30
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat serta karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Anestesi Spinal pada Sectio Caesarea dengan PEB”. Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, kami mendapat bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Guntur Muhammad T, Sp.An sebagai pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo, Slawi. 2. Staf dan paramedis yang bertugas di Kamar Operasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo Slawi, khususnya kepada seluruh penata anestesi yang telah membantu selama kami menjalankan kepaniteraan. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.Penulis berharap laporan khusus ini dapat memberikan manfaat yaitu menambah ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk mahasiswa kedokteran dan masyarakat pada umumnya. Slawi, Desember 2014 1

preskas anestesi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat serta karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Anestesi Spinal pada Sectio Caesarea dengan PEB. Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, kami mendapat bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. dr. Guntur Muhammad T, Sp.An sebagai pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo, Slawi.2. Staf dan paramedis yang bertugas di Kamar Operasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo Slawi, khususnya kepada seluruh penata anestesi yang telah membantu selama kami menjalankan kepaniteraan.Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.Penulis berharap laporan khusus ini dapat memberikan manfaat yaitu menambah ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk mahasiswa kedokteran dan masyarakat pada umumnya.

Slawi, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. 1DAFTAR ISI 2BAB I PENDAHULUAN... 3BAB II LAPORAN KASUS4I. IDENTITAS. 4II. ANAMNESIS.. 4III. PEMERIKSAAN FISIK. 5IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG... 7V. RESUME. 7VI. ASSESSMENT 8VII. PENATALAKSANAAN 8BAB III PEMBAHASAN KASUS 9BAB IV TINJAUAN PUSTAKA.. 15BAB V KESIMPULAN..20

BAB IPENDAHULUAN

Proses persalinan dengan menggunakan metode seksio sesarea perlu diperhatikan dengan serius, karena proses persalinan ini memiliki risiko yang dapat membahayakan keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya. Salah satu risiko yang dapat terjadi adalah terjadinya perubahan hemodinamik dalam tubuh ibu yang mengandung sebagai efek samping penggunaan anestesi dalam operasi seksio sesarea. Hal inilah yang menyebabkan perlunya pemantauan tekanan darah dan nadi selama proses operasi seksio sesarea.Pada kehamilan normal, organ jantung ibu akan mendapat beban untuk memenuhi kebutuhan selama kehamilan dan juga beban dari berbagai penyakit jantung yang mungkin diderita selama kehamilan. Kehamilan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah, volume darah, tekanan pembuluh darah perifer, serta tekanan pada sisi kanan jantung. Pada kehamilan, darah yang dipompa oleh jantung akan meningkat sekitar 30%, sementara denyut nadi akan meningkat 10 kali / menit. Volume darah meningkat 40% pada kehamilan normal. Kenaikan tekanan pembuluh darah perifer terjadi karena adanya peningkatan volume air total pada tubuh ibu dan hal ini sering menimbulkan edema perifer serta vena verikosa bahkan pada kehamilan normal. Teknik anestesi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu anestesi umum dan anestesi regional. Anestesi umum bekerja untuk menekan aksis hipotalamus pituitari adrenal, sementara anestesi regional berfungsi untuk menekan transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal .Teknik anestesia yang lazim digunakan dalam seksio sesarea adalah anestesi regional, tapi tidak selalu dapat dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien. Beberapa teknik anestesi regional yang biasa digunakan pada pasien obstetri yaitu blok paraservikal, blok epidural, blok subarakhnoid, dan blok kaudal. Anestesia spinal aman untuk janin, namun selalu ada kemungkinan bahwa tekanan darah pasien menurun dan akan menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi ibu dan janin.Beberapa kemungkinan terjadinya komplikasi pada ibu selama anestesia harus diperhitungkan dengan teliti. Keadaan ini dapat membahayakan keadaan janin, bahkan dapat menimbulkan kematian ibu. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain aspirasi paru, gangguan respirasi, dan gangguan kardiovaskular. BAB IILAPORAN KASUSSTATUS ILMU ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM DR.SOESELO SLAWI

