34
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Air permukaan yang ada seperti sungai dan danau banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi (Wijayanti, 2011). Ekosistem air terdiri dari perairan pedalaman (inland water )yang terdapat di daratan, perairan pantai lepas (off-shore water) dan perairan laut (sea

Produksi Primer Perairan

Embed Size (px)

Citation preview

21

PENDAHULUANLatar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Air permukaan yang ada seperti sungai dan danau banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi (Wijayanti, 2011).

Ekosistem air terdiri dari perairan pedalaman (inland water )yang terdapat di daratan, perairan pantai lepas (off-shore water) dan perairan laut (sea water). Dari ketiga ekosistem air tersebut yang paling besar adalah ekosistem laut. Penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman dunia laut lebih besar daripada daratan. Pada akhir-akhir ini ini proses industrialisasi sangatlah pesat dibarengi dengan pertambahan penduduk dimana-mana yang akan berakibat buruk bagi organisme di laut maka di perlukan penelitian terhadap suatu perairan baik tawar ataupun laut untuk mengetahui apakah daerah perairan itu sudah tercemari atau tidak (Barus , 2004).

Di dalam perairan terdapat jasad-jasad hidup, dan salah satunya adalah plankton yang merupakan organisme mikro yang melayang dalam air laut atau tawar. Pergerakannya secara pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton terutama terdiri dari tumbuhan mikroskopis yang disebut fitoplankton dan hewan mikroskopis yang disebut zooplankton Suatu perairan dikatakan subur apabila mengandung banyak unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam air terutama fitoplankton dan dapat mempercepat pertumbuhannya. Fitoplankton menduduki tropik level pertama dalam rantai makanan, sehingga keberadaannya akan mendukung organisme tropik level selanjutnya. Sebagai produsen primer, fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan sinar matahari. Hasil fotosintesis dari produsen akan digunakan bagi dirinya sendiri dan oleh organisme lain (Widianingsih dkk., 2007).

Salah satu biota yang perlu diteliti yaitu plankton merupakan organisme yang mempunyai peran besar dalam ekosistem perairan dan menjadi produsen primer. Keberadaan plankton dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan kondisi fisik kimia perairan. Keanekaragaman dan keberadaan plankton dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan air rawa diantaranya suhu, cahaya matahari, intensitas cahaya, kedalaman air dan kecerahan air, sedangkan faktor kimia yang dapat di amati terdiri dari pH air, kadar oksigen terlarut,bahan organik terlarut. Perubahan faktor-faktor lingkungan dalam laut dapat terjadi secara alami dan aktivitas manusia. Hal ini akan berpengaruh terhadap keanekaragaman plankton di ekosistem pantai tersebut (Wijayanti , 2011)Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organisme konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh organisme lain. Plankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam rantai makanan dilaut, karena plankton merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan terbesar pada produksi primer total suatu perairan (Thoha dan Khairul , 2011).Tujuan Makalah

1. Mengetahui parameter kualitas perairan.2. Mengetahui jenis-jenis dari parameter fisika dan kimia perairan.3. Mengetahui hubungan dari parameter kualitas air terhadap kehidupan plankton.4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton.Manfaat Makalah

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi plakton diperairan serta dapat menjadikan makalah ini sebagai sumber informasi bagi mahasiswa maupun masyarakat yang membaca.TINJAUAN PUSTAKA

Plankton

Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik yang terhanyut di laut. Nama plankton berasal dari akar kata Yunani planet yang berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali diterapkan untuk organisme di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun 1889, yang dikenal dengan Plankton Expedition yang khusus dibiayai untuk menentukan dan membuat sitematika organisme laut. Plankton terdiri dari dua kelompok besar organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme fotosintetik atau fitoplankton dan organisme non fotosintetik atau zooplankton (Sunarto, 2008).Plankton tumbuhan disebut fitoplankton (phytoplankton) yang mempunyai sifat seperti tumbuhan, yaitu dengan adanya pigmen fotosintesis berupa khlorofil, sehingga mempunyai kemampuan untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organik. Pada umumnya fitoplankton termasuk kedalam tumbuhan golongan ganggang (algae), terutama ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang biru (cyanophyceae), dan ganggang kersik (Diatomae). Plankton hewan disebut juga zooplankton yang mempunyai sifat-sifat seperti hewan. Ada yang hidup sebagai herbivora, adapula sebagai karnivora. Jadi fitoplankton bersifat autotroph (autotrof), sedangkan zooplankton berfsifat heterotroph (heterotrof). Plankton adalah organisme akuatik baik dalam habitat mengalir maupun dalam habitat air diam; baik dalam lingkungan air tawar atau air pedalaman (inland water) maupun di lingkungan air asin atau laut (Sagala dan Hanafia, 2012).

Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahan pada komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas fitoplankton. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan (Rokhim dkk., 2009).Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Fitoplankton memberi kontribusi yang besar terhadap produktifitas primer di lautan. Banyak proses biotik dan abiotik yang mempengaruhi variabilitas keanekaragaman fitoplankton di perairan. Intensitas dan frekuensi proses-proses ini dapat menyebabkan dinamika tidak merata (non-equilibrium) dan meningkatkan keanekaragaman jenis (Thoha dan Khairul, 2011).

Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena terbatasnya kempuan bergerak. Berbeda dengan fitoplankton , zooplankton hampir meliputi seluruh filum hewan mulai dari protozoa (hewan bersel tunggal) sampai filum Chordata (hewan bertulang belakang). Para ahli kelauatn juga mengklasifikasikan zooplankton sesuai ukuran dan lamanya hidup sebagai plankton. Ada tiga katagori ukuran zoopalnkton yang dikenal dengan mikrozooplankton, mesozooplankton, dan makrozooplankton. Mikrozooplankton

meliputi zooplankton yang dapat melewati plankton net dengan mata 202 m dan mesozooplankton adalah yang tersangkut sedangkan makrozooplankton dapat ditangkap dengan planktonet dengan lebar mata 505m (Sunarto, 2008).

Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produks iprimer yang dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantai antara produsen primer dengan karnivora besar kecil dapat mempengaruhi kompleksitas tidaknya rantai makanan dalam ekosistem perairan. Zooplankton herbivora mempunyai peranan yang penting dalam proses ini, karena berfungsi sebagai penghubung antara produsen dengan konsumen pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Keadaan tersebut mengakibatkan kepadatan zooplankton herbivora amat bergantung pada kepadatan fitoplankton. Sehingga populasi zooplankton yang tinggi akan tercapai bila populasi fitoplankton juga tinggi atau sebaliknya (korelasi positif) (Handayani, 2008).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton di suatu perairan lentik adalah kecepatan arus air. Selain itu kekeruhan air juga sangat mempengaruhi keberadaan fitoplankton. Kelompok fitoplankton yang mendominasi perairan tawar umumnya terdiri dari diatom dan ganggang hijau serta dari kelompok ganggang biru. Pada perairan yang tercemar, seperti di sungai Daplim George, Amerika Serikat, fitoplankton yang dominan adalah fitoflagellata dan ganggang biru, selanjutnya pada daerah hilir banyak di temukan ganggang biru dan diatom (Radiarta, 2013).Kepadatan fitoplankton dapat dipengaruhi oleh musim, terjadi fluktuasi kepadatan fitoplankton yang bervariasi antara musim panas dan musim dingin. Kelompok zooplankton yang terdapat pada ekosistem perairan adalah dari jenis Crustaceae/Copepoda dan Cladocera, serta Rotifera. Kepadatan zooplankton di suatu daerah lentik jauh lebih sedikit dibandingkan dengan fitoplankton. Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus. Berhubung karena bentuk dan ukuran tubuh yang bervariasi maka terdapat berbagai tipe makanan zooplankton dalam memanfaatkan materi (Purnama, 2013).Kondisi suatu lingkungan perairan merupakan suatu sistem yang kompleks dan terdiri dari berbagai macam parameter yang saling berpengaruh satu sama lainnya. Beberapa parameter tersebut antara lain parameter fisika, kimia dan biologi. Plankton sebagai salah satu parameter biologi dipengaruhi oleh parameter lainnya dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam menunjang kehidupan organisme lainnya. Plankton dapat dibagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer yaitu organisme yang dapat mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organik dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis. Keberadaan zooplankton sangat dipengaruhi oleh adanya fitoplankton, karena fitoplankton merupakan sumber makanan bagi zooplankton. Plankton merupakan mata rantai yang sangat penting dalam menunjang kehidupan organisme lainnya, sehingga perlu dikaji Pengkajian tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap produktivitas perairan sehingga dapat dipergunakan sebagai kebijakan dalam pengelolaan di perairan (Asmara, 2005).Hubungan Parameter Kualitas Fisika Kimia Air Terhadap Kehidupan Plankton

