24
BAB I KASUS I. IDENTITAS Nama : Nn. DPE (373476) Umur : 24 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : PNS Alamat : Kranggan Murtigading, Sewon, Bantul Tgl periksa : 8 Juni 2012 II. ANAMNESIS a. Keluhan Utama: Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan utama terdapat benjolan di bawah kuku jari ketiga kaki kanan. b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS): Benjolan muncul sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya benjolan kecil namun-kelamaan membesar akhirnya sampai menyebabkan nyeri di kuku kaki. Jumlah benjolan hanya 1. Awalnya terasa gatal kemudian sekarang tidak gatal. Panas (-), berdarah (-), menebal (+), mengecil (-), nyeri (+) karena menekan kuku ke atas. Riwayat trauma disangkal. Riwayat pengobatan disangkal. Riwayat aktivitas sehari-hari biasa. Riwayat alergi disangkal. 1

Presus Veruka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Presus Veruka

BAB I

KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Nn. DPE (373476)

Umur : 24 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : PNS

Alamat : Kranggan Murtigading, Sewon, Bantul

Tgl periksa : 8 Juni 2012

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama:

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan utama

terdapat benjolan di bawah kuku jari ketiga kaki kanan.

b.Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):

Benjolan muncul sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya benjolan kecil

namun-kelamaan membesar akhirnya sampai menyebabkan nyeri di kuku

kaki. Jumlah benjolan hanya 1. Awalnya terasa gatal kemudian sekarang

tidak gatal. Panas (-), berdarah (-), menebal (+), mengecil (-), nyeri (+)

karena menekan kuku ke atas. Riwayat trauma disangkal. Riwayat

pengobatan disangkal. Riwayat aktivitas sehari-hari biasa. Riwayat alergi

disangkal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :

Pasien belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya dan

riwayat penyakit lain-lain disangkal.

d.Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit menular dan keturunan dalam keluarga disangkal

1

Page 2: Presus Veruka

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign : N : 80 x/menit

R : 18 x/menit

S : afebris

a. Status Generalis

1. Kepala : Mesocephal, simetris

2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor

3. Hidung : Discharge (-/-)

4. Mulut : Bibir tidak kering, tidak pucat

5. Telinga : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada discharge

6. Leher : Kelenjar thyroid tidak membesar, kelenjar limfe tidak

membesar, trakhea di tengah

b. Status Dermatovenerologi

Jari ke tiga kaki kanan

Inspeksi: Tampak nodul, lentikular, sewarna dengan kulit dengan bagian

tengah seperti ada matanya berwarna cokelat kekuningan, permukaan

verukosa, terdapat skuama, tidak ada erosi, tidak ada delle.

Palpasi: Teraba kulit yang meninggi, kasar, dan tebal.

2

Page 3: Presus Veruka

IV. DIAGNOSIS BANDING

1. Prurigo nodularis

2. Moluskum kontagiosum

3. Tuberkulosis kutis verukosa

V. PENATALAKSANAAN

1.Medikamentosa

Asam salisilat 40%

2.Non-medikamentosa / operatif

- Elektrokauterisasi

- Ekstraksi naegel

VI. PROGNOSIS

Dubia ad bonam tetapi bisa residitif

3

Page 4: Presus Veruka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN

Veruka vulgaris (kutil) merupakan kasus yang banyak dijumpai di masyarakat.

Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan oang tua.

Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun demikian

penyebarannya dapat ke bagian tubuh lain termasuk mukosa mulit dan hidung. Kutil ini

bentuknya bulat dan berwarna abu-abu, besarnya lenticular atau kalau berkonfluensi

berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul

autoinokulasi sepanjang goresan (fenomen Kobner).1

Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-anak

kutil dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai penyakit

yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang terdapat di

daerah muka dan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan yang tegak lurus pada

permukaan kulit dan permukaannya verukosa yang disebut sebagai verukosa

filiformis.1

B. DEFINISI

Veruka / warts atau yang lebih dikenal dengan “kutil” merupakan ploriferasi

jinak pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi human papilloma virus

(HPV). HVP merupakan virus DNA yang terdiri lebih dari 100 tipe.1 Dapat menyerang

kulit dan mukosa ekstremitas, genital serta mukosa laring dan mulut. Virus ini tidak

menunjukkan gejala dan tanda yang akut melainkan terjadi secara lambat serta adanya

ekspansi fokal dari sel epitel. Walaupun bersifat jinak, tetapi beberapa tipe HPV dapat

bertransformasi menjadi neoplasma. Bentuk klinis yang ditimbulkan bermacam-

macam, yaitu veruka vulgaris (common warts), veruka plana (flat warts), veruka

plantaris (plantar warts), genital warts. Selain itu, HPV dapat menyebabkan penyakit

yang disebut epidermodysplasia verruciformis.2

Veruka Vulgaris merupakan salah satu bentuk klinis dari Veruka yang paling

umum yang dapat muncul pada bagian tubuh mana saja, yang biasanya disebarkan oleh

autoinokulasi oleh tangan.2

C. KLASIFIKASI

4

Page 5: Presus Veruka

Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis, yaitu:

1. Veruka vulgaris dengan varian veruka filiformis

2. Veruka plana juvenilis

3. Veruka plantaris

4. Veruka akuminatum (kondiloma akuminatum).3

D. EPIDEMIOLOGI

Veruka dapat terjadi pada semua usia. Insiden meningkat pada masa sekolah

dan puncaknya terjadi pada saat dewasa muda. Berdasarkan penelitian, 3-20% anak

sekolah memiliki kutil (veruka), dari 1.000 anak yang berusia di bawah 16 tahun yang

mendatangi rumah sakit di Cambrige, United Kingdom pada tahun 1950-an terdapat

70% anak yang menderita veruka vulgaris, 24% plantar warts, 3,5% plane warts, 2%

filiform warts dan 0,5% menderita anogenital warts. Masa inkubasi dapat bervariasi

dari beberapa minggu hingga lebih dari satu tahun. Timbulnya veruka dapat terjadi

setelah 20 bulan terinfeksi.3

Veruka vulgaris juga dapat terjadi pada semua usia. Prevalensi terbanyak pada

usia 5-20 tahun. Dan hanya 15% terjadi setelah usia 35 tahun. Seringnya merendam

tangan ke dalam air merupakan faktor risiko terjadinya veruka vulgaris. Insiden veruka

vulgaris pada tukang daging (butchers) tinggi.3

E. PATOGENESIS

Penyebaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Untuk

menginfeksi, HPV harus melakukan kontak dengan stem cell pada lamina basalis di

epidermis. Setelah itu, infeksi tersebut harus dibantu oleh faktor yang mengganggu

fungsi epidermis seperti trauma (termasuk abrasi ringan), maserasi, atau keduanya.

Sebagai contoh, veruka vulgaris dapat terjadi pada jari orang yang suka menggigit kuku

atau daerah periungual. Sinar ultraviolet juga dapat memprovokasi timbulnya veruka

vulgaris.4,5

Setelah melakukan kontak dengan lamina basalis, HPV melakukan replikasi di

bagian atas epitel yang terdiri atas keratinosit yang tidak bereplikasi. HPV harus

memblok diferensiasi terminal dan menstimulasi sel untuk menyediakan enzim dan ko-

faktor yang dibutuhkan untuk replikasi DNA virus. Eksperimen telah menunjukkan

bahwa protein HPV dapat mempengaruhi proliferasi sel dan menghambat kematian sel

5

Page 6: Presus Veruka

melalui apoptosis. Aktivitas ini bervariasi sesuai dengan tipe dari HPV. Hal ini

menimbulkan pembagian jenis HPV menjadi 2 jenis yaitu HPV high risk dan low risk.

