24
TEORI CIPP EVALUATION DAN TEORI DISCREPANCY MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Program BK Dosen Pengampu: Dr. Eko Nusantoro. M. Pd. Kons Zakki Nurul Amin, S. Pd Oleh: Amalia Rizky Susanti (1301412029) Widya Ari Kusumadini (1301412042) Aulya Ramadhina Devi Listiawan(1301412113 ) 1

Print.makalah

  • Upload
    edykey

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hou

Citation preview

Page 1: Print.makalah

TEORI CIPP EVALUATION DAN TEORI DISCREPANCY

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Program BK

Dosen Pengampu:

Dr. Eko Nusantoro. M. Pd. Kons

Zakki Nurul Amin, S. Pd

Oleh:

Amalia Rizky Susanti (1301412029)

Widya Ari Kusumadini (1301412042)

Aulya Ramadhina Devi Listiawan (1301412113 )

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

1

Page 2: Print.makalah

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW yang telah mengarahkan kita kepada agama yang diridhoi Allah SWT.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Program BK,

didalamnya membahas tentang apa yang dimaksud teori CIPP Evaluation dan

teori Discrepancy.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih pada seluruh pihak yang

membantu atas terselesaikannya makalah ini. Penyusun sadar bahwa dalam

penyusunan paper ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan

penyusun. Maka, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi penyusun

dan kepada para pembaca pada umumnya.

Semarang, April 2015

Penyusun

2

Page 3: Print.makalah

DAFTAR ISI

Halaman judul ..................................................................................................1

Kata Pengantar .................................................................................................2

Daftar Isi ..........................................................................................................3

BAB I Pendahuluan .........................................................................................4

1.1 Latar Belakang ......................................................................................4

1.2 Rumusan masalah .................................................................................5

1.3 Manfaat .................................................................................................5

BAB II Pembahasan ........................................................................................6

2.1 Teori CIPP Evaluation ..........................................................................6

2.2 Teori Discrepancy .................................................................................12

BAB III Penutup ..............................................................................................15

Kesimpulan .................................................................................................15

Daftar Pustaka ..................................................................................................16

3

Page 4: Print.makalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penilaian program bimbingan dan konseling merupakan bagian integral

dalam manajemen bimbingan dan konseling. Melalui penilaian yang akurat

akan dapat memberikan : (a) umpan balik bagi konselor yang selanjutnya

dipakai sebagai upaya memperbaiki dan mengembangkan program bimbingan

dan konseling tahun berikutnya, (b) informasi kepada pihak pimpinan sekolah,

guru mata  pelajaran dan orang tua tentang perkembangan sikap dan perilaku

serta  pencapaian tugas perkembangan pada setiap peserta didik. Namun pada

kenyataannya bahwa kriteria Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Dan

Konseling di Sekolah, belum ada penetapan kriteria yang bisa dijadikan

sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan konseling, hal tersebut

sudah lama menjadi persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas.

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang sudah dilakukan sejak lama. Pada

masa yunani, evaluasi telah dilakukan walaupun masih dalam bentuk yang

sederhana dan kurang profesional. Misalkan saja socrtates yang membuat

evaluasi sederhana terhadap pelajaran yang ia berikan kepada murid-muridnya.

Pada tahun 1970, evaluasi baru menjadi suatu kajian yang dianggap sebagai

studi tersendiri dan dianggap sebagai suatu profesi yang profesional. Hal ini

ditandai dengan banyaknya ahli yang memiliki perhatian pada bidang evaluasi

diberbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, sosial, serta kesehatan.

Para ahli evaluasi tersebut kemudian mengemukakan berbagai macam

model evaluasi. Setiap model evaluasi memiliki arakteristiknya masing-masing

berkenaan dengan konsep dasar, metode , serta fokus evaluasi. Stufflebeaum

mencatat pada tahun 1980an telah ada disekitar lima puluh model evaluasi

(stufflebeaum & Shinkfield 1985:49). Dalam bidang bimbingan dan konseling,

model-model evaluasi yang sering digunakan untuk mengevaluasi program

bimbingan dan konseling diantaranya adalah Model CIPP yang dikembangkan

oleh Stufflebeaum dan kawan-kawan, serta discrepancy.

4

Page 5: Print.makalah

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian teori CIPP Evoluation?