I.IDENTITASNama: Ny.Saripah Umur: 37 tahunJenis kelamin: PerempuanTanggal lahir : 8 Agustus 1977Agama: IslamStatus: KawinPekerjaan: Ibu rumah tanggaAlamat: Slawi kulon,SlawiII.ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada suami pasien pada tanggal 8 Desember 2014 di ICU RSUD Dr.Soeselo Slawi.Keluhan UtamaPasien datang dengan keluhan perdarahan dari kemaluannya sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.Keluhan tambahanPasien mengeluh pusing dan nyeri ulu hatiRiwayat penyakit sekarangPasien datang ke Ponek RSUD Dr.Soeselo Slawi pada tanggal 6 Desember 2014 pada pukul 08.00 WIB dengan keluhan perdarahan dari kemaluannya sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.Pasien datang atas rujukan bidan.Pasien mengeluh pusing dan nyeri ulu hati.pasien mengaku tidak buang air kecil sejak kemarin malam.Selama hamil kedua kaki sering bengkak setelah berjalan agak jauh dan biasanya hilang setelah istirahat,namun semenjak seminggu terakhir bengkak tidak hilang setelah istirahat.Pasien mengeluh agak sesak 6 jam setelah operasi.Keluhan gangguan penglihatan dan kejang disangkal.Riwayat penyakit dahuluPasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi,diabetes mellitus,asma,jantung atau alergi.Pasien memiliki riwayat operasi sectio caesaria untuk kehamilan sebelumnya.Riwayat penyakit keluargaKeluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala yang sama seperti pasien seelumnya.riwayat penyakit jantung,hipertensi,diabetes mellitus,asma dan penyakit paru dalam keluarga pasien disangkal.Riwayat kehamilanPasien mengaku persalinan keduanya dengan riwayat G2P1A0 usia kehamilan 40 minggu, sebelumnya pasien melahirkan sectio di RSUD Soeselo Slawi.Saat hamil pasien kontrol ke bidan, pasien mengaku tidak teratur memeriksa ke bidan atau dokter. Saat kontrol tekanan darah pasien berkisar 140/90 mmHg.pasien pernah diberikan obat dan vitamin oleh bidan namun tidak pernah beli obat lagi pada saat obat habis.Pada kehamilan sebelumnya tidak pernah memiliki tekanan darah yang tinggi atau keluhan lainnya.

III. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik dilakukan sesaat sebelum operasi di ponek pukul 09.00 WIB Keadaan umumKesan sakit: Tampak sakit sedangKesadaran: compos mentisKesan gizi: baik Tanda vital Tekanan darah: 160/100 mmHg Nadi: 88 x/menit Suhu: 37 C Pernafasan: 25 x/menitSTATUS GENERALISKepala: Normocephali,rambut hitam,distribusi merata,dan tidak muadh dicabutMata: pupil bulat isokor,CA +/+,SI -/-,Refleks cahaya langsung +/+,Refleks cahaya tidak langsung +/+Hidung: simetris,deviasi septum (-),Deformitas(-),Sekret (-),Nafas cuping hidung (-)Telinga: Normotia,nyeri tekan tragus (-),nyeri tarik (-)Mulut: Bibir simetris,sianosis (-),mukosa bibir tampak kerimg,tonsil T1-T1Leher: KGB dan tiroid tidak teraba membesar,JVP 5+2 cmH20,deviasi trakea (-)Thorax:Paru: Inspeksi: gerakan dada simetris kanan dan kiri ,retraksi (-) Palpasi: - Perkusi: - Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+,ronki +/+,wheezing -/-Jantung : Inspeksi : - Palpasi: - Perkusi: - Auskultasi: S1-S2 reguler, murmur (-),gallop(-), takikardiAbdomen: Inspeksi : buncit Auskultasi: bising usus (+) 2x/menit, DJJ tidak terdengar Perkusi: - Palpasi: Nyeri tekan (+) di epigastrium,perut teraba tegang ,TFU 35 cmEktremitas:I. Superior Inspeksi : simetris,deformitas(-),edema (-),efloresensi bermakna (-) ,Ikterik(-) Palpasi : hangat, tonus otot baik, edema (-)II. Inferior Inspeksi: Simetris, deformitas (-),edema (+), efloresensi bermakna (-),ikterik (-) Palpasi : hangat ,tonus otot baik,edema (+) pada kedua tungkai

IV.PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium1. Darah lengkapLeukositH 20.8 103/uL

