Presus Pterigium Isi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    1/17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Mata dan penglihatan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kualitas

    hidup manusia. Tanpa mata, manusia tidak dapat melihat apa yang ada disekitarnya. Terdapat

     beberapa kelainan pada mata, salah satunya adalah Pterigium. Pterigium merupakan suatu

     pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini

     biasanya terletak pada elah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke

    daerah kornea. Pterigium biasanya berbentuk segitiga dengan basis menghdap lipatan semilunar 

     pada antus sedangkan apeks menghadap ke sentral kornea. Pterigium mudah meradang dan bila

    terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan ber!arna merah. "Ilyas, #$1$%. Pterigium berpotensi

    menjadi penyebab kebutaan.

    Pterigium tersebar di seluruh dunia namun lebih banyak terjadi pada daerah beriklim

     panas serta kering. Prevalensi pada daerah ekuator sekitar ##& sedangkan di daerah lintang di

    atas '$$  kurang dari #&. Singapore National Eye  Centre  melakukan penelitian di (iau dan

    didapatkan bah!a pterigium berhubungan dengan umur dan pekerjaan di luar rumah "paparan

    sinar matahari% dengan prevalensi usia di atas #1 tahun 1$& dan usia di atas '$ tahun 1),*&

    "+aard, et al ., #$$#%.

    1

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    2/17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 -natomi Mata

    II.1.1 efinisi Mata

    Mata merupakan salah satu organ tubuh dengan fungsi untuk melihat dan sebagai organ

    keseimbangan. Bagian mata yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan

    vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral atau maula. +angguan media refraksi

    menyebabkan visus turun "baik mendadak aupun perlahan% "Marieb /0 2oehn 3, #$$4%.

    Bagian berpigmen pada mata yaitu uvea pada bagian iris memiliki !arna yang tampak 

    tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris "banyak pigmen 5 oklat, sedikit pigmen

    5 biru, tidak ada pigmen 5 merah 6 pada albino% "Marieb /0 2oehn 3, #$$4%.

    II.1.# 3onjungtiva

    II.1.#.1 -natomi dan 2istologi 3onjungtiva "(iordan7/va dan 8hither, #$$9%

    2

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    3/17

    3onjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus

     permukaan posterior kelopak mata "konjungtiva palpebralis% dan permukaan anterior sklera

    "konjungtiva bulbaris%. 3onjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra "suatu

    sambungan mukokutan% dan dengan epitel kornea di limbus. :eara anatomi konjungtiva

    dibagi menjadi;

    1. 3onjungtiva palpebralis, melapisi permukaan posterior kelopak mata dan

    melekat erat ke tarsus. i tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva

    melipat ke posterior "pada forniks superior dan inferior% dan

    membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.

    #. 3onjungtiva bulbaris, melekat longgar ke septum orbitale di fornies dan

    melipat berkali7kali. -danya lipatan7lipatan ini memungkinkan bola mata

     bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik "duktus7

    duktus kelenjar lakrimal brmuara ke forniks temporal superior%.

    3onjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan slera di

     ba!ahnya, keuali di limbus "tempat kapsul tenon dan konjungtiva

    menyatu sepanjang

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    4/17

    ilihat seara histologi, konjungtiva terdiri atas;

    1. Lapisan epitel konjungtiva, terdiri atas #7= lapisan sel epitel silindris bertingkat,

    superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, diatas arunula, dan di

    dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri atas sel7sel epitel

    skuamous bertingkat. :el7sel superfisial mengandung sel7sel goblet bulat dan oval yang

    mensekresi mukus. Mukus yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan

    diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea seara merata. :el7sel epitel basal

     ber!arna lebih pekat dibandingkan sel7sel superfisial dan di dekat limbus dapat

    mengandung pigmen.

    #. Lapisan stroma, di bagi menjadi # lapisan yaitu lapisan adenoid dan lapisan fibrosa.

    Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung

    struktur semaam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak 

     berkembang sampai setelah bayi berumur #7< bulan. 2al ini menjelaskan konjungtivitis

    inklusi pada nenonatus bersifat papilar bukan folikular dan mengapa kemudian menjadi

    folikular. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng

    tarsus. 2al ini menjelaskan gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. Lapisan

    fibrosa tersusun longgar pada bola mata.

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    5/17

     berbentuk segitiga dengan kepala6apeA menghadap ke sentral kornea dan basis menghadap

    lipatan semilunar pada antus "-minlari et al ., #$1$ (iordan7/va dan 8hither, #$$9%.

    II.#.# /tiologi dan Caktor (esiko

    /tiologi pterigium tidak diketahui dengan jelas namun diduga merupakan

    neoplasma, radang, dan degenerasi. Pterigium diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat

    debu, ahaya sinar matahari "sinar ultraviolet%, udara yang panas "Ilyas, #$1$%, dan

    lingkungan dengan banyak angin "(iordan7/va dan 8hither, #$$9% karena sering terdapat

     pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang berangin, penuh sinar 

    matahari, berdebu dan berpasir. Caktor risiko pterigium yang lain adalah infeksi mikroba atau

    virus, beberapa kondisi kekurangan fungsi lakrimal film baik seara kuantitas maupun

    kualitas, konjungtivitis kronis, defisiensi vitamin -. Padabeberapa kasus dilaporkan

    sekelompok anggota keluarga dengan pterigium dan berdasarkan penelitian menunjukkan

    kemungkinan diturunkan autosom dominan "Lasuarni, #$$9%.

    II.#.< Patofisiologi

    isebutkan bah!a radiasi sinar Dltra violet B sebagai salah satu penyebabnya.

    :inar DE7B merupakan sinar yang dapat menyebabkan mutasi pada gen supresor tumor p=<

     pada sel7sel benih embrional di basal limbus kornea. Tanpa adanya apoptosis "program

    kematian sel%, ekspresi berlebihan sitokin seperti T+C7F dan E/+C "vascular endothelial 

     growth factor % menyebabkan pengaturan berlebihan pula pada regulasi kolagenase, migrasi

    sel, dan angiogenesis. Perubahan patologis tersebut termasuk juga degenerasi elastoid

    kolagen dan timbulnya jaringan fibrovesikular Garingan subkonjungtiva mengalami

    degenerasi elastoid "degenerasi basofilik% dan proliferasi jaringan granulasi fibrovaskular di

     ba!ah epitel yaitu substansia propia yang akhirnya menembus kornea. 3erusakan kornea

    terdapat pada lapisan membran Bo!man yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringanfibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi ringan. 3erusakan membran Bo!man ini

    akan mengeluarkan substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan pterigium. /pitel dapat

    normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia.

    Pterigium banyak terdapat di nasal daripada temporal. Penyebab dominannya

     pterigium terdapat di bagian nasal juga belum jelas diketahui namun kemungkinan

    5

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    6/17

    disebabkan meningkatnya kerusakan akibat sinar ultra violet di area tersebut. :ebuah

     penelitian menyebutkan bah!a kornea sendiri dapat bekerja seperti lensa menyamping "side7

    on% yang dapat memfokuskan sinar ultra violet ke area nasal tersebut. +en p=< yang

    merupakan penanda neoplasia dan apoptosis ditemukan pada pterigium. Peningkatan ini

    merupakan kelainan pertumbuhan yang mengau pada proliferasi sel yang tidak terkontrol

    daripada kelainan degeneratif "-minlari et al ., #$1$ :kuta et al., #$$*%.