2. Apa saja komponen dalam teori CIPP Evaluation?

3. Apakah pengeritian teori Discrepancy?

1.3 Manfaat Penyusunan

1.Mengetahui dan memahami definisi teori CIPP Evaluation.

2.Mengetahui dan memahami komponen yang ada dalam teori CIPP

Evaluation.

3.Mengetahui dan memahami definisi teori Discrepancy.

5

Page 6: Print.makalah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori CIPP Evaluation

a. Pengertian Teori CIPP Evaluation

Teori CIPP Evaluation (Context, Input, Process, Product) yang

dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.

Stufflebeam merupakan ahli evaluasi yang mengusulkan

evaluasi melalui pendekatan yang berorientasi kepada

pengambilan keputusan. Stufflebeam memberikan tekanan

pada 3 hal, yaitu :

1. Bahwa evaluasi merupakan proses sistematis yang terus

menerus.

2. Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu :

a. Menyatakan pertanyaan yang menuntut jawaban dan

informasi yang spesifik untuk digali.

b. Membangun data yang relevan.

c. Menyediakan informasi karir (kesimpulan) yang menjadi

bahan pertimbangan mengambil keputusan.

3. Evaluasi memberikan dukungan pada proses mengambil

keputusan dengan memilih salah satu alternatif pilihan dan

melakukan tindak lanjut atas keputusan tersebut.

Stufflebeam berpendapat bahwa evaluasi seharusnya

memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan untuk

membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi

seharusnya dapat membuat suatu perbaikan, meningkatkan

akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam mengenai

fenomena. Menurut Stufflebeam, evaluasi seharusnya dapat

memberikan gambaran yang menyeluruh terhadap program.

Lebih daripada itu, menurutnya penelaahan menyeluruh

terhadap program harus dilakukan melalui sebuah cara yang

6

Page 7: Print.makalah

sistematis. Stufflebeam melihat evaluasi sebagai sebuah

tahapan yang sistematis dan menyeluruh. Pada akhirnya, ia

melihat terdapat empat komponen evaluasi yang juga

merupakan tahapan dalam evaluasi.

b. Komponen Teori CIPP Evaluation

1.Evaluasi Konteks (Context evaluation)

Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu objek,

seperti institusi, program, populasi target, atau orang, dan

juga untuk menyediakan arahan untuk perbaikan.

Stufflebeam mengemukakan bahwa objektivitas utama

dari tipe ini adalah untuk menelaah status objek secara

keseluruhan, untuk mengidentifikasi kekurangan untuk

mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki yang dapat

digunakan untuk memperbaiki kekurangan, untuk

mendiagnosis masalah sehingga dapat ditemukan solusi

yang dapat memperbaikinya, dan secara umum untuk

memberikan gambaran karakteristik lingkungan/setting

program (Stufflebeam&Shienfield, 1985:169). Evaluasi

konteks juga bertujuan untuk melihat apakah tujuan yang

lama dan prioritas terhadapnya telah sesuai dengan

kebutuhan yang seharusnya dilayani. Apapun yang

menjadi fokus objeknya, hasil dari evaluasi konteks harus

menyediakan dasar untuk penyesuaian (pemantapan)

tujuan dan prioritas, serta terget perubahan yang

dibutuhkan.

Tujuan evaluasi konteks dilakukan untuk menyediakan

alasan yang rasional bagi konselor dan administrator

dalam menentukan tujuan dan kompetensi siswa, yang

7

Page 8: Print.makalah

mana semua itu akan membantu membentuk program

dan highlight berbagai elemen struktur dalam kebutuhan

akan perhatian. Disinilah, evaluator harus mendefinisikan

lingkungan (environment) dimana program dilaksanakan,

mengidentifikasikan berbagai kebutuhan yang tidak

diakomodir,dan menentukan kenapa kebutuhan ini belum

diakomodir. Evaluasi ini dicapai melalui seperangkat

penilaian berdasarkan penelaahan (assesment) atas

kebutuhan pelanggan (customers), penentuan atas

kelebihan dan kekurangan program terkini, dan

menyetujui prioritas program.

