Upload
etika-tunjung-kencana
View
54
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Presentasi Referat Anestesi Umum
Citation preview
REFERATANESTESI UMUM
ETIKA TUNJUNG KENCANA03010094
DEFINISIAnestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani
an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa”)
Suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.
DEFINISITrias anestesi
Hipnotik/sedasi: hilangnya kesadaranAnalgesia: hilangnya respon terhadap nyeriMuscle relaxant: relaksasi otot rangka
PILIHAN CARA ANESTESI
Umur
Status fisik
Posisi pembedahan
Keterampilan dan kebutuhan dokter pembedah
Keterampilan dan pengalaman dokter anestesiologi
Keinginan pasien
Bahaya kebakaran dan ledakan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANESTESI
UMUM
Faktor RespirasiFaktor SirkulasiFaktor JaringanFaktor Zat Anestesika
TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI UMUM
Penilaian dan persiapan pra anestesiaPenilaian pra bedah
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan laboratorium Kebugaran untuk anestesia Klasifikasi status fisik Masukan oral
TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI UMUM
The American Society of Anesthesiologists (ASA). ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia. ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang. ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga
aktivitas rutin terbatas. ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat
ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE
TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI UMUM
Penilaian dan persiapan pra anestesiaPremedikasi
Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien: Menghilangkan rasa khawatir melalui:
Kunjungan pre anestesiPengertian masalah yang dihadapiKeyakinan akan keberhasilan operasi
Memberikan ketenangan (sedative) Membuat amnesia Mengurangi rasa sakit (analgesic non/narkotik) Mencegah mual dan muntah
TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI UMUM
Penilaian dan persiapan pra anestesiaPremedikasi
Memudahkan atau memperlancar induksi Pemberian hipnotik sedative atau narkotik
Mengurangi jumlah obat-obat anestesi Pemberian hipnotik sedative atau narkotik
Menekan refleks-refleks yang tidak diinginkan (muntah/liur) Mengurangi sekresi kelenjar saliva dan lambung
Pemberian antikolinergik atropine, primperan, ranitidin, H2 antagonis
Mengurangi rasa sakit
TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI UMUM
Obat premedikasiAnalgesik narkotik
Petidin ( amp 2cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBBMorfin ( amp 2cc = 10 mg), dosis 0,1 mg/kgBBFentanyl ( fl 10cc = 500 mg), dosis 1-3µgr/kgBB
Analgesik non narkotikPonstanTramolToradon
Hipnotik Ketamin ( fl 10cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBBPentotal (amp 1cc = 1000 mg), dosis 4-6 mg/kgBB
TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI UMUM
Obat premedikasi Sedatif
Diazepam/valium/stesolid ( amp 2cc = 10mg), dosis 0,1 mg/kgBB
Midazolam/dormicum (amp 5cc/3cc = 15 mg),dosis 0,1mg/kgBB
Propofol/recofol/diprivan (amp 20cc = 200 mg), dosis 2,5 mg/kgBB
Dehydrobenzperidon/DBP (amp 2cc = 5 mg), dosis 0,1 mg/kgBB
Anti emetic Sulfas atropine (anti kolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg), dosis
0,001 mg/kgBB DBP Narfoz, ranitidin, primperan.
INDUKSI ANESTESI
Merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan. Setelah pasien tidur akibat induksi anestesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesi sampai tindakan pembedahan selesai.
INDUKSI ANESTESI
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan ‘STATICS’:S : Scope
Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T : TubePipa trakea pilih sesuai usia. Usia< 5 tahun tanpa balon
(cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).
A : AirwayPipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa
hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.
INDUKSI ANESTESI
Untuk persiapan induksi anestesi diperlukan ‘STATICS’:T : Tape
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I : IntroducerMandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic
(kabel) yang mudah dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
C : ConnectorPenyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S : Suctionpenyedot lendIr, ludah dan lain-lainnya.
INDUKSI ANESTESI Stadium Anestesi
Stadium I Stadium I (Stadium Analgesia) dimulai dari saat pemberian zat anestetik
sampai hilangnya kesadaran. Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya refleks bulu mata.
Stadium II Stadium II (Stadium Eksitasi; Stadium Delirium) ditandai dengan pernapasan
yang irreguler, pupil melebar dengan refleks cahaya (+), pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata.
Stadium III (Anestesia bedah)
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernapasan hingga hilangnya pernapasan spontan.Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernapasan spontan, hilangnya reflekss kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.
Stadium IV (Intoksikasi)
Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti kegagalan sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Pasien sebaiknya tidak mencapai stadium ini karena itu berarti terjadi kedalaman anestesi yang berlebihan.
INDUKSI ANESTESI
Stadium AnestesiStadium III (Anestesia bedah)
Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernapasan spontan, hilangnya reflekss kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.
