Upload
ricky-fathoni
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
1/23
1
PRESENTASI KASUS
TB PARU
Disusun Oleh :
Ricky Fathoni (107103001592)
Pembimbing :
Dr. Caecilia A, SpP FCCP
KEPANITERAAN KLINIK PULMONOLOGIRS FATMAWATI
7 Febuari 2011 18 Februari 2011
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
2/23
2
I. Identitas PasienNama : Ny. A
Usia : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kampung Mampangan Rt 02/09 Depok, Jawa Barat
Pendidikan : SLTA
II. AnamnesisKeluhan Utama :
Batuk menahun.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh batuk tidak kunjung sembuh sejak beberapa tahun. Batuk dirasakan
kadang berdahak. Dahak berwarna kehijauan. Pasien merasa sesak napas jika beraktivitas
ringan. Pasien juga mengeluhkan demam yang terus menerus, demam tidak terlalu tinggi.
Nafsu makan pasien terus menurun. Pasien sudah pernah berobat dan di diagnosis TB paru
pada tahun 2006. Berat badan awal pasien 70 kg.
Pasien meminum OAT selama 3 bulan, kemudian menghentikan obat sendiri Karena
merasa gatal dan panas di lengan dan tungkai. Pasien melakukan uji alergi OAT di RSCM
dengan hasil (+1) pada rifampisin dan INH.
Pasien tidak merasa nyeri dada, mual, muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengidap diabetes mellitus tidak terkontrol. Pasien menyangkal mengidap hipertensi.
Riwayat Sosial :
Pasien menyangkal kebiasaan merokok. Di lingkungan pasien tidak ada yang menderita
penyakit serupa.
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
3/23
3
III. Pemeriksaan FisikA.Status generalis
a. Keadaan umum : Sakit sedangb. Kesadaran : Compos mentis
B.Tanda vitala. Tekanan darah : 105/60 mmHgb. Frekuensi nadi : 120 kali / menitc. Frekuensi napas : 24 kali / menitd. Suhu : 380 C
C.Kulita. Warna : Sawo matangb. Suhu raba : Hangatc. Lembab / kering : Keringd. Pucat : Adae. Ikterus : Tidak ada
D.Mata :Konjungtiva anemis (+) (+)
Sklera ikterik (-) (-)
E.Telinga, Hidung, TenggorokanDeformitas (-), sekret (-), konka nasal hiperemis (-), edema (-).
Serumen (-), ottorhea (-), membran timpani intak.
Arcus faring hiperemis (-).
Rongga mulut : kandidiasis oral (-).
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
4/23
4
F.LeherTekanan vena jugularis tidak meningkat (5+0 cmH2O).
KGB tidak teraba membesar.
G. Toraks DepanInspeksi : Simetris pada saat statis dan dinamis, penggunaan otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : Vocal fremitus sulit dinilai.
Perkusi : Batas paru hati ICS VI.
Batas paru lambung ICS VIII.
Perkusi redup pada lapang paru kiri dari ICS VI.
Batas jantung kanan ICS IV PSLD 1 jari lateral.
Batas jantung kiri ICS VI MCLS.
Batas pinggang jantung ICS III MCLS.
Auskultasi : SN Vesikuler, Ronki basah kasar (+) kanan dan kiri, Wheezing (-).
S1S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-).
Toraks Belakang
Inspeksi : Simetris pada saat statis dan dinamis.
Palpasi : Vocal fremitus sulit dinilai.
Perkusi : Perkusi redup pada lapang paru kanan.
Auskultasi : SN Vesikuler, Ronki (+), Wheezing (-).
H.AbdomenDatar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) Normal.
Hepar dan Lien tidak teraba.
I. EkstremitasAkral teraba hangat, edema (-), jari tabuh (+).
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
5/23
5
IV. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan 7 Feb 2011 Nilai normal
Hb (gr/dL) 9,4 13,2 17,3
Ht (%) 29 33 45
Leukosit (ribu/uL) 23.900 5 10.000
Diff. Count
Basofil
Eosinofil
Neutrofil Batang
Neutrofil Segment
Limfosit
Monosit
0
0
0
89
8
3
0 1
2 4
3 5
50 70
25 40
2 8
Trombosit (ribu/uL) 658.000 150 - 450.000
Eritrosit (juta/uL) 3,58 4,4 5,9
VER/MCV 80 80 100
HER/MCH 26 26 34
KHER/MCHC 33 32 36
SGOT (U/l) 14 < 37
SGPT (U/l) 8 < 42
GDS (mg/dL) 262 70 140
Ureum darah (mg/dL) 25 20 40
Creatinin (mg/dL) 0,7 0,6 1,4
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
6/23
6
b. Pemeriksaan RadiologiRontgen Thoraks tanggal 16 Januari 2011
Infiltrat di perihiler dextra dan suprahiler dextra
Peribronkial infitrat di lapang paru tengah dan bawah sinistra
Lesiradiopaks, multipel di lapang atas dan tengah sinistra
Sinus dan diafragma sinistra berselubung
Kesan : Destroyed lung kiri
V. ResumeWanita berusia 51 mengeluh batuk tidak kunjung sembuh sejak beberapa tahun. Batuk
dirasakan kadang berdahak. Dahak berwarna kehijauan. Terdapat sesak napas dan demam.
