14
PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI SUMATERA UTARA Gusti Setiavani, STP Kompleks STPP Medan, Jalan Binjai Km. 10 Medan Abstrak Dalam rangka meningkatkan produksi komoditas hortikultura di Provinsi Sumatera Utara, maka diperlukan strategi yang diimplementasikan dalam bentuk kebijakan pengembangan yang berupa pengembangan komoditas unggulan. Dirjen Hortikultura (2008), telah menetapkan empat komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara yaitu; komoditas kentang, jeruk, kubis, dan tanaman hias. Masing-masing komoditas tersebut berada pada daerah sentra produksi Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, dan Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil komoditas hortikultura unggulan Provinsi Sumatera Utara mencakup jeruk, kubis, kentang, dan anggrek pada daerah sentra produksi Kabupaten Karo, Simalungun, dan Kota Medan.. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Secara umum masing-masing kecamatan di Kabupaten Karo memiliki tingkat kesesuaian S2 untuk komoditi jeruk siem madu dan kubis. Sementara hasil pencocokan tingkat kesesuaian karakteristik tanah dan iklim masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun dengan persyaratan tumbuh tanaman kentang menunjukan kelas S2 untuk Kecamatan Silimakuta, Pematang Silimahuta, Purba, Haranggaol Horison, Dolok Perdamean, Pematang Sidamanik, Girsang Sipangan Bolon, Raya, dan Dolok Silau. Hasil analisis NPV usahatani menujukan kriteria layak bagi semua komoditi unggulan (jeruk, kentang, kubis, dan anggrek) dimana nilai NPV lebih besar dari nol. Produktivitas komoditi jeruk, kentang, dan kubis di Kabupaten Karo masih rendah sama seperti produktivitas komoditi unggulan lainnya di Kabupaten Simalungun dan Kota Medan. Data produksi komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara cenderung menunjukan pola tren positif untuk komoditas jeruk dan tren negatif untuk komoditas kentang dan kubis, sehingga hasil peramalan untuk sepuluh tahun ke depan menunjukan peningkatan untuk jeruk dan penurunan untuk kubis, kentang, dan anggrek penurunan. Kegiatan penanganan pascapanen komoditi unggulan di masing- masing sentra produksi masih sangat sederhana dan minim perlakuan. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengolahan yang belum berkembang, dimana jenis industri pengolahan hanya terbatas pada manisan jeruk dan alat pertanian. Kata kunci: Hortikultura, komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara, profil

PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Gusti Setiavani, STP

Kompleks STPP Medan, Jalan Binjai Km. 10 Medan

Abstrak

Dalam rangka meningkatkan produksi komoditas hortikultura di Provinsi

Sumatera Utara, maka diperlukan strategi yang diimplementasikan dalam bentuk kebijakan pengembangan yang berupa pengembangan komoditas unggulan. Dirjen Hortikultura (2008), telah menetapkan empat komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara yaitu; komoditas kentang, jeruk, kubis, dan tanaman hias. Masing-masing komoditas tersebut berada pada daerah sentra produksi Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, dan Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil komoditas hortikultura unggulan Provinsi Sumatera Utara mencakup jeruk, kubis, kentang, dan anggrek pada daerah sentra produksi Kabupaten Karo, Simalungun, dan Kota Medan.. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Secara umum masing-masing kecamatan di Kabupaten Karo memiliki tingkat kesesuaian S2 untuk komoditi jeruk siem madu dan kubis. Sementara hasil pencocokan tingkat kesesuaian karakteristik tanah dan iklim masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun dengan persyaratan tumbuh tanaman kentang menunjukan kelas S2 untuk Kecamatan Silimakuta, Pematang Silimahuta, Purba, Haranggaol Horison, Dolok Perdamean, Pematang Sidamanik, Girsang Sipangan Bolon, Raya, dan Dolok Silau. Hasil analisis NPV usahatani menujukan kriteria layak bagi semua komoditi unggulan (jeruk, kentang, kubis, dan anggrek) dimana nilai NPV lebih besar dari nol. Produktivitas komoditi jeruk, kentang, dan kubis di Kabupaten Karo masih rendah sama seperti produktivitas komoditi unggulan lainnya di Kabupaten Simalungun dan Kota Medan. Data produksi komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara cenderung menunjukan pola tren positif untuk komoditas jeruk dan tren negatif untuk komoditas kentang dan kubis, sehingga hasil peramalan untuk sepuluh tahun ke depan menunjukan peningkatan untuk jeruk dan penurunan untuk kubis, kentang, dan anggrek penurunan. Kegiatan penanganan pascapanen komoditi unggulan di masing-masing sentra produksi masih sangat sederhana dan minim perlakuan. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengolahan yang belum berkembang, dimana jenis industri pengolahan hanya terbatas pada manisan jeruk dan alat pertanian. Kata kunci: Hortikultura, komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara, profil