Stadium IV (Intoksikasi)Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang
kemudian akan segera diikuti kegagalan sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Pasien sebaiknya tidak mencapai stadium ini karena itu berarti terjadi kedalaman anestesi yang berlebihan.
TEKNIK ANESTESI UMUM
Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontanIndikasi :
Tindakan singkat ( ½ - 1 jam) Keadaan umum baik (ASA I – II) Lambung harus kosong
Prosedur : Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi) Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa
diberikan obat penenang) Induksi Maintainance
TEKNIK ANESTESI UMUM
Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan Indikasi
Operasi lama Sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan
kepala) Prosedur :
Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat (pelumpuh otot/suksinil dengan durasi singkat)
Intubasi setelah induksi dan suksinil Pemeliharaan
TEKNIK ANESTESI UMUM
Teknik Intubasi Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin → fasikulasi (+) Bila fasikulasi (-) → ventilasi dengan O2 100% selama kira - kira
1 mnt Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan
mendorong kepala sedikit ekstensi → mulut membuka Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan,
sedikit demi sedikit, menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri
Cari epiglotis → tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah bengkok) atau angkat epiglotis ( pada bilah lurus )
Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dar luar )
Temukan pita suara → warnanya putih dan sekitarnya merah Masukan ET melalui rima glottis Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat
bantu napas( alat resusitasi )
TEKNIK ANESTESI UMUM
Mudah sulitnya dilakukan intubasi dilihat dari klasifikasi Mallampati
TEKNIK ANESTESI UMUM
Intubasi Endotrakeal dengan napas kendali (kontrol)Pasien sengaja dilumpuhkan (tidak bisa bernafas)
dan pasien dikontrol pernafasanya dengan memberikan ventilasi 12-20x/menit. Setelah operasi selesai pasien dipancing dan akhirnya bisa nafas spontan kemudian akhiri efek anestesinya.
Teknik sama dengan diatasObat pelumpuh otot non depolar (durasinya
lama)Maintainance, obat pelumpuh otot dapat diulang
pemberiannya.
TEKNIK ANESTESI UMUM
Induksi intravenaObat induksi bolus disuntikan dalam kecepatan
antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan oksigen. Dikerjakan pada pasien yang kooperatif.
TEKNIK ANESTESI UMUM
Obat-obat induksi intravena: Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau 1000 mg
sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades steril sampai kepekatan 2,5% ( 1ml = 25mg). Hanya boleh digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7 mg/kg disuntikan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik.
Bergantung dosis dan kecepatan suntikan tiopental akan menyebabkan pasien berada dalam keadaan sedasi, hypnosis, anestesia atau depresi napas. Dosis rendah bersifat anti-analgesi.
Propofol (diprivan, recofol)
Dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml = 1o mg). suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.
Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesia intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0.2 mg/kg. pengenceran hanya boleh dengan dekstrosa 5%. Tidak dianjurkan untuk anak < 3 tahun dan pada wanita hamil.
Ketamin (ketalar)
Kurang digemari karena sering menimbulkan takikardia, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. Sebelum pemberian sebaiknya diberikan sedasi midazolam (dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis0,1 mg/kg intravena dan untuk mengurangi salvias diberikan sulfas atropin 0,01 mg/kg.
Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg. ketamin dikemas dalam cairan bening kepekatan 1% (1ml = 10mg), 5% (1 ml = 50 mg), 10% ( 1ml = 100 mg).
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)
Diberikan dosis tinggi. Tidak menggaggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelianan jantung. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis 20-50 mg/kg dilanjutkan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.
TEKNIK ANESTESI UMUM
Obat-obat induksi intravena:Propofol (diprivan, recofol)
Dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml = 10 mg).
Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesia intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0.2 mg/kg. Pengenceran hanya boleh dengan dekstrosa 5%. Tidak dianjurkan untuk anak < 3 tahun dan pada wanita hamil.
TEKNIK ANESTESI UMUM
Obat-obat induksi intravena:Ketamin (ketalar)
Ketamin dikemas dalam cairan bening kepekatan 1% (1ml = 10mg), 5% (1 ml = 50 mg), 10% ( 1ml = 100 mg).
Kurang digemari karena sering menimbulkan takikardia, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk.
Sebelum pemberian sebaiknya diberikan sedasi midazolam (dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis 0,1 mg/kg intravena
Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg.
TEKNIK ANESTESI UMUM
Obat-obat induksi intravena:Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)
Diberikan dosis tinggi. Tidak menggaggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan jantung.
Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis 20-50 mg/kg dilanjutkan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.
TEKNIK ANESTESI UMUM
Induksi IntramuskularSampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang
dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
Induksi inhalasi N2O Halotan (fluotan) Enfluran (etran, aliran) Isofluran (foran, aeran) Desfluran (suprane) Sevofluran (ultane)
TEKNIK ANESTESI UMUM
Induksi per rectal Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau
midazolam. Induksi mencuri
Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Seperti induksi inhalasi biasa, hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup muka kita tempelkan.