Pertumbuhan plankton pada komunitas perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Suhu , cahaya matahari, kekeruhan dan sebagainya. Didaerah tropis yang beriklim lembab, pertumbuhan plankton yang tinggi karena intensitas cahaya matahri yang tinggi dan merata sepanjang tahun. Tingginya intensitas cahaya menyebabkan meningkatnya kecepatan fotosintesis. Adanya pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis menyebabkan plankton di lingkungan perairan dalam semakin rendah (wijayanti, 2005)

Menurut Effendi, (2004) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plankton dibagi atas dua kelompok, yaitu faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika : cahaya, temperatur, kekeruhan kecerahan dan sebagainya. Sedangkan faktor kimia : oksigen terlarut, pH, Salinitas dan nutrisi.

Sifat sifat fisika dan kimia yang berpengaruh terhadap kehidupan planton sebagai berikut :A. Suhu

Suhu merupakan parameter penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan di laut. suhu air mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Pengaruh suhu secara langsung menentukan kehadiran dari spesies akuatik, mempengaruhi pemijahan, penetasan, aktivitas dan pertumbuhan organisme. Sedangkan secara tidak langsung dapat menyebabkan perubahan kesetimbangan kimia. Suhu juga merupakan fungsi dari kelarutan gas-gas dalam air laut dimana kelarutan akan meningkat pada saat temperatur rendah. Pengaruh secara tidak langsung terjadi pada keberadaan unsur hara di laut. Hal ini dikaitkan dengan laju metabolisme organisme air, dimana pada suhu yang tinggi laju metabolisme akan meningkat. Proses metabolisme ini biasanya merupakan pemanfaatan hasil fotosintesis yang akan mempengaruhi proses regenerasi unsur hara (Suriadarma, 2011).Suhu perairan mempengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis dan ekologis. Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh terhadap fekunditas,lamahidup, dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan zooplankton.

Suhu mempengaruhi daur hidup organisme dan merupakan faktor pembatas penyebaran suatu jenis dalam halinimempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi, perkembangan dan kompetisi. Suhu yang baik bagi biota laut untuk hidup normal adalah20 -35 C dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 C. Suhu yang baik untuk kelimpahan zooplankton di daerah tropika secara umum berkisar antara 24C 30C (Radiarta, 2013).

Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan organisme air, termasuk plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan organisme akan oksigen. Perubahan suhu dalam perairan akan mempengaruhi kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik. Menurut hukum Vant Hoffs kenaikan suhu sebesar 10 hanya pada kisaran suhu yang masih ditolerir, akan meningkatkan aktivitas fisiologi (misalnya: respirasi) dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Suhu ekosistem akuatik secara alamiah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di sekitarnya. B. Cahaya Matahari

Sinar matahari merupakan faktor vital yang menentukan baik buruknya perairan. Sinar matahari mendukung pertumbuhan produsen yaitu fitoplankton dan tumbuhan air serta organisme yang bergantung pada kedua hal tersebut. Struktur komunitas danau sangat dipengaruhi oleh penetrasi cahaya dan aktivitas fotosintesis. Danau-danau dangkal dengan kedalaman 4-5 meter mengalami pengadukan atau perubahan suhu dalam tempo 24 jam. Pada danau yang dangkal umumnya cahaya dapat menjangkau hingga ke semua bagian perairan. Cahaya merupakan faktor vital yang mendukung pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air serta organime lain yang bergantung pada keduanya. Kondisi tersebut membuat danau-danau atau telaga menjadi subur dan produktif (Mahmud dkk.,2012).