Page 2: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

PENDAHULUAN

Sektor pertanian yang mencakup komoditas padi, palawija, hortikultura, dan

tanaman obat-obatan merupakan salah satu sektor yang menjadi prioritas

pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Sektor ini mampu memberikan

kontribusi produk domestik regional bruto pada tahun 2005 sebesar 23,98 persen dan

pada tahun 2006 sebesar 22,18 persen (Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara,

2007). Disamping komoditas lain, komoditas hortikultura diharapkan dapat menjadi

komoditas unggulan untuk mendukung sektor pertanian. Pada tahun 2006, potensi

luas lahan pertanian di Provinsi Sumatera Utara mencapai 1.996.379 ha. Dari luasan

tersebut seluas 134.461 ha-nya dimanfaatkan untuk pengembangan komoditas

hortikultura yang meliputi tanaman buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias.

Dalam rangka meningkatkan produksi komoditas hortikultura di Provinsi

Sumatera Utara, maka diperlukan strategi yang diimplementasikan dalam bentuk

kebijakan pengembangan yang berupa pengembangan komoditas unggulan. Dirjen

Hortikultura (2008), telah menetapkan empat komoditas unggulan Provinsi Sumatera

Utara yaitu; komoditas kentang, jeruk, kubis, dan tanaman hias. Masing-masing

komoditas tersebut berada pada daerah sentra produksi Kabupaten Karo, Kabupaten

Simalungun, dan Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil

masing-masing komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara pada daerah sentra

produksi Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun dan Kota Medan.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten/kota sentra produksi komoditas

hortikultura unggulan Provinsi Sumatera Utara mencakup Kabupaten Karo,

Kabupaten Simalungun, dan Kota Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari

sampai dengan April 2010.

Page 3: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

Bahan dan Alat

Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diambil dengan melakukan wawancara menggunakan

kuisioner dan observasi. Data primer digunakan untuk menganalisis sistem

pengembangan agroindustri hortikultura unggulan, dan menganalisis kelayakan

usahatani. Data sekunder diambil melalui studi literatur dan data dari Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian, Peternakan,

Perikanan, dan Perkebunan Kabupaten Karo, Dinas Pertanian Kabupaten

Simalungun, Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Kota Medan, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, BPTP Provinsi Sumatera

Utara, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan kualitatif. Profil

komoditas yang diteliti mencakup: varietas dan persyaratan agroklimat, peralatan dan

sarana produksi, kelayakan usaha tani, luas panen, produksi, dan produktivitas,

peramalan produksi, panen dan pengolahan, industri pengolahan.

a. Varietas dan Persyaratan Agroklimat

Untuk mengetahui jenis variteas yang biasa digunakan oleh petani di tiga

kabupaten sentra produksi maka dilakukan pengumpulan data mengenai jenis-jenis

varietas jeruk, kentang, dan kubis yang ada di masing-masing sentra produksi (khusus

untuk komoditas tanaman hias dipilih tanaman anggrek) dan persyaratan

agroklimatnya. Selanjutnya akan dilakukan pencocokan kesesuaian lahan masing-

masing komoditas terhadap daerah sentra produksinya. Evaluasi lahan dilakukan

dengan cara matching (mencocokkan) antara karakteristik lahan dengan persyaratan

tumbuh tanaman, dimana setiap satu faktor agroklimat yang sesuai diberi skor C1

(dimisalkan 10) sedangkan yang tidak sesuai diberi skor nol (0). Kecuali untuk pH,

curah hujan, dan bulan kering apabila tidak sesuai diberi skor C2 (dimisalkan 5),

karena dimungkinkan untuk mengantisipasinya dengan pemberian kapur jika pH

rendah dan pemberian air irigasi jika kekurangan air. Hasil penilaian kesesuaian

Page 4: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

lahan berdasarkan faktor pembatas terberat, faktor pembatas tersebut bisa terdiri dari

satu atau lebih tergantung dari karakteristik lahannya. Hasil evaluasi lahan

dinyatakan dalam kondisi aktual (kesesuaian lahan aktual). Tingkat kesesuaian lahan

berupa: lahan sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai untuk masing-

masing komoditi.