Sesuai dengan namanya, HPV high risk memiliki aktivitas yang tinggi dan HPV low

risk biasanya kurang aktif.4

HPV memiliki beberapa protein yang bertanggung jawab dalam mengaktivasi

pertumbuhan sel, dan menghambat apoptosi, yaitu protein E5, E6, dan E7. E6 dan E7

berikatan dengan tumor supressor p53 dan mengakibatkan degradasi. Hal ini

menyebabkan sifat inhibisi dari dari protein tersebut menjadi berkurang. Studi

mendemonstrasikan bahwa degradasi p53 tidak mencukupi untuk menimbulkan gejala

klinis, sehingga mekanisme kerja E6 dan E7 harus diteliti lebih lanjut. Mekanisme

kerja lainnya dari protein E6 adalah dengan menstimulasi ekspresi dari hTERT yang

merupakan katalis telomerase. Enzim ini memproteksi ujung kromosom dan

menghambat proses penuaan sel. Sedangkan mekanisme kerja dari protein E5 adalah

dengan mengaktivasi reseptor growth factor.4,5

HPV menimbulkan akantosis dan hiperkeratosis, biasanya dengan terbentuknya

koilositosis dari keratiosit. Pada koilosit dan sel granular lainnya, ditemukan basophylic

nuclear inclusion body, yang terbentuk dari partikel virus. Sel epidermis yang berada di

atas akan memiliki inklusi eosinofil yang menunjukkan granul keratohialin yang

irreguler.4

F. ETIOLOGI

Veruka atau warts secara umum disebabkan oleh Human Papiloma Virus

(HPV). Veruka Vulgaris disebabkan oleh subtipe dari HPV yaitu HPV-2, tetapi sangat

terkait dengan tipe 27, 57, 63, 1 dan 4. Infeksi HPV dapat terjadi pada segala usia,

tetapi jarang pada bayi dan masa kanak awal.3 Veruka vulgaris paling sering terjadi

antara usia 5 sampai 30 dan hanya 15% yang terjadi pada usia di atas 35 tahun.

Pengolah daging memiliki prevalensi tertinggi untuk menderita penyakit ini karena

HPV-2 dan HPV-4 bersarang di daging.2 Faktor yang mengganggu fungsi epidermis

akan menjadi faktor predisposisi perkembangan penyakit. Kurangnya model binatang

percobaan untuk HPV, kesulitan untuk menemukan orang yang tidak pernah terinfeksi

HPV, dan tipe HPV yang sangat beragam menyebabkan tertundanya penelitian dan

penjelasan mengenai mekanisme imun terhadap virus ini.3

6

Page 7: Presus Veruka

Gambar 1. Human Papiloma Virus pada mikroskop

elektron1

G. GEJALA KLINIS

Periode inkubasi HPV berkisar antara beberapa minggu hingga 1 tahun. Tidak

ada gejala prodromal yang diketahui.3 Pasien biasanya datang dengan keluhan papul

yang membesar secara perlahan. Kemunculan lesi yang sama pada sekitar lesi primer

menunjukkan penyebaran lokal dan dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis infeksi

HPV. Papul yang ditemukan pada pasien berbentuk bulat berwarna abu – abu, besarnya

lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa).

Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Köbner).6

Gambar 2. Berbagai Macam Veruka Vulgaris3

Predileksi lesi ini terutama pada estremitas bagian ekstensor. Walaupun

demikian, penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan

hidung.6 Biasanya lesi ini terbentuk papul tunggal maupun berkelompok.1 Veruka

vulgaris akan menghilang dengan sendirinya, tetapi beberapa akan bertahan selama

berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Biasanya lesi ini tidak memiliki gejala dan

7

Page 8: Presus Veruka

tidak nyeri, kecuali bila berada pada daerah telapak tangan, terluka, atau saat berada

dibawah kuku dan kelopak mata. Perubahan veruka vulgaris ke arah keganasan sangat

jarang, tapi telah dilaporkan terjadinya dalam kasus pasien immunosupresi.3 Perubahan

lesi ke keganasan disebut epidermodysplasia verruciformis yang dihipotesis memiliki

dasar hipersensitivitas tipe lambat.6

Untuk gejala veruka lainnya yaitu:

1. Veruka plantaris

Tumbuh di telapak kaki dan bentuknya biasanya mendatar karena mengalami

penekanan akibat berjalan dan dikelilingi oleh kulit yang tebal. Berbeda dengan

kapalan, veruka plantaris cenderung mengalami perdarahan berupa bintik-bintik

kecil jika disayat dengan pisau bedah.

Gambar 3.

2. Veruka filiformis

Merupakan kutil yang bentuknya memanjang, yang biasanya ditemukan di

kelopak mata, wajah, leher atau bibir. Kutil datar sering ditemukan pada anak-anak

dan dewasa muda, biasanya tumbuh dalam suatu kelompok bintik-bintik halus

berwarna kuning-coklat di wajah.

Gambar 4.

3. Veruka akuminatum (kondiloma akuminatum)

8

Page 9: Presus Veruka

Adalah kutil lembab yang ditemukan di daerah kemaluan. Virusnya ditularkan

melalui hubungan seksual.

Gambar 5.

H. HISTOPATOLOGI

1. Epidermis: hyperkeratosis, parakeratosis, papilomatosis, akantosis.

2. Dermis: pelebaran pembuluh darah dan serbukkan sel-sel radang kronik.7

Gambar 6. Gambaran Histopatologi Veruka Vulgaris

I. DIAGNOSIS

Gambaran klinis, riwayat penyakit, papul yang membesar secara perlahan

biasanya sudah sangat membantu untuk membangun diagnosis veruka.3

Bentuk klinis yang khas dan riwayat pertumbuhan papul yang lambat biasanya

mengarahkan diagnosis ke veruka vulgaris. Pemeriksaan histologi dapat digunakan

untuk mengkonfirmasi diagnosis dan diagnosis pasti, dilakukan pemeriksaan

histopatologi yang menggambarkan proses hiperplasia ekstensif yang mengandung

badan inkluasi baik intranuklear maupun intrasitoplasmik. Lesi seperti keratosis

9

Page 10: Presus Veruka

seboroik, keratosis solar, nevi, akondron, hiperplasia kelenjar sebasea, klavi, granuloma

piogenik kecil, karsinoma sel skuamous dapat menyerupai veruka.2

J. DIAGNOSIS BANDING

1. Tuberkulosis kutis verukosa

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan

oleh basil mikobakterium tuberkulosis. Jalan masuk kedalam tubuh biasanya

melalui inhalasi, atau yang pada umumnya adalah dengan meminum susu sapi

yang tidak dipasteurisasi.

Tipe ini terjadi terutama pada orang dewasa, anak-anak dan individu yang

resisten terhadap terjadinya inokulasi eksternal basil tuberkel. Infeksi terjadi

secara eksogen, jadi kuman masuk ke dalam kulit, oleh sebab itu tempat

predileksinya pada tungkai bawah dan kaki, tempat yang lebih sering mendapat

trauma. Gambaran klinis biasanya berbentuk bulan sabit akibat penjalaran

secara serpiginosa, yang berarti penyakit menjalar ke satu jurusan diikuti

penyembuhan di jurusan yang lain. Ruam terdiri atas papul-papul lentikuler di

atas kulit yang eritematosa. Pada bagian yang cekung terdapat sikatriks. Prinsip

pengobatan tuberkulosis kutis sama dengan tuberkulosis paru.7

2. Prurigo nodularis

Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit dengan karakteristik adanya nodul

yang gatal yang biasanya muncul pada tangan dan kaki yang kemudian dapat

berkembang menjadi bentuk likenifikasi maupun multipel ekskoriasi yang

timbul akibat adanya garukan. Prurigo belum diketahui secara pasti

penyebabnya dan nodul yang tampak dapat membuat kita mengenalinya sebagai

nodul pada liken simpleks kronik.