Cahaya merupakan salah satu faktor penentu perkembangan kehidupan tumbuhan air yang secara langsung ataupun tidak menentukan kehidupan organisme lainnya yang menjadikannya sebagai makanan. cahaya menyediakan energi bagi terlaksanya fotosintesis, sehingga kemampuan penetrasi cahaya matahari sampai pada kedalaman tertentu sangat menentukan distribusi vertical organisme perairan termasuk plankton. penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman perairan (Armita, 2012)

Kedalaman penetrasi cahaya yang merupakan kedalaman dimana produksi fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada bekerjanya faktor antara lain absorpsi cahaya oleh air, panjangnya gelombang cahaya, kecerahan air,pantulan cahaya oleh permukaan air, lintang geografik dan musim. Menurut Barus (2004), kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda. Bagi organisme air, intesitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya. Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi intesitas cahaya matahari, kekeruhan air serta kepadatan plankton disuatu perairan. Penetrasi cahaya merupakan faktor pembatas bagi organisme fotosintetik (fitoplankton) dan juga mempengaruhi migrasi vertikal harian dan dapat pula mengakibatkan kematian pada organisme tertentu (Radiarta, 2013).C. Arus

Arus air adalah faktor yang mempunyai perananan yang sangat penting baik pada perairan lotik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terlarut dalam air. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen. Selain itu dikenal arus laminar. Arus terutama berfungsi sebagai pengangkut energi panas dan substansi yang terdapat di dalam air. Arus juga mempengaruhi penyebaran organisme. Arus vertikal mempengaruhi distribusi plankton (Fahrezi, 2014).D. Oksigen Terlarut (Do)

Oksigen sangat diperlukan untuk metabolisme dan pernafasan bagi organisme perairan. Pada danau dangkal yang fluktuasi suhunya cepat jarang ditemukan kondisi anaerobik di bagian bawah perairan. Kondisi aerob mendukung terjadinya proses-proses yang terjadi di substrat dasar seperti nitrifikasi yang merupakan rangkaian siklus hara dalam perairan. Pada musim hujan suhu telaga kemungkinan akan mengalami penurunan pada bagian atas dan tengah dan mengalami kenaikan pada bagian bawah perairan. Fenomena seperti ini diakibatkan oleh masuknya air hujan dan material suspensi yang mempunyai kepadatan tinggi dari aliran air akan meningkatkan kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dan akan mengurangi kandungan oksigen terlarut (DO) pada kedalaman tersebut. Sumber oksigen terlarut di perairan yang utama adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis fitoplankton (Aunurohim dkk., 2009).Oksigen terlarut adalah faktor lingkungan yang penting bagi kehidupan biota perairan. Sumbangan oksigen terlarut terbesar di dalam tambak berasal dari proses fotosintesis fitoplankton. Semakin tinggi kelimpahan fitoplankton di dalam tambak maka semakin tinggi juga kandungan oksigen terlarut di dalam tambak tersebut . Penambahan oksigen terlarut dalam air dapat pula dilakukan dengan peralatan khusus, misalnya kicir, blower, pompa udara. Oksigen terlarut di dalam perairan sangat dibutuhkan untuk proses respirasi, baik oleh tumbuhan air, udang, maupun organisme lain yang hidup di dalam air. Aktivitas organisme yang paling banyak menggunakan oksigen yaitu proses pembusukan. Proses ini dapat berlangsung karena adanya aktivitas bakteri pembusuk yang menguraikan bahan-bahan organik seperti sisa makanan tambahan, kotoran udang, maupun bangkai udang yang mati dan bahan organik lainnya (Radiarta, 2013).

DO menunjukkan banyaknya oksigen terlarut yang terdapat di dalam air yang dinyatakan dalam ppm. Oksigen di perairan berasal dari proses fotosintesis dari fitoplankton atau jenis timbuhan air, dan melalui proses difusi dari udara (APHA,1989). Senyawaan oksigen di air terdapat dalam dua bentuk ; yaitu terikat dengan unsur lain (NO3-, NO2-, PO4-,CO2,CO3-, dll) dan dalam bentuk senyawabebas (O). Kadar oksigen terlarut dalam perairan alami tergantung pada suhu,salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer (Effendi, 2003). E. Unsur Hara (Nutrien)

