16
PENGARUH STRES KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU (Studi Pada SMP Negeri Di Komisariat 5 Kabupaten Ciamis) Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Magister Oleh : P I P I N P I N I M A N NIM. 82321314086 Administrasi Pendidikan PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH JULI 2015

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH · PDF fileDisusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Magister ... bentuk persamaan regresi linier sederhana antara stres

  • Upload
    lyquynh

  • View
    219

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH STRES KERJA DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA GURU (Studi Pada SMP Negeri Di Komisariat 5 Kabupaten Ciamis)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menempuh Ujian Sidang Magister

Oleh :

P I P I N P I N I M A N NIM. 82321314086

Administrasi Pendidikan

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS GALUH

JULI 2015

PENGARUH STRES KERJA DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA GURU (Studi Pada SMP Negeri Di Komisariat 5 Kabupaten Ciamis)

Oleh :

P I P I N P I N I M A N NIM. 82321314086

Administrasi Pendidikan

LEMBAR PENGESAHAN

Artikel ini disetujui dimuat dalam e-jurnal

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Runalan S, Drs., M. Si.

NIP. 195710161987031003

Ciamis, Juli 2015

PENGARUH STRES KERJA DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA GURU

Oleh

Pipin Piniman

ABSTRAK

Penelitian mengkaji pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru yang

dilakukan dengan studi pada SMP Negeri di wilayah komisariat 5 Kabupaten Ciamis. Dengan

demikian maka penelitian ini berfokus pada kajian tentang kinerja guru. Adapun stres kerja dan

motivasi kerja dikaji dalam penelitian ini karena dianggap kedua komponen tersebut memiliki

kontribusi untuk menciptakan kinerja guru yang baik. Permasalahan utama penelitian ini

dijabarkan kedalam tiga pertanyaan pokok, yaitu: 1) Bagaimana pengaruh stres kerja terhadap

kinerja guru; 2) Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru; 3) Bagaimana

pengaruh stres kerja dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

Dengan menggunakan studi pada guru-guru SMP Negeri yang berada di wilayah Komisariat 5

Kabupaten Ciamis dengan populasi sebanyak 261 orang, dipilih sampel sebanyak 72 orang serta

didukung oleh kajian pustaka yang relevan maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai

berikut: 1) Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan stres kerja terhadap kinerja guru.

Artinya semakin rendah stres kerja maka kinerja guru semakin meningkat, dan sebaliknya semakin

tinggi stres kerja maka kinerja guru pun akan semakin menurun. Pengaruh stres kerja terhadap

kinerja guru dikategorikan kuat, dengan koefisien korelasi sebesar -0,606 dan koefisien

determinasi sebesar 0,367 atau 36,7%. Persamaan regresi stres kerja terhadap kinerja guru

adalah Y = 99,423 - 0,286 X1; 2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi kerja

terhadap kinerja guru. Artinya semakin meningkat motivasi kerja maka kinerja guru semakin

meningkat, dan sebaliknya semakin menurun motivasi kerja maka kinerja guru pun akan semakin

menurun. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru dikategorikan kuat, dengan koefisien

korelasi sebesar 0,633 dan koefisien determinasi sebesar 0,401 atau 40,1%. Persamaan regresi

motivasi kerja terhadap kinerja guru adalah Y = 41,700 + 0,470 X2; 3) Terdapat pengaruh yang

signifikan antara stres kerja dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

Dengan pengaruh stres kerja negatif dan pengaruh motivasi kerja yang positif, artinya semakin

rendah stres kerja dan semakin tinggi motivasi kerja maka kinerja guru semakin meningkat, dan

sebaliknya semakin tinggi stres kerja dan semakin rendah motivasi kerja maka kinerja guru pun

akan semakin menurun. Pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru

dikategorikan kuat, dengan koefisien korelasi sebesar 0,714 dan koefisien determinasi sebesar

0,509 atau 50,9%. Persamaan regresi stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru adalah

Y = 63,717–0,180 X1+0,326 X2.

