat.

    Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan

    psikotik singkat.

    Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik

    singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian,

    perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat

    menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien

    dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di

    klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya

    menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan

    gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan

    psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian

    di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua

    pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.

    Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari.

    Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik.

    Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun

    fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan

    dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri

    tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita

    skizofrenia atau suatu gangguan mood .

    Gambaran utama perilaku:

    19

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    20/25

    Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

    1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

    2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

    3. Kebingungan atau disorientasi

    4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti

    menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang

    lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau

    memukul tanpa alasan.

    Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang

    kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang

    tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala

    yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati

    bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian

    mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat

    daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk

    gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian

    atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan

    gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi.

    Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang

    mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan

    pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin

    negatif.

    Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi

    psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak

    kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara,

    20

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    21/25

    berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri,

    membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi,

    disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan

    memori, dan wawasan miskin.

    Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan

    untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari

    pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi

    mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood

    sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum

    lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja.

    Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi

    yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.

    Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa

    kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan

    emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut

    adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan

    yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan

    peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan

    kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan,

    tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan

    memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode

    psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin

    merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang,

    bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan

    jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh

    21

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    22/25

    urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis

    yang hampir tidak mungkin.

    F. Diagnosis

    Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik

    akut adalah sebagai berikut :

    1) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan :

    misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat

    sesuatu yang tidak ada bendanya).

    2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak

    dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien

    percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan

    dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).

    3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

    4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)

    5) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

    Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala,

    untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi

    kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan

    mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan

    psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik

    singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala

    psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai

    yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika

    waham adalah gejala psikotik yang utama), gangguan

    22

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    23/25

    skizofreniform ( jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan

    skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).

    23

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    24/25

    Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :

    1). Waham

    2). Halusinasi

    3). Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang

    atau inkoherensi)

    4). Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik

    Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima

    secara kultural.

    b) Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari

    tetapi kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada

    tingkat funsi pramorbid.

    c) Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan

    mood dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau

    skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu

    zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi

    umum.

    24

  • 7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik.

    Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ

    III). Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 1993.

    2. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry:

    Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 9 th ed. USA : Lippincott

    Williams & Wilkins. 2003.

    3. Maslim R. Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik

    Jakarta : PT Nuh Jaya. 1996.

    4. Birnkrant J, Carlsen A. Crash course Psychiatry: The Psychotic

    Disorders and The Mood disorders. In: Horton-Szar D, editor. U.K

    ed. China: Mosby Elsevier Inc.2007.

    5. Albers J L, Hahn RK, Reist C. Handbook of Psychiatric Drugs. 2005

    edition. Current Clinical Strategies Publishing. Diunduh dari:

    www.ccspublishing.com/ccs pada tanggal 25 Juni 2013.

    http://www.ccspublishing.com/ccshttp://www.ccspublishing.com/ccs