Upload
ochaholic
View
66
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisis data terpilah mengenai kondisi dan peranan perempuan dalam pembangunan Kabupaten Karimun Tahun 2014
Citation preview
Halaman Judul
PROFIL PEREMPUAN
KABUPATEN KARIMUN
2014
KERJASAMA
BKBDPPPA KABUPATEN KARIMUN
DENGAN
BPS KABUPATEN KARIMUN
ii|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
PROFIL PEREMPUAN
KABUPATEN KARIMUN
2014
Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm
Jumlah Halaman : 102 + xvi Halaman
Penulis : Erie Sadewo
Perwajahan : Tim BPS Kabupaten Karimun
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 | iii
Kata Sambutan Kepala BKBDPPPA Kabupaten Karimun
BADAN KELUARGA BERENCANA DAERAH PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN, DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN KARIMUN
KATA SAMBUTAN
Dalam usianya yang ke-16 tahun, Kabupaten Karimun sudah
banyak mengalami kemajuan dalam pembangunan. Kaum
perempuan sebagai salah satu penggerak pembanguann memiliki
andil yang sangat besar bagi pencapaian tersebut. Namun demikian,
dalam proses pelaksanaan pembangunan, kepentingan mereka
sering kali terabaikan. Untuk itulah saya menyambut baik
terwujudnya publikasi “Profil Perempuan Kabupaten Karimun
2014” ini. Melalui publikasi ini, diharapkan pemerintah dan
masyarakat dapat mengetahui kondisi dan potensi kaum
perempuan, sehingga setiap kebijakan yang diambil nantinya dapat
menyuguhkan keadilan yang lebih merata bagi semua pihak.
Tanjungbalai Karimun, Oktober 2015 Kepala BKBDPPPA Kabupaten Karimun
Dra. Rosmawati, M.M.Pub. NIP. 19650814 199403 2 014
iv|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 | v
Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Karimun
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KARIMUN
KATA PENGANTAR
Peranan statistik kian lama semakin dirasakan penting
dalam memotret kondisi pembangunan, termasuk yang berkaitan
dengan kualitas sumber daya manusia. Pemilahan data
berdasarkan jenis kelamin sudah lama dilaksanakan oleh BPS
untuk mendukung terlaksananya pembangunan yang berbasis
gender. Melalui publikasi “Profil Perempuan Kabupaten Karimun
2014” ini diharapkan pemerintah Kabupaten Karimun beserta
masyarakat dapat semakin memahami pentingnya peran
perempuan bagi pembangunan daerah. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam publikasi ini. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga
publikasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Tanjungbalai Karimun, Oktober 2015 Kepala BPS Kabupaten Karimun
Endra, S.E. NIP. 19641003 198603 1 004
vi|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 | vii
Daftar Isi
Halaman Judul ................................................................................. i
Kata Sambutan Kepala BKBDPPPA Kabupaten Karimun ...................iii
Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Karimun .............................. v
Daftar Isi ........................................................................................ vii
Daftar Tabel .................................................................................... ix
Daftar Gambar ............................................................................... xv
1. Pendahuluan ........................................................................... 1
2. Kependudukan ...................................................................... 11
Struktur Kependudukan......................................................... 12
Pertumbuhan Penduduk ........................................................ 17
Rumah Tangga ....................................................................... 26
3. Kesehatan ............................................................................. 29
Keluhan Kesehatan ................................................................ 29
Akses Untuk melakukan pengobatan ..................................... 33
Ancaman HIV/AIDS ................................................................ 35
4. Keluarga Berencana .............................................................. 39
Perkawinan Dan Hak Reproduksi ........................................... 39
Keluarga Berencana ............................................................... 49
Kesehatan Ibu dan Bayi ......................................................... 57
5. Pendidikan ............................................................................ 59
Kualitas Pendidikan ............................................................... 62
viii|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Hambatan Dalam Pendidikan .................................................71
6. Ekonomi dan Ketenagakerjaan ...............................................75
Penduduk Usia Kerja ..............................................................77
Struktur Penduduk Usia Kerja .................................................79
Lapangan Kerja Utama ...........................................................81
Karakteristik Pekerja ..............................................................86
Produktivitas Pekerja Perempuan ...........................................88
7. Sektor Publik ..........................................................................95
Bidang politik .........................................................................95
Pemerintahan ........................................................................98
Kiprah Perempuan di Masyarakat .........................................101
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 | ix
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014 ................ 13
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2014 Menurut Kecamatan dan jenis Kelamin ..................... 16
Tabel 2.3. Jumlah Kelahiran, Kematian, dan Migrasi Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan dan Sebab Tahun 2014 ............................................................... 18
Tabel 2.4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2014 (%) ......................................................... 21
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin tahun 2014 ......... 22
Tabel 2.6. Distribusi Penduduk Usia Produktif Kabupaten Menurut Jenis Kelamin Karimun Tahun 2014 (%) ..................... 24
Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Klasifikasi Wilayah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ............................................................... 26
Tabel 2.8 Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga di kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014 ............................................. 27
Tabel 2.9. Jumlah Kepala Rumah Tangga Menurut Wilayah Tempat Tinggal dan jenis Kelamin Tahun 2014 .......... 28
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Yang Mengalami keluhan Kesehatan Menurut Wilayah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2014................................... 29
x|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan Yang Menyebabkan Gangguan Kegiatan Sehari-Hari Menurut Wilayah Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ...............................................................................30
Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Yang Mengalami Gangguan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ..........................................................................31
Tabel 3.4. Rata-Rata Jumlah Hari Lamanya Terjadi Gangguan Kesehatan Di Kabupaten Karimun Menurut Wilayah Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ..........33
Tabel 3.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Pengobatan yang Dilakukan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ...........................34
Tabel 3.6. Perkembangan Jumlah Kasus Infeksi Menular Seksual di Kabupaten Karimun Tahun 2010-2014 .......................36
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Status Perkawinan, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ..........................................................................41
Tabel 4.2. Banyaknya Nikah, Talak, dan Cerai Menurut Kecamatan di Kabupaten Karimun Tahun 2014 ............................42
Tabel 4.3. Jumlah Perkara Yang Diterima dan Diputuskan oleh Pengadilan Agama Tanjungbalai Karimun Tahun 2014 43
Tabel 4.4. Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan Di Kabupaten Karimun Menurut Status Perkawinan Dan Wilayah Tempat Tinggal Tahun 2014 ..........................44
Tabel 4.5. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dan Perempuan Usia Subur (WUS) di kabupaten Karimun Menurut Tempat Tinggal Tahun 2014 ....................................................45
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 | xi
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Perempuan Kabupaten Karimun Menurut Kelompok Umur Kawin PertamaTahun 201447
Tabel 4.7. Rata-rata Jumlah Tahun Dalam Ikatan Perkawinan, dan Jumlah Anak Kandung Lahir Hidup Pada Penduduk Perempuan Pernah Kawin di Kabupaten Karimun Tahun 2014.......................................................................... 48
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Perempuan Pernah Kawin Menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kabupaten Karimun Tahun 2014 (%) ......................................................... 49
Tabel 4.9. Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi di Kabupaten Karimun Menurut Jenis KB yang Digunakan dan Kelompok Umur Tahun 2014 ..................................... 51
Tabel 4.10. Jumlah Penduduk Perempuan Kabupaten Karimun Yang Tidak Mengikuti Program KB Menurut Kelompok umur dan Keinginan Mempunyai Anak Tahun 2014 ............ 54
Tabel 4.11. Jumlah Unmet Need Menurut Kelompok Umur dan Alasan Tidak Mengikuti KB Tahun 2014 ..................... 55
Tabel 4.12. Jumlah Unmet Need Pada Tabel 3.10. Menurut Jenis Alasan Lainnya .......................................................... 55
Tabel 4.13. Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Karimun Tahun 2014 Menurut Puskesmas dan Sebab ........................ 56
Tabel 4.14. Jumlah Balita di Kabupaten Karimun Menurut Tenaga Penolong Persalinan dan Jenis Kelamin (%) ............... 58
Tabel 5.1. Angka Melek Huruf Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 (%) ................ 64
xii|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Berusia 15 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ................65
Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun yang Tidak Pernah Sekolah Menurut Wilayah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ..........................................66
Tabel 5.4. Pencapaian Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Karimun Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (%).............................................67
Tabel 5.5. Pencapaian Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Karimun Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (%).............................................69
Tabel 5.6. Pencapaian Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Karimun Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (%).............................................70
Tabel 5.7. Tingkat Putus Sekolah di Kabupaten Karimun Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (%) ..................................................................................71
Tabel 5.8. Jumlah Penduduk Usia 7-18 Tahun Putus Sekolah di Kabupaten Karimun Menurut Alasan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ................................................................72
Tabel 5.9. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kegiatan Akses Internet dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ..................................................................................73
Tabel 6.1. Komposisi Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Karimun Tahun 2014 (%) ......................77
Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2014 ............80
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 | xiii
Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2014................................... 84
Tabel 6.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kedudukan Dalam Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ........................ 87
Tabel 6.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jam Kerja Seminggu Yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2014................................... 88
Tabel 6.6. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Lamanya Masa Kerja dan Jenis Kelamin Tahun 2014 .. 89
Tabel 6.7. Perbandingan Indeks Pendapatan Penduduk Kabupaten Karimun Berumur 15 Tahun KeatasYang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (Rata-rata Pendapatan = 100) ........................... 91
Tabel 6.8. Jumlah Pengangguran Terbuka di KabupatenKarimun Menurut Alasan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ......... 93
Tabel 6.9. Jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Karimun Menurut Bulan, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 .. .............................................................................. 94
Tabel 7.1. Tingkat Partisipasi Pemilihan Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan dan jenis Kelamin (%) ............................................................... 96
Tabel 7.2. Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Karimun 2014-2019 Menurut Asal Fraksi dan Jenis Kelamin ...................... 98
Tabel 7.3. Jumlah Pegawai negeri Sipil Menurut Golongan dan Jenis kelamin Tahun 2014 (Keadaan Maret 2014) ...... 99
xiv|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tabel 7.4. Jumlah Pegawai negeri Sipil Menurut Jabatan dan Jenis kelamin Tahun 2014 (Keadaan Maret 2014) .............100
Tabel 7.5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Fungsi dan Jenis kelamin Tahun 2014 (Keadaan Maret 2014) .............101
Tabel 7.6. Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Tempat Bekerja di Kabupaten Karimun Tahun 2014 ..........................102
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 | xv
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Karimun 2011-2014 ............................ 12
Gambar 2.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014 ........................................ 14
Gambar 2.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014 ........................................ 15
Gambar 2.4. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014 ......................... 17
Gambar 2.5. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014 (%) ................... 20
Gambar 2.6. Piramida Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2014 ............................................................................ 23
Gambar 2.7. Rasio Ketergantungan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 (%) .. 25
Gambar 3.1. Perbandingan Peta Sebaran Jenis Penyakit Yang Dikeluhkan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 (%) .............................. 32
Gambar 3.2. Peta Distribusi Sarana Kesehatan Yang Dipilih Masyarakat Kabupaten Karimun Untuk Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 (%) ....... 35
Gambar 3.3. Perkembangan Jumlah Kematian Akibat HIV/AIDS dan Prevalensi Penderita HIV/IDS Meninggal (%) di Kabupaten Karimun Tahun 2014 .......................... 37
xvi|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Gambar 4.1. Perbandingan Jumlah PUS dan WUS di Kabupaten Karimun Tahun 2014 .............................................46
Gambar 4.2. Pengguna Alat Kontrasepsi di Kabupaten Karimun Menurut Jenis KB yang Digunakan dan Pendidikan Tahun 2014 ...........................................................52
Gambar 4.3. Pengguna Alat Kontrasepsi di Kabupaten Karimun Menurut Jenis KB yang Digunakan dan Pekerjaan Tahun 2014 ...........................................................53
Gambar 4.4. Perkembangan Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Karimun Tahun 2010-2014 ....................................57
Gambar 6.1. Perbandingan Lapangan Usaha Kaum Perempuan Tahun 2010 dan 2014 (%) ......................................85
Gambar 7.1. Persentase Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kabupaten Karimun Tahun 2003-2019 (%) ............97
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |1
1. Pendahuluan
Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.
Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan
lingkunganyang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati
umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif.
Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana tetapi
sering terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk
mengumpulkan harta dan uang. (Laporan Pembangunan Manusia,
1990)
Beberapa kalimat pembuka pada Human Development
Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh UNDP pada tahun
1990 tersebut menekankan bahwa pada hakikatnya pembangunan
manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari
pembangunan dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Disadari,
keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah,
swasta maupun masyarakat sangat tergantung pada peran serta
seluruh penduduk baik laki-laki maupun perempuan. Selain sebagai
pelaku, perempuan dan laki-laki sekaligus sebagai pemanfaat hasil
akhir dari pembangunan.
Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya
terus menerus yang dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai
kehidupan yang lebih baik. Upaya pembangunan ini ditujukan untuk
kepentingan seluruh penduduk tanpa membedakan jenis kelamin
2|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
tertentu. Namun demikian tidak dapat dipungkiri, pada
pelaksanaannya masih terdapat kelompok penduduk yang tertinggal
dalam pencapaian kualitas hidup.
Ketertinggalan ini disebabkan oleh berbagai persoalan pelik
yang seringkali saling berkaitan antara satu dengan lainnya.
Persoalan paling penting yang menghalangi upaya peningkatan
kualitas hidup yang setara adalah pendekatan pembangunan yang
mengabaikan isu tentang kesetaraan dan keadilan gender. Belum
lagi, persoalan lain seperti budaya, atau agama yang terkadang
dapat menjadi faktor penghambat untuk mencapai kesetaraan
gender.
Disadari, keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sangat tergantung
dari peran serta seluruh penduduk baik laki-laki maupun
perempuan sebagai pelaku, dan sekaligus pemanfaat hasil
pembangunan. Tuntutan akan kualitas sumber daya manusia (SDM)
perempuan paling tidak memiliki dampak pada dua hal.
Pertama, dengan kualitas yang dimiliki, perempuan akan
menjadi mitra kerja aktif laki-laki dalam mengatasi masalah-masalah
sosial, ekonomi dan politik yang diarahkan pada pemerataan
pembangunan. Kedua, perempuan yang berkualitas turut
mempengaruhi kualitas generasi penerus, mengingat fungsi
reproduksi perempuan berperan dalam mengembangkan sumber
daya manusia di masa datang. Tetapi pada kenyataannya, selama ini
peran serta kaum perempuan dalam pelaksanaan program
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |3
pembangunan masih belum dimanfaatkan secara optimal. Faktor
penyebab belum optimalnya peran serta perempuan dalam
pembangunan karena masih rendahnya kualitas sumber daya
perempuan sehingga tidak mampu untuk bersaing dalam berbagai
bidang dengan mitra sejajarnya.
Pembangunan Nasional pada dasarnya bertujuan untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat
Indonesia seluruhnya secara adil dan merata berdasarkan Pancasila
dan undang undang Dasar 1945 dengan berpedoman pada Garis-
Garis Besar Haluan Negara. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 27 ayat 1 secara jelas dinyatakan bahwa, “semua orang
mempunyai kedudukan dan hak yang sama dalam hukum dan
pemerintahan”.
Dalam GBHN juga dikemukakan prinsip kesetaraan dan
keadilan antara laki-laki dan perempuan yaitu perempuan dan laki-
laki baik sebagai manusia atau sebagai warga negara di dalam
hukum dan perundang-undangan di Indonesia tidaklah berbeda.
Sebagai sumberdaya insani, potensi yang dimilki perempuan
tidaklah berada di bawah potensi laki-laki. Mereka memiliki
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Diskriminasi terhadap kaum perempuan masih terjadi pada
seluruh aspek kehidupan, di seluruh dunia. Sifat dan tingkat
diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau wilayah. Tidak
ada satu wilayahpun di negara dunia ketiga dimana perempuan
telah menikmati kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan
4|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
ekonomi. Diskriminasi dalam kesempatan dan kendali sumber daya,
ekonomi, kekuasaan dan partisipasi politik terjadi dimana-mana.
Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat
akibat ketidaksetaraan yang terjadi namun pada dasarnya
ketidaksetaraan itu merugikan semua orang.
Pembangunan pada dasarnya harus memberikan keadilan
dan kemakmuran kepada semua masyarakat baik laki-laki maupun
perempuan. Oleh sebab itu, diskriminasi terhadap perempuan
merupakan persoalan pokok pembangunan yang merupakan suatu
tujuan pembangunan yang memiliki nilai tersendiri. Semakin kecil
tingkat diskriminasi perempuan akan memperkuat kemampuan
negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan dan pemerintah
secara efektif. Dengan demikian penghapusan diskriminasi terhadap
perempuan adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam
rangka memberdayakan masyarakat, baik perempuan maupun laki-
laki untuk mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan
taraf hidup mereka.
Upaya penghapusan diskriminasi terhadap perempuan bisa
diartikan secara berbeda-beda apabila dikaitkan dengan konteks
pembangunan, dalam pembangunan ekonomi membuka banyak
jalan untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam jangka panjang.
Namun kenyataannya, masih banyak dijumpai status dan peranan
perempuan dalam masyarakat yang masih bersifat subordinatif.