Kata kunci : Stres Kerja, Motivasi Kerja, kinerja guru

A. Pendahuluan

Untuk mencapai tujuan pendidikan, kualitas pendidikan di Indonesia

harus selalu ditingkatkan, peningkatan kualitas pendidikan harus didukung

dengan peningkatan kualitas tenaga pendidiknya. Hal ini senada dengan

pendapat Wahyudi (2012: 4) bahwa upaya peningkatan profesionalisme guru

sangat terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, karena

guru merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan.

Oleh karenanya keberadaan serta keterlibatan guru yang profesional dan

berkinerja baik sangatlah penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan

tersebut.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar,

karenanya mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh

kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Menurut Aqib (2002: 32), guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan

pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan

belajar mengajar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen

yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini

menunjukan bahwa kinerja dari seorang guru sangat menentukan mutu

pendidikan.

Keadaan kinerja guru dan tenaga kependidikan menurut Dahrin

(Mustofa, 2007: 77), masih belum memadai utamanya dalam hal bidang

keilmuannya. Misalnya, guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika.

Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah

tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi kualitas dan

kinerjanya belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak

berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak

atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang

benar-benar berkualitas.

Berdasar penelitian yang dilakukan Afifudin (Supardi 2013: 6) di

Jawa Barat, kinerja guru yang termasuk dalam kategori sangat baik dan baik

mencapai 55,5%, adapun sisanya yakni 44,5% dalam kategori cukup baik,

kurang baik dan bahkan tidak baik. Hasil penelitian tersebut menunjukan

bahwa kinerja guru di Jawa Barat masih belum optimal.

SMP Negeri di Komisariat V Kabupaten Ciamis yang merupakan

bagian dari Jawa Barat memperlihatkan fenomena yang sama terkait kinerja

guru, hasil observasi pra-penelitian yang penulis lakukan pada Desember

2014, menunjukan mutu pendidikan SMP Negeri yang berada di Komisariat

V masih perlu ditingkatkan, hal tersebut dilihat dari masih rendahnya kinerja

guru yang salah satunya berimplikasi pada rendahnya hasil Ujian Nasional

siswa. Berdasarkan data perkembangan UN di komisariat IV dan komisariat

V Kabupaten Ciamis tahun 2011, 2012 dan 2013 diperoleh hasil:

Berdasarkan tabel di atas, jumlah siswa, nilai UN dan kelulusan di

SMPN komisariat IV dan V tiap tahun mengalami fluktuatif. Tahun 2012

nilai UN mengalami penurunan walaupun secara keseluruhan tingkat

kelulusan tinggi, namun ada beberapa sekolah masih terdapat siswa yang

tidak lulus.

Lebih spesifik, hasil observasi pra-penelitian penulis pada Bulan

Maret 2015 di SMP Negeri 1 Tambaksari sebagai bagian dari Komisariat V

Kabupaten Ciamis, didapat data hasil nilai rata-rata Ujian Nasional murni

sebagaimana tabel berikut:

Berdasarkan data tabel di atas, nilai rata-rata Ujian Nasional murni

SMPN 1 Tambaksari dua tahun terakhir memang mengalami kenaikan, tetapi

apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata UN murni tingkat nasional,

selama dua tahun terkahir nilai rata-rata UN SMPN 1 Tambaksari masih jauh

di bawah nilai rata-rata tingkat nasional. Hal ini adalah salah satu indikator

kekurang optimalan kinerja guru SMP Negeri di wilayah kerja Komisariat V.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Rosid (2014: 70) bahwa mutu

proses di komisariat V Kabupaten Ciamis masih belum optimal dijalankan

sesuai standar, hasil wawancara dengan dua sekolah sampel di komisariat V

yang beliau lakukan tanggal 02 Desember 2013 bahwa di SMPN 1 Cisaga

dan SMPN 3 Rancah beberapa guru masih menunjukan kinerja yang rendah.