b. Kelayakan Usaha tani

Kelayakan usaha tani komoditas hortikultura unggulan yang meliputi

komoditas jeruk, kubis, kentang, dan tanaman hias menggunakan metode NPV.

Rumus mencari NPV (Soekartawi, 2002) yaitu:

NPV = .................................................................. (1)

dengan : NPV = Investasi pada tahun ke-0 (Rp)

Bt = Benefit pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Cost pada tahun ke-t (Rp)

n = Umur ekonomis (tahun)

i = Tingkat bunga di bank (%/tahun)

Jika NPV > 0 maka proyek layak dilaksanakan

c. Statistik Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas

Luas panen dan produksi yang dimaksud adalah luas panen dan produksi

komoditi unggulan pada sentra-sentra produksi. Produktivitas dihitung dengan

menggunakan rumus :

Produksi (Kuital)Pr oduktivitas Luas lahan (Ha)

...............................................(2)

d. Peramalan Produksi

Peramalan produksi dilakukan berdasarkan data time series produksi

hortikultura unggulan selama sepuluh tahun terakhir, meliputi komoditas jeruk, kubis,

kentang, dan tanaman hias. Metode yang digunakan yaitu metode kuadrat terkecil

(least square method). Dengan memakai metode ini untuk yang berbentuk linear

sederhana, persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

0 (1 )

nt t

tt

B Ci

Page 5: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

Yt = a + bt ...................................................................................(3)

Harga a dan b ditentukan menggunakan rumus

Y =

na 2

Y =

tb

dengan : Y = Nilai rata-rata hasil ramalan

n = Jumlah data deret waktu

t = Waktu tertentu yang telah ditransformasikan dalam bentuk kode

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keluaran pada sistem informasi agroindustri hortikultura merupakan hasil

pengolahan data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, studi

literatur, dan wawancara.

a. Varietas dan Syarat Tumbuh

Pada umumnya petani di sentra produksi Kabupaten Karo, Kabupaten

Simalungun, Kota Medan hanya menggunakan varietas tertentu yang telah teruji dan

secara turun temurun diusahakan oleh pendahulu mereka. Varietas yang

dibudidayakan oleh petani pada sentra produksi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Varietas yang Dibudidayakan oleh Petani pada Sentra Produksi

Sentra produksi Komoditi Unggulan Varietas Kabupaten Karo Jeruk Jeruk Siem Madu

Kubis Emerald Cross Hybrid, K-K Cros Kentang Granola

Kabupaten Simalungun

Kentang Granola Pacifik

Kota Medan Anggrek Vanda

Hasil pencocokan kesesuaian lahan masing-masing kecamatan pada sentra

produksi dengan persyaratan tumbuh komoditi menunjukan bahwa pada umumnya

masing-masing kecamatan memiliki kelas kesesuaian lahan potensial lahan cukup

sesuai.

Page 6: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

Pemanfaatan lahan untuk mengembangkan komoditi hortikultura harus

melihat kondisi iklim, karena masing-masing komoditas memiliki persyaratan

tumbuh sendiri. Menurut Ritung et al. (2007), kesesuaian lahan adalah tingkat

kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Tingkat kesesuaian lahan

tersebut ditentukan oleh kecocokan antara persyaratan tumbuh/hidup komoditas yang

bersangkutan dengan kualitas, karakteristik lahan yang mencakup aspek iklim, tanah,

dan terain ( topografi, lereng, dan elevasi) (Permentan No. 41 Tahun 2009). Analisis

kesesuaian lahan pada penelitian ini dilakukan guna mendapatkan informasi tingkat

kesesuaian karakteristik tanah dan iklim masing-masing kecamatan pada sentra

produksi dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.