Nafsu makan menurun. Pasien sudah pernah berobat dan di diagnosis TB paru, pasien
berhenti minum obat OAT setelah 3 bulan karena merasa gatal dan panas di lengan dan
tungkai. Pasien melakukan uji alergi OAT di RSCM dengan hasil (+1) pada rifampisin dan
INH.
Pemeriksaan Fisik : TD 105/60 mmHg, Nadi 120 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 38,0 C.
Conjungtiva anemis (+), Perkusi redup pada lapang paru kiri dari ics VI, Ronki basah
kasar (+) pada kedua lapang paru, Jari tabuh (+), CRT lambat.
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
7/23
7
Pemeriksaan Penunjang : Hb 9,4 g/dL; Leukosit 23.900 /uL; Diff. Count basofil 89%;
Eritrosit 3,58 juta/uL; GDS 262 mg/dL.
VI. Diagnosisy TB paru kasus putus obat dengan anemia dan suspek efusi pleura kiri.y Suspek DM tipe 2.
VII. Pemeriksaan Anjurany Tes Sputum BTAy Pemeriksaan kultur dan uji resistensi BTAy
Pemeriksaan kultur dan uji resistensi MO
y USG toraksy Penmeriksaan GDN dan GDPP
VIII.TatalaksanaA. Non medikamentosa
a. Tirah baringb. Diet sesuai dengan DMc. Edukasi pasien dan keluarga
B. Medikamentosay OBH syrup 3 x C Iy Etambutol 500mg, 2 x 1y Pirazinamid 500mg, 1 x 2y Streptomisin 750mg, 1 x 1y Neurodex 2 x 1y Parasetamol tablet 500 mg, 3 x 1y Nebulizer (Pulmicort dan Bisolvon) 3 kali sehari
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
8/23
8
IX. PrognosisAd Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
9/23
9
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit kronik akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru.
Epidemiologi
Tuberkulosis(TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia ini,
meskipun pengobatan TBC yang efektif sudah tersedia.
Pada tahun 1993, WHO mendeklarasikan TBC sebagai global health emergency.
Tuberkulosis dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3
penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, dan jumlah terbesar kasus TBC
terjadi di Asia Tenggara. Sebagian besar dari kasus TBC ini (95%) dan kematiaannya (98%)
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan
bahwa jumlah kematian terbesar akibat TBC terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk,
prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TBC yang muncul.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India
dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru dan sekitar 140.000 kematian akibat TBC. Di
Indonesia, tuberculosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia.
Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis
complex. Yang tergolong dalam Mycobacterium tuberculosis complex adalah: 1.M.tuberculosae,
2. Varian Asian, 3. Varian African I, 4. Varian African II, 5. M.bovis Bakteri ini berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6 um, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Sebagian besar dinding kuman terdiri dari asam lemak(lipid), kemudian peptidoglikan dan
arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol)
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
10/23
10
sehingga disebut bakteri tahan asam dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat
dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi.
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makroag. Makrofag yang emula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical
paru-paru lebih tinggi dari bagian-bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberculosis.
Faktor Risiko
Risiko timbulnya transmisi kuman akan lebih tinggi jika orang tersebut mempunyai Basil
Tahan Asam (BTA) sputum yang positif, terdapat infiltrasi luas pada lobus atas atau kavitas,
produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat factor lingkungan
yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang kurang baik.Faktor lain yang menyebabkan
seseorang lebih mudah menjadi penderita TBC adalah daya tahan tubuh yang rendah,
diantaranya karena gizi buruk, HIV/AIDS, Diabetes Melitus, penggunaan kortikosteroid sistemik
jangka panjang.