Hal tersebut ditunjukan dengan beberapa hal diantaranya belum disiplin

terhadap tugas-tugasnya, administrasi yang masih belum lengkap, masih

mengajar bukan pada bidangnya, 60% gaya mengajar guru masih

konvensional dan belum nampak kehadiran guru secara maksimal. Beberapa

hal tersebut di atas juga menjadi acuan bahwa kinerja guru SMPN di

Komisariat V masih rendah.

Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kinerja

guru. Sebagaimana dikemukakan oleh Sedarmayanti (Supardi,

2013: 19) antara lain disebabkan oleh (1) Sikap Mental (motivasi kerja,

disiplin kerja, etika kerja, stres kerja); (2) Pendidikan; (3) Keterampilan; (4)

Manajemen kepemimpinan; (5) Tingkat penghasilan (6) gaji dan kesehatan;

(7) jaminan sosial; (8) iklim kerja; (9) sarana prasarana; (10) teknologi; (11)

kesempatan berprestasi.

Dari beberapa faktor tersebut di atas, salah satu faktor yang perlu

diperhatikan untuk mencapai kinerja guru yang tinggi yakni diperlukan

adanya motivasi dari guru untuk meningkatkan kinerjanya secara utuh,

Seorang guru harus menunjukkan perilaku yang kuat yang diarahkan untuk

menuju suatu tujuan tertentu, adanya keinginan dan hasrat yang lebih

mengarah pada tingkah laku yang berorientasi pada tercapainya standar of

excellent. Orientasi tersebut mengarah pada peran guru yang sering kali

diposisikan sebagai faktor penting untuk bersikap dan bertindak sesuai

dengan profesi. Guru perlu semangat dan keinginan yang tinggi untuk

mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Kemampuan dan motivasi yang

tinggi didasarkan pada keinginan yang kuat dari setiap guru untuk berkarya.

Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan seringkali posisi

guru dihadapkan pada tantangan yang cukup krusial. Aspek penghargaaan

terhadap guru sering kali tidak sesuai dengan tuntutan dan peran guru dalam

mengemban amanah, aspek beban kerja yang kurang diperhatikan, aspek

iklim organisasi yang dirasakan kurang kondusif memacu munculnya tekanan

kerja (stres kerja).

Karenanya, dalam upaya peningkatan kinerja guru, sangat menarik

untuk dikaji lebih lanjut pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap

kinerja guru pada tingkat SMP khususnya yang berada di Komisariat V

Kabupaten Ciamis.

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi tentang

pengaruh stres kerja terhadap kinerja guru, pengaruh motivasi kerja terhadap

kinerja guru, dan pengarus stres kerja dan motivasi kerja secara bersama-

sama terhadap kinerja guru.

B. Metode

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif atau bisa disebut deskriptif kuantitatif karena pada penelitian ini

peneliti menganalisis dan mengklasifikasikan dengan menggunakan angket

dan mengungkapan suatu fenomena dengan menggunakan dasar perhitungan.

Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008 : 10) “penelitian deskriptif

kuantitatif adalah penelitian yang dimaksud memperoleh data yang berbentuk

angka atau data kuantitatif yang diangkakan”

Tempat penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri di

wilayah Komisariat V Kabupaten Ciamis yang terdiri dari 12 sekolah di 6

Kecamatan dengan waktu penelitian pada periode Maret sampai Juli 2015.

Populasi penelitian terdiri dari guru yang mengajar pada SMP

Negeri di wilayah komisariat V berjumlah 261 orang, tetapi pengambilan

data pada penelitian ini tidak mengambil seluruh populasi melainkan

sejumlah sampel yang ditentukan dengan rumus penentuan ukuran sampel

dari Slovin yaitu sejumlah 72 orang yang diambil dari seluruh sekolah dengan

teknik pengambilan sampel Proportionate Startified Random Sampling.