Secara umum masing-masing kecamatan di Kabupaten Karo memiliki tingkat

kesesuaian S2 untuk komoditi jeruk siem madu dan kubis. Tingkat kesesuaian S2

menunjukan bahwa lahan di kecamatan tersebut cukup sesuai namun lahan

mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap

produktivitasnya, sehingga memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas

tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri (Ritung et al., 2007). Faktor

pembatas itu terdiri dari bulan basah, bulan kering, dan curah hujan. Sementara untuk

komoditi kentang, Kecamatan Laubeleng dan Tiga Binanga termasuk pada kategori N

atau tidak sesuai, karena memiliki faktor pembatas yang sangat sulit diatasi. Kedua

kecamatan ini berada pada ketinggian tempat yang tidak memenuhi persyaratan

tumbuh tanaman kentang. Menurut Ritung et al. (2007), kelas N adalah lahan yang

tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan atau sulit

diatasi. Hasil ini sedikit berbeda dengan survey yang dilakukan oleh Unit

Manajemen Leuser dalam Anonim (2007) dimana ada empat kabupaten yang tidak

direkomendasikan untuk budidaya komoditi unggulan yaitu Kecamatan Tiga

Binanga, Kecamatan Laubeleng, Kecamatan Mardinding, dan Kecamatan Juhar. Hal

ini mungkin disebabkan, parameter yang digunakan oleh Unit Manajemen Leuser

dalam proses pencocokan tersebut lebih banyak dan lebih rinci. Dikarenakan survey

yang dilakukan bersifat proyek dengan dukungan dana yang besar dan lingkup

pengkajian yang lebih dalam.

Page 7: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

Sementara hasil pencocokan tingkat kesesuaian karakteristik tanah dan iklim

masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun dengan persyaratan tumbuh

tanaman kentang menunjukan kelas S2 untuk Kecamatan Silimakuta, Pematang

Silimahuta, Purba, Haranggaol Horison, Dolok Perdamean, Pematang Sidamanik,

Girsang Sipangan Bolon, Raya, dan Dolok Silau. Dengan faktor pembatas bulan

basah, bulan kering, dan curah hujan yang melebihi persyaratan tumbuh tanaman.

Sementara kecamatan lain tidak sesuai dikembangkan untuk komoditi kentang,

karena memiliki faktor pembatas yang tidak dapat diatasi seperti ketinggian tempat.

b. Peralatan dan Sarana Produksi

Hasil observasi menunjukan bahwa keberadaan alat dan mesin pertanian di

Sumatera Utara masih sangat rendah, hal ini dikarenakan petani umumnya memiliki

lahan yang sempit disamping masih tersedianya sumber daya manusia yang banyak.

Sementara itu, menurut BPS (2009), investasi bidang manufaktur alsintan sangat

penting di kawasan agropolitan dan agrosubmarinepolitan untuk mengatasi saat-saat

terjadinya demand yang lebih tinggi daripada supply tenaga kerja.

c. Kelayakan Usaha Tani

Hasil analisis NPV usahatani menujukan kriteria layak bagi semua komoditi

unggulan (jeruk, kentang, kubis, dan anggrek) dimana nilai NPV lebih besar dari nol.

Hasil perhitungan NPV usaha tani komoditas unggulan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Perhitungan NPV Usaha Tani Komoditas Unggulan

Tingkat Suku Bunga/Tahun

NPV Komoditas

Jeruk Kubis Kentang Anggrek 10 % 207.444.848,94 30.214.326,33 27.091.308,54 42.775.552,00 12 % 205.275.377,69 30.011.416,16 26.909.371,61 40.734.321,40 15 % 171.871.549,29 29.716.103,12 26.644.582,75 34.001.978,40 20 % 108.825.812,46 29.228.107,10 26.207.027,05 22.453.073,70 30 % 46.493.552,99 28.292.838,64 25.368.429,96 9.450.699,80 40 % 7.583.458,64 27.426.519,51 24.591.655,44 1.786.835,80

Page 8: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

d. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas

Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas unggulan tahun 2008

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Komoditas Unggulan Tahun 2008

Komoditas Unggulan Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

Kabupaten Karo a. Jeruk' 9.727,00 408.913,00 42,04 b. Kentang 2.173,00 34.255,00 15,76 c. Kubis 3.295,00 114.378,00 34,71