    II.#.' 3lasifikasi

    Pterigium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe, stadium,

     progresifitasnya dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera , yaitu "Lasuarni,

    #$$9%;

    1. Berdasarkan Tipenya pterigium dibagi atas < ;

    Tipe I ; Pterigium keil, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi kornea

     pada tepinya saja. Lesi meluas H # mm dari kornea. Stocker’s line atau deposit besi dapat

    dijumpai pada epitel kornea dan kepala pterigium. Lesi sering asimptomatis, meskipun

    sering mengalami inflamasi ringan. Pasien yang memakai lensa kontak dapat mengalami

    keluhan lebih epat.

    Tipe II ; disebut juga pterigium tipe primer advaned atau pterigium rekuren tanpa

    keterlibatan ona optik. Pada tubuh pterigium sering nampak kapiler7kapiler yang

    membesar. Lesi menutupi kornea sampai ' mm, dapat primer atau rekuren setelah operasi,

     berpengaruh dengan tear film dan menimbulkan astigmat.

    Tipe III; Pterigium primer atau rekuren dengan keterlibatan ona optik. Merupakan

     bentuk pterigium yang paling berat. 3eterlibatan ona optik membedakan tipe ini dengan

    yang lain. Lesi mengenai kornea ' mm dan mengganggu aksis visual. Lesi yang luas

    khususnya pada kasus rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang

    meluas ke forniks dan biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola mata serta

    kebutaan#. Berdasarkan stadium pterigium dibagi ke dalam ' stadium yaitu;

    :tadium I ; jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea

    :tadium II ; jika pterigium sudah mele!ati limbus dan belum menapai pupil, tidak lebih

    dari # mm mele!ati kornea.

    6

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    7/17

    :tadium III ; jika pterigium sudah melebihi stadium II tetapi tidak melebihi pinggiran

     pupil mata dalam keadaan ahaya normal "diameter pupil sekitar

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    8/17

    Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada pterigium adalah topografi

    kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa astigmtisme ireguler yang

    disebabkan oleh pterigium "-minlari et al., #$1$%.

    II.#.) (enana Terapi

    1. 3onservatif 

    Penanganan pterigium pada tahap a!al adalah berupa tindakann konservatif 

    seperti penyuluhan pada pasien untuk mengurangi iritasi maupun paparan sinar ultraviolet

    dengan menggunakan kaamata anti DE dan pemberian air mata buatan6topial

    lubriating drops "-minlari et al., #$1$%. Bila terdapat radang dapat diberi steroid "Ilyas,

    #$1$%.

    # . Tindakan operatif 

    Pada prinsipnya, tatalaksana pterigium adalah dengan tindakan operasi.   Tidakan

     pembedahan adalah suatu tindakan bedah plasti yang dilakukan apabila pterigium telah

    mengganggu penglihatan. Terdapat berbagai maam teknik operasi yang digunakan

    dalam penanganan pterigium di antaranya adalah "Ilyas, #$1$ -minlari et al., #$1$

     02:, #$$4%;

    a.  are sclera  ; bertujuan untuk menyatukan kembali konjungtiva dengan

     permukaan sklera. 3erugian dari teknik ini adalah tingginya tingkat

    rekurensi pasa pembedahan yang dapat menapai '$74=&.

     b. Simple closure  ; menyatukan langsung sisi konjungtiva yang terbuka,

    diman teknik ini dilakukan bila luka pada konjuntiva relatif keil.

    . Sliding flap ; dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka bekas eksisi

    untuk memungkinkan dilakukannya penempatan flap.

    d.  !otational flap ; dibuat insisi berbentuk huruf D di sekitar luka bekas

    eksisi untuk membentuk seperti lidah pada konjungtiva yang kemudian

    diletakkan pada bekas eksisi.

    e. Con"ungtival graft   ; menggunakan  free graft  yang biasanya diambil dari

    konjungtiva bulbi bagian superior, dieksisi sesuai dengan ukuran luka

    8

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    9/17

    kemudian dipindahkan dan dijahit atau difiksasi dengan bahan perekat

     jaringan "misalnya #isseel $%, a&ter %ealthcare, 'earfield, (llionis%.