Sumber data pada penelitian adalah data primer dan data skunder,

data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil jawaban dari

penyebaran kuesioner kepada sampel yaitu guru-guru di lingkungan kerja

SMP Negeri Komisariat V Kabupaten Ciamis. Sementara data skunder pada

penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber luar, yaitu buku-buku dan jurnal

penelitian yang digunakan sebagai kajian pustaka.

Alat pengumpul data berupa instrumen/angket yang penulis susun

berdasarkan operasional variabel yang mengacu pada beberapa teori, antara

lain 1) kinerja guru mengacu pada teori Mitchell (Supardi 2013) yakni

Kualitas hasi, Ketepatan Waktu, Prakarsa, Kemampuan, Komunikasi. Teori

Gaffar (Supardi 2013) yakni Content knowledge, Behavioral skill, Human

relation. Dan teori Davis dan Thomas (Suyanto 2001) yakni Pengetahuan,

Strategi belajar, Umpan Balik, Peningkatan Diri. 2) Stres Kerja

Dikembangkan dari teori Gibson (Martini dan Fadli 2011) yakni Beban kerja,

Konflik peran, Pengembangan karier, Hubungan di tempat kerja. Dan teori

Hurrel (Munandar 2001) yakni Faktor intrinsic, Peran individu dalam

pekerjaan, Pengembangan karier, Hubungan dalam pekerjaan, Iklim kerja,

Tuntutan dari luar, Ciri-ciri individu. 3) Motivasi Kerja Dikembangkan dari

teori David Mc. Clelland (Sunyoto 2013) yakni Kebutuhan pencapaian,

Kebutuhan afiliasi, Kebutuhan kekuasaan. Dan teori Clayton Elderfer

(Winardi 2000) yakni Kebutuhan eksistensi, Kebutuhan berhubungan dengan

pihak lain, Kebutuhan pertumbuhan.

Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan pengolahan dan

analisis data yang secara berurutan terdiri dari pengujian instrument (uji

validitas dan realibilitas data), uji persyaratan analisis (uji nornalitas,

homogenitas dan linearitas data), dan uji hipotesis (uji regresi sederhana dan

regresi ganda).

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

a. Pengaruh Stres Kerja (X1) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil pengujian diperoleh hubungan yang negatif antara variabel

stres kerja dengan variabel kinerja guru sebesar -0,606, dengan kategori

kuat.

Adapun besarnya pengaruh sebesar 0,367 disubstitusikan ke dalam

koefesien diterminan hasilnya menjadi 36,7%, artinya kontribusi stres kerja

terhadap kinerja guru pada SMP Negeri wilayah komisariat 5 Kabupaten

Ciamis adalah 36,7% sisanya 63,3% ditentukan oleh variabel lain. Dengan

bentuk persamaan regresi linier sederhana antara stres kerja dengan kinerja

guru adalah Y = 99,423 - 0,286 X1

Uji signifikansi menunjukan thitung < -ttabel (-6,366 < -1,995) hal ini

berarti bahwa pengaruh stres kerja terhadap kinerja guru adalah signifikan.

b. Pengaruh Motivasi Kerja (X2) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil pengujian menunjukan adanya hubungan yang positif antara

variabel motivasi kerja dengan variabel kinerja guru sebesar 0,633.

Selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi nilai

r, maka korelasi positif sebesar 0,633 termasuk pada kategori kuat.

Adapun besarnya pengaruh sebesar 0,401 disubstitusikan ke dalam

koefesien diterminan hasilnya menjadi 40,1%, artinya kontribusi motivasi

kerja terhadap kinerja guru pada SMP Negeri wilayah komisariat 5

Kabupaten Ciamis adalah 40,1% sisanya 59,9% dipengaruhi oleh variabel

lain. Dengan bentuk persamaan regresi linier sederhana antara motivasi

kerja dengan kinerja guru adalah Y = 41,700 + 0,470 X2

Uji signifikansi menunjukan thitung > ttabel (6,848 > 1,995) hal ini

berarti terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja

guru.

c. Pengaruh Stres Kerja (X1) dan Motivasi Kerja (X2) Secara Bersama-

sama Terhadap Kinerja Guru (Y)