Prurigo Nodularis adalah suatu nodul pada tempat di mana terjadi garukan yang

terus-menerus. Lesinya berupa nodul yang berbentuk kubah, dimana

permukaannya sering mengalami erosi dengan skuama dan krusta. Ukurannya

bervariasi mulai dari beberapa milimeter hingga 2 sentimeter. Lesi multipel

tersebar pada ekstremitas. Kulit diantaranya dapat normal atau menunjukkan

perubahan berupa eritema, skuama, ekskoriasi, likenifikasi serta perubahan

pigmen post inflamasi. Pada prurigo nodularis, pasien akan merasa gatal yang

10

Page 11: Presus Veruka

hebat pada tempat yang beda pada tubuh dan tidak dapat mengontrol keinginan

untuk menggaruk atau menggosok daerah tersebut sehingga pada kulit sering

nampak bekas garukan. Pruritus kadang datang dalam beberapa menit sampai

beberapa jam dan kemudian akan berhenti secara spontan.7

3. Moluskum kontagiosum

Moluskum kontagiosum merupakan suatu penyakit infeksi virus pada kulit yang

disebabkan oleh virus golongan poxvirus genus Molluscipox dengan wujud

klinis berupa benjolan pada kulit atau papul-papul multiple yang berumbilikasi

di tengah, mengandung badan moluskum, serta dapat sembuh dengan

sendirinya.

Pada kulit akan tampak lesi umbilikata yang multipel. Lesi tersebut papul

berbatas tegas, licin, dan berbentuk kubah (dome shaped) sewarna kulit. Ukuran

papul bervariasi dari 2-6 milimeter. Di bagian tengah lesi, biasanya terdapat

lekukan (delle) kecil, berisi bahan seperti nasi dan berwarna putih yang

merupakan cirri khas dari moluskum kontagiosum.

Benjolan biasanya tidak terasa gatal, tidak terasa nyeri. Namun papul bisa

meradang, misalnya karena garukan, sehigga teraba hangat dan berwarna

kemerahan. Jika terjadi infeksi sekunder, bisa terjadi supurasi. Lokasi bisa di

wajah, badan, kadang-kadang pada perut, bagian bawah perut, dan genitalia.

Pasien anak dengan dermatitis atopik, 10% mengalami moluskum kontagiosum,

dan bisa mengalami perluasan. Namun, prevalensi moluskum kontagiosum pada

anak dengan dermatitis atopik, memiliki hubungan langsung yang rendah.

Walaupun luas daerah yang terkena moluskum kontagiosum pada anak dengan

dermatitis atopik lebih besar dibandingkan dengan anak tanpa dermatitis atopik,

tetapi dalam suatu penelitian Seize, dkk tidak ada hubungan yang signifikan

secara statistik.5

4. Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma Sel Skuamosa merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga

mulut yang secara klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang

indurasi, dan kemerahan.

11

Page 12: Presus Veruka

Nodula berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa ada krusta

atau ulkus dengan tepi yang berbatas kurang jelas. Nodula kemerahan dengan

permukaan yang papilomatosa atau verukosa, menyerupai bunga kol. Ulkus

dengan kusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning kemerahan.

Dalam perjalanan penyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan metastase ke

kelenjar limfe regional atau organ-organ dalam.5

K. PENATALAKSANAAN

Terapi pada veruka vulgaris disesuaikan dengan lokasi tubuh yang terkena, usia

pasien, status imun pasien, derajat ketidaknyamanan baik secara fisik maupun

emosional dan jika ada terapi sebelumnya. Veruka vulgaris yang muncul pada anak

tidak memerlukan pengobatan khusus karena biasanya dapat regresi sendiri. Namun,

mekanismenya sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga sistem imun seluler

dan humoral berperan terhadap regresi spontan veruka vulgaris.1,6

Penatalaksanaan untuk pasien dilakukan elektrokauterisasi. Elektrokauterisasi

ini efektivitasnya tinggi dalam menghancurkan jaringan yang terinfeksi dan HPV, serta

kontraindikasi untuk pasien dengan cardiac pacemakers. Tehnik ini diawali dengan

local anestesi. Rasa sakit setelah operasi dapat diatasi dengan narkotik analgesik dan

analgesik topikal pada beberapa pasien sangat bermanfaat seperti lidocaine jelly.8