Eritrosit L 2.5 106/uL

HemoglobinL 7.7 %

HematokritL 23 %

Trombosit210 103/uL

Eosinofil0,9 %

Basofil0,30 %

NeutrofilH. 83,30 %

LimfositL 10,08 %

Monosit5,40 %

Golongan darahB

Rhesus faktorPositif

Kimia darahUreum20.2 mg/dl

Creatinin0.86 mg/dl

SGOT23 U/L

SGPT6 U/L

HbsAgNon reaktif

2. RadiologiTidak dilakukan pemeriksaan foto thoraks PA3. UltrasonografiKesan : solutio plasenta

V. RESUMEPasien Ny.Saripah 37tahun datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 2 jam SMRS atas rujukan bidan pasien mengeluh pusing,nyeri ulu hati dan tidak keluarnya urin (anuria) sejka kemarin malam ,oedem pada kedua tungkai.Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekannan darah 160/100 mmHg,nadi 88x/menit, RR 25 x/menit,suhu 37 C.pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan kesan anemia dan leukositosis.hasil USG kesan didapatkan solutio placenta.

VI. ASSESSMENT G2P1A0,hamil aterm,IUFD,PEB,Solutio placenta,anuria,bekas SC,suspek oedem pulmo.Rencana SC dengan spinal anestesi.

VII. PENATALAKSANAAN1. Persiapan operasia. Persetujuan operasi tertulis (informed consent) (+)b. Puasa 6-8 jamc. Oksigenasi 3L/menitd. Pemasangan IV line memakai abocath no.20 dan transfuse set dengan ringer laktate. Pemasangan kateter urin dan disambungkan dengan urin bagf. Usaha darah PRC 2 kolfHb x BB x 3,3 = (10-7.7) x 70 x 3,3 = 530 cc( 2 kantong PRC(@250 cc))2. Jenis anestesi ; Anestesi regional3. Teknik anestesi : spinal anestesi ,L4-L5,LCS (+)4. Premedikasi: Ondansentron 4mg/2mlMgSO4 20% 4 gr 20 tpmAntihipertensi metal dopa : Dopamet 500 mg5. Induksi : Bupivacain HCL 5mg/ml;3ml6. Maintenance: oksigen 3L/menit7. Monitoring: Tanda vital selama operasi berlangsung setiap 15 menit,cairan,dan perdarahan.8. Pengawasan pasca anestesi diruang pulih sadar

Durante operasiJamTDHRSpo2Keterangan

10.30180/100 mmHg100x/menit100%Bupivacain HCL 5mg/ml3ml

10.45150/90 mmHg98x/menit100%Mulai operasiOndansentron 4mgRinger laktat 500 cc

11.00150/90 mmHg90x/menit99% Lahir bayi Metilergometrin 1 ampul Oksitosin 1 ampul

11.15140/90 mmHg90x/menit99% RL 500 cc

11.30130/80 mmHg85x/menit100%Adona 50mg/10ml

11.45130/80 mmHg90x/menit99%Pasien mengeluh sesak napasAuskultasi didapatkan ronki pada kedua bagian basal paru

12.00100/60 mmHg100x/menit100%Efedrin 1 ccHES 500 cc

12.15 120/80 mmHg100x/menit100 %Pasien mengeluh mual dan sakit ondansentron 4mg/2ml,tramadol 50 mg/ml

12.30120/80 mmHg98x/menit100 %Operasi selesaiCairan masuk :RL 2 + HES 1Total 1500 ccCairan keluar :Perdarahan dan ketuban 1000ccUrine 100ccTotal : 1100 cc

Setelah operasi selesai pasien diobservasi diruang ponek.pasien sadar,mengeluh napas sedikit sesak,dilakukan pemeriksaan tanda vital dengan hasil : Tekanan darah: 130/80 mmHg Nadi : 89x/menit Suhu: 37 C Pernapasan : 22x/menit

Skor AldreteVariabelSkorSkor pasien

AktivitasGerak ke-4 anggota gerak atas perintahGerak ke-2 anggota gerak atas perintahTidak merespon2102

RespirasiDapat bernapas dalam dan batukDispnoe, hipoventilasiApneu 2102

SirkulasiPerubahan 50% TD sistol preoperasi2102

KesadaranSadar penuhDapat dibangunkanTidak merespon2102

Warna kulitMerahPucatSianotik2102

Skor total10

Total aldrete score 10 pasien boleh dipindahkan ke bangsal.Instruksi post operasi : Rawat intensif ponek Infuse RL 20 tpm Injeksi Ceftriaxone 1x2gr Injeksi ketorolak 3 x30 mg Injeksi ranitidin 2x 50 mg Monitoring tanda vital dan balance cairan/6 jam Cek Hb post op Foto thorax