Unsur hara terkait dengan produktivitas perairan. Pada telaga dengan kandungan unsur hara yang melimpah dan seimbang jumlah fitoplanktonnya juga banyak sehingga akan berkorelasi juga dengan jumlah zooplankton. Unsur karbon diperlukan untuk fotosintesis, unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein dan asam amino sedangkan unsur fosfor diperlukan untuk pertumbuhan. Unsur belerang jarang dijadikan faktor pembatas organism perairan air tawar karena kelimpahannya sangat banyak di alam. Telaga mendapat limpahan atau akumulasi bahan organik atau anorganik dari aliran sungai disekitarnya. Unsur fosfor dan nitrogen merupakan faktor penting dalam penyuburan suatu perairan. Apabila konsentrasinya berlebih maka dapat\ terjadi eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan ledakan populasi dari organisme tertentu seperti eceng gondok (Eichornia crassipes). Eutrofikasi menyebabkan pendangkalan, penurunan kualitas air, atau berkurangnya biodiversitas ikan air tawar sehingga bersifat merugikan (Aunurohim dkk., 2009).

Faktor penentu besarnya produktivitas primer terdiri dari faktor fisika, kimia, biologi. Faktor kimia utama adalah ketersediaan nutriaen atau zat anorganik. Sebagai organisme autotrof maka fitoplankton mendapatkan sumber energinya dari bahan anorganik. Proses grazing akan mengurangi jumlah fitoplankton. Pada kondisi nutrient lebih efisien sehingga dapat berkompetisi lebih baik daripada fitoplankton yang berukuran lebih besar (Sunarto, 2008).

Ammonia dapat bersifat toksik bagi organisme akuatik. Persentase ammonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu perairan. Toksisitas ammonia terhadap organisme akuatik meningkat dengan penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan suhu. Konsentrasi ammonia di perairan laut menunjukkan variasi yang tinggi dan dapat berubah dengan cepat. Seringkali bentuk kelimpahan tertinggi dari nitrogen anorganik pada lapisan permukaan setelah periode produktivitas yaitu ketika fitoplankton berkembang melepaskan bagian yang terbesar dari nitrat dan fosfat. Pada proses asimilasi oleh fitoplankton, ammonia digunakan untuk sintesa protein (Effendi, 2003).F. Kandungan Berbagai Unsur Nutrisi

Fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika tersedia bahan nutrisi yang paling penting seperti nitrat dan fosfat. Nutrien sangat dibutuhkan oleh fitoplankton dalam perkembangannya dalam jumlah besar maupun dalam jumlah yang relatif kecil. Setiap unsur hara mempunyai fungsi khusus pada pertumbuhan dan kepadatan tanpa mengesampingkan pengaruh kondisi lingkungan. Unsur N, P, dan S penting untuk pembentukan protein dan K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat. Fe dan Na berperan dalam pembentukan klorofill, sedangkan Si dan Ca merupakan bahan untuk pembentukan dinding sel atau cangkang. Disamping itu silikat (Si) lebih banyak digunakan oleh diatom dalam pembentukan dinding sel (Radiarta, 2013).

Senyawa nitrogen terdapat di perairan laut dalam bentuk yang beragam mulai dari molekul nitrogen terlarut hingga bentuk anorganik dan organik. Senyawa nitrogen merupakan salah satu senyawa yang sangat penting dalam air laut. Unsur nitrogen yang terdapat dalam senyawa nitrat merupakan zat-zat hara anorganik utama yang diperlukan oleh pertumbuhan fitoplankton. ) keberadaan nitrat di lapisan permukaan laut juga diatur oleh proses biologi dan fisika. Pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton terjadi selama berlangsung proses fotosintesis dan bergantung pada intensitas matahari. Proses regenerasi NO3- dari nitrogen organik, yang kemudian melepaskan NH sebagian oleh bakteri pengoksidasi 4+ dan PO-, selanjutnya NH4+ akan mengalami oksidasi menjadi NO3. Bentuk senyawa nitrogen yang paling dominan adalah ion nitrat (NO) dan sangat penting bagi pertumbuhan fitoplankton. Sedangkan ammonia (NH) adalah hasil buangan yang penting dari zooplankton yang selanjutnya siap untuk dioksidasi menjadi ion nitrit (NO2-) dan tahap berikutnya akan dioksidasi kembali menjadi ion nitrat (NO3-)(Asmara, 2005).G. Substrat Dasar