Penatalaksanaan lainnya :

1. Krioterapi merupakan pilihan utama untuk hampir semua veruka vulgaris. veruka

seharusnya dibekukan secara adekuat dimana dalam waktu 1-2 hari akan timbul

lepuh sehingga akan menjadi lebih lunak. Idealnya pengobatan dilakukan setiap 2

atau 3 pekan sampai lepuh terkelupas. Komplikasi dari krioterapi diantaranya

terjadinya hipopigmentasi dan timbul jaringan parut (skar).

2. Asam salisilat 12-26% dengan atau tanpa asam laktat efektif untuk pengobatan

veruka vulgaris dimana efikasinya sebanding dengan krioterapi. Efek keratolitik

asam salisilat mampu membantu mengurangi ketebalan veruka dan menstimulasi

respon inflamasi.

3. Glutaraldehid merupakan agen virusidal yang terdiri dari 10% glutaraldehid dalam

etanol cair atau dalam formulasi bentuk gel. Pengobatan hanya terbatas pada lesi di

tangan. Efek samping yang dapat terjadi adalah dermatitis kontak. Nekrosis

kutaneus dapat terjadi walaupun sangat jarang.1,6,7

12

Page 13: Presus Veruka

4. Bleomisin memiliki efikasi yang tinggi dan penting untuk pengobatan veruka

vulgaris terutama yang keras. Bleomisin yang digunakan memiliki konsentrasi 1

unit/ml yang diinjeksikan di dekat bagian bawah veruka hingga terlihat memucat.

Saat injeksi terasa nyeri sehingga pada beberapa pasien dapat diberikan anestesi

lokal. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah timbulnya skar dan dapat

menyebabkan nekrosis jaringan yang luas.

5. Simetidin oral dengan dosis 30-40 mg/kgBB/hari telah dilaporkan mampu

meresolusi veruka vulgaris.

6. Pengobatan dengan dinitrochlorobenzene (DNCB) dilaporkan mampu meresolusi

veruka pada 85% kasus. Caranya: DNCB dilarutkan dalam aseton, kolodion atau

petrolatum. Dosis awal DNCB dengan konsentrasi 2-5 %, tetapi dapat diturunkan

menjadi 0,2-0,5% jika timbul reaksi yang berat. Veruka mulai pecah setelah sekali

hingga dua puluh kali pengobatan, tetapi rata-rata dibutuhkan 2-3 bulan

pengobatan. Efek samping dari penggunaan DNCB yaitu pruritus, nyeri lokal, dan

dermatitis eksematous ringan.

7. Laser karbondioksida dapat digunakan untuk pengobatan beberapa variasi dari

veruka baik pada kulit maupun mukosa. Pengobatan ini efektif untuk

menghilangkan beberapa jenis veruka, seperti periungual dan subungual warts.8,9

L. PROGNOSIS

Prognosis pada pasien ini adalah bonam walaupun veruka vulgaris dapat

berulang (bersifat residif). Dicari faktor predisposisinya serta pasien harus bisa menjaga

kebersihan diri sendiri dan lingkungan.1

13

Page 14: Presus Veruka

BAB III

PEMBAHASAN

Pada pasien ini dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis mengarah

pada veruka vulgaris. Meskipun belum dilakukan pemeriksaan histopatologi namun

dari gambaran klinis yang ada berupa benjolan pada kulit dengan ukk tampak nodul,

lentikular, sewarna dengan kulit dengan bagian tengah seperti ada matanya berwarna

cokelat kekuningan, permukaan verukosa, terdapat skuama, tidak ada erosi, dan tidak

ada delle menunjukkan gambaran klinis veruka vulgaris.