Hasil pengujian menginformasikan gabungan korelasi (R) variabel

stres kerja (X1) dan variabel motivasi kerja (X2) secara bersama-sama

terhadap kinerja guru (Y) sebesar 0,714, jika disubtitusikan kedalam

koefesien determinansi R Square (r2) sebesar 0,509 atau 50,9%. Angka

tersebut menunjukan pengaruh kedua variabel independent terhadap

variabel dependent dalam kategori kuat. Koefisien determinasi sebesar

50,9% artinya variabel kinerja guru dipengaruhi oleh variabel stres kerja dan

motivasi kerja sebesar 50,9% semementara sisanya 49,1% dipengaruhi oleh

faktor lain.

Uji signifikansi menunjukan Fhitung > Ftabel (35,804 > 3,13) hal ini

berarti terdapat pengaruh yang signifikan stres kerja dan motivasi kerja

secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

Persamaan regresi antara variabel X1 dan X2 terhadap Y adalah

Y=63,717–0,180 X1+0,326 X2.

2. Pembahasan

a. Pengaruh Stres Kerja (X1) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Analisis statistik dari data yang diperoleh dari hasil penelitian

menyimpulkan terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara stres kerja

dengan kinerja guru. Besarnya korelasi sebesar -0,606 dengan koefesien

determinan sebesar 36,7%. Gambaran ini menunjukan kinerja guru

dipengaruhi oleh faktor stres kerja sebesar 36,7% sedangkan sisanya 63,3%

dipengaruhi oleh faktor lain.

Persamaan regresi antara stres kerja dengan kinerja guru adalah

Y=99,423 - 0,286 X1, persamaan tersebut memberikan informasi jika stres

kerja meningkat sebesar 1 satuan maka kinerja guru menurun sebesar 0,286

satuan.

Hasil statistik tersebut menunjukan bahwa stres kerja memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Semakin menurun stres

kerja akan cenderung semakin tinggi kinerja guru, sebaliknya jika stres kerja

meningkat akan mengakibatkan menurunnya kinerja guru.

Temuan tersebut sejalan dengan beberapa pendapat para ahli,

diantaranya pendapat Selye (1976: 1):

Stres dibagi menjadi dua macam, yaitu stres negatif biasa

disebut distres dan seringkali menghasilkan perilaku karyawan

yang disfungsional seperti sering melakukan kesalahan, moral

yang rendah, bersikap masa bodoh dan absen tanpa keterangan.

Di sisi lain, stres positif atau biasa disebut eustres menciptakan

tantangan dan perasaan untuk selalu berprestasi dan berperan

sebagai faktor motivator kritis yang akan meningkatkan kinerja

karyawan.

Serta pendapat Cox (Martini dan Fadli 2011: 75) yang

menyebutkan:

5 jenis dampak stres yaitu 1) Dampak Subyektif: Kecemasan,

agresi, acuh, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan

kesabaran, rendah diri, gugup, masa kesepian. 2) Dampak

Perilaku (Behavioral Effects): Kecenderungan mendapat

kecelakaan, alkoholik, penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang

tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok berlebihan,

perilaku yang mengikuti kata hati, ketawa gugup. 3) Dampak

Kognitif: Ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas,

konsentrasi yang buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat

peka terhadap kritik, rintangan mental. 4) Dampak fisiologis:

Meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan

tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya

pupil mata, tubuh panas dingin. 5) Dampak Organisasi:

Keabsenan, pergantian karyawan, rendahnya produktivitas,

keterasingan dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya

keikatan dan kesetiaan terhadap organisasi.