Cara Penularan
Kita semua telah mengetahui bahwa penyakit tuberculosis disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang daya tahannnya luar biasa; dan bahwa infeksi terjadi melalui
penderita TBC yang menular. Penderita TBC yang menular adalah penderita dengan basil-basil
TBC di dalam dahaknya, dan bila mengadakan ekspirasi paksa berupa batuk-batuk, bersin,
tertawa keras-keras, dsb akan meghembus keluar percikan-percikan dahak halus ( droplet nuclei)
yang akan melayang-layang di udara. Droplet ini mengandung kuman dan dapat bertahan pada
suhu kamar selam beberapa jam.
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
11/23
11
Apabila droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan yang agak besar, misalnya
trakea dan bronkus, droplet nuclei akan segera dikeluarkan oleh gerakan-gerakan cilia selaput
lender saluran pernapasan. Tetapi apabila droplet ini masuk ke alveolus ataupun menempel pada
mkosa bronkiolus, droplet nuclei akan menetap dan basil-basil TBC akan berkembang biak ,
maka berhasillah suatu infeksi TBC..
Ada beberapa factor yang mempengaruhi transmisi ini. Pertama-tama adalah jumlah basil
dan virulensinya. Makin banyak basil di dalam dahak seorang penderita, makin besarlah bahaya
penularan.Bila hasil pemeriksaan dahak negative, maka penderita tersebut dianggap tidak
menular. Faktor lain adalah cahaya matahari dan ventilasi. Karena basil TBC tidak tahan cahaya
matahari, kemungkinan penularan di bawah terik matahari sangat kecil. Cara penularan lainnya
seperti melalui kontak langsung luka di kulit, kongenital jarang.
Patogenesis
1. Tuberkulosis PrimerTuberkulosis primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Pada seseorang yang belum pernah kemasukan basil TB, tes tuberculin akan negative
karena system imunitas belum mengenal basil TB. Bila orang ini mengalami oleh basil
TB walaupun segera difagositosis oleh makrofag, basil TB tidak akan mati, bahkan
makrofagnya dapat mati. Dengan demikian basil TB ini lalu dapat berkembang biak
secara leluasa dalam 2 minggu pertama di alveolus paru .
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
12/23
12
Sumber: Robin and Cotran Pathologic Basic of Disease.
Selama 2 minggu ini, sel-sel Limfosit T akan mulai berkenalan dengan basil TB
untuk pertama kalinya dan akan menjadi limfosit T yang tersensitisasi. Karena basil TB
akan sempat berkembang bebas, perkenalan ini juga akan berlangsung terus, sehingga
limfosit T yang sudah tersensitisasi ini akan mengeluarkan berbagai jenis Limfokin yang
masing-masing mempunyai khasiat yang khas. Beberapa limfokin mempunyai khasiat
untuk merangsang limfosit dan makrofag untuk membunuh basil TB (Macrophage
ActivatingFactor=MAF, Macrophage Inhibitory factor = MIF, Chemotactic Factordll..)
Disamping itu juga terbentuk limfokin lain yaitu Skin Reactivity Factor (SRF) yang akan
menyebabkan timbulnya reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit berupa indurasi
dengan diameter 10 mm atau lebih sedikit. Hal ini secara klinis dikenal dengan reaksi
tuberculin (sering juga disebut test mantoux).
Makrofag tidak hanya membunuh basil TB, sehingga mungkin juga sel ini dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan jaringan dalam bentuk nekrosis, yang disebut pula
pengkejuan, yang kemudian diikuti dengan likuifikasi (pencairan).Pada tahap ini, bentuk
patologik klasik TB dapat ditemukan tuberkel-tuberkel yang terdiri atas pengkejuan,
dikelilingi epiteloid (yang berasl dari sel-sel makrofag), sel-sel Datia Langhans, sel
Limfosit. Basil TB dapat musnah perlahan atau tetap berkembang biak dalam makrofag-
makrofag, atau akan tetap dormantselama bertahun-tahun sampai berpuluh-puluh tahun.
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
13/23
13
Dalam waktu kurang dari satu jam setelah bakteri masuk dalam alveoli, basil-basil
TB sebagian akan terbawa aliran limfa ke dalam kelenjar-kelenjar limfa regional dan
sebagian masuk aliran darah dan tersebar ke organ lain. Kombinasi tuberkel dalam paru
dan lymphadenitis regional disebut juga kompleks primer. Biasanya suatu lesi primer TB
akan mengalami penyembuhan spontan dengan atau tanpa kalsifikasi, tetapi perlu diingat
bahwa basil TBC yang dikandung lesi primer ada yang dormant. Kompleks primer ini
akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1.Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas antara lain berupa sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus.
