22
PRESENTASI KASUS ASMA BRONKHIALE Di Ajukan Kepada : dr. Suharjono Sp PD Disusun Oleh : Sekar Mutiara Nim : 2006.031.0001

presus asma ra2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: presus asma ra2

PRESENTASI KASUS

ASMA BRONKHIALE

Di Ajukan Kepada :dr. Suharjono Sp PD

Disusun Oleh :Sekar Mutiara

Nim : 2006.031.0001

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

2011

Page 2: presus asma ra2

HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

ASMA BRONKHIALE

Disusun Oleh:

Sekar Mutiara

2006.031.0001

Telah dipresentasikan pada tanggal Februari 2011

dan telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

( dr. Suharjono Sp.PD )

1

Page 3: presus asma ra2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas

presentasi kasus ASMA BRONKHIAL. Tujuan pembuatan Presentasi Kasus ini untuk

memenuhi salah satu dari syarat program pendidikan profesi sub bidang IPD di RSUD Tidar kota

Magelang dan menambah pengetahuan penulis tentang Asma Bronkhial sebagai salah satu kasus

di bagian IPD.

Terima kasih yang sebanyak - banyaknya penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Suharjono Sp PD selaku pembimbing laporan kasus di bagian IPD.

2. Semua dokter dan perawat di RSUD Tidar Kota Magelang yang banyak membantu

penulis dalam Co As di bagian IPD.

3. Rekan-rekan Co Assisten atas semangat, dorongan dan bantuannya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya.

Penulis

2

Page 4: presus asma ra2

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....3

BAB I. KASUS

Identitas Pasien……………………………………………………………………...4

I.1. Anamnesis……………………………………………………………………....4

I.2. Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………….5

I.3. Diagnosis sementara…..……………………………………………………......6

I.4. Rencana Permulaan………………………………………………………….....6

I.5. Hasil Pemeriksaan Penunjang……………………………………………….....6

I.6. Hasil Observasi…………………………………………………………………7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi………………………………………………………………………...8

II.2. Faktor penyebab Asma………………………………………………………...8

II.3. Diagnosis………………………………………………………………………9

II.4. Terapi dan Edukasi…………………………………………………………...11

BAB III. KESIMPULAN DAN DIAGNOSIS………………………………………....15

BAB IV. REFERENSI…………………………………………………………………..16

3

Page 5: presus asma ra2

BAB I

KASUS

IDENTITAS PASIEN :

Nama Tn. W

Umur 36 th

Jenis Kelamin Laki-laki

Pekerjaan Supir

Agama Islam

Suku/Bangsa Jawa / Indonesia

Alamat Sarirejo – Sukorejo

Mertoyudan

I.1. ANAMNESIS ( pada tanggal 16 Juni 2009)

1. Keluhan Utama : Sesak Nafas.

Keluhan tambahan : Batuk berdahak putih jernih

2. Riwayat Penyakit Sekarang

3. Sesak nafas hilang tumbul sejak 2 Januari 2011, muncul apabila tersedak/batuk, batuk (+)

berdahak putih jernih,

Datang ke UGD nebulizer 9 kali selama bulan Januari membaik pulang

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi (-)

Riwayat hipertensi (-)

4

Page 6: presus asma ra2

Riwayat DM (-)

Riwayat mondok 3 tahun yang lalu dengan diagnosis asma

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat hipertensi : Disangkal

Riwayat DM (-) : Disangkal

I.2. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Tampak Sesak

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign : TD : 100/70 mmhg S : 37,2 C

N : 96 X / mnt P : 28 X / mnt

Kepala : mesosephal

Mata :Conjunctiva anemis ( - ), sclera tidak ikterik (-)

Mulut : Lidah Kotor tidak ada, gigi karies tidak ada

Thorax

Payudara : Dbn. Tidak ada benjolan.