BAB IIPEMBAHASAN KASUS

2.1 Pemeriksaan preoperative

Informed consent Anamnesis,pemeriksaan fisik,laboratorium dilakukan dan ditemukan pasien perdarahan pervaginam aktif dengan tekanan darah 160/90 mmHg dan meningkat saat diruang operasi menjadi 180/100 mmHg,nadi 100x/menit,isi cukup,dan konjungtiva anemis.Setelah dipasang DC urin pasien tidak keluar dan pasien mengaku terakhir buang air kecil kemarin sore. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7.7 gr%. Dari hasil pemeriksaan ditemukan kelainan sistemik berat ASA IIIE IV line 1 jalur RL 20 tpm Pemasangan catheter : tidak didapatkan adanya urin yang keluar

Jenis anestesi yang dipilih pada kasus pasien adalah anestesi regional,subarachnoid block karena : Indikasi operasi obstetric gynekologi Pasien dalam keadaan stabil,tidak gelisah,kesadaran kompos mentis Tidak terdapat kontraindikasi seperti gangguan koagulopati ataupun HELLP syndromePada PEB jenis anestesi yang terbaik yang digunakan adalah epidural anestesi,dikarenakan efek vasodilatasi tidak sebesar subarachnoid block yang akan menyebabkan vasodilatasi perifer.Pada PEB walaupun tekanan darah tinggi,tetapi kadar volume plasma rendah sehingga perfusi jaringan juga berkurang. Bila dilakukan anestesi spinal akan terjadi penurunan tekanan darah,namun dengan penangan cairan dan monitoring yang ketat kejadian tersebut dapat teratasi.Kendala pada anestesi epidural adalah teknik anestesi lebih sulit.Pada keadaan dimana kondisi pasien lemah,kesadaran menurun dan didapatkan gejala syok,anestesi umum merupakan pilihan utama.2.2 Persiapan operasi :1. Pemebersihan dan pengosongan saluran pencernaan.Pengosongan lambung sebelum anestesi penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi dan muntah. Pada pembedahan elektif,pengosongan lambung dilakukan dengan puasa,pasien dewasa 6-8 jam,bayi/anak 2-5 jam. Pada pembedahan darurat dilakukan cara menetralkan asam lambung dengan memberi antasida (magnesium trisilikat) atau antagonis reseptor H2(simetidin dan ranitidine)2. Gigi palsu,bulu mata palsu,cincin,gelang harus ditinggalkan dan bahan kosmetik harus dibersihkan agar tidak mengganggu.3. Kandung kemih harus dikosongkan,bila perlu dilakukan kateterisasi untuk membersihkan jalan nafas,pasien diminta batuk kuat-kuat dan mengeluarkan lendir jalan nafas.4. Penderita masuk kamar bedah dengan pakaian khusus,diberikan tanda atau label.periksa kembali informed consent.5. Dilakukan ulang pemeriksaan fisik yang penting 6. Pemberian obat premedikasi secara intramuscular atau oral -1 jam sebelum operasi.dengan tujuan untuk: Meredakan kecemasan dan ketakutan Memperlancar induksi anestesi Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus Meminimalkan jumlah obat anestetik Mengurangi mual muntah pasca bedah Menciptakan amnesia Mengurangi isi cairan lambung Mengurangi refleks yang membahayakana.ondansentron untuk mencegah mual dan muntah pada pasien diberikan ondansentron 4mg/2ml secara intravena.operasi yang dilakukan merupakan operasi cito,dimana pasien tidak menjalani puasa sebelumnnya sehingga terjadi peningkatan resiko aspirasi pada pasien dikarenakan keadaan lambung yang tidak kosong.b. MgSO4Magnesium sulfat merupakan lini pertama untuk mencegah terjadinya kejang saat operasi berlangsung ataupun setelahnya.Merupakan antagonis saluran kalsium pada otot polos.Diberikan MgSO4 20% 4 gr iv selama 20 menit.c. AntihipertensiTekanan darah pasien yang mencapai 160/100 mmHg merupakan indikasi diberikan obat antihipertensi pada pasien. Obat antihipertensi yang diberikan dapat berupa : hydralazine (pilihan utama),Labetalol,Nifedipin,dan metildopa.Pada pasien diberikan dopamet 500mg yang merupakan obat golongan metildopa. Obat ini termasuk golongan a2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor a2-adrenergik diotak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak.Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut jantung,cardiac output,resistensi perifer,aktivitas rennin plasma dan refleks baroreseptor.Metildopa aman bagi ibu dan anak.