Kabupaten Simalungun Kentang 4.416,00 89.740,00 20,32

Kota Medan Anggrek* 7.518,00 218.521,00 29,07

Keterangan: * untuk komoditi anggrek satuan untuk luas panen yaitu m2, produksi tangkai dan produktivitas tangkai/m2

Tabel 3 menunjukan bahwa produktivitas komoditi jeruk, kentang, dan kubis

di Kabupaten Karo masih rendah sama seperti produktivitas komoditi unggulan

lainnya di Kabupaten Simalungun dan Kota Medan. Rendahnya produktivitas

merupakan suatu permasalahan yang dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti

misalnya daya dukung lahan yang sudah berkurang, umur tanaman yang sudah tua,

serangan hama dan penyakit, dll. Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah

guna merumuskan kebijakan yang berkenaan dengan permasalahan tersebut.

Pada Gambar 1 diperlihatkan bahwa Kabupaten Simalungun merupakan

kabupaten yang terbanyak memproduksi kentang. Kabupaten Karo merupakan

kabupaten yang produksi jeruk siem madu, dan kubisnya terbesar, sementara Kota

Medan merupakan daerah yang banyak menghasilkan anggrek potong. Hal ini dapat

dijadikan gambaran awal mengapa Kabupaten Karo dijadikan sentra produksi Jeruk

Siem Madu, Kentang, dan Kubis. Kabupaten Simalungun sebagai sentra produksi

kentang, dan Kota Medan sebagai sentra produksi anggrek karena daerah tersebut

merupakan daerah yang preferensi masyarakatnya tinggi untuk komoditi tersebut

disamping kesesuaian dengan kondisi agroklimat (Zulkarnain, 2009).

Page 9: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

Gambar 1. Produksi Komoditas Unggulan di Provinsi Sumatera Utara

e. Peramalan Produksi

Peramalan produksi dengan pendekatan analisis runtun waktu dilakukan

dengan memanfaatkan data masa lalu produksi komoditas unggulan secara series

(runtut). Data produksi komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara cenderung

menunjukan pola tren positif untuk komoditas jeruk dan tren negatif untuk komoditas

kentang dan kubis. Produksi komoditas unggulan selama 10 tahun disajikan pada

gambar 2.

Gambar 2. Produksi Komoditas Unggulan 10 Tahun Terakhir

84.15

15.85

Produksi Jeruk Provinsi Sumatera Utara

Karo Lainnya

54.659.62

6.27

6.668.82

13.98

Produksi Anggrek Provinsi Sumatera Utara

Medan Karo Deli Serdang Simalungun Taput Lainnya

59.0726.75

5.524.52

4.14

Produksi Kentang Provinsi Sumatera Utara

Simalungun Karo Taput Dairi Lainnya

58.4

39.1

1

0.8

0.7

Produksi Tanaman Kubis Di Provinsi Sumatera Utara

Simalungun Karo Taput Humbahas Lainnya

0200,000400,000600,000800,000

1,000,0001,200,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Produksi Jeruk (Ton)

Page 10: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

Peramalan dengan menggunakan metode teknik kuadrat terkecil diperoleh

hasil peramalan yang menujukan penurunan dari tahun ke tahun bahkan pada

peramalan tahun ke-5, tahun ke-14, dan tahun ke-5 menunjukan angka yang negatif

untuk secara berurutan kentang, kubis, dan anggrek. Hal berbeda pada komoditi jeruk

yang hasil peramalannya menunjukan peningkatan yang berarti dari tahun ke

tahunnya. Grafik peramalan produksi komoditi unggulan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Peramalan Produksi Komoditi Unggulan

Hasil peramalan seperti ditunjukan pada gambar 3 mengikuti trend produksi

komoditi hortikultura unggulan tersebut selama 10 tahun yang cenderung meningkat

untuk jeruk dan menurun untuk kubis, kentang, dan anggrek. Peramalan dengan

menggunakan metode teknik kuadrat terkecil yang memanfaatkan data masa lalu

untuk mendapatkan pola kencenderungan dan tidak memperhitungkan faktor lain

yang mempengaruhi peramalan (Utama, 2007). Menurut Zulkarnain (2009) faktor

lingkungan seperti iklim dan medium tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman hortikultura. Disamping itu produksi juga sangat ditentukan oleh

kegiatan intensifikasi dan ektensifikasi.