Pulmo : Inspeksi : Retraksi ( - ), Ketinggalan gerak nafas ( - )

Palpasi : Ketinggalan gerak nafas ( - ), vokal fremitus simetris ( + )

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (+) halus, Wheezing (+/+), ekspirasi

memanjang

Jantung :Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak

5

Page 7: presus asma ra2

Palpasi : Ictus Cordis teraba di SIC IV

Perkusi : Redup

Auskultasi : S1 > S2 Regular, bising ( - )

Abdomen : Inspeksi : Perut sejajar dada.

Palpasi : Hepar / lien tidak teraba

Perkusi : Pekak alih ( - )

Auskultasi : Peristaltik baik

Ekstremitas : Akral hangat, Nadi kuat.

I.3. DIAGNOSIS KERJA

Tn. W, 36 tahun, observasi dyspneu e.c. Asma Bronkhial

I.4. TERAPI

1. oksigen : 2-4 lt/menit.

2. Infus D5 % + 1 1/2 amp Aminophilin 12 tpM

3. Mp 5 - 3 – 0

4. Ranitidin 3 x 1 tab

5. Ambroxol 3 x 1 tab

6. Salbutamol 3 x 2 mg

7. Cefotaxim 2 x 500 mg

8. Nebulizer ventolin/8 jam

I.5. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

WBC : 10,92 10^3/uL EO% : 9,1 %

HGB : 14,1 g/dL

6

Page 8: presus asma ra2

PLT : 382 N

I.6. HASIL OBSERVASI

Keadaan umum : Tampak Sesak

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign : Tensi : 100/70 mmHg Respirasi : 28 x/menit

Nadi : 96 x/m Suhu : 37,20C

Kepala : Conjungtiva Anemis ( -/- )

Leher : Lnn ttb

Thorax

Pulmo : Inspeksi : Retraksi ( - ), Ketinggalan gerak ( - )

Palpasi : Ketinggalan gerak ( - )

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ( +) basal , Wheezing (+/+), ekspirasi

memanjang

Jantung : Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak

Palpasi : Ictus Cordis teraba di SIC IV

Perkusi : Redup

Auskultasi : Regular, bising ( - )

Abdomen : Inspeksi : Perut sejajar dada.

Palpasi : Hepar / lien tidak teraba

Perkusi : Pekak alih ( - )

Auskultasi : Peristaltik baik

Ektremitas : akral hangat , nadi kuat.

7

Page 9: presus asma ra2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Asma adalah saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap

rangsangan tertentu. bersifat sementara

Asma adalah Penyakit inflamasi kronik saluran pernafasan yang melibatkan banyak sel dan

elemennya, yang dikarakteristikan oleh :

1. Obstruksi saluran nafas yang bersifat reversibel, baik secara spontan maupun

dengan pengobatan.

2. Inflamasi jalan nafas, dan

3. Hiperresponsivitas jalan nafas terhadap berbagai stimuli.

II.2. Faktor Penyebab Asma

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap

rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan.

Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu

binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang

melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan

pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran

udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus

berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.

8

Page 10: presus asma ra2

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab

terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan

bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos

- peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel

mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal

sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam

rumah atau bulu binatang.

Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama

terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan

kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.

Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan

bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.

Secara garis besar faktor penyebab asma adalah :

1. Gangguan Imunologis (Faktor Ekstrinsik) reaksi alergi atau reaksi atopik

2. Gangguan keseimbangan sistem saraf otonom (Faktor Intrinsik) :Terjadi karena

peningkatan reaksi parasimpatis akibat reseptor kolinergik yang sensitif sehingga sedikit

rangsangan sudah bisa menimbulkan konstriksi bronkus melalui refleks vagus

II.3. Diagnosis

1. Anamnesa :

- Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak yang tak

kunjung sembuh, atau batuk malam hari.

- Semua keluhan biasanya bersifat variasi diurnal.

9

Page 11: presus asma ra2

- Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit alergi yang

lain.

2. Pemeriksaan Fisik :

- Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman

dalam posisi duduk.

- Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.

- Paru :

• Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.

• Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.

- Pada serangan berat :

• tampak sianosis

• N > 120 X/menit

• “Silent Chest” : suara mengi melemah

3. Gambaran klinis Status Asmatikus :

- Penderita tampak sakit berat dan sianosis.