Pelumpuh otot nondepolarisasi Tracurium 20 mg (Antracurium)
Berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak menyebabkna depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.
Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg/kgBB, durasi selama 20-45 menit, kecepatan efek kerjanya -2 menit. Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot:
Cegukan (hiccup) Dinding perut kaku Ada tahanan pada inflasi paru
TEKNIK ANESTESI UMUM
Pelumpuh otot nondepolarisasi Tracurium 20 mg (Antracurium)Berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik,
tetapi tidak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.
Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg/kgBB, durasi selama 20-45 menit, kecepatan efek kerjanya -2 menit.
Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot: Cegukan (hiccup)Dinding perut kakuAda tahanan pada inflasi paru
RUMATAN ANESTESI (MAINTAINANCE)
Dapat dikerjakan secara intravena (anestesi intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan campuran intravena inhalasi.
Rumatan anestesi mengacu pada trias anestesi yaituTidur ringan (hypnosis) sekedar tidak sadarAnalgesia cukupDiusahakan agar pasien selama dibedah tidak
menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup.
RUMATAN ANESTESI (MAINTAINANCE)
Rumatan intravenaBiasanya menggunakan opioid dosis tinggi,
fentanil 10-50 µg/kgBB. Dosis tinggi opioid menyebabkan pasien tidur dengan analgesia cukup, sehingga tinggal memberikan relaksasi pelumpuh otot.
Rumatan intravena dapat juga menggunakan opioid dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan dengan infuse propofol 4-12 mg/kgBB/jam.
Bedah lama dengan anestesi total intravena, pelumpuh otot dan ventilator.
Untuk mengembangkan paru digunakan inhalasi dengan udara + O2 atau N2O + O2.
RUMATAN ANESTESI (MAINTAINANCE)
Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 dengan perbandingan 3:1 ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran 2-4% atau isofluran 2-4 vol% atau sevofluran 2-4% bergantung apakah pasien bernapas spontan, dibantu atau dikendalikan.
TATALAKSANA JALAN NAPAS
Manuver tripel jalan napasKepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital.Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus
mandibulaMulut dibuka
TATALAKSANA JALAN NAPAS
Jalan napas faring (oro-pharyngeal airway/ naso-pharyngeal airway).
Sungkup muka
Sungkup laring (Laryngeal mask)
Pipa trakea (endotracheal tube)
Laringoskopi dan intubasi
INTUBASI TRAKEA Tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam
trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea
Indikasi saat pembedahanMenjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasiPencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
INTUBASI TRAKEA Kesulitan intubasi
Leher pendek berototMandibula menonjolMaksila/gigi depan menonjolUvula tak terlihatGerak sendi temporo-mandibular terbatasGerak vertebra servikal terbatas
INTUBASI TRAKEA Komplikasi intubasi
Selama intubasiTrauma gigi geligiLaserasi bibir, gusi, laringMerangsang saraf simpatis Intubasi bronkus Intubasi esophagusAspirasiSpasme bronkus
Setelah ekstubasiSpasme laringAspirasiGangguan fonasiEdema glottis-subglotis Infeksi laring, faring, trakea
EKSTUBASI Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar
sadar, jika: Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitanPasca ekstubasi ada risiko aspirasi
Ekstubasi dikerjakan umumnya jika efek anestesi sudah ringan dengan catatan tak akan terjadi spasme laring.
Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret dan cairan lainnya.
SKOR PEMULIHAN PASCA ANESTESI
Aldrete ScoreNilai warna
Merah muda = 2Pucat = 1Sianosis = 0
PernapasanDapat bernapas dalam dan batuk = 2Dangkal namun pertukaran udara adekuat = 1Apnoea atau obstruksi = 0
SirkulasiTekanan darah menyimpang <20% dari normal = 2Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal = 1Tekanan darah menyimpang >50% dari normal = 0
SKOR PEMULIHAN PASCA ANESTESI
Aldrete ScoreKesadaran
Sadar, siaga dan orientasi = 2Bangun namun cepat kembali tertidur = 1Tidak berespons = 0
AktivitasSeluruh ekstremitas dapat digerakkan = 2Dua ekstremitas dapat digerakkan = 1Tidak bergerak = 0
Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
SKOR PEMULIHAN PASCA ANESTESI
Steward Score (anak-anak)Pergerakan
Gerak bertujuan = 2Gerak tak bertujuan = 1Tidak bergerak = 0
Pernafasan Batuk, menangis = 2Pertahankan jalan nafas = 1Perlu bantuan = 0
SKOR PEMULIHAN PASCA ANESTESI
Steward Score (anak-anak)Kesadaran
Menangis = 2Bereaksi terhadap rangsangan = 1Tidak bereaksi = 0
Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
TERIMA KASIH