Upload
richa-purwanty
View
3
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
referat
Citation preview
Penelitian terbaru mengenai morbili, virus yang menjadi agen penyebab
diantaranya measles virus (MV), canine distemper virus (CDV), rinderpest virus
(RPV), Peste des petits ruminant’s virus (PPRV). Virus ini melakukan replikasi pada
organ limfoid yang kemudian menekan sistem imun yang ditandai dengan
limpopenia. CD46 merupakan molekul pertama yang ditemukan sebagai reseptor
morbili, CD46 juga sebagai reseptor in vivo. Virus ini kemudian memberi signal ke
limfosit yang selanjutnya akan mengaktivasi SLAM, yang diketahui juga sebagai
CD150 yang merupakan reseptor selular dari virus-virus ini. Protein SLAM tidak
hanya berfungsi sebagai co-reseptor untuk aktivasi limfosit dan/atau adhesi, tetapi
juga memiliki fungsi sebagai reseptor selular untuk jalan masuk virus morbili
(cellular entry receptors).4
2.5. GEJALA KLINIS1,2,3,5
6
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih
sebagai waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang
masa inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-
10 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam. Penyakit ini
dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium Kataral (Prodromal).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 ºC),
malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah
tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan
leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada
bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2
minggu terakhir.
Gambar 2.3. Koplik’s Spot
7
2. Stadium Erupsi.
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan.
Diantara lateral makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di
belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang
dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak
jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “black
measles”, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus
digestivus.
Gambar 2.4. Ruam Kemerahan (rash)
3. Stadium Konvalesensi.
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi
pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan
8
eritema dan eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun
sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
Gambar 2.5. Stadium Konvalesensi (ruam hiperpigmentasi)
2.6. DIAGNOSIS BANDING2,5
1. German Measles.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di
daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
2. Eksantema Subitum.
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum
(eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum
tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus cenderung
untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan
keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi ricketsia, ruam
biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak adanya batuk
atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya membantu mengenali
penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam
9