- Sesak nafas, bicara terputus-putus.

- Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah

jatuh dalam dehidrasi berat.

- Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun

dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam

koma.

II.4. Terapi Dan Edukasi

10

Page 12: presus asma ra2

1. Edukasi keluarga

Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya adalah:

a. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma :

- Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna.

- Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor

tertentu bisa kambuh lagi.

- Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan pengobatan

jangka panjang secara teratur.

b. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan, seperti :

- Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing, kuda dan

spora jamur.

- Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu.

- Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan.

- Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab.

- Infeksi saluran pernafasan.

- Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.

- Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan.

- Stres fisik atau kelelahan.

c. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu perbaikan

dan mengurangi serangan :

- Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat

individual).

- Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.

11

Page 13: presus asma ra2

- Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.

- Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.

- Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan lembab.

- Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.

- Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan pilek.

- Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat simptomatis

maupun obat profilaksis.

- Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak minum air

hangat guna membantu pengenceran dahak.

- Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di

lingkungan dengan temperatur hangat.

d. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat – obatan yang diberikan

oleh dokter :

- Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus.

- Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan.

- Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak.

- Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi

saluran nafas.

e. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.

2. Pengobatan simptomatik

Tujuan Pengobatan Simpatomimetik adalah :

a. Mengatasi serangan asma dengan segera.

b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.

12

Page 14: presus asma ra2

c. Mencegah serangan berikutnya.

Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik adalah :

a. Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta)→ Salbutamol,

Epinefrin

b. Bronkodilator golongan teofilin →Aminofilin

c. Kortikosteroid→ Dexamethason

d. Ekspektoran

e. Antibiotik

3. Pengobatan profilaksis

Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional,

karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yang menyebabkan

bronkospasme.

Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan cara

kerja obat sebagai berikut :

a. Menghambat pelepasan mediator.

b. Menekan hiperaktivitas bronkus.

Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :

a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.

b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.

c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.

d.Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan

meringankan beratnya serangan.

13

Page 15: presus asma ra2

Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :

a. Steroid dalam bentuk aerosol.

b. Disodium Cromolyn.

c. Ketotifen.

d. Tranilast.

14

Page 16: presus asma ra2

BAB III

KESIMPULAN DIAGNOSIS

Pasien Tn. W, 36 tahun, dengan gejala sesak dan batuk berdahak putih, terdapat bunyi mengi

pada saat sesak, sesak dirasa berkurang pada posisi duduk dibandingkan tidur, pasien pernah

menderita sakit serupa dan mondok 3 tahun yang lalu dengan gejala yang sama.

Dari pemeriksaan fisik, pasien tampak sesak, ditemukan respirasi rate 28 x/mnt, dari

pemeriksaan auskultasi paru didapatkan bunyi Wheezing di kedua lapang paru, dan ekspirasi

terdengar memanjang.

Bila dilihat dari keadaan pasien dan teori maka didaptkan kesimpulan pasien menderita asma

bronkhiale.

Terapi yang diberikan adalah edukasi keluarga dan medika mentosa. Medika mentosa yang

dipilih adalah :

1. oksigen : 2-4 lt/menit.

2. Infus D5 % + 1 1/2 amp Aminophilin 12 tpM

3. Mp 5 - 3 – 0

4. Ranitidin 3 x 1 tab

5. Ambroxol 3 x 1 tab

6. Salbutamol 3 x 2 mg

7. Cefotaxim 2 x 500 mg

8. Nebulizer ventolin/8 jam

15

Page 17: presus asma ra2

REFERENSI

Hisyam, Barmawi. (2008). Asma Bronkiale. Handout Kuliah Blok 16 Kardiovaskular dan

Respirasi. MISC FKUMY 2005: Jogjakarta 2008

Sundaru, Heru; Sukamto, (2006). Asma Bronkial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam .

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006

GINA (2010). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention. Diakses pada

tanggal 6 Februari 2010 dari www.ginasthma.org

GINA (2010). At A Glance Asthma Management Reference. Diakses pada tanggal 6

Februari 2010 dari www.ginasthma.org

16