Perempuan masih terpinggirkan dan belum dianggap
sebagai mitra sejajar dengan laki-laki. Padahal, tuntutan dari
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |5
Millenium Development Goals(MDG’s) atau tujuan pembangunan
pada era millenium adalah menujukemitrasejajaran laki-laki dan
perempuan dengan meningkatkan keadilan dankesetaraan peran
perempuan pada setiap sektor pembangunan. Millenium
Development Goals (MDG’s) yang dimaksud meliputi:
1) penghapusan kemiskinan
2) pencapaian wajib belajar pendidikan dasar
3) peningkatan keadilan dan pemberdayaanperempuan
4) mengurangi tingkat kematian anak
5) peningkatan kesehatan ibu
6) penanganan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
7) memastikan kelestarian lingkungan
8) pengembangan kemitraan untuk pembangunan berkelanjutan
Jika dicermati tujuan yang terangkum dalam MDG’s terbagi
menjadi tiga bidang, yaitu bidang ekonomi, bidang pendidikan dan
bidang kesehatan. Pada bidang ekonomi antara lain meliputi
pengentasan kemiskinan, dan pengembangan kemitraan,
penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu target utama dari
MDG’s mempunyai sasaran yang harus dijalankan semua Negara
yang telah meratifikasinya, yaitu menurunkan proporsi penduduk
yang tingkat pendapatannya di bawah satu dollar per hari, dan
menurunkan penduduk yang menderita kelaparan.
Bidang kedua, berkaitan dengan pendidikan dan keadilan
terhadap kedudukan perempuan, dimana terangkum dalam solusi
untuk permasalahan pendidikan target yang ingin dicapai adalah
6|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
menghilangkan ketimpangan antara perempuan dan laki-laki pada
tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan semua
tingkat pada tahun 2015. Pada bidang ketiga, merupakan sisi
kesehatan meliputi penurunan angka kematian bayi, peningkatan
kesehatan ibu, dan penanganan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit
menular lainnya.
Kebudayaan menafsirkan perbedaan biologis antara
perempuan dan laki-laki menjadi seperangkat tuntutan sosial
tentang kepantasan dalam berprilaku, dan pada gilirannya hak-hak,
sumberdaya dan kuasa. Kendati tuntutan ini bervariasi di setiap
masyarakat, tapi terdapat beberapa kemiripan yang mencolok.
Misalnya hampir semua kelompok masyarakat menyerahkan
tanggungjawab perawatan anak pada perempuan, sedangkan tugas
kemiliteran diberikan pada laki-laki.
Sebagaimana halnya ras, etnik dan kelas, perempuan dan
laki-laki adalah sebuah kategori sosial yang sangat menentukan
jalan hidup seseorang dan partisipasinya dalam masyarakat dan
ekonomi. Tidak semua masyarakat mengalami diskriminasi
berdasarkan ras atau etnis, namun semua masyarakat mengalami
diskriminasi berdasarkan kondisi biologis tersebut dalam bentuk
kesenjangan dan perbedaan dalam tingkatan yang berbeda-beda.
Seringkali dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah
ketidakadilan ini. Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah
secara drastis karena kebijakan dan perubahan sosial ekonomi.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |7
Pada dasarnya, permasalahan diskriminasi gender muncul
karena adanya konstruksi sosial budaya yang meletakkan peran laki-
laki dan perempuan secara berbeda-beda yang didasarkan pada
pemahaman perbedaan biologis dan fisiologis dari laki-laki dan
perempuan. Ideologi yang berkembang di masyarakat telah
menentukan bahwa rumah tangga atau ranah domestik adalah
dunianya perempuan sedangkan ranah publik menjadi dunianya
laki-laki.
Dikotomi peran yang demikian ini yang kemudian diiringi
dengan munculnya budaya patriarkhi cenderung menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya perlakuan yang kurang menguntungkan
bagi kaum perempuan seperti perlakuan diskriminatif. Diskriminasi
perempuan yang demikian ini mengakibatkan terjadinya
ketimpangan pada beberapa aspek kehidupan di masyarakat.
Tidak semua masyarakat mengalami diskriminasi
berdasarkan ras atau etnis, namun diskriminasi yang pasti ada
adalah diskriminasi terhadap perempuan meskipun efek negatifnya
tidak terlalu besar. Diskriminasi tersebut bisa dalam bentuk
kesenjangan dan perbedaan dalam tingkatan yang berbeda-beda.
Seringkali dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah
ketidakadilan ini. Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah
secara drastis karena kebijakan dan perubahan sosial ekonomi.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the
Elimination of Discrimination Against Women), yang tertuang di
8|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
dalam UU No. 7 Tahun 1984. Tujuan dari berbagai kerangka hukum
ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005-2025. Sasaran kebijakan RPJPN 2005-2025
dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) I periode 2004-2009, RPJMN II periode
2010-2014, dan seterusnya. Selanjutnya RPJMN tersebut
diterjemahkan ke dalam kebijakan perencanaan tahunan, yaitu
Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Salah satu dari delapan arah RPJPN 20 tahun tersebut
adalah mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing untuk
mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Arahan ini
selanjutnya dijabarkan menjadi lima sasaran, yang salah satunya
adalah meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk
peran perempuan dalam pembangunan. Sedangkan masalah, arah,
strategi, dan sasaran kebijakan kesetaraan gender dalam
pembangunan di RPJPN 2005-2025 (UU No. 17/2007) pada RPJMN II
ini selanjutnya diuraikan di dalam Pembangunan Kesetaraan Gender
dan Pemberdayaan Perempuan.
Pembangunan kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan diarahkan pada peningkatan kualitas hidup dan peran
perempuan di berbagai bidang pembangunan; penurunan jumlah
tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi terhadap
perempuan; serta penguatan kelembagaan dan jaringan
pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di tingkat
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |9
nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data terpilah
berdasarkan jenis kelamin dan statistik gender.
Permasalahan besar yang dihadapi dalam pembangunan
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan yaitu masih
terdapatnya kesenjangan gender di berbagai bidang. Hal ini
tercermin pada masih rendahnya kualitas hidup dan peran
perempuan, termasuk meningkatnya kasus kekerasan terhadap
perempuan, yang disebabkan oleh: (i) terjadinya kesenjangan
gender dalam hal akses, manfaat, dan partisipasi dalam
pembangunan, serta penguasaan terhadap sumber daya, terutama
di tatanan antarprovinsi dan antarkabupaten/kota; (ii) rendahnya
peran dan partisipasi perempuan di bidang politik, jabatan-jabatan
publik, dan di bidang ekonomi; dan (iii) rendahnya kesiapan
perempuan dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim, krisis
energi, krisis ekonomi, bencana alam dan konflik sosial, serta
terjadinya penyakit.
Ketersediaan data dan informasi terpilah merupakan hal
penting bagipenyusunan kebijakan pembangunan di daerah, karena
tanpa data dan informasiyang utamanya mendeskripsikan
kedudukan perempuan pada semua sektor ataubidang secara jelas
dan benar akan menyulitkan ketercapaian sasaranpembangunan
yang tepat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan keadilan terhadap
peran perempuan diperlukan data dan fakta serta informasi tentang
kesenjanganperan perempuan yang dapat dijadikan sebagai
wawasan, dan alat analisis untuk memantau,mengevaluasi,
10|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
merencanakan, dan mengembangkan berbagai kebijakan,
program,dan kegiatan yang responsif dengan tujuan
memaksimalkan peran perempuan dalam segala aspek.
Berdasarkan data statistik yang terpilah tersebut,
disusunlah suatu analisis yang komprehensif untuk menggambarkan
sejauh mana dampak pencapaian pembangunan terhadap kaum
perempuan di Kabupaten Karimun. Analisis dilakukan dengan
menggunakan tehnik deskriptif, menggunakan data dari beberapa
sumber yang utamanya adalah hasil Susenas, 2014, Sakernas 2014,
serta kompilasi admisitrasi dari badan/dinas terkait. Analisis
dilakukan dalam tujuh bab yang meliputi: Pendahuluan;
Kependudukan; Kesehatan; keluarga Berencana; Pendidikan;
Ekonomi dan Ketenagakerjaan; serta kiprah sektor publik.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |11
2. Kependudukan
Sumberdaya manusia berupa penduduk merupakan
modal utama dalam melaksanakan pembangunan. Oleh karena itu
sumberdaya manusia sangat penting ditingkatkan kualitasnya agar
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Masalah kependudukan yang
antara lain meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk
merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam
proses pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi dan
dapat pula menjadi beban. Penduduk yang berkualitas akan menjadi
aset sekaligus modal bagi pembangunan, sebaliknya penduduk yang
berkualitas rendah akan menjadi beban dan permasalahan dalam
pembangunan. Oleh sebab itu dalam menangani permasalahan
penduduk, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya
pengendalian jumlah penduduk tapi juga menitikberatkan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Analisis terhadap karakteristik kependudukan menjadi
penting mengingat sifatnya yang selalu mengalami perubahan
sejalan dengan perjalanan waktu. Perubahan tersebut terjadi
karena perubahan komponen penduduk yaitu kelahiran, kematian
dan migrasi. Dengan tersedianya data kependudukan
memungkinkan dilakukan suatu analisis mengenai keadaan
kependudukan di suatu daerah saat ini. Dengan demikian akan
dapat diketahui bagaimana perubahan yang terjadi antar waktu.
12|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Struktur Kependudukan
Salah satu ciri kependudukan di negara berkembang adalah
jumlah penduduk yang banyak dengan tingkat pertumbuhan yang
cukup tinggi. Pada tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten
Karimun mencapai216.146 jiwa, sedangkan pada tahun 2014
jumlahnya meningkat menjadi 223.117 jiwa. Dengan demikian
selama tiga tahun terakhir telah terjadi peningkatan jumlah
penduduk sebesar 6.971 jiwa atau 2.323 jiwa per tahun.
Gambar 2.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Karimun 2011-2014
Meskipun jumlah penduduk Kabupaten Karimun terus
menunjukkan perkembangan, namun secara laju pertumbuhan
penduduk (LPP) ternyata justru menunjukkan tren yang menurun.
Jika LPP pada tahun 2011 mencapai 1,69 persen, maka pada tahun
2014 nilainya nilainya hanya sebesar 1,01 persen. Dengan demikian
216146 218475 220882 223117
1,69
1,08 1,101,01
212000
214000
216000
218000
220000
222000
224000
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2011 2012 2013 2014
Jml Pddk LPP
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |13
selama empat tahun terakhir, LPP Kabupaten Karimun telah
mengalami penurunan hampir 0,68 persen, dengan rata-rata LPP
Kabupaten Karimun hanya berkisar 1,22 persen.
Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014
Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Distribusi
Jml Pddk
Kepadatan per
Km2
Moro 447,92 8,15 41
Durai 62,98 2,84 101
Kundur 83,74 13,21 352
Kundur Utara 245,65 5,19 47
Kundur Barat 189,92 7,67 90
Ungar 55,53 2,66 107
Belat 109,34 2,93 60
Karimun 59,76 19,83 740
Buru 73,40 4,20 128
Meral 57,85 17,23 664
Tebing 76,35 10,81 316
Meral Barat 61,55 5,29 192
Kab. Karimun 1.524 100,00 146
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Kabupaten Karimun merupakan kepulauan yang terdiri dari
dari 249 buah pulau, dimana hanya sebanyak 45 pulau yang sudah
berpenghuni. Dua pulau terbesar di wilayah ini menjadi pusat
14|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
berbagai kegiatan ekonomi masyarakat dan juga pemukiman
penduduk, yaitu Pulau Karimun dan Pulau Kundur.
Luas Kabupaten Karimun secara keseluruhan mencapai
7.984 km2 dimana 1.524 km2 atau 19 persen diantaranya
merupakan daratan. Wilayah Kabupaten Karimun berada di antara
Kota Batam, Singapura, Malaysia, Kepulauan Riau dan Riau. Hal ini
menjadikan Karimun sebagai tempat yang sangat strategis terutama
untuk berbagai kegiatan perekonomian.
Gambar 2.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014
Dengan jumlah penduduk sebesar 223.117, pada tahun
2014 Kabupaten Karimun merupakan wilayah dengan jumlah
penduduk terbanyak kedua di provinsi Kepulauan Riau setelah Kota
Batam. Jika ditinjau menurut persebaran penduduk, terlihat bahwa
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |15
terdapat kesenjangan kepadatan penduduk yang tidak merata
antara wilayah. Pulau Karimun yang luasnya hanya 16,76 persen
menanggung beban lebih dari 53 persen penduduk. Hal ini secara
tidak langsung mengakibatkan kebijakan pembangunan menjadi
bias perkotaan.
Secara umum kepadatan penduduk Kabupaten Karimun
adalah sebesar 146 jiwa/km2, kecamatan Karimun sebagai pusat
pemerintahan, ekonomi, dan pendidikan memiliki kepadatan
terbesar yaitu 740 jiwa/km2. Sementara itu Kecamatan Moro yang
memiliki luas wilayah terbesar hanya ditempati oleh 41 jiwa/km2.
Gambar 2.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014
Jika ditinjau menurut jenis kelamin, pada tahun 2014 jumlah
penduduk laki-laki di Kabupaten Karimun sebanyak 113.832 jiwa
16|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
atau 51,02 persen, sedangkan penduduk perempuan sebanyak
109.285 jiwa atau 48,98 persen. Beberapa Kecamatan yang baru
terbentuk memiliki jumlah penduduk yang cukup besar diantaranya
Ungar, Belat, dan Meral Barat.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2014 Menurut Kecamatan dan jenis Kelamin
Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Moro 9.251 8.629 17.880
Durai 3.173 2.865 6.038
Kundur 14.410 14.644 29.054
Kundur Utara 5.901 5.634 11.535
Kundur Barat 8.625 8.268 16.893
Ungar 2.910 3.073 5.983
Belat 3.356 3.099 6.456
Karimun 22.638 21.986 44.624
Buru 4.693 4.354 9.047
Meral 19.924 18.716 38.640
Tebing 12.503 12.285 24.788
Meral Barat 6.448 5.732 12.181
Kab. Karimun 113.832 109.285 223.117
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
dikenal sebagai Rasio Jenis Kelamin (RJK). Indikator ini digunakan
untuk menggambarkan banyaknya jumlah penduduk laki-laki yang
ada untuk setiap 100 orang penduduk perempuan. Nilai-nilai RJK
yang ekstrim perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan
kerawanan sosial.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |17
Gambar 2.4. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014
Rasio jenis kelamin Kabupaten Karimun sebesar 104.
Sementara itu rasio jenis kelamin tertinggi Kabupaten karimun
berada di kecamatan Meral Barat dengan nilai 113, dan yang paling
rendah berada di Kecamatan Ungar dengan nilai 94. Dengan
demikian terdapat kecenderungan bahwa terdapat tingkat kelahiran
atau migrasi penduduk laki-laki yang tinggi di Kecamatan Meral
Barat dan sebaliknya terjadi di Kecamatan Ungar.
Pertumbuhan Penduduk
Terjadinya perbedaan jumlah penduduk, kepadatan, dan
disparitas rasio jenis kelamin antar wilayah tersebutdisebabkan oleh
perbedaan potensi wilayah, dan pertumbuhan penduduk alamiah.
107 109 99 105 104 94 108 103 107 106 102 1130
20
40
60
80
100
120
Kab. Karimun
18|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi oleh kelahiran,
kematian, migrasi masuk dan keluar.
Tabel 2.3. Jumlah Kelahiran, Kematian, dan Migrasi Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan dan Sebab Tahun 2014
Kecamatan Lahir Mati Datang Pindah
L P L P L P L P
Moro 209 199 13 10 337 394 459 542
Durai 114 86 1 2 86 116 130 155
Kundur 380 321 7 7 700 813 941 1116
Kundur Utara 132 138 3 1 338 392 544 632
Kundur Barat 234 187 4 4 434 503 446 574
Ungar 52 65 5 4 126 164 103 118
Belat 112 58 2 0 177 252 136 181
Karimun 1.044 982 43 22 1589 1669 2024 2132
Buru 116 93 0 0 242 283 307 352
Meral 469 455 31 16 1285 1411 1543 1631
Tebing 352 342 19 9 889 924 884 957
Meral Barat 222 206 19 8 459 472 243 255
Kab. Karimun 3.438 3.130 147 83 6662 7393 7760 8645
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Karimun
Pada Tahun 2014, tingkat kelahiran penduduk Kabupaten
Karimun mencapai 6.568 jiwa, dimana 3.438 orang diantaranya
merupakan laki-laki dan 3.130 orang diantaranya perempuan.
Dengan demikian untuk setiap 100 bayi perempuan yang dilahirkan,
terdapat 110 bayi laki-laki yang juga dilahirkan. Jumlah kelahiran
tertinggi berada di Kecamatan Karimun, sementara jumlah kelahiran
paling rendah berada di kecamatan Ungar.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |19
Jumlah kematian penduduk Kabupaten karimun pada tahun
2014 tercatat sebesar 230 orang, dimana 147 diantaranya
merupakan penduduk laki-laki dan 83 penduduk perempuan.
Dengan demikian rasio kematian penduduk Kabupaten Karimun
adalah 1,77 laki-laki untuk setiap 1 perempuan. Sementara itu,
perbandingan antar jumlah kelahiran dan kematian adalah sebesar
28 penduduk baru untuk setiap penduduk yang meninggal.
Jumlah migrasi masuk di kabupaten Karimun tahun 2014
sebesar 14.055 jiwa. Dari jumlah tersebut 6.662 orang merupakan
penduduk laki-laki dan 7.393 merupakan penduduk perempuan.