2.Evaluasi Input (Input Evaluation)

Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk

membantu menentukan program yang membawa pada

perubahan yang dibutuhkan. Evaluasi input

mempermasalahkan apakah strategi yang dipilih untuk

mencapai tujuan program sudah tepat. Evaluasi ini diakukan

dengan menelaah dan menilai secara kritis pendekatan

yang relevan yang dapat digunakan

(Stufflebeam&Shienfield, 1985:173). Evalausi ini merupakan

pendahuluan atau tanda kesuksesan, kegagalan, dan

efisiensi atas usaha untuk melakukan perubahan. Trotter et

al (1998) menambahkan bahwa evaluasi input ini juga dapat

dipandang sebagai bagaimana sumber-sumber sistem yang

ada disekolah dapat digunakan untuk memberikan

dukungan pada praktik dan strategi yang dipilih (Trotter et

al., 1998:138).

8

Page 9: Print.makalah

Evaluasi input bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menelaah kapabilitas sistem, alternatif strategi program,

desain prosedur di mana strategi akan diimplementasikan.

Input dalam program bimbingan dan konseling dapat berapa

jumlah sumber daya manusia dalam divisi bimbingan dan

konseling, dukungan keuangan, ruangan, perlatan seperti

komputer, software, serta media bimbingan.

Evaluasi input ini dapat dilakukan dengan menggunakan

metode menginventarisasi dan menganalisis sumber-

sumber yang tersedia, baik guru bimbingan dan konseling,

ataupun material, strategi solusi, relevansi desain prosedur,

kepraktisan dan biaya, kemudian dibandingkan dengan

kriteria yang ditetapkan berdasarkan telaah literatur, atau

dengan mengunjungi program yang telah berhasil, atau

berdasrkan ahli.

3.Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk

melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan

strategi yang telah direncanakan. Dalam ungkapan lain,

Stufflebeam mengatakan bahwa evaluasi proses merupakan

pengecekan yang berkelanjutan atas implementasi

perencanaan (Stufflebeam & Shienfield, 1985:175). Evaluasi

proses bertujuan untuk mengindetifikasikan atau

memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat

dalam desain prosedur atau implementasinya. Evaluasi

proses juga bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai

dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan

menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.

Evaluasi proses ini dapat dilakukan dengan memonitor

kegiatan, berinteraksi terus-menerus, serta dengan

9

Page 10: Print.makalah

mengobservasi kegiatan dan staff. Hal ini dapat melibatkan

pengukuran pre-test dan post-test terhadap pengetahuan

dan ketrampilan, mengobservasi perilaku tertentu pada

siswa, self-report mengenai perbaikan tingkah laku,

penilaian performance rutin (tingkat, testerstandar,

portofolio), self-study yang terus-menerus, studi kasus

individual, kehadiran dan data kedisiplinan, kesesuaian

antara program dan pelaksanaan, keterlaksanaan program,

pengukuran sosiometri, serta hambatan-hambatan yang

ditemui.

4.Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk

mengukur, menginterpretasikan dan menilai pencapaian

program (Stufflebeam & Shienfield, 1985:176). Feedback

atas pencapaian / prestasi ini penting selama pelaksanaan

program dan sebagai sebuah kesimpulan. Evaluasi produk

juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan penilaian

terhadap iuran (outcome) dan menguhubungkan semua itu

dengan objektif, konteks, dan informasi proses serta untuk

menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan program.

Evaluasi produk dapat dilakukan dengan membuat definisi

operasional dan mengukur criteria objektif, melalui

mengumpulkan penilaian dari stake-holder, dengan unjuk

kerja (performance) baik dengan menggunakan analisis

secara kuantitatif, maupun kualitatif ( Trotter et al,

1998:136). Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui

pengeruh program pada tujuan yang ditetapkan, sedangkan

analisis kualitatif dapat digunakan untuk memperkaya

informasi mengenai aspek produk.

10

Page 11: Print.makalah

SIM

UL

TA

N

TUJUAN

EVALUASIKONTEKS

PERENCANAANKEPUTUSAN

EVALUASI INPUT

STRUKTURISASIKEPUTUSAN

AKTUAL

RECYLINGKEPUTUSAN

EVALUASIPRODUK

IMPLEMENTASIKEPUTUSAN

EVALUASIPROSES

Bagan I. DinamikaAksi Model CIPP

Apabila ditinjau berdasarkan tujuan, model CIPP diatas

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, meiliputi tujuan

(intention) dan yang telah terjadi (actual). Keempat

komponen evaluasi CIPP bukanlah komponen yang berdiri

sendiri-sendiri akan tetapi komponen yang saling

berinteraksi secara dinamis (Isaac & William, 1984 : 12)