Page 11: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

f. Panen dan Pengolahan

Berdasarkan observasi di kabupaten sentra produksi komoditas unggulan

diketahui bahwa kegiatan penanganan pascapanen komoditi tersebut masih sangat

sederhana dan minim perlakuan. Hal ini sama seperti hasil survey yang dilakukan

Siswadi (2007) di Kabupaten Semarang, dimana buah dan sayur yang telah dipanen

hanya dikemas dengan menggunakan keranjang bambu maupun dengan karung

plastik. Pengemasan dengan menggunakan keranjang bambu maupun dengan

mengunakan plastik hanya untuk memudahkan pengangkutan. Disini tidak dilakukan

penanganan pascapanen apapun seperti pencucian, sortasi, pendinginan awal dan

sebagainya. Demikian juga dengan kegiatan pengolahannya yang masih belum

berkembang.

Seperti diketahui bahwa kegiatan pascapanen merupakan salah satu kegiatan

pada agroindustri hortikultura. Sifat komoditi hortikultura yang mudah rusak

menyebabkan komoditi hortikultura membutuhkan penanganan segera setelah di

panen. Berdasarkan jawaban petani saat wawancara dan observasi, beberapa hal

yang menjadi sebab kurangnya perlakuan pascapanen pada tingkat petani di daerah

sentra produksi yaitu (1) kurangnya pengetahuan petani akan kegiatan pascapanen,

(2) kurangnya pemahaman petani akan pentingnya perlakuan pascapanen, (3) petani

tidak mau repot, (4) penyuluhan ataupun penyampaian oleh dinas pertanian dan

instansi terkait tersebut masih kurang dan terbatas pada kelompok tertentu.

Jeruk siem madu merupakan jenis jeruk yang banyak dimanfaatkan sebagai

buah meja, namun berbagai bentuk pengolahannya dapat dilakukan untuk

meningkatkan kualitas dan harga komoditi. Hal senada juga terjadi pada kentang,

dimana produk olahannya seperti tepung kentang merupakan produk komersial

sebagai bahan baku olahan sekunder. Pengolahan komoditi unggulan dapat

menyebabkan meningkatnya nilai tambah produk dan membantu pengembangan

agroindustri komoditi unggulan itu sendiri. Namun petani pada daerah sentra

produksi masih belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang kegiatan

pengolahan. Hasil penelitian terbaru seputar perkembangan teknologi pengolahan

juga hanya dipublikasi pada kalangan terbatas.

Page 12: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

Kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai berbagai bentuk pengolahan

komoditi unggulan menyebabkan tidak termanfaatkannya sumber daya yang ada

secara optimal yang dapat mempertahankan keunggulan kompetitif komoditi tersebut.

Sistem informasi menurut Ariyanti (2008), merupakan salah satu yang dapat

digunakan untuk memperoleh keunggulan bersaing, karena sistem informasi mampu

menyediakan informasi dasar mengembangkan produk dan jasa yang kompetitif.

g. Industri Pengolahan

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara

menunjukan bahwa keberadaan industri kecil dan menengah (IKM) di Provinsi

Sumatera Utara khususnya yang berhubungan dengan agroindustri komoditi

hortikultura unggulan masih belum berkembang. Dimana jenis industri pengolahan

hanya terbatas pada manisan jeruk dan alat pertanian. Tabel 4 menyajikan

keberadaan IKM di Provinsi Sumatera Utara yang terkait dengan agroindustri

hortikultura unggulan.

Tabel 4. Keberadaan IKM di Provinsi Sumatera Utara yang Terkait dengan Agroindustri Hortikultura Unggulan

No. Jenis Industri Jumlah IKM Kapasitas 1. Alat pertanian 19 170-30.000 buah/tahun 2. Manisan jeruk 4 2.500 kotak-75 ton/tahun

Meskipun menurut Soemarno (2008), pembangunan industri-agro, seperti

industri yang menghasilkan alat dan sarana produksi pertanian serta industri yang

mengolah hasil pertanian, mendapatkan prioritas yang tinggi saat ini. Pengkajian

yang dilakukan oleh BPS Provinsi Sumatera Utara (2008) pada kawasan

pengembangan agropolitan dan agrosubmarinepolitan di Sumatera Utara menemukan

bahwa pada umumnya industri pengolahan di kawasan tersebut masih bersifat home

industry, industri berskala kecil dengan sistem pemasaran yang sederhana dan

jangkauan pasar masih lokal.

