27
Undang-undang yang Berhubungan dengan Forensik Oleh: Risa Wilujeng Pembimbing dr. Netty Herawati Sp.F A paka h perlu dokter me ng etahui bebera pa kete ntua n h uk um yang ber hu bu ng a n de ng a n fore nsik? ??

presntasi undang2.pptx

  • Upload
    macen

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Undang-undang yang Berhubungan dengan Forensik

Undang-undang yang Berhubungan dengan ForensikOleh: Risa Wilujeng

Pembimbingdr. Netty Herawati Sp.FApakah perlu dokter mengetahui beberapa ketentuan hukum yang berhubungan dengan forensik???

Lintas DisiplinPenyidikDokterPenuntut umumHakimKorbanDua Macam Proses Peradilan1PerdatapidanaIndividu vs IndividuIndividu vs PublikDapat diwakili pengacaraPublik diwakili penydik dan penuntut umumPembuktian oleh penggugatPembuktian oleh penuntut umumPenengah: HakimPenengah: Hakim, sistem juriTiga Tahap Proses Peradilan Pidana1Tahap 1Penyidikan oleh penyidikKUHAP Pasal 4-5 tentang penyelidik dan wewenangnyaKUHAP Pasal 6-9 tentang penyidik dan wewenangnyaKUHAP Pasal 10-12 tentang penyidik pembantu dan wewenangnyaPP No. 27 Tahun 1983 pasal 2 tentang pangkat penyidik min. AIPDA/Bintara atau PNS gol. IIBPP No. 27 Tahun 1983 pasal 3 tentang pangkat penyidik pembantu min. SERDA atau PNS gol. IIA

Kehadiran ahli di TKPKUHP Pasal 7 ayat (1) huruf hPenyidik dapat mendatangkan Ahli untuk pemeriksaan perkaraKUHAP 120 ayat (1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus

Pengunduran diri oleh ahliPermenkes No. 1992/KDJ/U/70Dalam pembuatan Visum et Repertum psikiatrik dokter diberi hak undur diri untuk lakukan pemeriksaan, bila ada hubungan keluarga dengan terdakwa atau dengan orang yang menjadi korbanKUHAP 120 ayat (2) ..... bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.KUHAP 169 ayat (2)Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mereka diperbolehkan memberikan keterangan tanpa sumpah.

Tahap 2Penuntutan oleh penuntut umumKUHAP Pasal 13 penuntut umum adalah jaksaKUHAP Pasal 14 e, gMelimpahkan perkara ke pengadilanMelakukan penuntutanKUHAP Pasal 15Penuntut umum menuntut perkara tindak pidana yang terjadi dalam daerah hukumnya menurut ketentuan undang-undang

Tahap 3Mengadili perkara oleh hakimKUHAP Pasal 183Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah KUHAP Pasal 184) Alat bukti yang sah ialah: keterangan saksi; keterangan ahli; (KUHAP Pasal 186)surat; (KUHAP Pasal 187 c): surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanyapetunjuk; keterangan terdakwa.

UU tentang VeRKUHAP Pasal 133Penyidik demi kepentingan peradilan berwenang mengajukan permintaan keterangan AhliPermintaan keterangan Ahli dimina secara tertulis dan disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayatMayat yang di kirim ke RS atau dokter kehakiman harus diperlakukandengan hormatTatacara Permohonan/Pencabutan VeR

INSTRUKSI No. Pol: INS/E/20/IX/75Dalam mengirimkan seorang luka atau mayat ke Rumah Sakit untuk diperiksa, yang berarti pula meminta Visum et Repertum, maka jangan dilupakan bersama-sama si korban atau mayat tadi mengajukan sekali permintaan tertulis untuk mendapat Visum et Repertum.Dalam hal seorang yang menderita luka tadi akhirnya meninggal dunia, maka harus segera mengajukan surat susulan untuk memintaVisum et Repertum. Dengan Visum et Repertum atas mayat, berarti mayat harus dibedah. Sama sekali tidak dibenarkan mengajukan permintaan Visum et Repertum atas mayat berdasarkan pemeriksaan luar saja.Tidak dibenarkan mengajukan permintaan Visum et Repertum tentang keadaan korban atau mayat yang telah lampau yaitu keadaan sebeum permintaan Visum et Repertum diajukan kepada Dokter mengingat rahasia jabatan.

Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan Visum et Repertum bedah mayat, maka adalah kewajiban petugas POLRI sebagai pemeriksa untuk secara persuasif memberikan penjelasan perlu dan pentingnya autopsi, untuk kepentingan penyidikan. Kalau perlu bahkan ditegakkan pasal 222 KUHPPada dasarnya penarikan/pencabutan kembali Visum et Repertum tidak dapat dibenarkan. Berarti terpaksa Visum et Repertum yang sudah diminta harus diadakan pencabutan/penarikan kembali. Maka hal tersebut hanya diberikan oleh Komandan Kesatuan paling rendah tingkat Komres dan untuk kota besar hanya oleh DANRES. Wewenang penarikan/pencabutan kembali Visum et Repertum tidak dapat dilimpahkan pada pejabat/petugas bawahan.UU tentang PerlukaanKUHP 338Dengan sengaja merampas nyawa orang lain -> max 15 tahunKUHP 339Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana -> seumur hidup atau max. 20 tahunKUHP 340pembunuhan dengan rencana -> mati/seumur hidup atau max. 20 tahun-355KUHP 90, 170, 184-186KUHP 351Penganiayaan -> 2tahun 8 bulanPenganiayaan -> luka berat -> max 5 tahun-> mati -> max 7 tahunPercobaan -> tidak dipidanaKUHP 352Penganiayaan -> Penyakit (-), Halangan (-) -> Ringan -> 3 bulanPenganiayaan pada bawahan -> + 1/3 = 4 bulanKUHP 353Penganiayaan berencana -> 4 tahunJika akibatkan luka berat -> 7 tahunJika akibatkan kematian -> 9 tahun

KUHP Pasal 90 Luka berat berarti:jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; kehilangan salah satu pancaindera; mendapat cacat berat; menderita sakit lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih; gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

UU tentang KesusilaanKUHP 285Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan -> max. 12 tahunKUHP 286Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya -> max. 9 tahunKUHP 287Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas -> max. 9 tahunPenuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

KUHP 288Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka -> max. 4 tahun. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat-> 8 tahunJika mengakibatkan mati -> 12 tahunKUHP289Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul -> 9 tahunKUHP 290Cabul pada orang yang tak berdaya -> 7 tahunCabulpada anak < 15 tahun -> 7 tahunMembujuk anak 7 tahunKUHP Pasal 291 Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 2 87, 289, dan 290 mengakibatkan luka-luka berat -> 12 tahunJika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 2 86, 287, 289 dan 290 mengakibatkan kematian -> 15 tahun. KUHP Pasal 292 Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang dibawah umur -> 5 tahunKUHP Pasal 292 Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan wibawa berbuat cabulpada anak dibawah umur -> 5 tahun Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya dilakukan kejahatan itu.Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-masing sembilan bulan dan dua belas bulan. KUHP Pasal 294 Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, -> 7tahun.Diancam dengan pidana yang sama: 1. pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya, 2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pen- didikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya. KUHP Pasal 295 Diancam: dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang lain; dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut dalam butir 1 di atas., yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan orang lain.Jika yang melakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan, maka pidana dapat ditambah sepertiga.

Undang-undang tentang PASKUHP Pasal 341 Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. KUHP Pasal 342 Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama semhi- lan tahun.

KUHP Pasal 343 Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana.KUHP Pasal 346Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Abortus Pasal 347 (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 348 (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan. Pasal 350 Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan rencana, atau karena salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 344,347 dan 348, dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1- 5.

Undang-undang tentang AoutopsiPasal 119(1) Untuk kepentingan penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan dapat dilakukan bedah mayat klinis di rumah sakit.(2) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menegakkan diagnosis dan/atau menyimpulkan penyebab kematian.(3) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas persetujuan tertulis pasien semasa hidupnya atau persetujuan tertulis keluarga terdekat pasien.(4) Dalam hal pasien diduga meninggal akibat penyakit yang membahayakan masyarakat dan bedah mayat klinis mutlak diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan/atau penyebab kematiannya, tidak diperlukan persetujuan.Pasal 120Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah sakit pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran. Bedah mayat anatomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan terhadap mayat yang tidak dikenal atau mayat yang tidak diurus oleh keluarganya, atas persetujuan tertulis orang tersebut semasa hidupnya atau persetujuan tertulis keluarganya.Mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah diawetkan, dipublikasikan untuk dicarikan keluarganya, dan disimpan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sejak kematiannya.Ketentuan lebih lanjut mengenai bedah mayat anatomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 121Bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis hanya dapat dilakukan oleh dokter sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis ditemukan adanya dugaan tindak pidana, tenaga kesehatan wajib melaporkan kepada penyidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pasal 122Untuk kepentingan penegakan hukum dapat dilakukan bedah mayat forensik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dokter ahli forensik, atau oleh dokter lain apabila tidak ada dokter ahli forensik dan perujukan ke tempat yang ada dokter ahli forensiknya tidak dimungkinkan.Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas tersedianya pelayanan bedah mayat forensik di wilayahnya.Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bedah mayat forensik diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 123Pada tubuh yang telah terbukti mati batang otak dapat dilakukan tindakan pemanfaatan organ sebagai donor untuk kepentingan transplantasi organ.Tindakan pemanfaatan organ donor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan kematian dan pemanfaatan organ donor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.Pasal 124Tindakan bedah mayat oleh tenaga kesehatan harus dilakukan sesuai dengan norma agama, norma kesusilaan, dan etika profesi.Pasal 125Biaya pemeriksaan kesehatan terhadap korban tindak pidana dan/atau pemeriksaan mayat untuk kepentingan hukum ditanggung oleh pemerintah melalui APBN dan APBD.