    f.   )mniotic mem*rane transplantation

      teknik  gafting dengan menggunakan membran amnion, yang merupakan lapisan

     paling dalam dari plasenta yang mengandung membrana basalis yang tebal dan

    matriks stromal avaskular. alam dunia oftalmologi, membran amnion ini digunakan

    sebagai draft dan dressing   untuk infeksi kornea,  sterile melts, dan untuk 

    merekonstruksi permukaan okuler untuk berbagai maam prosedur. Teori terkini

    menyatakan bah!a membran amniotik memperbesar support untuk lim*al stem cells

    dan cornea transient amplifying cells. 3lonogenisitas dipelihara dengan meningkatkan

    diferensiasi sel goblet dan non goblet . lebih jauh lagi, hal tersebut dapat menekan

    diferensiasi miofibroblast dari fibroblas normal untuk mengurangi  scar   dan

     pembentukan vaskuler. Mekanisme ini membantu penyembuhan untuk rekonstruksi

    konjungtiva, defek epitel, dan ulserasi stromal.

    II.#.4 Prognosis

    Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. 3ebanyakan pasien dapat

     beraktivitas lagi setelah '* jam post operasi. Pasien dengan pterigium rekuren dapat

    dilakukan eksisi ulang dan  graft   dengan konjungtiva autograft   atau transplantasi membran

    amnion "-minlari et al., #$1$%.

    II.#.* 3omplikasi (-minlari et al., #$1$%

    +.  Praoperatif-

    *. -stigmat:alah satu komplikasi yang disebabkan oleh pterigium adalah astigmat karena

     pterigium dapat menyebabkan perubahan bentuk kornea akibat adanya mekanisme

     penarikan oleh pterigium serta terdapat pendataran daripada meridian horiontal pada

    kornea yang berhubungan dengan adanya astigmat. Mekanisme pendataran itu sendiri

     belum jelas. 2al ini diduga akibat ?tear menisus@ antara punak kornea dan

     peninggian pterigium. -stigmat yang ditimbulkan oleh pterigium adalah astigmat

    ?!ith the rule@ dan iireguler astigmat.c. 3emerahan

    9

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    10/17

    d. Iritasi

    e. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea

     f. 3eterlibatan yang luas otot ekstraokular dapat membatasi penglihatan dan

    menyebabkan diplopia.

    #.  (ntraoperatif- 0yeri, iritasi, kemerahan,  graft oedema, corneoscleral dellen "thinning%, dan perdarahan

    subkonjungtival dapat terjadi akibat tindakan eksisi dengan con"unctival autografting ,

    namun komplikasi ini seara umum bersifat sementara dan tidak menganam

     penglihatan.

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    11/17

    BAB III

    DESKRIPSI KASUS

    III.1 Identitas Pasien

     0ama ; 0y.0

     0omor rekam medis ; $$$*#1

    Genis kelamin ; Perempuan

    Dsia ; =) Tahun

    Pekerjaan ; :!asta

    -gama ; Islam

    III.2 Anamnesis

    Keluan utama

    Penglihatan buram sudah < minggu

    Ri!a"at Pen"a#it Se#a$an% (RPS&

    Pasien datang ke poliklinik Mata (:D -mbara!a pada tanggal $1 esember #$1=

    dengan keluhan penglihatan buram, dieritakan oleh pasien bah!a sejak 3  minggu lalu pasien

    mengeluhkan mata merah, nroos dan menganjal. -!al bulan lalu pasien mengeluhkan mata

    sebelah kiri penglihatannya kabur dan buram lama kelamaan. Pasien ingin membuat kaamata.

    Pasien belum pernah mengobati keluhan ini sebelumnya.