Selain pendapat para ahli, penelitian ini juga sejalan dengan

beberapa penelitian terdahulu diantaranya penelitian Tiyur Mauli, Mujiono

dan Rosmida tahun 2012 dengan judul Pengaruh Stres Terhadap Kinerja

Karyawan memberi kesimpulan bahwa stres berpengaruh negatif tetapi tidak

signifikan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Bengkalis. Serta

Penelitian Hermita tahun 2011 dengan judul Pengaruh Stres Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan Pada PT. Semen Tonasa (Persero) Pangkep yang

berkesimpulan bahwa terdapat dua variabel stressor yang memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap kinerja, yaitu stressor individu dan stressor

kelompok. Sedangkan untuk faktor stressor organisasi tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap kinerja pada PT. Semen Tonasa (Persero)

Pangkep.

Berdasarkan atas kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian, juga

didukung oleh hasil-hasil sebelumnya, serta diperkuat oleh pendapat

beberapa ahli seperti diuraikan pada bab-bab sebelumnya, akhirnya dapat

dipertegas kembali bahwa stres kerja secara nyata memberi pengaruh

terhadap kinerja guru. Dengan kata lain penelitian ini menguatkan teori

yang sudah dikemukakan para ahli.

b. Pengaruh Motivasi Kerja (X2) Terhadap Kinerja Guru (Y)

Analisis statistik dari data yang diperoleh dari hasil penelitian

menyimpulkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi

kerja dengan kinerja guru. Besarnya korelasi sebesar 0,633 dengan

koefesien determinan sebesar 40,1%. Gambaran ini menunjukan kinerja

guru dipengaruhi oleh faktor motivasi kerja sebesar 40,1% sedangkan

sisanya 59,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

Persamaan regresi antara motivasi kerja dengan kinerja guru adalah

Y = 41,700 + 0,470 X2, persamaan tersebut memberikan informasi jika

motivasi kerja naik sebesar 1 satuan maka kinerja guru meningkat sebesar

0,470 satuan.

Hasil statistik tersebut menunjukan bahwa motivasi kerja

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Semakin

meningkat motivasi kerja akan cenderung semakin tinggi kinerja guru,

sebaliknya jika motivasi kerja menurun akan mengakibatkan menurunnya

kinerja guru.

Temuan tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

beberapa ahli, diantaranya G. R. Terry dalam Sedarmayanti (2007: 233)

bahwa: “motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu

yang merangsangnya melakukan tindakan”, demikian juga apa yang

diungkapkan oleh Murray dalam Usman (2008: 254) yang berasumsi

bahwa: “manusia memiliki sejumlah kebutuhan yang memotivasinya untuk

berbuat”. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang menyangkut kebutuhan

mendasar yang ada pada diri seseorang.

Penelitian ini juga sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya

diantaranya penelitian Kaliri yang memberi kesimpulan bahwa motivasi

kerja berpengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri di

Kabupaten Pemalang. Serta penelitian Dionisius Sihombing dan Mayor

Sihombing dengan kesimpulan bahwa Motivasi kerja mempunyai hubungan

positif yang signifikan dengan kinerja guru SMP Negeri se-kecamatan

Percut Sei Tuan.

Berdasarkan atas kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian, juga

didukung oleh hasil-hasil sebelumnya, serta diperkuat oleh pendapat

beberapa ahli seperti diuraikan pada bab-bab sebelumnya, akhirnya dapat

dipertegas kembali bahwa motivasi kerja secara nyata memberi pengaruh

terhadap kinerja guru. Dengan kata lain penelitian ini menguatkan teori

yang sudah dikemukakan para ahli.

c. Pengaruh Stres Kerja (X1) dan Motivasi Kerja (X2) Terhadap

Kinerja Guru (Y)

Hasil analisis statistik dari data yang diperoleh dari hasil penelitian

menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara stres kerja dan

motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru.

Besarnya korelasi sebesar 0,714 dengan koefesien determinan

sebesar 50,9%. Gambaran ini menunjukan kinerja guru dipengaruhi oleh

faktor stres kerja dan motivasi kerja sebesar 50,9% sedangkan sisanya

49,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

Persamaan regresi antara stres kerja dan motivasi kerja dengan

kinerja guru adalah Y = 63,717–0,180 X1+0,326 X2, persamaan tersebut

memberikan informasi jika stres kerja turun sebesar 1 satuan dan motivasi

kerja konstan maka kinerja guru meningkat sebesar 0,180 satuan, serta jika

motivasi kerja naik sebesar 1 satuan dan stres kerja konstan maka kinerja

guru meningkat sebesar 0,326 satuan.