3. Menyebar dengan cara :
- perkontinuitatum, yaitu menyebar ke area di sekitarnya
- penyebaran secara bronkogen, baik di paru yang bersangkuatan atau ke paru
sebelahnya atau tertelan.
- penyebaran secara hematogen dan limfogen
2. Tuberkulosis SekunderTuberkulosis Sekunder adalah penyakit TB yang timbul setelah lewat 5 tahun
sejak terjadinya infeksi primer. Keadaan yang mendasari terjadinya tuberculosis sekunder
diantaranya adalah reinfeksi endogen dan reinfeksi eksogen. Reinfeksi endogen terjadi
apabila karena sebab-sebab tertentu system pertahanan tubuh melemah, sehingga basil-
basil TBC yang dormantdapat aktif kembali. Reinfeksi eksogen terjadi apabila terdapat
super infeksi basil-basil TB baru dari luar.
Tuberkulosis sekunder dimulai dari dengan sarang dini, yang umumnya terletak di
segmen apical lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk
sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut :
1. Diresorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis.
3. Sarang pneumoni akan meluas, membentuk jaringan kaseosa. Kaviti akanmuncul dengan dibatukkannya jaringan kaseosa.
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
14/23
14
Diagnosis
Untuk mendiagnosis tuberculosis dapat ditegakkan dari gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan bakteriologi, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Gejala klinisGejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala local dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori.
Gejala respiratori diantaranya batuk lebih dari 2 minggu, batuk dengan atau tanpa
dahak, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Gejala respiratori ini sangat
bervariasi mulai dari tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari
luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis saat medical check up. Bila bronkus belum
terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk.
Gejala sistemik diantaranya demam, malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun, keringat malam dll.Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Gejala tuberculosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberculosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberculosis akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberculosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri
dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
b. Pemeriksaan FisikPemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris),
badan kurus atau berat badan menurun. Pada tuberculosis paru, kelainan yang didapat
tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan perkembangan penyakit
umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior(S1 dan S2), serta
daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara
lain suara napas bronchial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
15/23
15
Bila proses infitratif ini makin meluas dan menebal, juga akan didapatkan fremitus
yang menguat dengan redup pada perkusi, suara nafas bronkial. Bila sudah terjadi
kavitas akan ditemukan gejala-gejala kavitas,berupa timpani pada perkusi disertai
suara nafas amforis. Bila terjadi atelektasis (pada destroyed lung), suara nafas
setempat akan melemah sampai hilang sama sekali. Bila tuberkulosis mengenai
pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam
pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak, auskultasi memberikan suara napas
yang lemah sampai tidak terdengar suara sama sekali. Dalam penampilan klinis, TB
paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan
radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.
c. Pemeriksaan BakteriologiPemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti
yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquorcerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, bilasan bronkoalveolar, urin, feses dan jaringan biopsi
(termasuk biopsi jarum halus/BJH).
Diagnosis TBC paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannnya
BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Apabila memungkinkan, maka
dapat dilakukan pemeriksaan lain misalnya kultur (biakan) dan uji resitensi. Kriteria
sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan.
d. Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan standar ialah foto toraks posteroanterior, pemeriksaan lain atas indikasi:
foto lateral, top lordotik, oblik, CT-scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
dapat memberikan gambaran bermacam-macam (multiform). Gambaran radiologi
yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
y Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dansegmen superior lobus bawah
y Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan ataunodular
y Bayangan bercak milier
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
16/23
16
y Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif antara lain fibotik, kalsifikasi dan
schwarte atau penebalan pleura. Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk
kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA
negatif) :
y Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru denganluas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
chondrosternal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai
kaviti.
y Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.e. Tes tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutama pada anak-anak. Biasanya digunakan tes Mantoux yakni
dengan menyuntikkan 0,1 cc Tuberkulin P.P.D (Purified Protein Derivative)
intrakutan berkekuatan 5. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
Diukur diameter transversal dari indurasi yang terjadi.Uji tuberkulin positif bila
indurasi > 10 mm(pada gizi baik), atau > 5 mm pada gizi buruk. Bila uji tuberkulin
positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif padaanak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC berat dengan anergi (
malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif dll).
Klasifikasi Tuberkulosis
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah menentukan paduan pengobatan yang
sesuai, registrasi kasus secara benar, menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif, anlisis
kohort hasil pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a.Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. Tidak
termasuk pleura (selaputparu) dan kelenjar pada hilus.