Dengan demikian rasio migrasi masuk antara penduduk perempuan
terhadap laki-laki adalah sebesar 1,11. Hal ini menarik mengingat
karakter lapangan kerja yang tercipta di kabupaten Karimun saat ini
diominasi oleh sektor industri. Maka menjadi pertanyaan apakah
penduduk perempuan yang datang ini dapat terserap pada
lapangan kerja yang ada, atau hanya menjadikan Kabupaten
Karimun sebagai tempat transit sementara.
Dugaan Kabupaten Karimun sebagai tempat transit
terkonfirmasi oleh jumlah migrasi keluar wilayah yang lebih besar
dibandingkan dengan migrasi masuk. Pada tahun 2014 jumlah
migrasi masuk mencapai 16.405 jiwa. Dari jumlah tersebut 7.760
orang diantaranya merupakan laki-laki, dan 8.645 perempuan.
Dengan demikian secara keseluruhan Kabupaten Karimun
mengalami out migration sebesar 2.350 jiwa.
20|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Wilayah dengan migrasi masuk terbesar berada di
kecamatan Karimun dan Meral dengan proporsi masing-masing
sebesar 23 dan 19 persen. Wilayah dengan migrasi masuk paling
sedikit berada diKecamatan Durai. Hal yang sama terjadi pada
migrasi keluar, dimana wilayah dengan jumlah migran terbesar
berada di Kecamatan Karimun dan Meral. Namun demikian, jumlah
migrasi keluar paling rendah berada di Kecamatan Ungar.
Gambar 2.5. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014 (%)
Berdasarkan Tabel 2.3. diketahui bahwa pertumbuhan
Penduduk Kabupaten Karimun sebagian besar dipengaruhi oleh
angka kelahiran yang cukup tinggi. Pada tahun 2014, laju
pertumbuhan penduduk tertinggi Kabupaten Karimun berada di
kecamatan Meral Barat sebesar 4,21 persen. Sementara itu laju
0,34
1
0,23-0,91
1,04
1,81
2,47
1,37
0,43 0,61
1,52
4,21
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Kab. Karimun
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |21
pertumbuhan paling rendah berada di Kecamatan Kundur Utara
sebesar -0,91 persen. Artinya setiap tahun jumlah penduduk
Kecamatan Kundur Utara justru semakin berkurang. Hal ini tentu
perlu menjadi perhatian bagi pengambilan kebijakan, khususnya
dalam kerangka pengembangan wilayah kedepannya.
Tabel 2.4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2014 (%)
Kecamatan Laki-laki Perempuan
Moro 0,36 0,32
Durai 0,97 1,02
Kundur 0,42 0,05
Kundur Utara (0,59) (1,24)
Kundur Barat 1,16 0,92
Ungar 1,13 2,45
Belat 2,09 2,88
Karimun 1,17 1,59
Buru 0,49 0,36
Meral 0,42 0,81
Tebing 1,29 1,75
Meral Barat 3,18 5,39
Kab. Karimun 0,89 1,14
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Jika ditelusuri lebih jauh, pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Karimun didominasi oleh penduduk perempuan. Hal ini
diketahui dari angka pertumbuhan penduduk perempuan yang
mencapai 1,14 persen, dibandingkan dengan penduduk laki-laki
yang hanya sebesar 0,89 persen. Situasi ini tentu membawa
22|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
implikasi bahwa meskipun saat ini jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan, namun pada masa yang akan
datang hal tersebut akan berbalik. Kondisi demikian perlu
mendapatkan perhatian, terutama dalam hal peningkatan kualitas
pendidikan dan kesehatan bagi perempuan.
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin tahun 2014
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
0-4 10.990 10.456 21.446
5-9 12.461 11.876 24.337
10-15 12.499 11.865 24.364
15-19 9.187 8.203 17.390
20-24 6.795 6.249 13.044
25-29 8.370 9.175 17.545
30-34 9.881 10.287 20.168
35-39 9.838 9.486 19.324
40-44 8.469 8.150 16.619
45-49 7.636 6.627 14.263
50-54 5.928 5.416 11.344
55-59 4.455 4.044 8.499
60-64 2.897 2.902 5.799
65-69 2.017 2.055 4.072
70-75 1.352 1.299 2.651
75+ 1.057 1.195 2.252
Jumlah 113.832 109.285 223.117
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Selain mengetahui laju pertumbuhan, informasi mengenai
struktur umur penduduk juga sangat penting dalam perencanaan
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |23
kebijakan pembangunan. Berdasarkan data jumlah penduduk
menurut kelompok umur pada tabel 2.5. dapat disusun suatu
piramida penduduk. Pada tahun 2014 diketahui bahwa piramida
penduduk Kabupaten Karimun menonjol di dua titik, yaitu pada
penduduk kelompok umur 5-14 tahun dan 25-39 tahun. Kondisi
tersebut memberikan informasi terkait dua hal.
Gambar 2.6. Piramida Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2014
Pertama, Angka kelahiran yang cukup tinggi selama satu
dekade terakhir menyebabkan jumlah penduduk berada pada
kelompok umur 5-14 tahun menjadi cukup besar. Kondisi ini perlu
diantisipasi oleh pemerintah melalui penyediaan sarana prasarana
pendidikan yang memadai. Kedua, telah terjadi migrasi keluar dalam
skala yang cukup besar pada penduduk kelompok umur 15-24
tahun. Dalam hal ini, migrasi yang dilakukan dalam rangka
15.000 10.000 5.000 0 5.000 10.000 15.000
0-45-9
10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-75
75+
Perempuan Laki-laki
24|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
bersekolah/kuliah, sehingga sangat mungkin bahwa mereka ini akan
kembali pada beberapa waktu mendatang.
Tabel 2.6. Distribusi Penduduk Usia Produktif Kabupaten Menurut Jenis Kelamin Karimun Tahun 2014 (%)
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
0-14 31,58 31,29 31,44
15-64 64,53 64,55 64,54
65+ 3,89 4,16 4,02
Jumlah 100 100 100
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Struktur umur penduduk Kabupaten Karimun membawa
konsekuensi bagi tingkat produktivitas penduduk. Jika ditelaah lebih
lanjut berdasarkan Tabel 2.5. penduduk dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu penduduk muda (0-14 tahun), penduduk
usia produktif (15-64 tahun) dan penduduk tua (diatas 65 tahun).
Kondisi di Kabupaten Karimun menunjukkan bahwa jumlah
penduduk usia produktif mencapai 64,54 persen. Artinya Angka
ketergantungan (Dependency Ratio) mencapai 64,94 persen.
Semakin besar nilai Dependency Ratio maka dapat dikatakan
bahwa jumlah penduduk tidak produktif yang menjadi tanggungan
penduduk usia produktif semakin tinggi, sehingga tinggat
kesejahteraan menjadi berkurang. Sebaliknya, jika nilai Dependency
Ratio semakin rendah, maka semakin banya penduduk usia
produktif yang dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi dan
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |25
menghasilkan pendapatan. Konsep inilah yang melatarbelakangi
adanya Bonus Demografi.
Gambar 2.7. Rasio Ketergantungan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 (%)
Selanjutnya, pembahasan terkait dengan berbagai
pencapaian pembangunan yang berbasis gender dilaksanakan
menurut wilayah tempat tinggal. Untuk menetukan apakah suatu
wilayah tertentu termasuk daerah perkotaan atau pedesaan
digunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor
atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel:
kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan
akses ke fasilitas umum. Semakin baik skor yang didapatkan, maka
wilayah tersebut digolongkan sebagai perkotaan dan sebaliknya.
Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Karimun
yang tinggal di wilayah perkotaan sebanyak 136.924 jiwa atau 60,83
48,94 48,48 48,71
6,03 6,45 6,23
44,00
46,00
48,00
50,00
52,00
54,00
56,00
L P L+P
Young Dependency ratio Old Dependency Ratio
26|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
persen. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki yang tinggal di
daerah perkotaan sebesar 60,64 persen, sedangkan penduduk
perempuan mencapai 61,02 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
dari segi kepadatan penduduk dan keberadaan fasilitas umum,
Kabupaten Karimun termasuk kedalam wilayah yang cukup maju.
Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Klasifikasi Wilayah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Wilayah Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Perkotaan 69.554 67.370 136.924
Perdesaan 44.278 41.915 86.193
Total 113.832 109.285 223.117
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Rumah Tangga
Jumlah rumah tangga di kabupaten karimun pada tahun
2014 mencapai 54.233 jiwa. Dari jumlah terbesar berada di
Kecamatan Karimun sebanyak 11.048 rumah tangga atau 20,37
persen. Sementara itu jumlah rumah tangga terkecil berada di
Kecamatan Durai sebanyak 1.502 atau 2,77 persen.Rata-rata setiap
rumah tangga di Kabupaten Karimun terdiri atas 4-5 orang. Wilayah
dengan yang memiliki rata-rata jumlah anggota rumah tangga
tertinggi berada di Kecamatan Meral Barat , sementara rata-rata
jumlah anggota rumah tangga paling sedikit berada di Kecamatan
Kundur.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |27
Tabel 2.8 Jumlah Rumah Tangga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga di kabupaten Karimun Menurut Kecamatan Tahun 2014
Kecamatan Jml Rumah Tangga Rata-rata Jml ART
Moro 4.456 4,08
Durai 1.502 4,22
Kundur 7.629 3,86
Kundur Utara 2.848 4,07
Kundur Barat 4.176 4,10
Ungar 1.415 4,19
Belat 1.581 4,13
Karimun 11.048 4,00
Buru 2.342 4,00
Meral 8.760 4,39
Tebing 5.874 4,11
Meral Barat 2.602 4,53
Kab. Karimun 54.233 4,11
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Banyaknya anggota rumah tangga akan berpengaruh pada
biaya hidup yang harus ditanggung oleh rumah tangga. Secara
umum, biaya hidup akan lebih kecil pada rumah tangga dengan
jumlah anggota rumah tangga yang sedikit bila dibandingkan
dengan rumah tangga yang beranggotakan lebih banyak.Struktur
sosial yang menempatkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga
masih mengakar kuat pada sebagian besar masyarakat Indonesia.
Hal ini terlihatdari tingginya persentase rumah tangga yang
dikepalai oleh laki-laki yaitu 87,93 persen.
28|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Hasil Susenas 2014 menunjukkan bahwa jumlah rumah
tangga yang dikepalai oleh perempuan hanya sebesar 12,07 persen.
Persentase kepala rumah tangga perempuan di perkotaan
dibandingkan perdesaan relatif sama, yaitu sebesar 12,41 persen
berbanding 11,55 persen. Sebagian besar rumah tangga dengan
kepala rumah tangga laki-laki, memiliki anggota rumah tangga yang
masih lengkap sehingga perempuan sebagai istri dalam rumah
tangga berperan sebagai ibu rumah tangga.
Tabel 2.9. Jumlah Kepala Rumah Tangga Menurut Wilayah Tempat Tinggal dan jenis Kelamin Tahun 2014
Wilayah Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Perkotaan 28.919 4.097 33.016
Perdesaan 18.766 2.451 21.217
Total 47.685 6.548 54.233
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Kondisi ini terlihat dari rata-rata jumlah anggota rumah
tangga dengan kepala rumah tangga perempuan adalah 3,18 atau
tiga orang, sedangkan kepala rumah tangga laki-laki adalah 4,28
atau 4 orang. Mayoritas kepala rumah tangga perempuan adalah
janda yang ditinggal suaminya karena cerai hidup atau cerai mati.
Bagi yang cerai hidup, mantan suami mereka berada di rumah
tangga lain sehingga anggota berkurang satu dan jumlah anggota
rumah tangganya tentu lebih kecil.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |29
3. Kesehatan
Kualitas hidup manusia akan dapat dinikmati jika berada
dalam keadaan yang sehat. Keberhasilan pembangunan bidang
kesehatan secara umum dapat diukur berdasarkan beberapa
indikator status kesehatan, seperti angka kesakitan. Angka kesakitan
(morbidity rate) yaitu penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan dapat dilihat
melalui perilaku apakah berobat, keluhan sakit, dan kalau berobat,
dimana tempat berobatnya.
Keluhan Kesehatan
Kesehatan perempuan perlu mendapat perhatian khusus
karena perempuan mempunyai peran penting dalam melahirkan
generasi penerus yang berkualitas. Perempuan berperan mendidik
anak dalam suatu rumah tangga. Namun, masih banyak perempuan
yang kurang mendapat perhatian terutama di bidang kesehatan.
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Yang Mengalami keluhan Kesehatan Menurut Wilayah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Tempat Tinggal Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Perkotaan 11.336 11.167 22.503
Perdesaan 5.466 6.540 12.007
Total 16.802 17.708 34.510
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
30|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Karimun
yang mengalami keluhan kesehatan mencapai 34.510 orang atau
15,47 persen. Dari jumlah tersebut, penduduk perempuan lebih
banyak mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan
penduduk laki-laki. Selain itu penduduk yang tinggal di daerah
perkotaan juga lebih banyak yang mengalami keluhan kesehatan
dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perdesaan. Namun jika
di wilayah perkotaan penduduk laki-laki lebih rentan mengalami
keluhan kesehatan, maka di wilayah perdesaan justru terjadi
sebaliknya. Penduduk perempuan lebih banyak mengalami keluhan
kesehatan dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan Yang Menyebabkan Gangguan Kegiatan Sehari-Hari Menurut Wilayah Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Total
Laki-laki 1.593 647 2.240
Perempuan 279 96 375
Jumlah 1.872 743 2.615
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Dari seluruh penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
tersebut, hanya terdapat sebagian kecil saja keluhan yang
menyebabkan terganggunya kegiatan sehari hari. Misalnya keluhan
yang menyebabkan perlu istirahat sehingga tidak dapat bekerja
maupun sekolah. Pada tahun 2014, jumlah keluhan kesehatan yang
menyebabkan terganggunya kegiatan terjadi pada 2.165 penduduk.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |31
Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki lebih rentan terganggu
kegiatannya, sementara itu penduduk yang tinggal di perkotaan
juga lebih banyak yang terganggu kegiatannya. Secara khusus
terlihat bahwa penduduk laki-laki yang tinggal di perkotaan
merupakan entitas terbanyak yang mengalami gangguan kegiatan
akibat keluhan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit
yang dialami sangat serius dan bersifat degeneratif seperti jantung,
stroke, dan lain sebagainya.
Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Yang Mengalami Gangguan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis Keluhan Kesehatan
Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Panas 9.152 6.655 15.797
Batuk 8.355 8.153 16.511
Pilek 6.841 7.475 14.324
Asma/Sesak Nafas 467 1.410 1.874
Diare 911 568 1.495
Sakit Kepala Berulang 1.434 4.033 5.466
Sakit Gigi 569 732 1.294
Lainnya 4.963 6.317 11.290
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Jika ditinjau menurut jenis penyakit yang diderita, penduduk
laki-laki cenderung mengalami gangguan kesehatan seperti panas,
batuk, dan diare. Sementara penduduk perempuan cenderung
mengalami penyakit pilek, asma, sakit kepala berulang, sakit gigi,
32|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
dan penyakit lainnya. Jenis penyakit yang paling sering menjadi
keluhan penduduk Kabupaten Karimun adalah batuk, diikuti dengan
panas, dan pilek. Sementara itu jenis penyakit yang jarang dialami
adalah sakit gigi, diare, serta asma/sesak napas.
Gambar 3.1. Perbandingan Peta Sebaran Jenis Penyakit Yang Dikeluhkan Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 (%)
Dari seluruh jenis penyakit yang tertera pada Tabel 3.3.,
rata-rata lamanya hari terjadinya gangguan kesehatan bagi seluruh
penduduk adalah 7,35 hari. Rata-rata hari terjadinya gangguan
kesehatan bagi penduduk perempuan relatif lebih lama
dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Sementara itu, rata-rata
hari terjadinya gangguan kesehatan bagi penduduk yang tinggal di
perdesaan relatif lebih lama dibandingkan dengan mereka yang
tinggal di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan dan
perhatian khusus terhadap peningkatan kualitas kesehatan bagi
0
2
4
6
8Panas
Batuk
Pilek
Asma/Sesak Nafas
Diare
Sakit Kepala …
Sakit Gigi
Lainnya
Laki-laki
Perempuan
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |33
penduduk perempuan dan mereka yang tinggal di perdesaan.
Misalnya melalui peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan
infrastruktur hingga ke desa-desa.
Tabel 3.4. Rata-Rata Jumlah Hari Lamanya Terjadi Gangguan Kesehatan Di Kabupaten Karimun Menurut Wilayah Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis Kelamin Perkotaan Perdesaan Total
Laki-laki 5,42 11,12 7,11
Perempuan 10,36 2,46 8,28
Jumlah 6,46 9,52 7,35
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Akses Untuk melakukan pengobatan
Tingkat keparahan suatu penyakit dapat dilihat menurut
cara pengobatan yang dilakukan. Pada tahun 2014, jumlah
penduduk yang mengobati sendiri penyakitnya dalam satu bulan
terakhir mencapai 20.912 orang atau 60,6 persen. Dari jumlah
tersebut, penduduk perempuan cenderung untuk mengobati sendiri
penyakitnya dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Hal ini terlihat
dari jumlah penduduk perempuan yang mengobati sendir
penyakitnya mencapai 11.100 orang dibandingkan dengan
penduduk laki-laki yang hanya 9.812 orang.