Substrat Dasar perarian dibedakan atas 6 jenis substrat, yaitu : substrat lumpur, substrat pasir, liat, kerikil, batu, dan substrat liat berpasir. Tipe substrat perairan dapat berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahan organisme plankton baik fitoplankton maupun zooplankton dalam suatu ekosistem perairan. Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya akan bahan organik sebagai sumber nutrisinya. Tingakat kesuburan berdasarkan kelimpahan fitoplankton yaitu : oligotrofik 0 2000 ind/l, mesotrofik 2000 15.000 ind/l, dan eutrofik > 15.000 ind/l. Pembagian kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan zooplankton yaitu : ligotrofik 1 ind/l, mesotrofik 1- 500 ind/l, eutrofik 500 7500 ind/l (Radiarta, 2013).

H. Kecerahan atau Warna Air

Warna air tambak biasanya menggambarkan jenis fitoplankton yang dominan. Perubahan warna air atau intensitasnya menggambarkan perubahan kepadatan dan jenis fitoplankton. Kecepatan pertumbuhan tiap jenis fitoplankton

berbeda-beda (harian, mingguan) tergantung pada tingkat reproduksi dan kemampuan adaptasinya terhadap perubahan kondisi lingkungan, seperti perubahan suhu dan salinitas akibat perubahan cuaca harian. Warna air tambak yang ditimbulkan oleh komunitas fitoplankton, antara lain warna coklat keemasan

untuk diatom, hijau untuk ganggang hijau, hijau kebiruan untuk ganggang biru dan kemerahan untuk dinoflagellata. Umumnya warna air yang disukai para petambak yaitu warna hijau kecoklatan atau antara fitoplankton jenis Chlorophyta dan diatom tumbuh seimbang (Sunarto, 2008).

Perairan yang berwarna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air, sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis. Apabila kecerahan suatu perairan rendah maka perairan itu keruh. Kekeruhan terjadi karena plankton, humus, tingkat sedimentasi, tersuspensi lumpur dan juga hidroksida. Nilai kecerahan air untuk kehidupan plankton bisa mencapai 100-500 m dibawah permukaan (Wijayanti, 2011).

I. Kekeruhan

Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya sinar (cahaya) yang dipancarkan dan diserap oleh partikel-partikel yang ada dalam air tersebut (APHA,1989). Kekeruhan yang tampak di perairan dapat berasal dari bahan-bahan tersuspensi seperti : lumpur, pasir, bahan organik dan anorganik, plankton dan organisme mikroskopik lainnya. Kekeruhan yang tinggi dapat menganggu proses respirasi organisme perairan karena akan menutupi insang ikan. Kekeruhan juga menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga secara tidak langsung mengganggu proses fotosintesis fitoplankton (Asmara, 2005).Kekeruhan merupakan faktor umum yang berpengaruh dalam reduksi penetrasi cahaya yang berhubungan dengan produktivitas primer oleh alga dan makrofita. Makrozoobenthos yang berpengaruh secara langsung dan tidak langsung pada tanaman untuk makanan. Kekeruhan berpengaruh terhadap hasil hubungan antara predator-prey. Kekeruhan berkorelasi positif dengan padatan tersuspensi. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap makrozoobenthos. Pengaruh langsung terhadap pola makan dan kemampuan melekat. Adapun pengaruh tidak langsung terhadap ketersediaan oksigen. Kekeruhan yang tinggi dapat mempengaruhi sistem osmoregulasi seperti pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi

cahaya ke dalam air (Sunarto, 2008).