2.3 InduksiDigunakan Bupivacaine HCL 5mg/ml diberikan sebanyak 3ml. Bupivacaine (golongan amida) memiliki kerja yang cepat dan durasi yang lama.2.4 Maintanance OksigenasiO2 3 liter/menit dengan kanul Terapi cairan perhitungan cairan durante operasi BB=70 kg Estimated Blood Volume (EBV)EBV = BB x 65 =70x 65 =4550 ccAllowed Blood Loss (ABL) 20 % x EBV = 20 % x 4550 = 910 ccJumlah perdarahan suction dan kasa 1000 cc Karena volume darah yang hilang > 20% maka diberikan cairan kristaloid dan koloid.

Terapi Cairan Intra-Operatif Maintenance 2cc x BB = 2 x 70 = 140 cc

Kebutuhan Cairan Operasi (O):Pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang peritoneum, ruang ketiga, atau luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung pada besar kecilnya pembedahan, 6-8 ml/kg untuk operasi besar, 4-6 ml/kg untuk operasi sedang, dan 2-4 ml/kg untuk operasi kecil.Pada pasien ini diperoleh kebutuhan cairan operasinya adalah sebagian berikut:Operasi besar x berat badan = 8 ml x 70 kg = 560 cc

Kebutuhan Cairan Puasa (P)Lama puasa x maintenance= 6 jam x 140 cc = 840 cc

Pemberian cairan jam pertama:Maintenance + kebutuhan cairan operasi + 50% kebutuhan cairan puasa= 140cc + 560 cc + 420 cc = 1120 cc Pemberian cairan jam kedua :Maintenance + kebutuhan cairan operasi + 25% kebutuhan cairan puasa= 140cc + 560 cc + 210cc = 910 cc

Selama puasa dan operasi pasien telah diberikan cairan RL 2 kolf @ 500cc dan 1 koloid HES @ 500cc maka total terapi cairan yang pasien dapat adalah 1500 cc, maka terapi cairan pasien terpenuhi.

BAB IIITINAJUAN PUSTAKA

TEKNIK ANESTESI SPINAL

Anestesi spinal adalah suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah lumbal. Cara ini sering digunakan pada persalinan per vaginam dan pada seksio sesarea tanpa komplikasi .Pada seksio sesarea blokade sensoris spinal yang lebih tinggi penting. Hal ini disebabkan karena daerah yang akan dianestesi lebih luas, diperlukan dosis agen anestesi yang lebih besar, dan ini meningkatkan frekuensi serta intensitas reaksi-reaksi toksik .

1. Teknik anestesi spinal pada seksio sesarea Pada tindakan premedikasi sekitar 15-30 menit sebelum anestesi, berikan antasida, dan lakukan observasi tanda vital. Setelah tindakan antisepsis kulit daerah punggung pasien dan memakai sarung tangan steril, pungsi lumbal dilakukan dengan menyuntikkan jarum lumbal (biasanya no 23 atau 25) pada bidang median setinggi vertebra L3-4 atau L4-5. Jarum lumbal akan menembus berturut-turut beberapa ligamen, sampai akhirnya menembus duramater - subarachnoid. Setelah stilet dicabut, cairan serebro spinal akan menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut. Keberhasilan anestesi diuji dengan tes sensorik pada daerah operasi, menggunakan jarum halus atau kapas. Daerah pungsi ditutup dengan kasa dan plester, kemudian posisi pasien diatur padaposisi operasi.