Situasi yang sama terlihat dari banyaknya penduduk yang
pernah berobat jalan dalam enam bulan terkahir, dan penduduk
yang pernah rawat inap dalam satu tahun terakhir. Jumlah
penduduk yang mendapatkan pelayan kesehatan tersebut sama-
sama didominasi oleh penduduk perempuan. Hal ini menunjukkan
34|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
besarnya kesadaran penduduk perempuan mengenai kualitas
kesehatan. Maka tidak heran bahwa penduduk perempuan memiliki
rata-rata angka harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki.
Tabel 3.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Pengobatan yang Dilakukan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis Pengobatan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Pernah Mengobati Sendiri
Dlm 1 Bulan
9.812 11.100 20.912
Pernah Berobat Jalan Dlm 6
Bln Terakhir
9.546 11.354 20.901
Pernah Rawat Inap Dlm 1 Th
Terakhir
982 2.328 3.310
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Jika ditinjau menurut tempat berobat jalan yang dipilih oleh
sebagian besar penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, baik
laki-laki maupun perempuan sama-sama memilih dokter dan
poliklinik untuk memeriksakan kesehatannya. Pada tempat
berikutnya, penduduk memilih puskesmas sebagai tempat berobat
jalan yang lebih diminati. Yang menarik, frekuensi penduduk
perempuan yang memilih berobat jalan di RS pemerintah lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. Selama ini terdapat stereotipe bahwa
perobatan di RS ditujukan pada penyakit yang bersifat ganas/kronis.
Maka perlu diteliti lebih lanjut apakah perempuan memiliki jenis
penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan laki-laki.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |35
Gambar 3.2. Peta Distribusi Sarana Kesehatan Yang Dipilih Masyarakat Kabupaten Karimun Untuk Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 (%)
Ancaman HIV/AIDS
Salah satu ancaman bidang kesehatan bagi penduduk
perempuan adalah penyebaran virus HIV/AIDS. Posisi Kabupaten
Karimun sebagai daerah perbatasan sangat rentan dengan pola
hubungan seksual yang tidak sehat. Masih maraknya praktek
prostistusi pada akhirnya membawa dampak penyebaran hingga ke
tingkat ibu rumah tangga dan anak.Pada tahun 2014 penemuan
kasus infeksi menular seksual mencapai 1.343 kasus. Angka ini
mengalami kenaikan sebesar 67,46 persen dibandingkan dengan
tahun 2010.
0
10
20
30
40
50
RS pemerintah
RS swasta
Praktek doketr/Polikli
nik
Puskesmas/Pustu
Praktek Nakes
praktek Batra
Laki-laki
Perempuan
36|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tabel 3.6. Perkembangan Jumlah Kasus Infeksi Menular Seksual di Kabupaten Karimun Tahun 2010-2014
Tahun Kasus Baru Infeksi Menular
Seksual (IMS) HIV AIDS HIV/AIDS
2014 80 28 108 1.343
2013 84 36 120 1.545
2012 60 77 137 858
2011 72 49 121 1.084
2010 65 76 141 802
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun
Meningkatnya penemuan kasus infeksi menular seksual
patut diwaspadai karena dapat membuka jalan pada meningkatnya
jumlah kasus HIV/AIDS. Pada tahun 2014 jumlah kasus baru
HIV/AIDS mencapai 108 kasus. Angka ini memang menunjukkan
tren yang menurun dibandingkan dengan tahun 2010. Penurunan
penemuan kasus baru HIV/AIDS bisa jadi merupakan bagian dari
puncak gunung es. Namun demikian hal ini tidak dapat dilepaskan
dari kerja keras pemerintah untuk mengatasi penyebarluasan
penyakit mematikan tersebut.
Pada tahun 2010, jumlah kematian akibat HIV/AIDS
mencapai 11 kasus dengan prevalensi penderita meninggal sebesar
7,80 persen. Angka ini terus mengalami penurunan selama lima
tahun terakhir. Pada tahun 2014 jumlah kematian menurun menjadi
delapan kasus dengan prevalensi penderita untuk meninggal
sebesar 7,41 persen. Pemeriksaan yang terlambat kan kurangnya
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |37
ketersediaan obat-obatan merupakan beberapa faktor yang
menghambat turunnya angka kematian akibat HIV/AIDS.
Gambar 3.3. Perkembangan Jumlah Kematian Akibat HIV/AIDS dan Prevalensi Penderita HIV/IDS Meninggal (%) di Kabupaten Karimun Tahun 2014
0
2
4
6
8
10
12
2010 2011 2012 2013 2014
1112
87
87,80
9,92
5,84 5,83
7,41
Meninggal
Pervalensi meninggal (%)
38|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |39
4. Keluarga Berencana
Masalah kesehatan perempuan terutama yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi tidak bisa dilepaskan dari isu gender.
Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki
dan perempuan. Selama ini kesehatan reproduksi selalu di
asumsikan sebagai “urusan perempuan”. Hal ini tidak terlepas dari
pemahaman sebagian besar anggota masyarakat mengenai istilah-
istilah: akseptor; Keluarga Berencana; aborsi; pemeriksaan
kehamilan; kemandulan; dan kematian ibu yang selalu dikaitkan
dengan perempuan, sebagai target sasaran maupun pelaku dalam
permasalah tersebut.
Perkawinan Dan Hak Reproduksi
Sebagaimana perempuan, laki-laki juga memiliki persoalan
kesehatan reproduksi dalam siklus hidupnya. Kesehatan reproduksi
tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun
demikian, keterlibatan, motivasi serta partisipasi laki-laki dalam
kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Rendahnya keterlibatan
laki-laki antara lain disebabkan oleh kurangnya informasi
berdasarkan perspektif laki-laki yang dapat digunakan untuk
membantu merancang program-program yang sesuai,
ketidaknyamanan laki-laki karena selama ini mereka tidak termasuk
ke dalam pelayanan, keterbatasan metode kontrasepsi yang ada
40|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
untuk laki-laki, sikap negatif dari para pembuat kebijakan dan
penyedia pelayanan terhadap laki-laki, serta sumber daya yang
terbatas, seperti kurangnya staf laki-laki terlatih, klinik untuk laki-
laki, jam-jam yang sesuai atau pelayanan yang berbeda untuk laki-
laki.
Dalam perkembangannya kemudian, perempuan lebih
banyak menerima tekanan, hanya karena secara kodrati perempuan
dianggap lemah dan tak berdaya. Persepsi tersebut pada akhirnya
menyulitkan perempuan untuk mendapatkan akses pada berbagai
segi kehidupan, utamanya bidang kesehatan yang menentukan
kehidupan dan kematian perempuan. Saat ini persoalan kesehatan
reproduksi perempuan seringkali dianggap sebagai isu sekunder.
Dalam situasi apaupun, perempuan harus paham terhadap
hak-hak reproduksinya antara lain hak untuk memutuskan dan
bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu
untuk mempunyai anak serta hak atas informasi yang berkaitan
dengan hal tersebut, hak untuk mendapatkan kehidupan seksual
dan kesehatan reproduksi yang terbaik, hak untuk
mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal tersebut dapat
terwujud dan hak untuk membuat keputusan yang berkenaan
dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, pemaksaan
dan kekerasan.
Dari hasil Susenas 2014 diketahui bahwa jumlah penduduk
berusia 10 tahun keatas sebanyak 177.334 jiwa dimana 90.381
orang merupakan penduduk laki-laki dan 86.953 orang merupakan
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |41
penduduk perempuan. Dari jumlah tersebut 38,74 persen
diantaranya berstatus belum kawin, 55,80 persen berstatus kawin,
1,25 persen berstatus cerai hidup, dan 4,21 persen berstatus cerai
mati. Jumlah penduduk Laki-laki belum kawin berjumlah lebih
banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Sementara itu,
jumlah penduduk perempuan berstatus cerai hidup dan cerai mati
lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Status Perkawinan, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Status
Kelompok Umur
10-19 20-29 30-39 >39 10 Th keatas
L P L P L P L P L P
Belum
kawin
21.686 19.819 11.151 7.697 5.218 1.426 1.143 846 39.045 29.660
Kawin - 249 4.014 7.234 14.251 17.568 30.961 24.463 49.366 49.589
Cerai
hidup
- - - 495 126 530 338 713 470 1.739
Cerai
mati
- - - - 124 251 1.369 5.666 1.509 5.965
Jumlah 21.686 20.068 15.165 15.424 19.719 19.773 33.811 31.688 90.381 86.953
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Tingkat perkawinan dan perceraian di Kabupaten Karimun
dapat dikatakan termasuk cukup tinggi. Pada tahun 2014 jumlah
pernikahan yang tercatat di Kabupaten Karimun mencapai 1.753
kejadian. Jumlah pernikahan terbanyak berada di Kecamatan
Karimun dengan 322 kejadian, disusul Kecamatan meral, Tebing,
dan kundur. Namun disamping tingginya pernikahan, kasus
42|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
pemberian talak serta putusan perceraian yang terjadi juga cukup
mengkhawatirkan. Pada tahun tersebut tercatat jumlah talak yang
dijatuhkan mencapai 78 kejadian, sementara kasus perceraian
mencapai 270 kasus. Dalam hal ini, Kecamatan Meral mencatat
jumlah kasus tertinggi pada dua kejadian tersebut. Hal ini
mengindikasikan kurangnya kematangan dan kemampuan sebagian
penduduk dalam mengelola rumah tangganya.
Tabel 4.2. Banyaknya Nikah, Talak, dan Cerai Menurut Kecamatan di Kabupaten Karimun Tahun 2014
Kecamatan Nikah Talak Cerai
Moro 134 1 20
Durai 41 0 4
Kundur 223 3 29
Kundur Utara 89 4 13
Kundur Barat 133 3 20
Ungar 58 2 7
Belat 64 1 5
Karimun 322 16 59
Buru 99 1 9
Meral 276 23 59
Tebing 230 19 36
Meral Barat 84 5 9
Kab. Karimun 1.753 78 270
Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun
Selain permasalahan cerai dan talaq yang terjadi karena
kurangnya kematangan mengelola rumah tangga, perkara seperti
poligami, dan dispensasi nikah turut berpengaruh kepada keutuhan
rumah tangga dalam jangka panjang. Sering terjadi dispensasi nikah
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |43
yang dimohonkan karena pihak yang akan menikah belum cukup
umur, maupun akibat keterpaksaan menikah. Arus globalisasi telah
turut mengubah budaya, dimana masyarakat cenderung permisif
terhadap pergaulan bebas. Hal ini tanpa disadari akan merusak
tatanan keluarga dan rumah tangga di masa yang akan datang.
Tabel 4.3. Jumlah Perkara Yang Diterima dan Diputuskan oleh Pengadilan Agama Tanjungbalai Karimun Tahun 2014
Jenis Perkara Perkara diterima Perkara diputuskan
Poligami 1 1
Dispensasi Nikah 28 25
Pengesahan Nikah 4 4
Persetujuan Talaq 130 119
Gugatan Cerai 360 305
Pengangkatan Anak 5 5
Sumber: Pengadilan Agama Kabupaten Karimun
Penduduk yang berstatus kawin, sewajarnya membentuk
suatu rumah tangga tersendiri, dengan diikuti oleh anak-anaknya,
maupun orang tua yang berstatus cerai hidup/cerai mati. Namun
ada kalanya suami sebagai kepala rumah tangga harus tinggal di
wilayah lain yang tidak memungkinkan untuk pulang setiap hari atau
beberapa saat sehingga menurut konsep kependudukan harus
dikeluarkan dari rumah tangga tersebut. Hal ini kemudian
menyebabkan status kepala rumah tangga kemudian beralih kepada
perempuan.
44|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Pada tahun 2014 jumlah kepala rumah tangga perempuan di
kabupaten Karimun sebanyak 6.548 orang. Jumlah perempuan
berstatus kawin yang menjadi kepala rumah tangga mencapai 1.462
orang atau 22,33 persen. Jumlah itu merupakan yang kedua
terbesar dibawah perempuan berstatus cerai mati yang mencapai
4.058 orang atau 64,97 persen. Sementara perempuan kepala
rumah tangga berstatus belum kawin dan cerai hidup jumlahnya
masing-masing hanya 5,41 dan 10,28 persen. Oleh karena itu
menarik untuk diketahui apakah perempuan mampu menjalankan
rumah tangga sebaik laki-laki, mengingat secara konsepkepala
rumah tangga bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan
seluruh anggotanya.
Tabel 4.4. Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan Di Kabupaten Karimun Menurut Status Perkawinan Dan Wilayah Tempat Tinggal Tahun 2014
Status kawin Perkotaan Perdesaan Total
Belum Kawin 171 188 354
Kawin 698 787 1.462
Cerai hidup 539 122 673
Cerai mati 2.689 1.353 4.058
Jumlah 4.097 2.451 6.548
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |45
Perempuan yang berada pada rentang usia 15-49 tahun
dikategorikan sebagai wanita yang produktif secara seksual. Pada
tahun 2014, jumlah wanita yang berada pada rentang usia 15-49
tahun sebesar 58.177 orang. Dari jumlah tersebut, 38.147 orang
atau 65,57 persen diantaranya berstatus kawin/aktif secara seksual
dalam hal ini sering disebut sebagai Pasangan Usia Subur (PUS).
Sementara itu 20.030 orang atau 34,43 persen sisanya berstatus
tidak kawin/tidak aktif secara seksual dan dikenal sebagai kelompok
Wanita Usia Subur (WUS).
Tabel 4.5. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dan Perempuan Usia Subur (WUS) di kabupaten Karimun Menurut Tempat Tinggal Tahun 2014
Kategori Perkotaan Perdesaan Kota+Desa
PUS 24.116 14.031 38.147 WUS 11.747 8.283 20.030
Jumlah 35.863 22.314 58.177
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Jumlah PUS merupakan ukuran produktifitas yang penting
untuk diketahui mengingat kaitannya dengan tingkat kelahiran.
Jumlah perempuan usia produktif di perkotaan mencapai 35.863
orang, atau 61,64 persen dari keseluruhan. Jika dibandingkan
jumlah PUS di daerah perkotaan ternyata mencapai 64,24 persen,
lebih tinggi dibandingkan perdesaan yang hanya sebesar 62,88
persen.
46|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Gambar 4.1. Perbandingan Jumlah PUS dan WUS di Kabupaten Karimun Tahun 2014
Tingginya laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Karimun
yang sebagin besar disumbangkan oleh kelahiran, salah satunya
merupakan dampak dari waktu perkawinan di usia muda. Semakin
muda seorang perempuan melakukan perkawinan, maka semakin
panjang masa produktifnya, sehingga semakin banyak anak yang
mungkin dilahirkan. Namun demikian, terdapat resiko dari
perkawinan di usia muda, diantaranya adalah kurangnya kesiapan
secara fisik dan mental sebagai seorang ibu. Hal ini seringkali
mengakibatkan bahwa keluarga yang dibina dan anak yang
dibesarkan tidak dapat berkembang secara optimal.
67,24 62,88 65,57
32,76 37,12 34,43
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Perkotaan Perdesaan Kota+Desa
WUS
PUS
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |47
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Perempuan Kabupaten Karimun Menurut Kelompok Umur Kawin PertamaTahun 2014
Kelompok umur
Perkotaan Perdesaan Total
<18 6.465 8.961 15.243
18-24 34.467 20.327 54.833
25-34 12.489 3.592 16.234
>35 182 470 643
Jumlah 53.603 33.350 86.953
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Pada tahun 2014, jumlah perempuan yang pertama kali
kawin dibawah usia 18 tahun mencapai 15.243 orang atau 17,53
persen. Jumlah perempuan yang kawin pertama kali pada umur 18-
24 tahun sebanyak 54.833 orang atau 63,06 persen. Sementara
jumlah perempuan yang pertama kali kawin pada umur 24-34 tahun
mencapai 18,67 persen. Dari jumlah tersebut perempuan di
perdesaan yang umur kawin pertamanya dibawah 18 tahun
mencapai 26,87 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan
perempuan perkotaan yang jumlahnya hanya 12,06 persen.
Sebaliknya, penduduk di perkotaan yang melakukan perkawinan
pertama di usia 25-34 tahun mencapai 23,30 persen, jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan perdesaan yang hanya sebesar 10,77
persen.
48|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tabel 4.7. Rata-rata Jumlah Tahun Dalam Ikatan Perkawinan, dan Jumlah Anak Kandung Lahir Hidup Pada Penduduk Perempuan Pernah Kawin di Kabupaten Karimun Tahun 2014
Nilai Rata-rata Perkotaan Perdesaan Total
Jumlah tahun dlm ikatan
perkawinan
18,91 22,08 20,08
A.k lahir hidup (laki-laki) 1,53 1,75 1,61
A.k lahir hidup (perempuan) 1,41 1,83 1,57
A.k lahir hidup (laki-
laki+perempuan)
2,94 3,59 3,18
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Dampak dari usia kawin pertama yang muda di perdesaan
menyebabkan lamanya terikat dalam perkawinan menjadi lebih
panjang dibandingkan perempuan di perkotaan. Sebagai
konsekuensinya, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan juga menjadi
lebih banyak dibandingkan dengan perempuan di perkotaan.