Untuk penatalaksanaannya, pada banyak kasus veruka vulgaris akan sembuh

spontan. Maka pengobatan yang dilakukan prinsipnya adalah mengembalikan bentuk

kulit seperti semula dengan penggunaan asam salisil dan atau memerlukan

elektrokauterisasi. Penatalaksanaan ini tetap menggunakan prinsip sesuai dengan

kondisi keadaan penyakit.

Pada pasien ini diagnosis bandingnya adalah :

1. Tuberkulosis kutis verukosa

Dimana didapatkan lesi tunggal, lebih kasar, dan dapat memanjang dengan

penyebaran serpiginosa. Tetapi harus diobservasi dahulu apakah terjadi penyebaran

serpiginosa tersebut.

2. Prurigo nodularis

Biasanya pada ektremitas bagian ekstensor disertai rasa gatal. Pada kasus ini

gatal muncul pada saat awal munculnya papul saja. Lama kelamaan tidak

mengalami hal serupa. Dapat dibedakan dengan veruka vulgaris melalui

pemeriksaan histopatologi.

3. Moluskum kontagiosum

Papul berdiameter 1-5 mm, diskrit, berwarna seperti kulit atau putih mutiara,

meninggi, tampak seperti lilin dengan umbilikasi kecil, sendiri-sendiri atau

berkelompok.

4. Karsinoma Sel Skuamosa

14

Page 15: Presus Veruka

Vegetasi seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau. Perlu observasi

lebih lanjut dan dilakukannya pemeriksaan patologi anatomi untuk menegakkan

diagnosis ini.

Pada kasus ini disarankan untuk dilakukan ekstraksi kuku dikarenakan veruka

vulgaris sudah mendorong kuku ke atas sehingga menyebabkan nyeri hebat. Kemudian

dilakukan elektrokauterisasi untuk menghilangkan veruka tersebut. kemudian

dimedikamentosa secara topical dan sistemik.

15

Page 16: Presus Veruka

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, Ronny. 2008. Penyakit Virus. Dalam: Adhi Djuanda. Ilmu penyakit

Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta:

Hal 111-112.

2. James, W., Berger, T., Elston, D., editors. 2008. Andrew’s Disease of the Skin:

Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada: Eleviser. Pg. 403-413 (ebook)

3. Sterling JC. 2004. Virus infection. Dalam: Burns T et al (ed). Rook’s Text Book

Of Dermatology. Ed 7. Vol 4. 2004; 25.37-53 (ebook)

4. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C., editors. 2005. Rook’s Textbook of

Dermatology. 8th Ed. Australia: Blackshell Publishing Company; 2005. Pg.

33.39-51 (ebook)

5. Trozak, D., Tennenhouse, D., Russell, J., editors. 2006. Dermatology Skills for

Primary Care: An Illustrated Guide. New Jersey: Humana Press. Pg. 59-64

(ebook)

6. Djuanda A., editor. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th Ed. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pg. 112-114

7. Siregar, RS. 2004. Atlas Berwarna: Saripati Penyakit Kulit. 2nd Ed. EGC:

Jakarta. Pg. 76-77

8. Shenefelt, PD., editors. 2011. Nongenital Warts Department of Dermatology

and Cutaneous Surgery, University of South Florida College of Medicine; Past

Chief, Section of Dermatology. http://emedicine.com/derm/topic457.htm

Accessed June. 12, 2012.

9. Habif TP. 2010. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and

Therapy. 5th ed. Edinburgh, U.K.; New York, N.Y.: Mosby Elsevier.

http://www.mayoclinic.com/health/commonwarts/DS00370/SECTION=1

Accessed June. 12, 2012.

16