11

Page 12: Print.makalah

Berdasarkan diagram diatas, maka keempat komponen

dalam model evaluasi CIPP dapat kita kelompokkan

berdasarkan pelaksanaan program dan penekanan masing-

masing komponen tersebut. Pada diagram di atas dapat

terlihat garis putus-putus vertikal yang membagi diagram

menjadi dua bagian. Bagian sebelah kiri merupakan

kelompok komponen CIPP yang termasuk dalam kelompok

tujuan, artinya evaluasi konteks dan evaluasi input

merupakan evaluasi yang dilakukan dalam rangka

mengevaluasi bagian dari program yang masih bersifat

perencanaan bukan pelaksanaan. Sedangkan bagian

sebelah kanan, yaitu komponen evaluasi proses dan produk

merupakan evaluasi yang dilakukan dalam rangka

mengevaluasi bagian dari program yang sedang atau sudah

dilaksanakan.

Garis putus-putus horizontal yang membagi diagram

menjadi dua bagian menujukkan bahwa keempat komponen

model evaluasi CIPP dapat dikelompokkan pada dua bagian.

Bagian yang pertama adalah bagian atas, dimana evaluasi

konteks dan evaluasi produk merupakan evaluasi yang

memiliki penekanan pada hasil, sedangkan bagian bawah,

dimana terdapat evaluasi input dan evaluasi proses

menunjukkan bahwa kedua evaluasi tersebut memberikan

focus pada proses.

Berdasarkan alur yang ada pada diagram diatas, dapat

dipahami bahwa evaluasi konteks merupakan evaluasi yang

dilakukan untuk merencanakan keputusan melalui

penelaahan kebutuhan untuk menetapkan tujuan. Setelah

tujuan ditetapkan, maka menstrukturisasikan keputusan

12

Page 13: Print.makalah

dalam arti agar tujuan dapat tercapai maka diperlukan

strategi. Menentukan strategi yang tepat dilakukan melalui

evaluasi input. Strategi yang dirancang kemudian dterapkan

dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan. Hal inilah yang

membuat dalam diagram terdapat keterangan bahwa

evaluasi konteks dan evaluasi produk dilakukan secara

simultan. Evaluasi proses untuk melihat implementasi dari

strategi yang dipilih, sedangkan evaluasi produk untuk

melihat apakah tujuan telah tercapai. Evaluasi produk ini

kemudian menjadi dasar untuk menentukan keputusan

mengenai program.

B. Teori Discrepancy

a. Pengertian Teori Discrepancy

Menurut Gibson dalam Sopiah (2008;172) teori ini pertama kali

dipelopori oleh Porter pada tahun 1961 yang menjelaskan bahwa kepuasan

kerja merupakan selisih atau perbandingan antara harapan dengan

kenyataan. Kemudian Locke pada tahun 1961, menambahkan bahwa

seorang karyawan akan merasa puas bila kondisi yang aktual

(sesungguhnya) sesuai dengan harapan atau yang diinginkan. Semakin

sesuai antara harapan seseorang dengan kenyataan yang dihadapi maka

orang tersebut akan semakin puas.

Dengan demikian orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan

antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas

minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila yang didapat ternyata

lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas

lagi walaupun terdapat discrepancy yang positif. Sebaliknya makin jauh

kenyataan yang dirasakan itu di bawah standar minimum sehingga menjadi

13

Page 14: Print.makalah

negative discrepancy, maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang

terhadap pekerjaan.

Pegawai disini dapat diartikan sebagai konselor yang telah melaksanakan

program. Apabila keberhasilan program melebihi dari apa yang

dibayangkan/diharapkan maka konselor tersebut menjadi puas, sebaliknya

apabila yang keberhasilan yang diperoleh lebih kecil dari apa yang

diharapkan anak menyebabkan konselor tidak puas.

Menurut Wexley dan Yukl (1977) teori-teori tentang kepuasan kerja ada

tiga macam yang lazim dikenal salah satunya adalah teori Perbandingan

Intrapersonal (Discrepancy Theory). Wexley dan Yulk mengemukakan

bahwa kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu

merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh

diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari

pekerjaan dan yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh

individu tersebut bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi

individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya

ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan

antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan

besar.