Pada tahun 2014 secara keseluruhan rata-rata jumlah anak
yang dilahirkan hidup mencapai 3,18 atau 3-4 orang anak. Rata-rata
anak laki-laki yang dilahirkan hidup lebih banyak daripada anak
perempuan dengan perbandingan 1,61:1,57. Di daerah perkotaan
rasio jumlah anak laki-laki dan perempuan yang dilahirkan sejalan
Rasio secara keseluruhan. Namun di daerah perdesaan, rasio
tersebut justru berkebalikan dimana rata-rata anak laki-laki dan
perempuan yang dilahirkan adalah 1,75:1,83.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |49
Keluarga Berencana
Tingkat kelahiran yang tinggi dapat dikendalikan dan
diantisipasi melalui program keluarga berencana. Program KB
berfungsi untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan
mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi di Indonesia.
Indikator yang digunakan meliputi persentase perempuan usia
subur yang sedang menggunakan alat/cara KB, persentase
perempuan usia subur yang pernah menggunakan alat/cara KB,
jenis-jenis alat KB yang digunakan. Sementara itu usia perkawinan
pertama dapat mempengaruhi seseorang dalam status pemakaian
alat/cara KB.
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Perempuan Pernah Kawin Menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kabupaten Karimun Tahun 2014 (%)
Kelompok Umur
Sedang menggunakan
Tidak menggunakan lagi
Tidak pernah menggunakan
Jumlah
15-25 4.880 3.681 5.891 14.452
25-29 5.000 2.174 2.001 9.175
30-39 10.259 4.894 4.620 19.773
40-49 3.348 5.754 5.675 14.777
Jumlah 23.487 16.503 18.187 58.177
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Salah satu instrumen utama yang digunakan untuk tujuan
tersebut adalah alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi di
Kabupaten Karimun masih perlu mendapatkan perhatian khusus.
50|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Hal ini terlihat dari jumlah perempuan yang menggunakan alat
kontrasepsi hanya sebanyak 23.487 orang atau 40,37 persen.
Karena pada saat yang sama, jumlah perempuan yang tidak pernah
menggunakan sama sekali justru mencapai 18.187 orang atau 31,26
persen. Selain itu, jumlah perempuan yang tidak lagi menggunakan
alat kontrasepsi juga cukup banyak yaitu 16.503 orang atau 28,37
persen.
Jumlah pengguna alat kontrasepsi terbanyak berada pada
kelompok umur 25-29 dan 30-39 tahun masing-masing sebesar 54,5
dan 51,88 persen. Hal ini dapat dimaklumi mengingat pada rentang
umur tersebut pasangan biasanya sudah memiliki anak atau
menunda kehamilan dengan alasan pekerjaan maupun kondisi
ekonomi keluarga. Proporsi terbesar perempuan yang tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi terdapat pada kelompok umur 15-24
dan 40-49 tahun. Pada usia 15-24 biasanya pasangan ingin cepat
memiliki keturunan, sementara pada usia 40-49 biasanya
perempuan sudah memasuki masa menopause sehingga merasa
tidak perlu menggunakan alat kontrasepsi.
Jika ditinjau menurut alat kontrasepsi yang digunakan,
terdapat dua jenis alat yang populer dikalangan penduduk
kabupaten Karimun. Dua jenis alat tersebut adalah Suntikan KB dan
pil KB, dengan jumlah pengguna masing-masing 46,61 dan 42,79
persen. Artinya kedua jenis alat KB tersebut menguasai 90 persen
alat KB yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Karimun.
Dominasi penggunaan alat tersebut disebabkan oleh harganya yang
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |51
cukup murah, dan cara pemakaiannya yang sangat mudah. Kedua
jenis alat tersebut populer digunakan oleh seluruh kelompok umur.
Tabel 4.9. Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi di Kabupaten Karimun Menurut Jenis KB yang Digunakan dan Kelompok Umur Tahun 2014
Jenis Alat Kontrasepsi Kelompok Umur
15-25 25-29 30-39 40-49 Jumlah
MOW/tubektomi - - - 28 28 AKDR/IUD/spiral - 136 614 147 897 Suntikan KB 3.065 2.939 4.809 1.265 12.078 Susuk KB/norplan/ implan/alwalit
- - 316 233 549
Pil KB 1.815 1.764 4.427 1.577 9.584 Kondom/karet KB - 161 93 53 307 tradisional - - - 44 44
Jumlah 4.880 5.000 10.259 3.348 23.487
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Jika ditinjau menurut alat kontrasepsi yang digunakan,
terdapat dua jenis alat yang populer dikalangan penduduk
kabupaten Karimun. Dua jenis alat tersebut adalah Suntikan KB dan
pil KB, dengan jumlah pengguna masing-masing 46,61 dan 42,79
persen. Artinya kedua jenis alat KB tersebut menguasai 90 persen
alat KB yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Karimun.
Dominasi penggunaan alat tersebut disebabkan oleh harganya yang
cukup murah, dan cara pemakaiannya yang relatif mudah
dibandingkan jenis alat kontrasepsi lainnya.
52|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Gambar 4.2. Pengguna Alat Kontrasepsi di Kabupaten Karimun Menurut Jenis KB yang Digunakan dan Pendidikan Tahun 2014
Selain karena faktor harga dan kemudahan, alasan lain yang
menyebabkan pil KB dan suntik KB menjadi sangat populer adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan metode
kontrasepsi lainnya. Hal ini terlihat dari Gambar 4.2., dimana 67,58
persen pengguna KB suntik berpendidikan SMP kebawah. Pada
metode pil KB, jumlah pengguna berpendidikan SMP kebawah lebih
besar bahkan mencapai 83,47 persen.
Hal yang berbeda terlihat dari pengguna KB yang relatif lebih
modern ataupun permanen yang sebagian besar berpendidikan
tinggi. Lebih dari 81 persen pengguna MOW berpendidikan SMA
keatas. Sebagaimana halnya pengguna AKDR/IUD/Spiral yang dipilih
oleh 65 persen pengguna KB berpendidikan SMA keatas. Dalam hal
ini faktor pendidikan sangat mempengaruhi pemilihan alat
kontrasepsi yang digunakan.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TT SD SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat Akademi/PT
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |53
Gambar 4.3. Pengguna Alat Kontrasepsi di Kabupaten Karimun Menurut Jenis KB yang Digunakan dan Pekerjaan Tahun 2014
Perbedaan pemilihan alat kontrasepsi, juga didasarkan pada
aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh penduduk perempuan.
Pada penduduk yang bekerja, kecenderungan alat kontrsepsi yang
dipilih adalah yang lebih moderen dan bersifat permanen. Hal ini
terlihat dari pengguna MOW dan AKDR/IUD/Spiral yang sebagian
besar bekerja. Sementara itu alat kontrasepsi kondom/karet KB
biasanya dipilih oleh orang yang bekerja karena relatif lebih praktis.
Di sisi lain, alat kontrasepsi yang murah dan mudah didapatkan
seperti suntik KB, susuk, dan pil KB lebih populer digunakan
dikalangan perempuan yang tidak bekerja.
Pencegahan dan pengaturan kehamilan tidak hanya
dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada
kenyataannya, jumlah perempuan yang tidak mengikuti KB dan
tidak ingin memiliki anak, dikenal sebagai Unmet Need, juga cukup
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Tidak
Bekerja
54|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
besar. Pada tahun 2014 jumlah Unmet Need sebesar 20.696 orang
yang terdiri atas 2.781 orang yang menginginkan untuk memiliki
anak dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun, dan 17.915 orang yang
tidak menginginkan anak sama sekali. Jumlah ini mencakup 59,66
persen dari mereka yang tidak mengikuti program KB.
Tabel 4.10. Jumlah Penduduk Perempuan Kabupaten Karimun Yang Tidak Mengikuti Program KB Menurut Kelompok umur dan Keinginan Mempunyai Anak Tahun 2014
Kelompok
Umur
Ya, segera
(<2 tahun)
Ya, kemudian
(>=2 tahun) Tidak jumlah
15-25 6.545 - 3.027 9.572
25-29 2.881 403 891 4.175
30-39 4.099 2.175 3.240 9.514
40-49 469 203 10.757 11.429
Jumlah 13.994 2.781 17.915 34.690
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Jika ditinjau menurut kelompok umur, alasan yang banyak
dikemukakan oleh perempuan yang mengalami Unmet Need pada
kelompok umur 15-24 tahun adalah ketakuatan akan efek samping
dari penggunaan alat kontrasepsi. Alasan yang sama juga
dikemukakan oleh perempuan yang mengalami Unmet Need pada
kelompok umur 30-39 tahun. Sementara itu, alasan terkait fertilitas
lebih banyak dikemukakan oleh mereka yang berada pada kelompok
umur 25 hingga 49 tahun. Pada kelompok umur 40-49, banyak
perempuan yang mengalami Unmet Need karena mereka merasa
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |55
sudah tidak produktif lagi secara seksual. Diperlukan adanya
penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Tabel 4.11. Jumlah Unmet Need Menurut Kelompok Umur dan Alasan Tidak Mengikuti KB Tahun 2014
Kelompok Umur 15-24 25-29 30-39 40-49 Jumlah
Alasan fertilitas - 2.425 2.604 7.676 12.705
Tidak setuju KB - - 155 72 228
Tidak tahu alat/cara KB - - - 21 21
Takut efek samping alat/cara KB
2.026 - 2.090 230 4.346
Tidak tahu - - 116 510 626
Lainnya 7.546 1.749 4.548 2.920 16.764
Jumlah 9.572 4.175 9.514 11.429 34.690
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Tabel 4.12. Jumlah Unmet Need Pada Tabel 3.10. Menurut Jenis Alasan Lainnya
Alasan 15-25 25-29 30-39 40-49 15-49
Baru Melahirkan 5.997 - - 50 6.047
Tidak Terikat
Pernikahan
- - 1.586 155 1.741
Kondisi
Badan/Penyakit
- - 544 311 854
Merasa Cukup - - 256 1.551 1.807
Tidak Berminat - - 1.479 552 2.031
Lainnya 1.549 1.749 684 300 4.283
Jumlah 7.546 1.749 4.548 2.920 16.764
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
56|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Pengetahuan mengenai Unmet Need menurut kelompok
umur sangat penting karena bagi mereka yang masih ingin memiliki
keturunan, kehamilan di usia terlalu muda maupun terlalu tua
memiliki kosekuensi yang cukup serius. Pada kehamilan yang terlalu
muda, biasanya organ reproduksi sang ibu belum siap, sehingga
rentan mengalami komplikasi. Sementara pada kehamilan pada usia
yang terlalu tua dikhawatirkan terjadi resiko preklamsia, atau
kelahiran secara sesar. Hal-hal tersebut jika tidak ditangani dengan
baik dapat membahayakan baik bagi ibu maupun bayi.
Tabel 4.13. Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Karimun Tahun 2014 Menurut Puskesmas dan Sebab
No Puskesmas Sebab Kematian Ibu
Hamil Bersalin Nifas Jumlah
1 Tanjung Balai - 1 1 2
2 Meral - 1 2 3
3 Tebing 2 - - 2
4 Buru - 1 - 1
5 Tanjung Batu 1 1 1 3
6 Tanjung Berlian - - - -
7 Kundur Barat - - - -
8 Moro - - - -
9 Durai 1 1 - 2
Kab. Karimun 4 5 4 13
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |57
Kesehatan Ibu dan Bayi
Salah satu dampak dari kehamilan beresiko tersebut adalah
kematian ibu. Pada tahun 2014 jumlah kematian ibu mencapai 13
orang. Dari jumlah tersebut, jumlah kematian terbanyak berada di
Kecamatan Meral dan kundur. Sementara di tiga kecamatan yaitu
Kundur Utara, Kundur Barat, Moro tidak terdapat laporan kematian
ibu. Jika ditinjau dari penyebab, empat kematian terjadi pada saat
kehamilan, empat orang pada saat bersalin, dan empat orang pada
saat nifas.
Gambar 4.4. Perkembangan Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Karimun Tahun 2010-2014
Perkembangan jumlah kematian ibu sejak 2010 mengalami
fluktuasi dengan titik puncak berada di tahun 2014. Sempat
mengalami penurunan pada tahun 2011 hingga 2013 dari 11 kasus
menjadi 7 kasus, namun kembali mengalami kenaikan pada tahun
272,2 152,6 138,4 147,27 266,85
11
7 7 7
13
0
50
100
150
200
250
300
0
2
4
6
8
10
12
14
2010 2011 2012 2013 2014
AKI/100.000 KH Jml Kematian Ibu
58|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
2014. Hal ini turut berimbas pada Angka Kematian Ibu (AKI), dimana
fluktuasi juga terjadi dengan titik terrendah di tahun 2012 sebesar
138,4. Sementara itu meskipun jumlah kematian ibu cukup tinggi,
namun besar AKI 2010 masih tetap tertinggi selama lima tahun
terakhir.
Tabel 4.14. Jumlah Balita di Kabupaten Karimun Menurut Tenaga Penolong Persalinan dan Jenis Kelamin (%)
Penolong persalinan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Dokter 3.835 3.798 7.637
Bidan 6.347 6.625 12.983
Tenaga paramedis lain 135 - 133 Dukun bersalin 673 33 694
Jumlah 10.990 10.456 21.446
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Kematian beresiko tinggi pada saat persalinan dapat terjadi
akibat kurangnya persalinan dengan tenaga penolong non-medis.
Pada tahun 2014, masih terdapat 3,23 persen kelahiran yang
ditangani oleh tenaga non-medis seperti dukun bersalin. Sementara
itu sebagian besar persalinan ditangani oleh tenaga medis seperti
bidan jumlahnya mencapai 60,54 persen. Masih adanya persalinan
dengan tenaga penolong non-medis ini perlu mendapatkan
perhatian dan antisipasi melalui penyuluhan maupaun
pendampingan dari tenaga medis. Selain itu, jumlah fasilitas perlu
ditingkatkan mengingat banyak penduduk luar dari pulau Karimun
memiliki akses terbatas akibat kendala transportasi.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |59
5. Pendidikan
Pembangunan Sumber Daya Manusia memegang peranan
yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi. Paling tidak ada
dua alasan mengapa pemerintah menempatkan pembangunan
sumber daya manusia sebagai isu pokok dalam pembangunan
nasional bersama-sama dengan isu pembangunan ekonomi
(Tjitoherijanto, 1997). Pertama, pendekatan pertumbuhan ekonomi
nampaknya kurang berhasil dalam mengurangi tingkat kemiskinan
absolut maupun relatif.
Sebaliknya, pendekatan pembangunan sumber daya
manusia menjanjikan adanya pertumbuhan ekonomi yang dibarengi
oleh pemerataan pendapatan. Kedua, pada era globalisasi saat ini
keberhasilan suatu bangsa di ajang internasional tidak lagi
ditentukan oleh keunggulan komparatif seperti kekayaan sumber
daya alam yang dimiliki, akan tetapi akan lebih ditentukan oleh
keunggulan kompetitif, yang dalam hal ini akan sangat ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusianya. Karenanya pendidikan
sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia menjadi instrumen yang sangat penting.
Peningkatan kualitas SDM bertitik tolak pada upaya
pembangunan bidang pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan
akan terbentuk SDM yang berkualitas bagi pembangunan.
Mengenai pentingnya pendidikan ada suatu teori yang cukup
60|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
terkenal yaitu teori Human Capital. Teori ini berangkat dari suatu
anggapan bahwa seseorang dapat meningkatkan pendapatannya
melalui peningkatan pendidikan.
Terlebih, di era pembangunan yang berwawasan otonomi
daerah saat ini, yaitu pembangunan dari bawah (bottom up) sebagai
lawan dari paradigma top down (dari atas), menempatkan
partisipasi masyarakat sepenuhnya, baik sebagai subjek maupun
sebagai objek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan,
penduduk harus mampu sebagai penggerak pembangunan
sedangkan sebagai objek pembangunan penduduk juga harus
mampu menikmati pembangunan itu sendiri. Dalam kaitan ini,
peningkatan kualitas penduduk senantiasa harus terus ditingkatkan
agar peningkatan pembangunan bisa terlaksana dan dalam hal ini
pendidikan memegang peranan yang sangat strategis dalam upaya
peningkatan kualitas penduduk tersebut.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia karena baik buruknya kualitas sumber daya
manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
pendidikan penduduknya. Disamping itu pendidikan juga menjadi
salah satu indikator yang menentukan Indek Pembangunan manusia
(Human Development Index–HDI) dan Gender Development Index
(GDI) dari suatu negara. Pendidikan dapat memberikan nilai-nilai
kognitif, afektif dan psikomotorik kepada setiap individu disamping
juga dapat digunakan sebagai alat untuk mentranspormasikan nilai-
nilai yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |61
bernegara. Oleh karena itu pendidikan bagi setiap individu baik laki-
laki maupun perempuan sangatlah penting.
Pada hakikatnya, pendidikan itu adalah suatu
usaha/bimbingan atau proses pertolongan yang diberikan secara
terus-menerus oleh seseorang atau kelompok orang (sudah dewasa)
kepada orang lain (belum dewasa) dalam arti luas. Untuk itu, tujuan
pendidikan adalah mendewasakan seseorang dalam arti luas,
sehingga pada akhirnya si terdidik mampu berdiri sendiri dan
mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
Secara lebih jelas tujuan pendidikan nasional di Indonesia
seperti tertuang dalam GBHN adalah membentuk manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, cerdas, terampil, tinggi budi pekertinya, kuat
kepribadiannya, tebal semangat kebangsaannya, dan cinta tanah
air, merupakan manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsanya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka mengembangkan pendidikan di Indonesia, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Demikian pula partisipasi masyarakat
dalam pendidikan terus meningkat. Kesemuanya itu berangkat dari
kesadaran akan pentingnya pendidikan baik bagi pemerintah
maupun masyarakat. Bagi pemerintah keuntungan yang akan
diperoleh dari investasi di bidang pendidikan antara lain bahwa
pendidikan merupakan salah satu cara dalam rangka memerangi
62|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan dan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan bagi
masyarakat,pendidikan yang semakin baik merupakan modal dalam
memperebutkan kesempatan kerja, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan mereka.