Page 13: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

h. Jaringan Pemasaran

Hasil observasi di lapangan ditemukan bahwa sebagian besar petani komoditi

unggulan umumnya menjual produk mereka dengan sistem jual di lahan. Khususnya

petani yang memiliki lahan di atas 5000 m2. Sistem penjualan ini sangat merugikan

petani karena harga yang dipatok sangat rendah. Alasan yang dikemukakan petani

ketika di wawancara adalah petani bisa mendapatkan pembayaran di muka sebelum

tanaman di panen disamping itu, petani menganggap sistem penjualan di lahan lebih

praktis meskipun dirasa merugikan. Jika seadainya petani memiliki banyak informasi

tentang berbagai alternatif pemasaran maka posisi tawar petani akan dapat lebih

ditingkatkan.

Hasil pengkajian yang dilakukan oleh BPTP Sumatera Utara dan ICRA

(2003) menemukan hal senada, dimana aliran informasi jaringan pemasaran jeruk

juga masih sangat lemah dan terbatas pada beberapa stakeholders, sehingga petani

tidak memiliki berbagai alternatif dalam menjual produk mereka. Hal serupa juga

terjadi pada komoditi kentang, dimana hasil pengkajian Adiyoga et al. (2004)

menyebutkan bahwa terjadi ketidakseimbangan aliran informasi antara beberapa

stake holder komoditi kentang. Pedagang pengumpul memiliki kemudahan akses

informasi dibandingkan petani sehingga merendahkan posisi tawar petani.

Selanjutnya menurut Horton (1980) dalam Adiyoga et al. (2004), masalah yang

ditemui pada pemasaran kentang berawal dari salah satunya kompleksitas pemasaran

yang ditandai dengan aliran informasi yang buruk dan ketidak-cukupan fasilitas fisik,

dan kapasitas finansial pelaku pasar. Oleh karena itu, informasi jaringan pemasaran

perlu dipublikasikan lebih luas lagi agar dapat diakses oleh berbagai kalangan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Secara umum masing-masing kecamatan di Kabupaten Karo memiliki tingkat

kesesuaian S2 untuk komoditi jeruk siem madu dan kubis. Sementara hasil

pencocokan tingkat kesesuaian karakteristik tanah dan iklim masing-masing

Page 14: PROFIL KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN PROVINSI …

kecamatan di Kabupaten Simalungun dengan persyaratan tumbuh tanaman

kentang menunjukan kelas S2 untuk Kecamatan Silimakuta, Pematang

Silimahuta, Purba, Haranggaol Horison, Dolok Perdamean, Pematang Sidamanik,

Girsang Sipangan Bolon, Raya, dan Dolok Silau.

2. Hasil analisis NPV usahatani menujukan kriteria layak bagi semua komoditi

unggulan (jeruk, kentang, kubis, dan anggrek) dimana nilai NPV lebih besar dari

nol.

3. Produktivitas komoditi jeruk, kentang, dan kubis di Kabupaten Karo masih

rendah sama seperti produktivitas komoditi unggulan lainnya di Kabupaten

Simalungun dan Kota Medan. Data produksi komoditas unggulan Provinsi

Sumatera Utara cenderung menunjukan pola tren positif untuk komoditas jeruk

dan tren negatif untuk komoditas kentang dan kubis, sehingga hasil peramalan

untuk sepuluh tahun ke depan menunjukan peningkatan untuk jeruk dan

penurunan untuk kubis, kentang, dan anggrek penurunan.

4. Kegiatan penanganan pascapanen komoditi unggulan di masing-masing sentra

produksi masih sangat sederhana dan minim perlakuan. Demikian juga halnya

dengan kegiatan pengolahan yang belum berkembang, dimana jenis industri

pengolahan hanya terbatas pada manisan jeruk dan alat pertanian.

BIODATA

1. NAMA : GUSTI SETIAVANI, STP

2. TEMPAT/TGL.LAHIR : BELITAR/ 19 SEPTEMBER 1980

3. PEKERJAAN : PEGAWAI NEGERI SIPIL

4. INSTANSI : SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN

PERTANIAN (STPP) MEDAN

5. JABATAN : DOSEN

6. PANGKAT/GOLONGAN : PENATA MUDA TK I/III b