Dari pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa teori Discrepancy

merupakan teori tentang kepuasan terhadap kinerja diri dimana individu

akan merasa puas apabila kinerjanya mendapatkan hasil yang lebih dari apa

yang di harapkanya atau biasa disebut dengan Discerpancy positif,

sebaliknya apabila individu mendapatkan hasil lebih sedikit dari apa yang di

harapkanya maka akan terjadi discerpancy negatif yang mengakibatkan

individu tersebut tidak puas dengan kinerjanya. Teori ini juga dapat disebut

dengan teori ketidaksesuaian.

b. Cara mengumpulkan Informasi

Dalam model evaluasi ini, kebanyakan informasi yang diperoleh berbeda

dan dikumpulkan dengan beberapa cara, yaitu (Azizi, 2008):

14

Page 15: Print.makalah

1. Merencanakan bentuk penilaian, menentukan kemantapan suatu

program.

2. Penilaian input, bertujuan membantu pihak pengurus dengan

memastikan sumber yang diperlukan mencukupi.

3. Proses penilaian, memastikan aktivitas yang dirancang berjalan dengan

lancer dan memiliki mutu seperti yang diharapkan.

4. Penilaian hasil, judgement di tahap pencapaian suatu hasil yang

direncanakan.

c. Langkah-langkah pengembangan, aktivitas evaluasi banyak diartikan

adanya integrasi pada masing-masing komponennya.

1. Dalam definition stage (tahap definisi), staf program mengorganisir a)

gambaran tujuan, proses, atau aktivitas dan kemudian b) menggambarkan

sumber daya yang diperlukankan. Harapan atau standar ini adalah dasar

dimana evaluasi berkelanjutan tergantung.

2. Dalam installation stage (langkah instalasi), desain/ definisi program

menjadi standar baku untuk diperbandingkan dengan penilaian operasi

awal program. Gagasannya adalah untuk menentukan sama dan

sebangun, sudah atau tidaknya program telah diterapkan sebagaimana

desainnya.

3. Dalam product stage (tahap proses), evaluasi ditandai dengan

pengumpulan data untuk menjaga keterlaksanaan program. Gagasannya

adalah untuk memperhatikan kemajuan kemudian menentukan dampak

awal, pengaruh, atau efek.

4. Dalam product stage (tahap produk), pengumpulan data dan analisa yang

membantu ke arah penentuan tingkat capaian sasaran dari outcome.

Dalam tahap 4 ini pertanyaannya adalah “Apakah sasaran program telah

dicapai?" Harapannya adalah untuk merencanakan follow up jangka

panjang pemahaman atas dampak.

15

Page 16: Print.makalah

5. (optional) tahap cost-benefit menunjukkan peluang untuk

membandingkan hasil dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang

serupa.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Teori CIPP Evaluation (Context, Input, Process, Product), dapat

diartikan sebagai pada dasarnya evaluasi suatu program seharusnya

memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan untuk

membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi

seharusnya dapat membuat suatu perbaikan, meningkatkan

akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam mengenai

fenomena. Lebih dari pada itu, menurutnya penelaahan

menyeluruh terhadap program harus dilakukan melalui sebuah

cara yang sistematis. Pada akhirnya, terdapat empat

komponen evaluasi yang juga merupakan tahapan dalam

evaluasi.

16

Page 17: Print.makalah

Teori discrepancy, menurut Gibson dalam Sopiah (2008;172) teori

ini pertama kali dipelopori oleh Porter pada tahun 1961 yang menjelaskan

bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau perbandingan antara harapan

dengan kenyataan. Dengan demikian orang akan merasa puas bila tidak ada

perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena

batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila yang didapat ternyata

lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi

walaupun terdapat discrepancy yang positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan

yang dirasakan itu di bawah standar minimum sehingga menjadi negative

discrepancy, maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap

pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Denny. 2010. Kepuasan Kerja.

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-teori-tentang-kepuasan-

kerja-dan.html (diunduh pada 07 April 2015)       

Bagus, Sihnu. 2012. Teori Discerpancy.

http://all-about-theory.blogspot.com/2010/03/discrepancy-theory-teori-

perbedaan.html (diunduh pada 07 April 2015)

Rahayu, Puji. 2013. Kepuasan Kerja Karyawan.

http://kepuasankerjakaryawan.blogspot.com/2013/09/teori-kepuasan-

kerja.html (diunduh pada 07 April 2015)

17

Page 18: Print.makalah

18