Kualitas Pendidikan
Kaum perempuan sebagai salah satu bagian dari sumber
daya manusia sangat diharapkan peranannya untuk dapat
mempercepat kesejahteraan rakyat. Melalui pendidikan, kaum
perempuan juga diharapkan dapat berdiri sejajar dan menjadi mitra
yang handal bagi kaum laki-laki dalam segala aspek kehidupan.
Namun mengingat adanya adat istiadat dan kendala klasik di masa
lalu menyebabkan keinginan untuk memacu pendidikan perempuan
selalu terhalang. Hal ini menyebabkan pendidikan kaum perempuan
relatif lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki.
Persamaan memperoleh kesempatan pendidikan adalah
hak asasi yang melekat pada perempuan sebagai warga negara agar
dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan
keahlian, sehingga dapat memberikan kontribusi yang sama untuk
memacu pembangunan. Pada era globalisasi saat ini, perlahan
paradigma mengenai pendidikan kaum perempuan mulai
mengalami perubahan. Pandangan orang tua yang hanya
menganggap bahwa anak perempuan cukup bersekolah sampai
tingkat Sekolah Dasar (SD) saja sudah mulai berubah. Banyak
masyarakat sekaligus orang tua yang sekarang berkeinginan kuat
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |63
agar anak-anak mereka, baik laki-laki maupun perempuan, dapat
melanjutkan sekolah sampai jenjang yang tinggi. Pada saat ini dapat
disimpulkan bahwa kaum perempuan memiliki kesempatan yang
sama dengan kaum laki-laki untuk mendapatkan pendidikan yang
layak dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu hal yang mendukung kesimpulan tersebut adalah
pencapaian kemampuan baca tulis penduduk yang diukur
menggunakan indikator Angka Melek Huruf (AMH). Indikator ini
menggambarkan proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang
memiliki kemampuan membaca dan menulis kalimat sederhana
dalam huruf latin, huruf arab, dan huruf lainnya (seperti huruf jawa,
kanji, dll) terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas.
Beberapa kegunaan dari indiator ini antara lain sebagai alat
ukur untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang melek
huruf. Dengan demikian, dapat dikaji seberapa banyak penduduk di
suatu wilayah yang memeiliki kemampuan dasar kemampuan dasar
untuk memperluas akses informasi, menambah pengetahuan dan
ketrampilan, memudahkan komunikasi, serta mempromosikan
pemahaman yang lebih baik sehingga penduduk tersebut mampu
meningkatkan kualitas hidup diri, keluarga, maupun negaranya di
berbagai bidang kehidupan.
Selain itu AMH juga dapat digunakan sebagai tolok ukur
target perencanaan dan evaluasi program pemberantasan buta
huruf dan alat evaluasi program pemberantasan buta huruf.
Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi program
64|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
pemberantasan kemiskinan, program pembangunan di bidang
kesehatan dan program pembangunan manusia lainnya, serta dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jenis media informasi dan
komunikasi yang dapat diakses masyarakat.
Tabel 5.1. Angka Melek Huruf Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 (%)
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
7-12 100,00 98,96 99,53
13-15 98,48 99,01 98,72
16-18 100,00 100,00 100,00
19-24 100,00 100,00 100,00
25-64 99,01 98,99 99,00
>65 85,78 91,66 88,65
10 th Keatas 98,59 98,73 98,66
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Pencapaian indikator AMH di Kabupaten karimun
menunjukkan besaran yang seimbang antara penduduk laki-laki dan
perempuan. Pada tahun 2014, angka melek huruf penduduk berusia
7 tahun keatas mencapai 98,66 persen. Pada penduduk perempuan
pencapaian angka melek huruf yang mencapai 98,73 persen bahkan
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai 98,59
persen. Pencapaian angka melek huruf yang masih rendah, berada
pada penduduk kelompok umur 65 tahun keatas yang hanya
sebesar 88,65 persen. Kemampuan baca tulis perempuan lebih baik
dibandingkan laki-laki.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |65
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Berusia 15 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Tingkat Pendidikan Laki-laki
Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Tdk Tamat SD/ Tdk Pernah Sekolah
10.708 11.889 22.569
SD sederajat 25.947 23.253 49.230
SMP sederajat 17.505 15.442 32.973
SMA sederajat 19.794 19.277 39.067
Diploma I-III 810 2.054 2.842 Sarjana 2.840 2.873 5.710 S2/S3 279 300 579
Jumlah 77.882 75.088 152.970
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Pencapaian angka melek huruf merupakan produk dari
pembangunan bidang pendidikan. Berdasarkan Tabel 5.1. diketahui
bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Karimun
masih cukup rendah. Dari 152.970 orang penduduk Kabupaten
Karimun berusia 15 tahun keatas, jenis pendidikan terbanyak yang
ditamatkan adalah setingkat SD sederajat. Penduduk berpendidikan
SD sederajat sebesar 49.230 orang atau 32,18 persen. Lebih jauh,
jumlah penduduk berpendidikan SMP kebawah bahkan mencapai
68,49 persen. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas
dan jalannya pembangunan di daerah.
Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Karimun
yang berpendidikan SMA keatas hanya sebanyak 48.198 orang atau
31,51 persen. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
66|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk laki-laki dan
perempuan. Namun terdapat hal yang menggembirakan dari kiprah
kaum perempuan dalam pencapaian pendidikan. Secara absolut,
jumlah perempuan berpendidikan tinggi jauh lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki. Misalnya jumlah perempuan
berpendidikan diploma yang jumlahnya mencapai 2.054. yang
berada jauh dibandingkan dengan laki-laki yang hanya sebanyak 810
orang. Bahkan jumlah penduduk perempuan berpendidikan
pascasarjana S2/S3 yang mencapai 300 orang melampaui jumlah
laki-laki yang hanya sebanyak 279 orang.
Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun yang Tidak Pernah Sekolah Menurut Wilayah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Wilayah Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Perkotaan 4.080 2.025 6.105
Perdesaan 5.672 4.203 9.875
Total 9.752 6.228 15.980
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Salah satu hal yang menjadi perhatian pemerintah adalah
banyaknya penduduk Kabupaten Karimun yang tidak pernah
sekolah atau tidak tamat SD. Pada tahun 2014, dari 22.569 orang
penduduk yang tidak memiliki ijazah SD, 15.980 orang diantaranya
merupakan mereka yang tidak pernah bersekolah sama sekali. Dari
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |67
jumlah tersebut, jumlah penduduk tidak sekolah yang berada di
daerah perdesaan mencapai 61,80 persen, lebih tinggi dibandingkan
dengan perkotaan. Jika dilihat menurut jenis kelamin, penduduk
perempuan di perkotaan yang tidak pernah sekolah memiliki jumlah
lebih sedikit dibandingkan dengan perkotaan. Namun di daerah
perdesaan yang terjadi adalah sebaliknya, penduduk perempaun
tidak pernah sekolah justru lebih banyak dibandingkan dengan
kaum laki-laki.
Keterbukaan peluang untuk mengakses pendidikan secara
umum dapat digambarkan melalui indikator Angka Partisipasi
Sekolah (APS). Indikator ini menggambarkan proporsi dari semua
anak yang masih sekolah pada suatu kelompok umur tertentu
terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. Misalnya
Jumlah penduduk 7-12 tahun yang masih sekolah, terhadap
keseluruhan jumlah penduduk berumur 7-12 tahun. Pada kelompok
umur mana peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari besarnya APS
pada setiap kelompok umur.
Tabel 5.4. Pencapaian Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Karimun Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (%)
Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
SD sederajat 100,00 98,96 99,53
SMP sederajat 97,25 99,01 98,07
SMA sederajat 71,20 79,73 75,62
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
68|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Pencapaian APS Kabupaten Karimun tahun 2014 sebesar
99,53 persen pada tingkat SD, 98,07 persen pada tingkat SMP, dan
75,62 persen pada tingkat SMA. Jika dibandingkan menurut jenis
kelamin, terlihat bahwa pencapaian APS penduduk laki-laki lebih
baik dibandingkan perempuan pada jenjang SD sederajat,
sementara pada jenjang SMP keatas, justru terjadi sebaliknya. Hal
ini terlihat dari pencapaian APS di tingkat SMP sebesar 99,01
persen, artinya dari 100 orang penduduk usia 13-15 tahun, 99 orang
diantaranya telah bersekolah. Sedangkan di tingkat SMA sederajat,
pencapaian APS penduduk perempuan sebesar 79,73 persen juga
lebih baik dibandingkan laki-laki yang hanya sebesar 71,20 persen.
Pemanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang
pendidikannya oleh penduduk usia sekolah ditunjukkan melalui
indikator Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Murni
menggambarkan proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang
pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk
pada kelompok umur tersebut. Misalnya, penduduk kelompok umur
7 sampai 12 tahun seharusnya bersekolah di jenjang Sekolah Dasar
(SD), penduduk usia 13 sampai 15 tahun bersekolah di jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan seterusnya. Jika APM
mencapai 100, berarti seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah
tepat waktu.
Pencapaian APM Kabupaten Karimun untuk tingkat SD
sederajat mencapai 99,19 persen. Artinya hampir seluruh penduduk
usia 7-12 tahun telah bersekolah di tingkat sekolah dasar.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |69
Sementara pada tingkat SMP sederajat, APM mencapai 81,03
persen, artinya delapan dari 10 orang anak berusia 13-15 tahun
telah bersekolah di jenjang SMP. Sedangkan pada tingkat SMA,
besaran APM mencapai 64,49 persen. Jika dibandingkat menurut
jenis kelamin, terlihat bahwa APM penduduk laki-laki pada seluruh
jenjang pendidikan lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Tabel 5.5. Pencapaian Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Karimun Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (%)
Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
SD sederajat 99,38 98,96 99,19
SMP sederajat 82,57 79,24 81,03
SMA sederajat 67,81 63,34 65,49
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Untuk menunjukkan berapa besar umumnya tingkat
partisipasi penduduk pada suatu tingkat pendidikan, seberapa besar
kapasitas sistem pendidikan dapat menampung siswa dari kelompok
usia sekolah tertentu, dan sebagai indikator pelengkap dari
indikator Angka Partisipasi Murni (APM), dapat digunakan indikator
Angka Partisipasi Kasar (APK). Angka Partisipasi Kasar merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di
jenjang pendidikan tertentu (tanpa memandang usia penduduk
tersebut) dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi
penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan yang sama. Misalnya
jumlah penduduk yang bersekolah di jenjang sekolah dasar,
70|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
terhadap penduduk kelompok umur 7 sampai 12 tahun yang
memang seharusnya bersekolah di jenjang tersebut.
Tabel 5.6. Pencapaian Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Karimun Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (%)
Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
SD sederajat 109,74 111,27 110,43 SMP sederajat 84,93 90,11 87,33 SMA sederajat 80,09 75,95 77,94
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Melalui indikator ini dapat ditunjukkan besarnya penduduk
yang bersekolah pada suatu jenjang namun usianya belum
mencukupi atau bahkan melebihi dari usia sekolah yang seharusnya.
Pencapaian APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat
partisipasi sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah
pada jenjang pendidikannya. Pencapaian APK Kabupaten Karimun
tahun 2014 menunjukkan nilai yang berbeda pada penduduk
perempuan di tingkat pendidikan dasar.
Pada tingkat SD, pencapaian APK penduduk perempuan
sebesar 111,27 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
yang hanya sebesar 109,74 persen. Di tingkat SMP juga terjadi hal
yang serupa dimana APK perempuan yang mencapai 90,11 persen
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang hanya sebesar
84,93 persen. Hanya pada tingkat SMA sederajat, pencapaian APK
perempuan lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |71
Nilai APK yang lebih dari 100 persen terjadi karena populasi murid
yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu mencakup
anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan tersebut.
Penyebabnya adalah adanya pendaftaran siswa usia dini,
pendaftaran siswa yang telat bersekolah, atau pengulangan kelas.
Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu
menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang
sesungguhnya.
Hambatan Dalam Pendidikan
Untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang
pendidikan dan untuk melihat keterjangkauan pendidikan maupun
pemerataan pendidikan pada masing-masing kelompok umur (7-12,
13-15 dan 16-18 tahun) diperlukan pengetahuan mengenai
besarnya angka putus sekolah (AptS). Indikator ini menggambarkan
proporsi anak menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak
bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang
pendidikan tertentu. Adapun kelompok umur yang dimaksud adalah
kelompok umur 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun.
Tabel 5.7. Tingkat Putus Sekolah di Kabupaten Karimun Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (%)
Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
SD sederajat 0,00 0,00 0,00 SMP sederajat 1,26 0,00 0,67 SMA sederajat 40,44 23,76 31,32
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
72|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Semakin tinggi angka putus sekolah menggambarkan kondisi
pendidikan yang tidak baik dan tidak merata. Begitu sebaliknya jika
angka putus sekolah semakin kecil maka kondisi pendidikan di suatu
wilayah semakin baik. Berdasarkan hasil Susenas 2014 diketahui
bahwa pencapaian AptS tingkat SD di Kabupaten Karimun
menggambarkan kondisi yang sangat baik, dimana tidak ditemukan
adanya anak usia 7-12 tahun yang mengalami putus sekolah. Pada
tingkat SMP, tidak ditemui adanya anak sekolah perempuan yang
mengalami putus sekolah. Sementara pada tingkat SMA, AptS cukup
tinggi mencapai 31,32 persen, dimana AptS penduduk laki-laki
sebesar 40,44 persen, sedangkan perempuan sebesar 23,76 persen.
Tabel 5.8. Jumlah Penduduk Usia 7-18 Tahun Putus Sekolah di Kabupaten Karimun Menurut Alasan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Alasan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Tidak ada biaya 378 251 629 Bekerja/mencari nafkah 629 737 1.366
Menikah/mengurus rumah tangga
- 85 85
Merasa pendidikan cukup 411 80 491
Cacat 108 152 260 Menunggu pengumuman 302 59 361 Lainnya 189 221 410
Jumlah 2.017 1.585 3.602
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Untuk menjawab mengapa terjadi putus sekolah pada
penduduk kelompok umur 7 sampai 18 tahun, terdapat beberapa
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |73
alasan yang biasanya dikemukakan. Berdasarkan hasil Susenas 2014
diketahui bahwa alasan terbesar yang dikemukakan oleh 1.366
orang atau 37,92 persen adalah karena harus bekerja/mencari
nafkah. Alasan lain yang cukup banyak dikemukakan seperti tidak
ada biaya disampaikan oleh 629 orang atau 17,46 persen. Yang
menarik, alasan putus sekolah karena bekerja pada penduduk
perempuan proporsinya jauh lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk laki-laki. Sementara itu, masih banyak juga ditemui
penduduk laki-laki yang merasa bahwa pendidikan yang dimilikinya
sudah cukup. Jumlah penduduk yang mengemukakan alasan
tersebut mencapai 20,38 persen, jauh diatas penduduk perempuan
yang hanya sebesar 5,05 persen.
Putus sekolah bukanlah akhir dari pembelajaran. Informasi
dan pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber lainnya
seperti internet. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi
informasi, aksesibilitas terhadap internet menjadi semakin mudah
dan murah. Maka tidak heran jika jumlah penduduk yang
mengakses internet semakin semakin meningkat setiap tahunnya.
Tabel 5.9. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Kegiatan Akses Internet dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Akses Internet Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Ya 23.048 18.955 42.007 Tidak 79.794 79.874 159.664
Total 102.842 98.829 201.671
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
74|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |75
6. Ekonomi dan Ketenagakerjaan
Diskriminasi terhadap perempuan merupakan isu yang
terkait erat dengan isu-isu dalam dunia ketenagakerjaan. Hal ini
menjadi perhatian besar bagi berbagai organisasi internasional,
khususnya badan dunia seperti International Labor Organization
(ILO). Dalam Rencana Aksi Tripartit tentang Pekerjaan yang Layak
2002-2005, ILO berupaya membangun komitmen yang lebih besar
lagi dalam rangka menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan
di seluruh bidang kegiatan ILO dan para mitra sosialnya sebagai
salah satu strategi dalam pengarustutamaan gender.
Salah satu cara untuk mengukur kemajuan implementasi
strategi tersebut adalah dengan melihat kedudukan dan tingkat
perkembangan peranan perempuan dalam lingkup keluarga,
masyarakat dan negara. Indikator dari kedudukan dan peranan
perempuan tersebut antara lain ditentukan oleh kedudukan hukum,
tingkat pendidikan, derajat kesehatan, ketenagakerjaan dan
peranannya dalam politik dan pemerintahan. Persamaan hak dan
kewajiban antara laki-laki dan perempuan telah dijamin oleh UUD
1945 pasal 27 (1) yang dikuatkan lagi oleh GBHN.