Hasil statistik tersebut menunjukan bahwa stres kerja dan motivasi

kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Semakin

rendah stres kerja dan semakin tinggi motivasi kerja akan cenderung

semakin tinggi pula kinerja guru, sebaliknya jika stres kerja tinggi dan

motivasi kerja rendah akan mengakibatkan menurunnya kinerja guru.

Namun demikian harus diakui, bahwa stres kerja dan motivasi kerja

bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, tetapi

masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut

diantaranya Sikap Mental (disiplin kerja, etika kerja), Pendidikan,

Keterampilan, Manajemen kepemimpinan, Tingkat penghasilan, gaji dan

kesehatan, jaminan sosial, iklim kerja, sarana prasarana, teknologi,

kesempatan berprestasi dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan

penelitian-penelitian lain yang lebih luas dan mendalam sehingga diketahui

faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja sekolah dan seberapa

besar pengaruhnya.

D. SIMPULAN

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pada SMP

Negeri di wilayah komisariat 5 Kabupaten Ciamis dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1) Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan stres kerja terhadap

kinerja guru. Artinya semakin rendah stres kerja maka kinerja guru

semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi stres kerja maka

kinerja guru pun akan semakin menurun. Pengaruh stres kerja terhadap

kinerja guru berdasar hasil analisis statistik dikategorikan kuat, dengan

koefisien korelasi sebesar -0,606 dan koefisien determinasi sebesar

0,367 atau 36,7%. Hal ini berarti walaupun stres kerja meningkat

100%, kinerja guru hanya akan meningkat 36,7%, artinya ada faktor

lain yang mempengaruhi kinerja guru yang juga harus ditingkatkan

agar peningkatan kinerja guru dapat maksimal.

2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi kerja terhadap

kinerja guru. Artinya semakin meningkat motivasi kerja maka kinerja

guru semakin meningkat, dan sebaliknya semakin menurun motivasi

kerja maka kinerja guru pun akan semakin menurun. Pengaruh

motivasi kerja terhadap kinerja guru berdasar hasil alisis statistik

dikategorikan kuat, dengan koefisien korelasi sebesar 0,633 dan

koefisien determinasi sebesar 0,401 atau 40,1%. Hal ini berarti

walaupun motivasi kerja meningkat 100%, kinerja guru hanya akan

meningkat 40,1%, artinya ada faktor lain yang juga harus ditingkatkan

agar peningkatan kinerja guru dapat maksimal.

3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara stres kerja dan motivasi kerja

secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Dengan pengaruh stres

kerja negatif dan pengaruh motivasi kerja yang positif, artinya semakin

rendah stres kerja dan semakin tinggi motivasi kerja maka kinerja guru

semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi stres kerja dan

semakin rendah motivasi kerja maka kinerja guru pun akan semakin

menurun. Pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru

berdasar hasil analisis statistik dikategorikan kuat, dengan koefisien

korelasi sebesar 0,714 dan koefisien determinasi sebesar 0,509 atau

50,9%. Hal ini berarti kinerja guru dipengaruhi oleh stres kerja dan

motivasi kerja sebesar 50,9%. Berdasar koefisien korelasi dan

persamaan regresi yang didapat dari hasil analisis statistik, variabel

motivasi kerja memberikan pengaruh yang lebih besar daripada

variabel stres kerja terhadap kinerja guru. Hal tersebut menjadi alasan

kuat, agar peningkatan kinerja guru mencapai posisi yang maksimal

maka variabel motivasi kerja harus mendapat prioritas yang utama.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme guru dalam pembelajaran. Surabaya: Insan

Cendika.

Hermita. 2011. Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Semen

Tonasa (Persero) Pangkep. Makasar: Universitas Hasanudin.