2. Indikasi anestesi spinal pada seksio sesareaBiasanya anestesi spinal dilakukan untuk pembedahan pada daerah yang diinervasi oleh cabang Th.4 (papila mammae kebawah) : Vaginal delivery Ekstremitas inferior Seksio sesarea Operasi perineum Operasi urologic3. Kontra indikasi anestesi spinal pada seksio sesarea Infeksi tempat penyuntikan Gangguan fungsi hepar Gangguan koagulasi Tekanan itrakranial meninggi Alergi obat lokal anstesi Hipertensi tak terkontrol Pasien menolak Syok hipovolemik Sepsis4.Obat anestesi spinal pada seksio sesarea .Obat anestetik yang sering digunakan: Lidocain 1-5 % Bupivacain 0,25-0,75 %5. Komplikasi anestesi spinal pada seksio sesarea Hipotensi. Brakikardi. Sakit kepala spinal (pasca pungsi) Menggigil Mual-muntah Depresi nafas Total spinal Sequelae neurologic Penurunan tekanan intrakranial Meningitis Retensi urine

Anatomi Kolumna Vertebra

Pengetahuan yang baik tentang anatomi kolumna vertebralis merupakan salah satu faktor keberhasilan tindakan anestesi spinal. Di samping itu, pengetahuan tentang penyebaran analgesia lokal dalam cairan serebrospinal dan level analgesia diperlukan untuk menjaga keamanan tindakan anestesi spinal.Vertebra lumbalis merupakan vertebra yang paling penting dalam spinal anestesi, karena sebagian besar penusukan pada spinal anestesi dilakukan pada daerah ini.Kolumna vertebralis terdiri dari 33 korpus vertebralis yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu: 7 servikal, 12 thorakal, 5 lumbal, 5 sakral dan 4 koksigeus. Kolumna vertebralis mempunyai empat lengkungan yaitu daerah servikal dan lumbal melengkung ke depan, daerah thorakal dan sakral melengkung ke belakang sehingga pada waktu berbaring daerah tertinggi adalah L3, sedang daerah terendah adalah L5.Segmen medulla spinalis terdiri dari 31 segmen : 8 segmen servikal, 12 thorakal, 5 lumbal, 5 sakral dan 1 koksigeus yang dihubungkan dengan melekatnya kelompokkelompok saraf. Panjang setiap segmen berbeda-beda, seperti segmen tengah thorakal lebih kurang 2 kali panjang segmen servikal atau lumbal atas. Terdapat dua pelebaran yang berhubungan dengan saraf servikal atas dan bawah. Pelebaran servikal merupakan asal serabut-serabut saraf dalam pleksus brakhialis. Pelebaran lumbal sesuai dengan asalserabut saraf dalam pleksus lumbosakralis. Hubungan antara segmen-segmen medulla spinalis dan korpus vertebralis serta tulang belakang penting artinya dalam klinik untuk menentukan tinggi lesi pada medulla spinalis dan juga untuk mencapainya padapembedahan.Lapisan yang harus ditembus untuk mencapai ruang subarakhnoid dari luar yaitu kulit, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum flavum dan duramater. Arakhnoid terletak antara duramater dan piamater serta mengikuti otak sampai medulla spinalis dan melekat pada duramater. Antara arakhnoid dan piamater terdapat ruang yang disebut ruang sub arakhnoid.Duramater dan arakhnoid berakhir sebagai tabung pada vertebra sakral 2, sehingga dibawah batas tersebut tidak terdapat cairan serebrospinal. Ruang sub arakhnoid merupakan sebuah rongga yang terletak sepanjang tulang belakang berisi cairan otak, jaringan lemak, pembuluh darah dan serabut saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis. Pada orang dewasa medulla spinalis berakhir pada sisi bawah vertebralumbal.

PENGARUH ANESTESI SPINAL

a. Terhadap sistem kardiovascularPada anestesi spinal tinggi terjadi penurunan aliran darah jantung dan penghantaran (supply) oksigen miokardium yang sejalan dengan penurunan tekanan arteri rata-rata. Penurunan tekanan darah yang terjadi sesuai dengan tinggi blok simpatis, makin banyak segmen simpatis yang terblok makin besar penurunan tekanan darah. Untuk menghindarkan terjadinya penurunan tekanan darah yang hebat, sebelum dilakukan anestesi spinal diberikan cairan elektrolit NaC1 fisiologis atau ringer laktat 10-20 ml/kgbb. Pada Anestesi spinal yang mencapai T4 dapat terjadi penurunan frekwensi nadi dan penurunan tekanan darah dikarenakan terjadinya blok saraf simpatis yang bersifat akselerator jantung.b. Terhadap sistem pernafasan :Pada anestesi spinal blok motorik yang terjadi 2-3 segmen di bawah blok sensorik, sehingga umumnya pada keadaan istirahat pernafasan tidak banyak dipengaruhi. Tetapi apabila blok yang terjadi mencapai saraf frenikus yang mempersarafi diafragma, dapat terjadi apnea.c. Terhadap sistem pencernaan :Oleh karena terjadi blok serabut simpatis preganglionik yang kerjanya menghambat aktifitas saluran pencernaan (T4-5), maka aktifitas serabut saraf parasimpatis menjadi lebih dominan, tetapi walapun demikian pada umumnya peristaltik usus dan relaksasi spingter masih normal. Pada anestesi spinal bisa terjadi mual dan muntah yang disebabkan karena hipoksia serebri akibat dari hipotensi mendadak, atau tarikan pada pleksus terutama yang melalui saraf vagus.