Secara khusus pasal 31 UUD 1945 dan dimantapkan lagi
melalui Sistem Pendidikan Nasional 1989 membuka kesempatan
yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
pendidikan. Kesenjangan gender yang terjadi selalu merugikan
76|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
pihak perempuan. Kaum perempuan masih menghadapi beragam
masalah dalam mengakses pendidikan dan pelatihan, dalam
mendapatkan pekerjaan, dan dalam memperoleh perlakuan yang
sama di tempat kerja.
Kendala-kendala tersebut dapat menimbulkan pelanggaran
terhadap hak-hak dasar serta menghambat kesempatan kaum
perempuan. Pada gilirannya, hal ini akan merugikan masyarakat dan
perekonomian Indonesia mengingat hilangnya kontribusi besar yang
dapat diberikan kaum perempuan melalui tempat kerja.
Permasalahan yang terkait dengan kesetaraan gender masih kerap
kali terjadi di dalam dunia kerja Indonesia.Hal ini terbukti dengan
masih sedikitnya jumlah perempuan yang menduduki posisi-posisi
penting di dunia kerja tersebut.
Sebagai catatan, sejak tahun 2002 terdapat perubahan pada
konsep ketenagakerjaan yang digunakan BPS . Menurut konsep
sebelumnya, penduduk yang menganggur adalah penduduk yang
tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Sedangkan menurut
konsep terbaru, pengangguran adalah penduduk yang sedang
mencari pekerjaan (belum bekerja) ditambah penduduk yang
sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), ditambah penduduk
yang sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta
penduduk yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus
asa). Dengan konsep baru ini jumlah penduduk yang menganggur
meningkat. Namun hal ini dirasakan lebih realistis dalam
menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |77
Penduduk Usia Kerja
Kondisi ketenagakerjaan di suatu daerah dipengaruhi oleh
dinamika kependudukan, diantaranya adalah perkembangan pada
penduduk yang termasuk penduduk usia kerja (PUK) atau dalam hal
ini digunakan batasan penduduk yang berumur 15 tahun keatas.
PUK dibagi menjadi tiga kelompok usia yaitu 15-24, 25-54 dan 55+.
Kelompok usia 15-24 tahun adalah kelompok usia yang sudah
dikategorikan menjadi kelompok usia kerja meskipun semestinya
mereka masih harus sekolah. Kelompok usia 25-54 tahun adalah
mereka yang produktif dalam pasar kerja, dan usia 55+ adalah
mereka yang dianggap sudah kurang produktif lagi dalam pasar
kerja.
Tabel 6.1. Komposisi Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Karimun Tahun 2014 (%)
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
15 – 24 20,52 19,25 19,90
25 - 54 64,36 65,44 64,89
55 + 15,12 15,31 15,21
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Jumlah Penduduk
Usia 15 + 77.882 75.088 152.970
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Berdasarkan Tabel 6.1. diketahui bahwa jumlah penduduk
berusia 15 tahun keatas mencapai 152.970 jiwa, terdiri atas 77.882
laki-laki dan 75.088 perempuan. Dari jumlah tersebut, total
78|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
penduduk usia kerja yang masih produktif mencapai 64,89 persen.
Sementara itu penduduk usia kerja yang tergolong kurang produktif
baik yang masih merupakan usia sekolah maupun yang sudah
tergolong usia mendekati tua masing-masing mencapai 19,90
persen dan 15,21 persen.
Meskipun jumlah penduduk usia kerja laki-laki lebih besar
daripada penduduk perempuan, namun ditinjau menurut struktur
umur tidak terdapat perbedaan yang nyata jumlah penduduk usia
produktif, antara penduduk laki-laki dan perempuan. Artinya, baik
penduduk laki-laki maupun perempuan di Kabupaten Karimun
sebenarnya memiliki modal dasar yang sama untuk terjun dan
terlibat dalam dunia kerja.
Dalam tabel 6.1. terlihat bahwa jumlah penduduk berusia
15 tahun keatas berjumlah 147.859 jiwa, terdiri atas 75.659 laki-laki
dan 72.201 perempuan. Dari jumlah tersebut, total penduduk usia
kerja yang masih produktif mencapai 63,03 persen. Sementara itu
penduduk usia kerja yang tergolong kurang produktif baik yang
masih merupakan usia sekolah maupun yang sudah tergolong usia
mendekati tua masing-masing mencapai 23,61 persen dan 13,36
persen.
Meskipun jumlah penduduk usia kerja laki-laki lebih besar
daripada penduduk perempuan, namun ditinjau menurut struktur
umur tidak terdapat perbedaan yang nyata jumlah penduduk usia
produktif, antara penduduk laki-laki dan perempuan. Artinya, baik
penduduk laki-laki maupun perempuan di Kabupaten Karimun
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |79
sebenarnya memiliki modal dasar yang sama untuk terjun dan
terlibat dalam dunia kerja.
Struktur Penduduk Usia Kerja
Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pasar kerja
bukanlah terjadi secara kebetulan, karena peranan perempuan
dalam pasar tenaga kerja secara tradisional sebenarnya cukup
besar. Terutama di daerah perdesaan dan khususnya sektor
pertanian. Peningkatan persentase perempuan kerja disebabkan
oleh dua faktor utama, yaitu peningkatan dari sisi penawaran dan
sisi pemintaan (Tjiptoherijanto, 1997). Pertama, dari sisi penawaran
peningkatan tersebut disebabkan antara lain oleh semakin
membaiknya tingkat pendidikan perempuan dan disertai pula
dengan menurunnya angka kelahiran.
Perkembangan terhadap kedua hal tersebut kemudian
mendapat momentum dengan semakin besarnya penerimaan sosial
atas perempuan yang bekerja di luar rumah. Faktor kedua, dari sisi
permintaan, perkembangan perekonomian (dari sisi produksi) yang
secara spesifik memerlukan tenaga kerja perempuan, seperti halnya
industri sarang walet. Sedangkan fenomena lain yang makin
mendorong masuknya perempuan ke lapangan kerja adalah karena
makin tingginya biaya hidup bila hanya ditopang oleh satu
penyangga pendapatan keluarga (one earner household). Fenomena
ini mulai muncul ke permukaan dan terlihat jelas terutama pada
keluarga yang berada di daerah perkotaan.
80|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Dalam publikasi ini batasan usia kerja yang digunakan
adalah adalah 15 tahun keatas. Karena jenis kegiatan yang dilakukan
oleh setiap penduduk pada kelompok umur ini berbeda-beda, maka
secara umum Penduduk Usia Kerja (PUK) tersebut dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu Angkatan Kerja (AK) dan Bukan
Angkatan Kerja (BAK). Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja
yang terlibat dalam kegiatan ekonomi yaitu penduduk yang bekerja
dan penduduk yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk
Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang mengurus rumah tangga,
sekolah dan lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima
deposito/bunga bank, jompo atau alasan lain.
Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2014
Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Angkatan Kerja (%) a. Bekerja 62.301 29.160 91.461 b. Mencari pekerja 3.887 2.616 6.503 Bukan Angkatan Kerja (%)
a. Sekolah 5.254 5.505 10.759 b. Mengurus rumah tangga 1.077 36.028 37.105 c. Lainnya 5.441 1.861 7.302
Jumlah (%) 77.960 75.170 153.130
Jumlah Angkatan Kerja 66.188 31.776 97.964
TPAK (%) 84,90 42,27 63,97
Tk Pengangguran Terbuka (%) 5,87 8,23 6,64
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |81
Pada tahun 2014, jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten
Karimun yang tergolong dalam angkatan kerja mencapai 97.964
orang. Dengan demikian, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
mencapai 63,97 persen. Dari jumlah tersebut, 59,73 persen
diantaranya merupakan mereka yang bekerja, sementara 4,25
persen sisanya tergolong sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, atau menganggur. Sementara itu golongan
bukan angkatan kerja jumlahnya mencapai 55.166 orang,
didominasi oleh kegiatan mengurus rumah tangga yang mencapai
24,23 persen, disusul oleh sekolah sebesar 7,03 persen dan lainnya
sebesar 4,77 persen.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara penduduk
laki-laki dan perempuan dalam struktur ketenagakerjaan. Pada
penduduk laki-laki, tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai
84,90 persen sedangkan perempuan hanya sebesar 42,27 persen
atau separuhnya. Senada dengan itu, jumlah penduduk laki-laki
yang bekerja juga mencapai 79,91 persen, dua kali lipat
dibandingkan dengan perempuan yang hanya sebanyak 38,79
persen. Penduduk perempuan lebih banyak yang termasuk kedalam
bukan angkatan kerja, khususnya mengurus rumah tangga. Mereka
yang tergolong kedalam jenis ini jumlahnya mencapai 47,93 persen
dari jumlah PUK perempuan.
Lapangan Kerja Utama
Jumlah penduduk bekerja yang dirinci menurut lapangan
pekerjaan, sering digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
82|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
tingkat kemakmuran di suatu wilayah. Sektor-sektor yang biasa
digunakan sebagai tolok ukur adalah sektor pertanian, industri, dan
jasa-jasa. Pada daerah dengan tingkat kemakmuran yang tinggi,
biasanya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian relatif
sedikit.
Sebaliknya pada daerah tersebut penduduk yang bekerja di
sektor industri dan jasa-jasa relatif besar. Sedangkan jika sebagian
besar penduduk di suatu daerah bekerja di sektor pertanian,
sementara yang bekerja pada sektor industri dan jasa-jasa pada
umumnya relatif rendah maka daerah tersebut memiliki tingkat
kemakmuran yang rendah (Utomo, 2006).
Tinjauan mengenai kesetaraan gender dalam dunia kerja
tidak terlepas dari analisis terhadap peranan perempuan pada
bidang perekonomian. Selama dua dekade terakhir ini diperkirakan
jumlah tenaga kerja perempuan terserap di sektor industri sebagai
buruh mengalami kenaikan sekitar 4,3 persen setiap tahunnya.
Menurut Sayogjo (1989), peningkatan itu terjadi paling-tidak karena
dua faktor: Pertama, karena sektor industri, seperti industri rokok,
tekstil, konfeksi dan industri makanan serta minuman untuk
sebagian menuntut ketelitian, ketekunan dan sifat-sifat lain yang
umumnya merupakan ciri kaum perempuan. Kedua, karena tenaga
kerja perempuan dipandang lebih penurut dan murah sehingga
secara ekonomis lebih menguntungkan bagi pengusaha.
Pendapat ini terbukti dari gambaran peranan perempuan
dalam sektor perekonomian di Kabupaten Karimun. Secara umum
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |83
pekerjaan yang digeluti sebagian besar penduduk Kabupaten
Karimun berada pada sektor pertanian. Konsep pertanian pada
sektor ini meliputi sektor pertanian, peternakan, perburuan dan
kehutanan, serta sektor perikanan. Meskipun terjadi penurunan
jumlah tenaga kerja akibat pergeseran pembangunan sektor
ekonomi, namun hingga tahun 2014 struktur tersebut dapat
dipertahankan.
Pada tahun 2014, jumlah penduduk yang bekerja di sektor
pertanian mencapai 21.950 orang atau 23,94 persen. Lapangan
usaha lain yang banyak menyerap tenaga kerja adalah
peradagangan, hotel dan restoran. Jumlah tenaga kerja yang diserap
oleh sektor ini mencapai 22,34 persen. Sektor lain yang juga
menyerap tenaga kerja cukup besar adalah jasa kemasyarakatan
dan perorangan dengan besaran mencapai 19,84 persen.
jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa
peranan perempuan dalam kegiatan perekonomian masih belum
merata. Hal ini dibuktikan dengan lapangan usaha yang digeluti oleh
perempuan di Kabupaten Karimun yang masih terbatas pada
beberapa sektor tertentu. Partisipasi tertinggi perempuan dalam
perekonomian Kabupaten Karimun berada pada sektor
Perdagangan, rumah makan dan akomodasi sebesar 35,82 persen,
disusul dengan sektor jasa sebesar 27,83 persen, dan sektor
pertanian sebesar 84,74 persen. Dominasi ketiga sektor tersebut
mencapai 88,75 persen.
84|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan
15.750 6.200 21.950
Pertambangan dan Penggalian 3.009 302 3.311
Industri 4.418 2.677 7.095
Listrik, Gas dan Air Minum 993 20 1.013
Konstruksi 12.780 148 12.928
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
9.956 10.530 20.486
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
4.948 646 5.594
Lembaga Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Jasa Perusahaan
439 694 1.133
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
10.008 8.181 18.189
Jumlah 62.301 29.398 91.699
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Selain ketiga sektor tersebut, proporsi penduduk
perempuan yang bekerja pada sektor lain dapat dikatakan cukup
minim jika dibandingkan dengan pekerja laki-laki, misalnya pada
sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi, serta transportasi
dan informasi komunikasi. Hal ini tentu tidak terlepas dari adanya
pandangan bahwa jenis-jenis pekerjaan tersebut adalah pekerjaan
yang mengandung resiko yang tinggi, sehingga lebih cocok
dikerjakan oleh laki-laki.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |85
Selama tahun 201-2014 telah terjadi peralihan lapangan
usaha yang digeluti oleh perempuan. Penurunan jumlah pekerja
perempuan terjadi pada sektor pertanian, listrik, gas, air, serta jasa.
Namun terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan yang
cukup siginfikan khususnya pada sektor yang membutuhkan
pendidikan dan keterampilan seperti pertambangan dan
penggalian, industri, transportasi dan telekomunikasi, serta lembaga
keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan yang terkait
dengan gender telah berkurang dan kiprah perempuan dapat
semakin diperhitungkan.
Gambar 6.1. Perbandingan Lapangan Usaha Kaum Perempuan Tahun 2010 dan 2014 (%)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2010 2014
86|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Karakteristik Pekerja
Dalam sudut pandang kapitalisme, kedudukan seseorang
ditentukan oleh penguasaan alat produksi. Atau dengan kata lain,
kedudukan seseorang ditentukan oleh kemampuannya untuk
menghasilkan produksi berdasarkan pekerjaannya. Dengan
demikian, pembagian kerja dalam perusahaan ditentukan oleh
dorongan efisiensi produksi dalam hubungannya untuk
memaksimalkan keuntungan (Giddens, 1987). Penempatan posisi
seseorang dalam struktur ketenagakerjaan ditentukan oleh tingkat
produktifitas serta ketrampilannya, yang selanjutnya akan
memperlihatkan variasi upah yang berbeda berdasarkan tingkat
produktifitasnya.
Dampak dari pemahaman tersebut membawa konsekuensi
bahwa siapa yang mampu bekerja lebih keras dalam jangka waktu
yang panjang akan menghasilkan produksi yang lebih banyak dan
akan memperoleh upah yang lebih besar. Hal inilah yang
menempatkan posisi perempuan pada kedudukan yang kurang baik
dalam struktur ketenagakerjaan.
Perempuan dari golongan ekonomi lemah yang secara
umum identik dengan kemiskinan dan tingkat pendidikan maupun
ketrampilan rendah. Maka ketika perempuan memutuskan untuk
terlibat bekerja di sektor publik maka ia harus mau menerima jenis
pekerjaan apa saja yang ditawarkan.
Situasi ini menempatkan perempuan pada pekerjaan yang
tidak memerlukan keterampilan khusus dan umumnya berupah
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |87
rendah. Sedangkan kesulitan ekonomi akibat upah rendah tersebut
memaksa mereka untuk tetap melaksanakan sendiri tugas-tugas
rumah tangga, karena untuk menggaji orang lain merupakan hal
yang sangat sulit (Sudarwati, 2009).
Tabel 6.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kedudukan Dalam Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Kedudukan Dalam Usaha Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Berusaha sendiri 10.366 6.600 16.966
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar
8.552 3.049 11.601
Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar
2.588 63 2.651
Buruh/karyawan/pegawai 32.525 11.926 44.451
Pekerja bebas di pertanian 2.712 166 2.878
Pekerja bebas di non pertanian 4.940 1.195 6.135
Pekerja keluarga/tak dibayar 618 6.399 7.017
Jumlah 62.301 29.398 91.699
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Lemahnya nilai tawar perempuan dalam ketenagakerjaan
tersebut terlihat dari jenis kedudukan dalam pekerjaan. Serapan
sektor formal terhadap pekerja perempuan pada tahun 2014 hanya
sebesar 40,78 persen, sangat jauh dibandingkan dengan laki-laki
yang jumlahnya mencapai 56,36 persen. Sebagian besar perempuan
yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan secara formal memutuskan
untuk berusaha sendiri maupun menjadi pekerja keluarga/pekerja
tidak dibayar. Harus diakui bahwa pekerja perempuan lebih
88|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
menyukai adanya kepastian dalam bekerja. Hal ini terlihat dari
jumlah pekerja bebas perempuan baik di pertanian maupun non
pertanian yang hanya sebesar 5,62 persen.
Produktivitas Pekerja Perempuan
Kesulitan perempuan untuk berkiprah di sektor formal
selain dipengaruhi oleh beberapa keterbatasan produktivitas yang
dimilikinya. Hal ini terjadi karena secara moral dan tanggungjawab
perempuan bukan hanya di tempat kerja, namun juga terhadap
keluarga. Pekerja perempuan memiliki rata-rata jam kerja per
minggu yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Lebih dari separuh
pekerja perempuan di Kabupaten Karimun pada tahun 2014
memiliki jam kerja antara 35-59 jam per minggu. Namun masih
banyak terdapat pekerja perempuan berstatus setengah
pengangguran yang jumlahnya mencapai 42,22 persen.