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
17/23
17
b.Tuberkulosis ekstra paru.Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaputotak, selaput
jantung (pericardium), kelenjarlymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologik, gambaran radiologik, keadaan klinik penderita dan
riwayat pengobatan, maka dibuat klasifikasi diagnosis sebagai berikut :
y TB paru- Mencakup semua kasus Tb aktif, dimana prosedur diagnostik sudah lengkap- Semua kasus yang sedang menyelesaikan pengobatan, walaupun pemeriksaan bakteriologi
negatif
- Semua kasus yang pernah mempunyai riwayat Tb paru dan mengalami kekambuhan- Penderita dengan bakteriologik negatif, tetapi jelas ada perbaikan klinik maupun radiologik
setelah pemberian obat anti Tb
y Bekas Tb paru- Pemeriksaan bakteriologik negatif- Hasil pemeriksaan radiologik negatif atau stabil pada serial foto- Tidak didapatkan tanda dan gejala klinis tuberkulosis atau ada riwayat Tb di waktu lampau- Pengobatan bisa tidak ada, adekuat, tidak adekuat dan tidak teratur.
y Tb Parutersangka- Termasuk golongan ini adalah semua kasus dengan kemungkinan Tb paru belum dapat
disingkirkan, tetapi belum dapat dengan tegas dimasukkan kedalam kelas Tb paru atau
bekas Tb paru.
- Pemeriksaan bakteriologik mikroskopik belum ada hasil, kultur belum ada hasil atau belumada pemeriksaan kuman
- Gambaran radiologik positif dengan atau tanpa kavitas- Gejala klinik Tuberkulosis positif- Pengobatan dapat positif atau negatif
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
18/23
18
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi Tuberkulosis dalam 4 kategori yakni :
a. Kategori Iy Kasus baru dengan sputum positif
Penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
y Kasus baru dengan bentuk TB beratb. Kategori IIy Kasus kambuh
Penderita yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan
sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
y Kasus gagal dengan sputum BTA positifc. Kategori IIIy Kasus BTA negative dengan kelainan paru yang tidak luasy Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
d. Kategori IV, ditujukan terhadap TB kronik
Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini berupa pleuritis,
efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, Poncet`s arthropathy. Komplikasi lanjut diantaranya
obdtruksi jalan napas: SOFT (Sindrom Obstruksi Paska Tuberkulosis), kerusakan parenkim
berat; SOPT , fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas
dewasa (ARDS), sering terjadi pada Tb milier dan kavitas TB.
Penatalaksanaan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua
kelompok yaitu :
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
19/23
19
1. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
2. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisindan Kanamisin.
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
y OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukupdan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) atau FDC(fixed Dose Combination)lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.
y Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
y Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
y Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis diIndonesia:
- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE): Kategori Anak:
2HRZ/4HR
y Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obatkombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan
dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis
obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.
y Paket Kombipak. adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
20/23
20
disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.
Paduan OAT dan peruntukannya.
a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
- Pasien baru TB paru BTA positif.- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif- Pasien TB ekstra paru
Dosis Panduan OAT KDT untuk kategori I
Sumber : Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis edisi 2
b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
- Pasien kambuh- Pasien gagal- Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
21/23
21
Dosis Panduan OAT KDT untuk kategori II
Sumber : Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis edisi 2
3.OAT sisipan : 1HRZE
OAT sisipan diberikan Bila pada akhir tahap intensif pengobatan pada penderita BTA
positif tidak terjadi konversi dan diberikan obat sisipan FDC (HRZE) setiap hari selama 28 hari.
Dosis Panduan OAT KDT untuk sisipan
Sumber : Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis edisi 2
Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan
golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas
karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lini pertama. Disamping itu dapat
juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lini kedua.
Efek Samping OAT dan penatalaksanaanya.
Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun berat dengan pendekatan gejala.
Sumber : Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis edisi 2
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
22/23
22
*Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu
kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan
pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang, namun pada sebagian pasien
malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu
sampai kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien
perlu dirujuk.
Sumber : Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis edisi 2
8/7/2019 PRESKAS dr. Caecilia SpP
23/23
23
Daftar Pustaka
Amin Z, Bahar A. 2006. Tuberkulosis Paru. Di dalam : Sudoyo, A et all. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Hlm 990.
Davey, P. 2005. At a glance Medicine. Jakarta : Erlangga. Hlm 20-3.
Kumar V dkk. 2005. Robin and Cotran Pathologic Basic of Disease. 7th
ed. Philadelphia-Pennsylvania : Elsevier Saunders.
McCance KL, Huether SE. 2006. Pathophysiology: the biologic basis for disease in adults and
children. Missouri: Elsevier Mosby.
Pedoman Nasional Penganggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta : Departemen KesehatanRepublik Indonesia. 2008.