J. Salinitas

Salinitas adalah jumlah gram garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu. Sebaran salinitas di laut di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pola sirkulasi, penguapan, curah hujan dan aliran sungai . Air bersalinitas tinggi berbalik arah, kini mengalir dari timur mendorong air bersalinitas rendah kembali ke barat. Akibat isohaline 33 menyusup masuk sampai ke pertengahan Laut Jawa kira-kira sampai di utara Semarang. Perubahan salinitas ini dapat mempengaruhi pertumbuhan plankton serta mengganggu fotosintesis bagi phytoplankton karena perubahan yang tidak seimbang sehingga mengakibatkan sebagian plankton ataupun organisme lainnya berpindah tempat sesuai dengan arus dan suhunya (Asmara, 2005).K. Ph

Nilai pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Karbonat, hidroksida dan bikarbonat akan meningkatkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam bikarbonat meningkatkan keasaman. Nilai pH ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut. Perubahan nilai pH air laut (asam atau basa) akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis (Wijayanti, 2011).

Keberadaan unsur hara di laut secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai pH. Jika nilai pH di laut bersifat asam berarti kandungan oksigen terlarut rendah. Hal ini akan mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik. Salah satunya terjadi proses denitrifikasi yaitu proses mikrobiologi dimana ion nitrat dan nitrit diubah menjadi molekul nitrogen (N2). Produksi akhir dari proses tersebut akan menghasilkan gas inert yang tidak dapat dipakai secara langsung. Akibatnya kandungan unsur hara yang dapat dimanfaatkan akan menurun. pH di perairan laut umumnya berkisar antara 8.18.3 pada lapisan permukaan. Pada perairan yang lebih dalam dimana kandungan oksigen lebih rendah, nilai pH umumnya 7.5, dan di lapisan dasar yang stagnan serta ditemui adanya gas HS nilai pH biasanya 7.0 (Asmara, 2005).KESIMPULAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan.2. Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan.3. Fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika tersedia bahan nutrisi yang paling penting seperti nitrat dan fosfat.4. Unsur hara terkait dengan produktivitas perairan. Pada telaga dengan kandungan unsur hara yang melimpah dan seimbang jumlah fitoplanktonnya juga banyak sehingga akan berkorelasi juga dengan jumlah zooplankton.5. Sinar matahari mendukung pertumbuhan produsen yaitu fitoplankton dan tumbuhan air serta organisme yang bergantung pada kedua hal tersebutDAFTAR PUSTAKA Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton Dengan Kondisi Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka Dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.[Skripsi] Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Barus, T. B. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU PRESS. Medan.

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kansius. Yogyakarta.

Handayani, S. 2008. Hubungan Kuantitatif antara Fitoplankton dengan Zooplankton di Perairan Waduk Krenceng Cilegon Banten. Fakultas Biologi, Universitas Nasional Jakarta. 28 (13).

Mahmud, S., Aunurohim., danTrisnawati, I. D. T. 2012. Struktur Komunitas Fitoplankton pada Tambak dengan Pupuk dan Tambak Tanpa Pupuk di Kelurahan Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya. 1 (No) (ISSN: 2301-928X.Radiarta, I. N. 2013. Hubungan antara Distribusi Fitoplankton dengan Kualitas Perairan di Selat Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Jakarta.Rokhim, K., Arisandi, P., Wahyuni, I. A. 2009. Analisa Kelimpahan Fitoplankton Dan Ketersediaan Nutrien di Perairan Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo. Volume 2, No.2. Surabaya.

Sagala, P.E., dan Zazilli, H. 2012. Penuntun Praktikum Planktonologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sriwijaya. Inderelaya.

Sunarto, 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Bandung.Suriadarma, A. 2011. Dampak Beberapa Dari Parameter Fisik Kimia Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan Wilayah Pesisir Krawang Jawa Barat. Riset Geologi Dan Pertambangan.

Thoha, M., dan Amri, K. 2011. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Kalimantan Selatan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Utomo, B.B dan Dwi, P. W. 2008. Perencanaan bangunan Pelindung Pantai Tambak Mulyo Semarang. Fakultas Tehnik Universitas Diponegoro. Semarang.

Widianingsih., Hartati, R., Djamali, A. dan Sugestiningsih. 2007. Kelimpahan dan Sebaran Horizontal Fitoplankton di Perairan Pantai Timur Pulau Belitung. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP. Semarang.Wijayanti, 2011. Keanekaragaman Jenis Plankton Pada Tempat yang Berbeda Kondisi Lingkungannya di Rawa Pening Kabupaten Semarang. Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Ikip Pgri. Semarang