Tabel 6.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jam Kerja Seminggu Yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Jam Kerja Seminggu Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
<10 840 875 1.715
10-34 14.555 11.654 26.209
35-59 43.137 15.321 58.458
60+ 3.769 1.548 5.317
Jumlah 62.301 29.398 91.699
Rata2 jam kerja (Jam) 42,47 37,53 40,88
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |89
Selain masalah jam kerja, status sosial di masyarakat yang
menempatkan laki-laki sebagai pemberi nafkah utama dalam
keluarga membuat masa kerja seorang perempuan menjadi lebih
singkat dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2014, rata-rata masa
kerja seorang perempuan pada suatu bidang pekerjaan adalah 7
tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan pekerja
laki-laki yang mencapai 9 tahun. Dalam artian, pekerja perempuan
di Kabupaten karimun belum dapat diandalkan untuk bisa bekerja
dalam waktu yang lama.
Tabel 6.6. Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Menurut Lamanya Masa Kerja dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Masa Kerja (Tahun) Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
0-4 20.634 14.082 34.250
5-9 15.401 8.270 23.557
10-14 9.931 2.334 12.517
15-19 6.735 2.437 9.252
>20 9.601 2.278 12.123
Jumlah 62.301 29.398 91.699
rata2 masa kerja (thn) 9,95 7,05 9,12
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Untuk masa kerja dibawah lima tahun, jumlah pekerja
perempuan mencapai 47,9 persen, sedangkan pekerja laki-laki
hanya 33,12 persen. Sementara untuk lama pekerjaan diatas 20
tahun, jumlah pekerja perempuan hanya besesar 7,75 persen,
separuh dari jumlah pekerja laki-laki yang jumlahnya mencapai
90|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
15,41 persen. Hal ini terjadi karena seringkali banyak pertimbangan
yang membuat seorang perempuan berhenti dari pekerjaannya,
misalnya soal anak. Di sisi lain, posisi tawar pekerja perempuan yang
lemah juga seringkali dimanfaatkan pengusaha untuk
memberhentikan secara sepihak.
Elson dan Pearson (1984) menyatakan bahwa penggunaan
tenaga kerja perempuan untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu
sesungguhnya adalah strategi pengusaha untuk mendapatkan
tenaga kerja yang murah. Kedua ahli tersebut dengan tegas
menyatakan tidak benar apabila pembagian kerja timbul karena
kaum perempuan dianggap paling cocok untuk pekerjaan tertentu.
Dalam kenyataannya, hal itu hanya sekedar mitos belaka
atau sengaja “dimitoskan”. Pihak pengusaha cenderung mencari
tenaga kerja perempuan yang berusia muda dengan pertimbangan
dapat menekan pengeluaran. Sebagaimana hasil penelitian dari
Mather (1982), bahwa banyak perusahaan mencari tenaga kerja
perempuan yang berumur 13-20 tahun dengan tujuan menekan
pengeluaran. Disamping dapat memberi upah murah, pengusaha
juga merasa lebih dapat menghemat uang perusahaan karena tidak
perlu memberi tunjangan sosial akibat tidak adanya tanggungan
keluarga.
Hal ini berbeda bila perusahaan memperkerjakan tenaga
kerja pria, yang selain lebih mahal juga memiliki anggota keluarga
yang harus diberi tunjangan, entah itu istri atau anak. Secara lebih
rinci, Manning (1980) mengemukakan dua keuntungan yang
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |91
diperoleh pengusaha bila mereka memperkerjakan kaum
perempuan. Pertama, kaum perempuan lebih telaten dan lebih
penurut sehingga tidak banyak menimbulkan kesulitan dalam
menerapakan langkah kebijaksanaan perusahaan. Kedua, angkatan
kerja perempuan sangat banyak dari segi upah relatif lebih murah
daripada kaum pria sehingga karenanya dapat menekan biaya
produksi.
Tabel 6.7. Perbandingan Indeks Pendapatan Penduduk Kabupaten Karimun Berumur 15 Tahun KeatasYang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2014 (Rata-rata Pendapatan = 100)
Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan
126.35 33.27
Pertambangan dan Penggalian 101.93 80.75
Industri 128.31 53.28
Listrik, Gas dan Air Minum 100.54 91.44
Konstruksi 100.37 68.46
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 115.41 85.43
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 93.60 149.04
Lembaga Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Jasa Perusahaan
104.81 96.96
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 120.58 74.82
Seluruh Lapangan Usaha 117.48 62.96
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Hal ini dibuktikan melalui perbandingan pendapatan antara
pekerja laki-laki dengan perempuan. Jika rata-rata indeks
pendapatan setiap orang bernilai 100, maka secara umum indeks
pendapatan pekerja laki-laki mencapai 117,48. Sementara
92|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
perempuan hanya mendapatkan separuhnya yaitu 62,92. Terdapat
beberapa sektor dimana disparitas pendapatan antara pekerja laki-
laki dan perempuan begitu kentara. Disparitas yang terbesar terjadi
pada sektor pertanian, dimana indeks pendapatan laki-laki
menyentuh angka 126,35 sementara perempuan hanya
mendapatkan seperempatnya yaitu 33,27. Hanya di sektor
transportasi, pergudangan dan telekomunikasi saja pendapatan
perempuan bisa lebih baik dibandingkan dengan pekerja laki-laki.
Ketimpangan pendapatan yang berasal dari akumulasi
rendahnya produktivitas serta nilai tawar inilah yang menyebabkan
perempuan lebih banyak masuk ke dalam kelompok bukan
angkatan kerja. Namun jika memperhatikan besarnya angka
pengangguran penduduk perempuan yang mencapai 8,23 persen,
maka dapat diketahui bahwa keinginan perempuan untuk bekerja
masih cukup besar, meskipun dalam kenyataannya seringkali diliputi
rasa pesimis. Jika seluruh pengangguran terbuka laki-laki
menganggur karena sedang mencari pekerjaan, maka hanya 48,28
persen saja perempuan yang melakukan hal yang sama. Terdapat
45,37 persen perempuan yang merasa tidak mungkin untuk
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |93
Tabel 6.8. Jumlah Pengangguran Terbuka di KabupatenKarimun Menurut Alasan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Alasan Menganggur Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Mencari Pekerjaan 3.887 1.263 5.150
Merasa Tidak mungkin
Mendapatkan Pekerjaan
- 1.187 1.187
Sudah Punya Pekerjaan
Tetapi Belum Mulai Bekerja
- 166 166
Jumlah 3.887 2.616 6.503
Sumber: BPS Kabupaten Karimun
Rasa pesimis kaum perempuan ini perlu mendapat
perhatian dari pemerintah. Adanya affirmative action yang tepat
untuk mengembangkan ekonomi berwawasan gender diperlukan
untuk memastikan bahwa penduduk perempuan dapat ikut ambil
bagian dalam pembangunan. Jika memperhatikan jumlah pencari
kerja di kabupaten Karimun selama ini masih didominasi oleh
mereka-mereka yang baru lulus sekolah/kuliah. Hal ini terlihat dari
tingginya jumlah pencari kerja pada waktu-waktu tertentu seperti
pertengahan tahun yang merupakan waktu kelulusan.
94|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tabel 6.9. Jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Karimun Menurut Bulan, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Bulan 15-19 20-54 >54
L+P L P L P L P
Januari 6 1 22 9 - - 38
Februari 6 2 20 14 - - 42
Maret 3 - 18 7 - - 28
April 3 1 21 4 - - 29
Mei 4 1 26 31 1 - 63
Juni 12 4 57 63 - - 136
Juli - - 15 13 - - 28
Agustus 20 10 70 50 - - 150
September 9 9 47 30 - - 95
Oktober 4 4 18 10 - - 36
November 3 2 14 16 - - 35
Desember 4 2 31 20 - - 57
Jumlah 74 36 359 267 1 0 737
Sumber: Dinas Tenaga kerja Kabupaten Karimun
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |95
7. Sektor Publik
Kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan
ditandai oleh masih rendahnya peluang yang dimiliki perempuan
untuk bekerja dan berusaha, serta rendahnya akses mereka
terhadap sumber daya ekonomi, seperti teknologi, informasi, pasar,
kredit dan modal kerja. Meskipun penghasilan perempuan pekerja
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap penghasilan
dan kesejahteraan keluarga perempuan masih dianggap pencari
nafkah tambahan bahkan pekerja keluarga tak dibayar.
Kesemuanya ini berdampak pada masih rendahnya partipasi,
akses dan kontrol yang dimiliki serta manfaat yang dinikmati
perempuan dalam pembangunan. Hal ini ditandai oleh rendahnya
tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dari tahun ketahun
secara nasional maupun regional, keadaan ini diperburuk oleh
ketimpangan gender khususnya di sektor publik.
Bidang politik
Tingkat kesadaran kaum perempuan untuk berpolitik relatif
lebih baik dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Hal ini
dibuktikan dari tingkat partisipasi dalam pemilihan presiden tahun
2014, dimana partisipasi pemilih perempuan secara umum
mencapai 62,19 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
partisipasi pemilih laki-laki yang hanya sebanyak 56,26 persen.
96|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tingkat partisipasi tertinggi berada di Kecamatan Moro sebesar
70,26 persen, sementara yang paling rendah berada di Kecamatan
Karimun sebesar 53,65 persen. Hal ini membuktikan bahwa
kepedulian kaum perempuan untuk menciptakan pemerintahan dan
memilih pemimpin tidak bergantung kepada kualitas pendidikan
maupun status ekonomi. Karena di wilayah yang memiliki ekonomi
dan sumber daya manusia lebih baik seperti kecamatan Karimun,
justru menghasilkan tingkat partisipasi paling rendah.
Tabel 7.1. Tingkat Partisipasi Pemilihan Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Karimun Menurut Kecamatan dan jenis Kelamin (%)
Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Moro 65,75 70,26 67,92
Durai 57,49 65,17 61,20
Kundur 53,56 60,85 57,21
Kundur Utara 56,11 66,56 61,12 Kundur Barat 63,01 69,57 66,20 Belat 54,75 63,35 58,89
Ungar 50,15 66,20 58,10 Karimun 50,68 53,65 52,13
Buru 48,97 58,28 53,48
Meral 55,82 61,26 58,45 Tebing 60,01 65,33 62,62
Meral Barat 64,98 69,19 66,99
Kab. Karimun 56,26 62,19 59,15
Sumber: Komisi pemilihan umum
Sangat disayangkan bahwa kesadaran kaum perempuan
yang baik dalam mengantisipasi isu-isu politik tidak diimbangi
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |97
dengan kemampuan untuk menjalankan politik tersebut pada
lembaga formal. Mereka tidak memiliki kepercayaan terhadap
kaumnya sendiri untuk maju sebagai anggota legislatif. Pada tahun
2014 jumlah dari 346 orang daftar calon tetap legislatif, sekitar 120
orang di antaranya adalah perempuan atau 35 persen. Namun yang
sampai terpilih menjadi anggota legislatif hanya tiga orang atau
hanya 2,5 persen dari total calon perempuan.
Gambar 7.1. Persentase Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kabupaten Karimun Tahun 2003-2019 (%)
Pada periode 2014-2019 tingkat keterwakilan kaum
perempuan di bidang legislatif baru mencapai 10 persen, masih jauh
dibawah harapan sebesar 30 persen. Dari 10 partai peserta pemilu
legislatif tahun 2014, hanya dua partai yang berhasil meloloskan
caleg perempuan yaitu Golkar dan PKB. Selain kurangnya rasa
percaya diri terhadap sesama perempuan, hal ini menunjukkan
0
2
4
6
8
10
2003-2008 2009-2014 2014-2019
4,00
6,67
10,00
98|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
kurangnya kiprah kaum perempuan di masyarakat sehingga sesama
para calon legislatif tersebut tidak mengenal dan dikenal oleh
pemilih.
Tabel 7.2. Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Karimun 2014-2019 Menurut Asal Fraksi dan Jenis Kelamin
Fraksi Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Golkar 4 2 6
Demokrat 3 - 3
Hanura 3 - 3
Gerindra 3 - 3
PKS 3 - 3
PKB 2 1 3
PDI Plus 5 - 5
Amanat Persatuan 4 - 4
Jumlah 27 3 30
Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Karimun
Pemerintahan
Kiprah kaum perempuan Kabupaten Karimun di bidang
pemerintahan menunjukkan peranan yang cukup menggembirakan.
Pada tahun 2014, jumlah pegawai negeri sipil di lingkungan
pemerintah daerah Kabupaten Karimun mencapai 4.175 orang.
Jumlah pegawai negeri sipil perempuan mencapai 2.280 orang, lebih
besar dibandingkan dengan pegawai laki-laki yang hanya sebesar
1.895 orang. Yang lebih membanggakan, jumlah pegawai negeri sipil
perempuan yang ada berada pada golongan yang cukup tinggi,
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |99
terbukti dari jumlah pegawai perempuan dengan golongan III dan IV
yang jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 7.3.Jumlah Pegawai negeri Sipil Menurut Golongan dan Jenis kelamin Tahun 2014 (Keadaan Maret 2014)
Golongan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Golongan IV 284 425 709
Golongan III 717 1.012 1.729
Golongan II 782 818 1.600
Golongan I 112 25 137
Jumlah 1.895 2.280 4.175
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Karimun
Namun demikian, keunggulan dalam hal jumlah dan
banyaknya pegawai perempuan yang memiliki golongan tinggi
tersebut belum menjamin mereka untuk mendapatkan kiprah yang
sama dalam hal jabatan. Pada tahun 2014 jumlah pegawai
perempuan yang menduduki jabatan hanya sebanyak 201 orang.
Angka ini hanya separuh dari total jumlah pejabat laki-laki yang
mencapai 406 orang. Yang lebih menyedihkan lagi, adalah semakin
tinggi jabatan, maka jumlah perempuan semakin kecil. Diluar
adanya bias gender dalam menunjuk pejabat karier, hal ini
menunjukkan kurangnya kemampuan pegawai perempuan dalam
hal kepempinan.
100|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
Tabel 7.4. Jumlah Pegawai negeri Sipil Menurut Jabatan dan Jenis kelamin Tahun 2014 (Keadaan Maret 2014)
Jabatan Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Eselon II 31 2 33
Eselon III 122 35 157
Eselon IV 248 158 406
Eselon V 5 6 11
Jumlah 406 201 607
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Karimun
Maka tidak heran jika kemudian muncul pertanyaan
mengenai dimana sesungguhnya letak kemampuan perempuan
dalam hal pemerintahan. Jawabannya terletak pada fungsi yang
dipilih sebagai jalur karir pegawai perempuan. Karena ternyata
jumlah pegawai perempuan yang besar itu lebih banyak berprofesi
sebagi guru dan tenaga kesehatan. Dari jumlah 1.898 orang guru
sekolah negeri di kabupaten Karimun, 1.296 orang atau 68,28
persen diantaranya merupakan guru perempuan. Selain itu dari 352
orang tenaga kesehatan, 276 orang atau 78,41 persen diantaranya
merupakan perempuan. Sementara urusan teknis yang terkait
dengan penugasan bersifat umum maupun adminsitrasi lebih
banyak dikerjakan oleh pegawai laki-laki. Jumlahnya pegawai
perempuan yang menggeluti bidang ini hanya sebanyak 507 orang
atau 38,47 persen.
P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4 |101
Tabel 7.5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Fungsi dan Jenis kelamin Tahun 2014 (Keadaan Maret 2014)
Fungsi Laki-laki Perempuan Laki-laki
+Perempuan
Guru 602 1.296 1.898
Tenaga Kesehatan 76 276 352
Tenaga Teknis 811 507 1.318
Pejabat Struktural 406 201 607
Jumlah 1.895 2.280 4.175
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Karimun
Kiprah Perempuan di Masyarakat
Menjadi Pegawai Negeri Sipil, hanyalah secuil dari kiprah
perempuan di masyarakat. Secara umum, mereka yang berkipran di
bidang administrasi pemerintahan jumlahnya hanya sebesar 3,57
persen. Banyak perempuan Kabupaten Karimun yang telah turut
berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Kiprah terbesar perempuan di Kabupaten Karimun
saat ini masih berpusat di sektor swasta, dan pertanian.
Meskipun masih terdapat ketertinggalan perempuan dalam
beberapa bidang, namun hal ini bukan disebabkan oleh kebijakan
yang tidak berpihak pada perempuan, melainkan ketidakmampuan
kaum perempuan itu sendiri. Misalnya di sektor bisnis, jumlah
perempuan yang menjadi pengusaha sudah mencapai 3.483 orang
atau 11,85 persen. Meskipun jumlahnya cukup besar, namun skala
usaha yang bersifat mikro kecil dinilai belum mampu mengangkat
peranan perempuan di masyarakat secara umum. Kedepan, kaum
102|P r o f i l P e r e m p u a n K a b . K a r i m u n 2 0 1 4
perempuan harus mampu meningkatkan kualitasnya, agar mampu
bersaing secara sehat dan menghasilkan karya yang terbaik bagi
Kabupaten Karimun.
Tabel 7.6. Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Tempat Bekerja di Kabupaten Karimun Tahun 2014
Sektor Publik Jumlah Persentase
Pertanian 6.220 21,16
Swasta 12.229 41,60
Pengusaha 3.483 11,85 Pedagang 2.553 8,68 PNS pemerintahan 1.049 3,57 Tenaga Pendidikan 1.802 6,13 Tenaga Kesehatan 594 2,02
jasa 1.468 4,99
Jumlah 29.398 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Karimun