BAB V KESIMPULAN

Pasien merupakan pasien obgyn dengan diagnosis G2P1A0 dengan PEB suspek oedem pulmo.Pasien dilakukan section sesarea dengan anestesi spinal.Dari anamnesis pasien megeluh keluar darah dari vagina sejak 2 jam yang lalu dan merasa mual dan pusing.Pasien memiliki tidak memiliki riwayat hipertensi.Pasien tidak terdapat diabetes mellitus, alergi obat, maupun asma.Pasien tidak sedang demam maupun batuk.Pasien mengaku mempunyai tekanan darah tinggi sejak hamil 4 bulan yang tidak pernah dialami pada kehamilan sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik teradpat kelainan seperti TD 160/100 mmHg, konjungtiva anemis,suara ronki dikedua basal paru.Pada pemeriksaan penunjang terdapat kelainan yaitu kadar eritrosit ,Hb, dan hematokrit yang rendah ,leukosit yang tinggi.Berdasarkan klasifikasi status fisik pasien pra-anestesi menurut American Society of Anesthesiologist, pasien digolongkan dalam ASA IIIE.Pasien dilakukan regional anestesi dengan teknik subarachnoid block pada L3-L4 dengan menggunakan spinal needle dengan ukuran diameter 25. Lalu dimasukkan obat Recain 2 cc (bupivacaine).Obat-obat yang diberikan pada pasien ini adalah ondansetron, MgSO4, dopamet, oksitosin,metilergometrin,dan efedrin.

DAFTAR PUSTAKA

1.Lukito Husodo. Pembedahan dengan laparotomi. Di dalam : Wiknjosastro H, editor. Ilmukebidanan, edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002 .863 8752. Caesarean section (editorial). Didapat dari : URL, : http://www.wikipedia.org. 1 Maret2006 (diakses tanggal 20 Desember 2014)3. Owen P. Caesarean section. Didapat dari : URL, : http://www.netdoctor.co.uk. 2005(diakses tanggal 20 Desember 2014)4. Elridge. Monitoring during caesarean section. Didapat dari : URL, :http://www.nda.ox.ac.uk. 2000 (diakses tanggal 20 Desember 2014)5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran (terjemahan). Edisi 9. Jakarta: EGC;1996. 1063-76, 1203-37.6. Smith GFN. Anaesthetic. Didapat dari : URL, : http://www.netdoctor.co.uk. 2005 (diaksestanggal 20 Desember 2014)7. Morgan GE, Mikhail MS. Clinical anesthesiology. 2nd ed. Stamford:A LANGE medicalbook; 1996. 834.8. World Health Organization. Managing complications in pregnancy and childbirth.Didapat dari : URL, : http://www.who.int. 2003 (diakses tanggal 20 Desember 2014)9. Oyston J. A guide to spinal anaesthesia for caesarean section. Didapat dari : URL, :http://www.oyston.com. Oktober 2000 (diakses tanggal 20 Desember 2014)10. Dahlan S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT Arkans; 200411. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta ; 200212. Scott D. Spinal anaesthesia and specific cardiovascular conditions. Didapat dari : URL, :http://www.manbit.com. 1997 (diakses tanggal 20 Desember 2014)13. Hidayat R. Perbedaan efek kardiovaskuler pada anestesi inhalasi enfluran antara teknikmedium flow dan high flow semi closed system. Semarang : 200614. Tohaga E. Hubungan antara dosis preload dengan perubahan tekanan darah pada operasidengan teknik anestesi spinal. Semarang : 1998

21