Kaliri. 2008. Penelitian pengaruh disiplin dan motivasi kerja terhadap kinerja guru

pada SMA Negeri di Kabupaten Pemalang. Pemalang: UNS.

Martini, Neli dan Fadli, Dadan, Ahmad. 2011. Pengaruh stres kerja terhadap

motivasi kerja karyawan structural Universitas Singaperbangsa

Karawang. Karawang: LPPM Universitas Singaperbangsa Karawang

Mauli, Tiyur, Mujiono., dan Rosmida. 2012. Pengaruh stres terhadap kinerja

karyawan (Studi pada dosen Politeknik Negeri Bengkalis). Bengkalis:

Poluteknik Negeri Bengkalis.

Munandar, Ashar, S. 2001. Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Ilmu

Indonesia.

Mustofa. 2007. Upaya pengembangan profesionalisme guru di Indonesia.

Yogyakarta: jurnal ekonomi dan pendidikan volume 4, 1.

Rosid, Ocid. 2014. Studi Tentang Perkembangan Mutu Sekolah Ditinjau Dari

Aspek Input, Output dan Proses (Studi Pada SMPN di Komisariat IV dan

V Kabupaten Ciamis). Ciamis: Universitas Galuh.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika

Aditama.

Selye, Hans. (1976). The stress of life. [Online] Tersedia:

http://assova.blogspot.com/2012/06/gangguan-stres.html [3 Oktober

2014]

Sihombing, Dionisius., dan Sihombing, Mayor. 2010. Analisis motivasi dengan

kinerja guru.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner dan Proses Analisis Data Perilaku

Organisasional. Yogyakarta: Center Of Academic Publishing Service

Supardi. 2013. Kinerja guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Suyanto. Guru yang professional (2001, 16 Februari ) kompas, 11.

Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta.

Bumi Aksara.

Wahyudi, Imam. 2012. Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi

Pustakaraya.

Winardi, Z. 2000. Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen. Jakarta:

Rajawali Pers.

Nama

Tempat dan Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

NIM

Program Studi

Alamat Rumah

Riwayat Pendidikan:

1. Tahun 1998 Lulus

2. Tahun 2001 Lulus

3. Tahun 2004 Lulus SM

4. Tahun 2009 Lulus SI

Trunojoyo

5. Tahun 2013-2015

Administrasi Pendidikan di

Riwayat Pekerjaan:

1. Tahun 2009-2011

2. Tahun 2011-2014

1 Rancah sebagai guru Teknologi Informasi dan Komunikasi

3. Tahun 2014 sampai sekarang dialihtugaskan ke SMK Negeri 1 Ra

sebagai guru produktif kompetensi keahlian multimedia

IDENTITAS PENULIS

: Pipin Piniman

Tempat dan Tanggal Lahir : Ciamis, 16 Maret 1985

: Laki-Laki

: 82321314086

: Administrasi Pendidikan

: Dusun Sindang RT 06 RW 08

Desa Rancah, Kec. Rancah, Kab. Ciamis

Lulus MI Kiarapayung

Lulus SMP Negeri 2 Rancah

Lulus SMA Negeri 1 Rancah

Tahun 2009 Lulus SI Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas

2015 mengikuti pendidikan Pascasarjana Program Studi

Administrasi Pendidikan di Universitas Galuh Ciamis

2011 bekerja sebagai guru honorer di SMK Negeri 1 Rancah

2014 diangkat menjadi PNS serta ditempatkan di SMP Negeri

sebagai guru Teknologi Informasi dan Komunikasi

Tahun 2014 sampai sekarang dialihtugaskan ke SMK Negeri 1 Ra

sebagai guru produktif kompetensi keahlian multimedia

Desa Rancah, Kec. Rancah, Kab. Ciamis

Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas

Program Studi

ebagai guru honorer di SMK Negeri 1 Rancah

di SMP Negeri

Tahun 2014 sampai sekarang dialihtugaskan ke SMK Negeri 1 Rancah