    Ri!a"at Pen"a#it Daulu (RPD&

    (i!ayat Penyakit yang sama ; isangkal

    (i!ayat 2ipertensi ; isangkal

    (i!ayat M ; isangkal karena belum periksa(i!ayat alergi obat ; isangkal

    (i!ayat trauma mata ; isangkal(i!ayat operasi mata ; isangkal

    III.3 Peme$i#saan 'isi# 

    III.3.1 Status ene$alis

    11

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    12/17

    3eadaan umum ; Baik, tampak sakit sedang.

    3esadaran ; Jompos Mentis

    Tanda Eital ; T ; 1

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    13/17

    Injeksi siliar 

    Injeksi konjungtiva

    2iperemis

    Kedem

    Colikel

    Papil 3emotik

    :ub.konj. bleeding

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

    Positif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

    *. Bulbus Kkuli

    /ksof6endoftalmos

    +erakan

     0istagmus

    :trabismus

     0ormal

     0ormal 0egatif 

     0egatif 

     0ormal

     0ormal 0egatif 

     0egatif 

    9. :klera

    Ikterik 0egatif 0egatif  

    1$. 3ornea

    8arna

    :ikatrik 

    Infiltrat

    Kedem

     0eovaskularisasi

    -rus senilis

    Bening

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

    Bening

     0egatif 

     0egatif 

     0egatif 

    Positif 

     0egatif 

    11. JK- Gernih Gernih

    1#. Iris

    8arna :inekia

    Bentuk 

    3riptae

    Joklat normal

     0egatif 

     0ormal

     0ormal

    Joklat normal

     0egatif 

     0ormal

     0ormal

    13

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    14/17

    1

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    15/17

    Peme$i#saan AR den%an K)$e#si

    *D S /.10 /10 A → 6/12

    *S /20 A 1, → 6/12

    III. Resume

    Pasien datang ke poliklinik Mata (:D -mbara!a pada tanggal $1 esember #$1=

    dengan keluhan penglihatan buram, dieritakan oleh pasien bah!a sejak 3  minggu lalu pasien

    mengeluhkan mata merah, nroos dan menganjal. -!al bulan lalu pasien mengeluhkan mata

    sebelah kiri penglihatannya kabur dan buram lama kelamaan. Pasien ingin membuat kaamata.

    ari hasil pemeriksaan didapatkan mata merah, tampak adanya jaringan fibrovaskular pada

    saat dilakukan pemeriksaan slitlamp dikedua mata kanan dan kiri. Pemeriksaan mata kiri dan

    kanan visus baik )61#.

    III., Dia%n)sis

    K Pterigium grade ', K: pterygium grade #

    III.4 Penatala#sanaan

    III.4.1 'a$ma#)l)%i

    / Rese5 K6

    III.4.2 N)n/+a$ma#)l)%i

    • Menjaga kebersihan dan higienitas dari mata

    15

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    16/17

    • Menjaga mata dari sinar ultraviolet seperti penggunaan kaamata saat sedang naik 

    kendaraan bermotor atau didaerah berdebu

    • :aran operasi

    III. P$)%n)sis

    • -d vitam ; dubia et bonam

    • -d fungsionam ; dubia et bonam

    • -d sanationam ; dubia et bonam

    DA'TAR PUSTAKA

    Aminlari, Ardalan., Singh, Ravi., Liang, David. 2010. Management ! 

    "terigi#m. Opthalmic Pearls

    $a%%ard $., Sa&, SM., 'ar(, M., )h, D., *id+a+a, D., hia, S-., ng, /.,

     an, D. 2002. "terigi#m in ndneia revalene, everit and ri(

    !atr. Br J Ophthalmol. 861213416.

    16

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Saw%20SM%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Farook%20M%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Koh%20D%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Widjaja%20D%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Chia%20SE%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Hong%20CY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Tan%20DT%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Farook%20M%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Koh%20D%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Widjaja%20D%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Chia%20SE%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Hong%20CY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Tan%20DT%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12446360http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Saw%20SM%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=12446360

  • 8/18/2019 Presus Pterigium Isi

    17/17

    la, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. :a(arta ;alai "ener